Anda di halaman 1dari 14

DESAIN​ ​PELATIHAN​ ​PENDIDIKAN​ ​FASILITASI​ ​KEGIATAN

PNPM​ ​MANDIRI​ ​PEDESAAN

Anton​ ​Agus​ ​Setiawan,​ ​Ledy​ ​Ahrisya,​ ​dan​ ​Via​ ​Wulandari


Teknologi​ ​Pendidikan​ ​/​ ​Fakultas​ ​Ilmu​ ​Pendidikan
antonsetiawan3@gmail.com

Dr.​ ​Dedi​ ​Kuswandi,​ ​M.Pd.​ ​dan​ ​Ence​ ​Surahman,​ ​S.Pd.,​ ​M.Pd.

BAB​ ​I
PENDAHULUAN

LATAR​ ​BELAKANG​ ​PERMASALAHAN

Dalam suatu pelatihan dibutuhkan adanya suatu kegiatan dalam pelatihan tersebut.
Dalam melakukan sebuah pelatihan agar kegiatan tersebut berjalan dengan baik dibutuhkan
adanya rangkaian kegiatan pelatihan aktif. Dari merangkai kegiatan pelatihan aktif dapat
membuat kita paham cara menjadi pelatih yang handal. Dengan dibutuhkan proses yang lebih
matang dan berurutan dapat membuat kesan yang menarik bagi peserta pelatihan. Karena
tidak peduli seberapa bagus rancangan kegiatan atau presentasi tertentu, dampak dan nilainya
bagi para peserta bisa sangat merosot jika salah tempat dalam keseluruhan urutan acara.
Sebagai contoh peserta bisa jadi tidak memahami ide-ide abstrak sebelum mengalami contoh
kongkret. Seberapa baik ketika merangkai semua kegiatan ini adalah sangat penting bagi
efektifitas keseluruhannya. Untuk bisa merangkai kegiatan pelatihan aktif di butuhkan model
pembelajaran yang sesuai. Salah satu contohnya adalah model desain pelatihan ADDIE.
Model ADDIE dapat menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan infrastruktur
program pelatihan atau pembelajaran yang efektif, dinamis dan mendukung kinerja pelatihan
itu​ ​sendiri​ ​dengan​ ​beberapa​ ​tahapan.

LATAR​ ​BELAKANG​ ​PENYUSUNAN​ ​MAKALAH

Keberhasilan upaya peningkatan kualitas hidup manusia sangat ditentukan oleh


sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan yang kompetensi dan profesional. Salah
satu upaya yang dapat dilakukan untuk menghasilkan dan meningkatkan sumber daya
manusia Pendidikan yang profesional adalah melalui pelatihan. Pelatihan di bidang
pendidikan telah dilakukan oleh program PNPM Mandiri Perdesaan dan dilaksanakan oleh
pelaku – pelaku pendidikan yang menjadi sasaran program PNPM Mandiri Perdesaan. Dalam
rangka mengoptimalisasikan dan meningkat mutu pelaksanaan kegiatan pelatihan bidang
pendidikan, maka Tenaga ahli nasional bidang pendidikan program PNPM Mandiri Perdesaan
perlu melakukan penyusunan kerangka model desain yang memiliki mutu pelatihan sesuai
dengan pedoman yang mengatur struktur pelaksanaan pelatihan tersebut.Dan salah satu cara
memberikan bahan masukan dalam pelatihan tersebut adalah meningkatkan pengetahuan
pelaku pelaku dilapangan dalam menyusun komponen kurikulum dan desain pelatihan yang
baik. Bertolak dari pertimbangan tersebut, maka tenaga ahli nasional bidang pendidikan
program PNPM Mandiri Perdesaan sebagai fungsi memfasilitasi dan momonitoring kegiatan
pelatihan yang dilaksanakan di kabupaten sangat perlu menyusun pedoman dalam kegiatan
pelatihan​ ​bidang​ ​pendidikan.

​ ​TUJUAN​ ​PENYUSUNAN​ ​MAKALAH

Tujuan disusunnya model desain pelatihan pendidikan ini memberikan pengetahuan dan
informasi cara menyusun kerangka yang baik bagi pelaku pelaku di lapangan dalam
merencanakan​ ​sebuah​ ​pelatihan.

SASARAN​ ​DAN​ ​RUANG​ ​LINGKUP

Sasaran dari penyusunan model desain pelatihan ini adalah pelaku pelaku program dan
pendamping lokal serta fasilitator di lapangan. Pedoman ini mempunyai lingkup bahasan
sebagai​ ​berikut​ ​:
1.​ ​Pendahuluan​ ​(latar​ ​belakang,​ ​tujuan,​ ​sasaran,​ ​lingkup​ ​bahasan,​ ​dan​ ​manfaat).
2.​ ​Kurikulum​ ​dan​ ​modul​ ​dalam​ ​manajemen​ ​pelatihan.
3.​ ​Pola​ ​pikir​ ​dalam​ ​menyusun​ ​kurikulum​ ​dan​ ​modul.
4.​ ​Penyusunan​ ​kurikulum​ ​dan​ ​modul​ ​pelatihan​ ​berorientasi​ ​pembelajaran.

MANFAAT​ ​PENYUSUNAN​ ​MAKALAH

1. Bagi penyelenggara pelatihan dapat menyusun dan mengembangkan kurikulum dan modul
pelatihan​ ​secara​ ​benar,​ ​mudah​ ​dan​ ​praktis.
2. Bagi fasilitator / pelatih, adanya acuan yang jelas dalam memfasilitasi proses pembelajaran
sehingga​ ​materi​ ​pembelajaran​ ​dapat​ ​disampaikan​ ​sesuai​ ​dengan​ ​tujuan​ ​pelatihan.
3. Bagi peserta latih Secara tidak langsung mendapat jaminan mengikuti pelatihan yang
terencana​ ​dengan​ ​baik.
BAB​ ​II

PEMBAHASAN

Desain​ ​merupakan​ ​langkah​ ​kedua​ ​dari​ ​model​ ​desain​ ​sistem​ ​pelatihan​ ​ADDIE.​ ​Beberapa​ ​hal
yang​ ​harus​ ​dipertimbangkan​ ​dalam​ ​tahap​ ​desain​ ​pelatihan​ ​ini​ ​yaitu​ ​:

Merumuskan tujuan pembelajaran yang ​SMART (Spesifik, Measurable, Applicable, Realistic


dan​ ​Time​ ​Scale).

• Specific yang artinya tujuan yang hendak dicapai haruslah jelas, utuh dan
merupakan rangkuman dari sekian kondisi. Misal, tujuannya yaitu agar dapat
meningkatkan​ ​jumlah​ ​para​ ​wirausaha​ ​yang​ ​baik.

• Measurable yang artinya program yang kita susun haruslah memiliki ukuran yang
jelas terhadap hasil atau pencapaiannya. Misal, tujuannya yaitu agar mewujudkan
kemampuan​ ​para​ ​wirausaha​ ​untuk​ ​menghasilkan​ ​kesejahteraan​ ​masyarakat

• Applicable yang artinya kelayakan rasional dari tujuannya yang berkaitan dengan
langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan atau program.
Misal, membudayakan semangat, sikap, perilaku, dan kewirausahaan di kalangan
masyarakat

• Realistic yang artinya tujuan yang telah kita patok tidak akan menyimpang dari
keadaan diri kita. Misal, menumbuh-kembangan kesadaran dan orientasi
kewirausahaan​ ​yang​ ​tangguh​ ​dan​ ​kuat

• Time Scale yang artinya jenjang waktu dalam pencapaian tujuan yang kita susun.
Misal,​ ​meningkatkan​ ​kedisiplinan,​ ​mandiri,​ ​tekun​ ​dan​ ​jujur.

KERANGKA​ ​MODEL​ ​DESAIN​ ​PELATIHAN

Dalam merencanakan sebuah pelatihan hal yang terpenting yang sesuai harus dilakukan
adalah kebutuhan dilakukannya pelatihan tersebut dan permasalahan berkaitan dengan
Pelatihan pendidikan itu dilakukan baik itu maksud dan tujuan pelaksanaan pelatihan
tersebut.rencana​ ​sebuah​ ​pelatihan​ ​yang​ ​harus​ ​diperhatikan​ ​adalah​ ​:

1.​ ​Latar​ ​belakang​ ​atau​ ​alasan​ ​dilakukannya​ ​pelatihan


2.​ ​Tujuan​ ​dan​ ​maksud​ ​yang​ ​ingin​ ​dicapai
3.​ ​Sasaran​ ​dan​ ​manfaat​ ​dari​ ​dilaksanakannya​ ​pelatihan
4.​ ​Waktu​ ​pelaksanaan
5.​ ​Peserta
6.​ ​Metode​ ​pelatihan
7.​ ​Instrument​ ​alat​ ​evaluasi
Untuk mengimplementasikan pelaksanaan kegiatan pelatihan yang harus dilakukan adalah
penyusunan kerangka kurikulum pelatihan dan modul pelatihan. Kurikulum pelatihan
merupakan rangkaian isi rencana dari sebuah kegiatan pelatihan dengan rincian materi yang
akan disampaikan dan modul pelatihan sebagai bahan informasi atau materi dari rincian isi
dari​ ​kurikulum​ ​yang​ ​sudah​ ​dibuat​ ​oleh​ ​fasilitator​ ​atau​ ​narasumber.

Dan terpenting dari perencanaan sebuah pelatihan tersebut jika kita uraikan dari penjelasan di
atas​ ​adalah​ ​:

a. Kebutuhan Pelatihan (Pelatihan adalah penilaian kebutuhan. Ini mirip dengan langkah
pertama dalam metode ilmiah di mana kita mendefinisikan masalah. Dalam pelatihan,
seperti dalam metode ilmiah). Penilaian kebutuhan adalah proses sistematis yang kita
gunakan untuk mengumpulkan data yang sesuai ketat untuk menentukan masalah yang
tepat dan apakah atau tidak pelatihan adalah memperbaiki yang baik. Jika pelatihan
adalah solusi yang baik untuk masalah tertentu, kebutuhan penilaian kami kemudian
melibatkan​ ​menentukan​ ​kebutuhan​ ​pelatihan​ ​khusus.
b. Tujuan adalah pernyataan bahwa peserta pelatihan mampu melakukan setelah
selesainya​ ​pelatihan​ ​sesuai​ ​pekerjaan​ ​spesifik​ ​dan​ ​perilaku​ ​yang​ ​akan​ ​dilakukan
c. Dengan kata lain, verba tindakan. Kita katakan bahwa trainee kita akan mampu
"menjelaskan"​ ​untuk​ ​peserta​ ​bahwa​ ​mereka​ ​mampu​ ​untuk​ ​mengimplementasikan
d. Rencana Pelatihan mengambarkan rincian dari rencana pelatihan dari kapan
dilaksanakan,​ ​tempat​ ​pelatihan​ ​serta​ ​siapa​ ​yang​ ​akan​ ​menyampaikan​ ​materi​ ​pelatihan
e. Rencana Pelajaran merupakan instruksi dari rencana pelatihan itu yang secara rinci
setiap​ ​materi​ ​yang​ ​akan​ ​disampaikan​ ​berdasarkan​ ​sub​ ​kegiatan​ ​dari​ ​pelatihan​ ​tersebut
f. Tranier to Tranining sebelum dilakukan pelaksanaan pelatihan, maka perlu dilakukan
TOT​ ​sehingga​ ​pemahaman​ ​terhadap​ ​materi​ ​pelatihan​ ​lebih​ ​konkrit​ ​dan​ ​jelas.

setelah kita mengambarkan semua kegiatan tersebut barulah kita melakukan selanjutnya
menyusun rencana anggaran biaya pelatihan dan langkah langkah pelaksanaan pelatihan
seperti​ ​menyusun​ ​kurikulum​ ​pelatihan.

PERUMUSAN​ ​TUJUAN​ ​DAN​ ​MANFAAT​ ​PELATIHAN


Langka pertama yang perlu dilakukan dalam menerapkan desain pelatihan adalah
menentukan kemampuan atau kompetensi yang perlu dimiliki oleh peserta pelatihan setelah
menempuh program pelatihan. Hal ini disebut dengan istilah tujuan pelatihan atau
instructional​ ​goal​.
Rumusan tujuan pelatihan dapat dikembangkan baik dari rumusan tujuan pelatihan yang
sudah ada pada proposal maupun yang dihasilkan dari proses analisis kebutuhan (training
need​ ​assessment).
Berdasarkan hasil analisis instruksional, seorang perancang desain system pelatihan perlu
mengembangkan kompetensi atau tujuan pelatihan spesifik (instructional objectives) yang
perlu dikuasai deh peserta pelatihan untuk mencapai tujuan pelatihan yang bersilat umum
(instructional goal). Dalam merumuskan tujuan pelatihan yang bersifat spesifik, ada beberapa
hal​ ​yang​ ​perlu​ ​mendapatkan​ ​perhatian,​ ​yaitu:
· Menentukan pengetahuan dan keterampilan yang perlu dimiliki oleh peserta pelatihan
setelah​ ​menempuh​ ​proses​ ​pelatihan
· Kondisi yang diperlukan agar peserta pelatihan dapat melakukan unjuk kemampuan dari
pengetahuan​ ​yang​ ​telah​ ​dipelajari
· Indikator atau kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan keberhasilan peserta
pelatihan​ ​dalam​ ​menempuh​ ​proses​ ​pelatihan
· Menyatakan​ ​Tujuan​ ​(States​ ​Objectives)
Menyatakan tujuan adalah tahapan ketika menentukan tujuan pelatihan baik berdasarkan
buku atau kurikulum. Tujuan pelatihan akan menginformasikan apakah yang sudah dipelajari
anak dari pengajaran yang dijalankan. Menyatakan tujuan harus difokuskan kepada
pengetahuan,​ ​kemahiran,​ ​dan​ ​sikap​ ​yang​ ​baru​ ​untuk​ ​dipelajari.
Pelatihan mempunyai andil besar dalam menentukan efektifitas dan efisiensi organisasi.
Beberapa manfaat nyata yang ditangguk dari program pelatihan dan pengembangan
(Simamora:2006:278)​ ​adalah:
1. Meningkatkan​ ​kuantitas​ ​dan​ ​kualitas​ ​produktivitas.
2. Mengurangi waktu belajar yang diperlukan karyawan untuk mencapai standar kinerja yang
dapat​ ​diterima.
3. Membentuk​ ​sikap,​ ​loyalitas,​ ​dan​ ​kerja​ ​sama​ ​yang​ ​lebih​ ​menguntungkan.
4. Memenuhi​ ​kebutuhan​ ​perencanaan​ ​semberdaya​ ​manusia
5. Mengurangi​ ​frekuensi​ ​dan​ ​biaya​ ​kecelakaan​ ​kerja.
6. Membantu​ ​karyawan​ ​dalam​ ​peningkatan​ ​dan​ ​pengembangan​ ​pribadi​ ​mereka.
Manfaat yang diperoleh dari adanya suatu pelatihan yang diadakan oleh perusahaan
seperti​ ​yang​ ​dinyatakan​ ​oleh​ ​Flippo​ ​(1988:215)​ ​berikut​ ​ini​ ​yaitu​ ​:
· Program-program pengembangan yang direncanakan akan memberikan manfaat kepada
orang berupa peningkatan produktivitas, peningkatan moral, pengurangan biaya , dan
stabilitas serta keluwesan (fleksibilitas) orang yang makin besar untuk menyesuaikan diri
dengan​ ​persyaratan-persyaratan​ ​eksternal​ ​yang​ ​berubah.
· Program-program yang semacam itu juga akan membantu memenuhi kebutuhan
perorangan​ ​dalam​ ​mencari​ ​pekerjaan​ ​yang​ ​bermakna​ ​bagi​ ​karir​ ​seumur​ ​hidup.
​ ​PENYUSUNAN​ ​KURIKULUM​ ​DAN​ ​MODUL​ ​PELATIHAN

Penyusunan Kurikulum Penyusunan dokumen berisi uraian tentang materi pembelajaran dan
kegiatan yang akan dilakukan dalam suatu pelatihan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan​ ​adalah​ ​sebagai​ ​berikut:

1. Rumuskan kompetensi yang harus dicapai melalui Training Need Assessment (TNA) atau
mempelajari​ ​job​ ​requirement/tupoksi).

2.​ ​Rumuskan​ ​tujuan​ ​pelatihan

3.​ ​Kerangka​ ​(format)​ ​kurikulum​ ​adalah​ ​sebagai​ ​berikut

Judul​ ​Kurikulum

I.​ ​Pendahuluan

A.​ ​Latar​ ​belakang

Rendahnya hasil belajar dan kemampuan guru yang masih rendah. Untuk memahami
permasalahan Pendidikan , perlu dipelajari ilmu mengenai manajemen berbasis
sekolah

B.​ ​Filosofi​ ​pelatihan

Filosofi pelatihan Sampaikan hak-hak peserta yang dapat diperoleh selama proses
pembelajaran,​ ​antara​ ​lain:
•​ ​Cara​ ​memandang/​ ​memperlakukan​ ​peserta​ ​latih
•​ ​Apa​ ​yang​ ​harus​ ​dilakukan​ ​oleh​ ​fasilitator/​ ​pelatih
•​ ​Apa​ ​yang​ ​akan​ ​diperoleh​ ​peserta​ ​latih
•​ ​Proses​ ​pembelajaran​ ​yang​ ​akan​ ​dilaksanakan
•​ ​Metode​ ​pembelajaran​ ​yang​ ​digunakan
•​ ​Evaluasi​ ​yang​ ​akan​ ​dilaksanakan
Filosofi pelatihan Peserta pelatihan kesehatan kerja bagi petugas kesehatan ini
diselenggarakan​ ​dengan​ ​memperhatikan:
1.​ ​Prinsip​ ​Andragogi,​ ​yaitu​ ​bahwa​ ​selama​ ​pelatihan​ ​peserta​ ​berhak​ ​untuk:
a. Didengarkan dan dihargai pengalamannya mengenai kegiatan kesehatan
kerja.
b. Dipertimbangkan setiap ide, dan pendapat, sejauh berada di dalam konteks
pelatihan.
c.​ ​Tidak​ ​dipermalukan,​ ​dilecehkan​ ​ataupun​ ​diabaikan.

2.​ ​Berorientasi​ ​kepada​ ​peserta,​ ​di​ ​mana​ ​peserta​ ​berhak​ ​untuk:


a.​ ​Mendapatkan​ ​1​ ​paket​ ​bahan​ ​belajar​ ​tentang​ ​MBS.
b. Mendapatkan pelatih profesional yang dapat memfasilitasi dengan berbagai
metode,​ ​melakukan​ ​umpan​ ​balik,​ ​dan​ ​menguasai​ ​materi​ ​kesehatan​ ​kerja.
c. Belajar sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki, baik secara visual,
auditorial​ ​maupun​ ​kinestetik​ ​(gerak).
d. Belajar dengan modal pengetahuan yang dimiliki masingmasing tentang
kesehatan​ ​kerja.
e.​ ​Melakukan​ ​refleksi​ ​dan​ ​memberikan​ ​umpan​ ​balik​ ​secara​ ​terbuka
f.​ ​Melakukan​ ​evaluasi​ ​dan​ ​dievaluasi

3.​ ​Berbasis​ ​kompetensi,​ ​yang​ ​memungkinkan​ ​peserta​ ​untuk:


a. Mengembangkan ketrampilan langkah demi langkah dalam memperoleh
kompetensi​ ​yang​ ​diharapkan​ ​dalam​ ​mengelola​ ​kesehatan​ ​kerja
b. Memperoleh sertifikat setelah dinyatakan berhasil mendapatkan kompetensi
yang​ ​diharapkan​ ​pada​ ​akhir​ ​pelatihan.

4.​ ​Learning​ ​by​ ​doing​ ​yang​ ​memungkinkan​ ​peserta​ ​untuk:


a. Berkesempatan melakukan eksperimentasi berbagai kasus kesehatan kerja
menggunakan metode pembelajaran antara lain demonstrasi/ peragaan, studi
kasus,​ ​dan​ ​praktik​ ​baik​ ​secara​ ​individu​ ​maupun​ ​kelompok.
b.​ ​Melakukan​ ​pengulangan​ ​ataupun​ ​perbaikan​ ​yang​ ​dirasa​ ​perlu.

II.​ ​Kompetensi

Jabarkan kompetensi yang harus dicapai melalui pelatihan sesuai dengan hasil TNA atau
melalui​ ​cara​ ​lain​ ​yang​ ​dipilih​ ​meliputi​ ​pengetahuan,​ ​ketrampilan​ ​dan​ ​sikap.

Contoh:

Kompetensi​ ​Peserta​ ​latih​ ​mempunyai​ ​kompetensi​ ​dalam:

a.​ ​Merencanakan​ ​program​ ​kesehatan​ ​kerja

b.​ ​Menyelenggarakan​ ​program​ ​kesehatan​ ​kerja

c.​ ​Memonitor​ ​program​ ​kesehatan​ ​kerja

d.​ ​Mengevaluasi​ ​program​ ​kesehatan​ ​kerja

III.​ ​Tujuan​ ​pelatihan

A. Tujuan​ ​umum
Dalam​ ​merumuskan​ ​tujuan​ ​pelatihan​ ​memperhatikan​ ​hal-hal​ ​berikut:
a. Tentukan tujuan pelatihan dengan menguraikan/ menjabarkan kemampuan atau
kompetensi​ ​yang​ ​akan​ ​dicapai​ ​oleh​ ​peserta​ ​latih​ ​setelah​ ​mengikuti​ ​pelatihan.
b. Kompetensi yang akan dicapai meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang​ ​berkaitan​ ​dengan​ ​tugas​ ​yang​ ​dimiliki​ ​peserta.
c.​ ​Rumusan​ ​tujuan​ ​pelatihan​ ​terdiri​ ​dari:
Tujuan Umum: Menggambarkan tentang tujuan yang ingin dicapai pada akhir
pelatihan.

B. Tujuan​ ​khusus
Tujuan Khusus: Menjabarkan kompetensi yang dirumuskan pada tujuan umum
dalam​ ​tahapan​ ​kompetensi​ ​yang​ ​lebih​ ​spesifik​ ​dan​ ​bisa​ ​diukur.

IV.​ ​Peserta​ ​(Jumlah​ ​&​ ​kriteria​ ​peserta)

Tentukan​ ​kriteria​ ​peserta​ ​berdasarkan:


1.​ ​Kesesuaian​ ​dengan​ ​tugas​ ​pokoknya.
2. Latar belakang pendidikan (syarat minimal pendidikan untuk menjadi peserta
pelatihan​ ​tersebut).
3.​ ​Pengalaman​ ​bekerja​ ​sesuai​ ​dengan​ ​pelatihan.
4.​ ​Kriteria​ ​lain​ ​yang​ ​perlu​ ​dan​ ​spesifik​ ​untuk​ ​pelatihan​ ​tersebut.

V.​ ​ ​Struktur​ ​Program

Susun materi yang akan diberikan dalam proses pelatihan dalam bentuk matriks
yang​ ​terdiri​ ​dari​ ​materi​ ​dan​ ​alokasi​ ​waktu.
a. Materi, yaitu ilmu pengetahuan atau ketrampilan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sesuai dengan pedoman akreditasi
pelatihan,​ ​dibagi​ ​menjadi​ ​3​ ​kelompok​ ​yaitu:

1) Materi dasar adalah materi yang sebaiknya diketahui oleh peserta, misalnya
kebijakan, peraturan-peraturan, keputusan, dan sebagainya. Penyampaian materi
yang sifatnya kognitif ini dilakukan dengan metode interaktif dan eksploratif.
Untuk itu pertimbangkan jumlah jam yang memadai untuk penugasan. Persentase
materi​ ​dasar​ ​sebesar​ ​15%​ ​-​ ​20%​ ​dari​ ​keseluruhan​ ​jumlah​ ​jam​ ​pelatihan.
2) Materi inti adalah materi yang harus diketahui dan dikuasai oleh peserta,
mengarah pada kompetensi yang ingin dicapai. Penyampaian materi dilakukan
dengan berbagai alternatif metode yang menyebabkan terjadinya proses
eksperimentasi dan eksplorasi oleh peserta. Dengan demikian jumlah jam
penugasan dan praktik lapangan memiliki porsi lebih besar daripada presentasi
teori oleh fasilitator. Persentase materi inti sebesar 60% - 70% dari keseluruhan
jumlah jam pelatihan. 3) Materi penunjang adalah materi yang biasa dikaitkan
untuk menunjang materi inti yang terdiri dari building learning commitment
(BLC), Plan of Action (POA)/ Rencana Tindak Lanjut (RTL) dan Praktik Kerja
Lapangan (PKL). Untuk itu perlu dirancang keterkaitan antara materi di dalam
kelas yang disampaikan dengan metode studi kasus, latihan, dan sebagainya
dengan metode yang sesuai. Persentase materi penunjang sebesar 15% - 20% dari
keseluruhan​ ​jumlah​ ​jam​ ​pelatihan.
b.​ ​Garis-Garis​ ​Besar​ ​Program​ ​Pembelajaran​ ​(GBPP​ ​)

Susunan garis – garis Program Pembelajaran terdiri dari : Materi pembelajaran


Tuliskan judul materi pelatihan/mata ajaran/pokok bahasan, baik yang
menyangkut sikap atau ketrampilan yang dilatihkan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Alokasi waktu Tuliskan waktu dari masing-masing materi
pembelajaran​ ​mengacu​ ​pada​ ​struktur​ ​program.

Tujuan​ ​pembelajaran​ ​meliputi:


Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) yaitu menggambarkan kompetensi yang harus
dapat​ ​dicapai​ ​peserta​ ​setelah​ ​selesai​ ​mengikuti​ ​sesi​ ​materi.
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) yaitu merupakan uraian secara spesifik, dapat
diukur, dan menggambarkan hasil yang dapat diamati dari tahapan kompetensi
untuk​ ​mencapai​ ​tujuan​ ​pembelajaran​ ​umum.
c.​ ​Pokok​ ​Bahasan​ ​dan​ ​atau​ ​Sub​ ​Pokok​ ​Bahasan

Tuliskan pokok bahasan dan atau sub pokok bahasan dengan mengacu pada tujuan
pembelajaran. Karena itu pokok bahasan dan atau sub pokok bahasan tersebut
harus​ ​mendukung​ ​tercapainya​ ​tujuan​ ​pembelajaran.

d.​ ​Metode​ ​pembelajaran

Pilih dan tuliskan metode pembelajaran yang akan digunakan dimana dalam proses
learning pemilihan metode harus lebih banyak memberikan kesempatan kepada
peserta untuk berperan lebih aktif. Metode pembelajaran adalah cara-cara dan
teknik komunikasi dan interaksi yang digunakan oleh fasilitator/pelatih dalam
menyampaikan materi Metode pembelajaran yang digunakan pada pelatihan
didalam​ ​kelas​ ​antara​ ​lain​ ​yaitu:
•​ ​Ceramah​ ​singkat/presentasi
•​ ​Curah​ ​pendapat
•​ ​Diskusi
•​ ​Studi​ ​kasus
•​ ​Simulasi
•​ ​Role​ ​play
•​ ​Demonstrasi
•​ ​Permainan/game
•​ ​Latihan/exercise
•Coaching/fasilitasi/pembimbingan
•​ ​Praktik​ ​model
•​ ​Seminar/semiloka/lokakarya

e.​ ​Alat​ ​Bantu​ ​Pembelajaran


Pilih dan tuliskan alat pembelajaran yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran. Alat bantu pembelajaran adalah seperangkat benda/ alat dalam
bentuk fisik (hardware) yang dapat dilihat, didengar dan diraba oleh panca indera,
yang digunakan oleh fasilitator/pelatih dalam menyampaikan materi pembelajaran.
Dalam memilih alat bantu pembelajaran perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut
yaitu:
•​ ​Disesuaikan​ ​dengan​ ​tujuan​ ​pembelajaran
•​ ​Disesuaikan​ ​dengan​ ​media​ ​pembelajaran​ ​yang​ ​digunakan.
•​ ​Menghasilkan​ ​efek​ ​pembelajaran​ ​yang​ ​lebih​ ​baik.
•​ ​Prinsip​ ​efektif​ ​dan​ ​efisien.

Disesuaikan dengan kemampuan dari fasilitator/ Pelatihan Alat bantu


pembelajaran yang digunakan pada pelatihan di dalam kelas antara lain sebagai
berikut:​ ​•​ ​Spidol​ ​•​ ​Transparan​ ​•​ ​LCD​ ​•​ ​OHP​ ​•​ ​White​ ​board​ ​•​ ​Komputer
f.​ ​Media​ ​pembelajaran

Media pembelajaran adalah seperangkat benda/alat yang berfungsi dan digunakan


sebagai “pembantu” fasilitator/pelatih dalam komunikasi dan interaksi suatu
proses pembelajaran dengan tujuan untuk mempermudah dan mempercepat proses
penyampaian materi pembelajaran kepada peserta latih. Media merupakan alat
bantu dalam proses pembelajaran (di dalam kelas dan di luar kelas) dalam bentuk
non fisik (software) yang mengandung ‘pesan’ di dalamnya (isi materi
pembelajaran) Pemilihan dan penggunaan media pembelajaran disesuaikan
dengan:
1)​ ​Tujuan​ ​pembelajaran​ ​yang​ ​telah​ ​ditetapkan.
2)​ ​Kebutuhan​ ​proses​ ​pembelajaran​ ​dan​ ​juga​ ​kemampuan​ ​peserta​ ​latih.
3) Kemampuan yang ada pada fasilitator/pelatih dalam menggunakan media
pembelajaran
4) Alokasi waktu Media pembelajaran yang digunakan pada pelatihan di dalam
kelas antara lain sebagai berikut: • OHT • Software • Buku referensi • Modul •
Panduan​ ​pelatihan​ ​(petunjuk​ ​diskusi/kasus/​ ​latihan/protap)​ ​•​ ​Film​ ​•​ ​Lembar​ ​balik

VI.​ ​Evaluasi

Evaluasi adalah proses pengumpulan data yang sistematis untuk mengukur


efektifitas program pelatihan. Evaluasi bertujuan untuk mengukur keberhasilan
dan​ ​pencapaian​ ​tujuan

Manfaat​ ​evaluasi​ ​yaitu:


• Memperoleh informasi tentang kualitas dan kuantitas pelaksanaan program
pelatihan.
•​ ​Mengetahui​ ​relevansi​ ​program​ ​pelatihan​ ​dengan​ ​kebutuhan​ ​institusi.
• Membuka kemungkinan untuk memperbaiki dan menyesuaikan program
pelatihan sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi. Evaluasi dilakukan
terhadap: Peserta: evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil pembelajaran dari
peserta.

Beberapa​ ​jenis​ ​evaluasi​ ​yang​ ​biasa​ ​dilakukan​ ​yaitu​ ​:


• Evaluasi formatif: dirancang untuk memberikan informasi yang dapat digunakan
pelatih untuk melakukan perbaikan. Biasa digunakan sebelum kelas berakhir,
sehingga​ ​masih​ ​terdapat​ ​kesempatan​ ​untuk​ ​memperbaiki
• Evaluasi sumatif: digunakan pada akhir sesi pelatihan untuk kepentingan dalam
menentukan peringkat, sertifikasi, evaluasi terhadap kemajuan, atau penelitian
terhadap​ ​efektivitas​ ​kurikulum​ ​dan​ ​perencanaan​ ​pelatihan.
• Portofolio: catatan, kumpulan hasil karya peserta latih yang didokumentasikan
secara baik dan teratur. Dapat berbentuk tugas, jawaban peserta atas pertanyaan
fasilitator, catatan hasil observasi fasilitator dan laporan kegiatan peserta Sebelum
melakukan evaluasi tentunya diperlukan sebuah pertanyaan pertanyan yang mudah
dicerna oleh peserta pelatihan,Kriteria pertanyaan harus disusuaikan dengan
tingkatan kemampuan dari peserta dalam menyerap pelatihan yang dimulai dari
kemampuan dari sudut pengetahuan,penerapan dan menganalisis suatu persoalan
yang ada disekitar mereka.dalam teori pendidikan ada 3 tingkatan yaitu Behavior (
Pengetahuan​ ​),​ ​Psikomotor​ ​(​ ​Penerapan)​ ​dan​ ​efektif​ ​(​ ​analitik​ ​).

Untuk menyusun pertanyaan pertanyaan dalam mengevaluasi sebuah materi dalam


menyampaikan materi materi pelatihan maka perlu disusun sebuah kisi kisi
pertanyaan.adapun​ ​kisi​ ​kisi​ ​tersebut​ ​adalah​ ​sebagai​ ​berikut​ ​:

Disamping perlunya dibuat kisi kisi pertanyaan dalam melakukan evaluasi dan
sangat penting dalam melakukan pelatihan adalah pemberian pembobotan dalam
penilaian terhadap pertanyaan yang diberikan kepada peserta pelatihan
pendidikan.Pembobotan terhadap penguasaan materi pelatihan dilakukan dengan
mengukur penguasaan materi dengan nilai akhir diberikan kepada peserta
pelatihan. iasanya pemberian bobot penilaian terhadap materi yang diberikan
adalah untuk mengukur terhadap penguasaan materi dan melanjutkan materi
berikut dalam satu pelatihan.adapun rumusan pembobotan dalam memberikan
pertanyaan​ ​pada​ ​materi​ ​pelatihan​ ​pendidikan​ ​adalah​ ​sebagai​ ​berikut​ ​:

Tingkat​ ​penguasaan​ ​=
Jumlah​ ​Jawaban​ ​yang​ ​Benar​ ​/​ ​Jumlah​ ​Soal​ ​*​ ​100%

Arti​ ​tingkat​ ​penguasaan:


90​ ​-​ ​100%​ ​=​ ​baik​ ​sekali
80​ ​-​ ​89%​ ​=​ ​baik
70​ ​-​ ​79%​ ​=​ ​cukup
<​ ​70%​ ​=​ ​kurang

PENYUSUNAN​ ​JADWAL
Menyelenggarakan pelatihan merupakan pembahasan yang meliputi bagaimana cara
menjaring peserta pelatihan dan mengorganisir pelaksanaan pelatihan. Menentukan kapan
waktu pelaksanaan belajar/pelatihan tentunya berkaitan juga dengan tahun anggaran kegiatan
yang tersedia. Selain itu juga terkait dengan ketersediaan waktu dari para peserta pelatihan
yang​ ​akan​ ​direkrut.
Sangat penting untuk diingat bahwa ketika akan merancang sebuah pelatihan, dalam
menyusunpenjadwalan​ ​sesi​ ​pelatihan,​ ​perlu​ ​diingat​ ​bahwa:
1. Perhatian orang​ ​terbatas (fokusnya​ ​tidak​ ​lama)
2. Terlalu​ ​banyak​ ​informasi​ ​pada​ ​suatu​ ​waktu merupakan hal​ ​yang​ ​tidak​ ​efektif dan
3. Tujuan pelatihan tidak untuk itu untuk menghafal serangkaian fakta atau instruksi
melainkan, bahwa dalam jangka panjang, mereka memiliki kemampuan yang
maksimal dan sepenuhnya diwujudkan dalam tingkat kinerja yang efisien dan
bermanfaat​ ​bagi​ ​bisnis​ ​secara​ ​keseluruhan.

TRAINING​ ​CLIMATE
Iklim Pelatihan merupakan hasil interaksi antara peserta dan pelatih dalam
konteks lingkungan pelatihan. Iklim baik dapat menguntungkan atau tidak menguntungkan
untuk suatu kegiatan pelatihan. (Lynton & Pareek, 1990). Iklim menguntungkan dan tidak
menguntungkan seolah-olah hasilnya didasari oleh perasaan pelatih dan peserta pelatihan.
Iklim yang kondusif diwujudkan tingkat tinggi bagi tim kerja, kepercayaan dan komitmen
pada bagian dari pelatih dan peserta pelatihan. Iklim yang kurang mendukung disajikan dalam
kepercayaan yang rendah, persaingan tidak sehat dan kurangnya minat pada bagian dari
pemangku​ ​kepentingan.
● Perasaan​ ​Peserta
Ini adalah hasil dari interaksi antara factor individu, kelompok, pelatihan dan
organisasi. Faktor individu terkait dengan prioritas masing-masing, situasi kehidupan
pribadi dan tingkat kenyamanan. Faktor kelompok meliputi rasa keterkaitan dalam
kelompok, dinamika kelompok, asosiasi antara anggota kelompok. Faktor Pedagogical
yang berkontribusi adalah kemampuan pelatih untuk berkomunikasi, waktu, penataan,
penjadwalan dan metodologi. Faktor organisasi terkait dukungan organisasi dan konteks
kerja di mana pelatihan akan dilaksanakan dan dirasakan efek positif atau negatif dari
pelatihan​ ​peningkatan​ ​kinerja​ ​dan​ ​penilaian.
● Perasaan​ ​Pelatih
Ini tergantung ​pada​ faktor-faktor terkait diklasifikasikan sebagai Trainer, Trainee dan
organisasi. Faktor Trainer terkait tergantung pada perintah pelatih atas subjek pelatihan,
tingkat motivasi dan persiapan sebelumnya. Faktor Trainee yang berhubungan dengan
peserta sebelum pemahaman tentang subjek dan keterlibatan dalam program pelatihan.
Faktor Organisasi adalah sumber daya dan komitmen waktu dan pentingnya dirasakan
diberikan​ ​pelatihan.

TRAINEES​ ​LEARNING​ ​STYLE


Beberapa​ ​gaya​ ​belajar​ ​yang​ ​bisa​ ​dilakukan​ ​pelatih dengan​ ​berbagai​ ​cara, seperti:
● Belajar dengan melakukan percobaan.​ Beberapa karyawan akan belajar lebih baik jika
mereka diizinkan untuk bereksperimen, atau melakukan sesuatu dalam praktek ​Trial and
error​ ​sering​ ​digunakan​ ​dalam​ ​jenis​ ​pendekatan.
● Belajar dengan mengamati​. Beberapa karyawan akan mengelola untuk memahami sesuatu
yang lebih baik jika mereka menonton orang lain melakukan tugas tertentu, dan kemudian
mereka​ ​akan​ ​mencoba​ ​untuk​ ​melakukannya​ ​sendiri.
● Belajar dengan bertanya​. Jenis karyawan yang akan belajar jika mereka diizinkan untuk
memahami seluruh proses. Dengan menghabiskan waktu pada berbagai aspek, dari
bertanya untuk konsultasi, untuk mengevaluasi dan finalisasi, mereka
akan berproses untuk​ ​belajar.
● Belajar dengan pola​. Karyawan ini akan belajar jika mereka diberi langkah-demi-langkah
gambaran dari tugas di tangan demikian mereka akan membentuk pola dan
menghubungkan​ ​mereka​ ​satu​ ​sama​ ​lain​ ​sampai​ ​proses​ ​tersebut​ ​selesai.
BAB​ ​III
PENUTUP

Kesimpulan

Kesimpulan Dari Kerangka desain dan penyusunan kurikulum pelatihan ini dapat
memberikan kontribusi terhadap pelaksanaan pelatihan yang akan dilakukan oleh pelaku
pelaku program PNPM Mandiri Perdesaan dan fasilitator dilapangan dalam merancang dan
mendasain sebuah pelatihan pendidika.Perencanaan pelatihan yang baik akan menunjukkan
kualitas dari sebuah perencanaan kegiatan program Model dan desain pelatihan yang disusun
baik tentu akan secara jelas dan terinci setiap tahapan sebuah pelatihan.pelaku –pelaku
program dan fasilitator dilapangan dengan adanya desain pelatihan akan mudah dan praktis
merancang​ ​perencanaan​ ​pelatihan.

Saran
Makalah dan metode yang membahas tentang Model Pelatihan ADDIE ini dapat digunakan
sebagai salah satu referensi dalam pendidikan maupun dalam pelatihan, sehingga dapat
membantu berlangsungnya belajar mengajar. Walaupun pembahasan yang kami buat belum
memenuhi​ ​kriteria​ ​akan​ ​tetapi​ ​sedikitnya​ ​bisa​ ​membantu.

Daftar​ ​Pustaka:

1) Balitbang Kemendiknas,2011.Panduan Penyelenggaraan Pelatihan Pendidikan


Berkarakter,​ ​Batlibang​ ​Kurikulum​ ​dan​ ​Perbukuan.Jakarta
2) Bray,Tony.2009.Training design Manual : complete practical guide to creating
effective​ ​and​ ​suceesful​ ​traing​ ​program,​ ​Kogan​ ​Page​ ​London
3) Hudson,B,​ ​2008,​ ​Didactical​ ​Design​ ​Research,Routledge​ ​New​ ​York
4) Van den Akker, J, et al , 2006, Introducing Educational Design Research,Rouledge,
New​ ​York
5) Soebagio​ ​Atmodiwirio,2002​ ​Manajemen​ ​Pelatihan,ardadirya​ ​Jaya,​ ​Jakarta
6) Kirkpatrick, Donald L 1998, Evaluating Training Program, Berret Koehler Publisher,
San​ ​Fransisco

Anda mungkin juga menyukai