MANAJEMEN STRATEGIK
Oleh :
FLORENCIA
2003020012
Maka bisa diartikan jika manajemen strategi merupakan proses atau rangkaian aktivitas
pengambilan keputusan yang sifatnya mendasar dan menyeluruh, termasuk cara
pelaksanaannya, untuk mencapai tujuan bersama.
a. Lingkungan Eksternal
Terdiri dari:
Lingkungan Umum
Meliputi ekonomi, politik, hukum, budaya, teknologi, dimensi internasional
(seprti globalisasi), dan kondisi lingkungan alam.
Lingkungan Khusus
Meliputi pemilik (stockholder), pelanggan (customer), klien, pemasok (supplier),
pesaing, supply tenaga kerja, badan pemerintah, lembaga keuangan, media dan
serikat pekerja.
b. Lingkungan Internal
Terdiri dari:
Manusia
Finansial (sumber, alokasi, dan kontrol dana)
Fisik (asset berwujud perusahaan dalam bentuk jangka panjang seperti gedung,
kantor, dll.)
Sistem penilaian dan kebudayaan organisasi.
a. Perumusan strategi
Selama fase inilah musyawarah dan keputusan tentang ruang lingkup bisnis yang luas
(maksud), bidang utama bisnis (strategi perusahaan), dan pendorong utama bisnis (nilai
inti dan komitmen) diambil.
Keputusan didasarkan pada analisis faktor SWOT yang beralasan, penilaian aspirasi
manajerial dan pengakuan harapan masyarakat.
c. Evaluasi Strategi
Tahap ini merupakan tahap akhir dari manajemen strategi, evaluasi strategi perlu
dilakukan karena keberhasilan saat ini merupakan jaminan untuk keberhasilan dihari
esok, dimana ada tiga kegiatan pokok dalam manjemen strategi, yaitu:
Menguji ulang faktor – faktor eksternal dan internal yang menjadi landasan
perumusan strategi yang diterapkan saat ini.
Mengukur kinerja
Melakukan tindakan – tindakan korektif.
SEJARAH MANAJEMEN STRATEGIK
Pada awalnya manajemen strategik disebut sebagai kebijakan (policy). Yakni,sebagai arahan
perusahaan/organisasi atau arah bisnis itu sendiri. Sebagai ilmu,manajemen strategik dirintis oleh
sekolah-sekolah bisnis di Amerika Serikat, seperti theWharton School di Universitas
Pennsylvania dan Harvard Business School di Universitas Harvard. Ketika itu, Harvard
menggunakan istilah kebijakan bisnis (business policy). Sampai awal tahun 1970-an, pendekatan
yang digunakan dalamkajian manajemen strategik adalah lintas disiplin (Rumelt et al. (1994)).
Secara historis, sebagaimana ditulis oleh Rumelt et al (1994), para pemikir telah mengemukakan
konsep, kerangka kerja, dan teori dalam pelbagai disiplin. Misalnya Mc. Kinsey & Co telah
menulis tentang strategi di tahun 1930-an. Robinson (1933) danChamberlin (1933) telah
mengembangkan teori mengenai persaingan tidak sempurna. Schumpeter (1934)
mengembangkan inovatif kewirausahaan (entrepreneur) dan agenkreatif sebagai alternatif dalam
menjelaskan konsep persaingan dalam ilmu ekonomi.
Sedangkan Selznick (1957) menjelaskan peran dari komitmen institusional danmengenalkan ide
dari organisasi sebagai “distinctive competence”. Frank Knight (1965) mengembangkan fungsi
entrepreneur sebagai dasar organizational economics. Newman(1951) telah memperkenalkan
konsep strategi untuk membedakan pekerjaan penting dari manajer.
Mulai tahun 1960-an, menurut Rumelt et al (1994), manajemen strategi telah menarik minat
banyak ilmuwan. Hal tersebut dapat dilihat melalui tiga kajian ini:Pertama, Alfred Chandler
mengkaji masalah Strategi dan Struktur (1962). Kedua, Igor Ansoff mengemukakan kajian
tentang Strategi Perusahaan (1965). Ketiga, penggunaan buku teks mengenai strategi di Harvard
yang dimulai oleh Kenneth Andrew melalui Business Polic : Text and Cases(Learned et
al.,1965),.
Chandler melalui Strategy and Structure, menjelaskan perkembangan bisnis yang besar dan
bagaimana struktur administrasi telah digunakan untuk merespon perkembangan. Ia menemukan
definisi mengenai strategi dan struktur. Strategi iadefiniskan sebagai penentu dasar dari tujuan
jangka panjang perusahaan, dan adopsi daritindakan dan alokasi sumber daya yang diperlukan
untuk mencapai tujuan.
Dalam Business Policy, Andrew menerima konsep strategi dari Chandler, tetapi menambahkan
“distinctive competence” milik Selznick yang menekankan ketidakpastian lingkungan dimana
manajemen dan perusahaan harus beradaptasi. Iamendefinisikan “pola objektif, maksud/tujuan,
dan kebijakan utama serta perencanaan untuk mencapai tujuan. Intinya, bagaimana
mendefinisikan apa dan mau kemana bisnis perusahaan dijalankan.Perkembangan manajemen
strategik, sejak tahun 1970-1980 an, menurut Rumelt et al. (1994), telah terjadi transisi yang
berorientasi pada penelitian. Pada periode inilah muncul dominasi Harvard (dari Chandle sampai
Porter). Yang ingin dicapai dengan pendekatan lintas disiplin dalam penelitian-penelitian strategi
adalah untuk: (1) Meletakkan pertanyaan-pertanyaan mendasar mengenai manajemen strategik
secarakontekstual; (2) Melihat bagaimana manajemen strategik terkait dengan lintas disiplin.
Oleh karena itu masuk akal bila dalam perkembangannya penelitian-penelitian mengenai
manajemen strategik banyak menggunakan analisis dari disiplin lain.Misalnya, Transaction cost
economic,yakni dasar dimana pemikiran ekonomi, strategidan teori organisasi bertemu.
Pendekatan ini lebih fokus pada detail institusional dibandingkan dengan matematika. Agency
theory, terkait dengan desain persetujuan insentif dan alokasi dari keputusan yang benar diantara
individu dengan konflik preferensi dan ketertarikan. Game theory and the new IO. Game theory
membantu untuk menganalisis pertanyaan mendasar tentang sifat dari perilaku rasional.
Evolutionary economics, terkait dengan pendapat bahwa perusahaan tidak dapat merubah
strategi atau struktur dengan mudah atau cepat.
Di samping itu, pendekatan lintas disiplin dalam manajemen strategik, menurut Rumelt et al.
(1994), juga melibatkan pendekatan berdasarkan resorce dependence, organization ecology, dan
new institutionalism. Penting dikemukakan di sini bahwastrategi diperlukan karena adanya
faktor persaingan, seperti persaingan dalammemperebutkan input, persaingan mendapatkan
konsumen, dan persaingan untuk pendapatan dan pilihan bagaimana organisasi/perusahaan dapat
bertahan. Strategi meliputi pilihan tujuan, pilihan produk dan jasa yang ditawarkan. Penggunaan
beragam pendekatan dan teori dimaksudkan untuk menjelaskan persaingan tersebut guna
menyusun dan menjalankan pilihan strategi.
Meskipun bidang lImu manajemen strategik merupakan bidang iimu yang relatif baru
dalam limu manajemen, tetapi konsep dan teori dalam bidang ilmu ini berkembang sesuai
perubahan lingkungan vang dihadapi oleh perusahaan. Adapun perkembangan manajemen
strategik (Gluck, Kaufman, and Walleck, 1980) dimulal dari tahap:
1. Basic financial planning: pada tahap ini perencanan masih berbentuk perencanaan keuangan
yang dituangkan dalam bentuk "anggaran tahunan setiap fungsi perusahaan.
2. Forecast-based planning: pada tahap ini perencanaan lebih efektif. untuk pertumbuhan,
melakukan analisis lingkungan, peramalan dilakukan beberapa tahun, dan alokasi sumber daya
yang statis.
3. Externally oriented planning: pada tahap ini perencanaan 3. berorientasi keluar dengan
meningkatkan respons terhadap pasar dan pesaing, melakukan analisis situasi lebih teliti,
evaluasi terhadap alternatif strategi, dan alokasi sumber daya yang dinamis.
4. Strategic management: pada tahap ini penggabungan peren canaan strategik den manajemen
dalam suatu proses tunggal dengan tujuan megatur seluruh sumber daya untuk mening katkan
keunggulan bersaing, pemilihan kerangka kerja peren< Canaan strategis, menciptakan
fleksibilitas proses perencanaan, dan mendorong sistem nilai dan iklim organisasi.
Perkembangan manajemen strategik ditinjau dari sudut pemikiran dan pendekatan ahli
strategi perusahaan berdasarkan dekade, dapat dibagi empat dekade, yaitu; 1950-an dan 1960-an
disebut dekade corporate planning, 1960-an dan 1970-an disebut dekade corporate strategy,
1970-an1980-an disebut dekade competitive strategy, dan 1980-an sampai sekarang disebut
dekade resources base view strategy.
Adapun perkembangan pemikiran dan pendekatan para ahli manajemen strategik, sebagai
berikut:
a. Dekade 1950-an-1960-an "Corporate Planning" Pada dekade ini kondisi lingkungan, bisnis
masih relatif stabil, tetapi strategi bisnis diperlukan sebagal cara terbaik untuk mengelola
organisasi yang besar dan kompleks. Masalah utama dalam organisasiorganisasi besar pada
dekade ini adalah dalam mengoordinasikan keputusan-keputusan yang diambil secara Individu,
dan mempertahankan pengawasan yang menyeluruh dari manajemen puncak. Perencanaan pada
dekade ini adalah anggaran keuangan tahunan yang dapat digunakan sebagai mekanisme
koordinasi dan pengawasan. Pada tahun 1954, Peter Drucker memopulerkan suatu pendekatan
terhadap perencanaan dengan istilah manajemen berdasarkan sasaran (management by objective)
yang menjelaskan bagaimana mengelola perusahaan dengan mengacu pada seperangkat prosedur
formal yang menekankan pada penetapan tujuan dan penilaian kinerja. Hakikat dari sistem
manajemen berdasarkan sasaran terletak pada penetapan sasaran bersama oleh manajer dan
bawahannya. Sasaran tersebut digunakan oleh bawahan dan atasan untuk memantau kemajuan.
Penilaian atas kinerja dilakukan bersama atas dasar berkelanjutan dengan ketentuan untuk dinilai
secara teratur dan berkala.
Kemudian pada akhir dekade, perusahaan mencari cara untuk melakukan operasi secara
efisien, dan mengendalikan risiko melalui skala produksi yang besar, pemasaran massal,
integrasi vertikal, serta investasi teknologi jangka panjang. Philip Selznick memperkenalkan
strategi organisasi yang pada intinya adalah menjelaskan tanggung jawab pimpinan menerapkan
tujuan yang jelas dalam mengoperasikan perusahaan dengan mengarahkan kekuatan internal
perusahaan terhadap ekspektasi lingkungan eksternal. Dengan demikian, perencanaan strategik
melalui proses perencanaan jangka menengah dan peramalan pasar menjadi populer.
Selama dekade ini, isu strategi pengembangan perusahaan mengarah pada keinginan
untuk melakukan sinergi yang ditandai dengan banyak perusahaan melakukan diversifikasi, baik
diversifikasi konsentris maupun diversifikasi konglomerat, sehingga General Electric (GE)
mengembangkan sejumlah teknik atau model perencanaan strategik pada tingkat korporasi yang
diterapkan secara luas oleh perusahaan lainnya, yaitu analisis portofolio. Ide dasarnya adalah
membuat kerangka grafis sederhana yang menggambarkan bisnis yang dimiliki perusahaan yang
terdiversifikasi. Teknik ini merupakan jawaban terhadap kesulitan yang dihadapi GE dalam
mengelola unit bisnisnya yang sangat terdiversifikasi.
d. Dekade 1980-an, sampai sekarang: "Resources. Base View Strategy" Pada akhir dekade 1980-
an, ditandai dengan kondisi lingkungan, eksternal semakin kompleks dan lingkungan bisnis
dengan persaingan yang sangat tinggi, konsep strategi perusahaan mulai berkembang dan fokus
penekanan berubah dari analisis keunggulan bersaing pada aspek kekuatan persaingan dalam
industri menjadi aspek internal berdasarkan sumber daya perusahaan. Pandangan berbasis
sumber daya menekankan bahwa keunggulan bersaing perusahaan diperoleh melalui eksploitasi
sumber daya dan kapabilitas perusahaan yang unik dibanding pilihan perusahaan untuk
memosisikan dirinya dalam pasar. Pandangan berbasis sumber daya diawali oleh Penrose (1959)
menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan didasarkan pada kemampuan manajer untuk
mengoordinasikan sumber daya dan keputusan strategi pemilihan sumber daya yang tepat bagi
manajer sangat menentukan kinerja akhir perusahaan. Kemudian dikembangkan oleh Prahalad
dan Hamel (1990), Barney (1991), Rumelt (1991), Grant (1991), dan Peteraf (1993) yang
menyatakan bahwa setiap organisasi adalah sekumpulan sumber daya dan kapabilitas, baik yang
berwujud maupun yang tidak berwujud yang dapat dikendalikan oleh perusahaan dalam
merumuskan dan menerapkan strategi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan.
Perbedaan kinerja perusahaan disebabkan oleh perbedaan sumber daya dan kapabilitas
perusahaan bukan karena struktur industrinya.
Selanjutnya, Amit dan Schoemaker (1993) menyatakan bahwa sumber daya suatu
kumpulan berbagai tipe kekayaan yang dapat dimanfaatkan oleh suatu perusahaan dalam
merumuskan dan melaksanakan strategi yang dipilih untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas,
dan keunggulan bersaing. Keunggulan bersaing berkelanjutan tercapai bilamana sumber daya
bernilai, langka, unik, dan tidak dapat ditiru. Kemudian pandangan berbasis sumber daya
memandang setiap perusahaan mempunyai kompetensi inti yang timbul dari sumber daya dan
kapabilitas yang dapat digunakan sebagai sumber keunggulan bersaing. Pada awal dekade ini
Thomas J & Robert H. Waterman Jr dalam bukunya "In Search of Excellence" memopulerkan
pendekatan 7-S McKinsey sebagai kerangka konsep dalam menjelaskan kinerja unggul
perusahaan di Amerika Serikat. Dalam perkembangannya, pendekatan 7-S McKinsey digunakan
untuk menguji efektivitas organisasi dan dapat diterapkan untuk melakukan analisis kekuatan
dan kelemahan perusahaan. Kerangka konsep untuk mengetahui dan mengevaluasi 7 variabel
organisasi dalam menganalisis profil perusahaan, yakni; struktur (structure), strategi (strategy),
staf (staff), gaya manajemen (style), sistem dan prosedur (systems), keterampilan (skills), dan
budaya perusahaan (shared values).
Pada awal dekade 1990, pandangan berbasis sumber daya berkembang lebih dinamis
yang mengarah pada pandangan berbasis pengetahuan (knowledge based view) yang ditandai
dengan konsep keunggulan bersaing di masa mendatang (competing for the future) di mana
perusahaan harus mempersiapkan persaingan di masa mendatang dengan membangun
kompetensi inti. Prahalad & Hamel (1990) berpendapat bahwa tugas penting manajemen adalah
untuk menciptakan sebuah organisasi yang mampu menghasilkan produk yang belum
dibayangkan oleh pelanggan. Untuk mencapainya) manajemen harus berhasil beroperasi
melintasi batas-batas organisasi daripada fokus pada SBU secara individu Konsep mengenai
manajemen pengetahuan (knowledge management) yang dikombinasi dengan organisasi
pembelajaran (learning organization) menjadi semakin populer pada era revolusi industri 4.0
sekarang, di mana manusia menjadi perhatian, mengenai keahlian, kemampuan berpikir, nilai
moral, kepercayaan yang dimiliki (tacit knowledge) perlu dikelola untuk menciptakan kreativitas
agar mencapai keunggulan bersaing berkelanjutan.
Pada era revolusi industri 4.0 sekarang, konsep keunggulan bersaing diwarnai oleh dua
pandangan yang saling melengkapi, yaitu pandangan organisasi industri (IOV) menyatakan
bahwa faktor eksternal (lingkungan industri) lebih penting daripada berbagai faktor internal
perusahaan dalam upaya sebuah perusahaan mencapai keunggulan bersaing. Para penganut
pandangan rov berkeyakinan bahwa kinerja perusahaan akan sangat ditentukan oleh kekuatan.
kekuatan industri. Pendukung dari pandangan ini adalah Michael Porter, menyatakan bahwa
kineria organisasi yang paling utama ditentukan oleh kekuatan industri. Model lima kekuatan
dalam industri merupakan analisis kekuatan eksternal dan variabel industri sebagai basis untuk
mendapatkan dan mempertahankan keunggulan bersaing. Keunggulan bersaing sebagian besar
ditentukan oleh po sisi bersaing dalam industri, sehingga perusahaan berusaha untuk : bersaing di
industri yang menarik, menghindari industri yang lemah dan berubah, dan memperoleh
pemahaman yang jelas hubungan faktor eksternal kunci dh dalam industri yang menarik tersebut.
Di lain pihak, pandangan berbasis sumber daya (RBV) menyatakan bahwa sumber daya
internal perusahaan lebih penting bagi perusa haan daripada berbagai faktor eksternal dalam
upaya untuk meraih : serta mempertahankan keunggulan bersaing. Para penganut pan dangan
RBV berpendapat bahwa perbedaan kinerja perusahaan disebabkan oleh perbedaan sumber daya
dan kapabilitas yang men ciptakan kompetensi inti. Pada kondisi lingkungan industri yang
rendah dan kemampuan manajerial atau kompetensi yang tinggi, para manajer dapat melakukan
penyesuaian implementasi strategi, yaitu strategi kerja sama (Alliance Strategic) antar
perusahaan, pesaing dan pelanggan dengan berasaskan nilai morat kepercayaan (Trust) untuk"
meningkatkan kinerja perusahaan.