Anda di halaman 1dari 9

Pengembangan Kurikulum Diklat (Pendidikan dan Pelatihan) Berbasis Kompetensi dalam Membangun Profesionalisme ...

Widi Asih Nurhajati & Bachtiar Sjaiful Bachri

PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) BERBASIS


KOMPETENSI DALAM MEMBANGUN PROFESIONALISME PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)

Widi Asih Nurhajati


Bachtiar Sjaiful Bachri
Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya
bachtiarbachri@unesa.ac.id

Abstrak
Diklat berbasis kompetensi diselenggarakan untuk mengatasi diskrepansi kompetensi PNS agar
kemampuan PNS lulusan diklat sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Salah satu komponen dalam
diklat berbasis kompetensi adalah kurikulum yang berbasis kompetensi berdasar pada kebutuhan akan
kompetensi peserta diklat. Dalam rangka memenuhi tuntutan perkembangan jaman berikut situasi dan
kondisi di masyarakat, pengembangan kurikulum diklat perlu dilakukan. Pengembangannya tetap
menyesuaikan dengan landasan pengembangan kurikulum, yakni landasan filosofis, psikologis, sosiologis
dan IPTEK. Pengembangan kurikulum diklat berbasis kompetensi juga menyesuaikan dengan model
kurikulum yang dikehendaki, sehingga kurikulum tersebut nantinya dapat menghasilkan lulusan diklat
dengan kemampuan sesuai yang diinginkan. Pengembangan kurikulum diklat berbasis kompetensi pada
akhirnya diharapkan dapat membangun profesionalisme dan kompetensi PNS dalam menjawab tantangan
di masa depan.Dengan demikian diklat akan menghasilkan lulusan, dalam hal ini PNS, yang profesional
dan kompeten.

Kata Kunci: pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, profesionalisme, kompetensi

Abstract
Competency-based training is held to overcome the discrepancy of civil servant competence to the ability
of civil servants graduate training in accordance with the expected competencies. One component of
competency-based training is a competency-based curriculum based on competency needs of training
participants. In order to meet the demands of the development of the times following the situation and
conditions in the community, the development of training curriculum needs to be done. Its development
still adjusts to the curriculum development foundation, namely philosophical, psychological, sociological
and science and technology. Development of competency-based training curriculum also adapts to the
desired curriculum model, so that the curriculum will be able to produce training graduates with the desired
ability. Development of competency-based training curriculum is ultimately expected to build the
professionalism and competence of civil servants in answering challenges in the future. Thus the training
will produce graduates, in this case civil servants, who are professional and competent.

Keywords: development of competency-based curriculum, professionalism, competence

PENDAHULUAN dirinya dan wajib mempertanggungjawabkan kinerjanya


Stigma negatif yang selama ini melekat di dan menerapkan prinsip merit dalam pelaksanaan
masyarakat tentang Pegawai Negeri Sipil adalah bahwa manajemen Aparatur Sipil Negara. Salah satu cara
PNS banyak yang tidak disiplin; sering mangkir dari meningkatkan kapasitas PNS adalah melalui kegiatan
pekerjaannya; rawan pungli dan gratifikasi; melakukan pendidikan dan pelatihan sebagaimana diamanatkan UU
kolusi, korupsi dan nepotisme; serta mempersulit No. 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN)
pelayanan. Hal tersebut haruslah diubah karena sebagai pasal 70 ayat (2).
ujung tombak pemerintah, PNS harus memiliki integritas, Salah satu poin penting dalam Grand Design
profesional, netral dan bebas dari intervensi politik, percepatan Reformasi Birokrasi 2010–2025 pada
bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta Peraturan Presiden No.81 Tahun 2010 menyebutkan
mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi tentang profesionalisasi PNS. Stigma negatif PNS
masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai unsur haruslah diubah menjadi PNS yang penuh dengan
perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan integritas, mempunyai etos kerja, dan mau bekerjasama
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik (gotong royong) atau yang sering disebut dengan
Indonesia Tahun 1945. Revolusi Mental. Reformasi birokrasi menuntut PNS
PNS sebagai bagian dari reformasi birokrasi untuk lebih profesional dalam menjalankan tugasnya.
memiliki kewajiban mengelola dan mengembangkan Tantangan yang semakin berat di masa mendatang

156
Jurnal Pendidikan (Teori dan Praktik) Volume 2 Nomor 2 Tahun 2017 Halaman: 156-164
e-ISSN: 2527-6891
DOI: http://dx.doi.org/10.26740/jp.v2n2.p156-164

membuat PNS juga harus selalu mengembangkan pengembangan demi terwujudnya kepemerintahan
kapasitas dirinya. yang baik.
Pengembangan kapasitas dan kompetensi PNS Hal yang penting dari tujuan diklat di atas adalah bahwa
dapat dilakukan melalui kegiatan diklat karena melalui setelah mengikuti diklat peserta dapat merubah
diklat kesenjangan kompetensi PNS antara harapan dan pengetahuan, sikap dan perilakunya. Implikasinya adalah
kenyataannya dapat dijembatani. Di lain pihak lembaga bahwa dengan diklat perubahan ada pada ranah kognitif,
diklat pemerintah juga harus menyesuaikan diklat yang afektif dan psikomotorik dari peserta diklat yang dapat
dilaksanakan sesuai dengan tuntutan terhadap PNS. digambarkan dalam bagan berikut ini:
Keberhasilan diklat itu sendiri tergantung pada berbagai KOGNITIF -
komponen. Menurut Abu Saman Lubis, keberhasilan

PERUBAHAN
PENGETAHUAN

PESERTA
suatu proses pembelajaran dipengaruhi banyak faktor,

DIKLAT
yakni:( 1) siswa/peserta didik, (2) guru/narasumber; (3) AFEKTIF - SIKAP
tujuan; (4) materi; (5) metode; (6) sarana/alat; (7)
evaluasi; (8) lingkungan/konteks; (9) pengelola
pendidikan, (10) struktur/jenjang; serta (11) kurikulum PSIKOMOTORIK
dan fasilitas. Tiap komponen tersebut saling terkait antara KETERAMPILAN
satu dengan lainnya. Tidak ada komponen yang dapat
berdiri sendiri. Proses pembelajaran tidak akan berhasil Gambar 1. Tujuan Diklat
apabila semua komponen lainnya ada tetapi siswa/peserta
didik tidak ada. Begitupun tanpa kurikulum suatu Diklat diselenggarakan agar setelah mengikuti
pembelajaran tidak akan berhasil karena tidak akan ada diklat peserta yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu;
arah dan tujuannya. yang sebelumnya kurang responsif dan bertanggung
Kurikulum memegang peranan penting dalam jawab pada pekerjaannya menjadi lebih responsif dan
keberhasilan diklat. Seiring dengan tantangan yang bertanggung jawab, dan mempunyai sikap positif dalam
dihadapi di masa mendatang, kurikulum diklat juga bekerja; yang sebelumnya bermalas-malasan menjadi
memerlukan penyesuaian dan perngembangan sehingga rajin, kreatif, mau bekerjasama dan inovatif dalam
kegiatan diklat dapat menghasilkan PNS yang profesional perilaku kerjanya.
sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Sedangkan yang disebut kompetensi pada
. dasarnya adalah integrasi pengetahuan, keterampilan,
PEMBAHASAN nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan
1. Diklat dan Kurikulum Diklat Berbasis berpikir dan bertindak (Arifin 2015). Selanjutnya (Arifin
Kompetensi 2015) menjabarkan bahwa kebiasaan berpikir dan
a. Diklat Berbasis Kompetensi bertindak secara konsisten dan terus menerus
Pendidikan dan Pelatihan (diklat) adalah suatu memungkinkan seserorang menjadi kompeten, dalam arti
kegiatan yang disengaja dan terencana yang memiliki pengetahuan, sikap dan nilai-nilai dasar untuk
diprogramkan dan dikembangkan untuk memberikan melakukan sesuatu. Kompetensi juga diartikan sebagai
bekal pengetahuan dan pengalaman bagi seorang pengetahuan, keterampilan, dan kemampuand yang
karyawan atau pegawai khususnya pegawai negeri sipil dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari
dengan maksud untuk membentuk pribadi yang prestatif, dirinya, sehingga dia dapat menunjukkan perilaku
jujur, disiplin, dan bertanggung jawab serta profesional kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-
dalam bidang kerja dan jabatan yang dipercayakan baiknya. Kompetensi dalam PP No. 31 Tahun 2006
padanya (LAN 2015) tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional (SPKN)
Adapun tujuan dari diklat berdasarkan PP No. 101 diartikan sebagai kemampuan kerja setiap individu yang
tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap
PNS adalah untuk mengembangkan pengetahuan, kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.
keterampilan dan sikap PNS agar dapat melaksanakan Merujuk pada Standar Kompetensi Kerja Nasional
tugas pemerintah dan pembangunan dengan sebaik- Indonesia (SKKNI), Standar Kompetensi Kerja Pegawai
baiknya. Tujuan ini dijabarkan sebagai berikut: Negeri Sipil (SKKPNS) adalah rumusan kemampuan
1). Meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan
dan sikap perilaku untuk dapat melaksanakan tugas dan/atau keahlian serta sikap kerja yang berdasarkan
jabatan secara profesional dengan dilandasi pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan
kepribadian dan etika PNS sesuai dengan kebutuhan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (Perka
instansi. BKN No. 22 Tahun 2011). Selanjutnya dalam SPKN,
2). Menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai pelatihan berbasis kompetensi kerja dirumuskan sebagai
pembaharu dan perekat persatuan dan kesatuan pelatihan kerja yang menitikberatkan pada penguasaan
bangsa kemampuan kerja yang mencakup pengetahuan,
3). Memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang keterampilan, dan sikap sesuai dengan standar yang
berorientasi pada pelayanan, pengayoman dan ditetapkan dan persyaratan di tempat kerja. Diklat
pemberdayaan masyarakat. berbasis kompetensi sendiri dapat diartikan sebagai
4). Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola piker proses kegiatan kegiatan yang terencana dan sistematis
dalam melaksanakan tugas pemerintahan umum dan untuk meningkatkan kompetensi kerja berupa

157
Pengembangan Kurikulum Diklat (Pendidikan dan Pelatihan) Berbasis Kompetensi dalam Membangun Profesionalisme ...
Widi Asih Nurhajati & Bachtiar Sjaiful Bachri

pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku secara Training (MOT) dan penyelenggaranya mengikuti
profesional dalam kegiatan diklat sehingga mampu Training Officer Course (TOC). Selain itu
menunjukkan kinerjanya sesuai dengan atau di atas implementasi diklat juga perlu memperhatikan bahwa
standar yang ditentukan (LAN 2015). Karakteristik diklat kegiatan belajar mengajar (KBM) menjadi kegiatan
berbasis kompetensi yang tercantum dalam SPKN adalah konkrit yang membuat baik peserta diklat maupun
sebagai berikut: pengajar dapat mengembangkan potensi dan
1). Penekanannya pada apa yang dapat dilakukan kompetensinya.
seseorang setelah mengikuti pelatihan (output) e). Evaluate Training (Evaluasi Diklat)
2). Berdasarkan standar kompetensi kerja Evaluasi diklat perlu dilakukan dilakukan untuk
3). Pelatihan tersebut memberikan keahlian dan mengetahui sejauh mana keberhasilan suatu diklat
kemampuan yang dibutuhkan untuk mengerjakan sehingga nantinya pembuat kebijakan dapat
suatu pekerjaan memutuskan apakah diklat tersebut sudah tepat dan
4). Pelatihan dapat berupa on-job, off-job, ataupun bisa dilanjutkan atau masih ada yang kurang sehingga
kombinasi keduanya perlu direvisi atau justru harus dihentikan
5). Waktu bukanlah satu-satunya faktor penentu
tercapainya kompetensi Jadi jika digambarkan skema diklat berbasis
6). Pengakuan pada kompetensi yang sudah dimiliki kompetensi bagi PNS adalah sebagai berikut:
dengan melakukan uji kompetensi yang dilakukan
oleh lembaga yang telah terakreditasi ANALISI
S
7). Kriteria penilaian disusun berdasarkan standar KOMPE KEBUT DESAIN
kompetensi kerja SKK TENSI KURIKUL
UHAN
PNS UM
8). Penilaian dilakukan setelah peserta siap dinilai dalam DIHARA DIKLAT
bentuk uji kompetensi PKAN
9). Fokus pada kemampuan untuk mentransfer
pengetahuan dan keahliannya di tempat kerja
Diklat berbasis kompetensi diharapkan dapat
menjadi solusi yang tepat untuk meningkatkan kualitas DISKREP
ANSI PENGEMBA
serta produktivitas SDM dan agar organisasi dapat KOMPET NGAN
mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan secara ENSI MATERIAL/
efektif dan efisien. Ada 5 (lima) komponen dalam diklat BAHAN
berbasis kompetensi yang biasa disingkat dengan DIKLAT
ADDIE, yaitu:
a). Analyse Needs (Analisa Kebutuhan) PERENCANAA
N TAHUNAN
Analisis Kebutuhan Diklat (AKD) adalah suatu proses  M DAN
yang sistematis dalam mengidentifikasi ketimpangan O PENYELENGG
antara sasaran dengan keadaan yang nyata atau T ARAAN
diskrepansi antara kinerja standar dengan kinerja  T
O PELAKS
nyata yang penyelesaiannya melalui pelatihan atau ANAAN
mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan, C
DIKLAT
keterampilan dan sikap yang dapat ditingkatkan
melalui diklat.
b). Design Curriculum (Desain Krikulum)  ON-
JOB
Desain kurikulum dirancang agar alumni diklat dapat  OFF-
memiliki kompetensi yang baik, keterampilan yang JOB KBM
memadai, pengembangan moral yang terpuji,  ON+
OFF
pembentukan karakter yang kuat, kebiasaan hidup - EVALUAS
yang sehat, semangat bekerjasama yang kompak, dan I DIKLAT
JO
apresiasi estetika yang tinggi terhadap dunia sekitar. B
c). Develop Material (Pengembangan Material/Bahan
Diklat)
Pengembangan bahan diklat sangat diperlukan karena
bahan/material diklat ini mengandung substansi
 PNS
kemampuan yang akan dicapai oleh peserta diklat KOMPE OUTP
serta memperlancar proses pembelajaran agar TEN
UT
berlangsung lebih efektif dan efisien.  PNS
d). Implement Training (Pelaksanaan Diklat) PROFES
IONAL
Pada tahap ini perlu dibuat perencanaan tahunan dan Gambar 2. Alur Diklat Berbasis Kompetensi
perencanaan diklat. Diklat perlu direncanakan dan
dikelola oleh pengelola dan penyelenggara diklat
yang kompeten, dimana untuk mencapai standar
kompetensi pengelolanya mengikuti Management of

158
Jurnal Pendidikan (Teori dan Praktik) Volume 2 Nomor 2 Tahun 2017 Halaman: 156-164
e-ISSN: 2527-6891
DOI: http://dx.doi.org/10.26740/jp.v2n2.p156-164

b. Kurikulum Diklat Berbasis Kompetensi Gambar 3. Tahapan Penyusunan Kurikulum Diklat


Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah Berbasis Kompetensi
suatu konsep kurikulum yang menekankan pada Tahapan penyusunan kurikulum diklat berbasis
pengembangan dan penguasaan berbagai kompetensi kompetensi dimulai dari merumuskan Standar
tertentu (Arifin 2015). Dalam kaitannya dengan diklat, Kompetensi Jabatan (SKJ). Kompetensi apa saja yang
kurikulum berbasis kompetensi dapat diartikan sebagai harus dimiliki calon peserta diklat diidentifikasi pada
kurikulum yang direncanakan dengan mangacu pada tahap ini. Tahapan selanjutnya adalah merumuskan
standar kompetensi jabatan untuk menjadi pedoman program diklat sesuai dengan dikrepansi kompetensi
dalam penyelenggaraan diklat aparatur yang kompeten pegawai yang disebabkan oleh kesenjangan pengetahuan,
dan pofesional sesuai dengan jabatannya. keterampilan, dan sikapnya. Jika program diklat sudah
Mengapa diklat perlu kurikulum berbasis ditentukan, maka langkah beikutnya adalah menentukan
kompetensi? Diklat diselenggarakan dengan tujuan agar tujuan diklat. Tujuan diklat yang juga disebut tujuan
tidak ada diskrepansi pada kompetensi yang diharapkan kurikuler kompetensi dirumuskan dari satu atau beberapa
dari peserta diklat. Kurikulum diklat berbasis kompetensi kompetensi yang diharapkan dapat dicapai peserta setelah
dikembangkan berdasarkan teori belajar behavioristik, mengikuti diklat. Tujuan ini ini dibagi menjadi 2 (dua)
dimana lebih menekankan pada pembelajaran personal yakni Tujuan Instruksional Umum (TIU) yang
individual, kontrol terhadap pengalaman peserta, merupakan kompetensi umum yang diharapkan dicapai
pendekatan sistem, berorientasi pada proses dan hasil peserta setelah mengikuti diklat dan Tujuan Instruksional
belajar serta pembelajaran biasanya dilakukan dengan Khusus (TIK) yang merupakan kompetensi khusus
sistem modul atau sistem lain yang biasanya melayani sebagai rincian (jabaran) dari kompetensi umum yang
kebutuhan siswa (LAN 2015). Konsep kompetensi dalam telah ditetapkan sebelumnya.Tahapan berikutnya adalah
kurikulum diklat digunakan karena: merumuskan dan menetapkan mata diklat. Penetapan dan
1). kompetensi berkenaan dengan kemampuan peserta perumusan mata diklat ini mengacu pada kompetensi
diklat melakukan sesuatu dalam berbagai konteks, yang ingin dicapai dilihat dari TKK yang telah dilakukan
yang meliputi aspek pengetahuan, teknis, serta sikap analisis pengetahuan, sikap, perilaku yang kemudian diisi
dan perilaku. dengan pengalaman belajar tertentu, sehingga ditemukan
2). kompetensi menjelaskan pengalaman belajar yang paket materi atau mata diklat, Kumpulan mata diklat
dilalui peserta didik/peserta diklat untuk lebih inilah yang pada akhirnya disebut sebagai kurikulum
kompeten dalam bidangnya. diklat. Penyusunan mata diklat dalam kurikulum
3). Kompetensi merupakan hasil belajar (learning dilakukan dengan tetap mempertimbangkan dan menjaga
outcomes) yang menjelaskan hal-hal yang dilakukan kaitan dan urutannya dalam bentuk sebagai berikut:
peserta didik setelah melalui proses pembelajaran. a). Bentuk linier
4). Kompetensi menunjukkan kehandalan kemampuan Setiap mata diklat diberikan secara berurutan menurut
peserta didik melakukan sesuatu oleh karena itu harus sekuen, mana yang harus mendahului yang mana,
didefinisikan secara jelas dan luas dalam suatu dimana setiap mata diklat disajikan secara tuntas.
standar yang dapat dicapai melalui kinerja yang dapat Namun ada kalanya mata diklat masing-masing
diukur. berdiri sendiri dan jika diberikan secara tidak
Merujuk pada 4 (empat) hal tersebut, maka berurutan tidak mengganggu program diklat secara
pembelajaran dengan berdasar pada kurikulum berbasis keseluruhan.
kompetensi menekankan pembelajaran ke arah b). Bentuk Spiral
penciptaan dan peningkatan serangkaian kemampuan dan Satu jenis mata diklat tidak diberikan secara
potensi peserta diklat agar bisa mengantisipasi aneka keseluruhan disebabkan karena luasnya cakupan suatu
tantangan dalam pekerjaan maupun kehidupannya. Jika mata diklat sehingga perlu diberikan lebih dari satu
sebelumnya pembelajaran dalam diklat lebih ditekankan program diklat.
pada aspek pengetahuan dan target materi yang c). Bentuk Piramid
cenderung verbalis dan kurang memiliki daya terap, saat Dalam satu program pelatihan, sejumlah mata diklat
ini lebih ditekankan pada aspek kompetensi dan target dapat dikelompokkan, misalnya kelompok wawasan,
keterampilan. inti, dan aplikasi (aktualisasi). Pengelompokan ini
dapat juga memakai nama lain seperti kelompok
Merumuskan Merumuska
Program Diklat Merumus n dan dasar, inti, dan penunjang.
Merumu Berbasis kan menetapkan Tahapan terakhir penyusunan kurikulum adalah
skan Kompetensi Tujuan Mata Diklat menyusun deskripsi singkat yang menggambarkan isi
SKJ Diklat
kurikulum secara keseluruhan. Deskripsi singkat ini
adalah ramgkuman dari seluruh mata diklat dalam
suatu program diklat.
Menyusun Menyusun Mata
Deskripsi Diklat kedalam 2. Pengembangan Kurikulum Diklat Berbasis
Singkat Kurikulum Kompetensi dalam Membangun Profesionalisme
dan Kompetensi PNS

159
Pengembangan Kurikulum Diklat (Pendidikan dan Pelatihan) Berbasis Kompetensi dalam Membangun Profesionalisme ...
Widi Asih Nurhajati & Bachtiar Sjaiful Bachri

Kurikulum sangatlah penting dalam kegiatan NO MATA DIKLAT


MATA PELAJARAN
diklat. Menurut (Hamanik 2011) kurikulum mempunyai 3 T P L JML
7. PKB dalam Jampersal dan KB 4 - - 4
(tiga) peran yaitu: Pasca Persalinan dan
Keguguran.
1) Peranan konservatif 8. Anatomi Fisiologi dan Alat 4 - - 4
Salah satu tanggung jawab kurikulum adalah Reproduksi
9. Metode Kontrasepsi. 6 - - 6
mentransmisikan dan menafsirkan warisan sosial pada 10. Bina Keluarga Balita. 2 - - 2
generasi muda. Dengan peran konservatif ini 11. Bina Ketahanan Remaja. 2 - - 2
sesungguhnya kurikulum itu berorientasi pada masa 12. Bina Keluarga Lansia. 2 - - 2
lampau meskipun peranan ini sangat mendasar 13. Pemberdayaan Ekonomi 2 - - 2
Keluarga.
sifatnya. 14. Masalah Pengendalian 3 5 - 8
2) Peranan kritis atau evaluatif Penduduk.
Dalam hal ini kurikulum turut aktif berpartisipasi 15. Sistem Informasi Manajemen 2 - - 2
dalam kontrol sosial dan memberi penekanan pada Program KKB.
16. Sub Sistem Pendataan keluarga 2 2 - 4
unsur berpikir kritis. Nilai-nilai sosial yang tidak dan MDK.
sesuai lagi dengan keadaan di masa mendatang 17. MDK dan pengembangannya. - 2 - 2
dihilangkan, serta diadakan modifikasi dan perbaikan. 18. Sub Sistem Pelaporan Dallap. 2 4 - 6
Dengan demikian, kurikulum harus merupakan 19. Sub Sistem Pencatatan 2 2 - 4
Pelaporan Pelkon.
pilihan yang tepat atas dasar kriteria tertentu. 20. Advokasi dan KIE. 2 2 - 4
3) Peranan kreatif 21. Teknik KIE dan penggunaan 2 4 - 6
Kurikulum berperan dalam melakukan berbagai Media.
kegiatan kreatif dan konstruktif, dalam artian 22. Teknik Penggerakan 2 2 - 4
Masyarakat.
menciptakan dan menyusun suatu hal yang baru 23. Keterampilan Mikro Konseling 2 - - 2
sesuai dengan kebutuhan masyarakat di masa dengan ABPK.
sekarang dan masa mendatang. Untuk membantu 24. Struktur ABPK dan praktek 2 6 - 8
setiap individu dalam mengembangkan semua potensi KIP/K dengan ABPK.
25. Teknik Penyuluhan. 2 6 - 8
yang ada padanya, maka kurikulum menciptakan 26. Manajemen Operasional 2 - - 2
pelajaran, pengalaman, cara berpikir, kemampuan dan Lapangan.
keterampilan yang baru, yang memberi manfaat bagi 27. Rencana Operasional 2 2 - 4
masyarakat. Lapangan.
C PENUNJANG
28. Achievement Motivation 1 3 - 4
Ketiga peranan kurikulum tersebut saling terkait Training (AMT).
antara peran yang satu dengan peran lainnya. Kurikulum 29. Angka Kredit PKB. 2 4 - 6
sesuai perannya tersebut juga harus mempu 30. Teknik Fasilitasi 2 2 - 4
31. Learning Organization (LO). 1 3 - 4
menyesuaikan dengan tuntutan perkembangan jaman 32. Bina Suasana. - 4 - 4
dalam rangka penyesuaian nilai dan pengembangan 33. Praktek Lapangan. - - 40 40
potensi peserta. 34. Review. 2 - - 2
Berikut adalah contoh dari pengembangan 35. Pre dan Post Test. - 2 - 2
36. Pembukaan dan Penutupan. - 2 2
kurikulum yang dilakukan di Badan Kependudukan dan JUMLAH 71 57 40 168
Keluarga Berencana (BKKBN) yang dalam hal ini
mengambil program diklat Pendidikan dan Pelatihan b) Kurikulum Pendidikan dan Pelatihan Dasar Bidang
Fungsional Dasar Bidang Pengendalian Penduduk, Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana dan
Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga Bagi Pembangunan Keluarga Bagi Penyuluh KB Tahun
Penyuluh KB. Diklat ini diperuntukkan bagi calon 2015
Penyuluh KB (PKB) sebagai prasyarat untuk bisa Tabel Kurikulum Pelatihan Dasar PKB Tahun 2015
diangkat sebagai PNS dengan jabatan fungsional sebagai MATA PELAJARAN
PKB. NO MATA DIKLAT
T P L JML
a) Kurikulum Pelatihan Dasar Umum Bagi Calon A DASAR:
Penyuluh KB Jawa Timur Tahun 2013 1. Program Kependudukan dan KB 2 - - 2
Nasional
Tabel 1 Kurikulum Pelatihan Dasar PKB Tahun 2013 2 Implikasi Masalah Kependudukan 2 - - 2
MATA PELAJARAN terhadap Pembangunan
NO MATA DIKLAT
T P L JML B INTI:
A DASAR 3 Gender dalam Program KB 2 - - 2
1. Visi, Misi dan Strategi 2 - - 2 4 Program KB-KR 2 2 4 8
Program KKB di Jawa Timur. 5 Metode Kontrasepsi 2 4 - 6
2. Dinamika Program KKB. 2 - - 2 6 Program KSPK dan Genre 4 2 4 8
3. Kebijakan KB-KR. 2 - - 2 7 Pendataan Keluarga/MDK dan 4 8 10 22
4. Kebijakan KS-PK. 4 - - 4 Pemetaan
5. Kebijakan Pengendalian 2 - - 2 8 Mekanisme Kerja PKB 2 2 6 10
Penduduk. 9 Mekanisme Operasional Lini 4 4 10 18
6. Kebijakan Advokasi, 2 - - 2 Lapangan
Penggerakan dan Informasi. 10 Teknik Penggerakan Masyarakat 2 2 4 10
B INTI 11 Advokasi KIE/Penyuluhan KB 4 4 10 18

160
Jurnal Pendidikan (Teori dan Praktik) Volume 2 Nomor 2 Tahun 2017 Halaman: 156-164
e-ISSN: 2527-6891
DOI: http://dx.doi.org/10.26740/jp.v2n2.p156-164

NO MATA DIKLAT
MATA PELAJARAN Dari ketiga struktur kurikulum tersebut dapat kita
T P L JML lihat perbedaan yang signifikan. Pada kurikulum 2013
12 Pembinaan PPKBD/Sub PPKBD/ 4 2 10 16
Poktan jumlah jam pelajaran (JP) pada teori menempati porsi
13 Pencatatan dan Pelaporan Program 2 4 6 12 cukup besar yakni 71 JP, sementara kurikulum 2015
KB sebesar 50 JP dan pengembangan dari Perwakilan
14 Teknik Konseling 2 4 4 10 BKKBN Provinsi Jawa Timur pada tahun 2016 sejumlah
C PENUNJANG:
15 Dinamika Kelompok 4 4 - 8 57 JP. Hal tersebut menunjukkan adanya pergeseran
16 Pembinaan Jabatan Fungsional 2 4 - 6 paradigma dimana awalnya diklat memberikan porsi
Penyuluh KB besar pada teori yang fokus pada ranah kognitif.
17 Muatan Lokal 4 - - 4 Sementara pada kurikulum 2015 dan 2016 lebih
18 Plan of Action (POA) - 2 - 2
menekankan pada praktek, baik praktek dalam kelas
maupun praktek lapangan. Dari aspek afektif pada
Keterangan:
kurikulum 2013 tidak menunjukkan secara spesifik
1 jam pelajaran = 45 menit Pembukaan dan Penutupan =
perubahan sikap yang diinginkan, hanya menyebutkan
4 JP
adanya perubahan sikap peserta tentang program KB di
Total = 164 + 4 = 168 JP Waktu pelatihan= 21 hari
wilayah masing-masing, Sementara pada kurikulum 2015
efektif (3 minggu)
secara spesifik menyebutkan bahwa setelah mengikuti
diklat peserta diharapkan memiliki komitmen dalam
c) Kurikulum Pendidikan dan Pelatihan Dasar Bidang
pengelolaan program kependudukan dan KB. Dalam
Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana dan
kurikulum 2016 aspek kognitif yang ingin dicapai adalah
Pembangunan Keluarga Bagi Penyuluh KB
peserta bersikap dinamis, kreatif, motivatif dan mandiri
Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur Tahun
terkait dengan pengelolaan program KKBPK di
2016
wilayahnya.
Tabel 3 Kurikulum Pelatihan Dasar PKB Tahun 2015
MATA PELAJARAN
Selain itu yang membedakan antara ketiga
NO MATA DIKLAT kurikulum tersebut adalah pada skema praktek
T P L JML
A. WAWASAN lapangannya, Pada kurikulum 2013 dan 2015 praktek
1. Program KKBPK 2 - - 2 lapangan dilakukan dengan setting lokasi yang sudah
2. Implikasi Masalah Kependudukan 4 - - 4 diatur oleh penyelenggara. Sementara pengembangan
terhadap Pembangunan
B. INTI yang dilakukan oleh Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa
3. Operasional Program KB - KR era 4 - 4 Timur, praktek lapangan dilakukan di tempat kerja
4. BPJS 4 - - 8 masing-masing dengan setidaknya pejabat struktural
5. Anatomi Fisiologi dan Metode 2 4 4 10 setingkat Eselon IV sebagai mentor. Disini Perwakilan
6. Kontrasepsi 4 4 4 14
7. Program Pembangunan Keluarga ( 6 BKKBN Provinsi Jawa Timur mencoba mengadopsi pola
KS- PK ) 2 2 4 8 diklat kepemimpinan II, III, dan IV yang menggunakan
8. Pendataan Keluarga dan Pemetaan 2 2 4 8 sistem on-off serta melibatkan atasannya sebagai mentor.
9. Potensi Wilayah 2 - 4 6 Dengan sistem tersebut diharapkan calon PKB yang
10. Mekanisme Operasional Lini 2 2 6 10
11. Lapangan 2 4 6 12 mengikuti diklat ini menjadi PKB yang profesional dan
12. Tehnik Penggerakan Partisipasi 4 4 6 14 kompeten sesuai dengan tugas dan fungsinya sebagai
13. Masyarakat 2 6 6 14 PKB. Selain itu SKPD-KB sebagai pengguna juga ikut
14. Advokasi dan KIE 2 4 6 12 terlibat dalam pembinaan PKB di kabupaten/kota
15. Pembinaan IMP dan Poktan 4 2 - 6
Perencanaan Strategis masing-masing. Dibawah ini adalah tabel strategi
16. Pencatatan dan Pelaporan Program 4 - - 4 pelaksanaan diklatnya:
17. KKBPK 1 3 - 4 Tabel 4. Strategi Pendidikan dan Pelatihan Dasar Bidang
Konseling Praktis Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana dan
Tehnik Penyuluhan
Revolusi Mental ( Integritas, Pembangunan Keluarga Bagi Penyuluh KB Perwakilan
Gotong Royong dan BKKBN Provinsi Jawa Timur Tahun 2016
Etos Kerja )
Revitalisasi Posyandu
Teknik Presentasi
C. AKTUALISASI
18. Dinamika Kelompok 1 3 - 4
19. Pembinaan Jabatan Fungsional 4 - - 4
Penyuluh KB
20. Mempresentasikan hasil praktek - 8 - 8
21. lapangan
Karya Tulis Ilmiah 4 - - 4
22. RTL 1 3 - 4
Keterangan:
1 jam pelajaran = 45 menit Pembukaan dan Penutupan =
4 JP
Total = 164 + 4 = 168 JP Waktu pelatihan= 21 hari
efektif (3 minggu)

161
Pengembangan Kurikulum Diklat (Pendidikan dan Pelatihan) Berbasis Kompetensi dalam Membangun Profesionalisme ...
Widi Asih Nurhajati & Bachtiar Sjaiful Bachri

Ditinjau dari landasan pengembangan kurikulum, adalah pendidikan, penyuluhan KB nasional,


pengembangan kurikulum yang dilakukan oleh pelayanan keluarga berencana, pengembangan
Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur ini dapat profesi, serta penunjang tugas yang semua unsurnya
dijabarkan sebagai berikut: telah terdapat dalam kurikulum tersebut. Dalam
1) Landasan Filosofis proses pembelajarannya secara psikologis peserta
Filosofi program Keluarga Berencana adalah tidak hanya diberikan materi tetapi juga menerapkan
menggerakkan peran serta masyarakat dalam program secara langsung di tempat kerjanya. Dengan demikian
kependudukan dan keluarga berencana yang selaras PKB yang dihasilkan bukan hanya dapat memahami
dengan visi BKKBN sebagai penanggung jawab dan menjelaskan, tetapi mampu menerapkan dan
program KKBPK, yakni menjadi lembaga yang memecahkan masalah. Setelah mengikuti diklat
handal dan dipercaya dalam mewujudkan penduduk peserta dapat menjadi PKB yang profesional dan
tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas. Adapun kompeten dalam tugasnya, mengetahui apa yang
misi BKKBN adalah sebagai berikut: harus dilakukan dan mempunyai strategi dalam
a). Mengarusutamakan pembangunan berwawasan memecahkan masalah.
Kependudukan 3) Landasan Sosiologis
b). Menyelenggarakan Keluarga Berencana dan Terkait dengan landasan sosiologis, kebutuhan
Kesehatan Reproduksi PKB di masyarakat berbanding terbalik antara jumlah
c). Memfasilitasi Pembangunan Keluarga PKB dengan jumlah desa/kelurahan yang ada.
d). Mengembangkan jejaring kemitraan dalam Sebelum era otonomi daerah satu orang PKB
pengelolaan Kependudukan, Keluarga Berencana mengampu 1 atau 2 desa/kelurahan, namun setelah
dan Pembangunan Keluarga otonomi daerah seorang PKB rata-rata membawahi 4
e). Membangun dan menerapkan budaya kerja desa/kelurahan, bahkan ada juga yang membawahi
organisasi secara konsisten hingga 6 sampai 8 desa/kelurahan. Setelah
penyerahan kewenangan penyelenggaraan Program
Pengembangan kurikulum yang dilakukan oleh KB pada Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota,
BKKBN maupun lembaga diklat dibawah naungan perlu penyesuaian penyelenggaraan Program dengan
BKKBN harus selaras dengan filosofi serta visi dan daya dukung yang ada. Perbedaan antar Daerah tidak
misi tersebut. PKB sebagai pejabat fungsional binaan dapat dihindarkan, Dengan demikian kondisi SDM
BKKBN di tingkat desa/kelurahan juga menjadi ujung yang ada di tingkat Kabupaten dan Kota mengalami
tombak dalam mewujudkannya, sehingga kurikulum pergeseran peran, di antara mereka ada yang telah
diklat yang diberikan untuk PKB juga menyesuaikan beralih tugas dan fungsinya dalam posisi sebagai
dengan tujuan tersebut. PKB atau bahkan pindah tugas. Bahkan banyak yang
Sedangkan sifat kurikulum hasil pengembangan telah ditinggalkan, karena mutasi ke dinas lain atau ke
di atas secara filosofis lebih mengarah dalam kategori luar daerah. Tentunya kekosongan ini tidak mungkin
experimentalism. Hal ini dikarenakan karakteristiknya dibiarkan berlarut-larut. Di beberapa daerah telah
komprehensif, merupakan satu kesatuan, muncul insiatif untuk mengisi kekosongan tersebut
pembelajarannya berbasis pada masalah dalam setting dengan melakukan rekruitmen baru. Ada yang diisi
kelas yang demokratis. dari instansi lain, ada pula pengangkatan tenaga baru
2) Landasan Psikologis sebagai PKB. Hasil rekruitmen Landasan
daerahPsikologis
ini perlu
Secara psikologis pengembangan kurikulum direspon positif, karena mereka harus segera dilatih
Pendidikan dan Pelatihan Dasar Bidang Pengendalian dan diperlukan penyesuaian kurikulum diklat
Penduduk, Keluarga Berencana dan Pembangunan Program KB bagi Penyuluh KB, agar daerah dapat
Keluarga Bagi Penyuluh KB Perwakilan BKKBN segera memanfaatkan PKB yang terlatih tersebut
Provinsi Jawa Timur Tahun 2016 dilakukan dalam dalam memenuhi kebutuhan di daerahnya masing-
rangka mengembangkan profesionalitas dan masing.
kompetensi PKB sesuai dengan tugas dan fungsinya. 4) Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Calon PKB yang mengikuti diklat ini diharapkan Perkembangan IPTEK yang semakin pesat
menjadi pribadi yang dinamis, kreatif, motivatif dan membuat kurikulum harus menyesuaikan dengan
mandiri terkait dengan pengelolaan program KKBPK kebutuhan IPTEK. Misalnya dalam sistem pencatatan
di wilayahnya. dan pelaporan yang saat ini sudah menggunakan
Sesuai dengan Keputusan Menteri aplikasi. Oleh karena itu, kurikulum yang disusun
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: oleh Perwakilan BKKBN Jawa Timur tersebut
Kep/120/M.PAN/9/2004 tentang Jabatan Fungsional berusaha menjawab tantangan ini. Porsi jam
Penyuluh Keluarga Berencana dan Angka Kreditnya pelajarannya terhitung besar karena lebih
bahwa yang dimaksud Penyuluh Keluarga Berencana menitikberatkan pada keterampilan peserta dalam
yang selanjutnya disingkat PKB adalah Pegawai menggunakan aplikasi tersebut yang akan dipakai
Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, dalam tudas mereka sehari-hari.
wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang Dari segi model kurikulum, pengembangan
berwenang untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan, kurikulum Pendidikan dan Pelatihan Dasar Bidang
pelayanan, evaluasi dan pengembangan Keluarga Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana dan
Berencana Nasional. Adapun unsur kegiatan PKB Pembangunan Keluarga Bagi Penyuluh KB

162
Jurnal Pendidikan (Teori dan Praktik) Volume 2 Nomor 2 Tahun 2017 Halaman: 156-164
e-ISSN: 2527-6891
DOI: http://dx.doi.org/10.26740/jp.v2n2.p156-164

Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur Tahun


2016 adalah model ekletik, yakni kombinasi dari
unsur-unsur model kurikulum subyek akademik,
humanistik, rekonstruksi sosial, dan teknologis.
Kurikulum humanistik ada saat kegiatan belajar
mengajar menghormati peserta secara individu dan
Kebijak
mendorong pandangan peserta secara komprehensif. an baru PNS
Selain itu kurikulum juga lebih menitikberatkan pada Isu Profesion
proses dan menyediakan berbagai pengalaman untuk baru PROGRAM Output al
DIKLAT
membantu peserta didik menyadari potensinya dan Teknologi
baru PNS
dapat mengembangkannya. Sedangkan cerminan Kompete
kurikulum rekonstruksi sosial adalah saat kurikulum Masal n
memberi komitmen terhadap kebutuhan masyarakat ah
dan pembelajarannya memenuhi tiga kriteria sebagai
berikut, yakni nyata, membutuhkan tindakan, dan
mengajarkan nilai yang pada akhirnya akan menjawab Evaluasi Program
pertanyaan apakah peserta diklat mampu melakukan Diklat
kegiatan dalam keterbatasan yang dimilikinya serta KURIKULUM
bekerja sama untuk memecahkan masalah. Disamping BERBASIS
itu, dalam pengembangan kurikulum diatas KOMPETENSI
memperhatikan juga aspek akademik, dimana peserta
diberikan materi-materi untuk meningkatkan
pengetahuannya. Unsur teknologis ada karena proses Gambar 4. Kedudukan Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam
pembelajaran menggunakan multimedia serta Sistem Diklat
penggunaan aplikasi khususnya untuk sistem
pencatatan pelaporan. Jadi pengembangan kurikulum Sedangkan yang disebut dengan profesionalisme
yang dilakukan Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Pegawai Negeri Sipil seperti disebutkan oleh
Timur adalah merupakan perpaduan antara model (Tangkilisan 2005) adalah terpenuhinya kecocokan antara
kurikulum humanistik, rekonstruksi sosial, subyek kemampuan aparatur dengan kebutuhan tugas merupakan
akademik, serta teknologis. syarat terbentuknya aparatur yang profesional. Artinya,
Pengembangan kurikulum yang didasarkan pada keahlian dan kemampuan aparat merefleksikan arah dan
pemenuhan kebutuhan untuk menutupi adanya tujuan yang dicapai oleh sebuah organisasi. Apabila suatu
diskrepansi antara kemampuan yang diharapkan organisasi berupaya untuk memberikan pelayanan publik
dengan kemampuan yang dimiliki saat ini akan dapat secara prima, maka organisasi tersebut mendasarkan
meningkatkan efektivitas diklat karena diklat akan profesionalisme terhadap tujuan yang ingin dicapai.
dilaksanakan secara lebih tepat sasaran dan tepat arah. Selanjutnya pengembangan kurikulum berbasis
Kurikulum tidak hanya memperlakukan peserta kompetensi yang tepat secara luas akan membangun
sebagai obyek tetapi juga subyek yang belajar melalui profesionalisme PNS dimana PNS akan mempunyai
pengalaman belajarnya, baik didalam maupun diluar sikap mental dalam bentuk komitmen untuk senantiasa
kelas sesuai dengan kompetensi yang dituntut mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionalnya
darinya. Pengembangan kurikulum berbasis atau dalam kata lain mempunyai profesionalisme dengan
kompetensi akan memberikan pengalaman baru pada ciri-ciri sebagai berikut (Santoso 2012):
peserta, menyajikan kebijakan, isu, dan teknologi 1. Punya ketrampilan yang tinggi dalam suatu bidang
baru serta masalah yang muncul dalam pekerjaan serta kemahiran dalam menggunakan peralatan
peserta diklat untuk kemudian disusun dalam suatu tertentu yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas
program diklat hingga pada akhirnya dapat yang bersangkutan dengan bidang tadi.
menciptakan PNS yang professional dan kompeten 2. Punya ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalam
yang mampu mengatasi berbagai tantangan. Selain itu menganalisis suatu masalah dan peka di dalam
peserta lulusan diklat diharapkan menjadi pribadi membaca situasi cepat dan tepat serta cermat dalam
yang prestatif, jujur, disiplin, dan bertanggung jawab mengambil keputusan terbaik atas dasar kepekaan.
serta profesional. PNS yang telah mengikuti diklat 3. Punya sikap berorientasi ke depan sehingga punya
dapat menjadi panutan di masyarakat serta kemampuan mengantisipasi perkembangan
mempunyai kompetensi tinggi dalam pekerjaannya lingkungan yang terbentang di hadapannya.
sehingga stigma negatif yang disematkan pada PNS 4. Punya sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan
dapat dihilangkan, digantikan dengan image positif kemampuan pribadi serta terbuka menyimak dan
bahwa PNS adalah mereka yang bekerja keras, menghargai pendapat orang lain, namun cermat dalam
mempunyai integritas tinggi dan dapat membangun memilih yang terbaik bagi diri dan perkembangan
kemitraan sesuai bidang kerjanya masing-masing. pribadinya.
Pengembangan kurikulum yang berbasis
kompetensi juga akan menghasilkan peserta diklat yang
kompeten di bidangnya. Diklat sebagai salah satu

163
Pengembangan Kurikulum Diklat (Pendidikan dan Pelatihan) Berbasis Kompetensi dalam Membangun Profesionalisme ...
Widi Asih Nurhajati & Bachtiar Sjaiful Bachri

mekanisme pembinaan yang diberikan untuk PNS akan PENUTUP


menghasilkan PNS yang mumpuni, yang tahu tugas dan Simpulan
fungsinya dan bagaimana melaksanakan tugas jabatannya Diklat berbasis kompetensi dibutuhkan oleh PNS
tersebut secara bertanggung jawab sesuai dengan dalam mengatasi masalah kesenjangan kompetensi yang
kemampuan yang seharusnya dia miliki, bahkan selalu dimilikinya. Diklat berbasis kompetensi dilaksanakan
mengembangkan kemampuannya tersebut sesuai dengan berdasarkan analisis kebutuhan agar kompetensi peserta
tuntutan perkembangan jaman. PNS yang telah dilatih di diklat sesuai dengan yang diharapkan. Sebagai salah satu
diklat diharapkan dapat memenuhi kualifikasi kompetensi komponen diklat berbasis kompetensi, kurikulum diklat
seperti ditegaskan oleh Prayitno dalam (Rahman 2012) berbasis kompetensi akan memberi arah yang jelas
menyatakan bahwa standar kompetensi mencakup 3 hal, terhadap program diklat sehingga kesenjangan
yaitu: (1) Ketrampilan, yaitu kemampuan untuk kompetensi dapat terjembatani. Dalam menyesuaikan
menunjukkan tugas pada tingkat kriteria yang dapat kurikulum agar sesuai dengan kebutuhan, pengembangan
diterima secara terus menerus dengan kegiatan yang kurikulum diklat tetap menyesuaikan dengan landasan
paling sedikit; (2) Pengetahuan, yakni fakta dan angka pengembangan kurikulum, yakni landasan filosofis,
dibalik aspek teknis; (3) Sikap, yaitu kesan yang psikologis, sosiologis dan IPTEK sehingga
ditunjukkan kepada pelanggan dan orang lain bahwa pengembangan kurikulum tidak melenceng dari tujuan
yang bersangkutan mampu berada dalam lingkungan organisasi dan mampu menjawab tantangan kebutuhan di
kerja. Secara spesifik lebih lanjut dijelaskan bahwa masyarakat. Pengembangan kurikulum diklat juga
kualifikasi PNS dapat ditinjau dari tiga unsur, yaitu : menyesuaikan dengan model kurikulum seperti apa yang
Pertama, Keahlian, yang dimaksud bahwa setiap PNS dikehendaki, sehingga kurikulum tersebut nantinya dapat
harus : a) Memiliki pengalaman yang sesuai dengan tugas menghasilkan lulusan diklat dengan kemampuan sesuai
dan fungsinya, b) Memiliki pengetahuan yang sesuai yang diinginkan. Pengembangan kurikulum diklat
dengan tugas dan fungsinya, c) Memiliki wawasan yang berbasis kompetensi pada akhirnya diharapkan dapat
luas, dan d) Beretika. Kedua, Kemampuan teknis, yaitu membangun profesionalisme dan kompetensi PNS dalam
PNS antara lain harus memahami tugas-tugas di menjawab berbagai dinamika masyarakat di masa depan.
bidangnya. Ketiga, Sifat-sifat personil yang baik, antara
lain harus memiliki disiplin tinggi, jujur. Menaruh minat,
terbuka, obyektif, pandai berkomunikasi, selalu siap dan DAFTAR PUSTAKA
terlatih.
Selain itu pengembangan kurikulum diklat berbasis
Arifin, Z., 2015. Evaluasi Pembelajaran, Bandung: PT
kompetensi diharapkan pada akhirnya menciptakan PNS
Remaja Rosdakarya.
yang tidak hanya mempunyai hard competencies namun
juga soft competencies. Sebagaimana disebutkan oleh Hamanik, O., 2011. Kurikulum dan Pembelajaran,
Spencer dan Spencer dalam (Rahman 2012), Soft/generic Jakarta: Bumi Aksara.
competencies meliputi delapan (8) kelompok kompetensi,
LAN, 2015. Pedoman Akreditasi Lembaga Pendidikan
yaitu: (1) Kemampuan dalam mengimplementasikan
(motivasi untuk berprestasi, perhatian terhadap, kejelasan dan Pelatihan Pemerintah, Indonesia.
tugas, ketelitian kualitas kerja, proaktif dan kemampuan Rahman, H.A.T., 2012. Pengembangan Karier Pegawai
mencari dan menggunakan informasi; (2) Kemampuan Negeri Sipil (PNS). Available at:
melayani (empati, berorientasi pada pelanggan); (3) http://harianggoro.mhs.narotama.ac.id/2012/06/19/
Kemampuan memimpin (kemampuan mempengaruhi pengembangan-karier-pns-pegawai-negri-sipil/.
kesadaran berorganisasi, kemampuan membangun
hubungan); (4) Kemampuan mengelola (kemampuan Santoso, B., 2012. Definisi Profesional. Available at:
mengembangkan orang lain); (5) Kemampuan https://inisantoso.wordpress.com/2012/09/25/defini
mengarahkan (kemampuan kerjasama kelompok); (6) si-profesional/.
Kemampuan memimpin kelompok; (7) Kemampuan Tangkilisan, H.N.S., 2005. Manajemen Publik, Jakarta:
berpikir (berpikir analitis, berpikir konseptual,keahlian Gramedia Widia Sarana Indonesia.
tehnis/profesional dan manjerial); (8) Kemampuan
bersikap dewasa (kemampuan mengendalikan diri,
fleksibelitas, komitmen terhadap organisasi).
PNS yang profesional dan kompeten dibidangnya akan
memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat yang
dilayaninya. Dia juga akan mampu mengatasi semua
tantangan dan masalah yang dihadapinya. PNS yang
profesional dan kompeten akan meningkatkan integritas,
etos kerja dan kemampuan kemitraannya agar maksimal
menjalankan tugasnya dengan kreatif dan inovatif.

164

Anda mungkin juga menyukai