Anda di halaman 1dari 56

Modul

PENYUSUNAN LAPORAN
PELATIHAN DAN PENGELOLAAN
HASIL PEMBELAJARAN

1
Sambutan

Pembangunan dan pengembangan kompetensi Aparatur Sipil Negara (ASN)


merupakan kebutuhan untuk mewujudkan tujuan negara sebagaimana tercantum
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Undang-
Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara telah mengamanatkan
bahwa sangat diperlukan dan merupakan usaha strategis untuk membangun
aparatur sipil negara yang memiliki integritas, profesional, netral dan bebas dari
intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme serta mampu
menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan
peran sebagai unsur pereka persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Lahirnya Undang-Undang No.5 tahun 2014 ini memberi dampak perubahan


tidak saja dari nomenklatur jabatan, namun yang lebih penting lagi adalah
perubahan struktur organisasi yang merubah cara pikir dan cara kerja pegawai.
Organisasi dinilai bukan dari penyerapan anggarannya saja, tapi lebih dari itu ia
dinilai dari hasil dan dampak yang diberikan organisasi/lembaga pemerintah kepada
masyarakat. Untuk itu, organisasi membutuhkan modal insani yang cerdas, inovatif,
dan mampu menjawab tuntutan zaman yang serba ‘internet of things’. Oleh sebab
itu, Peraturan Pemerintah (PP) No, 11 tahun 2017 tentang manajemen aparatur sipil
negara merespons tentang kepentingan pemerintah untuk mengelola ASN dan
menekankan pengembangan karir serta pengembangan kompetensi dengan
menekankan system merit. Dalam PP 11 tahun 2017 ini juga ditekankan bahwa
pengembangan kompetensi dilakukan pada tingkat instansi dan nasional. Dan setiap
pegawai negeri sipil (PNS) mendapatkan hak untuk mengembangkan kompetensi
minimal 20 (dua puluh) jam pembelajaran per tahun. Tentunya, dengan peraturan
ini memerlukan kemampuan lembaga-lembaga pengembangan kompetensi baik di
Pusat dan di Daerah memiliki kompetensi dalam mengelola dan menyelenggarakan
pengembangan kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan lembaga, regional dan
nasional.

Untuk membantu lembaga-lembaga pengembangan kompetensi tersebut


dapat melakukan tugas dan fungsinya, Lembaga Administrasi Negara telah
merancang program pelatihan bagi para penyelenggara pelatihan yang sering
disebut Pelatihan Training Officer Cource (TOC). Tujuan program pelatihan ini adalah

2
untuk membangun kompetensi para penyelenggara agar dapat menyelenggarakan
program-program pelatihan dan memberikan pelayanan lembaga mereka secara
profesional. Program pelatihan TOC ini tentunya telah mengalami transformasi yang
cukup signifikan dari model pelatihan yang klasikal menjadi blended dan full e-
learning. Perancangan program dirancang dengan menerapkan pengelolaan yang
berkelanjutan atau Pro Hijau. Artinya program yang dikembangkan peduli akan
kebutuhan peserta yang menerima manfaat utama dari program yang dirancang,
namun juga memanfaatkan teknologi sebagai bagian dari upaya pelayanan yang
cepat, mudah diakses, efisien dan transparan. Dan tak kalah pentingnya,
penyelenggaraan program dengan pendekatan teknologi ini juga sebagai bentuk
upaya menyelamatkan bumi dari penggunaan kertas, sumber daya air, energi dan
lainnya.

Desain-disain mata pelatihan dan substansinya dalam program TOC ini telah
mengalami perubahan dan pembaharuan sesuai dengan konteks tantangan dan
kesempatan yang dihadapi oleh para penyelenggara saat ini. Saat ini kita diharapkan
dapat memberikan pelayanan yang maksimal dengan memperhatikan secara baik
kebutuhan para peserta, mempertimbangkan aspek lingkungan dan teknologi. Saya
dengan bangga menghadirkan program ini berserta modul-modul yang sesuai
kepada Anda dengan model pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan
instansi. Semoga program ini dapat melengkapi kemampuan Anda yang sudah ada
dan memberikan inspirasi dalam pengelolaannya.

Kepada perancang program ini dan seluruh tim penulis, tim teknis dan tim
review dari disain pembelajaran yang telah berpartisipasi membuat program ini
terus mengalami perbaikan dan pembaharuan, saya mengucapkan terima kasih.
ASN cerdas adalah ASN yang terus mengasah kemampuan belajarnya. Dan ASN
cerdas juga ditumbuhkan oleh lembaga-lembaga pengembang kompetensi yang
terus melakukan pembelajaran dan berinovasi.

Jakarta, Januari 2022

Kepala Lembaga Administrasi Negara

Adi Suryanto

3
Kata Pengantar

Sejalan dengan upaya mewujudkan Aparatur Sipil Negara (ASN) yang unggul,
pengembangan kompetensi terutama melalui pelatihan merupakan usaha strategis
untuk meningkatkan kompetensi yang diharapkan. Penyelenggaraan Pelatihan
Penyelenggara Pelatihan atau Training Officer Course (TOC) dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan inovasi dalam pelatihan dan tuntutan perubahan.

Kehadiran modul TOC ini memiliki nilai strategis karena menjadi acuan dalam
proses pembelajaran, sehingga lembaga pelatihan dengan penyelenggara pelatihan
yang profesional dapat diwujudkan. Modul ini diharapkan dapat membantu
widyaiswara atau fasilitator pelatihan dalam mendesain pengajaran yang akan
disampaikan kepada peserta pelatihan; membantu pengelola dan penyelenggara
pelatihan dalam penyelenggaraan pelatihan; dan membantu peserta pelatihan
dalam mengikuti proses pembelajaran. Untuk maksud inilah maka dilakukan
penyempurnaan tehadap keseluruhan modul Pelatihan TOC yang meliputi substansi
dan format.

Disadari bahwa perkembangan lingkungan strategis berlangsung lebih cepat


khususnya terhadap kebutuhan pengembangan kompetensi dalam rangka
mendorong peningkatan kompetensi ASN, peningkatan kinerja organisasi, dan
akselerasi reformasi birokrasi, maka kualitas modul perlu terus dipantau dan
disesuaikan manakala terdapat hal-hal yang sudah tidak relevan lagi. Sehubungan
dengan hal ini, modul ini dapat pula dipandang sebagai bahan minimal pelatihan,
dalam artian bahwa setelah substansinya disesuaikan dengan perkembangan yang
ada, maka dapat dikembangkan selama relevan dengan hasil belajar yang akan
dicapai dalam modul ini. Oleh karena itu, peranan widyaiswara termasuk peserta
pelatihan juga dibutuhkan. Konkritnya, widyaiswara dapat melakukan penyesuaian
dan pengembangan terhadap isi modul, sedangkan peserta pelatihan dapat
memperluas bacaan yang relevan dengan modul ini, sehingga proses pembelajaran
dapat berlangsung dinamis, interaktif, dan aktual.

4
Kepada seluruh peserta diharapkan dapat mengikuti seluruh rangkaian
kegiatan secara optimal dengan penuh kesungguhan. Selamat mengikuti pelatihan
TOC.

Salam sukses.

Jakarta, 2022

Deputi Bidang Kebijakan


Pengembangan Kompetensi
Aparatur Sipil Negara

Muhammad Taufiq

5
DAFTAR ISI

Sambutan
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Deskripsi Singkat
C. Tujuan Pembelajaran
D. Pokok Bahasan Dan Sub Pokok Bahasan
BAB II PENYUSUNAN LAPORAN PELATIHAN
A. Pengertian Laporan Pelatihan
B. Karakteristik Laporan Pelatihan
C. Prinsip-prinsip Penyusunan Laporan Pelatihan
D. Instrumen Laporan Pelatihan
E. Proses Penyusunan Laporan Pelatihan
F. Latihan
G. Rangkuman
H. Evaluasi
BAB III PENGELOLAAN HASIL PEMBELAJARAN PELATIHAN
A. Pengertian Pengelolaan Hasil Pembelajaran Pelatihan
B. Jenis Hasil Pembelajaran
C. Urgensi Pengelolaan Hasil Belajar
D. Proses Pengelolaan Hasil Belajar
E. Rangkuman
F. Evaluasi

BAB IV PENUTUP
A. Rangkuman
B. Tindak Lanjut Pengembangan
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 1

6
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lembaga Administrasi Negara sebagai lembaga pembina pengembangan


kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur Sipil Negara (ASN)
khususnya di bidang pelatihan, telah banyak melakukan berbagai bentuk
inovasi. Salah satunya di bidang penyelenggaraan pelatihan telah mengikuti
kebutuhan perkembangan saat ini. Berbagai pelatihan telah menggabungkan
model e-learning dan klasikal (blended learning). Pendekatan pelatihan model
blended learning tentunya akan menyebabkan perubahan budaya belajar
peserta dan penyelenggara dalam rangka meningkatkan kompetensi dan
profesional. Dengan tersedianya penyelenggara pelatihan yang kompeten dan
profesional, sebuah lembaga penyelenggara pelatihan akan dapat
menyelenggarakan pelatihan secara optimal. Pelatihan bukan hanya
mendorong peningkatan kompetensi Aparatur Sipil Negara, tetapi juga
meningkatkan kinerja organisasi dan mengakselerasi pelaksanaan reformasi
birokrasi.

Peningkatan dan pengembangan kompetensi SDM) pelatihan dalam


pelatihan bagi Penyelenggara Pelatihan (Training Officer Course/TOC) sangat
dibutuhkan oleh para penyelenggara pelatihan secara perseorangan,
kelompok, maupun Lembaga Pelatihan secara instansional secara terintegrasi.
Pada pelatihan TOC seluruh anggota SDM peserta pelatihan sebagai
Penyelenggara pelatihan diharapkan memiliki kompetensi yang terstandar
dalam penyelenggaraan pelatihan secara terintegrasi. Seiring dengan tujuan
penyelenggaraan TOC dalam meningkatkan kemampuan para penyelenggara
pelatihan sebagai ujung tombak pelaksanaan pelatihan perlu ada kolaborasi

7
antar SDM penyelenggara maupun dengan stakeholder. Tugas penyelenggara
pelatihan meliputi memberikan pelayanan terbaik kepada seluruh
stakeholder, menjamin penyelenggaraan pelatihan sesuai standar kualitas.

Salah satu upaya peningkatan dan pengembangan kompetensi dalam


TOC adalah pembekalan materi penyusunan laporan pelatihan dan
pengelolaan hasil pembelajaran. Materi dimaksud diarahkan agar nantinya
SDM penyelenggara benar-benar memiliki kompetensi atau kemampuan
berupa pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku yang diperlukan dalam
pelaksanaan tugas jabatannya khususnya sebagai Penyelenggara pelatihan.
Salah satu wujud nyata kemanfaatan penyelengaraan Pelatihan antara lain
adalah kemampuan penyelenggara menyediakan laporan pelatihan dan
mampu mengelola hasil pembelajaran dengan baik.

B. Deskripsi Singkat

Mata pelatihan ini dimaksudkan membekali peserta untuk


meningkatkan kompetensinya sebagai Penyelenggara pelatihan agar memiliki
persepsi yang sama dalam hal pengertian dan implementasi penyusunan
laporan pelatihan, serta pengertian pengelolaan hasil pembelajaran dan
implementasi pengelolaan hasil pembelajaran. Diharapkan nantinya sebagai
Penyelenggara pelatihan dapat memahami pengertian, manfaat penyusunan
laporan pelatihan dan pengelolaan hasil pembelajaran.

Pembelajaran dilakukan dengan metode massive open online course


(MOOC) dengan harapan peserta mampu mengenali dan memahami
(taksonomi bloom) materi pembelajaran. Metode MOOC Disajikan secara
komunikatif menggunakan media pembelajaran online yang berbasis
pelatihan mandiri penyusunan laporan pelatihan dan pengelolaan hasil
pembelajaran. Agar kondisi tersebut dapat tercapai, unsur- unsur yang terlibat

8
dalam proses pembelajaran, hendaknya paham betul akan hal ini.
Widyaiswara/fasilitator yang menyiapkan bahan ajar agar memahami metode
dan proses pembelajaran. Peserta yang sangat berkepentingan dengan
tercapainya hasil belajar secara efektif, secara mandiri berpartisipasi
menciptakan lingkungan psikologis yang mendukung. Begitu juga dengan
Penyelenggara pelatihan, dari aspek penyusunan laporan pelatihan dan
pengelolaan hasil pembelajaran.

Mata pelatihan Penyusunan Laporan Pelatihan dan Pengelolaan Hasil


Pembelajaran ini, pembahasan akan difokuskan pada penyusunan laporan
pelatihan dan pengelolaan hasil pembelajaran, komponen, serta implementasi
penyusunan laporan pelatihan dan pengelolaan hasil pembelajaran.

C. Tujuan Pembelajaran

1. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)


Setelah selesai proses pembelajaran, peserta diharapkan mampu
memahami dan mengimplementasikan penyusunan laporan pelatihan dan
pengelolaan hasil pembelajaran.

2. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)


Setelah selesai pembelajaran peserta dapat:
a. Menjelaskan penyusunan laporan pelatihan.
b. Menjelaskan pengelolaan hasil pembelajaran.
c. Mendeskripsikan instrument laporan dan implementasi penyusunan
laporan pelatihan dan pengelolaan hasil pembelajaran.

9
D. Pokok Bahasan Dan Sub Pokok Bahasan

1. Penyusunan laporan pelatihan


a. Pengertian
b. Karakteristik laporan pelatihan
c. Prinsip penyusunan laporan pelatihan
d. Proses penyusunan laporan pelatihan
2. Pengelolaan Hasil Pembelajaran
a. Pengertian pengelolaan hasil pembelajaran pelatihan
b. Jenis hasil pembelajaran pelatihan
c. Urgensi pengelolaan hasil pembelajaran
d. Proses pengelolaan hasil pembelajaran

10
BAB II

PENYUSUNAN LAPORAN PELATIHAN

Setelah selesai pembelajaran peserta dapat menjelaskan pengertian,


komponen dan proses penyusunan laporan pelatihan

Kebijakan pengembangan kompetensi bagi aparatur sipil negara melalui


program pelatihan menjadi tantangan dengan jumlah ASN yang sangat besar dan
tersebar di kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah. Butuh kolaborasi
banyak lembaga pelatihan untuk dapat memfasilitasi amanah hak
pengembangan kompetensi sekurang-kurangnya 20 jam pelajaran bagi ASN.
Bagi Lembaga pelatihan yang telah terakreditasi tentu semua proses tahapan
telah memiliki standar baik dalam konteks akademik maupun administrasi
penyelenggaraan pelatihan. Namun bagi lembaga pelatihan yang belum
terakreditasi memerlukan perhatian lebih dan kesiapan SDM penyelenggara
agar menghasilkan sebuah proses learning journey yang berkualitas. Sudah
barang tentu dibutuhkan disiplin penjaminan mutu pada semua tahapan baik
perencanaan, pelaksanaan dan bagaimana proses evaluasi sampai dengan
pelaporan pelatihan dan pengelolaan hasil pembelajaran.

Untuk menjaga kualitas pelatihan secara terus menerus dilakukan


mekanisme pengawasan dan pengendalian Pelatihan melalui pembinaan,
laporan pelaksanaan pelatihan dan evaluasi pasca pelatihan. Dalam hal laporan
pelaksanaan pelatihan maka setiap unit kerja yang menyelenggarakan Pelatihan
harus menyampaikan laporan secara tertulis mengenai penyelenggaraan
Pelatihan kepada instansi Pembina paling lambat 1 (satu) bulan terhitung sejak
Pelatihan berakhir.

11
Selain laporan penyelenggara pelatihan tersebut diatas, beberapa
instansi Pembina juga memberikan kewajiban menyusun laporan perkembangan
implementasi inovasi yang disusun berdasarkan hasil evaluasi pasca pelatihan.
Seperti diatur dalam Peraturan Lembaga Administrasi Negara Nomor 15 Tahun
2019 Tentang Pelatihan Kepemimpinan Pengawas, penyelenggara pelatihan
harus melakukan evaluasi pasca pelatihan dan melaporkan perkembangan
implementasi Aksi Perubahan yang dilaksanakan peserta pelatihan pada
jangka menengah/panjang.

Keseluruhan informasi laporan tersebut diatas, hendaknya memenuhi


prinsip-prinsip penyusunan laporan yang baik, dapat terbaca dan memberikan
informasi bagi pengembangan berkelanjutan. Untuk itu, penyelenggara
pelatihan harus memiliki kemampuan untuk menyajikan informasi hasil kegiatan
pengembangan kompetensi atau pelatihan yang telah dilaksanakan secara
akurat dan tepat.

Pelatihan bagi Penyelenggara pelatihan (Training Officer Course/ TOC)


menjadi sebuah kebutuhan dan strategi Lembaga Pelatihan dalam membangun
aparatnya yang profesional. Melalui pelatihan TOC, diharapkan seluruh anggota
SDM pelatihan sebagai Penyelenggara pelatihan memiliki persepsi yang sama
dan kemampuan termasuk dalam penyusunan laporan pelatihan.

A. Pengertian Laporan Pelatihan

Secara umum biasanya orang memahami laporan sebagai suatu bentuk


pertanggungjawaban atas suatu tindakan atau kegiatan yang dilakukan. Namun
Sebelum kita bahas lebih lanjut materi pada Bab ini perlu kita ketahui apa yang
dimaksud dengan laporan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti
kata laporan adalah proses, cara, perbuatan melaporkan. Oleh karena itu, dalam
kegiatan belajar ini, kita akan membahas pengertian laporan, siapa yang

12
berkewajiban menyusun laporan, kepada siapa laporan pelatihan disampaikan.
Selain itu akan dibahas juga mengenai instrumen laporan dan proses untuk
menyusun laporan pelatihan. Dengan memahami pengertian laporan maka
diharapkan seorang penyelenggara pelatihan dapat mengetahui dan menjawab
pertanyaan yang disebut 5 W+1 H yaitu apa yang akan dilaporkan, siapa
melakukan apa, bilamana dilakukan, mengapa dilakukan, dimana dilakukan dan
bagaimana melakukan penyusunan laporan pelatihan.

Untuk memberikan referensi secara lebih lengkap, terdapat beberapa


pendapat ahli mengenai laporan, sebagai berikut :

1. Menurut Keraf (2001: 284), Laporan adalah suatu cara komunikasi di mana
penulis menyampaikan informasi kepada seseorang atau suatu badan
karena tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
2. Menurut Soegito (dalam Wardani 2008) Laporan berisi informasi yang
didukung oleh data yang lengkap sesuai dengan fakta yang ditemukan. Data
disusun sedemikian rupa sehingga akurasi informasi yang kita berikan dapat
dipercaya dan mudah dipahami.
3. Menurut Dr. Prajudi Atmosudirjo, Laporan adalah dokumen pendek, tajam, dan
ringkas yang ditulis untuk tujuan dan khalayak tertentu.
4. Menurut Alawiyah, Laporan merupakan informasi yang dibuat oleh seorang
pejabat atau petugas untuk diberikan kepada pejabat atau petugas lain dalam
suatu sistem administrasi.
5. Menurut Luther M Gullic laporan adalah penyajian perkembangan atas hasil
kegiatan atau pemberian keterangan mengenai segala hal yang berkaitan
dengan tugas dan fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi (Siaginan,
2003).

13
Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa
laporan adalah suatu bentuk penyampaian informasi yang dalam
penyusunannya harus didukung oleh data yang lengkap sesuai dengan fakta
sehingga informasi yang diberikan dapat dipercaya serta mudah dipahami. Selain
itu sebuah laporan erat kaitannya dengan kewenangan seorang pejabat atau
petugas untuk diberikan kepada pejabat atau petugas lain dalam suatu sistem
administrasi.

Apabila dipahami dalam konteks pelatihan dapat dijelaskan bahwa


penyelenggara pelatihan memiliki kewajiban untuk mengumpulkan data dukung
yang diperlukan, menyusun laporan dan menyampaikan laporan pada pihak yang
berwenang atas penyenggaraan suatu pelatihan. Laporan pelatihan harus dapat
menyajikan data dukung yang relevan dan sesuai fakta. Berbagai informasi dan data
dukung yang disajikan dimaksud diarahkan agar pihak yang membaca dan menerima
laporan yakin bahwa penyelenggara pelatihan telah merencanakan, melaksanakan
dan melakukan mekanisme penjaminan mutu sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

B. Karakteristik Laporan

Untuk dapat memenuhi kualifikasi sebuah dokumen laporan yang baik,


lengkap dan sesuai dengan fakta tentu terdapat karakteristik laporan yang harus
menjadi perhatian penyelenggara. Oleh karena itu penting pada bagian ini
diberikan referensi mengenai karakteristik Laporan yang baik, sebagai berikut
(Modul SAKIP, 2020):

1. Memfokuskan pada hal-hal yang kunci (focusing on critical things)

Laporan yang baik hendaknya terfokus pada aspek-aspek kunci yang


menggambarkan latar belakang, proses dan upaya pencapaian tujuan dari
pelatihan termasuk hasilnya. Untuk itu penyelenggara perlu terlebih dahulu
mengidentifikasikan aspek kritikal dari penyelenggaraan pelatihan.

14
Penjelasan yang focus pada area kunci, penyampaiannya padat, jelas dan
cermat akan menggiring opini pembaca sesuai dengan tujuan dari
penyelenggaraan pelatihan. Gambaran mengenai focusing on critical things
antara satu jenis pelatihan dengan pelatihan yang lain tentu bisa berbeda di
sesuaikan dengan kompetensi yang dikembangkan, metode pelatihan dan
learning produk dari pelatihan tersebut.

2. Mengkaitkan dengan tujuan dan hasilnya (relating goals and results)

Laporan pelatihan yang baik didalamnya menyampaikan informasi


mengenai rencana pelatihan dan realisasi pelaksanaan pelatihan. Dengan
memperhatikan informasi tujuan dan hasil, maka dapat dianalisis apakah
melalui proses pelatihan dimaksud tujuan pengembangan kompetensi dapat
terwujud. Kalau tidak dapat terwujud apa yang menjadi permasalahannya
dan alternatif solusi kedepan seperti apa. Informasi tujuan dan hasil akan
bermanfaat dan menjadi informasi bagi pimpinan dalam proses
pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat
mempengaruhi pimpinan untuk mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa
sekarang dan masa depan penyelenggaraan pelatihan.

Pelatihan yang diselenggarakan baik Pelatihan pra jabatan dan dalam


jabatan merupakan bagian integral Sistim pengembangan karier PNS,
diarahkan memenuhi syarat jabatan, kebutuhan organisasi dan pengadaan
kader. Laporan pelatihan yang baik tentu dapat memberikan gambaran
apakah pelatihan yang diselenggarakan dapat mencapai tujuan peningkatan
kompetensi, penyiapan kader, dan sekaligus menjawab kesiapan
kompetensi ASN. Tujuan dan hasil dapat tergambar dengan jelas ketika
laporan pelatihan mampu menggambarkan dengan baik perencanaan,
proses dan evaluasi pelatihan.

15
3. Menempatkan hasil dalam konteksnya (putting results in contex)

Hasil utama penyelenggaraan pelatihan yang diharapkan adalah


tersediannya SDM yang berkompeten agar dapat melaksanakan tugas pokok
dan fungsi untuk melayani masyarakat. Laporan penyelenggaraan pelatihan
yang baik merupakan laporan yang dapat menggambarkan posisi dan peran
strategis pelatihan dalam menyiapkan SDM berkompeten untuk akselerasi
pencapaian tujuan organisasi. Dalam laporan harus dijelaskan mengenai
interpretasi data capaian tersebut dikaitkan dengan rencana kerja dan
anggaran. Dari keseluruhan proses yang dilaksanakan dalam pelatihan harus
dapat digambarkan dengan jelas hasil pelatihan yang didapat baik kualitas
dan kuantitas kompetensi PNS. Laporan penyelenggaraan pelatihan
diutamakan menginformasikan mengenai kesesuaian antara yang telah
dilakukan dengan keharusan yang semestinya dicapai.

4. Mengaitkan sumberdaya dengan hasil yang dicapai (relating resources to


results)

Penjelasan mengenai hasil pelatihan yang dikaitkan dengan penggunaan


sumber daya organisasi. Analisis harus dilakukan berkaitan dengan
efektifitas dan efisiensi. Efisiensi berkaitan dengan jumlah output yang
dicapai dengan memanfaatkan sejumlah sumberdaya tertentu. Apabila
dalam penyelenggaraan pelatihan sumberdaya yang digunakan signifikan
(anggaran, sarana prasarana, narasumber yang dihadirkan dll) maka output
yang dihasilkan dari pelatihan dimaksud juga harus menunjukkan gambaran
hasil yang signifikan. Sedangkan efektivitas merupakan keberhasilan
organisasi merealisasi rencana pelatihan yang telah ditetapkan sebelumnya.

16
5. Menyajikan perbandingan informasi (presnting comperative information)

Laporan pelatihan yang baik tidak hanya hasil pelatihan saat itu namun
bisa memperlihatkan hasil pada tahun sebelumnya dan bisa memprediksi
hasil pelatihan yang akan datang. Laporan hasil pelatihan juga perlu
memperbandingkan dengan lembaga lain. Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan gambaran mengenai posisi organisasi dikaitkan dengan
penyelenggaraan pelatihan oleh organisasi lain yang lebih unggul untuk
ditiru diwaktu yang akan datang. Laporan pelatihan seharusnya berdaya
banding.

6. Mengarahkan pada kehandalan isu (addresing the reliability issue)

Laporan harus didasarkan pada data yang handal dan valid karena
kehandalan data akan mendukung kredibilitas informasi yang dikandungnya.
Dalam penyusunan laporan pelatihan, isu utama yang menjadi latar
belakang pelatihan, dasar hukum, metode penyelenggaran yang dipilih, dan
semua data dukung penyelenggaraan pelatihan harus valid. Guna
memperkuat validitas dan kehandalan informasi, beberapa unsur perlu di
lengkapi dengan data dukung yang relevan.

Informasi yang kredibel dalam sebuah laporan akan berarti guna untuk
mendukung keputusan yang diambil oleh pimpinan dalam organisasi.
Informasi handal (reliabel) berarti informasi bebas dari pengertian yang
menyesatkan. Informasi dapat diandalkan karena berisi data yang obyektif,
akurat dan tepat waktu. Akurasi dapat ditingkatkan dengan kehati-hatian
dalam memperoleh dan memproses data. Penerapan sistem informasi akan
membantu dalam keakuratan informasi.

17
7. Bermanfaat bagi masyarakat (benefits to the community )

Bermanfaat bagi masyarakat artinya laporan pelatihan


menginformasikan hasil pelatihan yang mampu memperbaiki kehidupan
masyarakat. Oleh sebab itu, laporan penyelenggaran pelatihan harus
mengandung informasi mengenai hasil yang dicapai dan menunjukan
kontribusi pada pencapaian yang telah ditetapkan. Misalnya dalam
penyelenggaraan pelatihan kepemimpinan, hasil pembelajaran berupa
inovasi perubahan dapat menunjukkan manfaat langsung bagi masyarakat
terutama yang berkaitan dengan pelayanan publik.

Kemanfaatan hasil pelatihan untuk kepentingan masyarakat juga dapat


ditunjukkan pada kompetensi baru yang dimiliki alumni. Kompetensi
melayani, pembentukan sikap anti korupsi maupun kompetensi teknis yang
mempercepat proses perijinan juga memberi gambaran kemanfaatan pada
masyarakat. Hal-hal mendasar yang berkaitan dengan harapan dan
kebutuhan masyarakat selaku end user harus dapat digambarkan secara
jelas dalam laporan pelatihan.

8. Berpandangan jauh ke depan (forwad-looking)

Dalam laporan penyelenggaraan pelatihan hendaknya tergambar


bahwa pelatihan dilakukan dengan struktur kurikulum, metode, nara sumber
dan teknologi yang kekinian. Selain itu penting juga digambarkan bahwa
tujuan pelatihan bukan hanya memenuhi kebutuhan SDM jangka pendek
namun sudah berpandangan jauh ke depan untuk mengantisipasi kebutuhan
kaderisasi kompetensi SDM agar dapat memenuhi tuntutan organisasi.
Dalam konteks penyelenggaraan juga perlu secara jujur digambarkan
keterbatasan dan kekurangsuksesan dalam penyelenggaraan. Informasi

18
keterbatasan dalam sebuah laporan dapat menjadi tantangan dan arah
perbaikan penyelenggaraan pelatihan pada masa yang akan datang.

C. Prinsip-prinsip Penyusunan Laporan

Untuk mendapatkan laporan pelatihan dengan karakteristik tersebut di


atas, diperlukan prinsip-prinsip penyusunan laporan yang baik yaitu:

1. Prinsip pertanggungjawaban.

Laporan disusun dengan lingkup yang jelas sehingga


pertanggungjawabannya jelas. Dalam penyelenggaraan pelatihan,
penyelenggara berkewajiban mengumpulkan semua data dukung dari
perencanaan, penyelenggaraan maupun proses evaluasi untuk selanjutnya
menyusun laporan kepada instansi Pembina. Misalnya untuk pelatihan
kepemimpinan pengawas, penyelenggara berkewajiban melaporkan kepada
deputi LAN yang menyelenggarakan urusan di bidang kebijakan
pengembangan kompetensi ASN.

Dengan gambaran yang jelas mengenai latar belakang, proses, dan


hasil dari pelatihan dalam penyusunan laporan maka pihak yang menerima
laporan dapat melihat tanggung jawab dan akuntabilitas penyelenggara. Hal-
hal yang terkendali maupun yang tidak terkendali dapat dimengerti oleh
pembaca laporan dan dapat digunakan untuk perbaikan berkelanjutan.

2. Prinsip prioritas/pengecualian

Hal yang dilaporkan adalah hal yang penting dan relevan bagi
pengambil keputusan dan sebagai pertanggungjawaban. Untuk mengetahui
hal-hal prioritas dan hal hal yang tidak perlu diinformasikan dalam laporan
maka penyelenggara harus mempelajari pedoman intrumen laporan dari
instansi Pembina. Selain itu referensi mengenai ketentuan keterbukaan
informasi publik juga perlu diketahui agar memberikan gambaran mengenai

19
informasi yang dapat disampaikan maupun informasi yang dapat
dikecualikan/dirahasiakan.

3. Prinsip perbandingan

Laporan dapat memberikan gambaran keadaan masa yang


dilaporkan dibandingkan dengan periode lain atau unit lain. Dengan sumber
daya yang digunakan, waktu, proses yang sistematis maka dalam laporan
harus ada gambaran yang jelas mengenai perbedaan sebelum dilakukan
pelatihan dan setelah dilakukan pelatihan. Perbedaan tersebut dapat
digambarkan secara kualitas maupun kuantitas. Prinsip perbandingan
dengan unit lain yang memiliki best practice dalam penyelenggaraan
pelatihan (Instansi Pembina/lembaga lain) juga akan memberikan informasi
apakah proses pelatihan ketinggalan dengan lembaga lain atau telah
kompetitif bahkan selangkah lebih maju. Prinsip perbandingan ini penting
sebagai bahan evaluasi kualitas penyelenggaraan pelatihan dan memberikan
masukan untuk perencanaan pelatihan selanjutnya.

4. Prinsip akuntabilitas

Sejalan dengan prinsip pertanggungjawaban dan prinsip


pengecualian, dalam prinsip akuntabilitas maka yang terutama dilaporkan
adalah hal yang dominan yang membuat sukses/gagalnya pelaksanaan
rencana. Laporan seharusnya disusun dengan jujur, obyektif, akurat dan
transparan untuk mewujudkan akuntabilitas. Informasi yang digambarkan
dalam laporan harus sesuai dengan pelaksanaan, dan untuk meyakinkan
akuntabilitasnya maka perlu didukung dengan data dukung yang relevan.
Sebagai pertanggungjawaban dalam dokumen pelaporan juga harus
ditandatangani dan distempel oleh penyelenggara pelatihan.

20
Berdasarkan Undang Undang 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan
Informasi Publik keterbukaan informasi publik, Pelaporan pelatihan bukan
merupakan dokumen yang dikecualikan dan masuk dalam daftar informasi
publik (DIP) lembaga pelatihan. Sebagai bentuk akuntabilitas kepada publik
maka laporan pelatihan dapat diakses kepada publik. Apabila terdapat pihak
yang ingin mengakses laporan pelatihan dapat disampaikan kepada publik.
Meskipun demikian perlu di cermati untuk informasi berkaitan dengan hasil-
hasil evaluasi sehubungan dengan kapabilitas, intelektualitas, dan
rekomendasi kemampuan seseorang merupakan informasi yang
dikecualikan. Informasi tersebut termasuk Informasi Publik yang apabila
dibuka dan diberikan kepada Pemohon Informasi Publik dapat
mengungkap rahasia pribadi, sehingga sifatnya terbatas dan tidak bisa
disampaikan ke publik..

5. Prinsip manfaat

Prinsip manfaat dapat terpenuhi apabila dalam penyusunan laporan


dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien dan tidak menjadi beban
anggaran yang besar. Selain itu laporan harus memberi kemanfaatan
informasi bagi pihak yang membaca laporan. Paling tidak yang bersangkutan
akan mengetahui bagaimana sistematika laporan yang baik, unsur yang perlu
dituangkan dalam laporan, data dukung, dan bagaimana keseluruhan proses
pelatihan dilaksanakan. Lebih dari itu, laporan pelatihan yang baik
seharusnya dapat memberikan informasi berkaitan dengan tantangan,
strategi, inovasi, harapan dan bagaimana penyempurnaan program
pelatihan dilakukan kedepan.

21
D. Komponen Laporan Pelatihan

Laporan pelatihan disusun oleh pejabat atau unsur yang berkompeten


dan dalam prosesnya harus Objektif, Lengkap, Tepat waktu, dan Menarik. Selain
itu penyelenggara harus mengetahui instrument apa saja yang harus ada dalam
dokumen laporan pelatihan. Oleh karena itu pada bagian ini akan dibahas
mengenai komponen pelnyelenggara dan instrument laporan pelatihan sebagai
berikut :

1. Penyelenggara Pelatihan

Penyelenggara pelatihan memiliki peran dan tanggung jawab dalam


menyusun laporan pelatihan. Namun terlebih dahulu perlu digambarkan
mengenai kedudukan penyelenggara pelatihan sesuai ketentuan Peraturan
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2018
Tentang Pengembangan kompetensi Pegawai Negeri Sipil. Dalam ketentuan
tersebut, dijelaskan bahwa pengembangan kompetensi melalui pelatihan
dapat dilaksanakan secara :

a. mandiri oleh unit kerja penyelenggara pelatihan di Instansi Pemerintah


yang terakreditasi;

b. bersama dengan instansi pemerintah lain yang memiliki akreditasi untuk


melaksanakan pelatihan; atau

c. bersama dengan lembaga penyelenggara pelatihan independen yang


terakreditasi

Bahwa dari status penyelenggaraan pelatihan dimaksud dapat dilihat


kedudukan penyelenggara apakah sebagai unit pelatihan yang telah
terakreditasi, atau unit pelatihan yang menyelenggarakan pelatihan dengan
penjaminan mutu dari lembaga pelatihan terakreditasi. Lembaga
Penyelenggara Pelatihan Terakreditasi adalah Lembaga Penyelenggara

22
Pelatihan atau Lembaga Pelatihan Non pemerintah yang telah mendapatkan
pengakuan tertulis terakreditasi dari Lembaga Administrasi Negara atau
instansi teknis/instansi pembina. Apabila sebagai lembaga terakreditasi
maka laporan pelatihan dapat disampaikan kepada instansi Pembina sesuai
jenis pelatihan yang diselenggarakan. Misalnya :

a. Pelatihan Struktural Kepemimpinan (PKN Tingkat II, PKA, PKP), Pelatihan


Dasar CPNS maka instansi Pembina adalah lembaga Administrasi Negara,
dan laporan disampaikan kepada deputi LAN yang menyelenggarakan
urusan di bidang kebijakan pengembangan kompetensi ASN;

b. Pelatihan Dasar Satuan Polisi Pamong Praja maka instansi Pembina


adalah Kementerian Dalam Negeri. Dan lain lain

Namun apabila sebagai unit pelatihan yang menyelenggarakan


pelatihan dengan penjaminan mutu dari lembaga pelatihan terakreditasi
maka penyelenggara yang bersangkutan menyusun laporan pelatihan
kepada instansi Pembina melalui lembaga terakreditasi atau sesuai
ketentuan yang berlaku di masing-masing kementerian/lembaga yang
berkompeten.

2. Instrumen Laporan Pelatihan

Dalam penyusunan laporan pelatihan agar penyajian informasi


objektif, lengkap, menarik dan dapat secara mudah dipahami esensinya
maka komponen instrumen penyusunan laporan harus terpenuhi. Apabila
kita memperhatikan beberapa ketentuan dalam penyelenggaraan pelatihan
sudah di tentukan apa saja unsur unsur informasi yang harus dituangkan
dalam sebuah dokumen laporan pelatihan.

23
Misalnya dalam ketentuan Peratuan Lembaga Administrasi Negara
nomor 12 Tahun 2018 tentang Pelatihan Dasar CPNS, laporan
penyelenggaraan pelatihan Dasar CPNS menggunakan instrumen yaitu :

LAPORAN PELAKSANAAN PELATIHAN DASAR CPNS

BAB I : Bagian ini memuat deskripsi terkait dengan


LATAR BELAKANG hal hal yang melatar-belakangi
penyelenggaraan Pelatihan Dasar CPNS yang
diselenggarakan oleh Lembaga Pelatihan
Terakreditas

BAB II : Bagian ini menuliskan dasar hukum yang


DASAR HUKUM digunakan dalam melaksanakan Pelatihan
PENYELENGGARAAN Dasar CPNS bagi oleh Lembaga Pelatihan
Terakreditasi.

BAB III : Bagian ini menggambarkan mekanisme


PERENCANAAN perencanaan Pelatihan Dasar CPNS yang
PELATIHAN dilakukan oleh Lembaga Pelatihan
Terakreditasi yang meliputi mekanisme
penentuan peserta, pengajar, tim
penyelenggara, fasilitas yang akan digunakan
dan diseminasi informasi penyelenggaraan
Pelatihan kepada stakeholders terkait

BAB IV : Bagian ini mendeskripsikan proses


PENYELENGGARAAN penyelenggaraan Pelatihan Dasar CPNS dari
PELATIHAN kegiatan pembukaan Pelatihan sampai
dengan penutupan Pelatihan.

24
BAB V : Bagian ini mendeskripsikan proses
EVALUASI penjaminan mutu penyelenggaraan Pelatihan
Dasar CPNS, dan menyajikan data evaluasi
peserta, widyaiswara, dan evaluasi
penyelenggaraan

BAB VI : Bagian ini memuat simpulan dari


PENUTUP penyelenggaraan Pelatihan Dasar CPNS dan
saran atau rekomendasi dari peserta ke
lembaga Pelatihan atau masukan yang perlu
diketahui oleh LAN

Memperhatikan ketentuan tersebut diatas, maka penyelenggara


pelatihan dasar CPNS harus menggunakan instrument yang ditetapkan
tersebut sebagai yurisprudensi. Barang tentu instrumen laporan pelatihan
harus menyesuaikan dengan jenis pelatihan yang diselenggarakan dan
ketentuan dari instansi pembinanya. Instansi pembina satu dengan lainnya
dapat berbeda pendekatannya sehingga penyelenggara dapat berpedoman
pada referensi dari instansi pembina pelatihan masing-masing.

Instrumen yang ada dalam laporan pelatihan dasar CPNS tersebut


diatas dapat digunakan sebagai referensi untuk mensimulasikan bagaimana
proses penyusunan laporan yang baik. Tentu dalam pelaksanaannya sekali
lagi harus memperhatikan pedoman dari instansi Pembina masing-masing.

a. Latar Belakang

Bagian ini memuat deskripsi terkait dengan hal hal yang melatar-
belakangi penyelenggaraan pelatihan yang diselenggarakan oleh Lembaga
Pelatihan Terakreditasi. Metode yang umum digunakan dalam menyusun
latar belakang adalah metode deduktif, dimana hal umum diceritakan

25
terlebih dahulu baru mengerucut ke hal khusus. Deduktif adalah cara
berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan
yang bersifat khusus.

Secara sederhana latar belakang seringkali menggunakan Paragraf


deduktif dimana gagasan atau ide utamanya berada pada awal atau baris
pertama dari sebuah paragraf. Biasanya diawali dengan pernyataan yang
bersifat umum, dilanjutkan dengan penjelasan yang khusus berupa contoh,
bukti, rincian khusus dan lain-lain. Arti deduktif sendiri adalah sesuatu yang
bersifat deduksi, bisa kita maknai sebagai sesuatu yang dimulai dari hal yang
bersifat umum, yang kemudian menuju hal yang khusus.

Untuk Penyusunan latar belakang laporan pelatihan dapat


menggunakan pendekatan deduktif tersebut dibawah ini :

Gambaran Global

Alasan umum

Alasan Rinci

Urgensi
Pengembangan
Kompetensi

Pelatihan yang
diselenggarakan

26
Selain instrument latar belakang, untuk memberikan informasi yang
lebih lengkap beberapa penyelenggara pada bagian ini melengkapi dengan
apa yang menjadi tujuan dan sasaran pelatihan tersebut. Tujuan biasanya di
bagi dalam tujuan umum dam tujuan khusus.

1) Tujuan umum pelatihan memberikan gambaran umum kenapa pelatihan


diselenggarakan, misalnya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan peserta pelatihan agar mampu menjalankan tugas dan
fungsinya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat atau
kliennya.

2) Tujuan Khusus pelatihan memberikan gambaran khusus mengenai


tujuan kompetensi spesifik yang diharapkan dalam proses pelatihan
(learning product) dimaksud baik dari pengetahuan, sikap dan
ketrampilannya. Tujuan khusus tentunya harus relevan dengan agenda
pembelajaran dan kurikulum mata pelatihan yang diajarkan.

Dari penjelasan tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa komponen


latar belakang berisi tentang uraian singkat mengapa pelatihan diperlukan,
tujuan dan manfaat, apa kontribusi out put, out come, impact dan benefit
terhadap upaya pengembangan kompetensi sampai terjadinya perubahan
perilaku baru yang lebih produktif.

b. Dasar Hukum Penyelenggaran Pelatihan

Bagian ini menuliskan dasar hukum yang digunakan dalam


melaksanakan Pelatihan oleh Lembaga Pelatihan Terakreditasi. Dalam
Bahasa umum dasar hukum dapat diartikan sebagai payung hukum pelatihan
semacam perangkat hukum yang melindungi atau menjadi dasar dari
penyelenggaraan pelatihan. Penyeleggara harus memahami konsepsi
Negara Indonesia adalah negara negara hukum artinya, semua kegiatan

27
apapun yang kita laksanakan harus ada dasar hukumnya terutama sebagai
penyelenggaraan negara maka setiap yang dilakukan harus ada landasan
hukumnya.

Untuk memahami terkait hirarki hukum, perlu dipelajari bahwa


berdasarkan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang undangan, maka jenis dan hierarki Peraturan
Perundang-undangan sesuai urutan dari yang tertinggi di Indonesia adalah:

1) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD


1945)

2) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (Tap MPR) Undang-undang


(UU) atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu)

3) Peraturan Pemerintah (PP)

4) Peraturan Presiden (Perpres)

5) Peraturan Daerah (Perda) Provinsi

6) Peraturan Kabupaten atau Kota

Hirarki dasar hukum tersebut diatas tentunya harus dipahami oleh


penyelenggara ketika menuangkan dalam laporan pelatihan. Tidak semua
regulasi harus dituangkan dalam dasar hukum pelatihan namun secara
selektif yang berkaitan dengan ketentuan pengembangan kompetensi,
pedoman pelatihan, penganggaran maupun yang mengatur mengenai
kelembagaan dan kewenangan penyelenggaraan pelatihan.

28
c. Perencanaan Pelatihan

Bagian ini menggambarkan mekanisme perencanaan Pelatihan yang


dilakukan oleh Lembaga Pelatihan Terakreditasi yang meliputi mekanisme
penentuan:

1) Peserta pelatihan

Dalam penyusunan laporan pelatihan, nominatif peserta pelatihan


menjadi bagian penting yang harus dituangkan. Instrument kepesertaan
akan memberikan gambaran mengenai siapa, darimana, mengapa, dan
berapa jumlah dalam 1 (satu) angkatan. Oleh karena itu informasi
kepesertaan paling tidak harus menjelaskan mengenai nominatif peserta,
relevansi peserta dengan jenis pelatihan, latar belakang, instansi, jumlah,
dan kuota peserta dalam 1 angkatan pelatihan.

2) Pengajar

Salah satu unsur yang memberikan kontribusi besar dalam kualitas


suatu pelatihan adalah Tenaga Pengajar. Sehingga informasi mengenai siapa
saja tenaga pengajar, kompetensi, latar belakang dan kualifikasi tenaga
pegajar menjadi informasi yang harus dituangkan dalam dokumen laporan
pelatihan.

Tenaga pengajar yang ditugaskan untuk menyampaikan materi


dapat terdiri dari Widyaiswara, penceramah maupun praktisi. Nominatif
pengajar pelatihan yang ada dalam laporan harus mampu menjelaskan
mengenai relevansi kompetensi pengajar dengan jenis pelatihan, latar
belakang, asal instansi dan materi pelatihan yang diampu. Kualifikasi
kompetensi tenaga pengajar dapat di lihat dari portofolio Pendidikan formal,
pelatihan TOT substansi, pengembangan profesi yang relevan dan
pengalaman penugasannya.

29
3) Penyelenggara

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang


Manajemen Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagaimana telah diubah PP Nomor
17 Tahun 2020, menyatakan bahwa setiap PNS memiliki hak dan
kesempatan yang sama untuk diikutsertakan dalam pengembangan
kompetensi, dengan memperhatikan hasil penilaian kinerja dan penilaian
kompetensi PNS yang bersangkutan. Perencanaan pengembangan
kompetensi termasuk pelatihan harus memperhatikan kualifikasi lembaga
penyelenggara pengembangan kompetensi. Beberapa kentuan pelaksanaan
bahkan juga menegaskan bahwa pelatihan kepemimpinan, fungsional
maupun teknis harus diselenggarakan oleh lembaga terakreditasi.

Selanjutnya sebagai akuntabilitas penyelenggaraan pelatihan, maka


dalam dokumen laporan harus dapat menginformasikan kualifikasi lembaga
penyelenggara pelatihan. Apakah dalam penyelenggaraan pelatihan telah
dilakukan secara mandiri oleh lembaga terakreditasi, atau kerjasama
penjaminan mutu dengan lembaga terakreditasi. Termasuk aspek
kewenangan penyelenggaraan juga akan dapat dilihat dari relevansi
pelatihan dengan penyeleggaranya.

4) fasilitas yang akan digunakan

Fasilitas Pelatihan yang dimiliki oleh lembaga penyelenggara pelatihan


menggambarkan kesiapan, kualitas penyelenggaraan, dan optimalisasi hasil
pembelajaran. Fasilitas pelatihan pun juga harus terstandar menggunakan
prasarana yang responsive gender.

Dalam sebuah dokumen laporan pelatihan unsur fasilitas pelatihan harus


dilaporkan secara riil mengenai ketersediaan dan pemanfaatan sarana
prasaran secara fungsional. Prasarana minimal yang diinformasikan dalam

30
dokumen laporan Pelatihan antara lain terdiri atas gedung, teknologi,
kesehatan dll.

Tentu saja penggunaan sarana dan prasarana juga akan sangat ditentukan
dengan metode pelatihan secara klasikal, blended learning atau secara e-
Learning. Untuk penyelenggaraan secara e-learning misalnya maka
kebutuhan fasilitas berbasis teknologi akan lebih dominan dibandingkan
sarana prasrana fisik gedung, asrama dll..

5) diseminasi informasi penyelenggaraan Pelatihan kepada stakeholders


terkait.

Diseminasi informasi penyelenggaraan Pelatihan menjadi bagian penting


untuk mempublikasikan proses penyelenggaraan pelatihan dan inovasi
maupun kemanfaatan pelatihuan kepada stakeholders terkait. Diseminasi ini
juga sebagai bentuk akuntabilitas publik penyelenggaraan pelatihan. Perlu
disampaikan mengenai media yang digunakan untuk melakukan diseminasi
pelatihan.

Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, maka dapat disimpulkan


bahwa komponen perencanaan pelatihan berisi uraian mulai rapat
persiapan, persiapan sarana dan prasarana, persiapan teknis, sampai
perumusan dokumen perencanaan. Salah satu indikator perencanaan
pelatihan yang baik adalah apabila semua komponen untuk persiapan sudah
siap tinggal operasional penyelenggaraan, termasuk di dalamnya kejelasan
metode penyelenggaraannya dilaksanakan secara klasikal, virtual (on line),
dan atau model blended.

31
d. Penyelenggaraan pelatihan

Dalam sebuah dokumen laporan pelatihan, bagian ini mendeskripsikan


proses penyelenggaraan Pelatihan dari kegiatan pembukaan Pelatihan sampai
dengan penutupan Pelatihan. Beberapa data dukung/dokumen yang dibutuhkan
untuk memperkuat informasi penyelenggaraan pelatihan antara lain:

1) Jadwal penyelenggaraan pelatihan, yang menggambarkan alur proses


pembelajaran sejak upacara pembukaan, agenda pembelajaran sampai
dengan penutupan;
2) Penetapan Kurikulum dan tenaga pengajar, dokumen ini menginformasikan
mengenai materi pelatihan, Jumlah jam pelajaran (teori, praktek, praktek
lapangan), dan Tenaga Pengajar
3) Penetapan Pengelola dan Penyelenggara Pelatihan, Dokumen ini
menginformasikan nominasi pengelola dan penyelenggara pelatihan.
Kualifikasi Pengelola yang ditugaskan dalam pelatihan harus memenuhi
persyaratan Manajemen Of Training (MOT) dan Penyelenggara Pelatihan
telah memenuhi pelatihan TOC.
4) Penetapan peserta pelatihan yang menginformasikan nominatif keseluruhan
peserta pelatihan yang meliputi nama, NIP, Tempat/tanggal lahir, Pangkat,
Golongan Ruang, Jabatan dan Instansi asal.
e. EVALUASI

Bagian ini mendeskripsikan proses penjaminan mutu penyelenggaraan


Pelatihan, dan menyajikan data evaluasi peserta, widyaiswara, dan evaluasi
penyelenggaraan.

1) Evaluasi Peserta

Penyelenggara pelatihan menggambarkan proses evaluasi Peserta


untuk menilai pencapaian kompetensi peserta pelatihan setelah mengikuti

32
pembelajaran. Evaluasi terhadap Peserta disesuaikan dengan aspek penilai
dalam pelatihan yang dapat berupa aspek evaluasi substansi/akademik,
evaluasi studi lapangan, evaluasi Aksi Perubahan maupun evaluasi sikap
perilaku.

Data dukung untuk memperkuat proses evaluasi peserta adalah


berita acara hasil evaluasi akhir peserta dan daftar kualifikasi kelulusan.

2) Evaluasi Tenaga Pelatihan

Dalam Dokumen laporan, penyelenggara pelatihan menggambarkan


proses Evaluasi tenaga pelatihan untuk menilai kemampuan tenaga
pelatihan yaitu Penceramah dan Pengajar (Pengampu Materi, Penguji,
Coach, dan Mentor) dalam melaksanakan tugasnya.

Hasil penilaian evaluasi tenaga pelatihan direkapitulasi dan


diolah oleh Penjamin Mutu. Hasil rekapitulasi tersebut disampaikan kepada
pimpinan lembaga penyelenggara pelatihan sebagai masukan untuk
peningkatan kemampuan penceramah,pengampu materi, penguji, coach,
dan mentor dalam melaksanakan tugasnya.

3) Evaluasi Penyelenggaraan

Dalam Dokumen laporan, penyelenggara pelatihan menggambarkan


proses Evaluasi penyelenggaraan untuk menilai kualitas pelayanan
penyelenggaraan oleh Peserta dan penjamin mutu. Untuk membuktikan
Hasil evaluasi tersebut diatas tentu harus dilengkapi dengan data dukung
hasil evaluasi oleh peserta, tenaga pelatihan dan penyelenggara maupun
berita acara evaluasi akhir.

33
f. Penutup

Bagian ini memuat Komponen kesimpulan dan saran rekomendasi yang


berisi umpan balik, masukan dan rekomendasi yang disampaikan pada laporan
yang ditujukan kepada pemangku kepentingan dan pengambil kebijakan serta
rencana tindak lanjut. Untuk dapat menyusun kesimpulan dan saran maka perlu
digambarkan beberapa teknik sebagai berikut :

1) Kesimpulan

Untuk itu berikut beberapa hal yang dapat menjelaskan untuk membuat
membuat kesimpulan :

a) Menjawab Permasalahan

Dalam cara membuat kesimpulan yang baik dalam sebuah tulisan


maka hendaknya menjawab permasalahan yang telah ditulis pada awal
pembahasan pada dokumen laporan pelatihan yang telah dibuat.
Dengan demikian, kesimpulan yang telah dituliskan dengan baik perlu
menjawab permasalahan organisasi yang menjadi pokok pembahasan
dikaitkan dengan penyelenggaraan pelatihan.

b) Tidak Bertele-tele

Salah satu hal yang harus dihindari dalam cara membuat


kesimpulan adalah jangan bertele-tele. Didalam kesimpulan hasil akhir
dari perumusan masalah yang harus di jelaskan dengan singkat, padat,
dan jelas. Tidak harus menggunakan kata-kata perulangan serta
memberikan jawaban yang jelas terhadapa hasil yang didapatkan dari
pelatihan yang telah dilakukan. Umumnya, kesimpulan hanya tardiri dari
1 atau 2 lembar saja yang berisikan terkait hasil pelatihan yang telah
dilakukan.

34
c) Jangan Menjelaskan Data

Cara membuat kesimpulan lainnya adalah tidak perlu


memberikan serta menjelaskan data yang telah didapatkan. Karena, data
atau kelengkapan yang ada merupakan bagian dari dokumen laporan
dan.

2) Saran

Saran merupakan suatu bagian bab penutup dalam laporan


pelatihan. Pada Bagian ini ada di sebuah akhir paragraf dengan di awali
dengan serangkaian, kesimpulan dari awal hingga akhir. Ketika hendak
Menulis saran memang tidak ada aturan khusus serta pedoman yang
berlaku.

Dalam proses pembuatan kalimat saran setidaknya harus


mencantumkan beberapa hal berikut ini :

a) Jumlah Kata

Didalam penulisan Pembuatan saran dibatasi dengan jumlah


minimal karater. Hal ini dilakukan guna kesetaraan antara kesimpulan
yang disampaikan.Adapun beberapa Batasan saran yang baik yakni tidak
lebih dari 200 kata.

b) Memberikan Kata Harapan

Penulisan saran dokumen laporan haruslah memberikan


harapan, dengan bentuk kata-kata yang menarik seperti penggunaan
“oleh karena itulah”, atau penggunaan kata “harapannya dari penulisan
ini…”, dan lain sebaginya.

35
c) Memberikan Rekomendasi

Langkah pembuatan saran yang baik dalam penulisannya


haruslah memberikan rekomendasi berupa jenis pelatihan, metode
penyelengaraan sebagai masukan dan mekanisme perbaikan
berkelanjutan.

3. Proses penyusunan Laporan Pelatihan

Dalam proses penyusunan Laporan Pelatihan sebagaimana telah


dijelaskan dalam bab sebelumnya terdapat batasan waktu maksimal 30 hari
setelah pelatihan berakhir. Paling tepat penyusunan laporan pelatihan sudah
mulai dipersiapkan ketika penyelenggaraan akan berakhir. Apabila kegiatan
pelatihan telah berakhir apalagi dengan berbagai kesibukan lainnya
seringkali penyelenggara lupa karena menganggap semua tahapan pelatihan
telah selesai. Apabila penyelenggaraan banyak, pengarsipan kurang disiplin
ada kemungkinan beberapa dokumen yang dibutuhkan hilang atau terselip
dengan dokumen pekerjaan yang lainnya.

Untuk penyusunan pelaporan karena membutuhkan beberapa informasi dan


data dukung maka disarankan dilakukan bersama penyelenggara lainnya
baik yang bertugas di kelas, administrasi pelatihan maupun penjamin mutu.
Dalam penyusunan laporan dapat dilakukan melalui tiga tahapan yaitu
tahapan persiapan, pelaksanaan dan penyelesaian sebagai berikut :

a. Persiapan penyusunan laporan pelatihan

1) Mempelajari ketentuan sistematika penyusunan laporan sesuai


dengan jenis pelatihannya;

2) Mengumpulkan data dukung yang diperlukan, difotocopy sesuai


kebutuhan, dan disusun sesuai alur pelaporan;

36
b. Pelaksanaan penyusunan laporan pelatihan

1) Menyusun laporan sesuai sistematika yang telah ditentukan dan


dilengkapi dengan data dukung yang valid dan relevan;

2) Melakukan pencermatan dan verifikasi kembali untuk memastikan


informasi dan data dukung sudah tepat;

3) Mengajukan kepada pejabat yang berwenang untuk dikoreksi dan


apabila setuju dapat ditandatangani;

4) Melakukan Proses administrasi penomoran, stemple dll

5) Membuat surat pengantar untuk menyampaikan laporan pelatihan


kepada pejabat yang berwenang

6) Mengirim kepada pejabat yang berwenang sesuai dengan waktu


yang telah ditentukan dan media yang digunakan.

c. Filing laporan pelatihan

Melakukan pengarsipan laporan pelatihan dengan baik sehingga ketika


dibutuhkan segera dapat diakses baik untuk kepentingan
pertanggungjawaban anggaran maupun untuk kepentingan
pengembangan berkelanjutan.

E. Rangkuman

laporan adalah suatu bentuk penyampaian informasi yang dalam


penyusunannya harus didukung oleh data yang lengkap sesuai dengan fakta
sehingga informasi yang diberikan dapat dipercaya serta mudah dipahami.
Apabila dipahami dalam konteks pelatihan maka dapat dijelaskan bahwa atas
penyelenggaraan pelatihan, penyelenggara memiliki kewajiban untuk
mengumpulkan data dukung yang diperlukan, menyusun dan menyampaikan
laporan pada pihak yang berwenang. laporan pelatihan harus dapat menyajikan

37
data dukung yang relevan dan sesuai fakta dalam penyelenggaraan pelatihan.
Berbagai informasi dan data dukung yang disajikan dimaksud diarahkan agar
pihak yang membaca dan menerima laporan yakin bahwa penyelenggara
pelatihan telah merencanakan, melaksanakan dan melakukan mekanisme
penjaminan mutu sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Untuk dapat memenuhi kualifikasi sebuah dokumen laporan yang


baik, lengkap dan sesuai dengan fakta tentu terdapat karakteristik laporan
yang harus menjadi perhatian penyeleggara. Oleh karena itu penting bagi
penyelenggara untuk memahami karakteristik laporan yaitu memfokuskan
pada hal-hal yang kunci, mengkaitkan dengan tujuan dan hasilnya,
menempatkan hasil dalam konteksnya, mengaitkan sumberdaya dengan
hasil yang dicapai, menyajikan perbandingan informasi dan mengarahkan
pada kehandalan isu dan bermanfaat bagi masyarakat, dan berpandangan
jauh ke depan (forwad-looking)

Untuk mendapatkan laporan pelatihan dengan karakteristik


tersebut di atas, diperlukan prinsip-prinsip penyusunan laporan yang baik
yaitu prinsip pertanggungjawaban, prinsip prioritas/pengecualian, prinsip
akuntabilitas, dan prinsip manfaat. Selanjutnya dalam penyusunan laporan
pelatihan juga harus memperhatikan komponen dan instrument yang harus
ada dalam dokumen pelaporan sesuai ketentuan dari instansi Pembina
pelatihan. Selain itu data dukung perlu diperhatikan untuk memperkuat
informasi laporan pelatihan.

38
F. Evaluasi
1. Sebutkan dan jelaskan karakteristik laporan pelatihan yang baik ?
2. Salah satu karakteristik laporan yang baik adalah mengkaitkan dengan
tujuan dan hasilnya (relating goals and results). Mengapa laporan harus
bisa menunjukkan karakteristik ini?
3. Prinsip apa saja yang harus digunakan dalam menyusun laporan
pelatihan ?
4. Salah satu prinsip dalam penyusunan pelaporan adalah prinsip
pertanggung jawaban. Mengapa prinsip ini harus dipedomani dalam
penyusunan laporan?
5. Sebutkan instrument yang harus ada dalam laporan pelatihan;

39
BAB III

PENGELOLAAN HASIL PEMBELAJARAN

Setelah selesai pembelajaran peserta dapat menjelaskan Pengertian,


Jenis dan proses pengelolaan hasil pembelajaran

A. Pengertian

Pengelolaan hasil pembelajaran terdiri kata pengelolaan dan hasil


pembelajaran. Menurut Luther Gullick pengelolaan meliputi perencanaan,
pengorganisasian, penugasan, koordinasi, laporan, penganggaran ( Syahputra,
2017). Menurut KBBI pengelolaan diartikan sebagai proses yang membantu
merumuskan kebijaksanaa dan tujuan organisasi, proses melakukan kegiatan
tertentu dengan menggerakkan tenaga orang lain, proses yang memberikan
pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan dan pencapaian
tujuan.

Adapun pengertian hasil pembelajaran menurut beberapa ahli adalah


sebagai berikut :

1. Menurut Dimyati Dan Mudjiono “2006”

Hasil belajar ialah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor
setelah diberikan tes hasil belajar pada setiap akhir pembelajaran. Nilai yang
diperoleh siswa menjadi acuan untuk melihat penguasaan siswa dalam menerima
materi pelajaran.

2. Menurut Hamalik “2008”

Hasil belajar ialah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
seseorang yang dapat di amati dan di ukur bentuk pengetahuan, sikap dan

40
keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan
dan pengembangan yang lebih baik sebelumnya yang tidak tahu menjadi tahu

3. Menurut Nana Sudjana “2009: 3”

Mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya ialah perubahan tingkah


laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang
kognitif, afektif dan psikomotorik.

Dari beberapa pandangan para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa Hasil
belajar merupakan kemampuan yang dimiliki peserta pelatihan setelah menerima
pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan
evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan
menunjukkan tingkat kemampuan peserta pelatihan dalam mencapai tujuan
pembelajaran dan inovasi yang dihasilkan.

Pengertian Pengelolaan hasil belajar secara umum dapat dijelaskan


sebagai proses untuk merumuskan kebijakan pengelolaan hasil kognitif, afektif
dan psikomotorik. Hasil pelatihan penting untuk dikelola oleh penyelenggara
pelatihan agar dapat memberikan kemanfaatan secara langsung maupun tidak
langsung bagi pencapaian tujuan organisasi.

Dengan pengertian tersebut, maka penyelenggara pelatihan harus


melakukan langkah-langkah perencanaan pengelolaan database kompetensi alumni
pelatihan, database inovasi hasil pembelajaran (proyek perubahan, aksi perubahan
dll), maupun database hasil penelitian (karya ilmiah dll). Keseluruhan database
tersebut jangan hanya disimpan di file namun harus dikelola agar dapat diakses dan
memberikan kemanfaatan pada pihak yang berkompeten. Kemanfaatan dapat
digunakan untuk kepentingan pembinaan, pengembangan kompetensi
berkelanjutan, kesejahteraan atau pengembangan karier.

41
B. Jenis Hasil Pembelajaran

Menurut Bloom (Retno AN, 2011) hasil belajar yang berkaitan dengan
tingkat kemampuan peserta pelatihan meliputi 3 ranah yaitu :

1. Ranah kognitif, dalam ranah ini terdapat pengetahuan, pemahaman,


aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi
2. Ranah afektif, meliputi disiplin, motivasi belajar, menghargai pelatih,
kebiasaan belajar dan hubungan sosial
3. Ranah psikomotorik, meliputi skill atau ketrampilan dan bertindak individu.

Dari pengertian tersebut diatas apabila dikaitkan dengan aspek


penyelenggaraan pelatihan maka hasil belajar meliputi :

1. ranah kognitif berupa hasil evaluasi peserta.


2. ranah afektif berupa sikap perilaku, dan
3. ranah psikomotorik berupa proposal penelitian, rencana aksi, proyek
perubahan( inovasi ) dan visitasi atau studi lapangan.

Dalam penyelenggaraan pelatihan ranah kognitif, afektif dan


psikomotorik dapat berupa database kualifikasi peserta pelatihan hasil evaluasi
peserta, database inovasi hasil pembelajaran (proyek perubahan, aksi
perubahan dll), maupun database hasil penelitian (karya ilmiah dll). Jenis jenis
hasil pembelajaran dimaksud dapat dijelaskan dalam 2 bagian besar sebagai
berikut :

1. Database Kompetensi Alumni

Hasil pembelajaran pelatihan diantaranya adalah bagaimana capaian


hasil pelatihan dapat meningkatkan kompetensi peserta pelatihan yang
ditandai dengan indikator jumlah dan kriteria kelulusan peserta pelatihan.
Secara administratif penyelenggara pelatihan di bawah pembinaan lembaga
pelatihan di tingkat kementerian, non kementerian dan daerah akan

42
menerbitkan sertifikat kelulusan dan atau sertifikasi kompetensi sesuai jenis
pelatihan yang diikuti dengan kode regestrasi alumni sesuai ketentuan yang
berlaku.

Pentingnya data base alumni peserta pelatihan tertata yang berisi


informasi kualifikasi kelulusan dan kompetensi akan memudahkan bagi
pejabat pembina kepegawaian dalam upaya pembinaan dan pengembangan
SDM yang lebih berkualitas. Data base alumni saat ini diolah dalam system
informasi dan dapat secara mudah diakses secara online meskipun dokumen
cetak tetap penting dan dibutuhkan sebagai arsip.

Dengan adanya database kompetensi alumni, Pejabat pembina


kepegawaian tidak perlu lagi kesulitan untuk mencari SDM yang kompeten
sesuai bidangnya, salah satunya dengan cara melakukan tracer study atau
pelacakan alumni. Di era adaptasi kebiasaan baru saat ini untuk melakukan
tracer study alumni banyak dilakukan dengan menggunakan aplikasi tracer
study terintegrasi dengan website lembaga pendidikan dan pelatihan dan
instansi pembina pelatihan maupun big data pejabat pembina kepegawaian.

Database kualifikasi hasil evaluasi peserta misalnya dapat


menggambarkan apa dan bagaimana kompetensi peserta hasil
pembelajaran. Misalnya dalam penyelenggaran pelatihan Fungsional
Penyuluh Sosial terdapat kualifikasi 5 orang Sangat Memuaskan, 34 orang
memuaskan dan 1 orang Baik. Maka dengan database hasil evaluasi
tersebut, dapat memberikan gambaran bagi pimpinan dan organisasi yaitu :

a. Sejumlah 39 orang yang terbukti memiliki pengetahuan, sikap dan


perilaku penyuluh sosial dengan kriteria tertentu yang sangat
memuaskan/memuaskan yang tentunya bisa menjadi referensi dalam

43
penugasan, pengembangan karier atau berkaitan dengan penghargaan
lainnya.
b. Sejumlah 1 orang terbukti memiliki pengetahuan, sikap dan perilaku
dengan kriteria tertentu yang masih kurang. Tentu database inipun bisa
menjadi referensi dalam penugasan, pengembangan karier atau
berkaitan dengan penghargaan lainnya. Termasuk pendekatan
pembinaan apa yang perlu dilakukan oleh pimpinan agar ada
peningkatan.

Database kompetensi alumni tersebut berisi nominasi para ASN yang


telah mengikuti pelatihan manajerial, teknis atau sosiokultural berikut
kualifikasi kompetensi yang dimilikinya. Database hasil pembelajaran
tersebut tentu harus dikelola dengan baik agar dapat memberikan manfaat
yang lebih besar bagi organisasi.

2. Database Inovasi peserta

Dalam konteks hasil pembelajaran sebagaimana telah diuraikan


sebelumnya, dapat digambarkan bahwa hasil penyelenggaraan
pengembangan kompetensi selain peningkatan kompetensi juga berkaitan
dengan komponen inovasi yang dihasilkan. Dalam konteks pelatihan, selain
menghasilkan database kompetensi alumni juga bagaimana proses pelatihan
juga ikut mendorong aspek perubahan di organisasi. inovasi dari agenda
pelatihan yang perlu dikedepankan antara lain memberi nilai tambah bagi
organisasi dan stakeholder, memiliki unsur kebaruan, bisa direplikasi, dapat
diterapkan secara berkelanjutan dan sesuai dengan nilai-nilai budaya
organisasi.

44
Menurut Utami (2015), inovasi hasil pembelajaran dapat dimaknai
sebagai suatu upaya baru dalam proses pembelajaran, dengan
menggunakan berbagai metode, pendekatan, sarana dan suasana yang
mendukung untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Pembelajaran harus
mampu menghasilkan hasil yang optimal yaitu mampu memberdayakan
seluruh potensi yang dimiliki peserta pelatihan termasuk potensi untuk
merancang inovasi yang bermanfaat untuk organisasi.

Database inovasi dari proses pelatihan ini tentu harus diidentifikasi,


dikumpulkan, dikelola dengan baik agar lebih bermanfaat dan dapat
menjadi inspirasi bagi pihak lain untuk melakukan adopsi dan adaptasi di
organisasinya. Hasil pembelajaran minimal memenuhi 4 (empat) kriteria
berikut, yaitu:

a. Kualitas, dapat dimaknai bahwa materi pembelajaran yang diikuti


untuk membuka opini peserta terhadap program pengembangan
kompetensi yang diikutinya apakah sesuai keinginan, harapan,
kemanfaatan, dan kepuasan.
b. Kuantitas, dilakukan secara terukur atas penguasaan peserta terhadap
substansi materi pelatihan dalam ranah pengetahuan, keterampilan,
dan atau sikap. Pengumpulan data: menggunakan tes (tertulis-tidak
tertulis), dan non tes simulasi performansi.
c. Dampak bagi individu, dapat dimaknai bahwa hasil pembelajaran
tercermin pada pengaruh perubahan perilaku kerja alumni program
pengembangan kompetensi terhadap capaian kinerja. Aspek yang
diukur: identifikasi faktor-faktor perubahan.
d. Dampak bagi organisasi, dapat dimaknai bahwa hasil pembelajaran
tercermin pada pengaruh perubahan perilaku kerja alumni terhadap
peningkatan kinerja tim, unit kerja, atau organisasi. Aspek yang diukur:

45
capaian kinerja/produktivitas kerja tim, unit kerja, atau organisasi pada
rentang waktu tertentu.
C. Urgensi Pengelolaan Hasil Belajar

Untuk memperluas manfaat dari hasil pembelajaran pelatihan dirasakan


penting untuk mengelola hasil pembelajaran secara baik. Y Sutejo (2018).Dari
pandangan ini menunjukan bahwa hasil pembelajaran dapat digunakan antara
lain sebagai berikut:

1. Pertanggungjawaban kepada atasan penyelenggara pelatihan.

Hasil pembelajaran pelatihan berupa database kompetensi alumni


pelatihan, database inovasi hasil pembelajaran, maupun database hasil
penelitian dapat dikelola sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada
atasan penyelenggara. Hasil belajar ini sebagai bentuk pertanggungjawaban
bahwa secara kualitas dan kuantitas proses pelatihan telah menghasilkan
kompetensi dan inovasi yang bermanfaat bagi organisasi.

Secara hirarki pertanggungjawaban dapat disampaikan kepada


Gubernur/Bupati/Walikota atau atasan penyelenggara. Tentu hasil
pembelajaran dimaksud akan dikelola oleh atasan untuk kepentingan
pembinaan, pengembangan kompetensi berkelanjutan, kesejahteraan atau
pengembangan karier. Adapun secara fungsional penyelenggaraan
pelatihan pertanggungjawaban kepada instansi Pembina pelatihan (LAN,
Kementerian/lembaga) sebagai database kompetensi dan inovasi nasional,
evaluasi dan pengembangan berkelanjutan.

2. Sebagai bahan public marketing.

Kemanfaatan hasil pembelajaran database inovasi, maupun


database hasil penelitian akan lebih maksimal ketika dikelola dan dapat
diakses oleh semua stakeholder pentahelik (Pemerintah, swasta,

46
akademisi, masyarakat dan media). Proses diseminasi hasil pembelajaran
menjadi bagian yang penting sebagai public marketing hasil pembelajaran.
Publikasi hasil pembelajaran pelatihan melalui media massa baik media
cetak maupun media elektronik dapat bermanfaat bagi masyarakat yang
membutuhkan. Pameran inovasi hasil pembelajaran juga bisa bermanfaat
bagi masyarakat. Masyarakat bisa melihat langsung karya inovasi peserta
pelatihan dan memperoleh penjelasan secukupnya. Mekanisme publik
marketing ini juga sebagai akuntabilitas publik bahwa anggaran pelatihan
yang dibiayai anggaran negara dapat menghasilkan kompetensi pelayan
masyarakat dan inovasi yang kompetitif.

Meskipun demikian perlu dipertimbangkan bahwa dari keseluruhan


database pelatihan ada yang tidak boleh menjadi konsumsi publik yaitu
database kompetensi peserta hasil evaluasi. Dalam peraturan keterbukaan
informasi publik, hal hal yang berkaitan dengan hasil evaluasi pembelajaran,
evaluasi intelektualitas seseorang merupakan informasi yang dikecualikan.
Tentu hanya dapat diakses oleh pihak yang berkompeten dan dilarang
untuk dipublikasikan kepada media karena tidak memberikan kemanfaatan
justru memberikan dampak yang negatif.

3. Keperluan promosi jabatan.

Hasil pembelajaran juga dapat dapat dikelola untuk kepentingan


pengembangan karier ASN. Dalam manajemen ASN disebutkan bahwa
proses pengembangan kompetensi (pelatihan dll) dapat menjadi bahan
pertimbangan kebijakan pengembangan karier ASN. Selain itu juga
kebijakan merit system memberikan amanah bahwa pengembangan
kompetensi harus mempertimbangan kualifikasi, kompetensi dan kinerja.
Dari pemahaman ini, maka secara jelas dapat dipahami bahwa data based
kompetensi alumni harus dikelola baik oleh lembaga pelatihan maupun

47
lembaga yang menangani kepegawaian. Database kompetensi alumni
memberikan informasi kompetensi manajerial, teknis dan sosiokultural
sebagai bahan pertimbangan untuk kepentingan mutasi (tour of area dan
tour of duty) maupun promosi dalam jabatan setingkat lebih tinggi.

4. Untuk keperluan diagnosis.


Hasil pembelajaran pelatihan dapat dikelola untuk kepentingan
diagnosis. Secara kualitas dan kuantitas, database alumni dan hasil inovasi
pembelajaran dapat memberikan informasi untuk kepentingan diagnosis
tententu. Misalnya dalam situasi pandemi Covid 19 metode yang
diterapkan adalah metode e learning dan blended learning. Setelah proses
pembelajaran apakah hasil evaluasi kompetensi (Knowledge, skill attitude)
alumni pelatihan mengalami peningkatan signifikan utamanya
dibandingkan metode klasikal. Capaian Hasil pembelajaran selama masa
pandemi ini akan dapat menjadi informasi untuk kepentingan diagnosis unit
penjamin mutu atau pengembangan media pembelajaran, sehingga akan
dapat dikembangkan pendekatan/metode pembelajaran yang lebih tepat.
D. Proses Pengelolaan Hasil Pembelajaran

Pada bagian ini akan digambarkan berkaitan dengan bagaimana


proses pengelolaan hasil pembelajaran. Untuk menghasilkan kemanfaatan yang
besar dari hasil pembelajaran maka para penyelenggara perlu memahami
proses pengelolaan hasil pembelajaran. Proses pengelolaan hasil pembelajaran
oleh penyelenggara dapat dilakukan setelah pelatihan berakhir. Secara umum
proses pengelolaan hasil pembelajaran oleh penyelenggara dapat dilakukan
sebagai berikut :

1. Identifikasi hasil pembelajaran


Mengidentifikasikan hasil pembelajaran yang dihasilkan dari proses
pelatihan yang dapat dikelola. Terdapat pelatihan yang hasil pembelajaran

48
terbatas kompetensi alumni dan ada pelatihan yang menghasilkan inovasi.
Misalnya pelatihan struktural kepemimpinan, pelatihan dasar CPNS hasil
pembelajaran selain database kompetensi manajerial alumni juga terdapat
inovasi yang dihasilkan dari aksi perubahan/proyek perubahan.
Database hasil pembelajaran dimaksud harus didukung dengan
bukti yang valid misalnya untuk database kompetensi alumni buktinya
adalah hasil evaluasi akhir (berita acara) atau keputusan penetapan
kelulusan peserta pelatihan. Adapun untuk database inovasi, data dukung
yang dibutuhkan adalah dokumen proyek perubahan/aksi
perubahan/aktualisasi pelatihan peserta. Data dukung inovasi bisa dalam
bentuk dokumen fisik maupun softfile yang sudah diverifikasi.
2. Analisis hasil pembelajaran pelatihan
Keseluruhan database hasil pembelajaran dimaksud selanjutnya
dapat dianalisis dan dikategorikan dalam kelompok kelompok tertentu
untuk memudahkan pemanfaatannya. Misalnya database kompetensi
peserta pengelompokan dapat didasarkan pada jenis kompetensi yang
dimiliki, maupun kualifikasi kompetensinya.
Untuk database inovasi dapat dikategorikan berdasarkan pelatihan,
jenis/rumpun inovasi yang dihasilkan. Hal ini akan memudahkan pihak lain
untuk mengakses inovasi dan melakukan proses adopsi dan adaptasi di
organisasnya.
3. Filing hasil pembelajaran
Proses pengarsipan hasil pembelajaran dapat dilakukan secara fisik
maupun berbasis e filing. Pemanfaatan teknologi dalam pengelolaan
database kompetensi alumni dan inovasi di era disruption tentu sangat
diharapkan. Apalagi kalau sudah dilakukan integrasi pengelolaan system
informasi misalnya antara system pengelolaan pegawai (e personal system)
dan system informasi kediklatan. Dengan pengarsipan berbasis teknologi

49
diharapkan dapat terpenuhi aspek otorisasi, kemudahan akses, kecepatan,
transparansi, sharing inovasi dll.
4. Diseminasi hasil pembelajaran pelatihan
Untuk memberikan kemanfaatan yang besar maka hasil pembelajaran
utamanya inovasi harus dilakukan diseminasi melalui berbagai media.
Dapat dilakukan dalam even seminar inovasi, media sosial (Youtube,
Facebook, Twitter, website dll) maupun melalui sosialisasi inovasi daerah
dan lain lain. Tentu Penyelenggara pelatihan dapat mengidentifikasikan
media yang di pandang sesuai dengan situasi kondisi daerah masing-
masing.
5. Pengawasan dan pengendalian pengelolaan hasil pembelajaran.
Proses pengawasan dan pengendalian pengelolaan hasil
pembelajaran penting dilakukan untuk memastikan kualitas, kuantitas, dan
kemanfaatan hasil pembelajaran bagi individu serta organisasi. Hasil dari
proses dimaksud diharapkan dapat memberikan kontribusi pada validitas
database kompetensi pegawai dan inovasi yang kekinian. Selain itu
penyempurnaan media dan integrasi system pengelolaan hasil pembelajaran
juga terus diupdate agar memudahkan akses bagi pihak yang membutuhkan.
Berdasarkan gambaran tersebut diatas, pada bagian akhir
diharapkan penyelenggara pelatihan mengetahui apa yang harus dikelola,
siapa yang mengelola, bagaimana cara pengelolaan, melalui media apa
dikelola dan untuk apa hasil pembelajaran dimaksud perlu dikelola.

50
D. Latihan

1. Apa yang dimaksud dengan hasil pembelajaran dalam proses pelatihan?


2. Jelaskan 3 ranah hasil pembelajaran dalam proses pelatihan !
3. Mengapa hasil pembelajaran dalam pelatihan harus dikelola dengan baik?
4. Sebutkan media diseminasi hasil pembelajaran dan jelaskan alasan
kekurangan dan kelebihannya !

E. Rangkuman

Pengertian Pengelolaan hasil belajar secara umum dapat dijelaskan


sebagai proses untuk merumuskan kebijakan pengelolaan hasil kognitif, afektif
dan psikomotorik. Hasil pelatihan penting untuk dikelola oleh penyelenggara
pelatihan agar dapat memberikan kemanfaatan secara langsung maupun tidak
langsung bagi pencapaian tujuan organisasi. Untuk itu penyelenggara pelatihan
harus melakukan langkah-langkah perencanaan pengelolaan database kompetensi
alumni pelatihan, database inovasi hasil pembelajaran (proyek perubahan, aksi
perubahan dll), maupun database hasil penelitian (karya ilmiah dll).

Dalam penyelenggaraan pelatihan ranah kognitif, afektif dan


psikomotorik dapat berupa database kualifikasi peserta pelatihan hasil evaluasi
peserta, database inovasi hasil pembelajaran (proyek perubahan, aksi
perubahan dll), maupun database hasil penelitian (karya ilmiah dll). Jenis jenis
hasil pembelajaran dimaksud terdiri dari 2 bagian besar yaitu Database
Kompetensi Alumni dan Database Inovasi peserta.

Untuk memperluas manfaat dari hasil pembelajaran pelatihan dirasakan


penting untuk mengelola hasil pembelajaran secara baik agar dapat memberi
manfaat untuk pertanggungjawaban kepada atasan penyelenggara pelatihan,
sebagai bahan public marketing, keperluan promosi jabatan dan untuk keperluan
diagnosis.

51
Selanjutnya untuk menghasilkan kemanfaatan yang besar dari hasil
pembelajaran maka para penyelenggara perlu memahami proses pengelolaan
hasil pembelajaran. Proses pengelolaan hasil pembelajaran oleh penyelenggara
dapat dilakukan setelah pelatihan berakhir. Secara umum proses pengelolaan
hasil pembelajaran oleh penyelenggara dapat dilakukan melalui tahapan
Identifikasi hasil pembelajaran, Analisis hasil pembelajaran pelatihan, Filing hasil
pembelajaran, Diseminasi hasil pembelajaran pelatihan, Pengawasan dan
pengendalian pengelolaan hasil pembelajaran.

Berdasarkan gambaran tersebut diatas, diharapkan penyelenggara pelatihan


mengetahui apa yang harus dikelola, siapa yang mengelola, bagaimana cara
pengelolaan, melalui media apa dikelola dan untuk apa hasil pembelajaran
dimaksud perlu dikelola.

52
BAB V
PENUTUP

A. Rangkuman
1. Rangkuman Penyusunan Laporan Pelatihan

Dari gambaran para ahli tersebut diatas, dapat diambil suatu


kesimpulan bahwa laporan adalah suatu bentuk penyampaian informasi
yang dalam penyusunannya harus didukung oleh data yang lengkap sesuai
dengan fakta sehingga informasi yang diberikan dapat dipercaya serta
mudah dipahami. Apabila dipahami dalam konteks pelatihan maka dapat
dijelaskan bahwa atas penyelenggaraan pelatihan, penyelenggara memiliki
kewajiban untuk mengumpulkan data dukung yang diperlukan, menyusun dan
menyampaikan laporan pada pihak yang berwenang. laporan pelatihan harus
dapat menyajikan data dukung yang relefan dan sesuai fakta dalam
penyelenggaraan pelatihan. Berbagai informasi dan data dukung yang disajikan
dimaksud diarahkan agar pihak yang membaca dan menerima laporan yakin
bahwa penyelenggara pelatihan telah merencanakan, melaksanakan dan
melakukan mekanisme penjaminan mutu sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

Untuk dapat memenuhi kualifikasi sebuah dokumen laporan yang


baik, lengkap dan sesuai dengan fakta tentu terdapat karakteristik laporan
yang harus menjadi perhatian penyeleggara. Oleh karena itu penting bagi
penyelenggara untuk memahami karakteristik laporan yaitu memfokuskan
pada hal-hal yang kunci, mengkaitkan dengan tujuan dan hasilnya,
menempatkan hasil dalam konteksnya, mengaitkan sumberdaya dengan
hasil yang dicapai, menyajikan perbandingan informasi dan mengarahkan
pada kehandalan isu dan bermanfaat bagi masyarakat, dan berpandangan
jauh ke depan (forwad-looking)

53
Untuk mendapatkan laporan pelatihan dengan karakteristik
tersebut di atas, diperlukan prinsip-prinsip penyusunan laporan yang baik
yaitu prinsip pertanggungjawaban, prinsip prioritas/pengecualian, prinsip
akuntabilitas, dan prinsip manfaat. Selanjutnya dalam penyusunan laporan
pelatihan juga harus memperhatikan komponen dan instrument yang harus
ada dalam dokumen pelaporan sesuai ketentuan dari instansi Pembina
pelatihan. Selain itu data dukung perlu diperhatikan untuk memperkuat
informasi laporan pelatihan.

2. Rangkuman Pengelolaan Hasil pembelajaran

Pengelolaan hasil pembelajaran terdiri kata pengelolaan dan hasil


pembelajaran. Menurut Luther Gullick pengelolaan meliputi perencanaan,
pengorganisasian, penugasan, koordinasi, laporan, penganggaran. Adapun
pengertian hasil pembelajaran menurut beberapa ahli dapat disimpulkan
sebagai kemampuan yang dimiliki peserta pelatihan setelah menerima
pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik. Pengertian Pengelolaan hasil belajar secara
umum dapat dijelaskan sebagai proses untuk merumuskan kebijakan
pengelolaan hasil kognitif, afektif dan psikomotorik dalam hasil pelatihan yang
dilakukan oleh penyelenggara pelatihan agar dapat memberikan kemanfaatan
secara langsung maupun tidak langsung bagi pencapaian tujuan organisasi.

Dalam penyelenggaraan pelatihan ranah kognitif, afektif dan


psikomotorik dapat berupa Database Kompetensi Alumni dan Database
Inovasi peserta. Database hasil pembelajaran tersebut penting untuk
dikelola dengan baik karena merupakan bentuk pertanggungjawaban
kepada atasan penyelenggara pelatihan, sebagai bahan public marketing,
keperluan informasi promosi jabatan dan untuk keperluan diagnosis.

54
Secara umum proses pengelolaan hasil pembelajaran oleh
penyelenggara dapat dilakukan dengan tahapan Identifikasi hasil
pembelajaran, Analisis hasil pembelajaran pelatihan, Filing hasil
pembelajaran dan Diseminasi hasil pembelajaran pelatihan Pengawasan
dan pengendalian pengelolaan hasil pembelajaran.

Berdasarkan gambaran tersebut diatas, pada bagian akhir


diharapkan penyelenggara pelatihan mengetahui apa yang harus dikelola,
siapa yang mengelola, bagaimana cara pengelolaan, melalui media apa
dikelola dan untuk apa hasil pembelajaran dimaksud perlu dikelola.

B. Tindak Lanjut Pengembangan

Kami sadari bahwa modul ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik
dan saran demi kesempurnaannya modul ini sangat kami harapkan. Namun
demikian, modul ini diharapkan dapat bermanfaat dalam mengefektifkan proses
penyusunan pelaporan dan pengelolaan hasil pembelajaran, khususnya bagi
peserta Pelatihan Bagi Penyelenggara Pelatihan (Training Officer Course / TOC)
dan umumnya bagi pembaca modul yang sederhana ini. Dalam melaksanakan
tugas kita sebagai Penyelenggara pelatihan, mungkin kita akan menemui
berbagai kesulitan dan hambatan, namun jangan pernah berputus asa karena
setiap langkah kecil adalah awal dari setiap langkah besar

55
Referensi:

1, Modul SAKIP (2020) BPSDMD Provinsi Jawa Tengah

2, Sutedja, Yohanes (2018) Pengelolaan dan laporan hasil evaluasi


pembelajaran. https://docplayer.info/73170178

3. Retno AN (2011) Peningkatan hasil belajar. FKIP UMP. Repository.ump.ac,id

56

Anda mungkin juga menyukai