Dosen
Oleh
1. Langeveld, mengartikan paedagogiek atau ilmu pendidikan sebagai suatu ilmu yang bukan
saja menelaah obyeknya untuk mengetahui betapa keadaan atau hakiki obyek itu,
melainkan mempelajari pula betapa hendaknya bertindak.
2. Carter V. Good, menyebut ilmu pendidikan sebagai suatu bangunan pengetahuan yang
sistematis mengenai aspek-aspek kuantitatif dan obyektif dari proses belajar, menggunakan
instrumen secara seksama dalam mengajarkan hipotesis-hipotesis pendidikan untuk diuji
dari pengalaman, sering kali dalam bentuk eksperimentasi.
3. Frederick Herbart, memaknai ilmu pendidikan sebagai ilmu yang berdiri sendiri yang
mengkaji hakekat, persoalan, bentuk-bentuk, dan syarat-syarat dari pendidikan.
4. Brodjonegoro, mengartikan ilmu pendidikan secara sempit dan luas. Secara sempit ilmu
pendidikan diartikan sebagai teori pendidikan dan perenungan tentang pendidikan,
sedangkan secara luas diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari soal-soal
yang timbul dalam praktek pendidikan.
5. Sutari Imam Barnadib, menuliskan bahwa ilmu pendidikan adalah ilmu yang mempelajari
suasana dan proses-proses pendidikan.
6. Ngalim Purwanto, ilmu pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan
merenngkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik.
Dari pendapat para ahli diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ilmu pendidikan
adalah ilmu yang mempelajari suasana dan proses pendidikan yang berusaha memecahkan
masalah-masalah yang terjadi di dalamnya sehingga mampu menentukan akternatif tindakan
dalam mendidik yang efektif.
Disamping lima bidang kajian inti ilmu pendidikan, ilmu pendidikan juga sebagai disiplin
ilmu. Maka lahirlah berbagai bidang kajian penunjang dari ilmu pendidikan (Ananda, 2016)
antara lain:
1. Ilmu pendidikan memerlukan filsafat, maka lahirlah bidang kajian ilmu filsafat
pendidikan
2. Pendidikan sangat memerlukan psikologi, maka lahirlah psikologi pendidikan.
3. Pendidikan memerlukan kajian sosiologi, maka lahirlah bidang kajian sosiologi
kependidikan.
4. Pendidikan memerlukan kajian administrasi, maka lahirlah bidang kajian administrasi
pendidikan.
5. Pendidikan memerlukan kajian politik, maka lahirlah bidang kajian politik pendidikan.
6. Pendidikan memerlukan kajian ekonomi, maka lahirlah bidang kajian ekonomi
pendidikan.
7. Dan bidang-bidang lain yang diperlukan oleh ilmu pendidikan dalam mengembangkan
dirinya sebagai satu disiplin ilmu.
D. Kajian Dasar-dasar Pendidikan
1. Konsep Dasar Landasan Ilmiah Ilmu Pendidikan
Landasan ilmiah ilmu pendidikan adalah kajian keilmuan yang membahas pendidikan
sebagai ilmu dan ilmu pendidikan yang ditujukan agar para pendidik dan tenaga
kependidikan memiliki pemahaman yang mendalam tentang pendidikan, proses
pendidikan, ilmu pendidikan dan kaitan ilmu pendidikan secara mendalam, memahami
pendidikan dalam konteks kebudayaan dan sosial secara luas. Diharapkan para pendidik
dan tenaga kependidikan dapat pula memahami pelaksanaan pendidikan di sekolah dan di
luar sekolah serta kaitan antara keduanya.
Landasan ilmiah ilmu pendidikan membahas dan menganalisis serta mengembangkan
asumsi-asumsi pelaksanaan pendidikan, proses pendidikan dan tindakan mendidik lainnya
bersumber dari berbagai disiplin ilmu. Disiplin ilmu yang membantu membangun asumsi-
asumsi tentang kependidikan antara lain filsafat, psikologi, antropologi, sosiologi, biologi,
politik, ekonomi, dan beberapa disiplin ilmu lainnya. Konsep dari berbagai disiplin
keilmuan inilah nantinya akan menbantu pendidik dan tenaga kependidikan dalam
melakukan tindakan dan aktivitas pendidikan.
MP. Hunt dalam bukunya The Foundation of Education meenyebutkan bahwa kajian
mengenai sosial budaya pendidikan bertujuan membekali pendidik dan tenaga
kependidikan dengan pengetahuan yang mendalam tentang masyarakat dan kebudayaan
dimana mereka hidup dan hal tersebut diperlukan untu memahami masalah-masalah
pendidikan. Posisi dan tingkat kemajuan yan terjadi pada suatu komunitas, masyarakat
lokal, keadaan nasional suatu negara dapat dinilai dari keadaan dan kondisi pelaksaan
pendidikan setempat. Dan dalam pelaksanaan program pendidikan tersebut dipengaruhi
oleh beberapa faktor (dalam Ananda, 2016):
a. Faktor kehidupan dan kondisi masyarakat setempat
Kodisi sosial ekonomi yang meliputi level pendidikan masyarakat, pekerjaan
masyarakat, pendapatan anggota masyarakat akan memepengaruhi bagaimana program
pendidikan sekolah di daerah setempat. Suatu masyarakat level atas, sekolahnya akan
lebih maju, sarana cukup, semangat sekolah anak tinggi, guru yang mengajar juga
bersemangat.
Hal ini disebabkan oleh anggota masyarakat, orang tua sangat antusias dan
mendukung program pendidikan di sekolah. Sebaliknya, pada masyarakat dengan sosial
ekonomi lemah, dukungan orang tua pastilah tidak maksimal dan orang tua menganggap
bahwa pendidikan adalah tanggung jawab pemerintah. Bahkan terkadang ada orang tua
yang melarang anaknya sekolah untuk mengajaknya pergi bekerja.
b. Faktor sosial budaya masyarakat
Keadaan sosial budaya setempat adalah kebiasaan, etos kerja, pandangan terhadap
pentingnya pendidikan. Masyarakat yang memiliki kebiasaan yang baik, religious, etos
kerja tinggi dan menganggap pendidikan sangat penting akan melahirkan pendidikan
sekolah yang sangat baik. Sebaliknya, apabila kebiasaan-kebiasaan masyarakat tidak
baik, etos kerja yang rendah dan pandangan terhadap pentingnya pendidikan rendah,
maka pendidikan di daerah tersebut tidak berjalan dengan baik.
c. Faktor politik
Pendidikan berkaitan dengan kekuasaan, karena pendidikan memerlukan
kekuasaan politik untuk mengelolanya. Apabila pemegang kekuasaan di daerah tersebut
peduli akan pendidikan maka pendidikan akan diperhatikan dengan sungguh-sungguh
dalam program peningkatan mutu pendidikan, pembiayaan, kesejahteraan pendidikan
dan tenaga kependidikan, karier pendidik dan sebagainya. Sehingga dengan demikian
pendidikan di daerah tersebut akan maju dan berkualitas. Sebaliknya jika pemegang
kekuasan tidak peduli akan pendidikan, maka pendidikan pada daerah itu tidak akan
berkualitas baik.
d. Tuntutan masyarakat dan rekayasa masa depan
Tuntutan masyarakat adalah keinginan masyarakat, keinginan para orang tua yang
menginginkan anaknya diajarkan mata pelajaran tertentu atau tidak diajarkan mata
pelajaran tertentu. Sekolah seharusnya mengikuti tuntutan masyarakat dengan tujuan
memperbaiki sistem pendidikan seperti pelayanan yang prima, beban belajar yang
sesuai, sttrategi pembelajaran yang terbaru, dan lainnya. Rekayasa masa depan ini, yaitu
dengan menciptakan program pendidikan yang dapat merespon baik kondisi yang
terjadi seperti terdapatnya perilaku-perilaku tidak terpuji seperti korupsi, pemalas,
konsumtif, tidak bisa berbahasa asing dan lainnya. Sehingga akan menciptakan bangsa
Indonesia yang anti korupsi, pekerja keras, menghargai orang lain, dan sebagainya.
e. Politik
Pemerintah yang berkuasa, anggota parlemen, para pejabat public akan
mempengaruhi kebijakan pendidikan. Ketika para anggota parlemen tidak menyetujui
atau menolak membiayai, maka yang terjadi adalah pengaruh tidak baik dari politik
terhadap pendidikan.
f. Faktor ekonomi
Pendidikan yang baik membutuhkan biaya yang mencukupi. Biaya tersebut di
pakai untuk melengkapi fasilitas serta sarana prasarana pendidikan di sekolah. Oleh
karena itu, kebijakan ekonomi dan anggaran hendaknya diarahkan untuk mendukung
pendidikan yang berkualitas, karena pendidikan yang berkualitas adalah investasi masa
depan.
2. Pendidikan sebagai Suatu Disiplin Ilmu
Menurut Ananda (2016), untuk memperbaiki dan memajukan bangsa diperlukan
pendidikan dengan genre baru yaitu ilmu pendidikan yang mengembangkan kepribadian
inovatif, entrepreneur, kreatif dan mampu memecahkan masalah baik pada masa kini
maupun masa yang akan datang. Pendidikan merupakan suatu disiplin ilmu. Isi dari
disiplin ilmu minimal memiliki dua hal yaitu teori-teori dan konsep-konsep. Teori secara
sederhana ialah penjelasan hubungan/korelasi/saling pengaruh anatar dua variabel. Dan
konsep adalah abstraksi dari fakta atau data yang ada. Kemudian teori dan konsep inilah
yang dipakai oleh manusia dalam memecahkan masalah/fenomena/gejala dalam
kehidupannya.
Ilmu pendidikan secara umum adalah ilmu yang mempelajari proses pembentukan
kepribadian manusia melalui kegiatan belajar yang dirancang secara sadar dan sistematis
dalam interaksi antara pendidik dan peserta didik. Maka yang menjadi ontology dari ilmu
pedidikan adalah “interaksi“ antara pendidik dan peserta didik dalam arti luas dalam semua
lingkungan dan jenjang pendidikan. Metodologi (epistemology) ilmu pendidikan adalah
sama dengan ilmu lain. pendidikan menggunakan dua pendekatan yaitu induktif dan
deduktif. Pendidikan menggunakan metode ilmiah dalam pengembangan keilmuannya
seperti metode analisis konten fenomenologis, expost facto, eksperimen, studi kasus dan
penelitian lapangan. Kemudian kegunaan (aksiologi) yang berpatokan bahwa sesuatu itu
bernilai apabila memberikan manfaat bagi manusia. Ilmu pendidikan sangat bermanfaat
bagi manusia sehingga akan sangat berguna bagi manusia.
Dengan demikian, terkait aspek ontology, epistemology dan aksiologi, pendidikan
memenuhi syarat untuk menjadi satu disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Ilmu pendidikan
sangat berguna bagi kelangsungan hidup manusia.
3. Bidang Kajian Ilmu Pendidikan
Pendidikan sebagai ilmu memiliki bidang kajian. Bidang kajian ilmu pendidikan
terdiri dari dua bagian, yaitu kajian inti ilmu pendidikan dan kajian penunjang. Kajian inti
ilmu pendidikan terdiri dari lima bidang yaitu kurikulum, belajar, mendidik dan mengajar,
lingkungan pendidikan dan penilaian pendidikan. Disamping lima bidang kajian ilmu
pendidikan, ilmu pendidikan juga memerlukan ilmu-ilmu lain untuk mengembangkan diri
sebagai suatu disiplin ilmu. Maka lahirlah berbagai bidang kajian penunjang ilmu
pendidikan yaitu filsafat pendidikan, sosiologi kependidikan, asministrasi pendidikan,
politik pendidikan, ekonomi pendidikan, dan bidang ilmu lainnya (dalam Ananda, 2016).
KEPUSTAKAAN
DAFTAR RUJUKAN
Munib, A., dkk. (2006). Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UNNES Press.