100%(1)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
590 tayangan4 halaman
Penulisan karya ilmiah bertujuan untuk menyampaikan gagasan penulis dengan caranya sendiri. Ketika membuat tulisan ilmiah, disadari atau tidak, kita membangun narasi dan memberikan suatu makna naratif. Mode naratif, dalam konteks ini, tidaklah terbatas pada kajian pustaka atau kasus, tetapi pada mode naratif itu sendiri dan mode logiko ilmiah. Makna naratif dibangun dengan mempertimbangkan bahwa sesuatu adalah bagian dari keseluruhan dan bahwa sesuatu adalah penyebab sesuatu yang lain. Berbeda dengan mode logiko-ilmiah yang berupaya mencari kondisi-kondisi kebenaran, mode naratif secara kontekstual berupaya mencari hubungan-hubungan tertentu di antara kejadian-kejadian. Hubungan tersebut dinamakan makna. Struktur narasi adalah praoperatif atau prakonsepsi.
Penulisan karya ilmiah bertujuan untuk menyampaikan gagasan penulis dengan caranya sendiri. Ketika membuat tulisan ilmiah, disadari atau tidak, kita membangun narasi dan memberikan suatu makna naratif. Mode naratif, dalam konteks ini, tidaklah terbatas pada kajian pustaka atau kasus, tetapi pada mode naratif itu sendiri dan mode logiko ilmiah. Makna naratif dibangun dengan mempertimbangkan bahwa sesuatu adalah bagian dari keseluruhan dan bahwa sesuatu adalah penyebab sesuatu yang lain. Berbeda dengan mode logiko-ilmiah yang berupaya mencari kondisi-kondisi kebenaran, mode naratif secara kontekstual berupaya mencari hubungan-hubungan tertentu di antara kejadian-kejadian. Hubungan tersebut dinamakan makna. Struktur narasi adalah praoperatif atau prakonsepsi.
Penulisan karya ilmiah bertujuan untuk menyampaikan gagasan penulis dengan caranya sendiri. Ketika membuat tulisan ilmiah, disadari atau tidak, kita membangun narasi dan memberikan suatu makna naratif. Mode naratif, dalam konteks ini, tidaklah terbatas pada kajian pustaka atau kasus, tetapi pada mode naratif itu sendiri dan mode logiko ilmiah. Makna naratif dibangun dengan mempertimbangkan bahwa sesuatu adalah bagian dari keseluruhan dan bahwa sesuatu adalah penyebab sesuatu yang lain. Berbeda dengan mode logiko-ilmiah yang berupaya mencari kondisi-kondisi kebenaran, mode naratif secara kontekstual berupaya mencari hubungan-hubungan tertentu di antara kejadian-kejadian. Hubungan tersebut dinamakan makna. Struktur narasi adalah praoperatif atau prakonsepsi.
PENULISAN ILMIAH SOSIAL KONTEMPORER: ISU, RETORIKA, DAN
METAFORA
I Penulisan karya ilmiah bertujuan untuk menyampaikan gagasan penulis dengan caranya sendiri. Ketika membuat tulisan ilmiah, disadari atau tidak, kita membangun narasi dan memberikan suatu makna naratif. Mode naratif, dalam konteks ini, tidaklah terbatas pada kajian pustaka atau kasus, tetapi pada mode naratif itu sendiri dan mode logiko ilmiah. Makna naratif dibangun dengan mempertimbangkan bahwa sesuatu adalah bagian dari keseluruhan dan bahwa sesuatu adalah penyebab sesuatu yang lain. Berbeda dengan mode logiko-ilmiah yang berupaya mencari kondisi-kondisi kebenaran, mode naratif secara kontekstual berupaya mencari hubungan-hubungan tertentu di antara kejadian-kejadian. Hubungan tersebut dinamakan makna. Struktur narasi adalah praoperatif atau prakonsepsi.
II Semenjak abad ketujuh belas, karya tulis dibagi menjadi dua, yaitu ilmiah dan non- ilmiah. Berikut ciri ciri dari masing masing tipe. Karya tulis ilmiah 1. Diasosiasikan dengan fakta. 2. Bahasa yang kaku dan datar. 3. Objektivitas. Karya tulis nonilmiah 1. Diasosiasikan dengan fiksi. 2. Bahasa yang tidak kaku. 3. Subjektivitas.
Pengetahuan nonilmiah dan ilmiah berdiri sendiri-sendiri sebagai ranah yang terpisah sejak kira-kira abad kesembilan belas. Kesastraan sebagai wakil dari pengetahuan nonilmiah, dikaitkan dengan seni dan budaya. Ranah ini mengandung nilai-nilai rasa estetika, etika, humanitas, dan moralitas serta hak menggunakan bahasa metaforis dan pengandaian. Dalam ilmiah ada keyakinan menggunakan kata-kata yang objektif, tegas, jelas, dan nonmetaforis. Pemisahan ini tidak berlangsung abadi. Cassons (1984) menyatakan bahwa satu- satunya jalan dari tata bahasa ke logika adalah menggunakan retorika. Ilmu pengetahuan menggunakan retorika. Penulisan ilmiah merupakan proses seorang penulis dalam mengerjakan karya tulis ilmiah berdasarkan hasil-hasil penelitian ilmiah yang telah dilakukannya. Dari definisi yang lain dikatakan bahwa karya ilmiah (scientific paper) adalah laporan tertulis dan dipublikasi yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan. Penulisan karya tulis ilmiah pada jaman sebelumnya berbeda dengan penulisan ilmiah kontemporer, perbedaan yang sangat berpengaruh merupakan ketidak adaan kebenaran tunggal di penulisan ilmiah kontemporer. Berikut ciri ciri penulisan ilmiah kontemporer. 1. Tidak memiliki kebenaran tunggal. 2. Kontekstual. 3. Kesimpulan yang dapat diuji oleh siapapun. 4. Didukung dengan data yang nyata.
III Kelengkapan Harfiah dalam Penulisan Ilmu Sosial Dua syarat paling penting dalam penulisan ilmu sosial adalah retorika dan metafora. Tiap-tiap syarat mengandung pesan dan tuntutan kredibilitas tulisan dan isi kognitifnya. 1. Retorika Retorika adalah teknik penggambaran suatu bagian yang merupakan wakil dari keseluruhan. Contoh: Sekelompok mahasiswa berjumlah lima puluh orang dijadikan retorika dari keseluruhan mahasiswa di sebuah universitas. (Mahasiswa mewakili jurusan, setiap jurusan merata) Retorika adalah cara kita mengontruksi pemahaman kita mengenai totalitas meskipun kita hanya memiliki suatu akses untuk memasuki suatu bagian darinya. Nalar ilmu sosial didasarkan atas retorika karena biasanya mengkaji bagian- bagian, contoh-contoh, percobaan-percobaan, atau sampel-sampel yang kita harapkan dapat merepresentasi keseluruhan. Kesimpulannya, retorika adalah cara untuk memahami dengan diwakili oleh bagian-bagian, contoh-contoh, atau sampel-sampel yang diharapkan dapat merepresentasi keseluruhan. 2. Metafora Metafora adalah tulang punggung dalam penulisan ilmu sosial. Fungsinya untuk menyangga beban, memungkinkan gerakan, serta mempertautkan bagian-bagian secara bersama-sama untuk membangun keseluruhan yang koheren dan fungsional. Esensi metafora adalah pemahaman dan pengalaman mengenai sesuatu dalam konteks lain. Contohnya, Teori Anda guncang, Konstruksilah argumen Anda, dan Metafora adalah tulang punggung dalam penulisan ilmu sosial. Dapat diketahui dari contohnya, metafora dicapai melalui perbandingan atau analogi. Dalam empirisme-positivistik metafora, yaitu pertama, metafora memisahkan gramatika antara subjek dan objek. Kedua, empirisme memandang bahasa sebagai instrumen. Ketiga, empirisme menggunakan metafora manajemen. Keempat, metafora itu bekerja sama untuk memisahkan secara radikal subjek dan objek, serta menciptakan suatu dunia statis yang tetap dalam ruang dan waktu. Metafora mengorganisasi karya ilmiah sosial dan mempengaruhi interprestasi fakta-fakta. Jadi, fakta-fakta dapat diinterpretasi, secara masuk akal, hanya dalam konteksnya di dalam struktur metafora. Jadi, metafora memperkuat anggapan bahwa dunia sosial dapat dikontrol, dan ahli ilmu sosial dapat mengontrolnya melalui variabel dan indikator.
IV Penulisan ilmiah sosial kontemporer berhadapan dengan tantangan yang lebih besar daripada masa-masa pra-moderenisme dan modernis, yang pada masa itukhususnya pada masa modernismepara ahli ilmu sosial memiliki kecenderungan kuat membangun teori tunggal dan atau menerapkan teori-teori sebagai representasi kebenaran. Pada masa kini, ilmu pengetahuan lebih terbuka bagi ahli ilmu sosial di mana pun, termasuk di tanah air kita, untuk berpikir dan mengembangkan alternatif baru sebagai pendekatan yang teruji di tengah-tengah pemikiran ilmu sosial di dunia. Namun, hal itu hanya bisa kita capai dengan bekerja keras dan berpikir pada tingkat filosofi dan bukan sekadar repetisi teori-teori.
BAB II DASAR-DASAR LOGIKA DAN PEMIKIRAN KRITIS
KESIMPULAN
Berdasarkan penguraian bab 1 berjudul Penulisan Ilmiah Sosial Kontemporer: Isu, Retorika, dan Metafora dapat disimpulkan: 1. Semenjak abad ketujuh belas, karya tulis dibagi menjadi dua, yaitu ilmiah dan non-ilmiah. 2. Pada abad ketujuh belas, karya ilmiah diasosiasikan dengan fakta, memiliki bahasa yang kaku dan datar, serta objektif. Berbeda dengan karya tulis nonilmiah yang diasosiasikan dengan fiksi, menggunakan bahasa yang tidak kaku, dan subjektif. 3. Pemisahan ini tidak berlangsung abadi. Cassons (1984) menyatakan bahwa satu-satunya jalan dari tata bahasa ke logika adalah menggunakan retorika. 4. Secara harfiah, penulisan ilmu sosial harus dilengkapi retorika dan metafora. Retorika adalah teknik penggambaran suatu bagian yang merupakan wakil dari keseluruhan. Metafora adalah pemahaman dan pengalaman mengenai sesuatu dalam konteks lain. Berdasarkan penguraian bab 2 berjudul Dasar-Dasar Logika dan Pemikiran Kritis dapat disimpulkan: 1. Pemikiran manusia dapat disusun dari pengertian-pengertian lalu menjadi keputusan- keputusan yang disusun menjadi penyimpulan-penyimpulan.
Konsep Dasar, Peran Fungsi, Dan Keterampilan Antropologi Dalam Mengkaji Kesamaan Dan Keberagaman Budaya, Agama, Tradisi, Dan Bahasa (Materi Antropologi Kelas X)