Anda di halaman 1dari 5

PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN

Pra- Resume
KAJIAN PEDAGOGIK

Dosen Pengampu:
Dr. Amin Budiamin, M.Pd.

Oleh :
Ahmad Fauzi Mulyana (2002168)
Angkatan. 2020

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN KURIKULUM


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2021
A. Pendahuluan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan yang berarti “education” adalah
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan, sedangkan pengetahuan adalah
segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran). Pendidikan adalah
aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina
potensi-potensi pribadinya. Sedangkan pengetahuan adalah objek dari pada manusia
melakukan proses pendidikan itu sendiri. Pendidikan merupakan sebagian dari kehidupan
masyarakat dan juga sebagi dinamisator masyarakat itu sendiri. Memang kita semua
mengatahui betapa sektor pendidikan selalu terbelakang dalam berbagai sektor pembangunan
lainnya, bukan saja karena sektor itu lebih dilihat sebagi sektor konsumtif, juga karena “by
definition” pendidikan adalah penjaga status quo masyarakat itu sendiri. Bayangkan betapa
runyamnya kehiduipan ini apabila tidak ada dasar pijakan dan tidak ada bintang penunjuk
jalan.

B. Pendidikan Sebagai Ilmu


Pendidikan adalah suatu usaha untuk membekali peserta didik berupa ilmu, pengetahuan
dan keterampilan yang berguna bagi diri sendiri, masyarakat dan lingkungan sekitar.
Pendidikan merupakan suatu proses mentransfer ilmu yang pada umumnya dilakukan
melalui tiga cara yaitu lisan, tulisan dan perbuatan. Pada dasarnya, pendidikan erat
hubunganya dengan ilmu karena obyek utama dari pendidikan adalah ilmu.
Pendidikan merupakan suatu kegiatan mentransfer ilmu pengetahuan dari pendidik kepada
peserta didik. Ilmu pendidikan sebagai ilmu pengetahuan dengan meletakkan ilmu
pengetahuan sebagai obyeknya.
Pendidikan sebagai ilmu pengetahuan dimulai dengan meletakkan ilmu pengetahuan
dalam system penggolongan (sistematika) ilmu pengetahuan. Menurut sistemnya ilmu
pengetahuan dibedakan sebagai berikut:
a) Ilmu-ilmu murni; berdiri sendiri lepas dari pada ilmu pengalaman (empiri). Contoh :
Matematika.
b) Ilmu-ilmu pengalaman (empiri); diperoleh berdasarkan pengalaman. Jadi objeknya
adalah gejala-gejala kehidupan, baik yang nampak maupun tidak nampak.
Ilmu pendidikan termasuk ilmu pengetahuan empiris yang diangkat dari pengalaman
pendidikan, kemudian disusun secara teoritis untuk digunakan secara praktis. Dengan
menempatkan kedudukan ilmu pendidikan di dalam sistematika ilmu pengetahuan, maka
uraian selanjutnya adalah ilmu pendidikan sebagai Ilmu Normatif dan Ilmu pendidikan
sebagai Ilmu Teoritis dan Praktis.

1. Ilmu Pendidikan Sebagai Ilmu Normatif


Ilmu pendidikan itu selalu berurusan dengan soal siapakah “manusia” itu. Pembahasan
mengenai siapakah manusia itu biasanya termask bidang filsafat, yaitu filsafat antropologi.
Pandangan filsafat tentang manusia sangat besar pengaruhnya terhadap konsep serta praktik-
praktik pendidikan. Karena pandangan filsafat itu menentukan nilai-nilai luhur yang
dijunjung tinggi oleh seorang pendidik atau suatu bangsa yang melakukan pendidikan.
Nilai yang dijunjung tinggi ini dijadikan norma untuk menentukan ciri-ciri manusia
yang ingin dicapai melalui praktik pendidikan. Nilai-nilai tidak diperoleh hanya dari praktik
dan pengalaman mendidik, tetapi secara normative bersumber dari norma masyarakat,
norma filsafat dan pandangan hidup, malah dari keyakinan keagamaan yang dianut oleh
seseorang.

2. Ilmu Pendidikan Sebagai Ilmu yang Bersifat Teoritis dan Praktis


Dalam ilmu mendidik teoritis para cerdik pandai mengatur dan mensistemkan di dalam
swapikirnya masalah yang tersusun sebagai pola pemikiran pendidikan. Jadi dari praktik-
praktik pendidikan disusun pemikiran-pemikiran secara teoritis. Pemikiran-pemikiran teoritis
inilah yang disusun dalam satu system pendidikan yang biasa disebut Ilmu Mendidik Teoritis.
Terdapat hubungan antara ilmu mendidik teoritis, sistematiss dan histories. Apa sajakah
yang dapat disumbangkan sejarah pendidikan bagi teori pendidikan maupun praktik
pendidikan? Meskipun ilmu mendidik sistematis mendahului ilmu mendidik histories, akan
tetapi ilmu mendidik histories juga memberikan bantuan dan memperkaya ilmu mendidik
sistematis. Selanjutnya adalah bagaimana hubungan antara ilmu mendidik histories dan ilmu
mendidik praktis. Seorang maha guru ilmu mendidik JM. Guning berkata: teori tanpa praktek
adalah baik pada human cerdik cendikiawan dan praktek tanpa teori hanya terdapat pada
orang gila dan penjahat – penjahat namun alangkah lebih sempurnanya ilmu pendidikan itu
dilakukan dengan cara teori dan praktek secara bersama-sama.
Untuk lebih memahami bahwa ilmu pendidikan itu adalah yang memerlukan pemikiran
yang teoritis, adalah bahwa setiap pendidik memerlukan kritik- kritik sumbangan pemikiran
dari para ahli/ orang lain, ia dapat belajar dari catatan-catatan kritik saran dari orang lain, yang
pada akhirnya dapat dikatakan bahwa ia belajar berdasarkan teori.

C. Teori-teori Pendidikan
Teori-teori pendukung dalam proses pendidikan yaitu:
1. Teori Sumber Daya Manusia
Teori ini dikemukakan oleh T. W. Schultz. Teori ini berpendapat bahwa perkembangan
masyarakat pada hakekatnya berlandaskan pada investasi manusiawi.
2. Teori Struktural dan Fungsional
Teori ini dicetuskan oleh Talcot Parsons. Dalam teori ini, dikatakan bahwa masyarakat
terdiri atas kelompok-kelompok yang mempunyai tempat dalam struktur dengan
fungsinya masing-masing dan saling berhubungan secara harmonis. Dengan demikian
diharapkan pendidikan akan mampu mengembangkan potensi pada masyarakat.
3. Teori Linier Progresif oleh Gunnar Myrdal
Teori ini mengemukakan bahwa pendidikan diharapkan selalu membawa pengaruh positif
terhadap perkembangan seorang individu.
4. Teori Modernisasi
Menurut teori ini dikemukakan bahwa pendidikan diharapkan akan mampu membawa
masyarakat dari tradisional menjadi modern.
5. Teori Mobilitas Isi
Teori ini mengandaikan bahwa bila semua anak mendapatkan pendidikan yang teratur
dan mempunyai sejumlah pengetahuan dan kecakapan lewat pendidikan akan
terangkatlah status seorang individu.
6. Teori Alokasi oleh John W. Meyer
Teori ini mengisyaratkan adanya pengamatan antara struktur masyarakat dengan program
pendidikan. Dengan harapan peserta didik akan mampu meningkatkan statusnya dalam
lingkungan masyarakat.
7. Teori Legimitasi
Teori ini mengemukakan bahwa dalam menjalankan programnya pendidikan bukan
hanya lembaga sosialisasi, tetapi mampu mempengaruhi hingga terjadi perubahan dan
peningkatan kehidupan seorang individu dalam masyarakat.

Sumber Referensi :
Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga.
Jakarta: Balai Pustaka
Tilaar. (1999). Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Langeveld, M J. 2009. Pedagogik Theoritis-Sistematis, (Editor : Y Suyitno). FIP, UPI
Bandung.
Notoadmodjo, S. 2009. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta
Purwanto, M Ngalim. 2009. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: PT Remaja
Pustaka.
Suhartono. 2009. Filsafat Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Suyitno. 2009. Landasan Filosofis Pendidikan (Materi Bahan Ajar). Upi Bandung
Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Edisi Revisi.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Tirtarahaedja, Umar & S L La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT. Rhineka
Cipta. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan
Nasional. Bandung: Fokus Media.

Anda mungkin juga menyukai