Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENULISAN ILMIAH SOSIAL KONTEMPORER: ISU, RETORIKA, DAN


METAFORA

I
Penulisan karya ilmiah bertujuan untuk menyampaikan gagasan penulis dengan
caranya sendiri. Ketika membuat tulisan ilmiah, disadari atau tidak, kita membangun narasi
dan memberikan suatu makna naratif. Mode naratif, dalam konteks ini, tidaklah terbatas pada
kajian pustaka atau kasus, tetapi pada mode naratif itu sendiri dan mode logiko ilmiah.
Makna naratif dibangun dengan mempertimbangkan bahwa sesuatu adalah bagian dari
keseluruhan dan bahwa sesuatu adalah penyebab sesuatu yang lain. Berbeda dengan mode
logiko-ilmiah yang berupaya mencari kondisi-kondisi kebenaran, mode naratif secara
kontekstual berupaya mencari hubungan-hubungan tertentu di antara kejadian-kejadian.
Hubungan tersebut dinamakan makna. Struktur narasi adalah praoperatif atau prakonsepsi.

II
Semenjak abad ketujuh belas, karya tulis dibagi menjadi dua, yaitu ilmiah dan non-
ilmiah. Berikut ciri ciri dari masing masing tipe.
Karya tulis ilmiah
1. Diasosiasikan dengan fakta.
2. Bahasa yang kaku dan datar.
3. Objektivitas.
Karya tulis nonilmiah
1. Diasosiasikan dengan fiksi.
2. Bahasa yang tidak kaku.
3. Subjektivitas.

Pengetahuan nonilmiah dan ilmiah berdiri sendiri-sendiri sebagai ranah yang terpisah
sejak kira-kira abad kesembilan belas. Kesastraan sebagai wakil dari pengetahuan nonilmiah,
dikaitkan dengan seni dan budaya. Ranah ini mengandung nilai-nilai rasa estetika, etika,
humanitas, dan moralitas serta hak menggunakan bahasa metaforis dan pengandaian. Dalam
ilmiah ada keyakinan menggunakan kata-kata yang objektif, tegas, jelas, dan nonmetaforis.
Pemisahan ini tidak berlangsung abadi. Cassons (1984) menyatakan bahwa satu-
satunya jalan dari tata bahasa ke logika adalah menggunakan retorika. Ilmu pengetahuan
menggunakan retorika.
Penulisan ilmiah merupakan proses seorang penulis dalam mengerjakan karya tulis
ilmiah berdasarkan hasil-hasil penelitian ilmiah yang telah dilakukannya. Dari definisi yang
lain dikatakan bahwa karya ilmiah (scientific paper) adalah laporan tertulis dan dipublikasi
yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau
sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh
masyarakat keilmuan.
Penulisan karya tulis ilmiah pada jaman sebelumnya berbeda dengan penulisan ilmiah
kontemporer, perbedaan yang sangat berpengaruh merupakan ketidak adaan kebenaran
tunggal di penulisan ilmiah kontemporer. Berikut ciri ciri penulisan ilmiah kontemporer.
1. Tidak memiliki kebenaran tunggal.
2. Kontekstual.
3. Kesimpulan yang dapat diuji oleh siapapun.
4. Didukung dengan data yang nyata.

III
Kelengkapan Harfiah dalam Penulisan Ilmu Sosial
Dua syarat paling penting dalam penulisan ilmu sosial adalah retorika dan metafora.
Tiap-tiap syarat mengandung pesan dan tuntutan kredibilitas tulisan dan isi kognitifnya.
1. Retorika
Retorika adalah teknik penggambaran suatu bagian yang merupakan wakil dari
keseluruhan. Contoh: Sekelompok mahasiswa berjumlah lima puluh orang dijadikan
retorika dari keseluruhan mahasiswa di sebuah universitas. (Mahasiswa mewakili
jurusan, setiap jurusan merata)
Retorika adalah cara kita mengontruksi pemahaman kita mengenai totalitas
meskipun kita hanya memiliki suatu akses untuk memasuki suatu bagian darinya.
Nalar ilmu sosial didasarkan atas retorika karena biasanya mengkaji bagian-
bagian, contoh-contoh, percobaan-percobaan, atau sampel-sampel yang kita harapkan
dapat merepresentasi keseluruhan.
Kesimpulannya, retorika adalah cara untuk memahami dengan diwakili oleh
bagian-bagian, contoh-contoh, atau sampel-sampel yang diharapkan dapat
merepresentasi keseluruhan.
2. Metafora
Metafora adalah tulang punggung dalam penulisan ilmu sosial. Fungsinya untuk
menyangga beban, memungkinkan gerakan, serta mempertautkan bagian-bagian secara
bersama-sama untuk membangun keseluruhan yang koheren dan fungsional.
Esensi metafora adalah pemahaman dan pengalaman mengenai sesuatu dalam
konteks lain. Contohnya, Teori Anda guncang, Konstruksilah argumen Anda, dan
Metafora adalah tulang punggung dalam penulisan ilmu sosial. Dapat diketahui dari
contohnya, metafora dicapai melalui perbandingan atau analogi.
Dalam empirisme-positivistik metafora, yaitu pertama, metafora memisahkan
gramatika antara subjek dan objek. Kedua, empirisme memandang bahasa sebagai
instrumen. Ketiga, empirisme menggunakan metafora manajemen. Keempat, metafora
itu bekerja sama untuk memisahkan secara radikal subjek dan objek, serta menciptakan
suatu dunia statis yang tetap dalam ruang dan waktu.
Metafora mengorganisasi karya ilmiah sosial dan mempengaruhi interprestasi
fakta-fakta. Jadi, fakta-fakta dapat diinterpretasi, secara masuk akal, hanya dalam
konteksnya di dalam struktur metafora. Jadi, metafora memperkuat anggapan bahwa
dunia sosial dapat dikontrol, dan ahli ilmu sosial dapat mengontrolnya melalui variabel
dan indikator.

IV
Penulisan ilmiah sosial kontemporer berhadapan dengan tantangan yang lebih besar
daripada masa-masa pra-moderenisme dan modernis, yang pada masa itukhususnya pada
masa modernismepara ahli ilmu sosial memiliki kecenderungan kuat membangun teori
tunggal dan atau menerapkan teori-teori sebagai representasi kebenaran.
Pada masa kini, ilmu pengetahuan lebih terbuka bagi ahli ilmu sosial di mana pun,
termasuk di tanah air kita, untuk berpikir dan mengembangkan alternatif baru sebagai
pendekatan yang teruji di tengah-tengah pemikiran ilmu sosial di dunia. Namun, hal itu hanya
bisa kita capai dengan bekerja keras dan berpikir pada tingkat filosofi dan bukan sekadar
repetisi teori-teori.





BAB II
DASAR-DASAR LOGIKA DAN PEMIKIRAN KRITIS

KESIMPULAN

Berdasarkan penguraian bab 1 berjudul Penulisan Ilmiah Sosial Kontemporer: Isu,
Retorika, dan Metafora dapat disimpulkan:
1. Semenjak abad ketujuh belas, karya tulis dibagi menjadi dua, yaitu ilmiah dan non-ilmiah.
2. Pada abad ketujuh belas, karya ilmiah diasosiasikan dengan fakta, memiliki bahasa yang
kaku dan datar, serta objektif. Berbeda dengan karya tulis nonilmiah yang diasosiasikan
dengan fiksi, menggunakan bahasa yang tidak kaku, dan subjektif.
3. Pemisahan ini tidak berlangsung abadi. Cassons (1984) menyatakan bahwa satu-satunya
jalan dari tata bahasa ke logika adalah menggunakan retorika.
4. Secara harfiah, penulisan ilmu sosial harus dilengkapi retorika dan metafora. Retorika
adalah teknik penggambaran suatu bagian yang merupakan wakil dari keseluruhan.
Metafora adalah pemahaman dan pengalaman mengenai sesuatu dalam konteks lain.
Berdasarkan penguraian bab 2 berjudul Dasar-Dasar Logika dan Pemikiran Kritis
dapat disimpulkan:
1. Pemikiran manusia dapat disusun dari pengertian-pengertian lalu menjadi keputusan-
keputusan yang disusun menjadi penyimpulan-penyimpulan.

Anda mungkin juga menyukai