Anda di halaman 1dari 5

ILMU BUDAYA DASAR

“SEJARAH DAN PERKEMBANGAN DISEKITAR”

Oleh :
Indra Lanang Jati

PROGRAM STUDY S1 AKUNTANSI


UNIVERSITAS BUMIGORA
MATARAM
Mengenal Sejarah Bela Diri Belanjakan Masbagik
Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Belanjakan masuk dalam kategori
permainan rakyat yang kompetitif dan juga sebagai hiburan. Belanjakan sudah terdaftar di
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dengan Nomor Inventaris PM
0188.Belanjakan berasal dari kata lanjak yang artinya menendang dengan tumit atau telapak
kaki. Inti permainan ini adalah menendang dengan tumit.

Menurut Mirzoan Ilhamdi atau sering disebut Ming Lombok, Ketua Lambur Community,
penggagas Event Belanjakan, menuturkan bahwa permainan ini berawal dari bela diri.Pada
jaman dulu jarak antar Desa saling berjauhan dan harus melewati jalan setapak. Biasanya, jika
membawa barang dalam perjalanan orang akan memikul barangnya dan menendang dengan kaki
merupakan hal yang dapat dilakukan untuk mewaspadai rintangan yang ada.Permainan ini
diperkirakan sudah ada, sejak abad ke-13.

Dan permainan ini selalu dilakukan setelah panen. Sebagai sarana hiburan karena rasa suka cita
masyarakat Masbagik atas keberhasilan panen yang melimpah saat itu,” tutur Ming.Peraturan
dalam permainan Belanjakan mengalami perubahan seiring berjalannya waktu. Menurut Mirzoan
Ilhamdi, yang dulunya hanya pada saat terang bulan sebelum menanam padi dan sesudah
memotong padi. Saat ini, lebih sering dilakukan pada sore hari. Dan walau masih khusus
dilakukan pada saat terang bulan, tetapi tidak khusus sesudah panen.Permainan ini dikhususkan
bagi laki-laki dewasa maupun remaja dan biasanya dilakukan antara kelompok desa satu dengan
desa lainnya. Permainan dulunya berlangsung beberapa malam. Tiap kelompok mengambil
tempat pada sisi arah mata angin.

Sisi-sisi arena ini disebut Ambeng. Ada Ambeng Timuq (sisi Timur), Ambeng Baret (sisi Barat)
dan seterusnya. Setiap kelompok akan melawan kelompok yang ada pada sisi berlawanan. Tiap
kelompok memiliki seorang pemimpin yang tugasnya memberi saran kepada Pengembar
(Official) sesudah meneliti, mengamati apakah anak buahnya yang bertanding sudah seimbang
dengan lawan atau belum. “Nah di sinilah peran Pengembar atau kalau jaman sekarang disebut
official,” ujar Mirzoan.
Permainan ini dipimpin oleh wasit dan dibantu oleh dua orang Pengembar yang bertugas mencari
calon pemain dari kelompok-kelompok di sisi arena.Pegembar mengambil dua sisi arena sebagai
wilayahnya, dan menarik seorang pemain dari masing-masing Raweng, jika mereka berani,
permainan akan dimulai, jika tidak akan dipilih ulang,” kata Ming.Pemain yang sudah mendapat
lawan harus telanjang dada dan tidak memakai celana tetapi harus memakai kain dengan
bekancut sebelum memasuki arena sambil menghentakkan kaki yang disebut berempak. Lalu
wasit akan memberitahukan peraturan dan larangan dalam permainan.

Maka terjadiah tendang-tendangan dan sepak-menyepak, dan jika tendangan lawan dapat
ditangkap, lawan dapat dilempar. Dan pemain yang tidak siap dengan hal itu dapat mengatakan
Cop untuk memberhentikan permainan sementara.Setelah itu kata Ming, penentuan pemenang
adalah jika lawan ngecop tiga kali berturut-turut atau lawan melakukan kecurangan dengan
mengunakan tangan untuk memukul.Kalau jaman dulu arena permainan dilaksanakan di tempat
Tanah Lapang, memakai jerami di tumpuk tebal sebagai pengamanan terkadang di halaman
rumah, dan perlengkapan menggunakan Kain sebagai kancut.

Sehingga pada permainan Belanjakan ini timbul nilai-nilai kebersamaan, Nilai Sportivitas, Nilai
keberanian, dan Nilai percaya diri. Asal pemain dari Seluruh Desa di Lombok, tepatnya di
Kecamatan Masbagik, Lombok Timur Nusa Tenggara Barat. Pada tahun 1995, lanjut Ming, ada
kejadian yang memilukan salah seorang  pemainnya meninggal dunia, dan sejak itulah
permainan Belanjakan ini dilarang oleh Pemerintah.

Perkembangan Belanjakan Lombok

Belanjakan merupakan pertarungan dua orang laki-laki dengan tangan kososng, pertarungan ini
hanya boleh menggunakan kaki sebagai senjata dan tangan sebagai prisai. Ketua Forum Pemuda
Pelopor NTB, Lalu Malik Hidayat menyampaikan bahwa belanjakan merupakan warisan budaya
masyarakat Lombok khususnya di Lombok bagian utara yang tergolong dalam objek kebudayaan
Olahraga Tradisional.
“Segi etimologi Belanjakan berasal dari suku kata bahasa Sasak (Lombok), yaitu “Lanjak” yang
berarti menendang sambil mendorong. Secara umum olahraga Belanjakan berkambang pada
masyarakat Kecamatan Masbagik Kabupaten Lombok Timur”. Ungka Lalu Malik Hidayat. Pada
kesempatan yang sama Pak Hul Husen, Mantan Kadus Jontak yang juga pemerhati budaya
menegaskan Pada zaman dahulu, Belanjakan tidak hanya dilakukan satu lawan satu. Pada
permainan Belanjakan diperbolehkan satu lawan dua orang atau lebih, namun dalam
perkembangannya Belanjakan dilaksanakan dengan system permainan satu lawan satu (Duel).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Belanjakan merupakan salah satu cabang olahraga
tradisional masyarakat suku Sasak (Lombok) yang ada di wilayah Kecmatan Masbagik yang
secara umum memainkan gerakan kaki dengan teknik yang berbeda dengan cabang olahraga
lainya. Belanjakan adalah seni bela diri khas masyarakat Masbagik di Kabupaten Lombok
Timur. Belanjakan memadukan bela diri gulat, yudo dan pencak silat kempo,

Belanjakan merupakan Olahraga tradisional dengan mengadu kekuatan fisik antara dua orang
laki-laki yang menggunakan teknik tendangan, bantingan dan tepisan juga Kuncian.
Belanjakan rutin dilaksanakan di Lapangan Masbagik yang biasanya dilaksanakan dalam rangka
memeriahkan hari kemerdekaan Indonesia, namun pada tahun ini karena pandemic covid-19
maka pelaksanaanya di tunda.

Lalu Malik Hidayat menegaskan secara ringkas tujuan dilaksanakannya belanjakan dari
persfektif histori Belanjakan yaitu:

1. Penjaringan pasukan pertahanan Kerajaan Selaparang pada masa ekspansi Bali di Lombok.

2. Ajang penjaringan Pepadu yang diutus untuk menyerang markas Jepang di kawasan Masbagik
pada masa penjajahan Jepang di Lombok.

3. Sebagai ajang olahraga tradisional dan sekaligus sebagai sarana latihan ketahanan tubuh.

4. Sebagai hiburan rakyat.


5. Sebagai ajang silaturrahmi masyarakat Masbagik pada khusunya dan Lombok pada umumnya.

Anda mungkin juga menyukai