Oleh:
ABSTRAK
Artikel ini bertujuan untuk ikut andil dalam pelestarian kesenian
sampyong di Majalengka dan mengenalkan kepada generasi muda tentang
kesenian sampyong. Lebih dari itu, artikel ini diharapkan memantik seluruh
masyarakat Indonesia untuk menjaga kesenian lokal. Dengan menggunakan
metode penulisan deskriptif-argumentatif, artikel ini ingin mengungkapkan
bahwa saat ini, banyak generasi muda Majalengka yang bahkan tidak mengetahui
apa itu sampyong. Kesenian sampyong ini juga kurang mendapat perhatian dari
pemerintah dan masyarakat sendiri. Oleh karena itu, di dalam artikel ini akan
dibahas seluk-beluk kesenian sampyong, mulai dari sejarah, konsep-konsep, dan
nilai-nilai kearifan lokal kesenian sampyong. Selain itu, artikel ini akan
membahas bagaimana peran mahasiswa untuk turut serta dalam pelestarian
kesenian sampyong. Di bagian penutup juga dijelaskan saran-saran kepada
Pemerintah Daerah Majalengka dan mahasiswa Majalengka dalam melestarikan
kesenian sampyong.
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara yang sangat luas, terdiri dari berbagai macam
suku yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Dari keberagaman suku tersebut,
terciptalah pula bermacam-macam kebudayaan dan kesenian daerah. Kebudayaan
adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. 1
Kesenian merupakan keseluruhan sistem yang melibatkan proses penggunaan
imajinasi manusia secara krearif di dalam sebuah kelompok masyarakat dengan
2. Rino Rizal Teguh Prasetya, “Pengertian dan Definisi Kesenian Menurut Para Ahli,”
diakses pada 6 Desember 2020, https://vioplace.wordpress.com/2013/01/23/9/.
3
oleh banyak orang, bahkan dari negara lain. Namun, bagaimana jika ternyata
kebudayaan tradisional dari negara lain yang masuk dan merusak keutuhan dan
menghancurkan jati diri bangsa kita? Itulah salah satu dampak negatifnya.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi tersebut telah menjadi media
difusi yang mujarab. Pilihan hiburan bagi masyarakat semakin banyak. Hal ini
menyebabkan masyarakat cenderung tidak tertarik lagi untuk menikmati kesenian
tradisional daerahnya sendiri. Kecenderungan untuk melestarikan budaya sendiri
juga semakin memudar, sehingga eksistensi kesenian tradisional pada zaman
sekarang relatif berkurang.
Majalengka, pada tahun 1960, lalu mulai menyebar ke daerah lain di antaranya
Sindangkasih, Kulur, Simpeureum, dan Munjul. Semakin berkembangnya zaman,
eksistensi kesenian Sampyong ini mulai menurun. Bahkan, banyak generasi muda
Majalengka yang tidak mengetahui kesenian ini.
SEJARAH SAMPYONG
Mengenai sejarah awal mula permainan ini, sebenarnya belum
diketahui secara pasti dan konkret. Sumber-sumber tertulis yang ada pun tidak
menjabarkan secara jelas dan rinci kapan tepatnya Sampyong mulai dimainkan.
Sampyong sudah dikenal sejak zaman Kesultanan Cirebon. Pada masa tersebut,
Sampyong dipergunakan untuk menyeleksi calon-calon prajurit kesultanan
tersebut.
Sementara itu, apabila ditinjau dari cerita mulut ke mulut, permainan
Sampyong berawal dari munculnya sebuah permainan yang bernama Ujungan.
Permainan ini mulai dimainkan sekitar dekade 1950 sampai 1960 oleh anak-anak
gembala di Desa Cibodas, sebuah desa di daerah Majalengka bagian selatan.
Ujungan dilakukan untuk mengisi waktu luang ketika anak-anak
menggembalakan ternaknya. Permainan saling pukul menggunakan rotan ini
memiliki tujuan awal untuk memilih pemimpin di antara mereka, dan untuk
menentukan pembagian wilayah gembala mereka.3
Seiring berjalannya waktu, permainan Ujungan ini mulai berkembang
menjadi permainan orang dewasa. Permainan Ujungan ini bisa dikatakan
permainan yang “bebas” karena membolehkan pemainnya untuk memukul seluruh
bagian tubuh. Seorang pemain juga dapat memukul atau dipukul sebanyak-
3. Nurul Diva Kautsar, “Mengenal Sampyong, Tradisi Unik Memukul Betis Khas
Majalengka,” diakses pada 6 Desember 2020, https://m.merdeka.com/jabar/mengenal-sampyong-
tradisi-memukul-betis-unik-khas-majalengka.html?page=all
5
banyaknya tanpa ditangkis, sampai pemain tidak kuat lagi menahan rasa sakitnya
dan dinyatakan kalah. Untuk menghindari luka di bagian kepala, para pemain
menggunakan semacam alat pengaman di kepala, alat ini dinamakan balakutak.
Dianggap terlalu berbahaya karena diperbolehkan memukul seluruh anggota
tubuh, lalu banyak sekali korban akibat mengikuti permainan ini, maka para tokoh
permainan Ujungan menyederhanakan dan membuat peraturan permainan.4
Kemudian, muncullah permainan Sampyong, yaitu bentuk sederhana
dari permainan Ujungan. Kata Sampyong ini terdiri dari dua kata yang berasal
dari bahasa Cina, dengan “Sam” yang berarti tiga, dan “Pyong” artinya pukulan.
Banyak pedagang dari Negeri Cina yang sedang singgah di Kota Majalengka pada
saat itu, dan sering menyaksikan bahkan menyukai permainan ini. Sejak berubah
menjadi Sampyong, kesenian ini bentuknya bukan lagi permainan adu kekuatan
dan ketangkasan, melainkan cenderung menyerupai seni pertunjukkan karena
selama berlangsung, Sampyong diiringi waditra atau alat musik. Dengan
penyederhanaan dari para tokoh, Sampyong setidaknya memiliki tiga peraturan
pokok, yaitu:
1. Seorang pemain hanya diperbolehkan memukul sebanyak tiga kali.
2. Sasaran pukulan hanya pada betis bagian belakang.
3. Pemain dapat bermain pada kelas yang ditentukan menurut usia,
misalnya golongan anak-anak, dewasa, dan tua.
8. Ibid.
9. Ibid.
9
demikian, dalam seni sampyong terdapat unsur mistis atau religius. Kesenian
Sampyong juga mengandung visi misi yang membangun, karena dalam
pertunjukannya dihidangkan gambaran mengenai kegagahan, ketangkasan,
kekuatan, dan keberanian yang dapat dijadikan sebagai jati diri masyarakat
Majalengka.
Sampyong, sebagai salah satu seni yang tumbuh di tengah masyarakat
Majalengka, Jawa Barat, adalah salah satu aset yang teramat berharga, dan tak
akan bisa dinilai dengan rupiah. Sampyong menjadi kebanggaan masyarat
Majalengka khususnya, dan Jawa Barat umumnya. Seni tersebut lahir dengan
beribu filosofi, yang tentunya relevan dengan kehidupan masyarakat Majalengka.
Teramat disayangkan apabila kesenian tersebut lenyap tak bersisa begitu saja,
walaupun boleh dikata Indonesia memang mempunyai ragam seni dan budaya
yang lebih dari sekedar itu, tetapi tetap saja sebanyak apapun walaupun harus
lenyap satu persatu nantinya akan habis juga. Dengan demikian perlu kita
perhatikan betul, dan patut dilestarikan salah satu kesenian yang ada di Indonesia
ini, Sampyong bukan hanya milik Majalengka, bukan hanya milik Jawa Barat,
tetapi milik Indonesia, negeri kita tercinta.10
Selain itu, terdapat pula pesan komunikasi dalam kesenian sampyong
Majalengka. Pesan-pesan tersebut disampaikan dengan berbagai macam gerakan
maupun ujaran yang ditunjukkan oleh para pemain pertunjukkan. Keterkaitan
antara bahasa, komunikasi, dan juga kebudayaan dapat dilihat bahwa sampyong
sebagai sebuah pertunjukkan kebudayaan tidak terlepas dari adanya simbol bahasa
yang dikomunikasikan pada saat pertunjukkan berlangsung. Gerakan maupun
ujaran yang ada dalam pertunjukkan sampyong merupakan simbol bagi mereka
untuk berinteraksi dengan khalayak yang menonton pertunjukkan. Cara mereka
menyalurkan stimulus dengan melalui ujaran dan gerakan itulah cara mereka
berkomunikasi dalam suatu konteks kebudayaan yang dilihat dari sebuah
pertunjukkan kesenian. Bentuk komunikasi ini terbagi ke dalam empat bentuk,
10. Muhammad Bahrun Najah, “Sampyong Sebagai Kearifan Lokal Kota Angin
(MAjalengka),” diakses pada 7 Desember 2020, https://budaya-indonesia.org/Sampyong-Sebagai-
Kearifan-Lokal-Kota-Angin-Majalengka.
10
11. Anggy Giri Prawiyogi, Jaeni, Wanda Listiani, “Komunikasi dalam Kesenian Sampyong di
Majalengka,” Buana Ilmu 5, no. 2 (2021): 21-31 diakses pada 8 Juli 2021,
http://journal.ubpkarawang.ac.id/index.php/BuanaIlmu/a rticle/view/1500
11
Kesenian sampyong memiliki berbagai macam pesan yang ada pada saat
pertunjukkan berlangsung. Pesan-pesan tersebut disampaikan dengan berbagai
macam gerakan maupun ujaran yang ditunjukkan oleh para pemain pertunjukkan.
Gerakan maupun ujaran yang ada dalam pertunjukkan sampyong merupakan
simbol bagi mereka untuk berinteraksi dengan khalayak yang menonton
pertunjukkan. Cara mereka menyalurkan stimulus dengan melalui ujaran dan
gerakan itulah cara mereka berkomunikasi dalam suatu konteks kebudayaan yang
dilihat dari sebuah pertunjukkan kesenian.
Gerakan tari yang mengikuti irama musik gamelan dari para pemain,
memberikan gambaran bahwa dalam persaingan untuk mendapatkan sesuatu, kita
sebagai manusia tidak perlu saling bersitegang dengan pesaing. Tetapi bisa
bersaing secara sehat dengan menjunjung tinggi nilai persahabatan/persaudaraan
dengan sesama.
Komunikasi dalam kesenian Sampyong ini bisa juga dilihat dari aturan
permainannya, dimana setiap pemain hanya boleh memukul sampai 3 kali dan
13
hanya di daerah betis. Hal ini menunjukan bahwa terhadap sesama, meskipun kita
sedang bersaing, tidak boleh saling menyakiti dan juga harus saling menghargai.
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan, maka kesimpulan yg dapat disampaikan
adalah Sampyong merupakan kesenian adu ketangkasan yang memadukan antara
seni tari, seni musik, dan seni beladiri yang berasal dari Majalengka. Awal mula
lahirnya kesenian ini masih belum dapat dipastikan, ada yang mengatakan sebagai
media penyeleksian prajurit, ada juga yang mengatakan sebagai permainan anak-
anak gembala pada zaman dahulu. Kesenian ini merupakan bentuk
penyederhanaan dan penyempuraan dari permainan terdahulunya, yaitu permainan
15
SARAN
Dari hasil pembahasan yang telah dikemukakan, penulis memberikan
saran kepada: pertama, lembaga-lembaga yang terkait, agar lebih memperhatikan
organisasi-organisasi kesenian dan memberikan bantuan baik secara moral
maupun material dalam membina wadah-wadah kesenian Sampyong, baik dari
segi pembinaan untuk memperkaya bentuk pertunjukan maupun dari segi
pengelolaan wadah-wadah agar lebih dapat bersaing dan berdaya guna dalam
perubahan arus global. Juga memberikan dan mengusahakan motivasi
pengkaderan kepada generasi muda dalam rangka menjaga kesenian Sampyong
agaar tidak mengalami kepunahan. Pengembangan dan pelestarian kesenian
Sampyong saat ini perlu dilakukan dengan mensosialisasikan kepada masyarakat
luas khususnya generasi muda dengan cara memasukkan pengetahuan kesenian
tradisional khas Majalengka kepada kurikulum sekolah. Pemerintah juga harus
mengupayakan untuk mengadakan pementasan dan apresiasi melalui media
massa. Selain itu, harus mengadakan pendokumentasian atau pendataan terhadap
kesenian Sampyong di Majalengka secara periodik dan teliti agar hasil
pendokumentasian tersebut dapat dibaca dan dipelajari oleh generasi selanjutnya.
16
Kedua, elemen mahasiswa Majalengka, agar membantu dan bekerja sama dengan
pemerintah dalam upaya pelestarian dan pengembangan kesenian Sampyong ini.
Tak lupa, harus mempelajari kesenian Sampyong dengan harapan agar tali
warisan kesenian ini tidak berhenti di generasinya, tetapi tetap dilanjutkan kepada
generasi selanjutnya. Dan dengan tidak bosan-bosannya untuk mengenalkan
kesenian Sampyong kepada dunia melalui berbagai media. Juga harus memberi
pengetahuan kepada sesama generasi muda, baik itu kepada tingkat perguruan
tinggi, SMA, SMP, maupun SD, mengenai segala macam hal yang berbau
Sampyong, seperti sejarahnya, mekanisme pertunjukannya, perlengkapannya, dan
aturan-aturannya.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. “KESENIAN SAMPYONG MAJALENGKA”. Sanggar Seni
Panghegar. Diakses 7 Desember 2020.
http://sanggarsenipanghegar.blogspot.com/2016/02/kesenian-
sampyong-majalengka.html?m=1
Prasetya, R.R. “Pengertian dan Definisi Kebudayaan Menurut Para Ahli”. Merajut
Lelaku. Diakses 7 Desember 2020.
https://vioplace.wordpress.com/2013/01/23/9/