Anda di halaman 1dari 12

Prosiding Seminar Stiami P- ISSN 2355-2883

Volume 6, No. 1, Februari 2019


PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI PADA PELATIHAN FUNGSIONAL
KEMETROLOGIAN

Suci Ingrid Daniati1, Reni Sri Marliani2


Pusat Pengembangan Sumber Daya Kemetrologian (PPSDK) Kementerian Perdagangan
cie.ingrid@gmail.com, renisrimarliani@gmail.com

Abstrak. Kompetensi merupakan suatu persyaratan bagi Aparatur Sipil Negara sebagai
profesi sesuai bidangnya, hal ini diatur dalam Undang-Undang No. 5 tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara (ASN). Pengembangan kompetensi dapat dilaksanakan dalam bentuk
pendidikan dan/atau pelatihan. Dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah, kewenangan pelaksanaan kegiatan kemetrologian yang semula
dilakukan oleh Provinsi beralih ke Kabutapen/Kota. Sejalan dengan adanya pelimpahan
kegiatan kemetrologian tersebut, maka perubahan kurikulum pelatihan kemetrologian bukan
hanya sebagai bentuk adaptasi terhadap pemenuhan kebutuhan kuantitas SDM Penera, tetapi
juga sebagai bentuk penyesuaian terhadap kebutuhan pemenuhan kompetensi SDM
Metrologi legal.
Perancangan kurikulum untuk pelatihan kemetrologian mengadaptasi sistem pelatihan
berbasis kompetensi dan dilakukan dengan menggunakan metode ADDIE digabungkan
dengan metode pengembangan pelatihan berbasis kompetensi dari Dan Hill. Perancangan ini
menghasilkan desain kurikulum yang sangat berbeda dengan pelatihan yang sebelumnya,
selain berhasil mereduksi waktu pembelajaran yang asalnya 800 jp menjadi 440 jp juga
berhasil merancang pembelajaran dengan metode yang lebih bervariasi. Metode pembelajaran
menggabungkan pembelajaran online dengan tatap muka (Blended Learning) dan untuk
menjamin kualitas dari hasil pembelajaran tiap mata pelatihan diampu secara team teaching.
Implementasi telah dilakukan dengan melakukan uji coba sistem ini pada pelatihan
fungsional kemetrologian sebanyak 3 angkatan di tahun 2018. Hasil evaluasi menunjukan
kualitas program dinilai responden (116 orang) sangat memuaskan yaitu rata-rata 4,15 dalam
skala Likert dan kualitas pembelajaran dari Widyaiswara rata-rata 4,45 atau sangat
memuaskan. Seluruh siswa pelatihan dinyatakan lulus dan kompeten. Dapat disimpulkan
bahwa sistem pelatihan berbasis kompetensi ini berhasil mencetak penera yang kompeten
dengan waktu pembelajaran lebih singkat.
Kata kunci : kompetensi, metode ADDIE, pelatihan berbasis kompetensi
Abstract. Competence is a requirement for the State Civil Apparatus as a profession
according to their fields, this is regulated in Law No. 5 of 2014 concerning the State Civil
Apparatus (ASN). Competency development can be carried out in the form of education and /
or training. With the enactment of Law No. 23 of 2014 concerning Regional Government, the
authority to carry out metrological activities which were originally carried out by the
Province turned to Kabutapen / Kota. In line with the delegation of metrological activities,
the changes in metrological training curricula are not only a form of adaptation to fulfill the
demand for quantity of HR personnel, but also as a form of adjustment to the needs of
fulfilling HR competence in legal metrology.
The curriculum design for metrological training adapted the competency-based
training system and carried out using the ADDIE method combined with competency-based
training development methods from Dan Hill. This design resulted in a curriculum design
that was very different from the previous training, in addition to succeeding in reducing the
learning time which originated from 800 jp to 440 jp also managed to design learning with a
more varied method. The learning method combines face-to-face online learning (Blended

101 | Suci Ingrid Daniati1, Reni Sri Marliani2, Pelatihan Berbasis Kompetensi ...
Prosiding Seminar Stiami P- ISSN 2355-2883
Volume 6, No. 1, Februari 2019
Learning) and to guarantee the quality of learning outcomes each subject is taught in team
teaching.
The implementation has been carried out by testing this system in three levels of
metrological functional training in 2018. The evaluation results showed that the program
quality was assessed by respondents (116 people) which was very satisfactory, that is, an
average of 4.15 on the Likert scale and the quality of learning from the average average of
4.45 or very satisfying. All training students are declared graduated and competent. It can be
concluded that this competency-based training system succeeded in printing competent
penners with shorter learning times.
Keywords: competence, ADDIE method, competency-based training
Pengembangan kompetensi
PENDAHULUAN
merupakan upaya untuk pemenuhan
Undang-Undang No. 5 tahun 2014 kebutuhan kompetensi PNS dengan
tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) standar kompetensi jabatan dan rencana
menyatakan bahwa ASN sebagai profesi pengembangan karier. Pengembangan
harus memiliki kompetensi yang kompetensi dapat dilaksanakan dalam
diperlukan sesuai dengan bidang tugas. bentuk pendidikan dan/atau pelatihan.
Pengembangan karier PNS sebagai ASN Pengembangan kompetensi dalam bentuk
dilakukan berdasarkan kualifikasi, pendidikan dilakukan untuk meningkatkan
kompetensi, penilaian kinerja dan pengetahuan dan keahlian PNS melalui
kebutuhan Instansi Pemerintah. Peraturan pendidikan formal yang dilaksanakan
Pemerintah No. 11 tahun 2017 tentang dengan pemberian tugas belajar.
Manajemen Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pengembangan kompetensi dalam bentuk
menyatakan bahwa kompetensi PNS pelatihan dilakukan melaui jalur pelatihan
merupakan informasi mengenai klasikal dan non klasikal. Pelatihan
kemampuan PNS dalam melakukan tugas klasikal dilakukan melalui proses
jabatan. Dalam rangka menyediakan pembelajaran tatap muka di dalam kelas
informasi kompetensi dalam profil PNS sedangkan pelatihan non klasikal
maka setiap PNS harus dinilai melalui uji dilakukan melalui e-learning, bimbingan
kompetensi yang dapat dilakukan oleh di tempat kerja, pelatihan jarak jauh,
assessor internal pemerintah atau magang dan pertukaran PNS dengan
bekerjasama dengan assessor independen. pegawai swasta.
Kompetensi adalah kemampuan Dalam kurikulum pelatihan
yang dimiliki seseorang untuk menunjukan fungsional kemetrologian, SDM penera
dan mengaplikasikan keterampilannya disiapkan untuk mencapai kompetensi
tersebut di dalam kehidupan nyata. yang diperlukan dalam melaksanakan
Seseorang dinyatakan kompeten jika dapat tugas jabatannya. Oleh karena itu penera
menunjukan bahwa dia memiliki dituntut kompeten agar dapat bersaing
pengetahuan, kemampuan dan sikap yang secara global. Pelatihan fungsional
dipersyaratkan dan menerapkannya untuk kemetrologian berbasis kompetensi adalah
menyelesaikan tugas atau aktivitas di pelatihan yang dimaksudkan agar SDM
tempat kerja sesuai standar yang penera dapat mencapai kompetensi inti,
ditetapkan. Dalam manajemen sumber sedangkan kompetensi teknis lain yang
daya manusia, “kompetensi pegawai” harus dimiliki oleh penera akan disiapkan
merupakan hal yang umum, jelas melalui pelatihan teknis kemetrologian
dinyatakan bahwa ada hubungan positif berdasarkan potensi uttp yang dimiliki
antara kompetensi pegawai dan oleh masing-masing daerah.
peningkatan kinerja organisasi.

102 | Suci Ingrid Daniati1, Reni Sri Marliani2, Pelatihan Berbasis Kompetensi ...
Prosiding Seminar Stiami P- ISSN 2355-2883
Volume 6, No. 1, Februari 2019
Tulisan ini akan fokus pada mengenai kondisi saat ini serta
perancangan pelatihan fungsional merumuskan langkah-langkah yang
kemetrologian berbasis kompetensi akan dilakukan.
berdasarkan model instruksional ADDIE b. Desain (Design)
digabungkan dengan metode Pada tahap ini dilakukan perumusan
pengembangan pelatihan berbasis mengenai tujuan pembelajaran serta
kompetensi dari Dan Hill. menentukan kinerja yang ingin dicapai.
c. Pengembangan (Development)
KAJIAN LITERATUR Pada tahap ini dilakukan perancangan
Model instruksional ADDIE mengenai solusi untuk menyelaraskan
dikembangkan oleh Dick dan Cary pada kesenjangan antara kondisi saat ini
tahun 1978 dan direvisi pada tahun 1981 dengan kondisi yang diharapkan.
oleh Russell Watson. Model ini banyak d. Implementasi (Implementation)
digunakan dalam pengembangan program Tahap implementasi merupakan
pendidikan dan pelatihan. Pada dasarnya pelaksanaan dari hasil yang dirumuskan
model desain pembelajaran ADDIE pada tahapan-tahapan sebelumnya.
memiliki komponen-komponen atau e. Evaluasi (Evaluation)
tahapan utama yang terdiri dari (Suryadi, Evaluasi dilakukan untuk mengetahui
2013) : efektivitas dari rancangan yang telah
a. Analisis (Analyze) dirumuskan dari tahapan-tahapan
Eksplorasi secara sistematis sebagai sebelumnya.
langkah untuk mendapatkan gambaran

Gambar. 1. Kerangka ADDIE

Model ADDIE telah banyak training juga digunakan untuk mendesain


digunakan, model ADDIE digunakan second-life activities untuk peserta
untuk mendesain interface bagi web-based pembelajaran daring (Ling Yu, 2010)

103 | Suci Ingrid Daniati1, Reni Sri Marliani2, Pelatihan Berbasis Kompetensi ...
Prosiding Seminar Stiami P- ISSN 2355-2883
Volume 6, No. 1, Februari 2019
Berikut ini adalah proses pengembangan pelatihan berbasis kompetensi :

Gambar. 2. Dan Hill, Terry Hill dan Lee Perlitz, Vocational Training and Assessment, A
Complete Course for TAE 10 Certiface IV in Training and Assessment, The
McGraw-Hill Companies, Sydney
METODE Sumber Daya Manusia Metrologi
Legal (SDM Metrologi Legal) yang diberi
Metode yang dilakukan dalam
tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak
penelitian ini adalah gabungan antara
secara penuh oleh pejabat yang berwenang
metode ADDIE (Analize, Design,
untuk melakukan kegiatan peneraan adalah
Development, Implementation and
penera. Dengan diberlakukannya Undang-
Evaluation) dengan metode yang
Undang No. 23 Tahun 2014 tentang
digunakan dalam buku Dan Hill. Metode
Pemerintahan Daerah, kewenangan
yang digunakan langsung berkaitan
pelaksanaan kegiatan kemetrologian yang
dengan input proses yaitu standar
semula dilakukan oleh Provinsi beralih ke
kompetensi. Proses Learning design
Kabutapen/Kota. Untuk dapat
merupakan tahapan ketiga yang dilakukan
melaksanakan kegiatan kemetrologian,
setelah pengembangan standar kompetensi
pemerintah di Kabupaten/Kota harus
dan pemetaan kompetensi yang akan
mendirikan Unit Metrologi Legal (UML).
dicapai. Setelah perancangan system
Hingga saat ini masih ada sekitar 329
pembelajaran selesai lalu di ujicobakan
UML di Kabupaten/Kota yang belum
dan dilakukan evaluasi.
terbentuk dari total 512 UML yang harus
ANALISIS/PEMBAHASAN terbentuk.
Perancangan pelatihan Persyaratan untuk mendirikan Unit
kemetrologian berbasis kompetensi dengan Metrologi Legal sebagaimana tercantum
metode ADDIE terdiri dari lima tahapan, dalam Peraturan Menteri Perdagangan No.
yaitu analisis, desain, develop, 78 Tahun 2016 mengenai Unit Metrologi
implementasi dan evaluasi. Metode ini Legal antara lain harus mempunyai 1
digabungkan dengan metode orang SDM Penera dan 1 orang SDM
pengembangan pelatihan berbasis pengamat tera dan/atau pengawas
kompetensi dari Dan Hill. Pembahasan kemetrologian. Hal ini menyebabkan
akan dibatasi sampai dengan tahapan meningkatnya kebutuhan SDM
desain kurikulum. kemetrologian. Seorang PNS dapat
diangkat menjadi Penera setelah
Tahapan Analisis dinyatakan lulus mengikuti pelatihan
fungsional kemetrologian dan uji

104 | Suci Ingrid Daniati1, Reni Sri Marliani2, Pelatihan Berbasis Kompetensi ...
Prosiding Seminar Stiami P- ISSN 2355-2883
Volume 6, No. 1, Februari 2019
kompetensi yang diselenggarakan oleh berkurang sesuai dengan potensi UTTP di
Pusat Pengembangan Sumber Daya masing-masing Kab/Kota.
Kemetrologian (PPSDK). Jika kita cermati kurikulum yang
Sebagai upaya pemenuhan tertuang dalam SK Sekjen Kementerian
kebutuhan kuantitas dan penyesuaian Perdagangan No. 422/SJ-
pemenuhan kompetensi SDM Metrologi DAG/Kep/10/2013 tentang kurikulum
Legal pasca diberlakukannya UU 23/2014, pendidikan dan pelatihan fungsional
dilakukan perubahan desain pelatihan kemetrologian. Pelatihan fungsional untuk
pembentukan fungsional kemetrologian. penera tingkat keahlian diselenggarakan
Upaya yang dilakukan adalah sebanyak 800 JP. Jumlah jam pelajaran
mempersingkat durasi pelatihan dengan (JP) yang cukup besar ini disebabkan
cara mengintegrasikan proses uji dalam kurikulum tersebut, materi yang
kompetensi ke dalam proses pembelajaran disampaikan mencakup sebagian besar
sesuai konsep pelatihan berbasis UTTP wajib tera/tera ulang. Struktur
kompetensi (compentacy based training) kurikulum ini di desain dengan analisa
dan menetapkan kompetensi minimal yang kewenangan kegiatan peneraan di
harus di kuasai saat pelatihan Provinsi, sehingga menjadi kurang cocok
pembentukan fungsional. Pada perubahan jika kita terapkan di era Kab/Kota. Hal ini
kurikulum pelatihan pembentukan dikarenakan keberagaman
fungsional penera, jumlah kompetensi UTTP kab/kota yang berbeda-beda.
yang harus di kuasai adalah 8 unit Struktur kurikulum menjadi terlalu gemuk
kompetensi dari total 52 standar untuk pelatihan fungsional penera yang
kompetensi jabatan fungsional penera. bertugas di UML Kab/Kota.
Kompetensi minimal yang dikuasai Sebagai contoh, jika Kab/Kota A
saat pelatihan pembentukan fungsional, tidak memiliki potensi UTTP Tangki Ukur
harus diimbangi dengan tersedianya Mobil (TUM), maka dalam prakteknya
pelatihan-pelatihan teknis kemetrologian Kab/Kota A tidak akan melakukan
agar dapat mempercepat proses pengujian TUM. Akan tetapi, karena
peningkatan kompetensi SDM Peneraan TUM ada dalam struktur
Kemetrologian. Pelatihan teknis dalam kurikulum 2013 maka saat pelatihan
bidang kemetrologian diselenggarakan fungsional akan tetap mendapatkan materi
untuk meningkatkan kompetensi SDM peneraan TUM. Hal ini yang akan dirubah
kemetrologian dalam melaksanakan tugas. pada desain kurikulum yang baru.
Dengan perubahan struktur
Tahapan Desain
kurikulum menjadi penguasaan 8 unit
Sebelum diberlakukannya UU 23 kompetensi, pengembangan SDM
tahun 2014, penera berkedudukan di Kemetrologian difokuskan pada UTTP inti
Provinsi, artinya kewenangan peneraan sesuai kebutuhan minimal pendirian dan
meliputi kegiatan metrologi di beberapa kewenangan UML di Kab/Kota. Proses
Kab/Kota. Hal ini, menyebabkan jenis pembelajaran akan lebih fokus dan
potensi UTTP yang menjadi kewenangan mendalam, karena fokus pada 8 unit
pelaksanaan kegiatan tera/tera ulang kompetensi. Sebagai perbandingan dapat
menjadi cukup besar/beragam. Di era dilihat pada skema mata diklat yang
Kab/Kota ini, kewenangan kegiatan bersifat teknis peneraan berikut ini :
terbatas hanya di satu wilayah, artinya
jenis kegiatan peneraan UTTP akan

105 | Suci Ingrid Daniati1, Reni Sri Marliani2, Pelatihan Berbasis Kompetensi ...
Prosiding Seminar Stiami P- ISSN 2355-2883
Volume 6, No. 1, Februari 2019

Tabel 1. Perbandingan kurikulum 2013 dan kurikulum 2018 untuk


beberapa mata pelatihan teknis.
Kurikulum 2013 Kurikulum 2018
No Mata Diklat JP Mata Diklat JP
1 Peneraan UTTP Dimensi, 100 Peneraan Meter Kayu 25
meliputi :
a. Mistar Ukur
b. Ban Ukur
c. Jangka Sorong
d. Mikrometer
e. Meter Taksi
2 Peneraan UTTP Massa dan 120 Pengelolaan standar massa 25
Timbangan, meliputi : (Anak Timbangan)
a. Anak Timbangan Peneraan Timbangan 55
b. Timbangan Non Otomatis Elektronik
- Mekanik Peneraan Timbangan 55
- Elektronik Mekanik
- Timbangan Jembatan
3 Peneraan UTTP volume Statis 120 Pengelolaan Standar 55
a. Takaran Volume (Bejana Ukur)
b. Bejana Ukur - Volumetrik
c. Tangki Ukur Mobil - Gravimetrik
d. Tangki Ukur Wagon Peneraan Takaran 25
e. Tutsit
f. Tutsida
4 Peneraan UTTP Volume Dinamis 100 Pompa Ukur BBM 55
a. Pompa ukur BBM
b. Meter arus BBM
c. Meter Air
d. Meter Gas
e. ATG, ATC dan CTC
Berdasarkan hal ini, diharapkan
Dari tabel perbandingan diatas dapat tingkat penguasaan kompetensi peneraan
kita lihat perbandingan antara jumlah jam UTTP dimaksud menjadi lebih baik karena
pelajaran yang diberikan dengan beban benar-benar difokuskan pada UTTP yang
materi pelatihan yang harus disampaikan. umum ditemui atau merupakan potensi
Mata pelatihan pada kurikulum 2018 fokus utama di Kab/Kota. Tingkat penguasan
pada UTTP yang umum dimiliki oleh kompetensi tersebut didukung dengan jam
Kab/Kota. Sebagai contoh, Pada peneraan pelajaran untuk praktikum lebih besar
UTTP Volume Statis. Pada Kurikulum dibandingkan jam teori pada kurikulum
2013, Peneraan UTTP Volume Statis 2018.
dengan total JP 120, materi yang Dilihat dari sisi psikologis, jumlah
disampaikan meliputi pengujian 6 jenis materi yang terlalu banyak dalam satu
UTTP. Sedangkan dalam kurikulum 2018, waktu pelatihan akan menurunkan tingkat
materi di fokuskan pada Bejana Ukur (55 ketahanan belajar dalam mengikuti
JP) dan Takaran (25 JP). Pada materi pelatihan. Motivasi dalam mempelajari
peneraan volume dinamis, difokuskan sesuatu hal yang memang langsung
pada peneraan pompa ukur BBM, dari diterapkan dalam pekerjaan akan lebih
sebelumnya 5 jenis UTTP yang harus tinggi daripada mempelajari suatu materi
dikuasai dalam kurun waktu 100 JP yang sifatnya hanya pengetahuan “just to
menjadi fokus pada 1 jenis UTTP dalam know”.
55 JP.

106 | Suci Ingrid Daniati1, Reni Sri Marliani2, Pelatihan Berbasis Kompetensi ...
Prosiding Seminar Stiami P- ISSN 2355-2883
Volume 6, No. 1, Februari 2019
Untuk meningkatkan efektifitas verifikasi bejana ukur, menyusun
pembelajaran, pada perancangan laporan verifikasi bejana ukur.
kurikulum berbasis kompetensi ini akan 2) Hasil Belajar
diterapkan metode pembelajaran yang
menggabungkan pembelajaran online Setelah mengikuti kegiatan
sebagai pengayaan dengan tatap muka pembelajaran peserta Diklat
(adjunct learning) dan setiap mata diharapkan mampu menerapkan dasar-
pelatihan akan diampu secara tim teaching dasar pengetahuan untuk melakukan
untuk menjamin kualitas hasil verifikasi bejana ukur.
pembelajaran. 3) Indikator Hasil Belajar
Tahapan Pengembangan Setelah pembelajaran peserta dapat:
Pada tahapan ini, skema pelatihan a) Melakukan perawatan terhadap
dan kurikulum yang telah di desain bejana ukur
diterjemahkan ke dalam silabus. Silabus b) Mempersiapkan peralatan standar
dijabarkan dari standar kompetensi berupa untuk verifikasi bejana ukur
elemen kompetensi dan indikator kriteria c) Mengkondisikan bejana ukur
unjuk kerja. Kemudian di analisa unsur d) Memverifikasi sifat ukur bejana
kompetensi tersebut termasuk pada ukur
kelompok pengetahuan, keterampilan atau e) Melakukan perhitungan hasil
sikap untuk menentukan metode verifikasi bejana ukur
pembelajaran yang tepat. Setelah unsur f) Menyusun laporan verifikasi
kompetensi diidentifikasi maka dituangan bejana ukur.
dalam bentuk silabus dan ditentukan
jumlah jam pembelajaran teori dan praktek 4) Materi Pokok
untuk mendukung pencapaian kompetensi. a) Teori dasar volume
Silabus yang dibuat sudah b) Ketertelusuran standar volume
mengidentifikasi proporsi jumlah peserta c) Ruang lingkup pengujian bejana
diklat dengan jumlah pengajar dan ukur
kebutuhan alat praktikum yang diperlukan d) Jenis dan konstruksi bejana ukur
untuk mendukung pencapaian kompetensi. (Pesyaratan teknis)
Berikut ini contoh silabus salah satu e) Persyaratan sifat kemetrologian
mata pelatihan pada pelatihan fungsional bejana ukur
kemetrologian penera dengan mata f) Metode pengujian bejana ukur
pelatihan peneraan bejana ukur. (gravimetrik dan volumetrik)
Mata Pelatihan : Peneraan Bejana Ukur g) Perhitungan hasil pengujian
Standar Kompetensi : bejana ukur
DAG.FPN.02.003.01 Menera/Menera h) Penjustiran dan pembubuhan
Ulang UTTP Jenis Bejana Ukur tanda tera
1) Deskripsi Singkat i) Penyusunan laporan pengujian
Mata Diklat Peneraan Bejana Ukur 5) Metode
dimaksudkan untuk meningkatkan a) Ceramah
kompetensi penera dalam hal b) Diskusi
melakukan peneraan terhadap bejana c) Praktikum
ukur,mempersiapkan peralatan standar d) Kerja Kelompok
untuk verifikasi bejana ukur,
mengkondisikan bejana ukur, 6) Media
memverifikasi sifat ukur bejana ukur, a) Bahan Ajar
melakukan perhitungan hasil b) Bahan Tayang

107 | Suci Ingrid Daniati1, Reni Sri Marliani2, Pelatihan Berbasis Kompetensi ...
Prosiding Seminar Stiami P- ISSN 2355-2883
Volume 6, No. 1, Februari 2019
c) Alat peraga 8) Pengajar : Jumlah pengajar 2 Orang
7) Peserta diklat 9) Peralatan dan Perlengkapan
Jumlah peserta maksimal 20 peserta
Tabel 2. Silabus Mata Pelatihan Peneraan Bejana Ukur
No Peralatan Jumlah
1. Lap Kanebo 10 buah
2. Aquades 30 liter
3. Sarung tangan karet non 2 box
powder
4. Anak timbangan kelas M 2 set
Nominal 1, 2, 5 kg
Nominal 1 mg – 500 g
5. Anak timbangan kelas F2 2 set
Nominal 5 kg
Nominal 1 mg – 500 g
6. Timbangan Elektronik 2 buah
Max = 64000 g, d=0,1 g
Max = 32000 g, d = 0,1 g
7. Neraca A 2 buah
8. Termokopel 10 unit
9. Jangka sorong 10 unit
10. Gelas ukur 10 unit
11. Thermohygrometer 1 unit
12.
Pengukur tekanan udara 1 unit
(Barometer)
13.
Stop watch 10 buah
14.
Penampung + Penuang cairan 10 buah
uji
15.
Pipet 10 buah
16.
Bejana Ukur 20 buah
17.
Cerapan pengujian 20 lembar
18.
Instruksi kerja 20 lembar
19.
Komputer 10 unit
20.
Tools kit + CTT 10 unit
Pe Waktu
Unsur mb Pembelajar
Kompe ela Metode/ an
Elemen Indikator Kriteria Unjuk
tensi Silabus jara Media (JP)
Kompetensi Kerja
n Pembelajaran
P K S T P T P Total
1. Melakukan 1.1. Standar serta sarana v Teori Dasar Presentasi
Persiapan yang digunakan 1. Jenis Alat Ukur (PPT, Hand
Pengujian untuk pengujian Volume Out)
Bejana Ukur disiapkan 2. Ketertelusuran
berdasarkan syarat Alat Ukur Volume v v 4 6 10
teknis yang berlaku. 3. Penentuan
Meniskus dan
Pembacaan
Skala Nonius
1.2. Persyaratan v ST (Persyaratan  Presentasi
administrasi bejana Teknis dan v (PPT)
5 5
ukur diperiksa Persyaratan  Simulasi
kelengkapannya. Metrologis)

108 | Suci Ingrid Daniati1, Reni Sri Marliani2, Pelatihan Berbasis Kompetensi ...
Prosiding Seminar Stiami P- ISSN 2355-2883
Volume 6, No. 1, Februari 2019
1.3. Kelayakan bejana v 1. Konstruksi dan (Alat
ukur diperiksa sesuai Jenis Bejana Peraga :
dengan surat Ukur Bejana Ukur
permohonan/formulir 2. Penggunaan dan Kertas
pendaftaran tera/tera Bejana Ukur Kerja)
ulang. (kering dan
1.4. Tempat pembubuhan v basah)
tanda tera diperiksa, 3. Tipe Bejana Ukur
untuk keperluan tera (to contain dan to
ulang tanda tera deliver)
tahun sebelumnya
diperiksa dan dicatat.
1.5. Konstruksi Bejana v
Ukur diperiksa
berdasarkan syarat
teknis yang berlaku.
2.Melakukan 2.1 Sifat Ukur Bejana Ukur v
Pengujian diuji berdasarkan
Bejana Ukur parameter
Persyaratan
Kemetrologian dalam  Presentasi
syarat teknis yang Pengujian Bejana (PPT)
berlaku. Ukur  Simulasi
2.2 Data hasil pengujian 1. Volume (Alat
dicatat dalam Sebenarnya Peraga :
cerapan sesuai (Gravimetrik Bejana ukur,
format yang telah dengan TE, termokopel,
ditentukan dalam Gravimetrik gelas ukur,
syarat teknis dengan Neraca, jangka
2.3 Hasil pengujian bejana v dan Volumetrik) sorong)
ukur dihitung 2. Kepekaan Leher  Praktikum
berdasarkan syarat 3. Nilai Skala Neraca
teknis yang berlaku 4. Perhitungan TE
2.4 Kesesuaian hasil v Ketidakpastian Volumetrik
pengujian diperiksa 5. Justir Bejana Bejana ukur
dan dibandingkan Ukur  Gelas Ukur
dengan persyaratan 6. Pembubuhan  Jangka
teknis yang berlaku. CTT sorong
3. Memberikan 3.1 Bejana Ukur yang v  Termokopel
keputusan telah sesuai  Stopwatch
Sah/Batal persyaratan yang  Pipet
terhadap Bejana berlaku, dibubuhi Cap  Kanebo
Ukur tanda tera pada  (10 kel @ 2
v
tempat yang telah v orang) 1 2
ditentukan dalam 30
0 0
syarat teknis yang
berlaku.
3.2 Bejana ukur yang tidak v
sesuai dengan syarat
teknis harus dijustir.
3.3 Bejana ukur yang tidak v
sesuai dengan
persyaratan metrologis
dibatalkan dengan
diberikan tanda batal
dan dirusak.
3.4 Berita acara v
perusakan dibuat
sesuai dengan hasil
pengujian.
3.5 Cerapan hasil v
pengujian dilaporkan
kepada atasan dan
diarsipkan

109 | Suci Ingrid Daniati1, Reni Sri Marliani2, Pelatihan Berbasis Kompetensi ...
Prosiding Seminar Stiami P- ISSN 2355-2883
Volume 6, No. 1, Februari 2019
3.6 Cap tanda tera v
dikembalikan dan
disimpan kembali
pada tempatnya.

3.7 Bejana Ukur yang


sudah dibubuhi cap
tanda tera diletakkan
pada tempat yang
telah ditentukan.
Uji Kompetensi v Ujian Tertulis Soal dan
v Lembar
Jawaban 2 20
v v Ujian Praktek Ujian Praktek 0
Perorang @ 3
v JP
Dijadwalkan
Pararel
Total Jam Pelajaran 75
Pelatihan kemetrologian berbasis
Tahapan Pelaksanaan kompetensi ini telah dilakukan sebanyak 3
Untuk melihat sejauh mana angkatan pada tahun 2018, masing-masing
efektifitas desain pembelajaran yang telah dengan lama pelatihan sekitar 2,5 bulan.
dibuat, maka dilakukan implementasi Hasil evaluasi yang dilakukan sangat
desain tersebut pada kegiatan pelatihan. menggembirakan karena program ini
Pelatihan kemetrologian fungsional penera dinyatakan sangat memuaskan. Evaluasi
dilakukan selama 2,5 bulan dengan total dilakukan terhadap penyelenggaraan
jumlah jam pelajaran 440 JP. Sebelum pelatihan serta widyaiswara yang terlibat.
kegiatan tatap muka, peserta mengikuti Evaluasi penyelenggaraan meliputi tiga hal
kegiatan pre-learning secara online selama yaitu kualitas program, fasilitas akademis
1 minggu. Kegiatan ini dimaksudkan dan pelayanan dalam penyelenggaraan
untuk memberikan pengenalan terhadap pelatihan.
keseluruhan materi pelatihan. Evaluasi dilakukan dengan
menyebar kuesioner pada peserta pelatihan
Tahapan Evaluasi setelah pelatihan selesai. Data responden
adalah sebagaimana dijelaskan dalam
Tabel 1 dibawah ini.
Sebaran Responden Siswa Diklat
Deskripsi Angkatan I Angkatan II Angkatan III
Jenis Kelamin Laki-laki 25 29 23
Perempuan 10 16 15
Masa Kerja 3-4 th 13 12 10
5-6 th 1 0 0
Lebih dari 6 th 21 33 28
Pendidikan SMA 0 0 0
D3 4 9 9
S1 26 33 26
S2 3 3 3
Total 35 45 38
Hasil evaluasi dijelaskan dalam tabel sebagai berikut.

110 | Suci Ingrid Daniati1, Reni Sri Marliani2, Pelatihan Berbasis Kompetensi ...
Prosiding Seminar Stiami P- ISSN 2355-2883
Volume 6, No. 1, Februari 2019
Tabel Penilaian Widyaiswara
Angkatan Angkatan Angkatan
No Aspek I II III Kategori

1 Kualitas Program 4.23 4.19 4.04 Sangat Memuaskan


2 Fasilitas Akademis 3.78 3.96 3.89 Memuaskan
3 Pelayanan 4.09 4.11 4.04 Sangat Memuaskan

Evaluasi juga dilakukan terhadap performa apa yang diperlukan (what


widyaiswara yang ditugaskan untuk standar performa needed) dan bagaimana
mengajar, hasilnya untuk 9 mata pelatihan proses asesmen dilakukan. PBK
yang disampaikan semuanya mendapat memberikan harapan yang lebih baik
skor diatas 4 dengan rata-rata 4,46 untuk dalam pengembangan dan peningkatan
angkatan I, 4.58 untuk angkatan II dan kompetensi SDM, karena seseorang akan
4.32 untuk angkatan III. dapat melakukan pekerjaannya dengan
baik dan benar jika telah mencapai
KESIMPULAN kompetensi tertentu. PBK merupakan
Dari pembahasan diatas dapat pelatihan yang menitikberatkan pada
disimpulkan bahwa pengembangan penguasaan kemampuan kerja yang
kompetensi penera melalui pelatihan mencakup pengetahuan, keterampilan, dan
berbasis kompetensi dimaksudkan agar sikap sesuai dengan standar yang
penera mencapai kompetensi yang ditetapkan dan persyaratan di tempat kerja.
diperlukan untuk melaksanakan tugas
PUSTAKA:
jabatannya. Menggunakan model
pengembangan ADDIE telah disusun Dan Hill, Terry Hill dan Lee Perlit. 2011.
kurikulum dan silabus untuk pelatihan Vocational Training and Assessment,
fungsional kemeterologian. Durasi A Complete Course for TAE 10
pelatihan yang lebih singkat, tidak Certiface IV in Training and
mengurangi kualitas pendalaman materi Assessment, the McGraw-Hill
yang disampaikan. Durasi pelatihan yang Companies, Sydney
lebih singkat ini disebabkan karena unit Kementerian Perdagangan. 2012.
kompetensi yang diajarkan fokus pada 8 Peraturan Menteri Perdaangan No.
unit kompetensi inti yang disesuaikan
69 tentang Pengelolaan SDM
dengan persyaratan minimal mendirikan Kemetrologian.
unit metrologi legal Kab/Kota. Penguasaan
unit kompetensi lainnya, disesuaikan Kementerian Perdagangan. 2016.
dengan potensi UTTP dimasing-masing Peraturan Menteri Perdaangan No. 78
Kab/Kota melalui pelatihan teknis tentang Unit Metrologi Legal.
kemetrologian. Hal ini sesuai dengan Kementerian Perdagangan. 2013. Surat
amanat peraturan mengenai manajemen Keputusan Sekretaris Jenderal No.
PNS, bahwa peningkatan kompetensi 422 Tentang kurikulum pendidikan
teknis dapat dilakukan secara berjenjang. dan pelatihan fungsional
Pelatihan Berbasis Kompetensi kemetrologian.
(PBK) fokus pada apa yang perlu untuk
“diketahui” dan “dilakukan” dalam Ling-Yu, Wen. (2010) : Application of
melaksanakan tugasnya (what people need Blended E-learning Method in
to know and to do in their job), standar Designing Training Program for

111 | Suci Ingrid Daniati1, Reni Sri Marliani2, Pelatihan Berbasis Kompetensi ...
Prosiding Seminar Stiami P- ISSN 2355-2883
Volume 6, No. 1, Februari 2019
Developing Profesional
Competences of University
Teachers : e-CBT Model, ICENT.
Muruganantham, G. 2015. Developing of
E-Content Package by Using ADDIE
Model. International Journal of
Applied Research.
Republik Indonesia. 2014. Undang-
Undang No. 5 tentang Aparatur Sipil
Negara.
Republik Indonesia. 2014. Undang-
Undang No. 23 tentang Pemerintahan
Daerah.
Republik Indonesia. 2017. Peraturan
Pemerintah No. 11 tentang
Manajemen PNS.
Suryadi, Ade. 2013. Model Desain
Pembelajaran Virtual Berbasis
Teknologi Virtual Class untuk
Pelaksanaan Open Lesson pada
Digital Lesson Study, Sekolah
Teknik Elektro dan Informatika,
Institut Teknologi Bandung.

112 | Suci Ingrid Daniati1, Reni Sri Marliani2, Pelatihan Berbasis Kompetensi ...

Anda mungkin juga menyukai