Pembimbing:
Dr. DWI HERU SUKOCO, M.Si.
Oleh:
RIO AVANDI
NRP 16.04.228
BANDUNG 2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur praktikan panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat
yang berjudul “Penanganan Masalah Kurangnya Kontrol Diri Klien “HA” Dalam
Timur”. Laporan ini merupakan hasil dari kegiatan Praktikum II yang dilakukan
(BRSPDSRW) Melati Jakarta Timur selama dua setengan bulan, dimulai dari
bahwa laporan ini dapat selesai berkat bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu
2. Dr. Dwi Heru Sukoco, M.Si., selaku Dosen Supervisor Praktikum II yang
Melati
i
6. Drs. Pujiyanto selaku Kepala Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
Laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, praktikan
menerima saran dan masukan yang membangun agar nantinya ada perbaikan
Praktikan
ii
DAFTAR ISI
Halaman
iii
BAB IV DESKRIPSI KASUS.......................................................................... 82
4.1 Identitas Klien ................................................................................ 82
4.2 Identitas Keluarga .......................................................................... 83
4.3 Pernyataan Rujukan ....................................................................... 84
4.4 Riwayat Masa Lalu Klien............................................................... 85
4.5 Dinamika Keberfungsian Sosial Klien........................................... 86
4.6 Gejala Masalah ............................................................................... 90
4.7 Jenis dan Fokus Permasalahan ....................................................... 91
4.8 Konstelasi Sebab Akibat ................................................................ 92
4.9 Potensi Kekuatan Klien dan Sumber Dukungan Sosial dalam
Penanganan Masalah Lebih Lanjut ................................................ 93
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
profesional pekerja sosial yang mampu membantu orang atau institusi sosial
sikap tanggap (responsive) dan keterampilan kerja (work skill) yang memadai
sosial Poltekesos Bandung terdiri dari tiga bagian, yaitu Praktikum I tentang
mikro dan Praktikum III berbasis masyarakat tentang praktik pekerjaan sosial
generalis.
1
memahami proses dan praktik pelayanan yang diberikan oleh Lembaga
diperlukan oleh lembaga Poltekesos Bandung, Supervisor dan pihak lain yang
Penyempurnaan laporan dilakukan seusai ujian lisan praktikum sesuai saran dan
masukan dari penguji ujian lisan praktik dan mahasiswa wajib menyerahkan
liaison dari Poltekesos Bandung serta pembimbing lapangan dari institusi tempat
output mahasiswa praktikan yang menguasai ilmu dan keterampilan dalam praktik
2
1.2 Tujuan dan Manfaat Praktikum
3
menangani masalah atau meningkatkan keberfungsian sosial, kapabilitas sosial
2. Bagi Mahasiswa
Bandung
pekerjaan sosial.
penerima manfaat.
1.3 Sasaran
ini adalah Klien atau Klien pelayanan yang sedang mendapatkan pelayanan di
institusi atau lembaga, baik milik pemerintah atau swasta. Dan Institusi/lembaga
4
pelayanan sosial dari milik pemerintah atau swasta.
Rungu Wicara (BRSPDSRW) Melati Jakarta Timur. Pada semester ganjil tahun
berikut:
Tahapan kegiatan praktikum yang harus diikuti praktikan adalah sebagai berikut :
perkenalan dengan dosen pembimbing, yakni bapak Dr. Dwi Heru Sukoco,
5
Gambar 1.1 Bimbingan Pra Lapangan dengan Supervisor
Sumber: Dokumentasi Praktikum II
dilaksanakan pada hari Rabu 30 Agustus 2019, bertempat di lokasi yang sama
Bandung.
6
Gambar 1.2 Pembekalan Praktikum II
Sumber: Dokumentasi Praktikum II
di Balai.
7
Hasil yang diperoleh dari proses penjajagan BRSPDSRW Melati
Jakarta Timur bapak kepala Balai bapak Pujianto menunjuk pak Heryana menjadi
“Melati”.
Adapun dua sasaran praktik di lokasi Praktikum II yaitu lembaga dan penerima
manfaat.
1. Orientasi Lembaga
a. Tahap serah terima praktikkan dengan pihak institusi dengan di damping oleh
8
b. Tahap orientasi institusi tempat praktik dilakukan pada Selasa, 05 September
kasus di lembaga dengan tahapan sebagai berikut: Membangun kerja sama dengan
9
1) Melakukan komunikasi dengan Klien dan pihak lain yang terkait degan proses
pemecahan masalah.
manfaat.
lembaga.
yang dibutuhkan oleh Klien dan pihak lain dalam rangka proses pertolongan.
kebutuhannya.
Klien serta jaminan bagi praktikan untuk mengintervensi Klien dalam proses
pemecahan masalah.
Melati.
10
kekuatan dan kelemahan personal serta lingkungan.
sebagai berikut:
Melati.
BRSPDSRW Melati.
BRSPDSRW Melati.
BRSPDSRW Melati.
Melati.
Melati.
11
d. Melaksanakan rencana intervensi
masalah dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik dan juga metode sesuai
dengan masalah atau kasus yang ditangani serta dialami klien di BRSPDSRW
Melati.
intervensi dilakukan pada tanggal 04 November 2019. Kegiatan ini meliputi Case
lapangan, kepala balai, structural, pekerja sosial balai dan ibu bapak instruktur.
12
Gambar 1.8 Terminasi dengan BRSPDSRW Melati
Sumber: Dokumentasi Praktikum II
dan pelaporan secara individu maupun kelompok, dan menyusun laporan hasil
13
Dalam hal ini menggambarkan identitas Klien dan keluarga,
rujukan
14
BAB II
TINJAUAN KONSEPTUAL
cara yang dianggap normal bagi manusia. Adapun handicap, merupakan keadaan
mencegahnya dari pemenuhan peranan yang normal (dalam konteks usia, jenis
jangka waktu lama di mana ketika berhadapan denganberbagai hambatan, hal ini
disabilitas adalah:
15
Penyandang disabilitas adalah mereka yang memiliki keterbatasan fisik,
mental, intelektual, atau sensorik dalam jangka waktu lama dimana ketika
berhadapan dengan berbagai hambatan hal ini dapat mengalami partisipasi
penuh dan efektif mereka dalam masyarakat berdasarkan kesetaraan dengan
yang lainnya
dengan penyandang disabilitas adalah setiap orang yang memiliki kekurangan baik
dari segi fisik, mental, intelektual maupun sensorik sehingga menyebabkan mereka
lain amputasi, lumpuh layuh atau kaku, paraplegi, celebral palsy (CP), akibat
stroke, akibat kusta, dan orang kecil. Yang dimaksud dengan “Penyandang
16
lumpuh layuh atau kaku, paraplegi, celebral palsy (CP), akibat stroke, akibat
dari panca indera, antara lain disabilitas netra, disabilitas rungu, dan/atau
disabilitas wicara.
1. Hidup
2. Bebas dari stigma
3. Privasi
4. Keadilan dan perlindungan hukum
5. Pendidikan
6. Pekerjaan, kewirausahaan, dan koperasi
17
7. Kesehatan
8. Politik
9. Keagamaan; keolahragaan
10. Kebudayaan dan pariwisata
11. Kesejahteraan sosial
12. Aksesibilitas
13. Pelayanan publik
14. Pelindungan dari bencana
15. Habilitasi dan rehabilitasi
16. Konsesi
17. Pendataan
18. Hidup secara mandiri dan dilibatkan dalam masyarakat
19. Berekspresi, berkomunikasi, dan memperoleh informasi
20. Berpindah tempat dan kewarganegaraan, dan
21. Bebas dari tindakan diskriminasi, penelantaran, penyiksaan, dan eksploitasi
1. Faktor Bawaan
bawaan ini, yang meliputi faktor gen dan rhesus kedua orangtua anak,
kromosom yang tidak sempurna, dan pembelahan sel telur dan sperma
berkualitas buruk.
2. Faktor kecelakaan
18
h. Saat kecil mengalami kecelakaan seperti terbentur pintu, jatuh dari tempat
tidur dan lain-lain yang menyebabkan anak mengalami kedisabilitasan.
i. Perkembangan anak menjadi terlambat.
j. Kebudayaan keluarga yang sering bertengkar dan berlaku kasar.
3. Faktor penyakit
Hal ini meliputi meningitis, radang otak, difteri, partusis pada tunadaksa,
2. Kebutuhan akan rasa aman meliputi merasa pasti, aman dan bebas dari
bahaya.
cinta dan anggota keluarga, berhubungan dengan orang lain dan diterima dan
jadi anggota.
19
5. Kebutuhan aktualisasi diri, merupakan kebutuhan yang timbul apabila
dalam diri.
sehingga anak tidak mengenal cara mempergunakan organ bicara dan tidak
The deaf are defined as those individuals whose hearing loss is so severe at
birth or during the prelingual period that if precludes the normal
acquisition of language comprehension and expression. The partially
hearing are persons whose hearing loss. Although significant in degree,
was acquired either after the critical period of language acquisition, thus
enabling the person to develop some communicative skills or does not
totally impair oral language development.
Arti dari pernyataan tersebut adalah tuli (tuna rungu) didefinisikan sebagai
individu yang kehilangan pendengaran sangat berat saat lahir atau selama periode
20
kritis dari penerimaan pendengaran, jadi memungkinkan orang mengembangkan
mendengar yang disebabkan oleh kekurangan atau tidak berfungsinya sebagian atau
baik secara ucapan (artikulasi Bahasa) maupun suaranya dari Bahasa normal
penyandang disabilitas rungu menurut meimulyani dkk. dalam (Ratih Putri Pratiwi
a. Ringan
21
Kehilangan 15-30 desibel : Mild Hearing Losses atau disabilitas rungu
b. Sedang
rungu sedang yakni daya tangkap terhadap suara cakapan manusia hanya
sebagian.
c. Berat
berat yakni daya tangkap terhadap suara cakapan manusia tidak ada.
d. Amat berat/total
rungu sangat berat yakni daya tangkap terhadap suara cakapan manusia
(kerusakan telinga bagian luar atau telinga bagian tengah). Misalnya jika
22
meneruskannya ke pusat saraf di otak. Kedisabilitas rungu wicaraan
tahun. Oleh karena itu tuli prelingual biasanya itu baik lahir tuli atau
b. Tuli post-lingual adalah tuli yang berkembang setelah akuisisi bicara dan
telinga.
23
b. Unilateral yaitu seseorang yang kehilangan fungsi pendengaran satu
telinga.
wicara dapat dilihat dari segi intelegensi, bahasa dan bicara, emosi dan sosial.
semua aspek intelegensi murid disabilitas rungu terhambat, hanya yang bersifat
dan yang berupa motorik tidak banyak mengalami hambatan, bahkan dapat
kemampuan bahasanya tidak akan berkembang bila tidak dididik atau dilatih
secara khusus. Sebagian dari mereka masih banyak yang tidak dapat berbicara
seperti murid normal, baik dari segi suara, irama maupun tekanan suara. Hal
ini terjadi karena murid disabilitas rungu tidak dapat mendapat umpan balik
24
yaitu mengontrol suara dan ucapannya sendiri melalui pendengarannya.
salah dan ini sering menjadi tekanan bagi emosinya. Tekanan pada emosinya
egosentris.
mengemukakan bahwa :
1. Masa Prenatal
25
a. Faktor keturunan (hereditas), anak mengalami kurang pendengaran/tuli
sejak dia dilahirkan, karena ada di antara anggota keluarga, terutama ayah
b. Cacar air, campak (rubella, German Measles), pada waktu ibu sedang
d. Penggunaan pil kina dalam jumlah besar, ada beberapa ibu yang sedang
mengandung makan pil kina dalam jumlah besar. Ini dapat mengakibatkan
ketulian pada anak yang dilahirkan, yaitu kerusakan cochlea (rumah siput).
kelainan bicara.
26
g. Anak mengalami kelainan organ pendengaran sejak lahir, Nicrotis, liang
membrana mengkerut.
2. Masa Neo-Natal
Pasangan suami istri yang tidak sejenis rhesusnya yang terdapat di sel-sel
dengan anak yang rh-nya tidak sejenis dengan rh ibunya, yaitu menderita
3. Post-Natal
a. Infeksi
infection, anak dapat menderita tuli perceptif. Virus akan menyerang cairan
cochlea.
27
Ketulian macam ini sukar dilihat, memerlukan observasi yang memakan
normal).
dialami oleh seseorang dapat berdampak pada rungu wicara itu sendiri,
keluarga, masyarakat.
a. Intelegensi
Manusia pada dasarnya memiliki 3 sifat penting atau sifat tritunggal yaitu :
Ketiga fungsi itu mempunyai hubungan yang sangat erat satu sama lain.
umumnya.
28
b. Fisik
Seorang disabilitas rungu wicara secara fisik tidak terlihat, kecuali pada
mereka.
c. Psikis (kejiwaan)
d. Sosial
wicara merupakan salah satu faktor penyebab yang dapat memperberat kondisi
anak. Selain itu, keluarga yang mempunyai anak dengan disabilitas rungu
wicara akan mengalami beban ekonomi, orang tua cenderung merasa malu dan
wicara mengalami hambatan untuk tumbuh kembang secara wajar dan optimal.
29
3. Dampak ada masyarakat
membawa beban dan masalah bagi masyarakat. Dalam hal ini, anggota
kedisabilitasan rungu wicara belum dapat mandiri. Selain itu masih adanya
kehidupan masyarakat.
Rehabilitasi sosial terdiri dari dua yaitu rehabilitasi sosial dasar dan lanjut.
30
kelompok penyandang disabilitas, dan/atau komunitas penyandang disabilitas yang
dilaksanakan di dalam dan di luar panti. Sedangkan rehabilitasi sosial lanjut adalah
dari:
sosial sesuai dengan status dan tugas – tugasnya serta dalam hal menghadapi
31
utama pekerjaan sosial adalah meningkatkan keberfungsian sosial untuk melakukan
merupakan pembeda antara pekerjaan sosial dan profesi lainnya. Menurut Soeharto,
Dari pernyataan di atas bahwa keberfungsian sosial ini bertujuan dalam hal
status dan tujuan pada hidupnya sehingga tercapai suatu tujuan tertentu dengan
yang diperlukan dalam meningkatkan kualitas hidup manusia karena setiap orang
mempunyai prinsip dan dasar pada kehidupannya akan tetapi banyak orang yang
mengalami masalah sosial akan tetapi ia tidak mampu dalam memecahkan masalah
tersebut maka dalam hal ini dibutuhkan pekerja sosial untuk melakukan
Fakhrudin (2014), yaitu: “Keberfungsian sosial menunjuk pada cara – cara individu
32
Pada pernyataan di atas dijelaskan bahwa keberfungsian seseorang sangat
beberapa peranan yang diharapkan oleh anggota atau yang dapat ditampilkan oleh
setiap orang. Setiap individu mempunyai cara tersendiri untuk melaksanakan tugas-
akan tetapi akan ada masalah – masalah yang akan menghambat dalam proses yang
akan dicapainya itu maka dalam hal ini peran individu tersebut dengan bantuan
masyarakat yang rentan. Pada dasarnya masyarakat yang rentan ini adalah korban
Allen Pincus dan Ane Minahan (1973) menyatakan bahwa pekerjaan sosial
33
mengurangi ketegangan, mewujudkan aspirasi dan nilai-nilai mereka. Berdasarkan
pengertian tersebut memiliki dua pokok yaitu pekerja sosial menangani masalah
mereka. Lebih jauh dia mengatakan bahwa pekerjaan sosial merupakan suatu
34
kondisi dan kenyataan-kenyataan yang dihadapi dengan cara meningkatkan
sosial.
kepada orang.
mereka.
Dari peran-peran yang dapat dilakukan oleh pekerja sosial menurut Sheafor
san Charels Horejsi ( 2003) yang diantaranya relevan digunakan dalam penagnan
1. Broker
35
diantaranya wali asuh, instruktur menjahit, sesama penerima manfaat serta
pembimbing agama.
2. Enabler
3. Motivator
menghadapi masalah.
4. Facilitator
5. Educator
Hal ini dilakukan untuk memberikan pemahaman tentang hal-hal yang positif
6. Konselor
36
Pekerja sosial membantu penyandang disabilitas rungu wicara menyadari
37
penempatan-penempatan tenaga kerja dan program-program tenaga kerja, dan
Max Siporin (1975) mengatakan bahwa jenis sumber dapat dipandang dari
yang secara formal mewakili mayarakat, seperti guru, pekerja sosial, badan
offisial dapat berupa dukungan emosional maupun sosial dari kerabat, teman
38
permasalahan klien. Sedangkan sumber non-manusia adalah sumber-sumber
mempunyai arti simbolik yang khusus dan dapat dipergunakan sebagai sumber
lima tahap:
klien. Dalam proses ini terjadi pertukaran informasi mengenai apa yang
dibutuhkan klien, pelayanan apa yang dapat diberikan oleh pekerja sosial dan
antara pekerja sosial dengan klien. Kontrak adalah kesepakatan antara pekerja
harapan pekerja sosial dan klien, metode pertolongan yang akan digunakan
39
2. Assesment
3. Planning
dirumuskan oleh pekerja sosial yang meliputi kegiatan-kegiatan apa yang akan
4. Intervention
Pada tahap ini pekerja sosial harus mengevaluasi kembali semua kegiatan
pertolongan yang telah dilakukannya mengenai tujuan hasil dan tujuan proses
40
rasional klien meminta pengakhiran pertolongan atau karena faktor-faktor
eksternal.
Disabilitas
2. Sistem klien merupakan sistem yang memperoleh bantuan dan orang yang
pengaruh agar tujuan dapat tercapai. Sistem sasaran dan sistem klien kerapkali
saling bertindih.
4. Sistem kegiatan adalah sistem yang digunakna untuk menunjukkan orang yang
2.5.7 Tinjauan tentang Metode, Model, dan Teknik dalam Pekerjaan Sosial
Secara umum metode pekerjaan sosial terdiri dari tiga metode yaitu
pekerjaan sosial dengan individu dan keluarga (Social Casework), pekerjaan sosial
dengan kelompok (Social Groupwork), dan pekerjaan sosial dengan komunitas atau
41
pada laporan ini hanya akan merujuk pada masalah yang berkaitan yakni dengan
(Social Casework)
Adapun uraian pengertian, model, dan teknik pada praktik pekerjaan sosial
Menurut Marry Richmond (1922) bahwa Social Case Work terdiri dari
dipengaruhi secara sadar, individu per individu, antara manusia, dan lingkungan
sosial mereka. Adapun social case work ditujukan untuk membantu individu dan
1. Psychososial Model
praktek sosial casework. Konsep model psikososial didasarkan pada kerja awal
42
organismik. Penyebab dan dampak relasi diidentifikasi diantara individu dan
lingkungannya. Psikologi ego dan ilmu perilaku merupakan dasar penting bagi
praktek. Model ini didasarkan pada teori Freud dan diadaptasi untuk digunakan
dalam praktek.
2. Functional Model
penggunaan fungsi lembaga. Hal yang menjadi perhatian model ini adalah
klasifikasi.
klien, aspek-aspek subyektif dari klien dalam situasi bermasalah, pemusatan pada
tindakan. Tujuan dari proses ini adalah membebaskan klien untuk menyimpan tugas
yang berhubungan dengan solusi masalah, melibatkan ego klien dalam bekerja
untuk menghadapi masalah dan memobilisasi kekuatan dalam dan luar pelayanan
Model ini dikembangkan pada tahun 1960an yang didasarkan pada teori
Pavlov dan Skinner. Penerapan praktek model ini didasarkan penelitian tentang
pengubahan perilaku yang dapat diamati. Para Behaviorist sepakat bahwa perilaku
43
manusia dapat berupa perilaku respondent dan perilaku operant. Perilaku dapat
dipelajari melalui proses kondisioning dan muncul dalam cara yang sama sebagai
perilaku yang “normal”. Perilaku tersebut dapat diubah melalui penerapan apa yang
5. Task-Centered Casework
psikososial khusus yang dialami individu atau keluarga dan memiliki waktu yang
singkat untuk praktek. Secara bersama-sama, pekerja sosial dan klien mencapai
kesepakatan tentang masalah utama yang akan ditangani dan juga kemungkinan
secara kolaboratif oleh pekerja sosial dan klien, dan tugas-tugas diarahkan untuk
tindakan klien. Melalui pemusatan pekerja sosial pada upaya membantu klien
6. Crisis Intervention
Krisis dikategorikan dalam tiga bentuk, yaitu: sebagai dampak dari bencana
rumah;
orang tua, berpindah pekerjaan, promosi, menopause, menjadi kakek atau nenek,
pensiun dsb. Didalam pekerjaan sosial, terdapat beberapa keadaan yang dapat
44
digunakan untuk membantu individu dan keluarga yang mengalami krisis,
misalnya rumah sakit, panti untuk lansia; tempat yang menyediakan situasi
penyedia rumah baru; bekerja dengan orang tua yang melahirkan anak cacat atau
premature; bekerja dengan remaja; dalam bidang adopsi dsb. Tujuan intervensi
krisis ini adalah untuk melepaskan kecemasan yang dihadapi klien, untuk
7. Family Therapy
kepada dan mengatur disfungsi individu dan keluarga. Perlakuan salah terhadap
anak merupakan salah satu tanda disfungsi pada keluarga. Perlakuan salah
baru atau mengatasi tuntutan dari luar (kehilangan pekerjaan, kondisi perumahan
yang padat, dsb). Terapi keluarga yang didasarkan atas pendekatan sistem
45
c. Teknik Dalam Social Case Work
dapat digunakan oleh pekerja sosial dalam menangani klien individu dan
a. Small Talk
Teknik ini digunakan oleh pekerja sosial pada saat kontak permulaan dengan
klien. Tujuan utama small talk adalah terciptanya suatu suasana yang dapat
b. Ventilation
klien.
c. Support
d. Reassurance
Teknik ini digunakan untuk memberikan jaminan kepada klien bahwa situasi
46
e. Confrontation
Teknik ini digunakan pada saat klien menghadapi situasi sulit yang
kegiatan terapi dengan tujuan agar klien dapat menerima perilaku dan dapat
f. Conflict
Konflik merupakan tipe stress yang terjadi manakala klien termotivasi oleh dua
atau lebih kebutuhan dimana yang satu terpuaskan sementara kebutuhan yang
g. Manipulation
masalah klien.
h. Universalization
47
Teknik ini digunakan melalui penerapan pengalaman-pengalaman dan
berlebihan agar menyadari bahwa situasi yang sama juga dihadapi orang lain;
pada pengalaman pribadi atau hasil pengamatan pekerja sosial dan upaya
mengatasi kesulitan yang dihadapi klien melalui suatu sarana tertentu. Klien
dan masalah.
k. Logical Discussion
untuk memahami dan menilai fakta dari suatu masalah, untuk melihat
48
kemungkinan alternatif pemecahannya dan untuk mengantisipasi serta melihat
diberikan untuk perilaku yang buruk. Teknik ini digunakan dengan tujuan
(enforcement).
penampilan peranan baik melalui diskusi atau permainan peranan atau kedua-
o. Andragogy
Teknik ini dilukiskan sebagai seni dan ilmu pengetahuan untuk membantu
49
keberfungsian sosial klien melalui pengungkapan kebutuhan, merumuskan
p. Counciousness Raising
diri klien yang berkaitan dengan lingkungan dan masyarakatnya. Pekerja sosial
dapat menggunakan teknik ini dalam bekerja dengan kelompok klien yang
mengalami depresi.
Profesi pekerjaan sosial merupakan profesi yang tidak luput dari permasalahan
yang dimiliki oleh individu, dimana individu tersebut telah memutuskan untuk
orang tua anak, sekolah, perawatan diri, gangguan yang sangat, maupun
perilaku seksual.
50
Upaya pengubahan perilaku klien dilakukan pekerja sosial menggunakan
Beck tahun 1976, yang konsep dasarnya meyakini bahwa pola pemikiran
(SKR), yang saling berkaitan dan membentuk semacam jaringan dalam otak
51
Terapi perilaku kognitif (CBT- Cognitive Behavior Therapy)
menggunakan teori dan riset tentang proses-proses kognitif. Pada faktanya terapi
Adapun uraian pengertian metode model, dan teknik pada praktik pekerjaan
52
diantaranya: model tujuan sosial, model perbaikan, dan model timbal balik, berikut
penjelasannya :
merupakan awal terjadinya model tujuan sosial . Fokus utama model ini adalah pada
sosialnya dan membawa perubahan sosial untuk populasi yang tertindas. model
tujuan sosial ini dirujuk dalam literature terbaru sebagai pekerjaan kelompok aksi
sosial. Prinsip fundamental yang dipegang dalam model ini ialah demokrasi.
Fungsi dari model perbaikan ini yaitu pengobatan terhadap individu, model
ini cenderung berorientasi secara klinis. Model perbaikan berfokus pada individu
dan social. Salah seorang pekerja mencoba untuk menggunakan model ini ketika
Dalam model ini, pekerja sosial dipandang sebagai agen perubahan dan
Pekerja sosial yang menggunakan model ini menjalankan kewenangan yang cukup
dengan memberikan instruksi perilaku model yang perlu dijalankan oleh anggota
53
kelompok dan menciptakan suasana yang memotivasi pertumbuhan individu.
Model ini telah diturunkan dari teori system, teori lapangan, psikologis
social dengann teori perilaku, dan prinsip praktik yang menjadi bagian dari
metodologi generic untuk pekerjaan sosial. Terdapat dua hal yang menjadi
perhatian atau fokus dalam model ini yaitu melayani individu dan masyarakat,
dengan kata lain model timbal balik berfokus pada keprihatinan utama dari model
pekerja sosial dan anggota. Pekerja social dalam model ini dipandang sebagai
bagian dari sitem kerja klien yaitu bertugas untuk menjadi mediator dan enabler.
dalam Social Group Work antara lain Social Conversation Group, Recreation
Group, Recreation Skill Group, Education Group, Problem Solving and Decision
Making Group, Self Helf Group, Socialization Group, Therapeutic Group dan
Sencitivity Group.
54
Kontrol diri merupakan suatu kecakapan individu dalam kepekaan
membaca situasi diri dan lingkungannya serta kemampuan untuk mengontrol dan
perilaku agar sesuai untuk orang lain, selalu nyaman dengan orang lain, menutup
kata lain serangkaian proses yang membentuk dirinya sendiri. Golfried dan
individu ke arah konsukuensi positif. Selain itu kontrol diri juga menggambarkan
yang telah disusun untuk meningkatkan hasil dan tujuan tertentu seperti yang
Menurut Mahoney & Thoresen, kontrol diri merupakan jalinan yang secara
dengan kontrol diri tinggi sangat memerhatikan cara-cara yang tepat untuk
perilakunya sesuai dengan permintaan situasi sosial yang kemudian dapat petunjuk
55
Ketika berinteraksi dengan orang lain, seseorang akan berusaha
menampilkan perilaku yang dianggap paling tepat bagi drinya, yaitu perilaku yang
respons yang dilakukannya. Kontrol diri diperlukan guna membantu individu dalam
mengatasi berbagai hal merugikan yang mungkin terjadi yang berasal dari luar (Nur
meliputi 3 aspek. Averill menyebut kontrol diri dengan sebutan kontrol personal,
yaitu kontrol perilaku (behavioral control), kontrol kognitif (cognitive control), dan
mengontrol kepuasan (decisional control) control (Nur Gufron & Rini Risnawati,
2011)
dapat secara langsung mempengaruhi atau memodifikasi suatu keadaan yang tidak
keadaan, dirinya sendiri atau sesuatu yang ada di luar dirinya. Kemampuan
56
2.6.2.2 Kontrol kognitif
kejadian dalam suatu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis atau untuk
mengurangi tekanan. Aspek ini terdiri dari dua komponen, yaitu memperoleh
informasi dan melakukan penilaian. Dengan informasi yang dimiliki oleh individu
berusaha menilai dan menafsirkan suatu keadaan atau peristiwa dengan cara
berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya. Kontrol diri dalam
membuat pilihan yang akan bekerja dengan baik dengan keberadaan seseorang
Block dan Block menjelaskan ada tiga jenis kualitas kontrol diri, yaitu: over
control, under control, dan appropriate control (Nur Gufron & Rini Risnawati,
2011).
57
kelebihan yang menyebabkan individu menahan banyak
Menurut Nur Ghufron dan Rini (2011) secara garis besarnya faktor-faktor yang
a. Faktor internal.
Faktor internal yang ikut andil terhadap kontrol diri adalah usia. Semakin
b. Faktor eksternal
seseorang. Bila orangtua menerapkan disiplin kepada anaknya sikap disiplin secara
intens sejak dini, dan orangtua tetap konsisten terhadap semua konsekuensi yang
58
dilakukan anak ketika dia menyimpang dari set, maka sikap konsisten ini akan
diinternalisasi oleh anak dan kemudian akan menjadi kontrol diri baginya.
59
BAB III
DESKRIPSI LEMBAGA
Jakarta Timur, Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, dengan luas lahan yaitu
sebesar 9.740 m2 ,
nama Panti Sosial Bina Rungu Wicara (PSBRW) “Melati”. Kemudian sesuai
Nomor. 18 Tahun 2018 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
balai rehabilitasi sosial sejak disahkan secara resmi pada bulan Januari tahun 2019
bagi penyandang disabilitas sensorik rungu wicara secara periodik dengan masa
58
orang penerima manfaat. Rehabilitasi sosial tingkat lanjut yang dilaksanakan di
dengan model layanan terapi utama adalah terapi fisik, terapi mental dan spiritual,
berikut:
Kesejahteraan Sosial
7. Peraturan Menteri Sosial No. 18 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata
Sosial
59
8. Peraturan Menteri Sosial Tahun 2017 tentang Standar Habitasi dan
Rehabilitasi
10. Peraturan Menteri Sosial No. 06 Tahun 2014 tentang Petunjuk Pelaksana
Kementerian Sosial
11. Peraturan Menteri Sosial RI No. 25 Tahun 2012 tentang Standar Rehabilitasi
12. Peraturan Menteri Sosial RI No. 20 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata
Angka Kreditnya
14. Keputusan Bersama Menteri Sosial dan Kepala Badan Kepegawaian Negara
3.3.1 Visi
Wicara (PDSRW)”.
3.3.2 Misi
60
Misi dari BRSPDSRW Melati antara lain sebagai berikut ;
3.3.3 Motto
Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis
61
1. Unit Pelaksanaan Teknis Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas di
3. Pusat Respon Kasus dan Intervensi krisis bagi penyandang disabilitas sensorik
rungu wicara yang menyediakan Time-Bound Shelter berupa rumah aman serta
62
dalam setting penyandang disabilitas sensorik rungu wicara. Seperti dinas
1. Kepala Balai
sosial, evaluasi pelaporan dan bimbingan lanjut dan kemitraan dalam layanan
63
intervensi, orientasi, temu bahas kasus, perencanaan pelayanan, terapi fisik, terapi
Kepala Balai
Drs.Pujiyanto
Kepala Seksi Asesmen dan Advokasi Kepala Seksi Layanan Rehabilitasi Sosial
Sosial
Romal Uli Jaya Sinaga, S.IP,M.PubAdmin
Drs.Yusuf Pardiono
(Pol)
64
3.9 Personalia Pegawai
jabatan yang diduduki, status kepegawaian, dan tingkat pendidikan formal, oleh
Melati pada setiap kategorinya dapat di lihat dalam uraian di bawah ini ;
baik dari jabatan struktural, serta fungsional dan fungsional umum seperti dalam
65
Klasifikasi pegawai BRSPDSRW “Melati” yang selanjutnya didasarkan
pada status kepegawaian dari seluruh pegawai yang berstatus sebagai PNS, honorer,
didasarkan pada status kepegawaian dari seluruh pegawai yang berstatus sebagai
PNS, honorer, dan tenaga kontrak. Pengklasifikasian ini disajikan pada tabel 3.2
sebagai berikut:
1. PNS 41
2. Honorer 5
3. Tenaga Kontrak 20
Total 66
didasarkan pada status kepegawaian, dapat dilihat bahwa pegawai yang sudah
berstatus sebagai PNS adalah yang paling banyak dibandingkan dengan pegawai
yang masih berstatus Honorer dan tenaga kontrak yakni berjumlah 41 pegawai dari
Pegawai dengan status kepegawaian PNS, terdiri atas pejabat dan staff
66
BRSPDSRW Melati. Tenaga kontrak tentunya terdiri dari instruktur keterampilan
yang berjumlah 11 keterampilan dan juga terdiri dari juru masak, tukang kebun, dan
3.10 Sasaran
rungu wicara yang tidak mengalami disabilitas ganda (disabilitas netra, disabilitas
keluarga ekonomi kurang mampu. Sasaran dari BRSPDSRW “Melati” juga yang
harus memenuhi syarat-syarat tertentu yaitu ; berumur 18–35 tahun dan belum
Bahasa Isyarat’ Selama menempuh masa rehabilitasi sosial tingkat lanjut di dalam
BRSPDSRW “Melati” Jakarta dapat dibagi kedalam empat jenis yang pada setiap
Rehablitasi sosial tingkat lanjut atau program regular adalah layanan utama
yang di selenggarakan BRSPDSRW “Melati” untuk memenuhi hak hidup layak dan
waktu satu semester atau 6 bulan. Tahapan layanannya adalah sebagai berikut:
67
Upaya menjalin kerja sama dalam bentuk penyampaian informasi mengenai
lembaga guna memperoleh dukungan data dan sumber yang dapat mendukung
pelayanan.
3) Seleksi
dan aspek sosial lainya, serta pemilihan dan penetapan calon penerima manfaat
menjadipenerima manfaat
4) Penerimaaan
potensi dan sumber yang dapat dimanfaatkan dalam pelayanan Rehabilitasi Sosial
1) Persiapan
68
Merupakan upaya untuk mendapatkan data dan informasi Penerima penerima
manfaat.
3) Analisis
layanan.
1) Terapi Fisik-Kesehatan
2) Terapi Psikososial
4) Terapi Penghidupan
69
Serta melalui family care dan family support.
1) Penyaluran Kerja
tingkat lanjut .
2. Respon Kasus
dalam balai yakni selamaa 14 hari kerja. Berikut tahapan pelayanan respon
kasus adalah ;
70
b. Identifikasi
dan sistem termasuk pihak-pihak yang terlibat dalam upaya penanganan kasus.
c. Asesmen
d. Rencana Intervensi
pelaksanaannya.
e. Intervensi
f. Rujukan
Penyandang masalah dapat di rujuk ke lembaga lain apabila masalah yang dialami
lebih cocok dengan lembaga lain atau masa tenggat pelayanan respon kasus
sudah habis
sosial penyandang disabilitas dalam hal ini penyandang disabilitas sensorik rungu
wicara bagi BRSPD SRW “Melati” Jakarta, yang berbasis jaringan potensi daerah
Daerah, Sumber daya manusia Kesejahteraan Sosial, dan lainya. Program ini di
rancang sebagai layanan yang mengedepankan sinergitas antar lembaga untuk dapat
71
berkontribusi terhadap penagnan masalah penyandang disabilitas sensorik wungu
wicara di daerah.
Dalam Proses Pelaksanaan RPN, secara umum ada beberapa tahapan yang
dilakukan, yaitu:
berbagai data dan informasi dalam rangka penyelesaian masalah bagi PDSRW
72
g. Menganalisis data dan membuat rancangan pengembangan model layanan
itu yang perlu diperhatikan adalah batas waktu tertentu, sampai kapan
Pihak-pihak yang ingin bermitra perlu untuk merumuskan peran dan tanggung
jawab masing-masing pihak pada kegiatan yang akan dilakukan bersama yang
Kegiatan ini juga diikuti oleh penerima manfaat yang mampu dan tertarik pada
bidang Ek-Pro. Pemasaran hasil melalui pameran, media online dan rekanan
oleh para penerima manfaat dari BRSPDSRW Melati ini antara lain:
73
a. Kerajinan gerabah yaitu souvenir, pot bunga atau vas, mug, asbak,
ukir, jeruji sangkar, aneka ukiran/ kaligrafi, cinderamata dari kayu dan lain-lain
d. Kerajinan Desain Grafis berupa Sablon, bantal foto, gantungan kunci, souvenir
3.12 Kewenangan
sosial tingkat lanjut bagi penyandang disabilitas sensorik rungu wicara sesuai
dengan wilayah kerja regionalnya yakni seluruh Kota dan Provinsi di pulau
Sumatra,Jawa,dan Kalimantan.
3.13 Pembiayaan
1. Olahraga ( Bola Basket, Voli, Futsal, Badminton, Tenis Meja, Karate, Senam
Rutin)
3. Latihan Kedisiplinan
4. Terapi kepemimpinan
74
3.14.1.2 Terapi Psikososial
1. Dinamika Kelompok
1. Terapi Vokasional :
e. Keterampilan Komputer
h. Keterampilan Gerabah
4. Melukis
5. Musik Angklung
75
6. Membatik
memiliki luas area tanah 9.740 m2 dengan beberapa jenis bangunan yaitu: Gedung
kantor, gedung serbaguna (aula), asrama, ruang bina wicara, mushola, poliklinik,
rumah dinas, kantin, ruang rapat dan sebagainya. Peralatan yang ada disesuaikan
melalui berbagai kegiatan layanan mualai dari terapi, bantuan bertujuan yang
bangunan fisik yang ada di BRSPDSRW Melati lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 3.3 Luas dan Jumlah Sarana Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang
Disabilitas Sensorik Rungu Wicara (BRSPDSRW) Melati
Jumlah
No. Sarana Balai Luas (m2)
(Unit)
1 2 3 4
1. Gedung Kantor Permanen 1 400
2. Asrama Elang 1 226
3. Asrama Cendrawasih 1 336
4. Asrama Kartini 1 364
5. Asrama Cut Nyak Dien 1 336
6. Gedung aula serbaguna 1 250
76
1 2 3 4
7. Ruang kelas 4 360
8. Ruang bina suara/kedap suara 1 90
9. Ruang bimbingan fisik 1 100
10. Ruang makan / dapur 1 270
11. Ruang keterampilan 11 90
12. Mushola 1 100
13. Ruang bina wicara 1 12
14. Ruang instalasi produksi/ galeri 1 150
15. Ruang poliklinik 1 24
16. Ruang perpustakaan 1 100
17. Ruang rapat 1 200
18. Rumah dinas pegawai 7 105
19. Guest house 1 195
20. Gudang 2 300
21. Garasi 1 30
22. Bangunan air sumur artesis 1 8
23. Pos satpam 1 10
24. Ruang data dan informasi 1 16
25. Taman 1 12
Sumber : Profil BRSPDSRW Melati tahun 2019
kewenangan untuk mengantar dengan sarana transportasi ini. Untuk lebih jelasnya,
sarana transportasi dapat dilihat pada tabel 3.4 dengan judul jumlah sarana
77
Tabel 3.4 Jumlah Sarana Transportasi Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang
Disabilitas Sensorik Rungu Wicara (BRSPDSRW) Melati
Jumlah
No Nama Transportasi
(unit)
1 Kendaraan Bis Operasional 1
2 Kendaraan Sepeda Motor Operasional 5
3 Kendaraan Ambulance 1
4 Kendaraan TRC 1
Total 11
Sumber : Profil BRSPDSRW Melati tahun 2019
Pada Tabel 3.4 yaitu sarana transportasi balai dapat dilihat bahwa di
Unit Pelayanan Sosial Keliling (UPSK), bus, sepeda motor operasional, ambulance
dan kendaraan Tim reaksi Cepat (TRC). Dari keseluruhan alat transportasi tersebut
yang paling banyak jumlahnya adalah sepeda motor yaitu 5 unit, kemudian jumlah
mobil dinas sebanyak 2 unit dan kendaraan yang lainnya masing-masing satu buah.
Asrama/ tempat tinggal, pakaian seragam, hygen kit, kebutuhan dasar penerima
Tabel 3.5 Sarana Kegiatan Terapi Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
78
Sensorik Rungu Wicara (BRSPDSRW) Melati
No Sarana Terapi Fasilitas
1 2 3
a. Lapangan dan Alat olahraga
Terapi Fisik dan b. Poliklinik
1
Kesehatan c. Alat Terapi/Bina Wicara
d. Alat Peraga
a. Peralatan Keterampilan Menjahit
b. Peralatan Keterampilan Kerajinan Tangan
c. Peralatan Keterampilan Tataboga
d. Peralatan Keterampilan Pertukangan Kayu
e. Peralatan Keterampilan Salon/Tata rias
Terapi
2 f. Peralatan Keterampilan Las Listrik
Penghidupan
g. Peralatan Keterampilan Komputer
h. Peralatan Keterampilan Percetakan
i. Peralatan Keterampilan Ekonomi Produktif Sangkar
Burung
j. Peralatan Keterampilan Ekonomi Produktif Gerabah
a. Melukis
3 Ekstrakurikuler b .Musik
c. Bela diri
Sumber : Profil BRSPDSRW Melati tahun 2019
Rungu Wicara Melati telah mengadakan kerjasama dengan Dinas/ Instansi Sosial,
antara lain: Sekolah Luar Biasa (SLB), Dinas/ Instansi Sosial Provinsi/ Kabupaten/
Perguruan Tinggi Luar Negeri (Australia) dan Perguruan Tinggi Dalam Negeri
Perusahaan yang peduli dengan penyandang disabilitas rungu wicara seperti; PT.
Loreal, PT. Weda Sejahtera, PT. Omron, PT. Retail Transport Indonesia, PT. Jeves,
79
PT. Carefour, PT. Trimitra Baterai Perkasa, PT. Technopia, PT. Detta Marina,
Presisi Cimanggis Makmur dan sebagainya. Home Industri yang bergerak di Sablon
dan penjahitan di Kelapa Dua Wetan dan PT Inti Prima Rasa. Serta dengan pihak
segala hal dan memperoleh hasil yang memuaskan serta tidak kalah dengan anak-
anak lain. Berikut ini adalah prestasi-prestasi yang berhasil dicetak oleh penerima
manfaat baik dalam kompetisi tingkat kota, provinsi, maupun tingkat panti:
1. Juara II Bibliobattle
80
12. Juara II Tunggal Putra Bulu Tangkis Paralimpic Jakarta Timur
13. Juara III Tunggal Putra Bulu Tangkis Paralimpic Jakarta Timur
17. Juara III Lari 200 m Putra Paralimpic Provinsi DKI Jakarta
18. Juara III Lari Putri 200 m Paralimpic Provinsi DKI Jakarta
19. Juara II Tunggal Putra Bulu Tangkis Paralimpic Provinsi DKI Jakarta
20. Juara III Tunggal Putra Bulu Tangkis Paralimpic Provinsi DKI Jakarta
21. Juara II Ganda Campuran Bulu Tangkis Paralimpic Provinsi DKI Jakarta
22. Juara III Ganda Campuran Bulu Tangkis Paralimpic Provinsi DKI Jakarta
23. Juara 3 Renang Gaya Bebas Putra 200 m Paralimpic Provinsi DKI Jakarta
81
BAB IV
DESKRIPSI KASUS
Bab ini berisi tentang deskripsi kasus sebagai hasil proses asessmen
keseharian di asrama, dan kegiatan penunjang lainnya yang terjadwalkan. Selain itu
praktikkan juga melakukan wawancara terhadap klien, orang tua klien, pekerja
sosial pendamping klien, instruktur kelas ketrampilan klien, dan pengasuh asrama
klien untuk menggali permasalahan klien serta potensi dan sumber yang
dimilikinya ;
Nama Lengkap : HA
Panggilan :H
Agama : Islam
82
Alamat Rumah : Kp.Ciburial RT.002 RW.001, Kel.Jati Mekar,
Asrama : Cendrawasih
Kandung
Kandung
Kandung bekerja
Kandung bekerja
Kandung bekerja
Berdasarkan tabel 4.1 tentang Identitas Keluarga Klien “HA” maka dapat
dijelaskan bahwa klien merupakan anak pertama dari pasangan bapak D dan ibu
IS. Klien mempunyai satu adik perempuan yang berinisial IS,yang baru saja
83
ataupun melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Dan dua adik laki – laki
mengenai silsilah keluarga klien. Genogram adalah sebuah diagram seperti sebuah
mengetahui hubungan klien dengan anggota keluarga yang lain. Genogram dapat
dibuat untuk 2 (dua) atau 3 (tiga) generasi keluarga. Berikut ini adalah genogram
SInar Mentari. Dengan maksud agar klien memperoleh layanan rehabilitasi sosial
di BRSPDSRW Melati pada bulan Juni tahun 2019. Kondisi keluraga klien yang
tinggal dan hidup secara terpisah-pisah serta ekonomi keluarga klien yang kurang
mampu, menjadi latar belakang pertimbangan pihak sekolah merjuk klien ke Balai
84
dengan harapan klien akan memperoleh ketrampilan atau disalurkan kerja sehingga
klien dapat hidup mandiri. Proses administrasi dan registrasi awal Klien “HA”
masuk ke Balai di damping oleh Guru dari SMA-LB klien dan Orang tua klien ibu
‘”I”
Klien adalah anak pertama dari empat bersaudara pasangan bapak “D” dan
ibu “IS”. Mengalami kedisabilitasan rungu wicara sejak lahir, yang menurut
kesaksian ibu klien, kondisi klien setelah proses kelahiran tidak memberikan respon
tanah keluaga besar orang tuanya klien tumbuh dan berkembang bersama ayah dan
ibunya, sampai kemudian memiliki satu adik perempuan dan satu adik laki-laki. Di
masa itu ayah klien bekerja sebagai wiraswasta dan ibunya membantu bekerja
sebagai buruh harian lepas shingga mencukupi kebutuhan dasar keluarga klien.
Ayah klien bapak “D” beberapa saat setelah kelahiran adik klien yang
terahir kemudian menikah kembali sampai dengan tiga kali sehingga mempunyai
beberapa istri. Ibu klien dan anak-anaknya kemudian tidak ditanggung kebutuhan
85
hidupnya lagi oleh ayahnya sehingga kesulitan memenuhi kebutuhan dasar sehari-
hari.
penyandang disabilitas mulai dari sekolah dasar sampai dengan sekolah menengah
Ibu Klien secara sengaja memilih untuk bekerja di daerah Cilitan Jakarta, agar lebih
mudah untuk menjenguk klien di balai. Sedangkan ayahnya saat ini menetap di
dan telinga kiri 110 db. Angka tersebut termasuk kategori tinggi dalam derajat
kedisabilitasan rungu. Awalnya klien tidak menggunakan alat bantu dengar (ABD)
untuk telinga sebelah kanan. Angggota sensorik tubuh klien lainya normal, dan
untuk anggota tubuh lainya dan alat gerak klien juga normal.
Klien “HA” memiliki tinggi badan 160 cm dengan berat 60kg yang
menunjukan kategori Normal dalam Indeks BMI. Masao otot cukup terbentuk, Gigi
rapih dan cukup bersih, sedangkan kuku dan telapak tangan sedikit kasar.
Penampilan Klien “HA” cukup rapih, berganti pakaian secara wajar dan
86
membersihkan diri dua kali sehari.namun kondisi rambut klien “HA” terlihat kering
kusam dan memiliki beberapa bekas luka bintik di tangan dan jerawat di wajah.
Kondisi riwayat kesehatan Klien “HA” memiliki catatan yang baik, tidak
memiliki riwayat penyakit serius, penyakit yang kambuh secara temporal dan atau
alergi terhadap makanan tertentu, Klien ”HA” tercatat hanya memiliki riwayat sakit
4.4.2 Psikologis
menanggapi informasi atau instruksi, kemampuan bahasa isyarat klien yang masih
kecerdasan klien.
dapat melakukan komunikasi melalui media tulisan dan gambar dengna baik tapi
bukan yang utama. Klien “HA” juga lebih mampu dan mudah untuk meniru dan
Sebagai pribadi yang cenderung aktif dan dominan klien HA sering salah
paham terhdap informasi atau instruksi yang sedang diberikan di dalam kelas dan
juga sering salah paham dengan tindakan orang lain. Hal ini membuat klien HA
cenderung sensitive dan mudah tersinggung. Hal ini juga dipengaruhi oleh kondisi
klien yang lebih sulit memahami informasi dan memaknai keadan karena
klien memiliki rasa ingin di perhatikan yang cukup tinggi yang di wujudkan dengan
87
prilaku-prilaku yang kadang dianggap menggangu teman-temanya,pekerja
4.4.3 Sosial
dan staf lainnya adalah baik, Namun beberapa pekerja sosial,dan instruktur klien
Klien cenderung hanya mau melakukan hal-hal yang hanya ia sendiri mau lakukan
contohnya klien sering untuk lebih senang melakukan aktifitas pribadi bermain HP
88
Gambar 4.2 : Eco Map Klien “HA”
Sumber : Hasil Asesmen Praktikan
Klien memiliki hubungan yang sangat dekat dengan ibunya “IS” dan guru
SMA-LBNya bapak “H” yang intens berkomunikasi dengan klien melalui WA,
Keduanya dianggap klien sebagai orang yang menyayangi dan dapat melindungi
klien. Klien jugal lebih dekat dengan adiknya “DS” yang mampu saling memahami
4.4.4 Spiritual
Keberfungsian spiritual Klien kurang baik, hal tersebut dilihat dari Klien
yang jarang melakukan sholat apabila tidak diingatkan oleh teman, praktikan,
maupun pengasuh asrama. Klien melaksanakan sholat wajib di masjid Balai Melati.
Setiap hari Jum’at Klien mau untuk melaksanakan sholat Jum’at saat diingatkan
89
Berdasarkan observasi praktikan terhadap klien “HA” dalam mengikuti
kegiatan di Balai, Klien “HA” teramati sering menguap, dan menurut keterangan
pekerja sosial klien “HA” memang sering mengantuk dan dalam beberapa
di Balai, Klien “HA” teramati sering menyela atau memotong informasi dari
di Balai, Klien “HA” teramati sering memilih melakukan aktifitas pribadi seperti
90
Saat kegiatan sedang berlangsung Klien “HA” sering berpindah pindah tempat
dibutuhkan
pesan dan sedang tidak dibutuhkan untuk menunjang dirinya dalam kegiatan
yang diikuti baik lama atau pun tidak terlalu lama namundengan frekuensi yang
cukup sering.
bersama pekerja sosial pendamping klien ditetapkan gejala masalah yang telah
dimana klien tidak dapat menampilkan prilaku sesuai dengan situasi sosial yang
91
Rehablitasi Sosial Penyandangang Disabilitas Sensorik Rungu Wicara Melati
Jakarta Tmur ”
perilaku yang dapat membawa individu ke arah konsekuensi positif. Selain itu
kognitif untuk menyatukan perilaku yang telah disusun untuk meningkatkan hasil
dan tujuan tertentu seperti yang diinginkan (Nur Gufron & Rini Risnawati,
Berangkat dari uraian gejala masalah dan jenis permasalahan yang dihadapi
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri klien. Berikut
b. Klien kurang mendapatkan modeling prilaku karena jarang hadir kelas sejak
di SD LB – SMA LB
92
Faktor eksternal adalah penyebab yang datang dari luar diri seseorang
a. Kegiatan bimbingan atau terapi, dilakukan dengan jumlah peserta yang terlalu
diikuti di Balai
Prilaku klien yang sulit tenang dan prilaku yang di tampilkan tidak sesuai
dengan tempat atau situasi sosialnya dapat mengganggu kenyamanan orang lain
1. Potensi Visual Klien “HA” dalam menangkap dan meniru informasi secara visual
93
2. Ketekunan Klien “HA” dalam mengerjakan tugas-tugas yang sifatnya fisik.
berdasarkan analisis hasil observasi terhadap klien “HA” yang cenderung lebih
fokus dan tahan dalam mengerjakan tugas fisik seperti olah raga, dan bela diri.
Sumber adalah kekuatan materi atau unsur pendukung tertentu di luar diri
manfaat di balai terutama teman terdekat klien. Keluarga terutama dalam hali ini
ibu klien “I” dan adik perempuan klien “D” hang memiliki kemampuan memahami
melalui interaksi dan menjadi role model bagi klien dalam melaksanakan peran
2. Sumber formal
yaitu sistem sumber yang tersedia hanya oleh karena menjadi anggota atau
dari sistem sumber yang merupakan layanan terorganisir seperti, Pekerja sosial,
94
Pengasuh asrama, Instruktur keterampilan , Petugas kesehatan dan lain yang
prilakunya
2. Klien perlu kegiatan atau media untuk dapat memahami norma dalam
95
BAB V
PENANGANAN MASALAH
dalam rangka penanganan masalah dan didasarkan pada hasil asesmen yang telah
others. Dari hasil assesmen yang telah dilakukan, maka ditemukan beberapa gejala
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam rencana intervensi yang disusun oleh praktikan yaitu
sedang berlangsung
2. Tujuan Khusus
96
Tujuan khusus yang disusun oleh praktikkan untuk mencapai Tujuan umum
4. klien dapat duduk dengan tenang dan bertahan di tempat duduk miliknya saat
kegiatan
bimbingan
meninggalkan ruangan
4. Kelompok Sosialisasi
97
Pada tahap pelaksanaan intervensi, metode yang akan digunakan praktikan
yaitu menggunakan metode Social Case Work yang ditujukan kepada Klien “HA”
itu sendiri. Selain itu juga praktikkan menggunakan metode Social Group Work
dengan jenis kelompok yaitu kelompok bantu diri. Uraian metode dan teknik yang
satu sama lain serta penyesuaian antara individu dengan lingkungan sosialnya.
Social Case Work merupakan suatu metode yang terorganisir dengan baik untuk
membantu individu agar mampu menolong dirinya sendiri serta ditujukan untuk
teknik yang digunakan dalam metode social case work yang akan digunakan yaitu;
Kecenderungan utama dalam terapi prilaku dalam tiga decade belakangan ini
1962) &(A.T BecK :1976), para ahli tersebut telah menerima buah pemikiran
prilaku..
2) Reinforcement Negatif
98
Reinforcement (penguatan) adalah proses dimana stimulus meningkatkan
positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll), perilaku (senyum,
jempol).
b. Support
mengartikan Social Group Work sebagai salah satu metoda pekerjaan sosial untuk
pengalaman dalam kelompok yang disusun secara sadar dan berProsesnya serta
99
a. Sozialitation Group
bertujuan agar penerima manfaat mampu memahami norma dan nilai yang
1. Sistem Klien
Klien dalam proses praktik ini adalah “HA”.dan lembaga BRSPD SRW
Melati
2. Sistem Sasaran
Sistem sasaran pelaksana intervensi terhadap Klien “HA” adalah Klien itu
sendiri, pendamping Asrama, dan pekerja sosial . Klien “HA” akan langsung
bekerja sama dengan pendamping Asrama dan pekerja sosial untuk dapat
3. Sistem Kegiatan
masalah yaitu kurangnya kemampuan kontrol diri Klien “HA” dan diketahui
100
Sistem pelaksana perubahan yaitu pihak –pihak yang terlibat dalam intervensi
memerlukan dukungan materi penjelasan, alat dan media, seluruh hal-hal yang
berkaitan dengan alat bantu juga di persiapkan agar pelaksanaan program intervensi
101
Klien, menguji kecocokan item-item gambar bantu terhadap pengetahuan
perilaku Klien dengan bantuan gambar item prilaku . prosesnya dengan cara
yang akan di lakuakan di sesi kedua ini. Klien diminta memilih gambar
bantu tia-tiap item prilaku dan memberikan komentar atas pilihanya. Dari
gambar bantu item prilaku yang di sediakan nampak Klien mampu sudah
diubah)
dipilih dan tidak dipilih oleh Klien pada sesi sebelumnya. Untuk pilihan
102
yang sudah tepat diberikan penguatan ositif berupa pujian dan penjelasan
prilaku nya)
Prosesnya dari sesi ini adalah untuk mengukur perubahan hasil rekontruksi
pemikiran Klien melalui tahap demi tahap pada sesi sebelumnya. Caranya
2. Kelompok Sosialisasi
berbahasa isyarat yang benar dan mampu menangkap informasi serta memberikan
umpan balik secara wajar. Kelompokok Sosialisasi ini dilakukan sejak hari Selasa
diantaranya adalah ketua dan wakil ketua penerima manfaat. Setelah itu dilakukan
kesepakatan hari pelaksanaan kegiatan tersebut, yaitu terdiri dari hari Selasa, Kamis
dan Sabtu pada pukul 19.00 WIB. Lalu kegiatan kelompok Sosialisasi tersebut
dimulai pada hari Kamis 24 Oktober 2019 sampai 2 November 2019 dengan
103
berkelanjutan mulai dari 1)tata tertib penerima-manfaat 2) Peraturan dalam kelas
1. Klien HA masih belum dapat mengkontrol diri untuk tidak berkomentar pada
pekerja sosial
4. Klien HA dapat duduk dengan tenang dan bertahan di tempat duduk miliknya
saat kegiatan
5.4 Evaluasi
Evaluasi adalah sebuah prose dari tahap akhir pertolongan pekerjaan sosial.
Evaluasi merupakan kegiatan penting untuk mengetahui apakah tujuan yang telah
ditetapkan dapat tercapai, apakah program sesuai dengan rencana, dan dampak
yang terjadi setelah program dapat dicapai, apakah program sesuai dengan rencana
dan dampak yang terjadi setelah program dilaksanakan. Di dalam proses evaluasi
104
Evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan terhadap tahapan proses
pertolongan yang diberikan kepada Klien, mulai dari asesmen hingga proses
intervensi. Sementara itu, evaluasi hasil adalah upaya yang dilakukan praktikan
untuk menilai sampai sejauh mana tahapan program intervensi dapat dilaksanakan
a. Faktor Pendukung
1. Adanya respon positif dari Klien terhadap praktikan, kesediaan Klien untuk
b. Faktor Penghambat
isyarat.
2. Keterbatasan waktu yang dimiliki oleh Klien dan praktikan dalam melakukan
proses intervensi..
beranggapan bahwa yang dapat merubah diri seseorang adalah diri mereka sendiri
105
selain pertolongan dari proses pekerjaan sosial. Adapun evaluasi hasil praktikan
1. Klien berkomentar pada waktu Tanya-jawab atau waktu yang disediakan oleh
kegiatan atau diluar jam kegiatan. Sedangkan hasil intervensi yang diperoleh
intruktur atau pekerja sosial. Sedangkan hasil intervensi yang diperoleh Klien
4. klien dapat duduk dengan tenang dan bertahan di tempat duduk miliknya saat
106
6. Klien meminta izin pada instruktur atau pekerja sosial apabila ingin
sudah membiasakan meminta izin pada instruktur atau pekerja sosial apabila
5.5. Terminasi
107
BAB VI
6.1 Kesimpulan
praktek pekerjaan sosial kepada penerima layanan yang berada di lembaga dimana
mahasiswa ditempatkan. Mulai dari tahap pendekatan awal sampai dengan tahap
praktikan, yaitu DR. Dwi Heru Sukoco M.Si. kepada kepala BRSPDSRW
mengacu pada tahapan pekerjaan sosial, yang dimulai dengan tahap engagement,
108
Tahap selanjutnya yaitu mengidentifikasi masalah secara cepat pada diri
pekerja sosial. Informasi praktikan peroleh dari klien, pekerja sosial, dan tim
analisa dan diskusi praktikan bersama pekerja sosial yaitu bapak Taufik.
Permasalahan yang dialami klien adalah trauma akibat tindak kekerasan orang tua.
November 2019. Proses intervensi ini tidak serta merta dilakukan sendiri oleh
praktikan tetapi juga melibatkan pekerja sosial dalam memberikan konseling dan
positif yang terlihat pada diri klien. Pekerja sosial juga menilai klien selama
Senin, 4 November 2019. Kegiatan ini dihadiri supervisor, kepala balai, structural,
dan pegawai. Hasil case coference II untuk penanganan masalah klien “HA”
109
disarankan agar praktikan juga melakukan intervensi kepada kedua orang tua
6.2 Rekomendasi
merasa terdapat beberapa hal yang harus dibenahi ataupun ditingkatkan oleh pihak
“Melati” Hal-hal yang dimaksud adalah sebagai hasil dari observasi praktikan
selama melakukan praktikum di Panti selama dua bulan lebih sembilan hari.
Berikut ini adalah rekomendasi yang sekiranya dapat dipertimbangkan oleh Balai
sebagai berikut:
2. Pekerja Sosial
kompleks
110
b. Setelah berakhirnya pelaksanaan praktikum diharapkan pekerja sosial
111
DAFTAR PUSTAKA
Catherine P. Papell M.S.W. &Beulah Rothman D.S.W. (1966) Social Group Work
Models. Possession and Heritage.
Dwi Heru Sukoco. (2011). Profesi Pekerjaan Sosial dan Proses Pertolongannya.
Bandung: Koperasi Mahasiswa STKS Bandung.
Naomi Brill (1973). Working with People: The Helping Process,) Paperback.
published
Pincus, Allen dan Anne Minahan. (1973). Social Work Practice: Model And
Method. Madison: F.E. Peacock Publishers, Inc.
Publishing Company
R Miller , Patrick J. Schloss. (1982) Career-Vocational Education for
Handicapped. USA; Youth Hardcover – May
Ratih Putri Pratiwi, Afin Murtiningsih, (2012) Kiat Sukses Mengasuh Anak
Berkebutuhan. Khusus. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
140
Richmond, Mary Ellen,. (1922) What is social case work? an introductory
description. Pie Edu
Sheafor, Bradfprd and Charles Horesji. (2003) Technique and Guideline for social
work practice 6th Edition.Pearson Education. Boston
Siporin, Max. (1975). Intruduction to Social Work Pratice. New York: Mac Millan
141
DOKUMENTASI KEGIATAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM