Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MANDIRI

SEPULUH LANGKAH MNAJEMEN PELATIHAN


SISTEMATIS
Mata Kuliah : PLPG
Dosen : Dr. H. Hendi S. Muchtar, M.Pd

Disusun Oleh :
Nama : TARYATI
NIM : 41032107162050
Kelas : B1/VI/5

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PAUD


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
Jl. Soekarno Hatta No.530 Telp/Fax (022) 7509708
Bandung 40286
SEPULUH LANGKAH MANAJEMEN PELATIHAN SISTEMATIS

1. Identifikasi Dan Analisis Kebutuhan Pelatihan

Langkah penting dan kritis dalam mengelola sbuah program

pelatihan adalah menemu kenali permasalahan yang harus di

pecahkan. Langkah ini disebut dengan Identifikasi Kebutuhan

Pelatihan atau Penjajagan Kebutuhan Pelatihan (PKP). Pelatihan

merupakan salah satu cara untuk memecahkan masalah. Tidak

semua masalah dapat dilakukan dengan pelatihan. Dalam hal ini,

secara spesifik, dapat di sebutkan permasalahan yang berkaitan

dengan “manusia” atau pelaku kegiatan. Namun, banyak hal yang

dapat mempengaruhi “manusia” tersebut dalam menjalankan fungsi

sosialnya. Langkah ini akan menjadi dasar dan fondasi untuk

melangkah pada tahap sebelumnya dalam mengelola pelatihan.

2. Menguji Dan Analisis Jabatan Dan Tugas

Analisis jabatan mencakup analisis tugas sebagai suatu proses

sistematika untuk mendefinisikan pekerjaan, menentukan apakah

terdapat kesenjangan kinerja dalam pekerjaan itu dan memberi dasar

untuk memilih. Tujuan-tujuan pembelajaran penting yng perlu di

ajarkan sehingga pegawai dapat melaksanakan pekerjaanny. Fungsi

analisis tugas adalah menentukan hal-hal penting yang perlu


diajarkan agar instruktur mampu menjamin penjajaran yang di

berikannya berkualitas tinggi.

3. Klasifikasi Dan Menentukan Dan Peserta Pelatihan

Dalam menyelenggarakan pelatihan, penentuan dan penetapan

peserta pelatihan sringkali di abaikan, pada umumnya hanya di

sebutkan jumlah orang atau jumlah peserta pelatihan tanpa menyebut

“kriteria qualifikasi” : baik latar belakang pendidikan, jabatan atau

posisi atau hal lain yang menyangkut pesrta pelatihan.

4. Rumuskan Tujuan Pelatihan

Kegiatan apapun yang hendaknya mempunyai tujuaan yang jelas,

spesifik, reallistis dan terukur untuk mengetahui pencapaiannya.

Tujuan tersebut akan memberikan arahan dan batasan dan kejelasan

bagi pelaku kegiatan tersebut. Pada dasarnya tujuan dirumuskan

berdasarkan adanya sesuatu yang dihadapi untuk dicapai atau untuk

dilakukan. Pada umumnya perumusan tujuan didasarkan pada

permasalahan yang telah diidentifikasikan sebelumnya. Bilamana

identifikasi permsalahan atau penjajagan kebutuhan pelatihn kurang

tepat atau bahkan tidak dilakukan, maka sudah dapat di pastikan

pelatiihan tersebut tidak akan ada gunanya dan hanya membuang

sumberdaya.
5. Rancanga Program Pelatihan ; Rancangan Kurikulum dan

Silabus

Kurikulum pelatihan merupakangaris besar rencana proses belajar

secara menyeluruh mulai dari awal akhir sampai akhir. Pada

umumnya kurikulum pelatihan ini berisikan unsur-unsur pokok yang

terdiri dari ; tujuan umum, tujuan khusus, tujuan poko bahasan,

tujuan sub pokok bahasan, pokok-pokok materi/ isi pelatiha, metoda,

media, alokasi waktu, dan fasilitator. Kurikulum pelatihan inibersifat

tidak baku dan selalu dapat diubah sesuai dengan kondisi yang ada

pada saat pelatihan berlangsung. Kurikulum ini dipergunakan

sebagai dasar dalam menyusun silabi pelatihan maupun modul

platihan yang akan di pergunakan fasilitator dalam memproses

kegiatan belajar. Sedangkan silabi pelatihan adalah uraian terperinci

dari bahan-bahan pokok yang perlu di bahas selama pelatihan

berlangsung.

6. Rencana Program Pelatihan

Rencana program pelatihan adalah esensi dari pelatihan, karena pada

tahap ini bagaimana kita dapat meyakinkan bahwa pelatihan akan di

laksanakan. Keseluruhan tugas yang harus dilaksanakan pada

tahapan ini adalah :

Mengidentifikasi sasaran pembelajaran dari program pelatihan;

Menetapkan metode yang paling tepat;


Menetapkan penyelenggaran dan dukungan lainnya;

Memilih dari beraneka ragam media;

Menetapkan isi;

Mengidentifikasi alat-alat evaluasi;

Menyusun urut-urut pelatihan.

Selanjutnya yang tidak kalah pentingnya adalah membuat materi

pelatihan yang diperlukan dan dikembangkan.

7. Menyusun dan Mengembangkan Kerangka Acuan (TOR)

Kerangka Acuan Kerja (TOR) adalah dokumen perencanaan

kegiatan yang berisi penjelasan/keterangan mengenai apa, mengapa,

siapa, kapan, dimana, bagaimana, dan berapa perkiraan biayannya

suatu kegiatan. Dengan kataa lain, kerangka Acuan Kerja berisi

uraian tentang latar belakang, tujuan, ruang lingkup, masukan yang

di butuhkan, dan hasil yang diharapkn dari suatu kegiatan.

8. Pelaksanaan Program Pelatihan

Tahapan berikutnya untuk membentuk sebuah kegiatan pelatihan

yang efektif adalah implementasi dari sebuah program platihan.

Keberhasilan pelaksanaan program pelatihan dan pengembangan

SDM tergantung pada pemilihan program untuk memperoleh the

right people under the right conditions. TNA dapat membantu

mengidentifikasi the right people dan the right program sedangkan


beberapa pertimbangan (training development) and concidration

progrm dapat membantu dalam menciptakan the right condition.

9. Evaluasi Program Pelatihan

Untuk memastikan keberhasilan pelatihan dapat dilakukan melalui

evaluasi. Secra sistematik manajemen pelatihan meliputi tahap

perencanaan yaitu training need analysis, tahap implementasi dan

tahap evaluasi. Tahap terakhir merupakan titik kritis dalam setiap

kegiatan karena acap kali diabaikan sementara fungsinya sangat vital

untuk memastikan bahwa pelatihan yang telah dilakukan berhasil

mencapai tujuan ataukah justru sebaliknya.

10. Tindak Lanjut Pelatihan

Tindak lanjut pelatihan adalah langkah-langkah yang harus diambil

oleh fasilitator setelah laporan pelatihan diserahkan. Tindak lanjut

pelatihan merupakan kegiatan untuk mengidentifikaasi dan

mendokumentasikan kemajun pelatihan.

Anda mungkin juga menyukai