Anda di halaman 1dari 11

ILMU PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN

OLEH

Nama : M APRIZAL UMAMI 


Nim : E1C021015
Kelas : 2A

BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERGURUAN TINGGI UNIVERSITAS MATARAM


2020
A. Esensi Ilmu

Konsepsi ilmu pendidikan dibangun dari dua istilah, yaitu ilmu dan pendidikan. Ilmu
merupakan organisasi sistematik dari suatu bangunan pengetahuan (body of knowledge)
beserta pengembangannya. Dalam makna umum ilmu bisa bermakna kegiatan intelektual
tentang dunia fisik untuk menemukan penjelasan umum tentang gejala dan hubungan gejala
yang terjadi secara alamiah. Istilah ilmu juga bermakna proses intelektual untuk menemukan
justifikasi faktawi yang terjadi secara buatan. Pada umumnya ilmu diperoleh melalui
observasi dan eksperi mentasi secara ilmiah. Kemampuan mengobservasi itu dimiliki oleh
semua orang, kecuali yang buta hati, membutakan diri, atau buta intelektual.

Awalnya ilmu ditafsirkan sebagai sesuatu yang "bebas nilai" atau value free.
Perkembangan lebih lanjut ilmu meniscayakan pertimbangan. etis. Ilmu tidak bebas nilai.
Isilah ilmu juga dapat didefinisikan sebagai kristalisasi pengalaman yang teruji kebenarannya
atau kristalisasi atas nilai-nilai mengenai segala sesuatu yang ada. Ilmu itu tidak tampak,
demikian juga ilmu pendidikan. Karena itu, hanya orang-orang yang berilmu yang mampu
memberikan penampakan ilmu itu kepada orang lain.

Apakah pengetahuan berbeda dengan kepercayaan? Apakah persepsi semacam itu


salah? Apakah penyamaan itu sama dengan kebohongan? Pengetahuan adalah sama di mana-
mana. Jika sejumlah pakar bertemu dan merumuskan definisi pengetahuan, seringkali tidak
menghasilkan apa-apa. Meski sulit membuat rumusan yang "final" mengenal pengetahuan,
nyaris semua orang sepakat bahwa inti pendi dikan adalah memperoleh pengetahuan. Tidak
ada kebaikan jika guru mendorong siswa membuang waktu dalam menemukan sendiri jenis
pengetahuan yang mereka bisa dapatkan peroleh dalam beberapa menit. Pengetahuan tidak
terpecah-pecah tetapi bersatu, karena realitas itu sendiri mencerminkan keseluruhan. Opini
berbeda dengan ponge tahuan, namun pendapat itu sendiri dapat berkembang menjadi
pengetahuan. Ilmuwan sosial seringkali memperoleh pelatihan sedikit dalam pemikiran dan
ekspresi yang tepat yang dibutuhkan oleh logika, matematika, fisika, dan pekerjaan mereka
yang berantakan.

Maksud ilmu adalah membangun dan mengembangkan prinsip prinsip penjelasan


umum (general explanatory principles) mengenal hubungan antarfenomena yang terjadi
secara alamiah. Ilmu biasanya berupa jeneralisasi atau penjelasan umum, berbentuk dalil,
hukum, alau teori ilmiah. Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan manusia. Istilah ilmiah
merupakan sifat dari limu, sesuatu yang kebenarannya bisa dipertanggungjawabkan.
Fenomena adalah fakta atau peristiwa yang dapat diamati. Ilmu ada dua kategori, yaitu limu
teoritik dan ilmu praktis. Ilmu teoretik dimaksudkan untuk memahami dunia, sering tidak
diketahui gunanya. Pertama, bilangan biner, dulu hanya hobi matematikawan, sekarang
dipakai di komputer. Kedua, bilangan prima, dulu hanya hobi matematikawan, sekarang
digunakan pada enkripsi. Ketiga, listrik, dulu hanya hobi ilmuwan, sekarang sangat penting
bagi hidup kita. Ilmu praktis dimaksudkan untuk mengubah dunia, ditujukan untuk kepen
tingan manusia, baik positif maupun negatif. Dalam arti sempit, ilmu mencakup pengetahuan
deskriptif saja. Di luar itu adalah nonilmiah. Dalam arti luas, Ilmu mencakup semua
pengetahuan, termasuk mate matika dan filsafat. Kategori Ilmu disajikan berikut ini.

B. Ancaman Kematian Ilmu Pendidikan

Memasuki era "mazhab" guru bidang studi, ilmu pendidikan mengalami ancaman yang
luar biasa dahsyat. Aneka program studi yang tergabung dalam ranah ilmu pendidikan
(sosiologi pendidikan, administrasi atau manajemen pendidikan, filsafat pendidikan,
kurikulum dan pengajaran atau kurikulum dan teknologi pendidikan, pendidikan luar sekolah,
dan sejenisnya) diberangus habis di banyak perguruan tinggi, tanpa disertai dengan produk
hukum resmi yang menandainya. Awalnya, disiplin ilmu inilah yang "merajai" percaturan
"kependidikan di Indonesia, kalau memang boleh disebut begitu. Bersamaan dengan
pemberangusan disiplin ilmu dimaksud, muncullah adagium bahwa "ilmu pendidikan telah
mati (science of education is dead). Disiplin ilmu pendidikan, akhirnya menjelma sebagai
"mata kuliah biasa", bukan sebagai bidang studi atau jurusan.

Berbarengan dengan itu muncul pelawanan, karena makin nyata banyak orang yang
bekerja di bidang pendidikan, termasuk guru, bertindak dengan cara "tanpa ilmu pendidikan."
Dalam statemen Winarno Surachmad disebut sebagai: pendidikan tanpa ilmu pendidikan.
Belakangan ini beberapa disiplin ilmu yang diberangus itu dikembankan secara sangat marak
pada jenjang Strata 2, meski sebagian terkesan asal-asalan: asal banyak mahasiswa, asal
terdaftar sebagai mahasiswa, asal ada tesis meski melalui jawa joki, asal lulus, dan
sebagainya.

Praktik kependidikan tanpa ilmu pendidikan pun ternyata menerima banyak kritik dari
kalangan praktisi dan pengamat. Muncul tudingan kuat, sekolah-sekolah hanya menggiring
anak-anak cerdas secara intelektual, tetapi sangat lanka mereka yang berbudi. Kemudian
muncul harapan baru untuk menggunakan ilmu pendidikan sebagai dasar menata afeksi anak
didik, sementara bidang studi berfokus pada kecerdasan intelektual. Prakonklusi ini sangat
mungkin tidak sepenuh nya tepat, karena pembentukan afeksi anak justeru banyak diwarnai
oleh faktor rumah dan jejaring kemasyarakatan, serta media massa.

Tindakan semacam ini tentu saja ada nilai positifnya. Sejak awal anak-anak telah
diajak tampil kompetitif. Jika tidak, mereka akan "tersortir" dan hal ini merupakan pukulan
awal bagi mereka untuk kelak menjadi manusia berpendidikan. Fenomena semacam ini, sadar
atau tidak dilegitimasi pleh pelaku kependidikan di sekolah. Di satu sisi sekolah-sekolah
mengajarkan perilaku kompetitif, namun di sisi lainmenumbuhsuburkan kesenjangan sosial,
seolah-olah sebagai hukum alam yang mendasar. Akhirnya, sejak awal anak-anak sudah
mengenal logika apa yang oleh Kohn (1999) disebut sebagai praktik perilaku ekonomi yang
mengedepankan imbalan atas prestasi dan hukuman atas kinerja di bawah standar.

C. Ilmu dan Keterampilan Kependidika

Ilmu pendidikan adalah ilmu yang mempelajari serta memproses pengubahan sikap
dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan. Ilmu pendidikan juga bermakna proses, cara, dan pembuatan
mendidik. Mendidik itu sendiri berkaitan dengan upaya meningkatkan penge tahuan,
pengertian, kesadaran, dan toleransi pada diri pembelajar.Mendidik juga dimaksudkan untuk
meningkatkan "questioning skills" dan kemampuan menganalisis fenomena kependidikan.

Ilmu pendidikan menjadi basis dasar setiap perilaku kependidikan dan terutama
pembelajaran dalam rangka membangun kedewasaan individu dengan sistem, prosedur, dan
substansi yang benar secara manusiawi. Meningkatkan dan mengembangkan kedewasaan
individu melalui pendidikan sejatinya adalah "pengubahan sikap dan tata laku seseorang."
Pemikiran ini bisa salah jika ditafrirkan sepihak, misalnya, dari sisi pandang guru semata,
masyarakat semata, atau siswa semala. Pemikiran pengenai pengubahan perilaku harus jelas:
(a) dengan cara seperti apa dan oleh siapa; (b) sesuai dengan keinginan siapa; (c) untuk
memperoleh keuntungan bagi siapa; (d) atas dasar keseragaman atau keberagaman seperti
apa; (e) dan sebagainya. Membangun manusia seutuhnya melalui didikan menjadi
keniscayaan untuk menghargai kreativitas dan pemikiran individual (individual thinking),
agar pelaku kependidikan dapat membuat sesuatu yang baru dan lebih baik, tidak hanya
menyalin dari praktik kependidikan di tempat lain..

Sejarah perkembangan ilmu pendidikan sangat mungkin berbeda di masing-masing


negara, meski esensinya sama di semua tempat dan situasi. Dalam keragaman sejarah dan
replika ilmu pendidikan sebagai cerminan dari standar kerja pemerintahan dan penguasa
birokrasi setempat, pembekalan teoritis kependidikan bagi guru dan calon guru merupakan
keniscayaan. Menurut N. Chacon (2002) dalam rangka pengembangan kemampuan dan
keterampilan kependidikan juga perlu upaya mengembangkan etika profesi guru, dengan
mengemas program yang menggamit beberapa dimensi.

1. Penguasaan substansi pengajaran dan pembelajaran, meliputi ilmu pengetahuan,


budaya, keterampilan, nilai, dan sikap dalam integrasi sekolah dan pendidikan.

2. Penguasaan dimensi teori dan praktik kependidikan, khususnya berkaitan dengan


nilai-nilai humanistik dan etika profesi.

3. Penguasaan program pendidikan berbasis proses dan hasil dalamkeseluruhan perilaku


dan pekerjaan kependidikan.

4. Penguasaan metode proses pengembangan kegiatan belajar mengajar berdasarkan


perspektif lintas-kurikuler secara aksiologis dengan menggunakan perangkat teknologi.

D. Ranah Ilmu Pendidikan

Ilmu pendidikan esensinya adalah ilmu yang dibangun, dikembankan, dan


diaplikasikan di dunia pendidikan. Awalnya, tindakan pendidikan ditafsirkan sebagai aplikasi
praktis semata. Belakangan ilmu pendidikan telah berkembang sebagai disiplin ilmu yang
matang setara dengan ilmu ilmu lain dilihat dari prosedur dan strategi penembangannya.

Dalam makna umum ilmu pendidikan terdiri dari dua ranah, yaitu ilmu pendidikan
teoritis dan ilmu pendidikan praktis. Ilmu pendidikan teoritis menyoal masalah teori-teori
pendidikan. Ilmu Pendidikan praktis berkaitan dengan aplikasi ilmu dalam praktik
kependidikan. Objek studi ilmu pendidikan adalah berbagai aspek interaksi psikologi-sosial-
budaya antara guru dan siswa. Dalam hal ini, siswa atau peserta didik adalah sebagai subjek
dengan segala karakteristik pribadi, kebutuhan, aspirasi, serta nilai-nilai yang dianutnya.
Engkoswara (1997) menulis bahwa perkembangan lebih lanjut menunjukkan ilmu pendidikan
tidak lagi hanya sebatas aplikasi praktis kependidikan, melainkan telah berkem bang sebagai
objek studi. Sebagai objek studi ilmu pendidikan mempunyai lima komponen inti, yaitu (1)
kurikulum, (2) kegiatan belajar, (3) perbuatan mendidik dan mengajar, (4) lingkungan
pendidikan, dan (5) penilaian pendidikan..
Banyak penulis sepertinya sepakat, bahwa dilihat dari bidang-bidang spesialisasi,
batang tubuh ilmu pendidikan itu dikembang kan menurut (1) komponen-komponen inti, (2)
lingkungan (setting) pendidikan, (3) jenis dan jenjang pendidikan, (4) bidang studi, dan (5)
kategori peserta didik. Objek studi ilmu pendidikan untuk setiap spesialisasi meliputi
komponen-komponen inti ilmu pendidikan, seperti kurikulum, belajar, mengajar, lingkungan
pendidikan dalam makna luas, dan untuk bidang-bidang yang bersangkutan. Dalam konteks
pengembangan teori-teori pada masing-masing komponen itu diperlukan bantuan dari
teoriteori ilmu lainnya seperti (a) filsafat, (b) psikologi, (c) sosiologi, (d) antropologi, (e)
administrasi, (f) ekonomi, (g) politik, (h) kebudayaan, dan sebagainya. Atas dasar itu, muncul
berbagai cabang ilmu pendidikan yang kita kenal, yaitu: (a) filsafat pendidikan, (b) psikologi
pendidikan, (c) sosiologi pendidikan, (d) antropologi pendidikan, (e) ekonomi pendidikan, (f)
politik pendidikan, (g) kebijakan pendidikan, (h) pengawasan pendidikan, dan sebagainya.

E. Ilmu dan Proses Kerja Pendidikan

Ilmu pendidikan tidak hanya berkutat pada ilmu dan seni mengajar, melainkan ada
hubungannya dengan pembentukan generasi baru, yaitu pengaruh pendidikan sebagai sistem
yang bermuara pada pengem bangan individu atau peserta didik. Bagi banyak penulis atau
peneliti proses kependidikan telah menjadi fokus dari beberapa refleksi teoritis. Dengan
demikian, berbagai definisi telah muncul menyertainya. Danilov (1978) mendefinisikan
istilah ilmu pendidikan sebagai proses interaksi terus-menerus dan saling berasimilasi antara
pengetahuan ilmiah dan pengembangan siswa. Asimilasi pengetahuan oleh siswa berkaitan
dengan antusiasme mereka untuk mengetahui diverifikasi dalam proses kerja yang intensif
dan aktif.

Penekanan pada aspek pengajaran terus-menerus dari proses asimilasi merupakan


upaya intelektual yang intensif pada diri siswa. Karena itu, proses pendidikan dalam kerangka
aplikasi ilmu pendidikan juga didefinisikan sebagai proses pendidikan dan pengajaran secara
keseluruhan dan bermuara pada pembentukan kepribadian siswa. Dalam proses ini, hubungan
aktif dan sosial yang dibangun antara guru dan siswa melahirkan pengaruh timbal balik
mereka untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam kerangka analisis proses pendidikan menjadi penting untuk


mempertimbangkan beberapa prinsip yang memandu proses itu berlangsung. Proses
pendidikan sejati dipandu oleh kesatuan karakter ilmiah dan ideologis dari proses
kependidikan itu sendiri. Karakter ilmiah dan Idiologis ini menyoroti bahwa setiap proses
pendidikan harus terstruktur berdasarkan temuan yang paling maju di bidang sains
kontemporer dan dalam korespondensi total dengan ideologi kita. Selain itu, prinsip
hubungan sekolah dan kehidupan didasarkan pada dua aspek penting: kaitan antara kehidupan
dan pekerjaan sebagai kegiatan yang mendidik manusia.

Dengan demikian, setiap konten yang pembelajar ambil di sekolah harus berguna
dalam kehidupan sehari-hari, kini dan kelak. Prinsip lain yang berorientasi proses ini adalah
salah satu yang mengkombinasikan karakter kolektif dan individual pendidikan, serta
penghormatan terhadap kepribadian siswa. Ini berarti bahwa, jika proses pendidikan terjadi
dalam konteks sekelompok orang, yang dikumpulkan sesuai dengan kriteria yang berbeda dan
mengadopsi karakteristik tertentu, setiap anggota memiliki kekhususan unik yang
membedakan dia dari yang lain, dan memiliki hak untuk dipertimbangkan dan dihormati juga.

Prinsip berikutnya adalah merujuk pada kesatuan pengajaran, pendidikan dan


perkembangan proses, karena didasarkan pada kesatuan dialektis antara pendidikan dan
pengajaran yang harus terkait dengan kegiatan pembangunan pada umumnya. Pendidikan dan
pengajaran tidak identik dengan kesatuan dialektis, karena itu kedua istilah itu (pendidikan
dan pengajaran) tidak dapat dapat dipertukarkan,namun saling melengkapi. Jadi, ketika
seseorang menempuh pendidikan dia harus menjalani proses pembelajaran yang baik. Dengan
menjalani proses pembelajaran yang baik, seseorang akan mencapai keterdidikan, dalam
makna terwujudnya pencapaian jaminan pengembangan pribadi.

Proses pendidikan juga menggamit prinsip bahwa domain kognitif dan afektif tidak
bisa berada dalam suasana yang kering. Ini menyiratkan bahwa proses pendidikan harus
terstruktur berdasarkan kesatuan dan hubungan antara kondisi manusia: kemungkinan
mengetahui dunia sekitarnya dan dunianya sendiri, serta pada saat yang sama perasaan dan
tindakan kemungkinan menjadi terpengaruh oleh dunia itu.

Prinsip terakhir dari proses pedagogis adalah, bahwa masing masing subsistem aktivitas,
komunikasi, dan kepribadian saling terkait satu sama lain. Misalnya, aspek kepribadian
dibentuk dan dikembang kan atas aktivitas dan melalui proses komunikasi. Sepanjang seluruh
hidupnya, siswa menjalankan sejumlah besar kegiatan dan berkomuni kasi terus-menerus.
Elemen-elemen ini pada dasarnya merupakan proses pendidikan kepribadian.

F. Ilmu Pendidikan Praktis


Ilmu pendidikan dari sisi praktis tidak hanya berbicara mengenal seni dan ilmu
mendidik dan mengajar, melainkan juga mendorong banyak orang untuk melakukan redesain
dan pemahaman ulang atas bagaimana menggunakannya ketika merumuskan kurikulum yang
sesuai dengan kebutuhan siswa dan kemajuan zaman. Banyak ceramah dan lokakarya
kependidikan telah digelar sejalan dengan kencangnya tuntutan reformasi sekolah dan
lahirnya ide-ide besar yang harus dipertimbangkan ketika teoritisi dan praktisi pendidikan
berpikir tentang pemberdayaan siswa sebagai penyambung generasi masa depan. Juga, telah
didiskusikan tentang bagaimana ide-ide besar itu seakan-akan mengalami regresi atau
kemunduran, ketika orang bernostalgia akan eloknya pendidikan di masa lampau.

Diskusi mengenai ilmu pendidikan memang memunculkan pertaruhan, ketika generasi


lanjutan menjadi pertaruhannya. Pedagogi yang abstrak itu harus mampu menjelmakan
sesuatu menjadi sesuatu yang konkret. Pedagogi tidak sekadar harus dipahami, melainkan
juga bagaimana cara mengaplikasikannya. Pemikiran inilah yang kemudian melahirkan apa
yang disebut sebagai pedagogi praktis. Pedagogi praktis seseringnya diidentikkan dengan
ilmu pendidikan praktis. Dalam sisi pandang sempit, sebagai ilmu atau teori dan seni atau
praktik mengajar, ilmu pendidikan termasuk dikategorikan sebagai "pengetahuan
kependidikan vernakular" atau ilmu pendidikan praktis.

Pada tataran pembelajaran di kelas tidak ada perbedaan yang jelas antara pedagogi
praktis dan pedagogi ilmiah. Meski demikian, praktik pedagogi yang baik harus didasari oleh
teori pedagogi yang sudah teruji. Jembatan antara pedagogi ilmiah dan pedagogi praktis juga
meningkat melalui penggunaan penelitian ke bidang-bidang seperti metakognisi dan hasil
pembelajaran bertahun-tahun. Pengajaran juga telah berada pada masa transisi -bahkan untuk
beberapa dekade akhir akhir ini-dari penekanan lebih pada pengetahuan praktis pedagogis dan
empiris atau pengalaman individu untuk meningkatkan aplikasi peda gogis ke ikut disumbang
secara bermakna oleh pengetahuan ilmiah di bidang ini. Bagi guru-guru, kekuatan pedagogi
ilmiah adalah membuat pembelajaran semakin praktis dilihat dilihat dari prisma konsep
teoritis. Karena memang, teori merupakan sesuatu yang paling praktis. Contoh mudahnya,
membangun gedung pencakar langit tanpa teori, hasilnya akan rontok. Dokter mengoperasi
jantung pasien tanpa teori, pasiennya akan mengalami kematian segera.

Tentu saja banyak guru secara tidak sadar atau sadar juga menjadi peneliti. Karena di
dalam tugas-tugas pratis mereka selalu muncul pengalaman baru, yang jika waktu
memungkinkan mereka dapat menambah khasanah baru bagi perbaikan pengajaran. Meski
demikian, tidak semua guru dapat menimba pengalaman baru selama menjalani proses
pembelajaran, dengan beberapa alasan:

• informasi yang berlebihan,

• kurangnya waktu untuk berbagi pengetahuan,

• tidak menggunakan teknologi untuk berbagi pengetahuan secara efektif,

• kesulitan menangkap pengetahuan yang diperoleh, dan

• adanya pengekangan terhadap kreativitas.

Keterhubungan antara ilmu atau teori dan seni atau praktik kependidikan juga dapat
dibangun melalui kerangka kebijakan yang mengkodifikasi pengetahuan kependidikan dan
cabang ilmu lain yang dimiliki oleh guru. Standar profesional yang menjadi persyaratan yang
harus dipenuhi oleh guru, pemahaman dimensi pedagogik dan kepri badian siswa,
bagaimanapun telah mengintegral dengan persyaratan profesionalnya (Dalton, 1998). Tentu
saja standar kerangka kerja guru masih dan akan terus dibangun sesuai dengan kemajuan
konteks tualnya. Studi sistemik praktik kependidikan erat kaitannya dengan penerapan
pedagogi. Untuk membangun dan memperkuat keterhu bungan itu perlu menelaah kaitan
antara pedagogi praktis dan ilmiah serta antara pedagogi dan standar profesional guru.
Menurut Youth dan Lucas (1999) menjadi sangat penting bahwa profesi guru
mengembangkan pendekatan sendiri untuk spesialisasi profesional di bidang kependidikan.
Satu kerangka kerja yang dimungkinkan oleh guru dapat mengembangkan pendekatan
mereka sendiri untuk praktik kependidikan, disarankan oleh Hallam dan Ireson (1999) seperti
berikut ini.

• Pertimbangan tujuan pendidikan dan nilai-nilai yang mendukung pengajaran.

• Pengetahuan tentang teori belajar.

• Pengetahuan tentang konsep-konsep yang berbeda dari mengajar.

• Pengetahuan tentang model pengajaran dan pembelajaran dan interaksi dinamis


karakteristik siswa, karakteristik lingkungan belajar, tuntutan tugas, proses pengajaran dan
pembelajaran, dan berbagai jenis pembelajaran.

• Memahami bagaimana pedagogi dapat dioperasionalkan di dalam kelas.


• Pengetahuan dan keterampilan untuk mengevaluasi praktik, penelitian, dan teori yang
berkaitan dengan pendidikan.

SOAL
1. Apa kontribusi IPTEK khususnya teknologi informatika dan komuniksai terhadap ilmu
pendidikan?
2. Apa yang dimaksud dengan pedagogi praktis?
3. Apa yang dimaksud dengan Revolusi Pendidikan Ketiga di Kuba?
4. Uraikan apa yang dimaksud ilmu pendidikan teoretis dan ilmu pendidikan praktis?
JAWAB
1. Sebagai Infrastruktur Pembelajaran
Sebagai Sumber Bahan Ajar
Sebagai Alat Bantu dan Fasilitas Pembelajaran
Sebagai Skill dan Kompetensi
Sebagai Sumber Informasi Penelitian
Sebagai Media Konsultasi
Sebagai Media Belajar Online
2. Kompetensi Pedagogik praktis pada dasarnya adalah kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi Pedagogik merupakan kompetensi
khas, yang akan membedakan guru dengan profesi lainnya dan akan menentukan
tingkat keberhasilan proses dan hasil pembelajaran peserta didiknya.
3. Usaha Uni Soviet yaitu dengan Gerakan Dunia Ketiga kuba yang memanfaatkan
pertentangan- pertentangan antara Amerika Serikat dan Amerika Latin. Uni Soviet
memberikan bantuan militer langsung kepada pihak oposisi pemerintah dan bantuan
tidak langsung kepada gerilyawan yang tersebar di Negara Amerika
Latin.Pemerintahan Kuba tidak dapat lepas dari intervensi Amerika Serikat dalam
membuat kebijakan karena Amerika Serikat memberikan syarat bahwa Amandemen
Platt, yang merupakan tiket Amerika Serikat untuk melakukan intervensi harus
dimasukkan ke dalam konstitusi Kuba seperti yang dijelaskan Jeffrey L. Roberg dan
Alyson Kuttruff .
4. A. Pendidikan teoritis adalah cabang teoritik sebagai ilmu dasar dari pedagogik.
Kualitas pendidikan lebih terjamin dalam situasi mendidik pada relasi mikro inteinsani
tatap muka, seperti dalam keluarga persahabatan antara manusia yang lebih
berkedewasaan dan yang kurangberkedewasaan ( bukan antara dua anak ) .
B. ilmu praktis adalah suatu praktek pendidikan untuk mendapatkan kemudahan dan
kenyamanan dalam mencari pengetahuan.

Anda mungkin juga menyukai