Anda di halaman 1dari 101

REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

SURAT PENCATATAN
CIPTAAN
Dalam rangka pelindungan ciptaan di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra berdasarkan Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, dengan ini menerangkan:

Nomor dan tanggal permohonan : EC00202213504, 24 Februari 2022


Pencipta
Nama : Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd
Alamat : Jl. Timur Indah 4B No. 36, Sidomulyo, Gading Cempaka,
BENGKULU, 38229
Kewarganegaraan : Indonesia
Pemegang Hak Cipta
Nama : Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Alamat : Jl. Kapten Muchtar Basri No. 3 Glugur Darat II, Medan Timur,
Medan , SUMATERA UTARA, 20238
Kewarganegaraan : Indonesia
Jenis Ciptaan : Buku
Judul Ciptaan : PENGANGGARAN DAN KEUANGAN PENDIDIKAN
Tanggal dan tempat diumumkan untuk : 10 Januari 2022, di Medan
pertama kali di wilayah Indonesia atau di luar
wilayah Indonesia
Jangka waktu pelindungan : Berlaku selama hidup Pencipta dan terus berlangsung selama 70
(tujuh puluh) tahun setelah Pencipta meninggal dunia, terhitung
mulai tanggal 1 Januari tahun berikutnya.
Nomor pencatatan : 000328859

adalah benar berdasarkan keterangan yang diberikan oleh Pemohon.


Surat Pencatatan Hak Cipta atau produk Hak terkait ini sesuai dengan Pasal 72 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta.
a.n Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Direktur Jenderal Kekayaan Intelektual
u.b.
Direktur Hak Cipta dan Desain Industri

Dr. Syarifuddin, S.T., M.H.


NIP.197112182002121001

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)


PENGANGGARAN DAN KEUANGAN
PENDIDIKAN

Penganggaran dan Keuangan Pendidikan | i


ii | Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd
Penganggaran dan Keuangan Pendidikan | iii
Copyright ©Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd, Bildung, 2022
All rights reserved

PENGANGGARAN DAN KEUANGAN PENDIDIKAN

Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd

Editor: Melvin Rizki Alhamed


Desain Sampul: Rasya Amel Ramadhita
Lay out/tata letak Isi: Meylinda Frisca

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)


Penganggaran dan Keuangan Pendidikan/Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd/Yogyakarta: CV.
Bildung Nusantara, 2022

viii + 90 halaman; 15,5 x 23 cm


ISBN: 978-623-6379-74-5

Cetakan Pertama: Januari 2022

Penerbit:
BILDUNG
Jl. Raya Pleret KM 2
Banguntapan Bantul Yogyakarta 55791
Telpn: +6281227475754 (HP/WA)
Email: bildungpustakautama@gmail.com
Website: www.penerbitbildung.com

Anggota IKAPI

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak


sebagian atau seluruh isi buku tanpa seizin tertulis dari Penerbit dan Penulis

iv | Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat


Allah SWT karena buku ini telah selesai disusun. Buku ini disusun agar
dapat membantu para mahasiswa dalam mempelajari konsep-konsep
Penganggaran dan Keuangan Pendidikan beserta mempermudah
mempelajari materi Penganggaran dan Keuangan Pendidikan terutama
bagi yang belum mengenal manajemen keuangan itu sendiri.
Penulis pun menyadari jika didalam penyusunan buku ini
mempunyai kekurangan, namun penulis meyakini sepenuhnya bahwa
sekecil apapun buku ini tetap akan memberikan sebuah manfaat bagi
pembaca.
Akhir kata untuk penyempurnaan buku ini, maka kritik dan saran
dari pembaca sangatlah berguna untuk penulis kedepannya.

Medan, Januari 2022

Penulis

Penganggaran dan Keuangan Pendidikan | v


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ꙮ v
DAFTAR ISI ꙮ vi

BAB 1
KONSEP MANAJEMEN DAN PENGANGGARAN
PENDIDIKAN ꙮ 1
A. Tujuan Pembelajaran ꙮ 1
B. Pengertian Manajemen Keuangan dan Pembiayaan Pendidikan ꙮ 1
C. Tujuan dan Fungsi Manajemen Keuangan dan Pembiayaan
Lembaga Pendidikan ꙮ 4
D. Prinsip dan Prosedur Penyusunan Anggaran Pendidikan ꙮ 7
E. Karakteristik Keuangan dan Pembiayaan Pendidikan ꙮ 8
F. Evaluasi/Soal Latihan ꙮ 9

BAB II
KONSEP MANAJEMEN KEUANGAN PENDIDIKAN ꙮ 10
A. Tujuan Pembelajaran ꙮ 10
B. Konsep Manajemen Keuangan Pendidikan ꙮ 10
C. Tujuan Manajemen Keuangan Pendidikan ꙮ 14
D. Ruang Lingkup Manajemen Keuangan Pendidikan ꙮ 18
E. Prinsip Manajemen Keuangan Pendidikan ꙮ 24
F. Evaluasi/Soal Latihan ꙮ 25

BAB III
ANGGARAN PENDIDIKAN ꙮ 26
A. Tujuan Pembelajaran ꙮ 26
B. Konsepsi Anggaran Pendidikan ꙮ 26
C. Bentuk-Bentuk Anggaran Pendidikan ꙮ 30
D. Asas-asas dan Prinsip dalam Penyusunan Anggaran Pendidikan ꙮ 31

vi | Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd


E. Fungsi Anggaran Pendidikan ꙮ 34
F. Karakteristik Anggaran Pendidikan ꙮ 36
G. Evaluasi/Soal Latihan ꙮ 37

BAB IV
KONSEP DASAR MANAJEMEN PEMBIAYAAN
PENDIDIKAN ꙮ 38
A. Tujuan Pembelajaran ꙮ 38
B. Konsep Manajemen Pembiayaan Pendidikan ꙮ 38
C. Prinsip Manajemen Pembiayaan Pendidikan ꙮ 44
D. Asas-asas Penyusunan RKAS ꙮ 46
E. Jenis Pembiayaan Pendidikan ꙮ 47
F. Evaluasi/Soal Latihan ꙮ 52

BAB V
PENDANAAN PENDIDIKAN ꙮ 53
A. Tujuan Pembelajaran ꙮ 53
B. Manajemen (Pengelolaan) Pendanaan Pendidikan ꙮ 53
C. Strategi Pemerolehan Sumber Pendanaan Pendidikan ꙮ 55
D. Kelemahan Struktural Sistem Pendanaan Pendidikan ꙮ 61
E. Evaluasi/Soal Latihan ꙮ 64

BAB VI
SUMBER-SUMBER PEMBIAYAAN PENDIDIKAN ꙮ 65
A. Tujuan Pembelajaran ꙮ 65
B. Model Pembiayaan Pendidikan ꙮ 65
C. Analisa Pembiayaan Pendidikan ꙮ 75
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Biaya Pendidikan ꙮ 77
E. Sumber Pembiayaan Pendidikan Dasar dan Menengah ꙮ 78
F. Pembiayaan Pendidikan Tinggi ꙮ 81
G. Evaluasi/Soal Latihan ꙮ 84

DAFTAR PUSTAKA ꙮ 85
GLOSARIUM ꙮ 88
BIOGRAFI PENULIS ꙮ 91

Penganggaran dan Keuangan Pendidikan | vii


viii | Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd
BAB I
KONSEP MANAJEMEN DAN PENGANGGARAN
PENDIDIKAN

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini mahasiswa mampu memahamai
pengertian manajemen keuangan dan pembiyaan Pendidikan, tujuan
dan fungsi manajemen keuangan dan pembiayaan Lembaga Pendidikan,
serta prinsip dan prosedur penyusunan anggaran Pendidikan, termasuk
juga mengenai karakteristik manajemen keuangan dan pembiayaan
Pendidikan.
B.
Pengertian Manajemen Keuangan dan Pembiayaan
Pendidikan
Lembaga pendidikan dari semua jenjang pendidikan mulai dari
prasekolah, sekolah sampai perguruan tinggi merupakan entitas
organisasi yang dalam operasionalnya memerlukan dan membutuhkan
uang (money) untuk menggerakkan semua sumber daya (resource)
yang dimilikinya. Dalam pemahaman Rofiq, A. (2017) menjelaskan
bahwa uang ini termasuk sumber daya yang langka dan terbatas. Oleh
karena itu perlu dikelola dengan efektif dan efisien agar membantu
pencapaian tujuan pendidikan. Untuk itu, kajian tentang pengelolaan
keuangan di lingkungan pendidikan dibahas tuntas dalam mata kuliah
Manajemen Keuangan dan Pembiayaan Pendidikan. Untuk memahami
dan mendalami mata kuliah ini dengan tuntas dan mendalam (Henukh,
2019).
Ada beberapa istilah yang akan sering kita gunakan, antara lain
manajemen keuangan pendidikan (financial management education),
anggaran pendidikan (education budget), pendanaan pendidikan
(education funding), dan pembiayaan pendidikan (financing

Penganggaran dan Keuangan Pendidikan | 1


education). Keempat istilah ini menjadi satu kesatuan dalam memaknai
konsepsi manajemen keuangan dan pembiayaan pendidikan dan
turunannya baik konseptual strategis, taktis, teknis dan operasional
(K, 2015). manajemen keuangan dan pembiayaan pendidikan
merupakan konsepsi berpikir secara global, umum dan menyeluruh
sebagai wujud implementasi dari berbagai regulasi, kebijakan, aturan,
dan program berkenaan dengan manajemen keuangan pendidikan,
anggaran pendidikan, pendanaan pendidikan, pembiayaan pendidikan
dan berbagai sumber daya pendidikan lainnya yang secara langsung
menunjang efektivitas dan efisiensi layanan pendidikan (Budaya, 2017).
Sumber daya pendidikan yang dimaksud dan dipandang sebagai
instrumen produksi atau proses yang menentukan terselenggaranya atau
tidak proses pendidikan adalah faktor uang (money). Konsepsi berpikir
manusia dalam berbagai aktivitas dari dulu memandang uang memiliki
peran strategis sepertinya peribahasa (wisdom word) yang menyatakan
―uang memang bukan segalanya, tapi jangan lupa, segalanya butuh
uang, termasuk dalam mengelola lembaga pendidikan (Nurhadi, 2005).
Lembaga pendidikan juga tidak mungkin mencapai target tinggi,
menjadi yang terbaik, menjadi yang bermutu, memiliki reputasi bagus
dan banyak lagi label prestasi yang ingin dicapai. Tentunya keyakinan
saya dan banyak pihak lainnya berpikir tidak mungkin bisa diwujudkan
tanpa dukungan uang (money) yang memadai, apalagi tidak didukung
dengan pengelolaan yang baik. Oleh sebab itu sumber daya uang sangat
menentukan capaian dan targetnya bisa terwujud jika dikelola dengan
professional, berkeadilan, berkecukupan, dan berkelanjutan.
Biaya pendidikan merupakan salah satu komponen instrumental
(instrumental input) yang sangat penting dalam penyelenggaraan
pendidikan disekolah. (Supriyadi, 2006: 3). Menurut Mulyasa (2005:47)
“keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya
yang secara langsung menunjang efektifitas dan efisiensi pengelolaan
pendidikan”. Menurut Harsono (2007: 9), “Biaya pendidikan
adalah semua pengeluaran yang memiliki kaitan langsung dengan
penyelenggaraan pendidikan”. Menurut sumbernya biaya pendidikan
dapat digolongkan menjadi 4 jenis yaitu: a) biaya pendidikan dari
pemerintah, b) biaya pendidikan dari masyarakat orang tua/wali kelas,

2 | Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd


c) biaya pendidikan dari masyarakat bukan orang tua/wali siswa missal
sponsor dari lembaga keuangan dan perusahaan, 4) lembaga pendidikan
itu sendiri (Monita, 2019).
Anggaran pendidikan pada dasarnya adalah pernyataan system
yang berkaitan dengan program pendidikan, yaitu penerimaan dan
pengeluaran yang direncanakan dalam suatu periode kebijakan keuangan
(fiscal), serta didukung dengan data yang mencerminkan kebutuhan,
tujuan proses pendidikan dan hasil sekolah yang direncanakan.
Defenisi anggaran atau budget menurut Munandar (2001:3) adalah
“suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh
kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter
dan berlaku dalam jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang.”
Anggaran merupakan alat untuk merencanakan dan mengendalikan
keuangan perusahaan dalam penyusunannya dilakukan secara periodik.
Pengertian lain dari anggaran menurut Nafarin (2007:11)
menyatakan bahwa “Anggaran adalah suatu rencana kuantitatif (satuan
jumlah) periodik yang disusun berdasarkan program yang telah
disahkan.” Anggaran (budget) merupakan rencana tertulis mengenai
kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif untuk
jangka waktu tertentu dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang,
tetapi dapat juga dinyatakan dalam satuan barang/jasa. Sedangkan
menurut Garrison dan Noreen (2007:402) mendefenisikan anggaran
sebagai berikut: “Anggaran adalah rencana rinci tentang perolehan dan
penggunaan sumber daya keuangan dan sumber daya lainnya untuk
suatu periode tertentu”.
Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa suatu
anggaran memiliki empat unsur (Armida, 2012), yaitu:
1. Rencana yaitu suatu penentuan terlebih dahulu tentang aktivitas
yang akan dilakukan di waktu yang akan dating. Dengan adanya
rencana berarti ada suatu pedoman mengenai apa yang akan
dilakukan sehingga perusahaan akan lebih terarah menuju tujuan
yang ditetapkan.
2. Meliputi seluruh kegiatan perusahaan yaitu mencakup kegiatan
yang akan dilakukan oleh semua bagian-bagian yang ada dalam

Penganggaran dan Keuangan Pendidikan | 3


perusahaan. Secara umum perusahaan meliputi lima kelompok yaitu
pemasaran, keuangan, produksi, administrasi, dan personalia.
3. Dinyatakan dalam satuan moneter yaitu satuan yang berlaku
di Indonesia adalah Rupiah. Hal ini mengingat masing-masing
perusahaan menggunakan unit moneter yang berbeda-beda, seperti
material menggunakan kesatuan berat (kilogram) dan kesatuan
panjang (meter). Dengan unit moneter dapatlah diseragamkan
semua satuan unit tersebut, memungkinkan untuk dijumlahkan,
diperbandingkan serta dianalisis lebih lanjut.
4. Jangka waktu tertentu yang akan datang yaitu menunjukkan bahwa
anggaran berlaku untuk masa yang akan dating. Oleh karena itu, apa
yang dimuat dalam anggaran adalah taksiran-taksiran tentang apa
yang akan terjadi dan apa yang akan dilakukan diwaktu yang akan
datang.
C. Tujuan dan Fungsi Manajemen Keuangan dan Pembiayaan
Lembaga Pendidikan
Pelaksanaan suatu manajemen tentunya harus memiliki tujuan
yang jelas. Dalam hal ini, tujuan penerapan manajemen keuangan
sekolah adalah memenuhi kebutuhan pendanaan yang berhubungan
dengan kegiatan sekolah yang bisa dilakukan dengan cara direncanakan
lebih dulu, diupayakan pengadaannya, dibukukan dengan transparan
dan juga digunakan untuk pembiayaan program sekolah dengan efektif
dan efisien (Sulasmi, 2020).
Sementara itu, secara umum tujuan manajemen keuangan
sekolah adalah untuk: Agar bisa meningkatkan efektivitas dan efisiensi
pemakaian dana sekolah Meningkatkan akuntanbilitas dan juga
tranparansi yang berhubungan dengan keuangan sekolah Meminimalisir
penyalahgunaan anggaran untuk hal yang tidak diperlukan Lantas,
dari mana sebenarnya sumber keuangan sekolah didapatkan? Sumber
keuangan sekolah tidak hanya didapatkan dari iuran wajib siswa saja,
ada beberapa pemasukan lain yang masuk ke dalam keuangan kas
sekolah seperti dari bantuan orang tua, dana BOS, sumbangan hingga
unit bisnis. Sumber keuangan tersebut harus di manage dengan baik
untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan (Nursanti, 2007).

4 | Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd


Melalui kegiatan manajemen keuangan dan pembiayaan, kebutuhan
pendanaan, pembiayaan kegiatan dan anggaran lembaga pendidikan
dapat direncanakan, diupayakan pengadaannya, dibukukan secara
transparan, digunakan untuk membiayai pelaksanaan program lembaga
pendidikan secara efektif dan efisien, sekaligus dipertanggungjawabkan
untuk memberikan rasa puas pada pihak-pihak yang mendonasikan
uang untuk kegiatan lembaga pendidikan. Uraian ini sekaligus
memperkuat Untuk itu tujuan manajemen keuangan dan pembiayaan
lembaga pendidikan adalah:
1. Meningkatkan penggalian sumber biaya lembaga pendidikan
2. Menciptakan pengendalian yang tepat sumber keuangan organisasi
Pendidikan Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan
keuangan lembaga pendidikan
3. Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi keuangan Lembaga
pendidikan
4. Meminimalkan penyalahgunaan anggaran lembaga pendidikan
5. Mengatur dana-dana yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal
untuk menunjang tercapainya tujuan lembaga pendidikan dan
tujuan pembelajaran.
6. Membangun sistem pengelolaan keuangan yang sehat, mudah diakses
dan memiliki sistem pengamanan yang terjamin dari tindakan-
tindakan yang tidak terpuji.
7. Meningkatkan partisipasi stakeholders pendidikan dalam pembiayaan
pendidikan (Tjandra, W.R., 2006).
Lebih lanjut, Suad Husnan (1992;4) menjelaskan tujuan
manajemen keuangan dan pembiayaan lembaga pendidikan agar para
manajer pendidikan dapat menggunakan dan menggali sumber-sumber
pendanaan secara memadai dari berbagai pihak untuk dipergunakan
dan dipertanggungjawabkan. Dalam pelaksanaan manajemen
keuangan dan pembiayaan pendidikan itu, juga ada beberapa tahapan
penting yang perlu dilaksanakan, di antaranya tahap perencanaan
keuangan (financial plan), penganggaran (budgeting), pelaksanaan
pembukuan (accounting) dan tahap penilaian atau auditing, (Thomas.
H. Jones,1985;22).

Penganggaran dan Keuangan Pendidikan | 5


Fokus manajemen keuangan dan pembiayaan pendidikan
bersifat publik, menurut Abdullah (2011;12) merupakan upaya
pengelolaan sumber dana yang tersedia di lembaga pendidikan untuk
dapat dipergunakan seefektif mungkin, dalam pengertian bahwa
dana (uang) yang tersedia itu bisa dipergunakan untuk memberikan
layanan pendidikan sesuai dengan perencanaan (budgeting) yang
sudah ditetapkan. Di samping itu, Nawawi (1989,68) menjelaskan
manajemen keuangan dan pembiayaan pendidikan bertujuan untuk
mengelola keuangan lembaga pendidikan dengan membuat berbagai
kebijaksanaan dalam pengadaan, penggunaan keuangan guna
mewujudkan kegiatan organisasi lembaga pendidikan berupa kegiatan
perencanaan, pengaturan, pertanggungjawaban dan pengawasan
keuangan lembaga pendidikan itu sendiri.
Turunan tujuan manajemen keuangan dan pembiayaan pendidikan
ini menegaskan fungsi manajemen keuangan dan pembiayaan
pendidikan menjadi acuan dalam dokumen (Atmaja et al., 2016):
1. Perencanaan Keuangan dengan membuat rencana pemasukan dan
pengeluaran serta kegiatan-kegiatan lainnya untuk periode tertentu;
2. Penganggaran Keuangan berupa tindak lanjut dari perencanaan
keuangan dengan membuat detail pengeluaran dan pemasukan;
3. Pengelolaan Keuangan dengan menggunakan dana lembaga pendidikan
untuk memaksimalkan dana yang ada dengan berbagai cara;
4. Pencarian Keuangan, mencari dan mengeksploitasi sumber dana
yang ada untuk operasional kegiatan perusahaan;
5. Penyimpanan Keuanganberupa mengumpulkan dana Lembaga
pendidikan serta menyimpan dan mengamankan dana tersebut.
6. Pengendalian Keuangan berupa evaluasi serta perbaikan atas
keuangan dan sistem keuangan pada perusahaan;
7. Pemeriksaan Keuangan, melakukan audit internal atas keuangan
lembaga pendidikan yang ada agar tidak terjadi penyimpangan.
8. Pelaporan keuangan, penyediaan informasi tentang kondisi keuangan
lembaga pendidikan sekaligus sebagai bahanevaluasi;
Aktivitas manajemen keuangan dan pembiayaan pendidikan di
atas menjadi indikator bagi keberhasilan satuan pendidikan dalam
mengelola keuangan dan pembiayaan pendidikan.

6 | Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd


D. Prinsip dan Prosedur Penyusunan Anggaran Pendidikan
Kegiatan manajemen keuangan dan pembiayaan lembaga
pendidikan perlu memerhatikan sejumlah prinsip, antara lain, 1)
hemat, tidak mewah, efisien dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang
diisyaratkan dalam regulasi dan kebijakan yang berlaku, 2) terarah
dan terkendali sesuai dengan rencana, program atau kegiatan lembaga
pendidikan, 3) keharusan penggunaan kemampuan atau hasil produksi
dalam negeri sejauh hal ini memungkinkan, 4) transparansi sebagai
implikasi dari keterbukaan informasi publik, 5) penguatan partisipasi
publik atau masyarakat.
Di samping itu prinsip-prinsip dalam manajemen keuangan dan
pembiayaan lembaga pendidikan di Indonesia di atur dalam Undang-
undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pasal 48 menyatakan bahwa pengelolaan dana pendidikan berdasarkan
pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik.
Hubungan di antara prinsip- prinsip manajemen keuangan lembaga
pendidikan, bisa dijelaskan melalui gambar 1.3 sebagai berikut:

Penganggaran dan Keuangan Pendidikan | 7


Untuk memahami berbagai prinsip manajemen keuangan dan
pembiayaan pendidikan di atas, dijelaskan pada bab berikutnya
mengenai beberapa prinsip penting saja, diantaranya
1. Transparansi,
2. Akuntabilitas,
3. Efektivitas,
4. Efisiensi sesuai dengan kebutuhan yang diisyaratkan,
5. Peningkatan partisipasi stakeholder pendidikan,
6. Hemat, tidak mewah,
7. Terarah dan terkendali sesuai dengan rencana, program/kegiatan,
8. Keharusan penggunaan produksi dalam negeri (tangkudung, a. R.
T. 2014).
E. Karakteristik Keuangan dan Pembiayaan Pendidikan
Ada beberapa karakteristik penting yang perlu diperhatikan dalam
manajemen keuangan dan pembiayaan pendidikan, di antaranya:
1. Trend pembiayaan pendidikan selalu menunjukkan kenaikan,
dimana perhitungan pembiayaan pendidikan dinyatakan dalam
satuan unit cost yang terdiri dari:
a. Unit cost lengkap, yaitu perhitungan unit cost berdasarkan semua
fasilitas yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan pendidikan;
b. Unit cost setengah lengkap, hanya memperhitungkan biaya
kebutuhan yang berkenaan dengan bahan dan alat yang berangsur
habis walaupun jangka waktunya berbeda;
c. Unit cost sempit, yaitu unit cost yang diperoleh hanya dengan
memperhitungkan biaya yang langsung berhubungan dengan
memperhitungkan biaya yang lain yang berhubungan dengan
kegiatan belajar mengajar.
2. Pembiayaan terbesar dalam pelaksanaan pendidikan adalah biaya pada
faktor sumber daya manusia. Dimana pendidikan dapat dikatakan
sebagai -human investment, yang artinya biaya terbesar diserap oleh
tenaga manusia, yakni pendidik dan tenaga kependidikan;
3. Unit cost pendidikan akan naik sepadan dengan tingkat sekolah,
semakin bermutu sekolah tersebut, kecenderungan penggunaan biaya
yang besar semakin menjadi kebutuhan yang realistis dan sebaliknya

8 | Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd


semakin kecil biaya yang disediakan kecenderungan untuk tidak
bermutu semakin menjadi realistis;
4. Unit cost pendidikan dipengaruhi oleh jenis lembaga pendidikan.
Biaya untuk sekolah kejuruan lebih besar daripada biaya untuk
sekolah umum;
5. Unit cost rutin komponen yang dibiayai dalam sistem pendidikan
hampir sama dari tahun ke tahun sehingga bisa diprediksi dan
diestimasi. (Suharti, T., & Nurhayati, I.;2015).
Dengan memahami karakteristik manajemen keuangan dan
pembiayaan pendidikan, di atas, tentu para manajer keuangan,
bendahara, perencana keuangan bisa memproyeksi kebutuhan dan
sumber keuangan, pendanaan, dan pembiayaan yang bisa dicarikan
dari berbagai pihak yang terkait dengan proses layanan pendidikan
yang diselenggarakan dapat dipenuhi kebutuhannya. Sehingga siap
memberikan layanan terbaik dan mutu pendidikan yang sesuai dengan
harapan segenap stakeholder pendidikan.
F. Evaluasi/Soal Latihan
SOAL
1. Jelaskan pengertain manajemen keuangan dan pembiyaan
Pendidikan?
2. Apa tujuan dan fungsi manajemen keuangan dan pembiayaan
Lembaga Pendidikan?
3. Jelaskan prinsip dan prosedur penyusunan anggaran Pendidikan?
4. Apa saja karakteristik keuangan dan pembiayaan Pendidikan?

Penganggaran dan Keuangan Pendidikan | 9


BAB II
KONSEP MANAJEMEN KEUANGAN PENDIDIKAN

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari topik pembahasan ini, mahasiswa dapat
memahamai Konsep Manajemen Keuangan Pendidikan, Tujuan
Manajemen Keuangan Pendidikan, Ruang Lingkup Manajemen
keuangan Pendidikan, dan Prinsip Manajemen Keuangan pendidikan
B. Konsep Manajemen Keuangan Pendidikan
Manajemen adalah suatu proses dengan mana pelaksanaan suatu
tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi oleh pihak perusahaan.
Manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan
orang lain dan mengawasi usaha-usaha induvidu untuk mencapai
tujuan bersama. Manajemen adalah pencapaian tujuan yang ditetapkan
terlebih dahulu dengan mempergunakan kegiatan orang lain
(Choiriyah, 2014). Keuangan merupakan jumlah uang yang dihasilkan
dan dibelanjakan untuk berbagai keperluan penyelenggaraan yang
mencakup gaji, peningkatan profesional, pengadaan sarana, perbaikan
ruang, pengadaan peralatan kantor, pengadaan alat-alat, alat tulis
kantor (ATK), kegiatan. Penjelasan di atas menggambarkan bahwa
keuangan adalah jumlah uang yang dihasilkan dan dibelanjakan untuk
pengelolaan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan
yang telah ditentukan.
Manajemen keuangan merupakan suatu ilmu yang mempelajari
tentang perencanaan, pemeriksaan, penganggaran, pengelolaan,
pencarian, pengendalian dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh suatu
perusahaan dengan tujuan menyeluruh. Beberapa definisi manajemen
keuangan menurut para ahli adalah sebagai berikut (Nurhadi, 2005):
(1) Liefman mengatakan, manajemen keuangan adalah usaha untuk
menyediakan uang dan menggunakan uang untuk mendapat atau

10 | Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd


memperoleh aktiva. Suad Husnan mengatakan manajemen keuangan
adalah manajemen terhadap fungsi-fungsi keuangan. (2) Gresten berg
mengatakan, manajemen keuangan adalah “how business are organized
to acquire funds, how they acquire funds, how the use them and how
the prof ts business are distributed. (bagaimana bisnis diatur untuk
memperoleh dana, bagaimana mereka memperoleh dana, bagaimana
penggunaan mereka dan bagaimana bisnis prof ts didistribusikan). (3)
James Van Horne mengatakan bahwa manajemen keuangan adalah
segala aktivitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan dan
pengelolaan aktiva dengan tujuan menyeluruh. (4) Bambang Riyanto
mengatakan bahwa manajemen keuangan adalah keseluruhan aktivitas
perusahaan yang berhubungan dengan usaha mendapatkan dana yang
diperlukan dengan biaya yang minimal dan syarat-syarat yang paling
menguntungkan beserta usaha untuk menggunakan dana tersebut
seefisien mungkin. Jadi dapat di simpulkan, bahwa manajemen
keuangan adalah suatu kegiatan perencanaan, penganggaran,
pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan penyimpanan
dana yang dimiliki oleh organisasi atau perusahaan.
Berbicara mengenai keuangan dalam kehidupan manusia khususnya
keluarga bukan hanya sekedar jumlah uang yang dimiliki, tetapi juga
bagaimana cara memanfaatkan dan pengalokasian uang yang diperoleh
untuk mencapai kesejahteraan keuangan keluarga. Untuk mencapai
kesejahteraan keuangan diperlukan pengetahuan dan implementasi atas
praktik keuangan yang sehat, idealnya perlu dimiliki dan di terapkan
dalam kehidupan oleh setiap orang. Hal ini dapat dilihat dari sejauh
mana individu atau keluarga dalam perencanaan keuangannya untuk
masa yang akan datang. Perencanaan keuangan dapat mengantisipasi
segala hal-hal buruk yang akan mungkin terjadi dimasa yang akan
datang, maka di perlukan perencanaan keuangan sejak dini.
Perencanaan keuangan diperlukan agar dapat mencapai tujuan
keuangan secara menyeluruh dan mencakup seluruh siklus kehidupan,
dari sekarang hingga nanti, tanpa adanya perencanaan yang benar dan
matang, bisa terjadi kekacauan dalam keuangan. Pengertian Manajemen
Keuangan mengalami perkembangan mulai dari pengertian manajemen
yang hanya mengutamakan aktivitas memperoleh dana saja sampai yang

Penganggaran dan Keuangan Pendidikan | 11


mengutamakan aktivitas memperoleh dan menggunakan dana serta
pengelolaan terhadap aktiva. Khususnya penganalisisan sumber dana
dan penggunaan-nya untuk merealisasikan keuntungan maksimum
bagi perusahaan tersebut.
Seorang manajemen keuangan harus memahami arus peredaran
uang baik eksternal maupun internal. Namun, Manajemen keuangan
juga berkepentingan dengan penentuan jumlah aktiva yang layak dari
investasi pada berbagai aktiva dan pemilihan sumber-sumber dana
untuk membelanjai aktiva tersebut. Untuk memperoleh dana, manajer
keuangan bisa memperolehnya dari dalam maupun luar perusahaan.
Sumber dari luar perusahaan berasal dari pasar modal, bisa berbentuk
hutang atau modal sendiri.
Keuangan adalah istilah untuk hal-hal yang berkaitan dengan
manajemen, penciptaan, dan studi tentang uang dan investasi.
Keuangan dapat secara luas dibagi menjadi tiga kategori, keuangan
publik, keuangan perusahaan, dan keuangan pribadi. Keuangan, sebagai
cabang teori dan praktik yang berbeda dari ekonomi, muncul pada
tahun 1940-an dan 1950-an dengan karya-karya Markowitz, Tobin,
Sharpe, Treynor, Black, dan Scholes, untuk menyebutkan beberapa
saja. Tentu saja, topik keuangan- seperti uang, perbankan, pinjaman,
dan investasi- sudah ada sejak awal sejarah manusia dalam beberapa
bentuk atau lainnya.
Saat ini, "keuangan" biasanya dipecah menjadi tiga kategori besar:
Keuangan publik meliputi sistem pajak, pengeluaran pemerintah,
prosedur anggaran, kebijakan dan instrumen stabilisasi, masalah utang,
dan masalah pemerintah lainnya. Keuangan perusahaan melibatkan
pengelolaan aset, kewajiban, pendapatan, dan utang untuk bisnis.
Keuangan pribadi mendefinisikan semua keputusan keuangan dan
kegiatan individu atau rumah tangga, termasuk penganggaran, asuransi,
perencanaan hipotek, tabungan, dan perencanaan pensiun.
Keuangan Publik, Pemerintah membantu mencegah kegagalan
pasar dengan mengawasi alokasi sumber daya, distribusi pendapatan,
dan stabilisasi ekonomi. Pendanaan rutin untuk program-program ini
sebagian besar dijamin melalui perpajakan. Meminjam dari bank, dan

12 | Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd


perusahaan asuransi serta mendapatkan dividen dari perusahaannya
juga membantu membiayai pemerintahan. Keuangan Perusahaan,
Bisnis memperoleh pembiayaan melalui berbagai cara, mulai dari
investasi ekuitas hingga pengaturan kredit. Suatu perusahaan dapat
mengambil pinjaman dari bank atau mengatur jalur kredit. Memperoleh
dan mengelola utang dengan tepat dapat membantu perusahaan
berkembang dan menjadi lebih menguntungkan.
Keuangan Pribadi, Perencanaan keuangan pribadi umumnya
melibatkan analisis posisi keuangan individu atau keluarga saat ini,
memprediksi kebutuhan jangka pendek, dan jangka panjang, dan
melaksanakan rencana untuk memenuhi kebutuhan tersebut dalam
batasan keuangan individu. Keuangan pribadi sangat tergantung pada
pendapatan seseorang, kebutuhan hidup, dan tujuan serta keinginan
individu.
Aspek terpenting dari keuangan pribadi meliputi: Menilai status
keuangan saat ini: arus kas yang diharapkan, tabungan saat ini, dll,
Membeli asuransi untuk melindungi dari risiko dan memastikan
kedudukan materi seseorang aman. Menghitung dan mengajukan
pajak, tabungan dan investasi,dan Perencanaan pensiun. Pengelolaan
manajemen keuangan pada setiap instansi atau lembaga baik pendidikan
maupun non-pendidikan sangat perlu dilakukan untuk mengatur
aktivitas kinerja. Pengelolaan dalam lembaga pendidikan meliputi
banyak aspek, salah satunya yaitu pengelolaan keuangan.
Pengelolaan keuangan adalah perencanaan, pengarahan,
pemantauan, pengorganisasian, dan pengendalian sumber daya moneter
dari sebuah organisasi yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan
organisasi. Keuangan sekolah perlu dikelola dengan baik. Pengelolaan
keuangan sekolah penting untuk dilakukan agar dana yang diperoleh
dapat digunakan secara efektif dan efisien. Pengelolaan atau manajemen
adalah ilmu seni dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya
manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.
Pengelolaan keuangan sekolah yang baik dapat dilakukan dengan
menggunakan: asas pemisahan tugas, perencanaan, pembukuan setiap

Penganggaran dan Keuangan Pendidikan | 13


transaksi, pelaporan dan pengawasan. Manajemen keuangan sekolah
sangat penting hubungannya dalam pelaksanaan kegiatan sekolah.
Ada beragam sumber dana yang dimiliki oleh suatu sekolah, baik
dari pemerintah maupun pihak lain. Ketika dana masyarakat atau
dana pihak ketiga lainnya mengalir masuk, harus dipersiapkan sistem
pengelolaan keuangan yang professional dan jujur.
Pengelolaan keuangan secara umum sebenarnya telah dilakukan
dengan baik oleh semua sekolah. Hanya kadar substansi pelaksanaanya
yang beragam antara sekolah yang satu dengan yang lainnya. Adanya
keragaman ini bergantung pada besar kecilnya tiap sekolah, letak sekolah
dan julukan sekolah. Pada sekolah-sekolah biasa yang daya dukung
masyarakatnya masih tergolong rendah, pengelolaan keuangannya pun
masih sederhana.
Sedangkan, pada sekolah-sekolah biasa yang daya dukung
masyarakatnya besar, bahkan mungkin sangat besar, tentu saja pengelolaan
keuangannya cenderung menjadi lebih rumit. Kecenderungan ini
dilakukan karena sekolah harus mampu menampung berbagai kegiatan
yang semakin banyak dituntut oleh masyarakat.
C. Tujuan Manajemen Keuangan Pendidikan
Manajemen keuangan adalah kegiatan perencanaan, pengelolaan,
penyimpanan, serta pengendalian dana dan aset yang dimiliki suatu
perusahaan. Pengelolaan keuangan harus direncanakan dengan matang
agar tidak timbul masalah di kemudian hari. Keuangan mengacu
pada perencanaan strategis, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian usaha keuangan dalam suatu organisasi atau lembaga.
Ini juga mencakup penerapan prinsip-prinsip manajemen pada aset
keuangan suatu organisasi, sementara juga memainkan peran penting
dalam manajemen fiskal. Manajemen yang tepat dari keuangan
organisasi menyediakan bahan bakar berkualitas dan layanan rutin
untuk memastikan fungsi yang efisien.
Jika keuangan tidak ditangani dengan baik, organisasi akan
menghadapi hambatan yang mungkin berdampak parah pada
pertumbuhan dan perkembangannya. Seringkali organisasi memiliki
departemen khusus yang menangani masalah keuangan perusahaan.

14 | Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd


Seorang manajer keuangan ditunjuk untuk menangani keuangan dan
mengelola sumber dayanya dalam suatu perusahaan. Semua keputusan
terkait keuangan diambil pada posisi ini. Tergantung pada profil
perusahaan, departemen keuangan dapat memiliki beberapa sebutan
untuk memenuhi berbagai kebutuhan perusahaan.
Pengelolaan manajemen keuangan pada setiap instansi atau lembaga
baik pendidikan maupun non-pendidikan sangat perlu dilakukan untuk
mengatur aktivitas kinerja. Pengelolaan dalam lembaga pendidikan
meliputi banyak aspek, salah satunya yaitu pengelolaan keuangan.
Pengelolaan keuangan adalah perencanaan, pengarahan, pemantauan,
pengorganisasian, dan pengendalian sumber daya moneter dari sebuah
organisasi yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.
Keuangan sekolah perlu dikelola dengan baik. Pengelolaan keuangan
sekolah penting untuk dilakukan agar dana yang diperoleh dapat
digunakan secara efektif dan efisien (Harahap et al., 2017).
Menurut Hasibuan (2011: 2) menjelaskan bahwa pengelolaan atau
manajemen adalah ilmu seni dan seni mengatur proses pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan
efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Pengelolaan keuangan
sekolah yang baik dapat dilakukan dengan menggunakan: asas
pemisahan tugas, perencanaan, pembukuan setiap transaksi, pelaporan
dan pengawasan.
Manajemen keuangan sekolah sangat penting hubungannya dalam
pelaksanaan kegiatan sekolah. Ada beragam sumber dana yang dimiliki
oleh suatu sekolah, baik dari pemerintah maupun pihak lain. Ketika
dana masyarakat atau dana pihak ketiga lainnya mengalir masuk,
harus dipersiapkan sistem pengelolaan keuangan yang professional dan
jujur. Pengelolaan keuangan secara umum sebenarnya telah dilakukan
dengan baik oleh semua sekolah. Hanya kadar substansi pelaksanaanya
yang beragam antara sekolah yang satu dengan yang lainnya.
Adanya keragaman ini bergantung pada besar kecilnya tiap
sekolah, letak sekolah dan julukan sekolah. Pada sekolah-sekolah biasa
yang daya dukung masyarakatnya masih tergolong rendah, pengelolaan
keuangannya pun masih sederhana. Sedangkan, pada sekolah-sekolah

Penganggaran dan Keuangan Pendidikan | 15


biasa yang daya dukung masyarakatnya besar, bahkan mungkin sangat
besar, tentu saja pengelolaan keuangannya cenderung menjadi lebih
rumit. Kecenderungan ini dilakukan karena sekolah harus mampu
menampung berbagai kegiatan yang semakin banyak dituntut oleh
masyarakat.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia manajemen artinya
penggunaan sumber daya secara efektif dan efisien. Manajemen
keuangan dimaksudkan sebagai suatu manajemen terhadap fungsi-
fungsi keuangan. Manajemen pembiayaan pendidikan adalah
manajemen terhadap fungsi- fungsi keuangan, yang meliputi sumber
pendapatan dana dan pengunaan dana Pendidikan. Dengan demikian,
dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen
keuangan pendidikan adalah segenap kegiatan yang berkenaan dengan
perencanaan, penataan sumber, penggunaan dan pertanggungjawaban
dana pendidikan.
Secara umum kegiatan yang ada dalam manajemen keuangan
dan dana pendidikan meliputi; penyusunan anggaran, pembiayaan,
pemeriksaan (pertanggungjawaban). Secara khusus bisa ditegaskan
bahwa manajemen keuangan sekolah (lembaga pendidikan) dapat
diartikan sebagai rangkaian aktivitas mengatur keuangan sekolah
mulai dari perencanaan, pembukuan, pembelanjaan, pengawasan dan
pertanggungjawaban keuangan sekolah, sehingga dalam prosesnya
dapat berjalan secara efektif dan terhindar dari berbagai penyalahgunaan
yang berdampak pada terhambatnya proses pendidikan sehingga
tujuan pendidikan tidak dapat diwujudkan secara maksimal. Tanpa
perencanaan yang matang, serta pelaksanaan yang sesuai dengan
perencanaan disertai dengan pertanggungjawaban dengan baik, maka
sulit diharapkan pendanaan pendidikan yang sumbernya terbatas akan
mampu mendukung berjalannya proses pendidikan secara efektif.
Salah satu tugas manajer adalah menganggarkan biaya pendidikan
yang tepat, efektif, dan efesien. Salah satu fungsi manajemen adalah
menyusun anggaran biaya (budgeting). Oleh karena itu, salah satu
tugas manajer adalah membuat anggaran biaya. Setiap lembaga
membutuhkan pembiayaan yang terencana dengan matang, oleh
karena itu manajer harus memperhatikan income yang di peroleh

16 | Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd


sebelum mengeluarkan dana untuk kegiatan tertentu. Suatu anggaran
merupakam rencana penggunaan sumber- sumber keuangan yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan terpadu.
Kemudian, dalam rangka mewujudkan pembiayaan pendidikan
yang bisa menunjang tercapainya tujuan pendidikan yaitu meningkatkan
mutu SDM maka pembiayaan pendidikan itu harus dimenej sebaik
mungkin. Dengan kata lain bisa ditegaskan bahwa, supaya berhasil
manajemen pembiayaan pendidikan itu harus dijalankan secara efektif
yaitu dengan menjalankan fungsi-fungsi perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan (pertanggungjawaban) (Choiriyah, 2014).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam fungsi pembiayaan
adalah: a) perencanaan tentang jumlah biaya yang diperlukan; b) Sumber
biaya yang diperoleh atau diusahakan; c) mekanisme penggunaannya;
d) pelaksanaan pembiayaan kegiatan; e) pola pembukuan dan
pertangungjawabannya; serta f ) pengawasan. Jadi secara konseptual,
dalam manajemen pendanaan pendidikan langkah yang harus
ditempuh adalah sama dengan manajemen secara umum yaitu
membuat perencanaan penganggaran dana pendidikan, menjalankan
setiap program yang telah direncanakan, serta mengawasi pelaksanaan
setiap program penganggaran yang telah direncanakan, sehingga
bisa dipertanggung jawabkan dengan baik sehingga penggunaan
anggaran pendidikan terhindar dari penyelewengan-penyelewengan
yang menghambat tercapainya tujuan pendidikan itu sendiri yaitu
meningkatkan SDM.
Pembiayaan pendidikan tidak pernah tetap akan tetapi selalu
berkembang dari tahun ke tahun. Secara garis besar perubahan
pembiayaan ini dipengaruhi oleh dua hal yaitu faktor eksternal dan
internal.
1. Faktor eksternal, yaitu faktor yang ada diluar sistem pendidikan
yang meliputi; Berkembangnya demokrasi pendidikan, kebijakan
pemerintah, tuntutan akan pendidikan, adanya inflasi.
2. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam sistem
pendidikan itu sendiri yang sepenuhnya mempengaruhi besarnya
biaya pendidikan, antara lain sebagai berikut; Tujuan pendidikan,

Penganggaran dan Keuangan Pendidikan | 17


pendekatan yang digunakan, materi yang disajikan, tingkat dan jenis
pendidikan
D. Ruang Lingkup Manajemen Keuangan Pendidikan
Sebelumnya telah dijelaskan ada 3 kelompok utama kajian
manajemen keuangan pendidikan, yaitu penyusunan perencanaan
anggaran (budgeting), pembukuan (accounting) dan pemeriksaan
(auditing) akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Penyusunan/perencanaan anggaran (budgeting)
Penyusunan/perencanaan anggaran (budgeting) merupakan kegiatan
mengidentifikasitujuan,menentukan prioritas, menjabarkan tujuan
ke dalam penampilan operasional yang dapat diukur, menganalisis
alternatif pencapaian tujuan dengan analisis cost eff ectiveness,
membuat rekomendasi alternatif pendekatan untuk mencapai
sasaran. Kegiatan penyusunan anggaran (budget) pendidikan
merupakan rencana operasional yang dinyatakan secara kuantitatif
dalam bentuk satuan uang yang digunakan sebagai pedoman dalam
lembaga kurun waktu tertentu (Nanang Fattah, 2002). Di samping
itu Budget may be defined as the financial plan for the future,usually
for one year but possibly a longer od shorter period of time (Tim Dosen
Jurusan Administrasi Pendidikan, 2010: 250).
Adapun dalam penyusunan anggaran pendidikan tentu memerhatikan
sumber keuangan pendidikan pada lembaga pendidikan itu sendiri,
misalnya di sekolah, perguruan tinggi, pondok pesantren dan lainnya,
yang secara garis besar dapat dikelompokkan atas tiga sumber, yaitu
a) pemerintah (pemerintah pusat dan pemerintah daerah) yang
bersifat umum atau khusus dan diperuntukkan bagi kepentingan
pendidikan; b) orang tua atau peserta didik; c) masyarakat, baik
mengikat maupun tidak mengikat (Depdiknas, 2000).
Penyusunan rencana anggaran lembaga pendidikan merupakan
kegiatan merencanakan sumber dana untuk menunjukan kegiatan
pendidikan dan tercapainya tujuan pendidikan di lembaga
pendidikan. Lipham (1985) menjelaskan bahwa perencanaan
anggaran untuk mencapai suatu tujuan yang berhubungan dengan
anggaran atau budget, sebagai penjabaran suatu rencana ke dalam

18 | Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd


bentuk dana untuk setiap komponen kegiatan, antara lain penyusun
anggaran lembaga pendidikan, terdiri dari;
a. Perencanaan anggaran,
b. Mempersiapkan anggaran,
c. Mengelola pelaksanaan anggaran,
d. Menilai pelaksanaan anggaran.
Dalam penyusunan perencanaan keuangan pendidikan harus
diperhatikan menurut Morphet (1983), antara lain:
a. Anggaran belanja pendidikan harus dapat mengganti beberapa
peraturan dan prosedur yang tidak efektif sesuai dengan peraturan
dan prosedur yang tidak efektif sesuai dengan kebutuhan
pendidikan saat ini.
b. merevisi peraturan dan input lainnya yang relevan, dengan
merancang pengembangan sistem secara efektif,
c. memonitor rencana dan menilai keluaran pendidikan secara terus
meneruskan dan berkesinambungan sebagai bahan perencanaan
tahap berikutnya. (Mulyasa, 2007;200). Contoh penyusunan
rencana anggaran adalah sekolah menyiapkan Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Sekolah(RAPBS).
2. Pembukuan (accounting) (pembukuan)
Pembukuan (accounting) dalam kegiatan pengurusan keuangan
pendidikan meliputi dua hal, yaitu pertama pengurusan yang
menyangkut kewenangan menentukan kebijakan menerima
atau mengeluarkan uang. Pengurusan ini dikenal dengan istilah
pengurusan ketatausahaan. Pengurusan kedua menyangkut tindak
lanjut dari urusan pertama yakni, menerima, menyimpan dan
mengeluarkan uang. Pengurusan ini tidak menyangkut kewenangan
menentukan, tetapi hanya melaksanakan, dan dikenal dengan istilah
pengurusan bendaharawan.
Sebagai manajer pendidikan hendaknya benar-benar memahami
dan dapat menjelaskan fungsi, tujuan, dan manfaat pembukuan
(accounting) kepada staf yang menangani masalah keuangan, antara
lain:
a. Buku pos (vate book) Buku pos pada prinsipnya memuat
informasi beberapa dana yang masih tersisa untuk tiap pos

Penganggaran dan Keuangan Pendidikan | 19


anggaran kegiatan pendidikan. Buku pos ini juga mencatat
berbagai peristiwa pembelanjaan uang harian. Dari buku pos para
manajer pendidikan dengan mudah dapat melihat apakah lembaga
pendidikan yang dipimpinnya telah membelanjakan uang secara
berlebihan atau sudah sesuai dengan rencana anggaran. Oleh karena
itu, dianjurkan agar para manajer pendidikan menyelenggarakan
buku pos tersebut guna memudahkan mengetahui tingkat realisasi
anggaran Pendidikan.
b. Faktur di sini dapat berupa buku atau lembaran lepas yang dapat
diarsipkan. Faktur berisi rincian tentang: 1) maksud pembelian;
2) tanggal pembelian; 3) jenis pembelian; 4) rincian barang yang
dibeli, 5) jumlah pembayaran, dan 6) tanda tangan pemberi
kuasa anggaran (PKA) Ada pun dalam pembukuan keuangan
pendidikan , hal-hal penting yang perlu diperhatikan antara lain:
1) harus ada nomor untuk diagendakan, 2) kwitansi pembelian
harus dilampirkan, 3) faktur untuk mempertanggungjawabkan
penggunaan uang umum.
c. Buku kas mencatat rincian tentang penerimaan dan pengeluaran
uang di lembaga pendidikan serta sisa saldo secara harian dan pada
hari yang sama, misalnya pembelian spidol, LCD dan kebutuhan
lainnya. Dengan demikian para manajer pendidikan akan segera
tahu tentang keluar masuknya uang pada hari yang sama. Termasuk
yang arus dicatat pada buku kas adalah Cheque yang diterima dan
dikeluarkan padahari itu.
d. Lembar chek, merupakan alat bukti bahwa pembayaran yang
dikeluarkan adalah sah. Lembar cek dikeluarkan bila menyangkut
tagihan atas pelaksanaan suatu transaksi, misalnya barang yang
dipesan sudah dikirimkan dan catatan transaksinya benar. Orang
berhak menandatangani lembar cek adalah kepala sekolah atau
petugas keuangan
e. Jurnal Manajer pendidikan bisa mengetahui secara detail arus
kas (cashflow) karena seluruh transaksi dan akuntansi keuangan
semuanya dicatat di jurnal sebelum diklasifikasikan ke buku besar.
Jurnal mengatur informasi secara kronologis dan sesuai dengan
jenis transaksi.

20 | Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd


Jurnal itu bisa dikelompokkan dalam 4 jenis, antara lain:
1) Jurnal untuk mencatat transaksi pengeluaran kas adalah
suatu pencatatan secara kronologis atas cek yang ditulis, yang
dikategorikan menurut bagan perkiraan/akun,
2) Jurnal untuk mencatat transaksi penerimaan kas adalah
pencatatan secara kronologis atas seluruh setoran yang dibuat,
yang dikategorikan menurut bagan perkiraan/akun,
3) jurnal untuk mencatat transaksi gaji, yaitu jurnal yang mencatat
seluruh transaksi yang terkait dengan penggajian,
4) jurnal untuk mencatat transaksi pengeluaran kas dan piutang
merupakan bagian akun pertambahan biaya dan pendapatan.
Jurnal ini bermanfaat untuk mengelompokkan transaksi
pertambahan biaya dan atau pendapatan yang terlalu besar melalui
jurnal (Zamzami, N., 2015).
f. Buku besar Dalam buku besar dimuat data keuangan yang berisi
informasi dan jurnal hendaknya dipindahkan ke buku besar atau
buku kas induk pada setiap akhir bulan. Buku besar mencatat
kapan terjadinya transaksi keuangan, keluar masuknya uang pada
saat itu dan neraca saldonya.
g. Buku kas pembayaran uang sekolah Berisi catatan tentang
pembayaran uang sekolah siswa menurut tanggal pembayaran,
jumlah dan sisa tunggakan atau kelebihan pembayaran sebelumnya.
Pencatatan untuk tiap pembayaran harus segera dilakukan untuk
menghindari timbulnya masalah karena kwitansi hilang, lupa
menyimpan atau karena pekerjaan yang menjadi bertumpuk.
h. Buku kas piutang Berisi daftar/catatan orang yang berutang
kepada sekolah menurut jumlah uang yang berutang, tanggal
pelunasan, dan sisa utang yang belum dilunasi. Informasi dalam
buku ini harus selalu dalam keadaan mutakhir untuk melihat
jumlah uang milik sekolah yang belum kembali.
i. Neraca percobaan Dalam kegiatan manajemen keuangan
pendidikan dokumen neraca percobaan bertujuan untuk
mengetahui secara tepat keadaan neraca pertanggungjawaban
keuangan lembaga pendidikan secara cepat, misalnya periodisasi
mingguan atau dua mingguan. Hal ini memungkinkan para

Penganggaran dan Keuangan Pendidikan | 21


manajer pendidikan sewaktu-waktu (selama tahun anggaran)
menentukan hal yang harus didahulukan dan menangguhkan
pengeluaran yang terlalu cepat dari pos tertentu. Sehingga ritme
pengeluaran dan skala prioritas kegiatan yang dibiayai bisa
dilaksanakan dengan baik (Shafratunnisa, F.,2016).
3. Pemeriksaan (auditing)
Pemeriksaan (auditing) adalah kegiatan yang menyangkut
pertanggungjawaban penerimaan, penyimpanan dan pembayaran
atau penyerahan uang yang dilakukan bendahara kepada pihak-pihak
yang berwenang. Untuk melaksanakan audit, diperlukan informasi
yang dapat diverifikasi dan sejumlah standar (kriteria) yang dapat
digunakan sebagai pegangan pengevaluasian informasi tersebut. Agar
dapat diverifikasi, informasi harus dapat diukur (Henukh, 2019).
Ada beberapa jenis pemeriksaan (audit) keuangan, pertama,
pemeriksaan (audit) laporan keuangan, bertujuan menentukan
apakah laporan keuangan secara keseluruhan merupakan informasi
yang terukur dan sudah diverifikasi, disajikan sesuai dengan kriteria-
kriteria tertentu. Umumnya adalah prinsip akuntansi yang berlaku
umum. Seringkali juga dilakukan audit keuangan yang disusun
berdasarkan pada basis kas akuntansi lainnya yang sesuai dengan
kebutuhan organisasi yang bersangkutan.
Asumsi dasar dari suatu audit laporan keuangan adalah bahwa
laporan tersebut akan lebih efisien memperkerjakan satu auditor
untuk melaksanakan audit dan membuat kesimpulan yang dapat
diandalkan oleh semua pihak daripada membiarkan masing-masing
pihak melakukan audit sendiri-sendiri (Sofyan et al., 2021). kedua
pemeriksaan (audit) operasional, merupakan penelaahan atas bagian
manapun dari prosedur dan metode operasi suatu organisasi untuk
menilai efisiensi dan efektivitasnya.
Umumnya, pada saat selesainya audit operasional, auditor akan
memberikan sejumlah saran kepada manajemen untuk memperbaiki
jalannya operasi lembaga. Dalam audit operasional, tinjauan yang
dilakukan tidak terbatas pada masalah-masalah akuntansi, tetapi
juga meliputi evaluasi terhadap struktur organisasi, pemanfaatan
komputer, metode produksi, pemasaran dan bidang-bidang lain

22 | Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd


sesuai keahlian auditor.
Pelaksanaan audit operasional dan hasil yang dilaporkan lebih sulit
untuk didefinisikan daripada jenis audit lainnya. Efisiensi dan
efektivitas operasi suatu organisasi jauh lebih sulit pengevaluasiannya
secara objektif dibandingkan penerapan dan penyajian laporan
keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Kriteria yang digunakan untuk evaluasi informasi terukur dalam
audit operasional cenderung subjektif.
Pada praktiknya, auditor operasional cenderung memberikan saran
perbaikan prestasi kerja dibandingkan melaporkan keberhasilan
prestasi kerja yang sekarang. Dalam hal ini audit operasional lebih
merupakan konsultasi manajemen daripada audit, ketiga pemeriksaan
(audit) ketaatan, bertujuan mempertimbangkan apakah auditi (klien)
telah mengikuti prosedur atau aturan tertentu yang telah ditetapkan
pihak yang memiliki otoritas yang lebih tinggi. Suatu audit ketaatan
pada lembaga pendidikan, dapat termasuk penentuan apakah para
pelaksana akuntansi pendidikan telah mengikuti prosedur yang
telah ditetapkan oleh lembaga (Rosalina, A. D. 2007). Contohnya
peninjauan standar biaya umum (SBU), pemeriksaan perjanjian
dengan pihak lain (mitra kerja, pihak perbankanataupara kreditor).
4. Pertanggungjawaban
Kegiatan lain yang terkait dengan manajemen keuangan adalah
memuat laporan pertanggungjawaban keuangan kepada kalangan
internal lembaga atau eksternal yang menjadi stakeholder lembaga
pendidikan. Pelaporan dapat dilakukan secara periodik seperti
laporan tahunan dan laporan pada masa akhir jabatan pimpinan.
Pelaksanaan pertanggungjawaban ini juga bagian dari pengawasan
yang dapat dilakukan berdasarkan kebutuhan dan kewenangan
Hal ini dilakukan mulai dari proses pengeluaran, pos anggaran
pembelanjaan, perhitungan dan perhitungan dan penyimpangan
barang oleh petugasyangditunjuk. Pertanggungjawaban penerimaan
dan penggunaan keuangan lembaga pendidikan dilaksanakan dalam
bentuk laporan bulanan dan triwulan, ditujukan kepada antara lain:
a) kepala dinas pendidikan, b) kepala Badan Administrasi Keuangan
Daerah (BAKD), c) dinas pendidikan di Kecamatan dan lainnya.

Penganggaran dan Keuangan Pendidikan | 23


E. Prinsip Manajemen Keuangan Pendidikan
Manajemen keuangan sekolah perlu memerhatikan sejumlah
prinsip. Undang- undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 48 menyatakan
bahwa pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan,
efisiensi, transparansi dan akuntabilitas publik. Di samping itu prinsip
efektivitas juga perlu mendapat penekanan.
Berikut ini dibahas masing-masing prinsip tersebut, yaitu
transparansi, akuntabilitas, efektivitas, dan efisiensi.
1. Transparansi Transparansi berarti keterbukaan. Transparansi di
bidang manajemen berarti adanya keterbukaan dalam mengelola
suatu kegiatan. Di lembaga pendidikan, bidang manajemen keuangan
yang transparan berarti adanya keterbukaan dalam manajemen
keuangan lembaga pendidikan, yang keterbukaan sumber keuangan
dan jumlahnya, rincian penggunaan dan pertanggungjawaban harus
jelas sehingga bias memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan
untuk mengetahuinya. Transparansi keuangan sangat diperlukan
dalam rangka meningkatkan dukungan orang tua.
2. Akuntabilitas Akuntabilitas adalah kondisi seseorang yang dinilai
oleh orang lain karena kualitas performasinya dalam menyelesaikan
tugas untuk mencapai tujuan yang menjadi tanggung jawabnya.
Akuntabilitas di dalam manajemen keuangan berarti penggunaan
uang sekolah dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan
perencanaan yang telah ditetapkan. (Nur Hamiyah, 2015)
3. Efektivitas Efektif sering kali diartikan sebagai pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan. (Garnear: 2004) mendefinisikan efektivitas
lebih dalam lagi, karena sebenarnya efektivitas tidak berhenti sampai
tujuan tercapai tetapi sampai pada kualitas hasil yang dikaitkan dengan
pencapaian visi lembaga yang dicirikan oleh outcome kualitatif.
4. Efisiensi berkaitan dengan kuantitas hasil suatu kegiatan. Menurut
Garner (2004), efisiensi dicirikan oleh outcome kuantitatif. Efisiensi
adalah perbandingan yang terbaik antara masukan (input) dan
keluaran (output) atau antara daya dan hasil.
Prinsip pengelolaan keuangan di sekolah Penggunaan keuangan
didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

24 | Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd


a) Hemat tidak mewah, efisien dan sesuai dengan kebutuhan teknis
yang telah disyaratkan
b) Terarah dan terkendali sesuai dengan rencana, program atau kegiatan.
c) Keharusan penggunaan kemampuan
Dalam mengelola keuangan ini, kepala sekolah berfungsi sebagai
“otorisator” dan “ordonateur”. Sebagai otorisator, kepala sekolah
diberi wewenang untuk mengambil tindakan yang berkaitan dengan
penerimaan atau pengeluaran anggaran. Sedangkan fungsi sebagai
ordonateur, kepala sekolah sebagai pejabat yang berwenang melakukan
pengujian dan memerintahkan pembayaran atas segala tindakan
berdasarkan otorisasi yang telah ditetapkan (Arwildayanto et al., 2017).
Hadari Nawawi (1989; 68) menyatakan bahwa dalam pengelolaan
keuangan lembaga pendidikan sangat ditekan beberapa prinsip yang
harus diperhatikan dan dihayati dalam bentuk sikap dan perilaku nyata
dalam melaksanakan tugas, antara lain;
1. Hemat, tidak mewah, efisien sesuai dengan kebutuhan yang disyaratkan,
2. Terarah dan terkendali sesuai dengan rencana, program/kegiatan.,
3. Keharusan penggunaan produksi dalam negeri.
Selanjutnya Nanang Fattah (2002; 49) menjelaskan beberapa
prinsip manajemen keuangan pendidikan, antara lain:
1. Adanya pembagian wewenang dan tanggung jawab yang jelas dalam
sistem manajemen organisasi pendidikan,
2. Adanya akuntansi yang memadai dalam melaksanakan anggaran
pendidikan,
3. Adanya penelitian dan analisis untuk menilai kinerja organisasi
pendidikan,
4. Adanya dukungan dari pelaksana dari tingkat atas hingga yang paling
bawah.
F. Evaluasi/Soal Latihan
SOAL
1. Jelaskan konsep dasar Manajemen Keuangan Pendidikan
2. Apa saja Tujuan Manajemen Keuangan Pendidikan
3. Jelaskan Ruang Lingkup Manajemen keuangan Pendidikan
4. Apa saja Prinsip Manajemen Keuangan pendidikan

Penganggaran dan Keuangan Pendidikan | 25


BAB III
ANGGARAN PENDIDIKAN

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari BAB III ini, mahasiswa dapat memahami
konsepsi Anggaran Pendidikan, Bentuk-bentuk Anggaran Pendidikan,
Asas-asas dan Prinsip dalam Penyusunan Anggaran Pendidikan, Fungsi
Anggaran Pendidikan, dan Karakteristik Anggaran Pendidikan.
B. Konsepsi Anggaran Pendidikan
Guna mencapai sasaran berbagai kegiatan dibidang pendidikan baik
yang diselenggaran di sekolah maupun luar sekolah sangat tergantung
kepada pembiayaan guna membiayai berbagai kegiatan tersebut.
Menurut Nanang Fattah (2000:47) penganggaran merupakan kegiatan
atau proses penyusunan anggaran. Sedangkan anggaran merupakan
rencana operasional yang dinyatakan secara kuantitatif dengan bentuk
satuan uang yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan
kegiatan-kegiatan disuatu lembaga pendidikan dalam kurun waktu
tertentu.
Sedangkan menurut Djamaluddin (1977:11) anggaran adalah
sejenis rencana yang menggambarkan rangkaian tindakan atau kegiatan
dalam bentuk angka-angka dari segi uang untuk jangka waktu tertentu.
Dari pengertian diatas, tampak bahwa penganggaran dan anggaran
tidak semata-mata berkaitan dengan uang, namun juga memberi
gambaran tentang program kegiatan yang akan dilaksanakan. Dalam
anggaran kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan disertai dengan
besarnya biaya atau dana yang akan digunakan, sehingga terdapat dua
hal yang perlu mendapatkan perhatian besar yaitu besarnya dana untuk
membiayai kegiatan yang akan dilaksanakan serta kegiatan yang akan
dilaksanakan. Dapat disimpulkan bahwa anggaran pendidikan adalah

26 | Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd


rencana keuangan yang akan digunakan untuk suatu kegiatan yang
telah disusun untuk jangka waktu tertentu.
Anggaran pada dasarnya terdiri dari dua sisi yaitu sisi penerimaan
dan sisi pengeluaran. Sisi penerimaan biaya ditentukan oleh besarnya
dana yang diterima oleh lembaga dari setiap sumber dana. Dalam
dunia pendidikan pembahasaan pembiayaan pendidikan sumber dana
dibedakan menjadi 3 golongan yaitu dari pemerintah, orang tua dan
masyarakat. Besarnya biaya pendidikan dari pemerintah ditentukan
berdasarkan kebijakan keuangan pemerintah ditingkat pusat dan daerah
setelah mempertimbangkan skala prioritas. Besarnya penerimaan
dari masyarakat baik perorangan, maupun lembaga, yayasan yang
berupa uang tunai, barang, hadiah atau pinjaman bergantung pada
kemampuan lembaga dan masyarakat setempat dalam memajukan
pendidikan. Besarnya dana yang diterima dari orang tua berupa iuran
Komite yang langsung diterima sekolah didasarkan atas kemampuan
orang tua murid dan ditentukan oleh lembaga itu sendiri.
Sedangkan penerimaan dari sumber-sumber lain termasuk dalam
golongan ke tiga yaitu adanya bantuan atau pinjaman dari luar negeri
yang diperuntukkan bagi pendidikan. Sisi pengeluaran terdiri dari
alokasi besarnya biaya pendidikan untuk setiap komponen yang harus
dibiayai. Dari seluruh penerimaan, sebagian dipergunakan untuk
membiayai kegiatan administrasi, ketatausahaan, sarana prasarana
pendidikan, dan sebagian diberikan kepada kepala sekolah melalui
beberapa saluran. Selain anggaran rutin terdapat anggaran proyek
yang setiap tahun disalurkan oleh Kementerian Pendidikan dengan
kebutuhan sekolah-sekolah.
Anggaran rutin pemerintah pusat dibiayai seluruhnya dari
penerimaan pajak, sedangkan anggaran proyek dibiayai dari surplus
anggaran rutin. Dalam pembahasan pengeluaran, istilah-istilah yang
digunakan adalah:
1. Recurrent Expenditure Yaitu pengeluaran rutin atau yang bersifat
berulang tiap-tiap tahun, seperti gaji, barang yang harus sering
diganti.
2. Capital Expenditure Yaitu pengeluaran untuk barang-barang yang

Penganggaran dan Keuangan Pendidikan | 27


tahan lama, seperti gedung sekolah, laboratorium, sarana olahraga,
dan lain sebagainya.
Fungsi anggaran disamping sebagai alat untuk perencanaan dan
pengendalian, juga merupakan alat bantu bagi manajemen dalam
mengarahkan suatu lembaga menempatkan organisasi dalam posisi
yang kuat atau lemah. Anggaran dapat dipergunakan untuk melihat
apakah program kegiatan terlaksana dengan baik serta apakah
penggunaan dana untuk membiayai program tersebut sesuai, efekti,
dan efisien. Oleh karena itu, anggaran juga dapat berfungsi sebagai tolak
ukur keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai sasaran yang telah
ditetapkan. Apabila melihat perkembangannya, anggaran mempunyai
fungsi sebagai berikut:
1. Sebagai alat penaksir
2. Sebagai alat otoritas pengeluaran dana
3. Sebagai alat efisiensi
Anggaran sebagai alat efisiensi merupakan fungsi yang paling
esensial dalam pengendalian. Dari segi pengendalian jumlah anggaran
yang didasarkan atas angka-angka standart dibandingkan dengan
realisasi biaya yang melebihi atau kurang, dapat dianalisis ada tidaknya
pemborosan.
Di antara prinsip-prinsip tersebut adalah
a. Adanya pembagian wewenang dan tanggung jawab yang jelas dalam
sistem manajemen dan organisasi
b. Adanya sistem akutansi yang memadai dalam melaksanakan
anggaran.
c. Adanya penelitian dan analisis untuk menilai kinerja organisasi
d. Adanya dukungan dan pelaksana mulai dari tingkat atas sampai yang
paling bawah.
Ketentuan pembiayaan pendidikan perlu didasarkan atas
1. Kebutuhan biaya penyelenggaran pendidikan di setiap daerah yang
didasarkan atas satuan biaya yang sama
2. Alokasi setiap daerah ditetapkan berdasarkan jumlah sekolah, kelas,
murid dan pegawai sekolah.

28 | Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd


Jika skala prioritas dari kegiatan-kegiatan yang diusulkan sudah
diketahui, langkah berikutnya adalah menentukan standarisasi
yang berkaitan dengan besar kecilnya biaya yang akan dikeluarkan.
Standarisasi dimaksudkan sebagai suatu batasan yang objektif tentang
jenis, jumlah, dan mutu sumber daya yang dibutuhkan unit kerja pada
tingkatan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Misalnya,suatu wilayah
membutuhkan jumlah dan mutu sarana pendidikan untuk melaksanakan
tugas dan fungsinya dengan baik. Untuk memenuhi kebutuhan ini,
harus diperhitungkan bahwa pembangunan suatu ruang kelas dengan
standar sekian meter persegi dan kualitas tinggi akan membutuhkan
biaya yang sangat besar dibanding dengan pembangunan ruang kelas
yang sama dengan standar kualitas sedang rendah.
Kuantitas dan kualitas ruang belajar, ruang-ruang adminstrasi,
dan ruang penunjang yang dibutuhkan sekolah ditentukan oleh tipe
sekolah. Semakin besar tipe sekolah semakin banyak dan semakin
luas bangunan yang diperlukan. Begitu pula biaya yang dibutuhkan
semakin besar. Luas bangunan SMP dan SMA menurut standart yang
dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Harga satuan bangunan sekolah yang merupakan tanggung jawab
pemerintah (bagi gedung sekolah negeri) secara nasional ditetapkan oleh
Kementrian Pekerjaan Umum. Kualifikasinya dilakukan berdasarkan
kualitas bahan dan pekerjaannya yaitu kualitas A, B, atau C. Harga
bangunan per m2 berbeda-beda baik disetiap provinsi maupun antar
kabupaten atau kota madya. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan
biaya transportasi dan harga bahan bangunan, termasuk juga upah
buruh. Harga bahan bangunan sagat dipengaruhi oleh kemudahan
sarana pengangkutan dan jarak tempuh. Standarisasi pada umumnya
dihubungkan dengan prosedur penganggaran yang harus diikuti yang
dilandasi oleh hukum dan tata cara kerja yang beraturan. Standarisasi
sangat membantu dalam penentuan harga.
Ada beberapa keutungan dari adanya standarisasi yaitu:
a. Proses penganggaran menjadi lebih mudah, karena beban kerja dan
perhitungan yangrumit akan lebih mudah dikerjakan.

Penganggaran dan Keuangan Pendidikan | 29


b. Tidak banyak waktu yang terbuang untuk menghitung dan memriksa
biaya yang diperlukan
c. Perkiraan kebutuhan dan untuk setiap kegiatan yang sama akan seragam
d. Pengalokasian dan realokasai dana menjadi lebih mudah
e. Menghindari terjadinya manipulasi harga yang berdampak negatif
C. Bentuk-Bentuk Anggaran Pendidikan
Anggaran mempunyai fungsi manajemen, baik dalam perencanaan
maupun pengawasan. Bentuk-bentuk anggaran sangat menentukan
karena tidak semua anggaran dirancang untuk melakukan fungsi
manajemen (Girsang, 2020).
Di bawah ini disajikan bentuk-bentuk desain anggaran pendidikan.
1. Anggaran Butir Per Butir
Anggran butir per butir merupakan bentuk anggaran yang paling
simpel dan banyak digunakan. Dalam bentuk ini, setiap pengeluaran
dikelompokkan berdasarkan katagori-katagori. Misalnya, gaji, upah,
honor menjadi satu kategori atau satu nomor dan pelengkapan,
sarana, material dengan nomor yang selanjutnya.
2. Anggaran Program
Bentuk ini dirancang untuk mengidentifikasi biaya setiap program.
Pada anggaran biaya per butir di hitung berdasarkan jenis nomor
yang akan dibeli, sedangkan pada anggaran program biaya dihitung
berdasarkan jenis programnya. Misalnya, jika dalam anggaran butir
per butir disebut gaji guru (nomor 1), sedangkan dalam anggaran
laporan disebut gaji untuk perencanaan pengajaran IPA hanyalah
salah satu komponen, dan komponen lain yang termasuk program
percobaan termasuk alat-alat IPA, bahan-bahan percobaan kimia
dan sebagainya menjadi satu paket.
3. Anggaran Berdasarkan Hasil
Sesuai dengan namanya bentuk anggaran ini menekankan pada hasil
bukan pada keterperincian dari suatu alokasi anggaran. Pekerjaan
akhir dalam suatu program terpecah dalam bentuk beban kerja
dan unit hasil yang dapat diukur. Hasil pengukurannya digunakan
dipergunakan untuk menghitung masukan dana dan tenaga yang
dipergunakan untuk mencapai suatu program.

30 | Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd


4. Sistem Perencanaan Penyusunan Program Dan Penganggaran
Sistem ini merupakan kerangka kerja dalam perencanaan dengan
mengorganisasikan informasi dan menganalisisnya secara sistematis.
Dalam sistem ini, tiap-tiap tujuan suatu program dinyatakan dengan
jelas, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam proses ini
data tentang biaya, keuntungan, kelayakan suatu program disajikan
secara lengkap sehngga pengambilan keputusan dapat menentukan
pilihan program yang dianggap paling menguntungkan.
Dalam buku lain disebutkan bahwa bentuk-bentuk disain anggaran
adalah sebagai berikut:
a. Anggaran Berbasis Item Anggaran berbasis item merupakan yang
disusun berdasarkan garis item-item. Dalam model ini setiap
pengeluaran dikatagorikan berdasarkan kelompok-kelompok.
b. Sistem Anggaran Program Sistem anggaran program merupakan
anggaran yang disusun per program dengan subset program yang
terkait dengan program tersebut seperti anggaran untuk penataran
guru yang didalamnya mencakup gaji atau upah panitia, gaji atau
upah penatar, konsumsi selama penataran dan lain sebagainya.
c. Anggaran Berbasis Nol Anggaran berbasis nol merupakan sistem
anggaran yang besarnya dimulai dari nol dan dinilai dengan
prosentasi yang ditentukan dari besarnya anggaran.
d. Anggaran Inkremental Anggaran inkremental adalah anggaran yang
menjadikan anggaran sebelumnya sebagai dasar untuk menentukan
anggaran tahun yang akan berjalan, dengan penyesuaian sesuai
dengan perubahan yang terjadi, baik dalam program maupun dalam
biaya satuan. e. Sistem Anggaran Kombinasi Sistem ini merupakan
anggaran yang disusun dengan mengkombinasikan berbagai sistem
yang ada diatas sesuai dengan kepentingan kegiatan organisasi.
D.
Asas-asas dan Prinsip dalam Penyusunan Anggaran
Pendidikan
Asas-asas penyusunan aggaran terdiri dari:
1. Azas plafond Bahwa anggaran belanja yang diminta tidak melebihi
jumlah tertinggi yang telah ditentukan.

Penganggaran dan Keuangan Pendidikan | 31


2. Azas pengeluaran berdasarkan mata anggaran Artinya bahwa
anggaran pembelanjaan harus didasarkan atas mata anggaran yang
telah ditetapkan.
3. Azas tidak langsung Yaitu suatu ketentuan bahwa setiap penerima
uang tidak boleh digunakan secara langsung untuk sesuatu keperluan
pengeluaran.
Apabila anggaran menghendaki fungsi sebagai alat dalam
perencanaan maupun pengendalian, maka anggaran harus disusun
berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Adanya pembagian wewenang dan tanggung jawab yang jelas dalam
sistem manajemen dan organisasi.
2. Adanya sistem akuntansi yang memadai dalam melaksanakan
anggaran.
3. Adanya penelitian dan analisis untuk menilai kinerja organisasi.
4. Adanya dukungan dari pelaksana mulai dari tingkat atas sampai yang
paling bawah. (Nanang Fattah 2006:50)
Beberapa ketentuan umum yang harus berpedoman dalam
penyusunan budget kas antara lain budget kas harus realistis, luwes
dan kontinyu sebagaimana yang dikemukakan oleh Gunawan A dan
Marwan Asri (1990:7) yaitu: Di dalam penyusunan suatu anggaran
perusahaan maka perlu diperhatikan beberapa syarat yakni anggaran
tersebut harus realistis artinya tidak terlalu optimis dan tidak pula
berlaku pesimis, luwes artinya tidak terlalu kaku, mempunyai peluang
untuk disesuaikan dengan keadaan yang mungkin berubah.
Sedangkan kontinyu artinya membutuhkan perhatian secara
terus menerus, dan tidak merupakan usaha yang insidentil. Menurut
Bambang Riyanto (1990:7), budget kas disusun melalui beberapa
tahap berikut ini:
1. Menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran menurut rencana
operasi perusahaan. Transaksi-ransaksi di sini merupakan transaksi
operasi pada tahap ini dapat diketahui adanya defisit atau surplus
karena rencana operasinya perusahaan.
2. Menyusun perkiraan atau estimasi kebutuhan dana atau kredit dari
bank atau sumber-sumber dana lainnya yang diperlukan untuk
menutup kredit kas karena rencana oeprasinya perusahaan, juga

32 | Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd


disusun estimasi pembayaran bunga kredit tersebut beserta waktu
pembayaran kembali, transaksi-transaksi di sini merupakan transaksi
finansial.
3. Menyusun kembali estimasi keseluruhan penerimaan dan
pengeluaran setelah adanya transaksi, finansial, dan budget kas yang
final ini merupakan gabungan dari transaksi operasional dan transaks
finansial yang menggambarkan estimasi penerimaan dan pengeluaran
kas keseluruhan.
Persoalan penting dalam penyusunan anggaran adalah bagaimana
memanfaatkan dana secara efektif dan efisien, mengalokasikan dana
secara tepat sesuai dengan skala prioritas. Itu sebabnya dalam prosedur
peyusunan anggaran memerlukan tahapan-tahapan yang sistematik.
Tahapan penyusunan anggaran adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan selama
periode anggaran
2. Mengidentifikasi sumber-sumber yang dinyatakan dalam uang, jasa
dan barang
3. Semua sumber dinyatakan dalam bentuk uang sebab anggaran pada
dasarnya merupakan pernyataan finansial
4. Memformulasikan anggaran dalam bentuk format yang telah
disetujui dan dipergunakan oleh instansi tertentu
5. Menyusun usulan anggaran untuk memperoleh persetujuan dari
pihak yang berwenang
6. Melakukan revisi usulan anggaran
7. Persetujuan revisi usulan anggaran
8. Pengesahan anggaran
Secara khusus, anggaran rutin pendidikan untuk penyelenggaraan
sekolah dasar didasarkan atas pendataan SD yang dikumpulkan, diolah,
dan dianalisis yang selanjutnya disajikan sebagai bahan pertimbangan
untuk pemberian dana bantuan dari pemerintah pusat. Langkah
pendataan dilakukan dengan menggunakan format pendataan yang
diisi langsung oleh kepala sekolah, selanjutnya dikumpulkan oleh
tim Subsidi Bantuan Penyelenggaraan Pendidikan (SBPP) tingkat
kecamatan, selanjutnya dikumpulkan di kabupaten/ kota dan provinsi.

Penganggaran dan Keuangan Pendidikan | 33


Dari uraian tersebut di atas bahwa prinsip penganggaran haruslah
memberikan penjelasan dengan realistis serta memperkirakan berapa
penerimaan dan berapa yang akan diterima sehingga memberikan
gambaran untuk masa yang akan datang sehingga tepat sasaran.
Pembiayaan pendidikan terdiri atas:
1. Biaya investasi, satuan pendidikan sebagaimana dimaksud di atas
meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan
sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap.
2. Biaya operasi, meliputi: Gaji pendidik dan tenaga kependidikan
serta segala tunjangan yang melekat pada gaji,Bahan atau peralatan
pendidikan habis pakai, dan biaya operasi pendidikan tak langsung
berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan
prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan
lain sebagainya.
3. Biaya personal, biaya personal sebagaimana dimaksud di atas meliputi
biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk
bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.
E. Fungsi Anggaran Pendidikan
Anggaran disamping sebagai alat untuk perencanaan dan
pengendalian, juga merupakan alat bantu bagi manajemen dalam
mengarahkan suatu lembaga menempatkan organisasi dalam posisi
yang kuat atau lemah (Wakhid, 2020). Anggaran dapat dipergunakan
untuk melihat apakah program kegiatan terlaksana dengan baik serta
apakah penggunaan dana untuk membiayai program tersebut sesuai,
efektif, dan efisien. Oleh karena itu, anggaran juga dapat berfungsi
sebagai tolak ukur keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai
sasaran yang telah ditetapkan.
Apabila melihat perkembangannya, anggaran mempunyai fungsi
sebagai alat penaksir, sebagai alat otoritas pengeluaran danadan
sebagai alat efisiensi (Syahrul, 2019). Anggaran sebagai alat efisiensi
merupakan fungsi yang paling esensial dalam pengendalian. Dari
segi pengendalian jumlah anggaran yang didasarkan atas angka-angka
standar dibandingkan dengan reaiisasi biaya yang melebihi atau kurang,
dapat dianalisis ada tidaknya pemborosan.

34 | Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd


Manajemen keuangan dalam suatu lembaga pendidikan sangat
berperan penting dalam menjalankan fungsinya dalam berbagai
kegiatan keuangan. Fungsi-fungsi manajemen keuangan adalah sebagai
berikut (Girsang, 2020):
1. Perencanaan Keuangan, Manajemen keuangan berfungsi untuk
membuat rencana pemasukan dan pengeluaraan serta kegiatan-
kegiatan lainnya untuk periode tertentu;
2. Penganggaran Keuangan, Manajemen keuangan berfungsi menjadi
tindak lanjut dari perencanaan keuangan dengan membuat detail
pengeluaran dan pemasukan.;
3. Pengelolaan Keuangan, Dengan adanya manajemen keuangan maka
perusahaan dapat menggunakan dana untuk memaksimalkan dana
yang ada dengan berbagai cara, yaitu;
a. Pencarian Keuangan, dalam hal ini, manajemen keuangan
berfungsi mencari dan mengeksploitasi sumber dana yang ada
untuk operasional kegiatan perusahaan.
b. Penyimpanan Keuangan, Manajemen keuangan berfungsi
mengumpulkan dana perusahaan serta menyimpan dana tersebut
dengan aman.
c. Pengendalian Keuangan,dalam hal ini manajemen keuangan
berfungsi untuk melakukan evaluasi serta perbaikan atas keuangan
dan sistem keuangan pada paerusahaan,
d. Pemeriksaan Keuangan. Manajemen keuangan berfungsi untuk
melakukan audit internal atas keuangan perusahaan yang ada agar
tidak terjadi penyimpangan.
Fungsi Utama Manajemen Keuangan adalah sebagai berikut:
1. Keputusan investasi (Investment decision); Merupakan keputusan
terhadap aktiva apa yang akan dikelola oleh lembaga. Tambahan:
aktiva = hutang + modal (pasiva), Aktiva = asset yang digunakan
untuk menjalankan operasional. Pasiva = sumber (hutang dan
modal) Aktiva didanai oleh pasiva, Yang temasuk Aktiva ialah Segala
asset yang digunakan untuk operasional, yang termasuk Pasiva ialah
Modal + Hutang. Keputusan investasi ini merupkan keputusan
yang paling penting di antara ketiga bidang keputusan karena akan
berpengaruh langsung terhadap:

Penganggaran dan Keuangan Pendidikan | 35


a. Besarnya rentabilitas investasi.
b. Rentabilitas: kemampuan untuk pengembalian investasi.
c. Aliran kas lembaga, bahwa ternyata setiap keputusan investasi
mempengaruhi arus kas di waktu yang akan datang seperti
keputusan pendanaan.
2. Keputusan Pendanaan (Financing Decision) adalah keputusan
berkaitan dengan penetapan sumber dana yang diperlukan dan
penetapan perimbangan pembelanjaan yang terbaik (struktur modal
yang optimal). Dan;
3. Keputusan pengelolaan asset (Aset management decision) adalah
keputusan berkaitan penggunaan dan pengelolaan aktiva. Fokus
manajemen keuangan sekolah memungsikan dan mengoptimalkan
kemampuan menyusun rencana anggaran sekolah, mengelola sekolah
berdasarkan rencana dan anggaran tersebut dan memungsikan
masyarakat untuk berpartisipasi mengelola sekolah.
F. Karakteristik Anggaran Pendidikan
Anggaran pada dasarnya terdiri dari dua sisi yaitu sisi penerimaan
dan sisi pengeluaran. Sisi penerimaan biaya ditentukan oleh besarnya
dana yang diterima oleh lembaga dari setiap sumber dana. Biasanya
dalam pembahasan pembiayaan pendidikan, sumber-sumber biaya itu
dibedakan dalam tiap golongan, pemerintah, masyarakat, orang tua dan
sumber-sumber lain. Besarnya biaya pendidikan yang bersumber dari
pemerintah ditentukan berdasarkan kebijakan keuangan pemerintah
ditingkat pusat dan daerah setelah mempertimbangkan skala prioritas.
Besarnya penerimaan dari masyarakat baik perorangan, maupun
lembaga, yayasan yang berupa uang tunai, barang, hadiah atau pinjaman
bergantung pada kemampuan lembaga dan masyarakat setempat dalam
memajukan pendidikan. Besarnya dana yang diterima dari orang tua
berupa iuran Komiter dan SPP (Sumbangan Pembinaan Pendidikan)
yang langsung diterima sekolah didasarkan atas kemampuan orang
tua murid dan ditentukan oleh lembaga itu sendiri. Sedangkan
penerimaan dari sumber-sumber lain termasuk dalam golongan
ke tiga yaitu adanya bantuan atau pinjaman dari luar negeri yang
diperuntukkan bagi pendidikan. Dalam setiap anggaran tergambar dua

36 | Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd


sisi penting yaitu sisi penerimaan dan sisi pengeluaran. Sisi penerimaan
menunjukkan sumber-sumber dari mana dana itu diperoleh apakah
dari pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah, dari orang
tua, dari masyarakat, atau sumber lain yang dibenarkan, sedangkan sisi
pengeluaran menggambarkan alokasi besarnya biaya pendidikan untuk
setiap komponen yang harus dibiayai (Fattah, 2000).
Sisi pengeluaran terdiri dari alokasi besarnya biaya pendidikan
untuk setiap komponen yang harus dibiayai. Dari seluruh penerimaan,
sebagian dipergunakan untuk membiayai kegiatan administrasi,
ketatausahaan, sarana prasarana pendidikan, dan sebagian diberikan
kepada kepala sekolah melalui beberapa saluran. Selain anggaran
rutin terdapat anggaran proyek yang setiap tahun disalurkan oleh
Departemen Pendidikan dengan kebutuhan sekolah-sekolah. Anggaran
rutin pemerintah pusat dibiayai seluruhnya dari penerimaan pajak,
sedangkan anggaran proyek dibiayai dari surplus anggaran rutin. Dalam
pembahasan pengeluaran, istilah-istilah yang digunakan adalah
1. Recurrent Expenditure Yaitu pengeluaran rutin atau yang bersifat
berulang tiap-tiap tahun, seperti gaji, barang yang harus sering
diganti.
2. Capital Expenditure Yaitu pengeluaran untuk barang barang yang
tahan lama, seperti Gedung sekolah, laboratorium, sarana olahraga,
dan lain sebagainya.
G. Evaluasi/Soal Latihan
SOAL
1. Jelaskan konsepsi Anggaran Pendidikan?
2. Apa saja Bentuk-bentuk Anggaran Pendidikan?
3. Jelaskan Asas-asas dan Prinsip dalam Penyusunan Anggaran
Pendidikan?
4. Apa saja Fungsi Anggaran Pendidikan dan Karakteristik Anggaran
Pendidikan?

Penganggaran dan Keuangan Pendidikan | 37


BAB IV
KONSEP DASAR MANAJEMEN PEMBIAYAAN
PENDIDIKAN

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran pada BAB IV ini, mahasiswa
mampu memahami Konsep Manajemen Pembiayaan Pendidikan,
Prinsip Manajemen Pembiayaan Pendidikan, Asas-asas penyusunan
RKAS/M, dan Jenis Pembiayaan Pendidikan.
B. Konsep Manajemen Pembiayaan Pendidikan
Biaya dalam pendidikan meliputi biaya langsung (direct cost)
dan tidak langsung(indirect cost), biaya langsung terdiri dari biaya-
biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pelaksanaan pengajaran dan
kegiatan-kegiatan belajar siswa berupa pembelian alat-alat pembelajaran,
sarana belajar, biaya transportasi, gaji guru, baik yang dikeluarkan
oleh pemerintah, orang tua maupun siswa sendiri. Sedangkan biaya
tidak langsung berupa keuntungan yang hilang (earning forgone)
dalam bentuk biaya kesempatan yang hilang (opportunity cost) yang
dikorbankan oleh siswa selama belajar.
Anggaran biaya pendidikan terdiri dari dua sisi yang berkaitan satu
sama lain, yaitu sisi anggaran penerimaan dan anggaran pengeluaran
untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Anggaran penerimaan
adalah pendapatan yang diproleh setiap tahun oleh sekolah dari berbagai
sumber resmi dan diterima secara teratur. Sedangkan anggaran dasar
pengeluaran adalah jumlah uang yang dibelanjakan setiap tahun untuk
kepentingan pelaksanaan pendidikan di sekolah. Belanja sekolah sangat
ditentukan oleh komponen-komponen yang jumlah dan proporsinya
bervariasi diantara sekolah yang satu dan daerah yang lainnya. Serta
dari waktu kewaktu.

38 | Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd


Berdasarkan pendekatan unsur biaya pengeluaran sekolah dapat
dikategorikan ke dalam beberapa item pengeluaran, yaitu:
1. Pengeluaran untuk pelaksanaan pelajaran;
2. Pengeluaran untuk tata usaha sekolah;
3. Pemeliharaan sarana-prasarana sekolah;
4. Kesejahteraan pegawai;
5. Administrasi;
6. Pembinaan teknis edukatif;
7. Pendataan Dalam konsep pembiayaan pendidikan dasar ada dua
hal penting yang perlu dikaji atau dianalisis, yaitu biaya pendidikan
secara keseluruhan (total cost) dan biaya satuan per siswa (unit cost).
Biaya satuan di tingkat sekolah merupakan agregate biaya
pendidikan tingkat sekolah, baik yang bersumber dari pemerintah,
orang tua, dan masyarakat yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan
pendidikan dalam satu tahun pelajaran. Biaya satuan permurid
merupakan ukuran yang menggambarkan seberapa besar uang yang
dialokasikan ke sekolah-sekolah secara efektif untuk kepentingan murid
dalam menempuh pedidikan.
Permasalahan pendidikan nasional tak pernah usai. Lebih khusus
lagi jika menyangkut masalah pembiayaan pendidikan, siapa pun
mengakui makin mahalnya biaya untuk memasuki jenjang pendidikan
saat ini. Memang tidaklah salah jika dikatakan pendidikan bermutu
membutuhkan biaya. Namun persoalannya, daya finansial sebagian
masyarakat di negeri ini masih belum memadai akibat sumber
pendapatan yang tak pasti. Fenomena pendidikan yang menyedot
biaya begitu besar dari masyarakat ini juga sempat terlihat saat
pendaftaran siswa baru (PSB) beberapa waktu lalu. Orangtua siswa
pun dibuat meradang mengenai biaya yang harus ditanggung dalam
menyekolahkan anaknya (William & Manalu, 2021).
Memang harus diakui jika Pemerintah tak lepas tangan membiayai
pendidikan. Untuk bidang pendidikan khusus siswa SD-SMP,
Pemerintah telah menggulirkan program bantuan operasional sekolah
(BOS) untuk BOS tetaplah terbatas. Apalagi jika bicara dana BOS
khusus buku yang masih minim untuk membeli satu buku pelajaran
berkualitas. Dengan masih terbatasnya dana BOS itu mungkin ada

Penganggaran dan Keuangan Pendidikan | 39


yang berdalih jika Pemerintah sekadar membantu dan meringankan
beban masyarakat miskin. Jika benar demikian, maka Pemerintah
bisa dikatakan tidak peka. Bukti konkret adalah angka drop out anak
usia sekolah antara usia 7-12 tahun pada 2015 lalu. Hasil survei
menyebutkan 185.151 siswa drop out dari sekolah. Padahal, siapa pun
tahu jika program BOS mulai dirintis sejak 2005. Dalam hal ini, kita
perlu memikirkan bersama persoalan pembiayaan pendidikan. Di lihat
dari konstitusi, Pemerintah bertanggung jawab mutlak membiayai anak-
anak usia sekolah untuk menempuh jenjang pendidikan dasar. Dalam
UUD 1945 Pasal 31 (2) ditegaskan mengenai kewajiban pemerintah
membiayai pendidikan dasar setiap warga negara. Kita tentu melihat
ketidaktaatan Pemerintah terhadap konstitusi. Jika mengacu pada UUD
1945 Pasal 31 (2), anak usia sekolah berhak mendapatkan pendidikan
dasar tanpa biaya.
Lalu muncul pertanyaan, atas dasar apa pula pihak sekolah sering kali
menarik pungutan pungutan kepada siswa dan orang tua siswa. UU No
20/2003 Pasal 34 (2) tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)
pun menggariskan agar Pemerintah menjamin terselenggaranya wajib
belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa pemungutan
biaya. Ditinjau lebih jauh, Pemerintah tampak tak memiliki komitmen
politik terhadap pendidikan. Sebut saja misalnya ketentuan anggaran
pendidikan sebesar 20 % dalam APBN. Putusan Mahkamah Konstitusi
(MK) terkait uji materi UU No 18/2006 tentang APBN 2007 yang
mengalokasikan anggaran pendidikan 11,8% bertentangan dengan
UUD 1945 malah ditanggapi dingin Pemerintah. Tidak jauh berbeda
pada 2006 lalu, dimana Pemerintah tidak merespon positif putusan
MK yang memutuskan UU No 13/2005 tentang APBN 2006 dengan
alokasi anggaran pendidikan 9,1 % bertentangan dengan UUD 1945
(Imron, 2016).
Bagaimana pun, kita tidak bisa menutup mata terhadap mahalnya
biaya menempuh jenjang pendidikan di negeri ini. Ketika disinggung
tentang anggaran pendidikan sebesar 20% dari APBN/APBD
sebagaimana amanat UUD 1945 dan UU No. 20/2003 Tentang
Sisdiknas, pemerintah selalu mengatakan tidak memiliki anggaran yang
cukup. Ada sektor kebutuhan non-pendidikan yang semestinya juga

40 | Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd


harus diperhatikan disamping terus mengupayakan secara bertahap
anggaran pendidikan menuju 20%.
Melihat kenyataan pengelolaan anggaran negara di republik ini,
tampaknya terjadi ketidakefektifan di samping mentalitas korupsi yang
masih akut. Pemerintah tidak bisa tidak memang perlu memikirkan
lebih serius lagi pembiayaan pendidikan di Indonesia. Anggaran
negara seyogianya dikelola lebih hemat dan efektif agar benar-
benar memberikan kontribusi signifikan terhadap penyelenggaraan
pendidikan.
Disadari atau tidak, apa yang tertera dalam UUD 1945 tentu
menyimpan harapan besar terhadap kemajuan pendidikan nasional.
Sebagaimana diketahui, Pasal 31 (2) merupakan perubahan ketiga
UUD 1945 yang disahkan 10 November 2001 dan Pasal 31 (4)
merupakan perubahan keempat UUD 1945 yang disahkan pada tanggal
10 Agustus 2002. Rumusan UUD 1945 hasil amandemen itu secara
implisit mengajak Pemerintah untuk memperhatikan pembangunan
sektor pendidikan. Siapa pun tentu sepakat bahwa pembangunan sektor
pendidikan tidak bisa diabaikan mengingat salah satu fungsi negara
adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Terkait dengan pembiayaan
pendidikan, kita selalu mengharapkan komitmen Pemerintah agar
tidak berlepas tangan. Kesadaran terhadap pentingnya pendidikan
harus dimiliki para penyelenggara negara untuk lebih memprioritaskan
pembangunan manusia melalui usaha Pendidikan.
Hasil pendidikan yang tidak bisa dinikmati seketika mungkin
memberatkan para penyelenggara negara yang bermental pragmatis
alias ingin menikmati hasil dengan segera (Khoiri & Aryati, 2021).
Yang perlu diingat, pendidikan merupakan aspek fundamental
meningkatkan kualitas individu-individu manusia. Melalui pendidikan,
individu-individu manusia diupayakan memiliki kemampuan dan
daya adaptabilitas terhadap perkembangan zaman. Bangsa yang ingin
maju tentu saja tidak bisa mengabaikan pendidikan anak bangsanya.
Biaya pendidikan memang mahal. Tidak ada satu individu yang dari
dirinya sendiri mampu membiayai kebutuhan pendidikan. Karena itu
harus ada manajemen publik dari negara. Sebab negaralah yang dapat
menjamin bahwa setiap warga negara memperoleh pendidikan yang

Penganggaran dan Keuangan Pendidikan | 41


layak. Negaralah yang semestinya berada di garda depan menyelamatkan
pendidikan anak-anak orang miskin.
Tanpa bantuan negara, orang miskin tak akan dapat mengenyam
pendidikan. Namun, ketika negara sudah dibelenggu oleh empasan
gelombang modal, sistem pendidikan pun bisa ditelikung dan diikat
oleh lembaga privat. Serangan ini pada gilirannya semakin mereproduksi
kemiskinan, melestarikan ketimpangan, mematikan demokrasi dan
menghancurkan solidaritas di antara rakyat negeri ini (Villela, 2013).
Mengapa sekolah mahal bisa dilacak dari relasi kekuasaan antar-instansi
ini, yaitu antara lembaga publik negara dan lembaga privat swasta.
Ketimpangan corak relasional di antara dua kubu ini melahirkan kultur
pendidikan yang abai pada rakyat miskin, menggerogoti demokrasi,
dan melukai keadilan. Sekolah kita mahal, pertama, karena dampak
langsung kebijakan lembaga pendidikan di tingkat sekolah .
Ketika negara abai terhadap peran serta masyarakat dalam
pendidikan, pola pikir Darwinian menjadi satu-satunya cara untuk
bertahan hidup. Sebab tanpa biaya, tidak akan ada pendidikan.
Karena itu, membebankan biaya pada masyarakat dengan berbagai
macam iuran merupakan satu-satunya cara bertahan hidup lembaga
pendidikan swasta. Ketika lembaga pendidikan negeri yang dikelola
oleh negara berlaku sama, semakin sempurnalah penderitaan rakyat
negeri. Sekolah menjadi mimpi tak terbeli! Kedua, kebijakan di tingkat
sekolah yang membebankan biaya pendidikan pada masyarakat terjadi
karena kebijakan pemerintah yang emoh rakyat (Nurhadi, 2005).
Ketika pemerintah lebih suka memuja berhala baru ala Adam Smith
yang "gemar mengeruk kekayaan, melupakan semua, kecuali dirinya
sendiri," setiap kewenangan yang semestinya menjadi sarana pelayanan
berubah menjadi ladang penjarahan kekayaan. Pejabat pemerintah
dan swasta (kalau ada kesempatan!) akan berusaha mengeruk uang
sebanyak banyaknya dari proyek anggaran pendidikan. Ketiga, mental
pejabat negara, juga swasta, terutama karena tuntutan persaingan di
pasar global (Budaya, 2017).
Indikasi Noam Chomsky tentang keterlibatan perusahaan besar
Lehman Brothers dalam menguasai sistem pendidikan rupanya juga

42 | Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd


telah menyergap kultur pendidikan kita. "Jika kita dapat memprivatisasi
sistem pendidikan, kita akan menggunungkan uang." Itulah isi pesan
dalam brosur mereka. Banyak perusahaan berusaha memprivatisasi
lembaga pendidikan, kalau bisa membeli sistem pendidikan (Sudarman
Danim, 2003). Caranya adalah dengan memanfaatkan kelemahan
moral para pejabat negara. Bagaimana? Dengan membuatnya tidak
bekerja! Karena itu, cara paling gampang untuk memprivatisasi lembaga
pendidikan adalah dengan membuat para pejabat negara membiarkan
lembaga pendidikan mati tanpa subsidi, mengurangi anggaran
penelitian, memandulkan persaingan, dan lain-lain. Singkatnya, agar
dapat dijual, lembaga pendidikan negeri harus dibuat tidak berdaya.
Kalau sudah tidak berdaya, mereka akan siap dijual. Inilah yang terjadi
pada lembaga pendidikan tinggi kita yang telah mengalami privatisasi
(Henukh, 2019).
Pendidikan merupakan conditio sine qua non bagi sebuah
masyarakat yang solid, demokratis, dan menghormati keadilan. Karena
kepentingan strategisnya ini, mengelola pendidikan dengan manajemen
bisnis bisa membuat lembaga pendidikan menjadi sapi perah yang
menggunungkan keuntungan (Gelar et al., 2015). Karena itu, sistem
pendidikan akan senantiasa menjadi rebutan pasar. Jika pasar melalui
jaring-jaring privatnya menguasai sistem pendidikan, mereka dapat
merogoh kocek orangtua melalui berbagai macam pungutan, seperti,
uang gedung, iuran, pembelian formulir, seragam, buku, jasa lembaga
bimbingan belajar, dan lain-lain.
Negara sebenarnya bisa berperan efektif mengurangi mahalnya
biaya pendidikan jika kebijakan politik pendidikan yang berlaku
memiliki semangat melindungi rakyat miskin yang sekarat di jalanan
tanpa pendidikan. Jika semangat "mengeruk kekayaan, melupakan
semuanya, kecuali diri sendiri" masih ada seperti sekarang, sulit bagi kita
menyaksikan rakyat miskin keluar dari kebodohan dan keterpurukan.
Maka yang kita tuai adalah krisis solidaritas, mandeknya demokrasi,
dan terpuruknya keadilan sosial

Penganggaran dan Keuangan Pendidikan | 43


C. Prinsip Manajemen Pembiayaan Pendidikan
Biaya dalam bahasa Inggris menggunakan istilah cost, financial,
expenditure. Biaya menurut Usry dan Hammer dalam Akdon adalah
sebagai cost as an change, a forging, a sacrifice made to secure benefit. Cost
sinonim dengan expense yang digunakan untuk mengukur pengeluaran
(outflow) barang atau jasa yang disandingkan dengan pendapatan
untuk mengukur pendapatan. Biaya dapat dimaknai sebagai suatu
bentuk pengeluaran dalam satuan mata uang yang dikorbankan untuk
memperoleh atau menghasilkan sesuatu (Rahmah, 2016). Dengan kata
lain, terdapat 4 (empat) unsur pokok dalam biaya, yaitu: 1) merupakan
pengorbanan sumber ekonomi; 2) diukur dalam satuan uang; 3) telah
terjadi atau yang secara potensial akan terjadi; dan 4) pengorbanan
untuk tujuan tertentu.
Adapun menurut Yahya dalam Mulyono tentang konsep biaya
pendidikan menyatakan bahwa biaya pendidikan merupakan suatu
unsure yang menentukan dalam mekanisme penganggaran. Penentuan
biaya akan mempengaruhi tingkat efisiensi dan efektivitas kegiatan
dalam suatu organisasi yang akan mencapai tujuan tertentu. Kegiatan
yang dilaksanakan dengan biaya yang rendah dan hasilnya mempunyai
kualitas yang baik dapat dikatakan kegiatan tersebut dilaksanakan secara
fisien dan efektif. Kegiatan pembiayaan adalah usaha memperoleh
modal untuk membiayai aktifitas yang dilakukan.
Dalam buku Panduan Pelaksanaan Bantuan Operasional Sekolah
istilah pembiayaan meliputi penyiapan anggaran, penatausahaan,
perpajakan, pengelolaan, pelaporan keuangan yang telah dilaksanakan
untuk dikomunikasikan dengan pemangku kepentingan (stakeholders)
terkait. Sehingga manajemen keuangan merupakan pengendalian atas
fungsi-fungsi keuangan yaitu kegiatan perencanaan, penganggaran,
pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian, dan penyimpanan
dana yang dimiliki oleh organisasi.
Menurut Langevell pendidikan adalah memanusiakan manusia.
Dan menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah daya upaya
untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter),
pikiran (intellect) dan tubuh anak. Selanjutnya dalam Retnanto Ki Hajar

44 | Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd


Dewantoro menyatakan “Pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup
tumbuhnya anak- anak. Maksud pendidikan yaitu menuntun segala
kekuatan kodrat yang ada pada anak- anak itu, agar mereka sebagai
manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan
dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pengajaran adalah pendidikan
dengan cara memberi ilmu, atau pengetahuan, serta juga memberikan
kecakapan pada anak- anak. Pengajaran adalah salah satu bagian dari
Pendidikan (Kurniawan et al., 2018).”
Pendidikan merupakan pergaulan manusiawi yang dilakukan
oleh orang dewasa kepada orang yang belum dewasa dengan
memiliki nilai-nilai kemanusiaan dan hidup menurut nilai- nilai
tersebut. Mulyasa menegaskan bahwa pembiayaan pendidikan secara
keseluruhan menuntut kemampuan suatu lembaga pendidikan atau
sekolah untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi serta
mempertanggungjawabkan secara efektif dan transparan (Mumpuni et
al., 2021).
Maka bisa disimpulkan bahwa pembiayaan pendidikan adalah
aktivitas yang berkenaan dengan usaha untuk memperoleh dana yang
dipergunakan untuk membiayai seluruh program pendidikan yang
telah ditetapkan. Pembiayaan pendidikan pada suatu lembaga biasa
dikenal dengan keuangan. Berkaitan dengan pembiayaan, maka sistem
keuangan pada penelitian ini adalah srangkaian aktifitas perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh
lembaga pendidikan/ yayasan dalam rangka mengoptimalkan keuangan
pada lembaga pendidikan. Secara teoritik mekanisme sistem keuangan
pendidikan disusun dengan tujuan agar operasioanlisasi pendidikan
lebih terukur dan mencapai aspek- aspek yang semestinya dibutuhkan.
Adapun mekanisme keuangan secara teoritis meliputi perencanaan
finansial, pelaksanaan, dan evaluasi. Sebagaimana menurut Jones
yang dikutip oleh E Mulyasa mengemukakan “Financial planning is
called budgeting” merupakan kegiatan koordinasi sumber daya yang
tersedia untuk mencapai sasaran yang diinginkan secara sistmatis
tanpa menyebabkan efek samping yang merugikan. Implementation
involves accounting (pelaksanaan anggaran) ialah kegiatan berdasarkan
rencana yang telah dibuat dan kemungkinan terjadi penyesuaian jika

Penganggaran dan Keuangan Pendidikan | 45


diperlukan. Evaluation involves merupakan proses evaluasi terhadap
pencapaian sasaran. Kegiatan yang ada dalam manajemen pembiayaan
meliputi tiga hal, yaitu: penyusunan anggaran (budgeting), pembukuan
(accounting), pemeriksaan (auditing).
D. Asas-asas Penyusunan RKAS
Penyusunan RKAS/M, sekolah/madrasah perlu memperhatikan
beberapa asas penyusunan anggaran yaitu: azas kecermatan, terinci,
keseluruhan, keterbukaan, periodik dan pembebanan.
Di bawah ini adalah penjelasan singkat tentang azas azas Penyusunan
RKAS/M tersebut.
1. Azas kecermatan; maksudnya adalah Anggaran harus disusun dengan
secara cermat mungkin, baik dalam hal penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian. Hal ini diperlukan dengan maksud agar
secara efektif dapat terhindar dari kemungkinan kekeliruan dalam
penghitungan. Asas ini menuntut kepada semua pihak yang terkait
dengan penyusunan dan pembuatan RKAS/M untuk senantiasa
bertindak hati-hati. RKAS/M disusun dengan mempertimbangkan
secara konperehensif semua aspek. Sehingga kemudian diperoleh
RKAS/M yang efisien dan memberikan manfaat.
2. Azas Terinci; Azas-azas penyusunan RKAS/M yang kedua adalah
azas terinci. Detil dan dirinci dengan baik sangat diperlukan dalam
penyusunan anggaran dalam RKAS/M. Di dalamnya termuat dengan
detil dan lengkap mengenai penerimaan dan pengeluaran atau
pembelanjaan. Dengan detil dan terinci maka akan memudahkan
untuk dilihat dan dicermati. Dan rencana kegiatan dan anggaran
sekolah/madrasah tersebut menjadi jelas dan akan dapat membantu
unsur pengawasan. Proses pengawasan menjadi mudah dilakukan
oleh pihak-pihak yang berkepentingan, baik dari unsur internal
ataupun unsur eksternal.
3. Azas Keseluruhan; Azas-azas penyusunan RKAS/M ketiga adalah
azas keseluruhan. Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah/
Madrasah (RKAS/M) yang disusun telah mencakup seluruh aktivitas
keuangan. Keseluruhan aktivitas keuangan dari awal sampai akhir
tahun anggaran tercantum dengan baik.

46 | Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd


4. Asas Keterbukaan; Azas-azas penyusunan RKAS/M keempat adalah
Asas keterbukaan. Asas keterbukaan atau transparansi adalah asas
membuka diri terhadap hak orang lain untuk mendapatkan informasi
yang benar, jujur dan tidak diskriminatif. Semua pihak yang telah
ditentukan oleh peraturan atau pihak yang terkait dengan sumber
pembiayaan sekolah dapat memonitor aktivitas yang tertuang dalam
penyusunan anggaran maupun dalam pelaksanaannya. Hal ini
mutlak diperlukan untuk menciptakan kepercayaan antar pemangku
kepentingan (stakeholder). Caranya adalah dengan menyediakan
informasi dan juga menjamin bahwa informasi yang akurat dan
memadai mudah diperoleh.
5. Asas Periodik; Azas-azas penyusunan RKAS/M kelima yaitu azas
periodik. Pelaksanaan anggaran harus mempunyai batas waktu
yang jelas atau pasti. Asas ini terkait dengan sasaran Rencana Kerja
Sekolah/Madrasah secara umum. Sasaran memegang peranan
penting karena merupakan acuan dalam kegiatan dan ukuran
penentuan keberhasilan program. Sasaran dianggap baik jika telah
mencakup komponen SMART, yaitu specific (sasaran harus jelas dan
fokus), measurable (dapat diukur), achievable (menantang namun
realistis dan dapat dicapai), relevant (sesuai kebutuhan), timely
(harus memiliki batas waktu).
6. Asas Pembebanan; Dalam asas pembebanan ini, dasar pembukuan
terhadap pengeluaran/pembelanjaan dan penerimaan anggaran perlu
diperhatikan. Kapan suatu biaya pengeluaran dibebankan kepada
anggaran ataupun suatu penerimaan yang menguntungkan terhadap
anggaran perlu diperhitungkan secara baik.
E. Jenis Pembiayaan Pendidikan
Beberapa jenis dan golongan biaya pendidikan yang dikaji dalam
buku ini sebagai berikut.
Pertama, biaya langsung (direct cost) diartikan sebagai pengeluaran
uang yang secara langsung membiayai penyelenggaraan pendidikan,
pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat (Anwar dan
Idochi, 1991). Biaya langsung juga diartikan sebagai biaya yang secara
langsung menyentuh aspek dan proses pendi dikan. Sebagai contoh

Penganggaran dan Keuangan Pendidikan | 47


biaya untuk gaji guru dan pengadaan fasilitas belajar-mengajar (Gaffar,
1991).
Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pelaksanaan pengajaran
dan kegiatan belajar peserta didik berupa pembelian alat-alat pelajaran,
sarana belajar, biaya transportasi, dan gaji guru, baik yang dikeluarkan
pemerintah, orang tua maupun peserta didik sendiri (Fattah, 2000).
Selanjutnya, berikut ini jenis-jenis biaya-biaya yang merupakan
bagian dari biaya langsung (direct cost), yaitu: 1) Biaya rutin (recurrent
cost), merupakan biaya yang digunakan untuk membiayai kegiatan
operasional pendidikan selama satu tahun anggaran. Biaya ini digunakan
untuk menunjang pelaksanan program pengajaran, pembayaran gaji
guru, dan personil sekolah, administrasi kantor, pemeliharaan dan
perawatan sarana dan prasarana.
Menurut Gaffar (1987) biaya rutin dihitung berdasarkan “per
student enrolled”. Menurutnya, biaya rutin dipengaruhi oleh 3 (tiga)
faktor utama, yaitu: 1) rata-rata gaji guru per tahun; 2) ratio guru,
murid dan proporsi gaji guru terhadap keseluruhan biaya rutin; dan 3)
biaya pembangunan (capital cost), merupakan biaya yang digunakan
untuk pembelian tanah, pembangunan ruang kelas, perpustakaan,
lapangan olah raga, konstruksi bangunan, pengadaan perlengkapan
mobelair, biaya penggantian dan perbaikan.
Lebih lanjut, Gaffar (1987) menyatakan bahwa biaya pembangunan
dihitung atas dasar “per student place”. Menurutnya, dalam menghitung
biaya pembangunan ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan,
yaitu pertama: tempat yang menyenangkan untuk murid belajar, biaya
lokasi atau tapak (site), dan biaya perabot dan peralatan.
Kedua: biaya tidak langsung (indirect cost) dapat dimaknai sebagai
biaya yang umumnya meliputi hilangnya pendapatan peserta didik
karena sedang mengikuti pendidikan (earning foregone by students),
bebasnya beban pajak karena sifat sekolah yang tidak mencari laba (cost
of tax exemption), bebasnya sewa perangkat sekolah yang tidak dipakai
secara langsung dalam proses pendidikan serta penyusutan sebagai
cermin pemakaian perangkat sekolah yang sudah lama dipergunakan
(implicit rent and depreciation) Fattah (2000).

48 | Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd


Selanjutnya, berikut ini jenis-jenis biaya yang merupakan bagian
dari biaya tidak langsung (indirect cost), yaitu: 1) biaya pribadi (private
cost), adalah biaya yang dikeluarkan keluarga untuk membiayai sekolah
anaknya dan termasuk di dalamnya forgone opportunities. Dalam kaitan
ini, Jones (1985) mengatakan “In the context of education these include
tuitions, fees and other expenses paid for by individuals”. Dengan kata
lain, biaya pribadi adalah biaya sekolah yang dibayar oleh keluarga
atau individu; 2) biaya masyarakat (social cost), adalah biaya yang
dikeluarkan oleh masyarakat untuk membiayai sekolah (di dalamnya
termasuk biaya pribadi).
Dalam kaitan ini, Thomas, H. Jones (1985) mengatakan “Sometimes
called public cost, the include cost of educations financed through taxation.
Most public school expenses are examples of sosial costs”. Dengan kata lain,
biaya masyarakat adalah biaya sekolah yang dibayar oleh masyarakat.
Ketiga, monetary cost adalah semua bentuk pengeluaran dalam bentuk
uang, baik langsung maupun tidak langsung yang dikeluarkan untuk
kegiatan pendidikan.
Keempat. Non-monetary Cost adalah semua bentuk pengeluaran
yang tidak dalam bentuk uang, meskipun dapat dinilai ke dalam bentuk
uang, baik langsung maupun tidak langsung yang dikeluarkan untuk
kegiatan pendidikan, misalnya materi, waktu, tenaga, dan lain-lain.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar
Nasional Pendidikan (SNP) Pasal 62 disebutkan bahwa pembiayaan
pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal
(Depdiknas, 2005).
Biaya investasi satuan pendidikan meliputi biaya penyediaan sarana
dan prasarana, pengem bangan sumber daya manusia, dan modal kerja
tetap. Biaya operasi satuan pendidikan meliputi: gaji pendidik dan
tenaga kependidikan serta Biaya pendidikan dapat dibedakan menjadi
dua kategori, yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung. Mulyasa
(2003: 48) menyimpulkan: Biaya langsung yaitu segala pengeluaran
yang secara langsung menunjang penyelenggaraan pendidikan. Biaya
langsung yang dimaksud pada hal ini yaitu dimensi pengeluaran
pendidikan meliputi biaya rutin dan biaya pembangunan. Sedangkan

Penganggaran dan Keuangan Pendidikan | 49


biaya tidak langsung yaitu pengeluaran yang secara tidak langsung
menunjang proses pendidikan.
Biaya pendidikan terdiri dari dua sisi yang berkaitan satu sama
lain, yaitu sisi anggaran penerimaan dan anggaran pengeluaran untuk
mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Anggaran penerimaan adalah
pendapatan yang diperoleh setiap tahun oleh sekolah dari berbagai
sumber resmi dan diterima secara teratur. Sedangkan anggaran dasar
pengeluaran adalah jumlah uang yang dibelanjakan setiap tahun untuk
kepentingan pelaksanaan pendidikan di sekolah.
Belanja sekolah sangat ditentukan oleh komponen-komponen
yang jumlah dan proporsinya bervariasi di antara sekolah yang satu
dan daerah yang lainnya. Serta dari waktu ke waktu, berdasarkan
pendekatan unsur biaya (ingredient approach), pengeluaran sekolah
dapat dikategorikan ke dalam beberapa item pengeluaran, yaitu:
1. Pengeluaran untuk pelaksanaan pelajaran
2. Pengeluaran untuk tata usaha sekolah Pemeliharaan sarana dan
prasarana sekolah
3. Kesejahteraan pegawai
4. Administrasi
5. Pembinaan teknis educative, dan
6. Pendataan (Mulyasa: 2003: 49-50)
Peraturan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan pasal 3 (2008: 2-4)
menyebutkan:
1. Biaya pendidikan meliputi:
a. Biaya satuan pendidikan;
b. Biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan; dan
c. Biaya pribadi peserta didik.
2. Biaya satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a terdiri atas:
a. Biaya investasi, yang terdiri atas: a) Biaya investasi lahan
pendidikan; dan b) Biaya investasi selain lahan pendidikan.
b. Biaya operasi, yang terdiri atas: a) Biaya personalia; dan b) Biaya
non personalia.

50 | Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd


c. Bantuan biaya pendidikan; dan 4) Beasiswa.
3. Biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. Biaya investasi, yang terdiri atas: a) Biaya investasi lahan
pendidikan; dan b) Biaya investasi selain lahan pendidikan.
b. Biaya operasi, yang terdiri atas: a) Biaya personalia; dan b) Biaya
nonpersonalia.
4. Biaya personalia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b angka
1 dan ayat (3) huruf b angka 1 meliputi:
a. Biaya personalia satuan pendidikan, yang terdiri atas: a) Gaji pokok
bagi pegawai pada satuan pendidikan; b) Tunjangan yang melekat
pada gaji bagi pegawai pada satuan pendidikan; c) Tunjangan
struktural bagi pejabat struktural pada satuan pendidikan; d)
Tunjangan fungsional bagi pejabat fungsional di luar guru dan
dosen; e) Tunjangan fungsional atau subsidi tunjangan fungsional
bagi guru dan dosen; f ) Tunjangan profesi bagi guru dan dosen;
g) Tunjangan khusus bagi guru dan dosen; h) Maslahat tambahan
bagi guru dan dosen; dan i) Tunjangan kehormatan bagi dosen
yang memiliki jabatan profesor atau guru besar.
b. Biaya personalia penyelenggaraan dan/atau pengelolaan
pendidikan, yang terdiri atas: a) Gaji pokok; b) Tunjangan yang
melekat pada gaji; c) Tunjangan struktural bagi pejabat struktural;
dan d) Tunjangan fungsional bagi pejabat fungsional.
Pembiayaan juga meliputi biaya operasional yakni biaya
pendidikan yang digunakan untuk menunjang kelancaran operasional
pembelajaran. Pembiayaan dalam kelompok inilah yang saat ini diberikan
pemerintah pusat melalui DBO (Dana Bantuan Operasional). Biaya
pengembangan staf yakni pembiayaan pendidikan yang dibutuhkan
untuk mengembangkan kemampuan sekolah mencapai mutu layanan
yang optimal. Termasuk pembiayaan dalam kelompok ini adalah
biaya untuk membantu guru-guru mengikuti berbagai seminar dan
workshop yang terkait langsung dengan kemampuan profesional guru,
membantu guru dalam meningkatkan kualifikasi akademiknya lewat
beasiswa studi ke S2 dan sejenisnya.

Penganggaran dan Keuangan Pendidikan | 51


Selanjutnya, biaya investasi yakni pembiayaan pendidikan yang
diagendakan sebagai investasi masa depan sekolah. Termasuk dalam
kelompok pembiayaan ini adalah pembangunan gedung, laboratorium
sekolah, jaringan internet untuk pembelajaran, penyediaan sarana
prasarana perpustakaan dan sejenisnya yang semua itu bermakna
sebagai investasi keunggulan sekolah di masa depan.
F. Evaluasi/Soal Latihan
SOAL
1. Jelaskan Konsep Manajemen Pembiayaan Pendidikan
2. Apa saja Prinsip Manajemen Pembiayaan Pendidikan
3. Bagaimana hubungan antara Asas-asas penyusunan RKAS/M dengan
Prinsip Manajemen Pembiayaan?
4. Apa saja Jenis Pembiayaan Pendidikan?

52 | Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd


BAB V
PENDANAAN PENDIDIKAN

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah membaca dan mengikuti pembelajaran pada topik ini,
mahasiswa mampu memahami Manajemen Pendanaan Pendidikan,
Strategi Pemerolehan Sumber Pendanaan Pendidikan dan memahami
kelemahan structural system pendanaan pendidikan
B. Manajemen (Pengelolaan) Pendanaan Pendidikan
Dalam Ketentuan Umum, dan pasal 1 ayat (3) Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2008 Tentang Pendanaan
Pendidikan dijelaskan bahwa dana pendidikan adalah sumber daya
keuangan yang disediakan untuk menyelenggarakan dan mengelola
pendidikan. Sedangkan pendanaan pendidikan adalah penyediaan
sumberdaya keuangan yang diperlukan untuk penyelenggaraan dan
pengelolaan pendidikan.
Dana pendidikan yang dimiliki lembaga pendidikan haruslah
dapat dikelola sesuai dengan kebutuhannya. Seringkali dana yang
dimiliki lembaga pendidikan terbatas atau kurang, sehingga lembaga
pendidikan harus membuat daftar anggaran pengeluaran sesuai dengan
prioritas kebutuhan lembaga pendidikan.
Terkait dengan pendanaan pendidikan paying hukumnya adalah
Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dalam Pasal 46 menyatakan bahwa pendanaan pendidikan
menjadi tanggung jawab bersama Pemerintah, pemerintah daerah,
dan masyarakat. Selanjutnya pada Pasal 47 dinyatakan bahwa sumber
pendanaan pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip-prinsip
keadilan, kecukupan, dan berkelanjutan.

Penganggaran dan Keuangan Pendidikan | 53


Maksud prinsip keadilan di sini adalah sumber pendanaan
ditentukan berdasarkan kemampuan masyarakat daerah yang
bersangkutan, pemerintah daerah, Pemerintah, dan sumber lain biaya
penyelenggaraan pendidikan. Begitu juga prinsip kecukupan adalah
bahwa dana penyelenggaraan pendidikan mencukupi untuk membiayai
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu sebagaimana ditetapkan
dalam Standar Nasional Pendidikan (Peraturan Pemerintah Nomor 19
tahun 2005).
Sedangkan prinsip keberlanjutan di sini adalah bahwa dana
pendidikan dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan juga mewajibkan
pemerintah daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota juga menganggarkan
dana pendidikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) (lihat UU-SPN Nomor 20/2003). Pendanaan yang
berasal dari pemerintah jika dilihat dari jumlah APBN dan APBD
masing-masing pemerintah daerah tentunya potensi yang sangat besar,
perlu dikelola dengan baik dan professional sehingga memiliki nilai
manfaat yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Menurut Nanang Fattah (2006) dalam Nurteti (2008), pengelolaan
dana pendidikan di lembaga pendidikan mencakup 2 (dua) aspek,
yakni:
1. dimensi penerimaan atau sumber dana; dan
2. dimensi pengeluaran atau alokasi dana.
Dimensi penerimaan, antara lain bersumber dari: penerimaan umum
pemerintah, penerimaan khusus pemerintah yang diperuntukkan bagi
pendidikan, iuran sekolah, dan sumbangan- sumbangan masyarakat,
sedangkan dimensi pengeluaran mencakup pengeluaran modal atau
anggaran pembangunan (capital outlay/ expenditure).
Selanjutnya dalam Nurteti (2008), menjelaskan bahwa keberhasilan
pengelolaan atas dana pendidikan itu akan menimbulkan berbagai
manfaat di antaranya:
1. Memungkinkan penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara
efisien artinya dengan dana tertentu diperoleh hasil yang maksimal
atau dengan dana minimal tercapai sebuah tujuan tertentu;

54 | Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd


2. Memungkinkan tercapainya kelangsungan hidup lembaga pendidikan
sebagai salah satu tujuan didirikannya lembaga tersebut (terutama
bagi lembaga pendidikan swasta dan lembaga penyedia jasa kursus); dan
3. Dapat mencegah adanya kekeliruan, kebocoran atau adanya
penyimpangan penggunaan dana dari rencana awal.
C. Strategi Pemerolehan Sumber Pendanaan Pendidikan
Trade off antara kebutuhan untuk meningkatkan pemerataan
kesempatan dan mutu pendidikan dialami oleh hampir semua negara
berkembang. Menyadari akan dampak trade off tersebut, sejak tahun
2000-an banyak negara yang sedang berkembang mulai merubah
kebijakannya dari prioritas untuk meningkatkan pemerataan akses
memperoleh pendidikan dasar menjadi meningkatkan pemerataan
pendidikan yang bermutu.
Pemerintah Indonesia telah ikut menggeser kebijakan dari
mengutamakan pemerataan menjadi lebih mengutamakan peningkatan
mutu tersebut sejak tahun 2000 seperti yang dituangkan dalam Program
Pembangunan Nasional Tahun (Propenas) Tahun 2000-20041. Strategi
pembangunan pendidikan yang dipilih selama ini sudah tidak sesuai
lagi untuk mendukung kebijakan yang baru tersebut.
Upaya peningkatan mutu perlu didukung dengan tersedianya
pandanaan pendidikan yang memadai walaupun tetap memperhatikan
pemerataan dan keadilan. Dalam rangka itulah pemerintah telah
menetapkan bahwa sumber pendanaan pendidikan ditentukan
berdasarkan prinsip kecukupan disamping prinsip keadilan dan
keberlanjutan. Berkecukupan, artinya memenuhi kebutuhan minimal
yang diperlukan sebagai prasarat, walaupun bukan satu-satunya syarat,
untuk mencapai pendidikan yang bermutu.
Ternyata anggaran pemerintah yang disediakan sampai saat ini
tidak mencukupi untuk menunjang penyelenggaraan yang bermutu.
Walaupun proporsi anggaran Pendidikan yang disediakan dari APBN
oleh pemerintah diupayakan meningkat terus, dalam proporsi maupun
nilai absolutnya masih jauh di bawah negara-negera tetangga dan dilihat
dari daya gunanya baru berhasil mengembalikan kondisi sebelum krisis,
yaitu tahun 1996.

Penganggaran dan Keuangan Pendidikan | 55


Bahkan walapun dengan skenario proporsi anggaran pendidikan
dinaikkan sampai 20% dari APBN, karena rendahnya pendapatan per
kapita kita yang hanya US$811, maka nilai absolutnya hanya cukup
untuk membiayai Pendidikan dasar sembilan tahun yang bermutu
minimal.
Oleh sebab itu, upaya peningkatan pendidikan dengan
mengandalkan anggaran dari pemerintah saja tidaklah cukup. Perlu
dicari jalan untuk memperoleh sumber daya pendanaan pendidikan
dari sumber lain. Buku ini sengaja disebut sumber daya pendanaan
pendidikan karena sumber daya itu tidak selalu diperoleh dalam ujud
uang tetapi dapat pula dalam bentuk non-meneter seperti tenaga,
keahlian, maupun bentuk sumber daya yang lain.
Dengan mempertimbangkan keadaan pembiayaan pendidikan
pada saat sekarang dan kemungkinan peluangnya yang akan datang,
maka upaya untuk menggali sumber dana dapat dilakukan melalui dua
cara, yaitu secara internal dan eksternal. Secara internal upaya yang dapat
dilakukan adalah dengan melakukan penghematan belanja pendidikan
terutama dengan mengatasi kelemahan struktural sistem pendanaan
pemerintah dengan cara merubah sistem pendanaan Pendidikan yang
lebih terbuka, tidak hanya yang berasal dari pemerintah dan orang tua
tetapi juga dari masyarakatdan dunia usaha.
Untuk mengatasi ketimpangan sistem pendanaan yang diperoleh
dari pemerintah perlu dilakukan perubahan sistem subsidi pemerintah
yang semula berdasarkan lembaga satuan Pendidikan, dirubah
menjadi sistem subsidi dalam bentuk block grant kepada satuan
Pendidikan berdasarkan satuan biaya per siswa, yang dapat dibuat
gradasi berdasarkan latar belakang tingkat kemampuan ekonomi orang
tuanya dengan kontrak yang menuju kepada kinerja kelembagaan yang
diukurdari peningkatan mutu pendidikan (performance based funding
sistem).
Adapun untuk meningkatkan economics of scale dari satuan
lembaga penyelenggara pendidikan perlu dilakukan sistem pengaturan
pembukaan sekolah, jurusan, dan program studi yang ketat, tidak hanya
berdasarkan ketersediaan input minimal tetapi juga proyeksi pasar

56 | Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd


sampai setidak tidaknya 10 tahun ke depan, dalam standar pelayanan
minimal yang tidak hanya menyebut ukuran maksimal jumlah siswa
per kelas dan per sekolah, tetapi juga jumlah minimalnya.
Selain itu, perlu juga dilakukan program "regrouping"' yang lebih
fleksibel dengan berbagai alternatif sebagai berikut:
1. Antar sekolah sejenjang dan sejenis;
2. Antar sekolah se-yayasan, serumpun (gugus sekolah), atau se wilayah;
3. Antar jurusan;
4. Antar beberapa program studi/spesialisasi dalam satu sekolah untuk
dilebur kedalam satu ataua dua program studi saja.
Untuk melakukan program regrouping ini perlu didukung dengan
pemetaan sekolah dan yayasan penyelenggaranya, pemetaan jurusan,
program studi/spesialisasi dan pasarnya, dan studi kecenderungan
tuntutan akan Pendidikan jangka panjang. Sebagaimana diuraikan
sebelumnya, bentuk pendanaan Pendidikan dari masyarakat dan dunia
usaha yang sudah dilakukan secara tradisional adalah memberikan
bantuan barang modal yang dapat berupa:
1. menghibahkan tanah wakaf untuk didirikan bangunan Pendidikan
dan fasilitas Pendidikan lainnya
2. membangun sekolah, membantu rehabilitasi dan pemeliharaan
sarana Pendidikan
3. memberikan bantuan mebeler dan perlengkapan dan peralatan
Pendidikan seperti komputer dan lain sebagainya membantu
memberikan dana untuk menggaji guru yayasan dan honorer.
Guna meningkatkan mutu, pola tradisional tersebut tidak cukup
karena dibutuhkan kontribusi sumber daya pendanaan dari masyarakat
dan dunia usaha yang lebih sistemik dan berkelanjutan. Mereview dari
beberapa praktek yang dilakukan baik di dalam maupun di luar negeri,
ada beberapa inovasi yang dapat dipaparkan disini.
Pertama, upaya menggali sumber daya pendanaan pendidikan dari
masyarakat melalui pola subsidi silang antara kelompok masyarakat
yang kaya terhadap kelompok keluarga miskin. Ada berbagai variasi
yang dapat dilakukan:

Penganggaran dan Keuangan Pendidikan | 57


1. Menerapkan sistem penetapan iuran pembinaan Pendidikan dengan
menggunakan sistem progresif, dimana keluarga yang kaya membayar
lebih tinggi dari keluarga yang miskin. Pola ini biasa dilakukan di
sekolah swasta yang berciri khusus agama Kristen.
2. Menerapkan sistem penetapan iuran pembinaan Pendidikan yang
sama pada setiap siswa, kecuali yang tidak mampu tidak dipungut
biaya. Pola ini biasa diterapkan di madrasah.
3. Menerapkan sistem penerimaan mahasiswa dengan berbagai jalur yang
mengharuskan sebagian orang tua yang kaya membayar sumbangan
peningkatan mutu akademik (SPMA) lebih banyak dari orang tua
yang miskin pada waktu pendaftaran. Pola seperti ini dilakukan di
Universitas Gadjah Mada sejak tahun 2005 dengan menggunkan
berbagai jenis sistem ujian masuk sebagaimana digambarkan pada
pedoman UM-UGM tahun 2005
Memungut sumbangan pembinaan pendidikan yang lebih tinggi
dari yang diperlukan di tingkat perguruan tinggi, yang hasilnya
dipergunakan untuk mensubsidi penyelenggaraan Pendidikan yang
lebih rendah bagi kelompok masyarakat miskin. Pola ini dikembangkan
oleh Universitas Pelita Harapan yang berhasil mengumpulkan
dana lebih sekitar Rp. 160 milyard per tahun dari hasil pungutan
sumbangan pembinaan Pendidikan, yang kemudian dipergunakan
untuk mendirikan dan membiayai operasionalisasi beberapa sekolah
dasar dan menengah di daerah miskin di bawah naungan Yayasan Dian
dan Lentera Harapan.
Kedua, melakukan kerjasama yang saling menguntungkan antara
lembaga pendidikan dan dunia usaha dimana melalui kerjasama itu
lembaga pendidikan dapat memperoleh tambahan sumber daya baik
berupa uang, tenaga maupun fasilitas atau campuran dari keduanya.
Ada beberapa model kerjasama yang dapat dilakukan.
1. Kerjasama dalam penelitian dan konsultasi kelembagaan dimana
lembaga Pendidikan menyediakan tenaga ahlinya dan dunia usaha
atau masyarakat menyediakan biaya dan upahnya. Pola ini biasanya
dilakukan oleh perguruan tinggi.
2. Kerjasama dalam bentuk program dan pemberian instrukturnya dan
penempatan tenaga ahli dari dunia usaha (detasering) secara cuma-

58 | Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd


cuma yang penyusunan program dan kurikulumnya dilakukan secara
bersama-sama. Pola semacam ini banyak dilakukan oleh politeknik
dan sekolah menengah kejuruan melalui program sistem ganda dalam
menyelenggarakan Pendidikan vokasional yang diorganisasikan
dalam Majelis Pendidikan Kejuruan. Bahkan ada beberapa bank
yang memprogramkan pengabdian kepada dunia pendidikan bagi
para karyawannya atas biaya bank yang bersangkutan.
3. Pemberian penggunaan laboratorium hidup secara cuma-cuma untuk
kepentingan praktikum mahasiswa di dunia usaha. Pola seperti ini
banyak dilakukan antara fakultas kedokteran dengan rumah sakit,
antara SMK dengan hotel dan restoran, antara sekolah SMA dengan
dunia kerja lainnya.
4. Kerjasama dalam bentuk Built, Operate, and Transfer (BOT),
dimana dunia insdustri membantu membangun sarana dan prasarana
Pendidikan dan lembaga Pendidikan menyediakan lokasi dan
tanahnya. Setelah selesai dibangun digunakan dan dikelola secara
bersama-sama dengan perimbangan keuntungan tertentu, setelah
selesai kontrak seluruh aset diberikan kepada lembaga Pendidikan.
Pola ini sudah dilaksanakan oleh Fakultas kedokteran hewan IPB
dengan dunia usaha dalam membangun unit usaha produksi unggas
yang selain untuk usaha peternakan unggas yang menghasikan
keuntungan, juga sekaligus difungsikan sebagai laboratorium
percobaan dan praktikum bagi mahasiswa.
Ketiga, menjual kepemilikan intelektual (intellectual property),
yang bisa berupa keahlian maupun hak cipta kepada masyarakat untuk
kepentingan lembaga pendidikan. Contohnya adalah Universitas
Negeri Jakarta yang berhasil menjual hak ciptanya dari penyelenggaraan
"sekolah laboratorium" kepada Pertamina sehingga memperoleh
penghasilan dari pembelian hak cipta dan program pemberdayaannya
(capacity building).
Keempat, menyelenggarakan unit produksi sebagai sarana untuk
menjual jasa hasil usaha bedasarkan keahlian yang banyak dilakukan
oleh politeknik dan SMK. Misalnya, SMK Negeri Kendari berhasil
menjual jasa boga dan busananya melalui unit produksinya sehingga
dengan omset satu bulan mencapai Rp. 40 juta. Hasil dari usaha unit

Penganggaran dan Keuangan Pendidikan | 59


produksi ini selain dapat untuk meningkatkan mutu ketrampilan
siswanya juga dapat dipergunakan untuk meningkatkan kesejahteraan
guru-gurunya.
Kelima, meminjam dari bank untuk pengembangan dan
peningkatan mutu pendidikan dengan bunga yang relatif rendah dan
waktu tenggang pengembalian jangka panjang (grace period). Walaupun
lembaga pendidikan itu bersifat nirlaba, namun pengelolaannya perlu
dilakukan seperti industri (noble industry) agar selain efisien juga
terjamin kelanjutan pembiayaannya untuk mendukung kelanjutan
penyelengaraannya. Apabila pengelolaan yang demikian dapat
dilakukan, maka dunia perbankan akan dapat memberikan pinjamannya
dengan bunga yang relatif murah dengan masa tenggang yang cukup
lama. Bahkan sekarang Intenational Finance Corporation (IFC),
lembaga di bawah naungan Bank Dunia, dan Islamic Development
Bank yang biasanya hanya memberikan bantuan pinjaman komersial
kepada industri sekarang telah memberikan peluang untuk memberikan
pinjaman di bidang pendidikan dan kesehatan. Contoh yang
menerapkan pola ini adalah Singapore International School di Jakarta.
Keenam, mengembangkan Dana Pendidikan Abadi (Endowment
Fund), diperoleh dari sumbangan masyarakat yang dikumpulkan
dan disimpan, dan yang dipergunakan untuk membantu pendidikan
adalah bunganya saja sehingga dana pendidikan yang terkumpul tetap
ada untuk menjamin kelangsungan pendaan pendidikan. Pola seperti
ini sudah banyak dilakukan oleh perguruan tinggi di negara maju
dimana dana abadi tersebut diperoleh dari sumbangan para alumni
dan dunia usaha. Dari dunia usaha misalnya dapat dilakukan dengan
menyisihkan lima persen hasil keuntungannya disumbangkan untuk
Dana Pendidikan Abadi sebagai imbalan memperoleh hasil pendidikan
secara gratis. Para alumni dan dunia usaha mempunyai motivasi yang
tinggi untuk menyumbang melalui dana abadi tersebut karena sudah
diatur oleh peraturan perundangan dan memperoleh keringanan pajak
sebagai insentif.
Beberapa perguruan tinggi di Indonesia Universitas Gadjah Mada
dan Universitas Indonesia secara diam-diam telah mengumpulkan Dana
Pendidikan Abadi tersebut yang disimpan dalam bentuk deposito dan

60 | Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd


hanya bunganya yang dipergunakan untuk membiayai Pendidikan. Hal
ini dilakukan secara diam-diam karena peraturan perundangan yang ada
belum mendukung sistem ini. Pengumpulan Dana Pendidikan Abadi
ini dapat dilakukan di tingkat satuan pendidikan, yayasan, pemerintah
kabupaten/kota, pemerintah propinsi, dan pemerintah Pusat. Apabila
dilakukan pada tingkat pemerintahan yang lebih tinggi, maka Dana
Pendidikan Abadi ini juga dapat digunakan seiring dengan distribusi
Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk mensubsidi daerah Kabupaten/
Kota yang tidak mampu mendanai pendidikan secara berkecukupan
melalui APBD nya, sehing mempunyai fungsi pemerataan.
D. Kelemahan Struktural Sistem Pendanaan Pendidikan
Ada empat kelemahan struktural dalam sistem pendanaan
pendidikan dewasa ini yang kalau tidak diatasi berapapun dana
masyarakat dan dunia usaha digali, tidak akan memberikan dampak
kepada mutu pendidikan, yaitu: dominasi pendanaan dari pemerintah
dan orang tua, ketidakadilan distribusi anggaran pemerintah, inefisiensi
dalam alokasi anggaran pendidikan yang tersedia, dan inefisiensi dalam
penyelenggaraan lembaga Pendidikan.
Sumber pendanaan pendidikan yang sekarang lebih didominasi
oleh pemerintah dan orang tua siswa. Partisipasi masyarakat dan dunia
industri masih sangat kecil dalam menunjang kebutuhan belanja
operasional pendidikan yaitu berkisar antara 2-8% saja. Ini terjadi
karena kontribusi masyarakat dan dunia usaha pada umumnya lebih
diwujudkan dalam bentuk pemberian hibah tanah wakaf, pendirian
bangunan sekolah, perlengkapan dan peralatan pendidikan, yang
semuanya bersifat barang modal. Untuk kelangsungan penyelenggaraan
pendidikan yang bemutu lebih dibutuhkan bantuan biaya operasional
yang berkelanjutan (Melati, 2019).
Di satu sisi ini merupakan kelemahan tetapi disisi yang lain
merupakan tantangan untuk menggalinya. Pertanyaannya adalah
bagaimana masyarakat dan dunia usaha dapat terpanggil untuk
secara kontinu memberikan dukungan pendaaan guna menopang
kebutuhan belanja operasional Pendidikan (Nurhadi, 2005). Fakta
juga menunjukkan adanya ketimpangan proporsi pendanaan dari

Penganggaran dan Keuangan Pendidikan | 61


pemerintah terhadap sekolah negeri dan sekolah swasta. Sekolah swasta
yang pada umumnya menampung lebih banyak siswa dari keluarga
kurang mampu justru memperoleh subsidi per siswa dari pemerintah
lebih sedikit.
Apabila partisipasi masyarakat dan dunia usaha hanya dilakukan
dalam skala sekolah melalui komite sekolah seperti yang berkembang
pada saat ini, maka kecenderungannya sekolah negeri yang sudah
memperoleh proporsi subsidi besardari pemerintah cenderung
memperoleh partisipasi masyarakat (dalam hal ini orang tua) dan dunia
usaha yang lebih besar pula.
Hal sebaliknya terjadi pada sekolah swasta. Ini berarti bahwa
kesempatan untuk meningkatkan mutu bagi sekolah swasta baik dari
sumber pendanaan dari pemerintah, masyarakat maupun dunia usaha
akan lebih terbatas, sehingga justru akan menimbulkan persoalan
baru, yaitu semakin besarnya jurang kesempatan untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu. Upaya untuk menggali sumber pendanaan
dari masyarakat dan dunia usaha justru sebaliknya harus diupayakan
temasuk untuk mengurangi kesenjangan ini (Arwildayanto et al.,
2017).
Dalam Dalam situasi keterbatasan dana pendidikan yang tersedia,
sekolah-sekolah kita dihantui oleh terjadinya inefisiensi dalam
mengalokasikannya. Inefisiensi itu terjadi karena proporsi biaya yang
dialokasikan secara langsung untuk menunjang proses belajar mengajar
dan manajemen di tingkat sekolah sangat kecil, sementara itu menurut
berbagai hasil kajian ternyata kedua hal tersebut yang paling besar
memberikan kontribusi secara nyata dalam upaya peningkatan mutu
pendidikan.
Ini tejadi karena sistem alokasi pendanaan Pendidikan disamakan
dengan sistim alokasi lembaga perkantoran, sehingga alokasi dana untuk
mendukung proses belajar mengajar disamakan dengan alokasi untuk
mendukung kegiatan kantor dalam bentuk alat tulis kantor. Alokasi
untuk mengadakan bahan-bahan praktikum, pemeliharaan peralatan
dan perlengkapan pendidikan hampir tidak ada. Sebaliknya sebagian
besar anggaran yang tersedia dari pemerintah disedot untuk membiayai

62 | Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd


gaji personel dan manajemen di tingkat pusat, propinsi dan kabupaten/
kota. Pola seperti ini pernah dialami di berbagai negara maju, tetapi
kemudian diubah sehingga dana yang dihemat sebagai hasil efisiensi
dapat dialihkan untuk membiayai komponen proses belajar mengajar
dan manajemen di tingkat sekolah.
Di Ontario Canada misalnya, untuk mengurangi biaya manajemen
ditingkat propinsi dilakukan dengan peleburan jumlah pengelola
pendidikan dari sekitar 120 unit Dewan Pendidikan menjadi hanya
sekitar 27 unit Dewan Pendidikan. Sedangkan di Selandia Baru
dilakukan dengan melimpahkan wewenang pengelolaan sekolah ke
sekolah dan mengurangi wewenang dan besaran organisasi pengelola
pendidikan di tingkat propinsi dan kabupaten/kota secara bertahap.
Di Australia dilakukan dengan memotong alokasi biaya manajemen
pendidikan sehingga tinggal sekitar 7 persen, yang lebih dipusatkan
di tingkat sekolah dan memotong banyak alokasi biaya manajemen di
tingkat pemerintahan. Dengan manajemen pendidikan berbasis sekolah
yang dianut di Indonesia, seharusnya perubahan struktur anggaran
pendidikan seperti itu juga perlu dilakukan di Indonesia, sehingga
upaya untuk menggali dana masyarakat dan dunia usaha benar-benar
difokuskan untuk meningkatkan intensitas proses belajar mengajar.
Inefisiensi juga terjadi karena jumlah siswa yang dimiliki oleh
sebagian sekolah tidak mencapai tingkat economics of scale, yaitu suatu
jumlah dimana biaya satuan per siswanya paling rendah karena seluruh
masukan pendidikan dimanfaatkan secara optimal. Data menunjukkan
bahwa satuan biaya operasional pendidikan di SD kecil dengan 45 orang
siswa bisa mencapai empat kali lipat dari SD yang jumlah siswanya
mencapai economics of scale (438 orang siswa).
Data terakhir di Kabupaten Sleman misalnya menunjukkan bahwa
30 persen SD negeri mempunyai siswa di bawah 100 orang sehingga
termasuk kategori SD kecil yang seharusnya hanya dilayani oleh 3
orang guru dengan sistem multi grade teaching. Ternyata SD-SD itu
masih dilayani oleh tujuh orang guru tetap. Begitu pula halnya data
di sebagian SMP dan SMA dengan jumlah kelas kurang dari 9 kelas,
terjadi inefisiensi yang cukup besar dalam pemanfaatan guru bidang

Penganggaran dan Keuangan Pendidikan | 63


studi yang tidak optimal (un- deremployed) sehingga mempertinggi
biaya satuan operasional pendidikan per siswa.
Pada tingkat perguruan tinggi masih banyak ditemui perguruan
tinggi hanya mempunyai mahasiswa di bawah seribu orang dengan
beberapa program studi, sementara hasil penelitian menunjukkan
bahwa untuk memperoleh break even point dalam menyelenggarakan
perguruan tinggi diperlukan minimdal 500 orang mahasiswa per
program studi. Selain menimbulkan ketimpangan dalam pendanaan
dari pemerintah, tambahan kontribusi masyarakat dan dunia usaha
juga tidak akan memberikan peran yang signifikan dalam upaya
peningkatan mutu Pendidikan. Apabila inefisiensi ini dapat diatasi
maka penghematan dari hasil efisiensi ini juga merupakan sumber
pendanaan internal yang sangat potensial untuk meningkatkan mutu
pendidikan.
E. Evaluasi/Soal Latihan
SOAL
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Manajemen Pendanaan
Pendidikan
2. Apa saja Strategi Pemerolehan Sumber Pendanaan Pendidikan
3. Jelaskan empat kelemahan struktural dalam sistem pendanaan
Pendidikan
4. Jelaskan empat pola subsidi pemerolehan dana Pendidikan yang
diperoleh dari masyarakat

64 | Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd


BAB VI
SUMBER-SUMBER PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini mahasiswa mampu memahami
Model Pembiayaan Pendidikan, Analisa Pembiayaan Pendidikan,
Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya Pendidikan, sumber Pembiyaan
Pendidikan Dasar dan Menengah, serta pembiayaan Pendidikan tinggi.
B. Model Pembiayaan Pendidikan
Pembiayaan pendidikan merupakan komponen yang penting
dan tidak dapat terpisahkan dalam penyelenggaraan proses belajar
mengajar di sekolah. Dalam rangka pembentukan potensi sumber daya
manusia (SDM), penggunaan anggaran atau pembiayaan pendidikan
yang efektif dan efisien dapat menghasilkan SDM yang tepat guna
dan berhasil (Afridzal et al., 2018). Salah satu kunci keberhasilan
dalam pembangunan pendidikan, terletak pada kemampuan SDM
dalam mengelola dana yang tersedia dengan mengacu pada kebutuhan
pokok dan skala prioritas program pembangunan pendidikan dari
tahun ke tahun secara bertahap dan berkesinambungan sesuai dengan
perencanaan program yang ingin dicapai (Fredi, 2013).
Biaya pendidikan ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain:
besar kecilnya sebuah institusi pendidikan, jumlah siswa, tingkat gaji
guru atau dosen yang disebabkan oleh bidang keahlian atau tingkat
pendidikan, ratio siswa berbanding guru/ dosen, kualifikasi guru,
tingkat pertumbuhan penduduk (khususnya di negara berkembang),
perubahan kebijakan dari penggajian/pendapatan (revenue theory of
cost) (Herawan & Yana, 2003).
Pembiayaan Pendidikan tidak hanya menyangkut sumber-
sumber dana, tetapi juga meliputi penggunaan dana secara efisien.

Penganggaran dan Keuangan Pendidikan | 65


Semakin efisien sistem pendidikan, maka semakin berkurang biaya
yang diperlukan untuk mencapai tujuan suaut lembaga Pendidikan.
Menurut Supriyono biaya adalah pengorbanan ekonomis yang dibuat
untuk memperoleh barang atau jasa.
Secara bahasa, biaya (cost) dapat diartikan sebagai pengeluaran,
dalam istilah ekonomi biaya pengeluaran dapat berupa uang atau
bentuk moneter lainnya. Menurut Yahya yang dikutip oleh Mulyono
pembiayaan adalah bagaimana mencari dana atau sumber dana dan
bagaimana menggunakan dana itu dengan memanfaatkan rencana
biaya standar, memperbesar modal kerja, dan merencanakan kebutuhan
masa yang akan datang akan uang.
Pembiayaan pendidikan merupakan proses yang dimana
pendapatan dan sumber daya tersedia digunakan untuk menyusun
dan menjalankan program kegiatan sekolah. Menurut Levin (1987)
pembiayaan pendidikan adalah proses dimana pendapatan dan sumber
daya yang tersedia digunakan untuk menyusun dan menjalankan
sekolah di berbagai wilayah dengan tingkat pendidikan yang berbeda-
beda Sistem pembiayaan pendidikan sangat bervariasi tergantung
dari kondisi masing-masing negara seperti kondisi geografis, tingkat
pendidikan, kondisi politik pendidikan, hukum pendidikan, ekonomi
pendidikan, program pembiayaan pemerintah dan administrasi sekolah.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pembiayaan pendidikan adalah
dana yang diberikan kepada sekolah untuk memfasilitasi setiap
kegiatan proses pembelajaran di sekolah, dan berbagai keperluan dalam
penyelenggaraan pendidikan.
Pembiayaan pendidikan merupakan tanggung jawab bersama
antara Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Hal ini sesuai
amanat UUSPN Nomor 20 tahun 2003 Pasal 46 ayat (1). Pembiayaan
pendidikan merupakan hubungan saling keterkaitan yang di dalamnya
terdapat komponen-komponen yang bersifat mikro dan makro pada
satuan pendidikan. Setiap komponen memiliki fungsi yang berbeda-
beda, namun memiliki tujuan akhir yang sama, yaitu:
1. Peningkatan potensi SDM yang berkualitas;
2. Penyediaan komponen-komponen sumber-sumber pembiayaan

66 | Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd


pendidikan;
3. Penetapan sistem dan mekanisme pengalokasian dana;
4. Pengefektifan dan pengefisiensian penggunaan dana;
5. Akutabilitas (dapat dipertanggungjawabkan) dari aspek keberhasilan
dan mudah terukur pada setiap satuan pendidikan;
6. Meminimalisir terjadinya permasalahan-permasalahan yang terkait
dengan penggunaan pembiayaan pendidikan.
Menurut Smith (1776), Human Capital yang berupa kemampuan
dan kecakapan yang diperoleh melalui pendidikan, belajar sendiri,
belajar sambil bekerja memerlukan biaya yang dikeluarkan oleh
yang bersangkutan. Perolehan keterampilan dan kemampuan akan
menghasilkan tingkat balik rate of return yang sangat tinggi terhadap
penghasilan seseorang. Berdasarkan pendekatan Human Capital
terdapat hubungan linier antara investasi pendidikan dengan Higher
Productivity dan Higher Earning.
Manusia sebagai modal dasar yang diinfestasikan akan meng
hasilkan manusia terdidik yang produktif dan meningkatnya
penghasilan sebagai akibat dari kualitas kerja yang ditampilkan oleh
manusia terdidik. Dengan demikian, manusia yang memperoleh
penghasilan lebih besar akan membayar pajak dalam jumlah yang besar,
sehingga dengan sendirinya dapat meningkatkan pendapatan negara.
Peningkatan keterampilan yang dapat menghasilkan tenaga kerja
yang produktivitasnya tinggi dapat dilakukan melalui pendidikan yang
dalam pembiayaannya menggunakan efisiensi internal dan eksternal.
Dalam upaya mengem bangkan suatu sistem pendidikan nasional yang
berporos pada pemerataan, relevansi, mutu, efisiensi, dan efektivitas
dikaitkan dengan tujuan dan cita-cita pendidikan, namun dalam
kenya taannya perlu direnungkan, dikaji, dan dibahas, baik dari segi
pemikiran teori tis maupun pengamatan empirik.
Untuk dapat tercapai tujuan pendidikan yang optimal, salah satu
hal paling penting, yaitu mengelola biaya dengan baik sesuai dengan
kebutuhan dana yang diperlukan. Administrasi pembiayaan minimal
mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Penyaluran
anggaran perlu dilakukan secara strategis dan integratif antara pemangku

Penganggaran dan Keuangan Pendidikan | 67


kepentingan (stakeholder) untuk mewujudkan kondisi ini, perlu
dibangun rasa saling percaya, baik internal Pemerintah maupun antara
Pemerintah dengan masyarakat dan masyarakat dengan masyarakat itu
sendiri dapat ditumbuhkan.
Keterbukaan, partisipasi, dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan
pendidikan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
menjadi kata ka ta kunci untuk mewujudkan efektivitas pembiayaan
pendidikan. Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi,
biaya operasi, dan biaya personal (Sulistyoningrum, 2010). Biaya
investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud di atas meliputi
biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya
manusia, dan modal kerja tetap. Lebih lanjut, biaya personal meliputi
biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa
mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Biaya
operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud meliputi: a) gaji
pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang mele kat
pada gaji; b) bahan atau peralatan pendidikan habis pakai; dan c) biaya
operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi,
pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi,
konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya (Sulistyoningrum, 2010)
Terkait dengan model pembiayaan pendidikan, Amhar (dalam
Wibisono, 2006) berpendapat bahwa terdapat 4 (empat) model
pembiayaan pendidikan, yaitu: 1) subsidi penuh dari jenjang pendidikan
dasar sampai pendidikan tinggi; 2) pendidikan gratis pendidikan tinggi
di berikan kepada peserta didik sampai usia tertentu; 3) pendidikan gratis
diberikan sampai SMA, dan pendidikan tinggi tetap membayar SPP
sekalipun masih menerima subsidi; dan 4) semua jenjang pendidikan
wajib membiayai diri sendiri. Penggalian sumber dana dapat diperoleh
dari upaya kerja sama dengan industri atau memanfaatkan bantuan
CSR (Corporate Social Responsiblity), membentuk komunitas alumni,
atau bersumer dari orangtua/wali peserta didik.
Berikut ini ada beberapa model pembiayaan pendidikan seta
kelebihan dan kekurangannya:
1. Model Dana Bantuan Murni (Flat Grant Model)

68 | Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd


Merupakan uang bantuan negara yang dibagikan pada sekolah
di daerah tanpa memperhitungkan pertimbangan kemampuan
pembayaran pajak daerah setempat, yang didasarkan pada jumlah
siswa yang harus dididik. Kelebihan model Dana Bantuan Murni
(Flat Grant Model) adalah:
a. Sekolah dapat mengalokasikan dana untuk kegiatan pembelajaran
siswa
b. Sekolah dapat memfasilitasi kegiatan pembelajaran siswa.
Sedangkan kekurangan Model Dana Bantuan Murni (Flat Grant
Model) adalah:
a. Pemerintah tidak mendapat pajak sebagai sumber devisa negara,
b. Dapat meningkatkan penyimpangan dana pendidikan,
c. Adanya tingkat kesenjangan antara sekolah di tiap daerah
dibandingkan dengan daerah yang makmur. Tujuannya adalah
untuk menjaga sekolah dari kehancuran lebih parah (pada daerah
yang miskin).
2. Model Landasan Perencanaan (Foundation Plan Model)
Model yang menggambarkan bahwa negara tanpa mempertimbangkan
kekayaan & pajak daerah memberikan dana kepada daerah yang
miskin lebih banyak untuk setiap siswanya dibandingkan dengan
daerah yang makmur.
Kelebihan Model Landasan Perencanaan (Foundation Plan Model)
adalah:
a. Pengeluaran anggaran pendidikan efektif, efisien dan akuntabilitas,
b. Pemerintah mendapat pajak sebagai sumber devisa Negara.
Sedangkan kekurangan Model Landasan Perencanaan (Foundation
Plan Model) adalah:
a. Sekolah dapat membatasi program kegiatan yang mendukung
peningkata mutu pendidikan,
b. Adanya penyimpangan anggaran tahunan pendidikan. (Hanafiah,
2020)
3. Model Perencanaan Pokok Jaminan Pajak (Guaranted Tax Base Plan)
Model ini dibatasi dengan menentukan penafsiran penilaian per
siswa yang menjadi jaminan negara diperuntukkan bagi wilayah
sekolah setempat. Bantuan negara menjadi berbeda antara apa

Penganggaran dan Keuangan Pendidikan | 69


yang diterima daerah per siswa dengan jaminan negara per siswa.
Pembagian presentasenya sangat tinggi di sekolah distrik yang
miskin, dan rendah di sekolah distrik yang kaya / sejahtera.
Kelebihan Model Perencanaan Pokok Jaminan Pajak (Guaranted Tax
Base Plan) adalah:
a. Jumlah pembiyaan pendidikan akan terperinci,
b. Pemerintah mendapat pajak sebagai sumber devisa Negara.
Sedangkan Kekurangan Model Perencanaan Pokok Jaminan Pajak
(Guaranted Tax Base Plan) adalah:
a. Hanya akan efektif dan efisien bagi negara distrik,
b. Terbatasnya pembiayaan pendidikan untuk meningkatkan mutu
pendidikan
4. Model Persamaan Persentase (Persentage Equalizing Model)
Model ini dikembangkan tahun 1920-an, lebih banyak memberikan
sumbangan yang dibutuhkan pada tiap murid & guru ke daerah
daerah yang kurang makmur. Dalam program yang sama, jumlah
pembayaran yang disetujui dihitung bagi setiap siswa, tiap guru, atau
bagian lain yang di butuhkan. Jumlah yang diperlukan berubah-
ubah tiap bagian sesuai keperluan. (Lubis et al., 2021).
Kelebihan Persamaan Persentase (Persentage Equalizing Model)
adalah:
a. Sekolah di daerah terpencil memperoleh dana pendidikan besar,
b. Sekolah di daerah terpencil dapat melengkapi sarana dan prasarana
sekolah,
c. Adanya persamaan peningkatan mutu pendidikan di tiap daerah.
Kekurangan Model Persamaan Persentase (Persentage Equalizing
Model) adalah
a. Akan menimbulkan penyimpangan pembiayaan pendidikan,
b. pertanggungjawaban dana pendidikan tidak akuntabel dan
transparan,
5. Model Perencanaan Persamaan Kemampuan (Power Equalizing Plan)
Model ini menghendaki distrik yang kaya membayar pajak
sekolah yang dikumpulkan kembali ke negara. Selanjutnya negara
menggunakan uang dari sekolah distrik yang kaya itu untuk
meningkatkan bantuan sekolah pada distrik yang lebih miskin.

70 | Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd


Kelebihan model Perencanaan Persamaan Kemampuan (Power
Equalizing Plan) adalah:
a. Adanya persamaan perencaan kemampuan pembiayaan
pendidikan,
b. Sekolah dapat meningkatkan mutu pendidikan.
Sedangkan Kekurangan Model Perencanaan Persamaan Kemampuan
(Power Equalizing Plan), pemerintah tidak mendapat pajak sebagai
sumber devisa negara.
6. Model Pendanaan Negara Sepenuhnya (Full State Funding Model)
Model ini merupakan rencana yang dirancang untuk mengeliminir
perbedaan local dalam hal pembelanjaan dan perpajakan. Pendanaan
sekolah akan dikumpulkan ditingkat negara dan diberikan ke sekolah
distrik dengan dasar yang sama. Asas keadilan tentang perlakuan
terhadap siswa dan pembayar pajak, serta pembiayaan pendidikan
berdasarkan tingkat kekayaan yang dimiliki. Untuk menghindari
banyaknya anak pada masyarakat miskin meninggalkan pendidikan
sehingga muncul masalah pengangguran dan kesejahteraan bagi
generasi penerusnya.
Kelebihan model Pendanaan Negara Sepenuhnya (Full State Funding
Model) adalah:
a. Sekolah dapat mengalokasikan dana untuk kegiatan pembelajaran
siswa,
b. Sekolah dapat meningkatkan sarana dan prasarana sekolah dalam
menunjang pembelajaran siswa,
c. Sekolah dapat memfasilitasi kegiatan pembelajaran siswa.
Sedangkan Kekurangan Model Pendanaan Negara Sepenuhnya (Full
State Funding Model) adalah:
a. Anggaran bagi pembiayan pendidikan relatif besar dalam APBN,
b. Akan timbulnya penyimpangan pembiayaan pendidikan
7. Model Sumber Pembiayaan (The Resources Cost Model)
Model ini dikembangkan Hambers dan Parrish yang menyediakan
suatu proses penentuan pembiayaan pendidikan yang mencerminkan
kebutuhan berbeda dari kondisi ekonomi di setiap daerah. Model ini
menurut Sergivanni tidak bersangkutan dengan pendapatan pajak
maupun kekayaan suatu daerah.

Penganggaran dan Keuangan Pendidikan | 71


Kelebihan model Sumber Pembiayaan (The Resources Cost Model) adalah:
a. Sumber pembiayaan tiap daerah berbeda-beda,
b. Sekolah daerah terpencil dapat meningkatkan mutu pendidikan,
c. Sekolah dapat memfasilitasi kegiatan pembelajaran siswa.
Sedangkan Kekurangan Model Sumber Pembiayaan (The Resources
Cost Model) adalah:
a. Sekolah dapat melakukan pungutan kepada siswa.
b. Adanya kesenjangan sosial tiap daerah
8. Model Surat Bukti / Penerimaan (Models of Choice and Voucher Plans)
Model ini memberikan dana untuk pendidikan langsung kepada
individu atau institusi rumah tangga berdasarkan permintaan
pendidikan. Mereka diberikan surat bukti penerimaan dana untuk
bersekolah melalui sistem voucher yang mencerminkan subsidi
langsung kepada pihak yang membutuhkan yaitu murid.
Kelebihannya,
a. Negara memberikan pilihan bagi sekolah dan orang tua untuk
meningkatkan mutu pendidikan,
b. Sekolah swasta mendapatkan bantuan tambahan dana pendidikan.
Sedangkan kekurangan:
a. Adanya kecemburuan sosial diantara sekolah-sekolah negeri,
b. Dapat meningkatkan penyimpangan dana pendidikan
Selain model-model yang disebutkan di atas terdapat juga model
pembiayaan pendidikan yang lain yakni:
a. Model Rencana Bobot Siswa (Weight Student Plan) adalah model
yang mempertimbangkan siswa-siswa berdasarkan proporsinya.
Contoh siswa yang cacat, siswa program kejuruan atau siswa yang
pandai dua bahasa.,
b. Model Berdasarkan Pengalaman (Historic Funding) yakni Model
ini sering disebut Incrementalism, dimana biaya yang diterima
satu sekolah mengacu pada penerimaan tahun yang lalu, dengan
hanya penyesuaian.
c. Model Berdasarkan Usulan (Bidding Model), yakni model ini
sekolah mengajukan usulan pada sumber dana dengan berbagai
acuan, kemudian sumber dana meneliti usulan yang masuk, dan
menyesuaikan dengan criteria.

72 | Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd


d. Model Berdasarkan Kebijaksanaan (Descretion Model), Model
ini penyandang dana melakukan studi terlebih dahulu untuk
mengetahui komponen-komponen apa yang perlu dibantu
berdasarkan prioritas pada suatu tempat dari hasil eksplorasinya.
(Arwildayanto et al., 2017).
Dari pendapat di atas penulis berpendapat bahwa sistem pembiayaan
di Indonesia memang tampak sulit merujuk pada salah satu model
karena kondisi tiap sekolah berbeda. Di Indonesia masing-masing
elemen seperti pemerintah pusat, pemerintah daerah, orang tua murid,
dan masyarakat secara ideal harus memberi biaya untuk pendidikan.
Ada baiknya beberapa model akan dapat dimodifikasi menjadi
sebuah model yang ideal untuk disesuaikan dengan setting area
pendidikan ataupun setting sosial budaya daerah yang cocok untuk
indonesia. Model pembiayaan pendidikan yang terbaik bagi negara
Indonesia (bagi sekolah) adalah gabungan dari model Power Equalizing
dan model Foundation Plan karena model Power Equalizing dibebankan
kepada distrik-distrik yang sangat kaya untuk membayarkan sebagian
pajak sekolah yang mereka pungut kembali ke kantong negara bagian.
Negara bisa menggunakan uang yang dari distrik-distrik kaya untuk
manambah bantuan bagi distrikdistrik yang miskin. Setiap daerah
akan menerima jumlah dana berbeda tergantung pada kemampuan
penghasilan daerah (APBD). Daerah miskin akan menerima 5 per mil
ditambah dengan 7 per mil dana dasar daerah.
Dengan demikian akan ada keseimbangan dana antar daerah daerah
yang sumber daya alamnya kaya. Dan Foundation plan, dirancang
untuk menggali empat masalah besar dalam pendidikan dan keuangan,
yaitu: kesetaraan pembelanjaan, penetapan penetapan standar pajak dan
pembelanjaan sekolah minimum, pemisahan (demarkasi) wewenang
politik antara distrik- distrik sekolah lokal dengan negara bagian, dan
provisi untuk perbaikan berkesinambungan atas proses pendidikan.
Para pendukungnya menganggap bahwa negara harus mematok
batas-batas minimum dan pemerintah lokal harus diperbolehkan untuk
melampaui batas-batas minimum hingga ke tingkatan yang memang
ingin mereka lakukan.

Penganggaran dan Keuangan Pendidikan | 73


Cara kerja foundation plan adalah, pertama, negara harus
menentukan biaya per siswa per tahun bagi program pendidikan yang
memuaskan. Kedua, negara harus mematok tarif pajak minimum
yang harus diberlakukan oleh semua distrik sekolah. Ketiga, negara
memberikan hibah (grants) kepada tiap distrik sekolah dengan jumlah
yang sama.
Sedangkan besarnya bantuan adalah situasional terhadap kekayaan
lokal tetapi tidak pada upaya pajak. Foundation plan membagi kue
dengan porsi yang sama, namun distrik-distrik miskin lebih diutamakan.
(Aziz, 2017) Dalam hal ini penulis berpendapat jika model Power
Equalizing dan model Foundation Plan digabungkan dengan berbagai
kelebihan dan kekurangan nya masing-masing. Maka akan sangat
effektif pembiayaan pendidikan yang ada di indonesia nantinya.
Makin efisien dana pada sistem pendidikan tersebut maka berkurang
pula dana yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuannya, oleh
karena itu dengan efisiensi akan lebih banyak tujuan program yang
dicapai dengan anggaran yang tersedia. Juga nantinya akan mampu
menciptakan keseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan akan
sumber sumber pendidikan tercapai tujuan yang tidak mengalami
hambatan.
Jika pembiayaan pendidikan sudah effektif dan tidak lagi dimonopoli
oleh sistem politik pembiaayaan pendidikan. Maka indonesia juga
bisa menjadi Negara yang jauh lebih maju, baik dalam pendidikannya
maupun dalam ekonomi nya. Karena apabila pendidikan suatu Negara
sudah terealisasikan dengan baik. Maka dengan sendirinya ekonomi
dari Negara itu juga ikut membaik.
Untuk pergurun tinggi, sebaiknya pemerintah juga melakukan:
Pertama, pemerintah memberikan subsidi pendidikan tinggi untuk
semua mahasiswa yang diterima di perguruan tinggi. Kedua, perlu
adanya subsidi silang dengan menerapkan full-payment kepada keluarga
mampu, memberi subsidi penuh kepada mahasiswa dari keluarga tidak
mampu, dan subsidi 50% kepada mahasiswa dari keluarga penghasilan
menengah. Ketiga, penyediaan pinjaman pendidikan tinggi dengan
subsidi bunga kepada keluarga tidak mampu dan keluarga kurang

74 | Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd


mampu. Jumlah kredit tergantung dari besarnya biaya pendidikan yang
dikenakan oleh masing masing universitas.
C. Analisa Pembiayaan Pendidikan
Biaya pendidikan di Indonesia merupakan salah satau masalah yang
dirasakan masih krusial, Meskipun masalah pembiayaan seutuhnya
tidak sepenuhnya berpengaruh langsung terhadap kualitas pendidikan,
namun pembiayaan berkaitan erat dengan kelancaran pembelajaran di
sekolah, termasuk pengadaan sarana-prasarana dan sumber belajar.
Berapa banyak sekolah yang tidak dapat melakukan kegiatan
belajar-mengajar secara optimal hanya karena masalah keuangan baik
untuk menggaji guru maupun untuk pengadaan sarana dan prasarana
pembelajaran. Dalam kaitan ini, meskipun tuntutan reformasi meng­
hendaki pendidikan yang murah dan berkualitas, hal tersebut senantiasa
memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Oleh kaena itu, sekolah sharusnya mampu mengelola keuangan
yang ada sehingga dapat menghindari penggunaan biaya yang tidak
perlu/ tidak direncanakan dalam Rencana Anggaran Pendapatan
dan Belanja Sekolah (RAPBS). Efektivitas pembiayaan merupakan
salah satu alat ukur efisiensi, sehingga program kegiatan tidak hanya
dihitung berdasarkan biaya tetapi juga waktu, dan lebih amat penting
lagi menghindari dan menseleksi penggunaan dana operasional,
pemeliharaan, dan biaya lain yang mengarah pada pemborosan.
Bobbit (1992) dalam Fatah (2009) ber pendapat bahwa sekolah
secara mandiri dan berkewenangan penuh mengelola anggaran
biaya secara efisien. Sebagai contoh efektivitas dan efisiensi dalam
penyelenggaraan pendidikan yang dilakukan Pemerintah Kabupaten
Jembrana-Bali. Kabupaten tersebut sejak tahun 2001 mampu
memberikan pendidikan gratis 12 tahun bagi warga asli daerah
tersebut. Pemerataan pendi dikan, manajemen pendidikan yang efektif,
dan peningkatan partisipasi masyarakat merupakan pijakan dalam
melancarkan program pendidikan di Kabupaten Jembrana.
Contoh lain, implementasi konsep mana jemen berbasis sekolah
(MBS) pada hakikatnya menampilkan konsep pengelolaan anggaran

Penganggaran dan Keuangan Pendidikan | 75


pendidikan dengan tujuan untuk menjawab persoalan bagaimana
mendayagunakan sumber sumber pembiayaan secara efektif dan efisien?
serta bagaimana mengembangkan sumber sumber baru pembiayaan
bagi pembangunan pendidikan? agar tujuan pendidikan dapat tercapai
secara optimal.
Dalam kondisi dana yang sangat terbatas dan sekolah dihadapkan
pada kebutuhan yang beragam, maka sekolah harus mampu membuat
keputusan dengan te tap berpedoman pada peningkatan mutu. Manakala
sekolah memiliki rencana untuk mengadakan perbaikan fasilitas seperti
pagar sekolah atau merencanakan pengadaan alat laboratorium, maka
sekolah perlu memper timbangkan prioritas mana yang diasumsikan
memiliki pengaruh yang dominan terhadap peningkatan mutu proses
belajar mengajar.
Apabila melalui berbagai pertimbangan dan atas dasar musyawarah
dan mufakat dengan para pemangku kepentingan, pengadaan
alat peraga laboratorium lebih memiliki dampak yang kuat, maka
keputusan yang paling efisien mengadakan alat peraga laboratorium.
Efisiensi pendanaan pendidikan ditentukan oleh ketepatan dalam
mendayagunakan anggaran pendidikan dengan memberikan prioritas
pada faktor-faktor input pendidikan yang dapat memacu prestasi
belajar peserta didik.
Rencana Anggaran Pendapa tan dan Belanja Sekolah (RAPBS)
merupakan suatu rancangan pembiayaan pendidikan di sekolah dalam
rangka mengatur dan mengalokasikan dana pendidikan yang sumbernya
sudah terkalkulasi jumlah dan besarannya, baik merupakan dana rutin
bantuan dari Pemerintah berupa dana bantuan operasional atau dana
lain yang berasal dari sumbangan masyarakat atau orang tua peserta
didik. Dalam merancang dan menyususun RAPBS ada beberapa hal
yang harus diperhatikan, diantaranya masalah efektivitas pembiayaan
sebagai salah satu alat ukur efisiensi.
Efektivitas pembiayaan merupakan faktor penting yang senantiasa
diperhitungkan bersamaan dengan efisiensi. Artinya, suatu program
kegiatan tidak hanya menghitung waktu yang singkat, tetapi tidak
memperha tikan anggaran yang harus dikeluarkan seperti biaya

76 | Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd


operasional dan dana pemeliharaan sarana yang mengarah pada
pemborosan. Kepala Sekolah bersama-sama guru dan Komite Sekolah
dalam menentukan anggaran pembelajaran harus berdasarkan
kebutuhan yang riil dan benar-benar sangat dibutuhkan untuk keperluan
dalam rangka menunjang penye lenggaraan proses pembelajaran yang
bermutu.
Lebih lanjut, analisis biaya dalam pendidikan mencakup keefektifan
biaya (cost affectiveness), keuntungan biaya (cost benefit), kemanfaatan
biaya (cost-utility), dan kefisibilitasan biaya (cost feasibility). Selanjutnya,
secara rinci masing masing analisis biaya diuraikan sebagai berikut:
1. Analisis keefektifan biaya. Suatu pekerjaan disebut efektif kalau
pekerjaan itu dikerjakan dengan tepat dan mencapai tujuan yang
diinginkan. Biaya pendidikan digunakan secara efektif berarti biaya
itu diarahkan hanya untuk mencapai tujuan pendidikan yang ternyata
sesudah selesai pekerjaan mendidik itu tujuan yang direncanakan
semula benar-benar tercapai;
2. Analisis keuntungan biaya. Analisis ini menghubungkan antara besar
biaya yang di keluarkan dengan besar pendapatan setelah menjalani
pendidikan atau latihan;
3. Analisis kemanfaatan biaya adalah analisis yang berusaha
membandingkan biaya yang digunakan oleh suatu alternatif dengan
estimasi manfaatnya atau nilai outcomenya; dan
4. Analisis kefisibilitas biaya. Analisis ini tidak dapat diukur secara
kuantitatif seperti analisis sebelumnya, analisis ini hanya melihat
apakah biaya yang dipakai oleh alternatif itu cukup atau tidak,
bila dihubungkan dengan dana yang tersedia. Bila biaya alternatif
melebihi dana dan sumber-sumber pendidikan lainnya, maka
rencana itu tidak dapat dilaksanakan, atau alternatif tersebut tidak
fisibel.
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Biaya Pendidikan
Menurut Iskandar (2011), lembaga pendidikan sebagai produsen
jasa pendidikan, seperti halnya pada bidang usaha lainnya menghadapi
masalah yang sama, yaitu dalam hal biaya produksi, tetapi ada beberapa
ke suli tan khusus mengenai penerapan perhitungan biaya produksi.

Penganggaran dan Keuangan Pendidikan | 77


Produksi pendidikan diartikan sebagai unit pelayanan khusus (units
of specific services). Unit output harus meliputi dimensi waktu, seperti
tahun belajar atau jam belajar agar biaya-biaya dalam memper siapkan
output dibandingkan input.
Input meliputi barang-barang yang dibeli dan orang-orang yang
disewakan untuk menyediakan jasa. Di antara masukan (input) yang
penting dalam sistem bidang pendidikan ruang, peralatan, buku,
material, dan waktu para guru dan karyawan lain. Output menjadi hasil
tambahan yang diakibatkan oleh suatu kenaikan biaya pendidikan yang
diterima di sekolah, sepanjang masukan (input) menjadi bagian dari
biaya kenaikan. Suatu unsur biaya tambahan, yang ada dalam fungsi
produksi yang terdahulu, menjadi biaya kesempatan dari peserta didik
(Iskandar, 2011).
Analisis mengenai biaya produksi pendidikan pada dasarnya
menggunakan model teori “input proses-output” di mana sekolah
dipandang sebagai suatu sistem industri jasa. Menurut Blaug (1992)
dan (Idochi dan Anwar, 2004), kita menghadapi suatu kelemahan yang
merembes pada fungsi produksi pendidikan, bahwa hubungan antara
input sekolah di satu pihak, dan output sekolah di lain pihak secara
konvensional diukur melalui skors-skors achievement.”
Dari berbagai pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan pendidikan sekolah
dipengaruhi oleh:
1. kenaikan harga (rising prices);
2. perubahan relatif dalam gaji guru (teacher’s sallaries);
3. perubahan dalam populasi dan kenaikannya prosentasi anak di
sekolah negeri;
4. meningkatnya standar pendidikan (educational standards);
5. meningkatnya usia anak yang meninggalkan sekolah; dan
6. meningkatnya tuntutan terhadap pendidikan lebih tinggi (higher
education).
E. Sumber Pembiayaan Pendidikan Dasar dan Menengah
Dalam pengeluaran pembiyaan pendidikan, ada beberapa
sumber sumber yang dapat di alokasi pada pembiyaan pendidikan, di

78 | Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd


antarnya tergolong atas biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, biaya yang dikeluarkan
oleh masyarakat orang tua / wali siswa, biaya yang dikeluarkan oleh
masyarakat bukan orang tua/wali siswa, dan lembaga pendidikan itu
sendiri.
Untuk biaya pada tingkat sekolah, berasal dari:
1. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Pembiayaan pendidikan nasional disusun dengan mengacu pada
aturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Pemerintah
kita menegaskan mengenai pembiayaan pendidikan melalui Undang-
Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pembiayaan pendidikan yang bersumber dari pemerintah pusat
dan pemerintah daerah, dengan ini pemeritah sudah mempunyai
per undang undangan dalam hal pembiyaan pendidikan nasional,
bantuan tersbut berupa:
a. Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) adalah dana yang
dikeluarkan pemerintah untuk kepentingan pendidikan yang
bertujuan untuk mengurangi beban masyarakat, khususnya
masyarakat miskin yaitu yang dalam membiayai pendidikan
kurang memenuhi.
Dana BOS merupakan program pemerintah berupa pemberian
dana langsung ke lembaga pendidikan baik Negeri maupun Swasta
dimana besaran dana bantuan yang diterima sekolah dihitung
berdasarkan jumlah siswa masing-masing sekolah dan satuan biaya
(unit cost) bantuan.
BOS memberikan dana untuk membantu sekolah memenuhi
biaya operasional sekolah. Sebagai wujud perhatian terhadap siswa
miskin atas pengalokasian dana bantuan operasional tersebut,
sekolah diwajibkan untuk membebaskan (fee waive) dan/atau
membantu (discount fee) siswa miskin dari kewajiban membayar
iuran sekolah dan biaya-biaya untuk kegiatan ekstrakurikuler
siswa.
Secara umum, Program BOS cenderung dilaksanakan sebagai
subsidi umum. Hal ini terjadi karena Program BOS memiliki
cakupan yang luas dan merata, baik dilihat dari jumlah sekolah

Penganggaran dan Keuangan Pendidikan | 79


maupun jumlah siswa. Sekolah yang menolak Program BOS ini
hanya sebagian kecil saja dan umumnya sekolah yang relatif kaya.
Keputusan untuk menolak Program BOS tersebut dilakukan
secara sepihak oleh pengelola sekolah, tanpa bermusyawarah
dengan orangtua siswa.
b. Dana Bantuan Siswa Miskin (BSM) merupakan wujud kepedulian
pemerintah terhadap siswa miskin. Tujuan pemberian dana ini
adalah untuk mencegah siswa miskin dari kemungkinan putus
sekolah akibat kesulitan biaya pendidikan di sekolah dan juga
memberi peluang/kesempatan yang lebih besar kepada siswa miskin
untuk terus bersekolah hingga menyelesaikan pendidikannya.
Sasaran pemberian bantuan dana BSM ini dikhususkan bagi siswa
yang kurang mampu/miskin saja.
2. Orang Tua/ Wali Siswa
Selain pembiayaan pendidikan yang bersumber dari pemerintah
pusat atau pemerintah daerah, sekolah juga memperoleh pembiayaan
pendidikan dari orang tua / wali siswa atau yang biasa disebut
dengan pengeluaran keluarga atau bisa di sebut dengan infak dan
SPP bulanan. Pengeluaran keluarga untuk pendidikan dasar dan
menengah itu banyak sekali jenisnya. Berikut ini ditunjukkan
komponen-komponen biaya yang ditanggung oleh orang tua/wali
siswa, meskipun tidak semua komponen berlaku untuk semua
sekolah, namun data ini mampu memberikan gambaran tentang
banyaknya pengeluaran orang tua siswa, bahkan untuk hal-hal yang
menurut aturan “tidak lagi dibenarkan” dipungut di sekolah.
Jenis-jenis Jenis-jenis pengeluaran orang tua/wali siswa untuk
pendidikan antara lain:
a. Uang Pangkal
b. Uang Sekolah Bulanan / SPP
c. Biaya Ulangan Tengah Semester
d. Biaya Ulangan Akhir Semester
e. Biaya Kegiatan Ekstrakurikuler
f. Biaya Kegiatan Praktikum
g. Pembelian Buku Pelajaran / LKS 8) Pembelian Pakaian Seragam
Sekolah

80 | Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd


h. Biaya Karyawisata / Bina Mental / Retret
i. Sumbangan Sosial (APP dan AAP)
j. Biaya-biaya lainnya.
Peran serta orang tua / wali siswa dalam pendidikan bertujuan
untuk ikut serta memelihara, menumbuhkan, meningkatkan, dan
mengembangkan pendidikan. Dengan demikian terjalinya kerja
sama yang baik antara orang tua murid/siswa dengan guru agar
terlaksananya pendidikan sesuai yang di harapkan
F. Pembiayaan Pendidikan Tinggi
Investasi pemerintah terhadap perguruan tinggi dimasa depan
terutama dalam bentuk pemberian dana (subsidi), akan dilakukan
dalam bentuk-bentuk lain, maka pengkajian mekanisme pendanaan di
perguruan tinggi menjadi suatu aspek yang sangat penting.
Pemerintah memberikan dua jenis alokasi anggaran yang berbada,
yaitu dalam bentuk hibah dan proyek-proyek lnvestasi. Dengan
perubahan peran pemerintah pada masa depan dari semula sebagai
pengatur dan pengawas menjadi agent pemberi dana, maka mekanisme
pendanaan pemerintah harus juga mengalami perubahan dengan
berdasarkan atas pertimbangan dalam banyak hal.
Perguruan tinggi menentukan kebijakan dan memiliki otonomi
dalam mengelola pendidikan dan lembaganya, hal ini terutang dalam
Undang - undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 pasal 50 ayat 5.
Tentunya dalam hal ini juga meliputi pengelolaan pembiayaannya jadi
tidak ada aturan baku dari pemerintah dalam tata laksana pengolaannya.
Sebenarnya tahap kedua dari proses kegiatan pembiayaan ini adalah
pembukuan atau kegiatan pengurusan keuangan atau lazimnya disebut
pengeloaan pembiayaan.
Pengurusan keuangan ini meliputi dua hal yaitu, pertama
pengurusan yang menyangkut kewenangan menentukan kebijakan
menerima atau mengeluarkan uang.Pengurusan ini dikenal dengan
istilah pengurusan ketatausahaan. Pengurusan kedua menyangkut
kegiatan bendaharawan dalam administrasi keuangan dalam arti sempit
(tata usaha keuangan), diwujudkan berupa penerimaan, pencatatan,
penyimpanan, penggunaan/pembayaran dan pertanggungjawaban.

Penganggaran dan Keuangan Pendidikan | 81


Pengelolaan dana bukan hanya sekedar mengarah pada
penyelenggaraan pendidikan yang efektif dan efisien, tetapi juga
dengan dana tersebut perguruan tinggi harus mampu meningkatkan
mutu lulusannya dan mampu bersaing dengan perguruan tinggi yang
lainnya. Dalam Pasal 48 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa “Pengelolaan dana
pendidikan berdasarkan prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan
akuntabilitas publik” (Ferdi W. P, 2013).
Keadilan maksudnya bahwa dana yang disediakan oleh pemerintah
untuk keperluan pendidikan berasal dari masyarakat melaui pajak dan
pungutan-pungutan lain. Oleh karena itu harus dapat digunakan untuk
kepentingan masyarakat untuk memperoleh pendidikan secara adil.
Yang dimaksud adil yaitu mengusahakan semua anggota masyarakat
mendapat kesempatan memperoleh pendidikan yang sama, baik bagi
mereka yang cacat, terbelakang, tidak mampu, maupun yang normal
dan kaya.
Efisiensi maksudnya harus dilaksanakan di semua instansi,
termasuk dalam bidang pendidikan, Terutama dalam penyelenggaraan
pendidikan itu sangat terbatas.Efisiensi selalu membandingkan dua hal,
yaitu masukkan dengan keluaran. Dalam hal ini biaya pendidikan dapat
mengukur efisiensi dengan membandingkan cost dengan outcome.
Dari uraian di atas maka diperlukan pengorganisasian pembiayaan
yang dimaksud dengan pengorganisasian disini yaitu proses
pengorgainsasian sebagai salah satu cara dimana kegiatan organisasi
dialokasikan dan ditugaskan diantara para anggotanya agar tujuan
organisasi dapat tercapai dengan efektif dan efesien. Dalam sebuah
pengorganisasian diperlukan struktur organisasi sebagai mekanisme
formal pengelolaan organisasi, yang menunjukkan susunan perwujudan
dari sebuah pola organisasi yang terkait hubungan-hubungan diantara
fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisi-posisi yang menunjukan
kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda.
Ada dua aspek utama proses penyusunan struktur organisasi untuk
mencapai tujuan yang telah di tetapkan secara efesien dan efektif adalah:

82 | Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd


1. Pengelompokan kegiatan-kegiatan kerja suatu organisasi agar
kegiatan kegiatan yang sejenis dan saling berhubungan dapat di
lakukan secara bersama.
2. Pembagian kerja, yaitu rincian tugas pekerjaan agar setiap individu
dalam organisasi bertanggung jawab untuk melaksanakan sekumpulan
kegiatan yang terbatas pada bagian-bagian tertentu yang merupakan
bagian terkait dari keseluruhan sistem yang ada.
Pengorganisasian keuangan di sebuah lembaga pendidikan
biasanya diatur oleh seorang Manajer Keuangan, dan seorang manajer
keuangan harus memahami prinsip pengelolaan keuangan yang baik,
yaitu prinsip terarah dan terkendali sesuai dengan rencana, program,
atau kegiatan yang ada (Zuhroh:2015).
Selanjutnya seorang manajer keuangan tersebut mengatur setiap
sumber daya yang ada berupa sumber daya manusia (Staff) pada lembaga
pendidikan tersebut dalam rangka untuk melakukan perencanaan
pembiayaan pada program atau kegiatan dan melakukan pelaporan.
Pelaporan pembiayaan yang dimaksud dalam hal ini adalah
auditing yaitu semua kegiatan yang menyangkut pertanggungjawaban
penerimaan, penyimpanan dan pembayaran atau penyerahan uang
yang dilakukan bendaharawan kepada pihak-pihak yang berwenang.
Kegiatan ini adalah membuat laporan pertanggungjawaban
keuangan kepada kalangan internal lembaga atau eksternal yang menjadi
stakeholder lembaga pendidikan. Pelaporan pertanggung jawaban
sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar semua dana benar benar
di manfaatkan secara efektif, efesien, tidak ada kebocoran-kebocoran,
serta bebas dar penyakit korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Berbeda dengan pihak perguruan tinggi negeri, penyelenggaraan
pendidikan pada sektor swasta, justru mengalami masalah yang sangat
sulit, keadaan ini disebabkan karena sumber utama pembiayaan
pendidikan diperoleh dari masyarakat, sementara kemampuan
masyarakat dengan kondisi ekonomi global yang berdampak pada
ekonomi nasional memberi dampak pada kemampuan masyarakat.
Keterbatasan ini kemudian memaksa perguruan tinggi swasta
harus lebih banyak mengembangkan diri kearah upaya-upaya lain

Penganggaran dan Keuangan Pendidikan | 83


sebagai penopang atau penunjang sember penerimaan dari masyarakat
yang terbatas tersebut. Selain upaya tersebut diatas, efisiensi internal
juga merupakan salah satu jalan keluar dalam mengatasi permasalahan
keuangan.
Perencanaan anggaran yang efektif dan efisien harus dijalankan,
tentu saja harus dimulai dengan akuntabilitas internal yang dapat
dipertanggung jawabkan. Efisiensi pada hakekatnya dikenal dalam dua
dimensi pokok, yakni efisiensi internal dan efisiensi eksternal, efisiensi
internal berkaitan dengan masalah hubungan antara besaran input dan
output pendidikan.
Artinya bahwa perguruan tinggi dapat dikatakan telah
menyelenggrakan pendidikan denga efektif secara internal jika
perbandingan antara input yang masuk, minimal sama dengan lulusan
yang dihasilkan pada entang waktu masa belajar yang sama. Sementara
efisiensi eksternal, seuatu perguruan tinggi dapat dikatakan efisien
secara eksternal jika lulusan (output) yang dikeluarkan mendapat
tempat dalam masyarakat.
Keefisienan perguruan tinggi, memang banyak dipengaruhi oleh
bebarapa faktor diantaranya, kekakuan organisasi, keterbatasan sumber
– sumber yang ada, baik berkaitan masalah sumber daya manusia,
keuangan, ketidak efisienan dalam manajemen, dan diperparah lagi oleh
ketidak efisienan dalam proses, sehingga menghasilkan pemborosan –
pemborosan diberbagai lini.
G. Evaluasi/Soal Latihan
SOAL
1. Jelaskan Model Pembiayaan Pendidikan
2. Jelaskan kelebihan dan kekurangan masing-masing model pembiayaan
Pendidikan
3. Berikan analisis terhadap Pembiayaan Pendidikan
4. Apa saja Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya Pendidikan
5. Jelaskan sumber Pembiyaan Pendidikan Dasar dan Menengah, serta
pembiayaan Pendidikan tinggi.

84 | Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd


DAFTAR PUSTAKA

Afridzal, A., Abdullah, S., Saputra, M., & ... (2018). Anggaran
Pendidikan, Kepatuhan terhadap Regulasi, dan Intervensi:
Sebuah Telaah Literatur. Jurnal Penelitian Ekonomi …, 2(1), 32–
39. https://core.ac.uk/download/pdf/327252080.pdf
Armida. (2012). Sistem anggaran pendidikan. Penelitian Pendidikan,
13(2), 1–10.
Arwildayanto, Lamatenggo, N., & Sumar, W. T. (2017). Manajemen
Keuangan Dan Pembiayaan Pendidikan. In Journal of Chemical
Information and Modeling (Vol. 110, Issue 9).
Atmaja, T. E. R., Harun, C. Z., & Ibrahim, S. (2016). Analisis Penetapan
Standar Biaya Pendidikan. Jurnal Administrasi Pendidikan, 4(1),
119–128. http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/
view/8167/8148
Budaya, B. (2017). Manajemen Pembiayaan Pendidikan pada Sekolah
Dasar yang Efektif. LIKHITAPRAJNA. Jurnal Ilmiah.Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, 18(1), 42–59. http://www.
academia.edu/download/57041716/235000-manajemen-
pembiayaan-pendidikan-pada-sek-ff723531.pdf
Choiriyah, N. (2014). Manajemen Sumber Daya Anggaran Keuangan
Pendidikan. Jurnal Studi Agama dan Masyarakat, 8 (1), 87–110.
Ferdi W. P. (2013). Pembiayaan Pendidikan. Pendidikan dan
Kebudayaan, 4(1), 565–578.
Fredi. (2013). Pembiayaan Pendidikan: Suatu Kajian Teoritis.
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 19(4), 565. https://doi.
org/10.24832/jpnk.v19i4.310
Gelar, U. M., Ekonomi, S., & Manajemen, J. (2015). Faktor-Faktor
Penentu Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia Skripsi.

Penganggaran dan Keuangan Pendidikan | 85


Girsang, P. (2020). Audit manajemen atas realisasi anggaran biaya
operasional. Universitas Sanata Dharma.
Harahap, M. H., Hasibuan, N. I., Cerah, A., & Azis, K. (2017).
Pengembangan Program Literasi Sekolah Untuk Meningkatkan
Kualitas Pendidikan Dasar Tingkat Sekolah Menengah Pertama
Negeri di Kota Medan. Jurnal Pembangunan Perkotaan, 5(2),
115–128. http://ejpp.balitbang.pemkomedan.go.id/index.php/
JPP/article/download/18/10
Henukh, A. (2019). Perencanaan Penganggaran Pendidikan Berbasis
Manajemen Biaya Terpadu Di SD Negeri Lotelutun Kecmatan
Rote Barat Daya Provinsi NTT. Seminar Nasional Pasca Sarjana,
910–913.
Herawan, E., & Yana, E. (2003). Analisis Pembiayaan Pendidikan Lembaga
Pendidikan Swasta (Studi Kasus pada Lembaga Pendidikan Kursus
di Kota Cirebon). 1–6. http://www.jurnal.fkip.uns.ac.id/index.
php/snpe/article/download/10643/7889%0Ahttp://jurnal.fkip.
uns.ac.id/index.php/snpe/article/viewFile/10643/7889
Imron, M. J. (2016). Manajemen pembiayaan sekolah. Al -’Ibrah, 1(1),
69–93.
K, R. (2015). Pembiayaan Pendidikan Di Indonesia. Jurnal Pendas,
2(1), 43–64. https://doi.org/10.30659/pendas.2.1.43-64
Khoiri, Q., & Aryati, A. (2021). The Problems of Pesantren Education
in Improving Human Academic Quality in the Global-
Multicultural Era. Didaktika Religia, 9(1), 165–186. https://doi.
org/10.30762/didaktika.v9i1.3274
Kurniawan, M. A., Miftahillah, A., & Nasihah, N. M. (2018).
Pembelajaran Berbasis Student-Centered Learning Di Perguruan
Tinggi: Suatu Tinjauan Di Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Lentera Pendidikan : Jurnal Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, 21(1),
1–11. https://doi.org/10.24252/lp.2018v21n1i1
Melati. (2019). Pembiayaan di Sekolah Dasar Negeri 4 Semadam Kab.
Aceh Tenggara. EducanduM : Jurnal Manajemen Pendidikan.
Monita, D. F. (2019). Pembiayaan dalam pendidikan. https://doi.
org/10.31227/osf.io/3tyvw

86 | Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd


Mumpuni, A., Kurniawan, P. Y., Nurbaeti, R. U., Fadillah, A. N.,
Yuliyanti, M., & Indriyani, N. (2021). Implementation of the
school literacy movement during the covid-19 pandemic. Premiere
Educandum : Jurnal Pendidikan Dasar Dan Pembelajaran, 11(1),
75. https://doi.org/10.25273/pe.v11i1.7928
Nurhadi, M. (2005). Mencari Alternatif Sumber Daya Pendanaan
Pendidikan. Jurnal Manajemen Pendidikan, 1(1).
Nursanti, M. (2007). Anggaran Pendidikan dalam APBN. Biro Analisis
Anggaran Setjen DPR RI, Iv, 35–47.
Rahmah, N. (2016). Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan Sekolah.
Kelola: Journal of Islamic Education Management, 1(1), 73–77.
https://doi.org/10.24256/kelola.v1i1.430
Sofyan, Y., Ahmadi, E., & Barlian, U. C. (2021). Analisis Pembiayaan
Pendidikan (Suatu Kajian Praktis Dalam Pengeloaan Anggaran
Pendidikan Di Sekolah Menengah Umum). Jurnal Ilmiah MEA
(Manajemen, Ekonomi, Dan Akuntansi), 5(1), 221–239. https://
journal.stiemb.ac.id/index.php/mea/article/view/791
Sudarman Danim. (2003). Agenda Pembaharuan Sistem Pendidikan.
Pustaka Pelajar.
Sulasmi, E. (2020). Manajemen dan Kepemimpinan. Raja Grafindo Persada.
Syahrul, M. (2019). Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah
(Bos) di Madrasah Tsanawiyah Swasta (MTss) Kusambi Tahun
2018. Repository IAIN Kendari, 10, 12–26. http://digilib.
iainkendari.ac.id/id/eprint/1908
Villela, lucia maria aversa. (2013). Manajaemen Pembiayaan Pendidikan
dan Mutu di Madrasah Aliyah. Journal of Chemical Information
and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Wakhid, A. (2020). Konsep Penganggaran Biaya Pendidikan. Jurnal
Syntax Transformation, 2507(February), 1–9.
William, J., & Manalu, N. V. (2021). Analisa Kesiapan Guru dan
Staff Sekolah dalam Sistem Pembelajaran Dimasa New Normal.
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 3(2), 413–420. https://doi.
org/10.37287/jppp.v3i2.495

Penganggaran dan Keuangan Pendidikan | 87


GLOSARIUM

Education funding Faktor yang diperhatikan untuk menentukan


jumlah asuransi jiwa yang dibeli sehingga dana
untuk pendidikan anak tersedia bila pencari
nafkah meninggal dunia.
Financing education Pembiayaan Pendidikan yang meliputi
pembiayaan langsung dan pembiayaan tidak
langsung
Fiskal Urusan yang berkenaan dengan pajak atau
pendapatan negara
BOS Program Bantuan Operasional Sekolah dari
Pemerintah
Financial Plan Perencanaan keuangan dalam pendidikan
Akuntabilitas Syarat dasar untuk mencegah penyalahgunaan
kekuasaan dan untuk memastikan bahwa
kekuasaan diarahkan untuk mencapai
tujuan nasional yang lebih luas dengan
tingkatan efisiensi,efektivitas, kejujuran, dan
kebijaksanaan tertinggi
Unit Cost Biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan
satu unit produk atau pelayanan, yang biasanya
didasarkan pada rata-rata
Aktiva Kepemilikan aset, harta, dan kekayaan yang
menunjang kegiatan perusahaan dan dapat
ditukar dalam bentuk uang tunai
Pasiva Kewajiban/liabilitas/hutang dan dapat diartikan
sebagai sebuah kewajiban perusahaan kepada
pihak lain atau sering disebut sebagai pihak
ketiga (kreditur) yang harus dibayarkan

88 | Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd


Budgeting Alat perencanaan (Planning) yang menyatakan
pendapatan dan biaya untuk periode satu
tahun dan berfungsi sebagai alat pengawasan
bagi pihak manajemen
Accounting Seni untuk mencatat, meringkas, menganalisis,
dan melaporkan data yang berkaitan dengan
transaksi keuangan dalam bisnis atau
perusahaan
Auditing kegiatan peninjauan kembali data-data konkrit
dalam suatu laporan agar akurat
Cashflow Laporan keuangan yang berisi tentang
informasi penerimaan dan pengeluaran
kas dalam sebuah perusahaan pada periode
waktu tertentu. Karenanya laporan keuangan
arus kas dapat digunakan untuk melacak
pemasukan dan pengeluaran dari seluruh
kegiatan perusahaan
Transparansi Terbukanya akses bagi seluruh masyarakat
terhadap semua informasi yang terkait dengan
segala kegiatan yang mencakup keseluruhan
prosesnya melalui suatu manajemen sistem
informasi publik
Otorisator Perorangan/lembaga yang memiliki wewenang
untuk melakukan tindakan yang dapat
mengakibatkan adanya pengeluaran dan/atau
penerimaan negara
Ordonateur Sebagai pihak yang berwenang melakukan
pengujian atas tindakan yang dilakukan oleh
Otorisator dan memerintahkan pembayaran
Capital Expenditure Pengeluaran yang dilakukan perusahaan
untuk memperbanyak, membeli, merawat,
dan memperbaiki aset jangka panjang seperti
mesin, peralatan pabrik dan bangunan demi
berlangsungnya operasional bisnis

Penganggaran dan Keuangan Pendidikan | 89


Investasi Aktivitas menempatkan modal baik berupa
uang atau aset berharga lainnya ke dalam
suatu benda, lembaga, atau suatu pihak
dengan harapan pemodal atau investor kelak
akan mendapatkan keuntungan setelah kurun
waktu tertentu
Investment decision Pemilihan investasi yang diinginkan dari suatu
organisasi pada kesempatan yang tersedia
dengan memilih satu atau lebih alternative
investasi yang di nilai memiliki keuntungan
Financing Decision Pemilihan berbagai bentuk sumber dana
yang tersedia guna melakukan investasi
dengan memilih satu atau lebih alternative
pembelanjaan yang menimbulkan biaya paling
murah
Aset management decision Langkah manajerial yang harus
dilakukan seorang manajer keuangan saat
ini, didalam merencanakan, mengelola, dan
mengevaluasi kinerja aset perusahaan secara
efektif dalam upaya peningkatan nilai yang
akan memberikan kontribusi pada efisiensi
penggunaan kapital, nilai ekonomi sumber
daya Manusia
RKAS/M Rencana Keuangan dan Anggaran Sekolah/
Madrasah
APBN Anggaran Pendapat dan Belanjan Negara
Intellectual Property Kekayaan yang lahir dari kemampuan
intelektual manusia. Hal ini meliputi
teknologi, ilmu pengetahuan, seni, dan sastra.
Endowment Fund Dana Abadi

90 | Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd

Anda mungkin juga menyukai