BAB I
PENDAHULUAN
Dalam suatu pelatihan dibutuhkan adanya suatu kegiatan dalam pelatihan tersebut.
Dalam melakukan sebuah pelatihan agar kegiatan tersebut berjalan dengan baik dibutuhkan
adanya rangkaian kegiatan pelatihan aktif. Dari merangkai kegiatan pelatihan aktif dapat
membuat kita paham cara menjadi pelatih yang handal. Dengan dibutuhkan proses yang lebih
matang dan berurutan dapat membuat kesan yang menarik bagi peserta pelatihan. Karena
tidak peduli seberapa bagus rancangan kegiatan atau presentasi tertentu, dampak dan nilainya
bagi para peserta bisa sangat merosot jika salah tempat dalam keseluruhan urutan acara.
Sebagai contoh peserta bisa jadi tidak memahami ide-ide abstrak sebelum mengalami contoh
kongkret. Seberapa baik ketika merangkai semua kegiatan ini adalah sangat penting bagi
efektifitas keseluruhannya. Untuk bisa merangkai kegiatan pelatihan aktif di butuhkan model
pembelajaran yang sesuai. Salah satu contohnya adalah model desain pelatihan ADDIE.
Model ADDIE dapat menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan infrastruktur
program pelatihan atau pembelajaran yang efektif, dinamis dan mendukung kinerja pelatihan
itu sendiri dengan beberapa tahapan.
Tujuan disusunnya model desain pelatihan pendidikan ini memberikan pengetahuan dan
informasi cara menyusun kerangka yang baik bagi pelaku pelaku di lapangan dalam
merencanakan sebuah pelatihan.
Sasaran dari penyusunan model desain pelatihan ini adalah pelaku pelaku program dan
pendamping lokal serta fasilitator di lapangan. Pedoman ini mempunyai lingkup bahasan
sebagai berikut :
1. Pendahuluan (latar belakang, tujuan, sasaran, lingkup bahasan, dan manfaat).
2. Kurikulum dan modul dalam manajemen pelatihan.
3. Pola pikir dalam menyusun kurikulum dan modul.
4. Penyusunan kurikulum dan modul pelatihan berorientasi pembelajaran.
1. Bagi penyelenggara pelatihan Dapat menyusun dan mengembangkan kurikulum dan modul
pelatihan secara benar, mudah dan praktis.
2. Bagi fasilitator/ pelatih Adanya acuan yang jelas dalam memfasilitasi proses pembelajaran
sehingga materi pembelajaran dapat disampaikan sesuai dengan tujuan pelatihan.
3. Bagi peserta latih Secara tidak langsung mendapat jaminan mengikuti pelatihan yang
terencana dengan baik.
BAB II
PEMBAHASAN
Desain merupakan langkah kedua dari model desain sistem pelatihan ADDIE. Beberapa hal
yang harus dipertimbangkan dalam tahap desain pelatihan ini yaitu :
• Specific yang artinya tujuan yang hendak dicapai haruslah jelas, utuh dan
merupakan rangkuman dari sekian kondisi. Misal, tujuannya yaitu agar dapat
meningkatkan jumlah para wirausaha yang baik.
• Measurable yang artinya program yang kita susun haruslah memiliki ukuran yang
jelas terhadap hasil atau pencapaiannya. Misal, tujuannya yaitu agar mewujudkan
kemampuan para wirausaha untuk menghasilkan kesejahteraan masyarakat
• Applicable yang artinya kelayakan rasional dari tujuannya yang berkaitan dengan
langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan atau program.
Misal, Membudayakan semangat, sikap, perilaku, dan kewirausahaan dikalang
masyarakat
• Realistic yang artinya tujuan yang telah kita patok tidak akan menyimpang dari
keadaan diri kita. Misal, menumbuhkembangan kesadaran dan orientasi
kewirausahaan yang tangguh dan kuat
• Time Scale yang artinya jenjang waktu dalam pencapaian tujuan yang kita susun.
Misal, meningkatkan kedisiplinan, mandiri, tekun dan jujur.
Dalam merencanakan sebuah pelatihan hal yang terpenting yang sesuai harus dilakukan
adalah kebutuhan dilakukannya pelatihan tersebut dan permasalahan berkaitan dengan
Pelatihan pendidikan itu dilakukan baik itu maksud dan tujuan pelaksanaan pelatihan
tersebut.rencana sebuah pelatihan yang harus diperhatikan adalah :
Dan terpenting dari perencanaan sebuah pelatihan tersebut jika kita uraikan dari penjelasan
diatas adalah :
a. Kebutuhan Pelatihan (Pelatihan adalah penilaian kebutuhan. Ini mirip dengan langkah
pertama dalam metode ilmiah di mana kita mendefinisikan masalah. Dalam pelatihan,
seperti dalam metode ilmiah). Penilaian kebutuhan adalah proses sistematis yang kita
gunakan untuk mengumpulkan data yang sesuai ketat untuk menentukan masalah
yang tepat dan apakah atau tidak pelatihan adalah memperbaiki yang baik. Jika
pelatihan adalah solusi yang baik untuk masalah tertentu, kebutuhan penilaian kami
kemudian melibatkan menentukan kebutuhan pelatihan khusus.
b. Tujuan adalah pernyataan bahwa peserta pelatihan mampu melakukan setelah
selesainya pelatihan sesuai pekerjaan spesifik dan perilaku yang akan dilakukan
c. Dengan kata lain, verba tindakan. Kita katakan bahwa trainee kita akan mampu
"menjelaskan" untuk peserta bahwa mereka mampu untuk mengimplementasikan
d. Rencana Pelatihan mengambarkan rincian dari rencana pelatihan dari kapan
dilaksanakan,tempat pelatihan serta siapa yang akan memyampaikan materi pelatihan
e. Rencana Pelajaran merupakan instruksi dari rencana pelatihan itu yang secara rinci
setiap materi yang akan disampaikan berdasarkan sub kegiatan dari pelatihan tersebut
f. Tranier to Tranining sebelum dilakukan pelaksanaan pelatihan, maka perlu dilakukan
TOT sehingga pemahaman terhadap materi pelatihan lebih konkrit dan jelas.
setelah kita mengambarkan semua kegiatan tersebut barulah kita melakukan selanjutnya
menyusun rencana anggaran biaya pelatihan dan langkah langkah pelaksanaan pelatihan
seperti menyusun kurikulum pelatihan.
1Penyusunan Kurikulum Penyusunan dokumen berisi uraian tentang materi pembelajaran dan
kegiatan yang akan dilakukan dalam suatu pelatihan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan adalah sebagai berikut:
1. Rumuskan kompetensi yang harus dicapai melalui Training Need Assessment (TNA) atau
mempelajari job requirement/tupoksi).
Judul Kurikulum
I. Pendahuluan
A. Latar belakang
Rendahnya hasil belajar dan kemampuan guru yang masih rendah. Untuk memahami
permasalahan Pendidikan , perlu dipelajari ilmu mengenai Managemen berbasis
sekolah
B. Filosofi pelatihan
Filosofi pelatihan Sampaikan hak-hak peserta yang dapat diperoleh selama proses
pembelajaran, antara lain:
• Cara memandang/ memperlakukan peserta latih
• Apa yang harus dilakukan oleh fasilitator/ pelatih
• Apa yang akan diperoleh peserta latih
• Proses pembelajaran yang akan dilaksanakan
• Metode pembelajaran yang digunakan
• Evaluasi yang akan dilaksanakan
Filosofi pelatihan Peserta pelatihan kesehatan kerja bagi petugas kesehatan ini
diselenggarakan dengan memperhatikan:
1. Prinsip Andragogy, yaitu bahwa selama pelatihan peserta berhak untuk:
a. Didengarkan dan dihargai pengalamannya mengenai kegiatan kesehatan
kerja.
b. Dipertimbangkan setiap ide, dan pendapat, sejauh berada di dalam konteks
pelatihan.
c. Tidak dipermalukan, dilecehkan ataupun diabaikan.
2. Berorientasi kepada peserta, di mana peserta berhak untuk:
a. Mendapatkan 1 paket bahan belajar tentang MBS.
b. Mendapatkan pelatih profesional yang dapat memfasilitasi dengan berbagai
metode, melakukan umpan balik, dan menguasai materi kesehatan kerja.
c. Belajar sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki, baik secara visual,
auditorial maupun kinestetik (gerak).
d. Belajar dengan modal pengetahuan yang dimiliki masingmasing tentang
kesehatan kerja.
e. Melakukan refleksi dan memberikan umpan balik secara terbuka
f. Melakukan evaluasi dan dievaluasi
3. Berbasis kompetensi, yang memungkinkan peserta untuk:
a. Mengembangkan ketrampilan langkah demi langkah dalam memperoleh
kompetensi yang diharapkan dalam mengelola kesehatan kerja
b. Memperoleh sertifikat setelah dinyatakan berhasil mendapatkan kompetensi
yang diharapkan pada akhir pelatihan.
4. Learning by doing yang memungkinkan peserta untuk:
a. Berkesempatan melakukan eksperimentasi berbagai kasus kesehatan kerja
menggunakan metode pembelajaran antara lain demonstrasi/ peragaan, studi
kasus, dan praktik baik secara individu maupun kelompok.
b. Melakukan pengulangan ataupun perbaikan yang dirasa perlu.
II. Kompetensi
Jabarkan kompetensi yang harus dicapai melalui pelatihan sesuai dengan hasil TNA atau
melalui cara lain yang dipilih meliputi pengetahuan, ketrampilan dan sikap.
Contoh:
A. Tujuan umum
Dalam merumuskan tujuan pelatihan memperhatikan hal-hal berikut:
a. Tentukan tujuan pelatihan dengan menguraikan/ menjabarkan kemampuan atau
kompetensi yang akan dicapai oleh peserta latih setelah mengikuti pelatihan.
b. Kompetensi yang akan dicapai meliputi pengetahuan, ketrampilan dan sikap
yang berkaitan dengan tugas yang dimiliki peserta.
c. Rumusan tujuan pelatihan terdiri dari:
Tujuan Umum: Menggambarkan tentang tujuan yang ingin dicapai pada akhir
pelatihan.
B. Tujuan khusus
Tujuan Khusus: Menjabarkan kompetensi yang dirumuskan pada tujuan umum
dalam tahapan kompetensi yang lebih spesifik dan bisa diukur.
V. Struktur Program
Susun materi yang akan diberikan dalam proses pelatihan dalam bentuk matriks
yang terdiri dari materi dan alokasi waktu.
a. Materi, yaitu ilmu pengetahuan atau ketrampilan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sesuai dengan pedoman akreditasi
pelatihan, dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:
1) Materi dasar adalah materi yang sebaiknya diketahui oleh peserta, misalnya
kebijakan, peraturan-peraturan, keputusan, dan sebagainya. Penyampaian materi
yang sifatnya kognitif ini dilakukan dengan metode interaktif dan eksploratif.
Untuk itu pertimbangkan jumlah jam yang memadai untuk penugasan. Persentase
materi dasar sebesar 15% - 20% dari keseluruhan jumlah jam pelatihan.
2) Materi inti adalah materi yang harus diketahui dan dikuasai oleh peserta,
mengarah pada kompetensi yang ingin dicapai. Penyampaian materi dilakukan
dengan berbagai alternatif metode yang menyebabkan terjadinya proses
eksperimentasi dan eksplorasi oleh peserta. Dengan demikian jumlah jam
penugasan dan praktik lapangan memiliki porsi lebih besar daripada presentasi
teori oleh fasilitator. Persentase materi inti sebesar 60% - 70% dari keseluruhan
jumlah jam pelatihan. 3) Materi penunjang adalah materi yang biasa dikaitkan
untuk menunjang materi inti yang terdiri dari building learning commitment
(BLC), Plan of Action (POA)/ Rencana Tindak Lanjut (RTL) dan Praktik Kerja
Lapangan (PKL). Untuk itu perlu dirancang keterkaitan antara materi di dalam
kelas yang disampaikan dengan metode studi kasus, latihan, dan sebagainya
dengan metode yang sesuai. Persentase materi penunjang sebesar 15% - 20% dari
keseluruhan jumlah jam pelatihan.
Tuliskan pokok bahasan dan atau sub pokok bahasan dengan mengacu pada tujuan
pembelajaran. Karena itu pokok bahasan dan atau sub pokok bahasan tersebut
harus mendukung tercapainya tujuan pembelajaran.
d. Metode pembelajaran
Pilih dan tuliskan metode pembelajaran yang akan digunakan dimana dalam
proses learning pemilihan metode harus lebih banyak memberikan kesempatan
kepada peserta untuk berperan lebih aktif. Metode pembelajaran adalah cara-cara
dan teknik komunikasi dan interaksi yang digunakan oleh fasilitator/pelatih dalam
menyampaikan materi Metode pembelajaran yang digunakan pada pelatihan
didalam kelas antara lain yaitu:
• Ceramah singkat/presentasi
• Curah pendapat
• Diskusi
• Studi kasus
• Simulasi
• Role play
• Demonstrasi
• Permainan/game
• Latihan/exercise
•Coaching/fasilitasi/pembimbingan
• Praktik model
• Seminar/semiloka/lokakarya
VI. Evaluasi
Disamping perlunya dibuat kisi kisi pertanyaan dalam melakukan evaluasi dan
sangat penting dalam melakukan pelatihan adalah pemberian pembobotan dalam
penilaian terhadap pertanyaan yang diberikan kepada peserta pelatihan
pendidikan.Pembobotan terhadap penguasaan materi pelatihan dilakukan dengan
mengukur penguasaan materi dengan nilai akhir diberikan kepada peserta
pelatihan. iasanya pemberian bobot penilaian terhadap materi yang diberikan
adalah untuk mengukur terhadap penguasaan materi dan melanjutkan materi
berikut dalam satu pelatihan.adapun rumusan pembobotan dalam memberikan
pertanyaan pada materi pelatihan pendidikan adalah sebagai berikut :
Tingkat penguasaan =
Jumlah Jawaban yang Benar / Jumlah Soal * 100%
PENYUSUNAN JADWAL
Menyelenggarakan pelatihan merupakan pembahasan yang meliputi bagaimana cara
menjaring peserta pelatihan dan mengorganisir pelaksanaan pelatihan. Menentukan kapan
waktu pelaksanaan belajar/pelatihan tentunya berkaitan juga dengan tahun anggaran kegiatan
yang tersedia. Selain itu juga terkait dengan ketersediaan waktu dari para peserta pelatihan
yang akan direkrut.
Sangat penting untuk diingat bahwa ketika akan merancang sebuah pelatihan, dalam
menyusunpenjadwalan sesi pelatihan, perlu diingat bahwa:
1. Perhatian orang terbatas (fokusnya tidak lama)
2. Terlalu banyak informasi pada suatu waktu merupakan hal yang tidak efektif dan
3. Tujuan pelatihan tidak untuk itu untuk menghafal serangkaian fakta atau instruksi
melainkan, bahwa dalam jangka panjang, mereka memiliki kemampuan yang
maksimal dan sepenuhnya diwujudkan dalam tingkat kinerja yang efisien dan
bermanfaat bagi bisnis secara keseluruhan.
TRAINING CLIMATE
Iklim Pelatihan merupakan hasil interaksi antara peserta dan pelatih dalam
konteks lingkungan pelatihan. Iklim baik dapat menguntungkan atau tidak menguntungkan
untuk suatu kegiatan pelatihan. (Lynton & Pareek, 1990). Iklim menguntungkan dan tidak
menguntungkan seolah-olah hasilnya didasari oleh perasaan pelatih dan peserta pelatihan.
Iklim yang kondusif diwujudkan tingkat tinggi bagi tim kerja, kepercayaan dan komitmen
pada bagian dari pelatih dan peserta pelatihan. Iklim yang kurang mendukung disajikan
dalam kepercayaan yang rendah, persaingan tidak sehat dan kurangnya minat pada bagian
dari pemangku kepentingan.
Perasaan Peserta
Ini adalah hasil dari interaksi antara factor individu, kelompok, pelatihan dan
organisasi. Faktor individu terkait dengan prioritas masing-masing, situasi kehidupan
pribadi dan tingkat kenyamanan. Faktor kelompok meliputi rasa keterkaitan dalam
kelompok, dinamika kelompok, asosiasi antara anggota kelompok. Faktor Pedagogical
yang berkontribusi adalah kemampuan pelatih untuk berkomunikasi, waktu, penataan,
penjadwalan dan metodologi. Faktor organisasi terkait dukungan organisasi dan konteks
kerja di mana pelatihan akan dilaksanakan dan dirasakan efek positif atau negatif dari
pelatihan peningkatan kinerja dan penilaian.
Perasaan Pelatih
Ini tergantung pada faktor-faktor terkait diklasifikasikan sebagai Trainer, Trainee dan
organisasi. Faktor Trainer terkait tergantung pada perintah pelatih atas subjek pelatihan,
tingkat motivasi dan persiapan sebelumnya. Faktor Trainee yang berhubungan dengan
peserta sebelum pemahaman tentang subjek dan keterlibatan dalam program pelatihan.
Faktor Organisasi adalah sumber daya dan komitmen waktu dan pentingnya dirasakan
diberikan pelatihan.
Kesimpulan
Kesimpulan Dari Kerangka desain dan penyusunan kurikulum pelatihan ini dapat
memberikan kontribusi terhadap pelaksanaan pelatihan yang akan dilakukan oleh pelaku
pelaku program PNPM Mandiri Perdesaan dan fasilitator dilapangan dalam merancang dan
mendasain sebuah pelatihan pendidika.Perencanaan pelatihan yang baik akan menunjukkan
kualitas dari sebuah perencanaan kegiatan program Model dan desain pelatihan yang disusun
baik tentu akan secara jelas dan terinci setiap tahapan sebuah pelatihan.pelaku –pelaku
program dan fasilitator dilapangan dengan adanya desain pelatihan akan mudah dan praktis
merancang perencanaan pelatihan.
Saran
Makalah dan metode yang membahas tentang Model Pelatihan ADDIE ini dapat digunakan
sebagai salah satu referensi dalam pendidikan maupun dalam pelatihan, sehingga dapat
membantu berlangsungnya belajar mengajar. Walaupun pembahasan yang kami buat belum
memenuhi kriteria akan tetapi sedikitnya bisa membantu.
Daftar Pustaka: