Need Assesment
Menggunakan assessment tes, pola daya belajar, sosio meter
Menurut teori:
Need assessment (analisis kebutuhan) adalah proses analisis data dalam
mengidentifikasi gap(kesenjangan) antara kinerja saat ini dengan kinerja yang diharapkan
sehingga dapat diperoleh data mengenai kebutuhan pelatihan.
Informasi kebutuhan pelatihan tersebut akan membantu organisasi dalam menyusun program
pelatihan/diklat sehingga pelatihan tidak salah sasaran dan tidak terjadi penghamburan.
Menurut Teori:
Program yang baik adalah program yang sesuai (match) kebutuhan konseli seperti:
Kebutuhan aktualisasi diri dan pemenuhan diri (self actualization needs) seperti pengembangan
potensi diri. Kebutuhan harga diri (esteem needs) seperti status atau kedudukan, kepercayaan
diri, pengakuan, reputasi, kehormatan diri dan penghargaan. Kebutuhan social (social needs)
seperti cinta, persahabatan, perasaan memiliki, kekeluargaan dan asosiasi. Kebutuhan
keamanan dan rasa aman (safety and security needs) seperti perlindungan dan stabilitas.
Kebutuhan fisiolgis (physiological needs) seperti makan, minum, perumahan, seks dan istirahat,
Semua kebutuhan di atas perlu di analisis untuk ditetapkan kebutuhan mana yang akan
diprioritaskan untuk diberikan pelayanan bimbingan konseling.
Kedua, penyusunan rencana kegiatan.
Rencana kegiatan bimbingan disusun atas dasar jenis-jenis dan prioritas kebutuhan
konseli. Selain itu, rencana kegiatan bimbingan juga harus disesuaikan dan diintegrasikan antara
satu kegiatan dengan kegiatan lainnya serta disusun secara spesifik dan realistis.
Ketiga, pelaksanaan kegiatan.
Pelaksanaan kegiatan merupakan realisasi rencana program bimbingan yang telah
disusun. Dalam kaitannya, buat format monitoring dan kembangkan dalam rangka pencatatan
proses kegiatan (proses bimbingan).
Keempat, penilaian kegiatan.
Penilaian dilakukan mencakup semua kegiatan bimbingan dan konseling yang telah
dilaksanakan. Penilaian dilakukan pada setiap tahap kegiatan dalam keseluruhan program. Hasil
penilaian merupakan gambaran tentang proses seluruh hsil yang dicapai disertai dengan
rekomendasi tentang kegiatan berikutnya (follow up). Penyusunan program bimbingan dapat
dikerjakan oleh tenaga ahli bimbingan atau konselor dan melibatkan tenaga bimbingan yang
lain. Penyusunan program bimbingan harus merujuk kepada kebutuhan konseli. Dalam
menyusun rencana program bimbingan dan konseling, harus diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1. Pola dasar yang mana yang sebaiknya dipegang dan strategi mana yang paling tepat
untuk diterapkan
2. Bidang-bidang atau jenis layanan mana yang sesuai untuk melayani kebutuhan konseli.
3. Pengaturan pelayanan konsultasi
4. Cara mengevaluasi program
5. Penetapan alih kasus atau tindak lanjut.
Dalam penyusunan program bimbingan konseling, Frank W. Miller (Sukardi,1983:60),
menyarankan tahap-tahap kegiatan sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
Persiapan kegiatan dilakukan melalui survei, agar dapat menginventarisasi
tujuan, kebutuhan dan kemampuan sekolah, serta kesiapan sekolah bersangkutan
untuk melaksanakan program bimbingan.
2. Pertemuan-pertemuan permulaan
Tujuan utama dari pertemuan-pertemuan permulaan adalah untuk
menanamkan pengertian bagi para peserta tentang tujuan tujuan dari program
bimbingan di Sekolah. Pertemuan-pertemuan ini melibatkan petugas-petugas yang
berminat dan tertarik serta memiliki kemampuan dalam bidang bimbingan
konseling.
3. Pembentukan panitia sementara
Tujuan dari pembentukan panitia sementara adalah untuk merumuskan
progaram bimbingan. Tugas-tugas dari panitia sementara ialah untuk menentukan
tujuan program bimbingan di Sekolah, mempersiapkan bagan organisasi dari
program bimbingan, serta membuat kerangka dasar dari program bimbingan.
4. Pembentukan panitia penyelenggara program
Panitia penyelenggara program mempunyai tugas utama untuk
mempersiapkan program testing, mempersiapkan dan melaksanakan sistem
pencatatan, serta mempersiapkan dan melaksanakan latihan bagi para pelaksana
program bimbingan.