Anda di halaman 1dari 7

PENGANGGARAN PENDIDIKAN TINGGI

DALAM PRESPEKTIF ALLAN G. SCHICK


Achadi B Santosa
Program Studi ManajemenPendidikan, Program Pascasarjana, Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakarta, Indonesia
b.santosa0402@gmail.com

ABSTRAK - Konflik dalam proses penganggaran keberlangungan program dan eksistensi lembaga.
universitas tidak bisa dihindari karena terkait Sering terjadi anggaran yang telah disusun masih
kepentingan unit dan bagian dalam ditolak oleh banyak partisipan. Salah satu alasan
memperjuangkan pembiayaan pendidikan. karena anggaran membawa konskwensi
Administrator cenderung menggunakan
peraturan secara kaku karena usaha mereka
terhadap perubahan, sehingga kondisi yang ada
untuk mempertahankan kepentingan umum. dapat menimbulkan ancaman terhadap eksistensi
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap kegiatan. Kecenderungan untuk menggunakan
permasalahan penganggaran pendidikan tinggi, pengaruh dan kekuatan politik dalam
perilaku kepemimpinan dalam penganggaran pengambilan keputusan terjadi ketika lembaga
serta kendala yang terjadi selama proses memiliki keleluasaan karena anggaran berlebih.
penganggaran. Metode yang digunakan dalam Ketika berbagai program dan kegiatan yang
penelitian ini adalah analisis kualitatip terhadap cukup bermanfaat belum terselesaikan,
karya Allen G.Schick (1985) “University departemen kemudian menggunakan kekuasaan
budgeting: Administrative perspective, budget
structure, and budget process”. Hasil penelitian
mereka untuk memperoleh anggaran, dimana
menunjukan fakultas dalam proses mereka tidak dapatkan selama krisis anggaran.
penganggaran universitas memiliki peran yang Perilaku konflik dalam proses penganggaran
cukup signifikan. Fakultas merupakan unit tidak terelakan karena pengaruh politik fakultas
penting dalam mendapatkan dana dari dalam penganggaran muncul ketika mereka
masyarakat sehingga mereka memiliki posisi menuntut untuk mendapatkan kembali haknya
tawar dalam penganggaran, namun tetap harus bagi pembiayaan pendidikan. Sementara itu
komitmen dan menjunjung tinggi kepentingan administrator cenderung menggunakan aturan
umum. Mengelola anggaran pada dasarnya penganggaran secara kaku sebagai upaya untuk
sama dengan mengelola konflik.
Kepemimpinan penganggaran yang baik perlu
mempertahankan kepentingan umum.
mengakomodir semua kepentingan tanpa Melihat fenomena permasalahan tersebut
mengorbankan peraturan pengelolaan dapat disusun rumusan masalah, bahwa pertama;
anggaran dan visi universitas.
dalam proses penganggaran pendidikan tinggi
Kata Kunci: penganggaran, kepemimpinan.
masih sering terjadi ego sektoral, unit dan
fakultas belum mengedepankan kepentingan
umum universitas. Kedua; perilaku
kepemimpinan partisipatip yang dapat
I. PENDAHULUAN megakomodir seluruh kepentingan belum dapat
diwujudkan dalam proses penganggaran
Proses penganggaran memerlukan waktu pendidikan tinggi.
dan perhatian yang besar, perebutan pengaruh
dan kepentingan dalam proses penganggaran Tujuan penelitian ini adalah untuk
merupakan realitas yang sering mengemuka mengungkap permasalahan dan konflik-konflik
dalam organisasi. Hal ini terjadi karena masing- yang sering terjadi dalam proses penganggaran
masing unit dan bagian memiliki kegiatan yang pendidikan tinggi, perilaku kepemimpinan dalam
harus diperjuangkan dalam upaya menjaga penganggaran serta kendala yang terjadi selama

Prosiding Konferensi Nasional Ke- 7


Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah „Aisyiyah (APPPTMA)
53
ISBN 978-602-50710-5-8 Jakarta, 23 – 25 Maret 2018 KNAPPPTMA KE-7

proses penganggaran. Sedangkan manfaatnya lanjut perlu dipahami terlebih dahulu pengertian-
adalah untuk memberikan kontribusi bagi pengertian penting berkenaan dengan
perbaikan praktik-praktik manajemen penganggaran, meliputi perspektif administrasi,
penganggaran terutama untuk perbaikan kinerja struktur anggaran, dan proses penganggaran,
pada perguruan tinggi. sebagai berikut:
A. Perspektif Administrasi
II. METODOLOGI Perspektif administrasi artinya cara
pandang dalam kegiatan penganggaran yang
Penelitian diseputar penganggaran
mendasarkan atas pertimbangan kepentingan
pendidikan tinggi ini merupakan analisis kritis
bersama, kepentingan seluruh anggota
terhadap karya Allan G Schick yang berjudul
berdasarkan peraturan-peraturan yang telah
“University budgeting: Administrative perspective,
ditetapkan dalam mengalokasikan anggaran.
budget structure, and budget process” yang dimuat
Perspektif administrasi merupakan upaya untuk
dalam jurnal Academy of Management Review, Vol.
menentukan apa yang dilihat administrator,
10 No. 4 tahun 1985. Schick (1985)
bagaimana mereka menganggarkan dana dalam
menggunakan pendekatan fenomenologi,
merespon tuntutan dari unit-unit di lingkungan
pendekatan ini juga sering digunakan oleh peneliti
universitas. Melihat penganggaran dari sudut
lain di bidang manajemen dan ekonomi yang
pandang ini membantu untuk mengidentifikasi
melihat fenomena ekonomi banyak ditimbulkan
kepentingan-kepentingan yang bersifat umum.
oleh asumsi-asumsi psikologis. Misalnya,
Kriteria yang digunakan dalam menganggarkan
pengaruh inflasi dunia mungkin tidak secara
dari perspektif administrasi adalah kriteria yang
langsung mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
bersifat objektif, keputusan yang objektif tersebut
suatu negara, tetapi tekanan psikologis
akan memudahkan administrator mendapatkan
menyebabkan orang menarik simpanannya di
dukungan dan penerimaan luas atas keputusannya
bank (rust fenomenon). Ketakutan akan fenomena
(Schick, 1985: 795).
inflasi tersebut kemudian mendorong orang
memutuskan untuk menggunakan emas sebagai B. Struktur Anggaran
alat investasi.
Anggaran adalah suatu rencana kerja yang
dinyatakan secara kuantitatif yang diukur dalam
satuan moneter yang mencakup jangka waktu
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
satu tahun(Mulyadi, 2001). Anggaran memiliki
Upaya untuk mengembangkan pemahaman dua fungsi utama dalam suatu organisasi, yaitu
yang lebih luas terhadap masalah penganggaran sebagai alat perencanaan dan sebagai alat
pada tingkat universitas perlu kajian mendalam. pengendalian manajemen. Sebagai alat
Schick (1985) memberikan perhatian khusus perencanaan, anggaran akan memberikan arah,
terhadap proses public budget di lingkungan pedoman dan standar bagi aktivitas yang akan
pendidikan tinggi. Penelitian yang dilakukan pada dilakukan oleh setiap bagian dalam suatu
tahun 1985 ini dinilai masih relevan karena organisasi. Sebagai alat pengendalian, anggaran
membahas masalah substansial dalam proses akan berguna untuk memastikan bahwa apakah
penganggaran di lingkungan lembaga pendidikan seluruh aktivitas yang dilakukan telah sesuai
tinggi, terutama karena proses tersebut sekarang dengan rencana yang telah ditetapkan di awal
ini masih sering menimbulkan konflik antara periode apa belum. Anggaran merupakan alat
administrator dan departemen. Schick (1985) pengawasan dan pengendalian (Nafarin, 2007).
mencoba meminimalisir konflik dengan Mengendalikan berarti menilai atau mengevaluasi
mensinergikan kepentingan kedua belah pihak terhadap pelaksanaan pekerjaan, dengan cara:
yang terjadi selama proses penganggaran pada membandingkan realisasi dengan rencana
tingkat universitas. Sebelum membahas lebih (anggaran) dan melakukan perbaikan bila

Prosiding Konferensi Nasional Ke- 7


54 Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah „Aisyiyah (APPPTMA)
ISBN 978-602-50710-5-8 Jakarta, 23 – 25 Maret 2018 KNAPPPTMA KE-7

dipandang perlu atau apabila terdapat ditentukan berdasarkan kebijakan anggaran yang
penyimpangan yang merugikan. Menurut Welch tepat. Kriteria wajar dalam penganggaran dana
(2000) pengawasan atau pengendalian diartikan tergantung pada tujuan dari pembiayaan. Misalnya
sebagai proses mengukur dan mengevaluasi pengeluaran gaji untuk pegawai baru dapat
kinerja aktual dari setiap bagian organisasi dari ditentukan oleh beberapa kombinasi dari kriteria
suatu perusahaan dan kemudian melaksanakan seperti kekuatan pasar, pangkat, pengalaman
tindakan perbaikan yang diperlukan. The National kerja, dan klasifikasi pekerjaan (Koch & Chizmar,
Committee on Governmental Accounting (NCGA) 1973; Wright & Lawless, 1981).
menyebutkan bahwa “A budget is plan of financial
Pengalokasian kegiatan anggaran
operation embodying an estimated of proposed
dikelompokan menurut jenis kegiatan, terdiri dari
expenditures for a given period of time and the
(a) kegiatan dasar yang meliputi pengelolaan gaji,
proposed means of financing them.”
tunjangan dan honorarium, penyelesaian
Anggaran dapat diinterpretasikan sebagai langganan daya dan jasa, serta perawatan sarana
paket pernyataan perkiraan penerimaan dan prasarana, dan (b) kegiatan tugas pokok
pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam danfungsi (tupoksi) yang meliputi kegiatan
satu atau beberapa periode mendatang. Anggaran prioritas dan kegiatan penunjang. Kegiatan
sector public adalah rencana kegiatan keuangan tupoksi diarahkan untuk mencapai output yang
secara periodik (biasanya dalam periode tahunan) menjadi tanggungjawabnya, serta untuk
yang berisi program dan kegiatan serta jumlah mendukung terwujudnya sasaran program.
dana yang diperoleh (penerimaan/ pendapatan) Kegiatan tupoksi tersebut dibiayai dengan belanja
dan dibutuhkan (pengeluaran/ belanja) dalam yang tidak mengikat. Sedangkan, belanja mengikat
rangka mencapai tujuan organisasi publik. lebih cenderung untuk membiayai kegiatan dasar.
Sedangkan pengertian Penganggaran (budgeting)
Di Indonesia pengelolaan anggaran negara
menurut Haryanto, Sahmuddin dan Arifuddin
disusun berdasarkan Undang-undang Nomor 17
(2007), adalah aktifitas mengalokasikan sumber
tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
daya keuangan yang terbatas untuk pembiayaan
Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2004.
belanja organisasi yang cenderung tidak terbatas.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 17 tahun
Para perencana, pengelola dan pengendali 2003 struktur anggaran belanja negara dirinci
manajemen perguruan tinggi perlu memahami menurut: (a) Fungsi; (b) Sub Fungsi; (c) Program;
konsep dan penguasaan teknik penyusunan (d) Kegiatan; dan (e) Jenis Belanja. Pengalokasian
anggaran. Untuk memudahkan dalam menurut program dilakukan dengan cara
penyusunan anggaran, anggaran perlu program-program dikaitkan dengan fungsi/
dikelompokan menjadi beberapa kategori sesuai subfungsi yang sesuai, sehingga setiap program
peruntukannya. Menurut Shick (1985), misalnya berada pada subfungsi tertentu. Sejak turun pagu
anggaran operasional suatu universitas perlu indikatif pada bulan Maret program-program dan
dipisahkan menjadi beberapa bagian dan sub- alokasi anggaran mulai disusun, setelah turunnya
bagian sesuai kategori anggaran, sehingga pagu sementara pada bulan Juni program dan
hubungan antara peruntukan/tujuan alokasi alokasi anggaran tidak dapat dirubah/ditambah
anggaran dan berbagai kategori anggaran dapat atau dikurangi, kecuali atas persetujuan/
disusun dengan baik(Schick, 1985 : 796). Kegiatan rekomendasi DPR-RI/lembaga terkait yang
ini juga dapat menunjukkan apakah program dan ditunjukkan dengan dokumen tertulis.
kegiatan yang akan dilaksanakan telah disesuaikan
Contoh struktur anggaran pada perguruan
dengan kelompok anggaran melalui pemilahan
tinggi negeri di Indonesia sebagaimana tabel I
yang tepat. Diharapkan pemilahan anggaran
berikut ini:
menjadi sub komponen anggaran akan
menunjukkan bahwa kriteria obyektif yang
digunakan administrator benar-benar dapat

Prosiding Konferensi Nasional Ke- 7


Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah „Aisyiyah (APPPTMA)
55
ISBN 978-602-50710-5-8 Jakarta, 23 – 25 Maret 2018 KNAPPPTMA KE-7

TABEL I. STRUKTUR ANGGARAN mengalokasikan anggaran, ada kecenderungan


besar untuk menggunaan kekuatan politik dalam
FUNGSI Pendidikan dan Kebudayaan pengambilan keputusan" (Pfeffer& Salancik,
SUB FUNGSI Pendidikan Tinggi 1974). Ketika berbagai program dan kegiatan
yang cukup bermanfaat belum terselesaikan,
PeningkatankualitasPendidikanTing departemen dapat menggunakan kekuasaan
PROGRAM
gi
mereka untuk memperoleh anggaran, dimana
1. Peningkatan Akses, Mutu, mereka tidak dapatkan selama krisis anggaran.
Kesejahteraan, dan Subsidi Rubin (1977) mengatakan bahwa dana perlu
Pendidikan Tinggi
KEGIATAN dialokasikan berdasarkan kepentingan
2. Dukungan Manajemen Pendidikan
dan Pelayanan Tugas Teknis
departemen sendiri dan hal tersebut untuk
Lainnya meningkatkan prestise departemen dengan
menggunakan keputusan yang eksplisit. (Schick,
1. Belanja Pegawai
2. Belanja Barang 1985).
JENIS BELANJA
3. Belanja Modal
4. Belanja Bantuan Sosial
Menurut Schick (1985) proses
penganggaran yang terbuka memberi peluang
untuk berpartisipasi di mana semua yang terlibat
sama-sama memiliki akses informasi tentang
dasar keputusan anggaran. Administrator
C. Proses Penganggaran universitas lebih cenderung untuk membuat
keputusan alokasi berdasarkan kriteria objektif
Proses penganggaran adalah mekanisme
yang berlaku umum. keputusan yang dibuat harus
pengalokasian anggaran dalam suatu instansi
hati-hati terutama tentang kriteria yang mereka
untuk mendukung tugas pokok dan fungsi
gunakan dan keputusan yang mereka buat.
organisasi dalam satu periode tertentu, biasanya
Pembahasan anggaran pada tingkat universitas
untuk periode satu tahun. Schick (1985)
seringkali hanya melihat dari perspektif
menyatakan, bahwa jika administrator/
kepentingan fakultas atau departemen sebagai
universitas memiliki dana berlebih untuk
sumber sekaligus penerima anggaran. Mereka
dialokasikan dibandingkan yang bisa diserap oleh
menuntut sejumlah alokasi anggaran untuk
program/kegiatan, maka dana yang tidak
menggerakan kegiatan tetapi kurang melihat
teralokasikan harus dikembalikan kepada negara.
aspek yang lebih umum, seperti visi, misi, tujuan
Menurut Rubin (1980) "bagaimana dana tersebut
umum universitas, sejumlah peraturan
akan dialokasikan adalah kebijaksanaan
administratif yang perlu ditaati, maupun
administrator yang terlibat". Dalam keadaan
mekanisme dalam penganggaran itu sendiri.
seperti itu, dibutuhkan kebijakan administratif
Melihat kenyataan tersebut perlu upaya untuk
yang profesional atas penganggaran (Schick, 1985:
mengintegrasikan berbagai kepentingan yang
797). Yang terkait dengan kebijakan tersebut
berperspektif departemen dan administrasi
tentunya adalah pelaksana kekuasaan pada tingkat
sebagai bahan pertimbangan dalam kegiatan
departemen/fakultas. Sebagaimana dikatakan
penganggaran di tingkat universitas.
Salancik dan Pfeffer (1974) bahwa, "otoritas
departemen dilakukan hanya bila ada keleluasaan Proses penganggaran yang lebih terbuka
dalam alokasi anggaran, tanpa keleluasaan melegitimasi keikutsertaan departemen dalam
anggaran tidak mungkin ada kesempatan untuk pembuatan keputusan anggaran, memberikan
menggunakan kekuasaan departemen". kesempatan lebih besar kepada departemen
untuk melindungi hak dan kepentingan
Dengan demikian, "pada universitas-
administrator. Proses penganggaran yang lebih
universitas yang memiliki keleluasaan lebih,
terbuka akan memberi peluang secara adil bagi
karena mereka memiliki kebijakan dalam
departemen untuk berpartisipasi dan

Prosiding Konferensi Nasional Ke- 7


56 Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah „Aisyiyah (APPPTMA)
ISBN 978-602-50710-5-8 Jakarta, 23 – 25 Maret 2018 KNAPPPTMA KE-7

administrator akan memiliki control bersama tahunan. Pernyataan tentang visi dan misi
atas proses penganggaran. Proses yang terbuka biasanya dinyatakan pada saat setelah pimpinan
dalam penganggaran akan menumbuhkan rasa dilantik atau saat pengumpulan dukungan sebagai
memiliki dan dukungan terhadap visi dan misi pimpinan universitas. Berdasarkan platform
universitas. Terutama jika administrator dan tersebut, pimpinan universitas menyusun
fakultas konsisten dalam memegang norma- Rencana strategis lima (5) tahunan yang
norma umum dan berbagi nilai-nilai inti yang selanjutnya dijabarkan dalam rencana kerja
telah disepakati bersama. Sebaliknya, proses yang tahunan. Pada sistem penganggaran berbasis
kurang terbuka cenderung akan meningkatkan kinerja (performance based budgeting) acuan
kontrol administratif atas proses anggaran, terhadap terhadap perencanaan strategis ini
akibatnya legitimasi dan partisipasi departemen sangat penting agar kegiatan dapat terukur dan
melemah. Hal ini akan menyebabkan menurunnya mengacu pada standar kinerja yang telah
kemampuan departemen dalam mengontrol ditetapkan (Hagher, 2001, p.10-13)
proses. Dalam keadaan seperti itu, persaingan
Untuk memudahkan dalam penyusunan
yang tidak sehat antara administrator dan
anggaran, anggaran perlu dikelompokan menjadi
fakultas cenderung menguat. Perilaku konflik dan
beberapa kategori sesuai peruntukannya.
penurunan kinerja universitas dalam mengontrol
Menurut Schick (1985), misalnya anggaran
anggaran menjadi isu yang semakin penting untuk
operasional suatu universitas perlu dipisahkan
dibicarakan karena universitas mengelola dana
menjadi beberapa bagian dan sub-bagian sesuai
yang cukup besar dari berbagai sumber.
kategori anggaran, sehingga hubungan antara
Keberhasilan proses penganggaran di peruntukan/tujuan alokasi anggaran dan berbagai
lingkungan perguruan tinggi, antara lain ditentukan kategori anggaran dapat disusun dengan baik
oleh kemampuan pimpinan dalam mengelola (Schick, 1985 : 796). Kegiatan ini juga dapat
konflik yang terjadi selama proses penganggaran. menunjukkan apakah program dan kegiatan yang
Pimpinan perguruan tinggi dituntut untuk dapat akan dilaksanakan telah disesuaikan dengan
membuat kebijakan internal yang tidak berpihak kelompok anggaran melalui pemilahan yang tepat.
pada kelompok tertentu. Tugas pimpinan Diharapkan pemilahan anggaran menjadi sub
universitas itu bagaikan mendorong gerobak yang komponen anggaran akan menunjukkan bahwa
penuh katak hidup dimana katak merasa bebas kriteria obyektif yang digunakan administrator
untuk melompat ke arah manapun yang mereka benar-benar dapat ditentukan berdasarkan
inginkan, ketika mereka merasa tidak nyaman kebijakan anggaran yang tepat. Kriteria wajar
(Duderstadt, 2000). Gambaran tersebut dalam penganggaran dana tergantung pada tujuan
menunjukan bahwa budaya akademik yang dari pembiayaan. Misalnya pengeluaran gaji untuk
tumbuh sangat dinamis di lingkungan kampus pegawai baru dapat ditentukan oleh beberapa
belum dapat mendorong unit-unit untuk kombinasi dari kriteria seperti kekuatan pasar,
mendukung tugas-tugas pimpinan universitas pangkat, pengalaman kerja, dan klasifikasi
selaku administrator. pekerjaan.
Secara umum, proses penyusunan Pembahasan tentang struktur anggaran
anggaran dalam sebuah lembaga selalu mengacu dalam penelitian Schick (1985) hanya mengupas
pada perencanaan strategis (renstra) yang telah disagregasi anggaran kedalam sub-sub kelompok
dibuat universitas, renstra adalah perencanaan anggaran yang ditujukan agar pelaksanaan
yang berjangka waktu menengah 5 (lima) tahun. anggaran dapat lebih objektif dan efektif.
Dari renstra yang terkandung didalamnya Penelitian Schick (1985) tidak mengupas
pernyataan visi, misi, program, rencana strategis, bagaimana baiknya prosentase besaran alokasi
rencana operasional/ kegiatan, dan rencana kerja anggaran pendidikan tinggi terhadap anggaran
anggaran kemudian diwujudkan dalam kegiatan nasional, tentu hal tersebut perlu pertimbangan
tahunan yang disebut dengan rencana kerja lebih seksama berdasarkan pertumbuhan

Prosiding Konferensi Nasional Ke- 7


Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah „Aisyiyah (APPPTMA)
57
ISBN 978-602-50710-5-8 Jakarta, 23 – 25 Maret 2018 KNAPPPTMA KE-7

ekonomi makro. Schick (1985) fokus terhadap 1995). Bagaimanapun juga pelibatan fakultas
bagaimana administrator harus bersikap ketika dalam proses pengambilan keputusan akan
menghadapi turunnya subsidi pemerintah agar memberikan kontribusi yang baik dan
tidak terjadi konflik dengan resipient/deprtemen. mengantisipasi resiko jangka pendek dan jangka
sebetulnya lebih menarik lagi jika dalam panjang. Dengan melibatkan fakultas sebagai
pembahasannya juga dipaparkan contoh-contoh bagian yang bermakna dalam proses
besaran alokasi masing-masing kelompok penganggaran, mereka akan mendukung jika
anggaran pada beberapa perguruan tinggi, terjadi pemotongan anggaran tanpa menimbulkan
sehingga dapat dilihat makna-makna dari konflik (Serwach, 2009).
kebijakan yang berbeda dalam keputusan
anggaran. Berbeda dengan Schick, Serwach, at.all.
(2009) justru tertarik mencermati besaran IV. KESIMPULAN
anggaran perguruan tinggi yang turun sekitar
tahun 2002 s/d 2007 di Amerika serta akibat
1. Peran fakultas dalam proses penganggaran
yang ditimbulkan dari penurunan tersebut.
pendidikan tinggi memiliki pengaruh yang
Pada umumnya anggaran perguruan tinggi cukup signifikan. Fakultas adalah ujung
di Amerika bersumber dari pemerintah negara tombak dalam perolehan dana masyarakat,
federal, negara bagian, masyarakat, serta mereka memiliki bargaining position, namun
sumbangan/ hibah dari para donatur. Di posisi tersebut hendaknya tidak
Indonesia anggaran perguruan tinggi bersumber mengenyampingkan kepentingan umum
dari negara (APBN), masyarakat, serta universitas.
bantuan/hibah yang tidak mengikat. Anggaran
2. Mengelola anggaran pada hakekatnya sama
pendidikan tinggi Indonesia tahun 2013 mencapai
dengan mengelola konflik, oleh karena itu
52,5 % (Rp 38,4074 triliun) dari total anggaran
kunci utamanya adalah pada kepemimpinan.
untuk pendidikan nasional sebesar Rp 73,09
Kepemimpinan penganggaran yang baik harus
triliunsaatitu. Di Amerika pemotongan alokasi
dapat megakomodir seluruh kepentingan
pendidikan tinggi (seperti di Michigan turun 10%,
tanpa harus mengorbankan aturan-aturan
sejak tahun 2002 s/d 2007). Penurunan ini telah
pengelolaan anggaran dan visi universitas.
menimbulkan krisis bagi beberapa perguruan
tinggi di Amerika, bahkan antara tahun 1997 s/d 3. Penelitian Schick ini sampai saat ini masih
2003, 31 perguruan tinggi telah ditutup dan ada relevan, walaupun dilakukan tahun 1985, saat
11 perguruan tinggi melakukan merger antara dimana wacana keterbukaan belum
tahun 2000 s/d 2003. Namun anehnya, mengemuka, saat itu sistem penganggaran
sebagaimana dilaporkan Jaschick (2008) beberapa masih menggunakan model Line item
perguruan tinggi swasta baru juga muncul, budgeting. Penganggaran hanya melihat pada
sehingga menambah jumlah perguruan tinggi rincian belanja saja.
swasta di Amerika sekitar 1.600 sejak tahun 1980
(Serwach, 2009). 4. Sebagai bagian dari entitas universitas
masing-masing fakultas perlu bersinergi untuk
Keberhasilan pengelolaan anggaran mendukung kebijakan universitas, mereka
fakultas secara partisipatif kuncinya terletak pada memiliki kewenangan menarik dana
kekuatan kepemimpinan dan teknik bagaimana masyarakat tetapi policy/ kebijakan
bekerja sama dalam organisasi (Eckel dalam penggunaannya tetap pada universitas.
Serwach,2009). Namun model penganggaran
partisipatif juga tidak lepas dari resiko, yaitu
dibutuhkan waktu yang lebih lama dan rentan
terhadap salah tafsir, kontroversi bahkan dapat
kehilangan kontrol administratif (Chabotar,

Prosiding Konferensi Nasional Ke- 7


58 Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah „Aisyiyah (APPPTMA)
ISBN 978-602-50710-5-8 Jakarta, 23 – 25 Maret 2018 KNAPPPTMA KE-7

DAFTAR PUSTAKA

[1]. J. Kent Chabotar, “Managing Participative Budgeting in


Higher Education”, ProQuest, Sept-1995, p. 20.
[2]. J. James Duderstadt, A University for The 21st
Century, USA, The Unversity of Michighan Perss,
2000.
[3]. J. Hagen, Program Budgeting, Los Angles, UCLA
Graduate School of Education, 1968.
[4]. G. Hager, “Performance based budgeting: Concept and
examples”, Legislative Research Commision, Research
Report No: 302. Kentucky, 2001, pp.10-13.
[5]. J. Hallak, The Analysis Of Educational Cost And
Expenditure, London: The John Hopkins Univerity
Press. 1987.
[6]. Mulyadi, Sistem Akuntansi. Edisi-3 Jakarta: PT Salemba
Empat, 2001.
[7]. M. Nafarin,. Penganggaan Perusahaan, Edisi revisi,
Salemba Empat, Jakarta, 2000.
[8]. Allen G., Schick, “University Budgeting Administrative
Perspective, Budget Structure, and Budget Process”,
Academic of Management Review, Vol.10, No.4, pp.
794-798, 1985.
[9]. ---------------------. “University budgeting: Administrative
perspective, budget structure, and budget process”.
Academy of Management Review, Vol. 10 No. 4, p.
794-802, 1985.
[10]. ---------------------. “A theory of budgeting at public
universities”. Academic of Management Review, Virginia
Polythecnic Institute, p: 344-348 (tanpa tahun).
[11]. Serwach, Joseph J., Flood, M., Sara Rechnitzer, S., and
Stasinki, A. “Budget Crisis and Higher Education: Can
Leadership Make a Difference?”, Michighan, December,
2009.
[12]. A.B, Wildavsky,. Budgeting: A Comparative Theory of
Budgetary Processes, Transaction Publisher, New
Brunswick USA, 1986.

Prosiding Konferensi Nasional Ke- 7


Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah „Aisyiyah (APPPTMA)
59

Anda mungkin juga menyukai