Anda di halaman 1dari 16

TUGAS RUTIN

SOSIOLOGI OLAHRAGA

Disusun oleh:
Peniel Stevan Simatupang (6192411002)

PJKR VIII B’19

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
OLAHRAGA TRADISIONAL
DI KABPATEN TAPANULI TENGAH

1. Picce

Asal : kelurahan Bonalmban

Cara bermain

Picce dilaukan oleh 2 sampai 4 rang yang dlakukan secara bergantan picce dilakukan dilapangan
berpasir serta permainan picce ini digambar ditanah dan dimainkan dengan kaki setelah
melemparkan batu kedalam gambar yang digambar ditanah.
Jika batu mengenai garis maka akan dianggap tidak sah, permainan ini melatih keseimbangan
pada seseorang, dan setelah selesai melakukan lemparan pada setiap gambar maka dia akan
menjadi pemenang

2. Cungkil

Asal : kelurahan Bonalmban

Cara bermain

Cungkil ini dimainkan oleh 2 kelompok, permainan ini melatih ketangkasan pada seseorang,
dimana permainan ini dilakukan dengan menggunkan kau sepanang 50 sampai 70 cm panjang
nya dan untuk anak kayunya sepanjang 10 sampai 15 cm, anak kau diletakan didalam tanah yang
sudah dilobangi dan akan dilakukan cungkilan dan kelompok penangkap akan menangkap anak
kayu tersebut ntuk mendapatkan poin apa bila menangkap dengan 1 tangan maka poin akan
dihitung 2 kali lipat. Siapa yang mendapatkan poin yang sudah ditentukan terlebih dahulu maka
kelompok tersebut yang jadi pemenangnya.
3. Sambarelang

Asal : kelurahan Bonalmban

Cara bermain

Pemainan ini juga dimainkan oleh 2 kelompok yang dmana1 kelompok penjaga dan 1 lagi
kelompok yang lari, dimana setelah dilakukan perndian maka akan ditetapkan sipa ang kelompok
mengejar dan siapa kelompok yang berlari, kelompok yang berlari akan menjauh dari kelompok
pengejar sejauh 20 meter kurang lebih, setelah itu kelompok pengejar akan mengejar setiap
orang dengan cara menyentuh badan kelompok yang lari dengan mengatakan sambar apabila dia
menyentuh kelompok yang belari, dan pemainan ini berfokus pada kecepatan dan kelincahan
seseorang, dan dikatan menang apabila semua semua kelompok yang berlari dapat di sentuh.
OLAHRAGA TRADISIONAL
DI SUMATERA UTARA

1.Batu Marsiada

Asal : Kab. Samosir

Permainan tradisional dari provinsi Sumatera Utara yang dapat dijumpai di Batak Toba, Kab.
Samosir, Toba Samosir, Humbang Hasundutan dan Tapanuli Utara. Permainan ini juga sering
dijumpai di Butar – Siborongborong. permainan marsiada ini harus mempunyai minimal 10 batu
kecil pilihan per orang, dan dimainkan secara perorangan maupun grup. Anak-anak di daerah
Butar – Siborongborong menyebut permainan marsiada ini dengan nama Marengka, yang
dimainkan di lantai semen ataupun lantai tanah. Di sebagian daerah mereka
sebut Marbatu, Marpingke.
2.Congklak
Asal : Humbang Hasundutan dan Tapanuli Utara
Congklak adalah suatu permainan tradisional yang ada di seluruh Indonesia dengan nama yang
berbeda-beda. Beberapa nama Congklak di beberapa daerah: Jawa : congklak, dakon, dhakon
atau dhakonan. Sumatra yang berkebudayaan Melayu : congkak. Lampung : dentuman lamban.
Sulawesi : Mokaotan, Maggaleceng, Aggalacang dan Nogarata. Di Sumatera Utara Congklak
dimainkan di beberapa daerah di antaranya: Batak Toba, Kab. Samosir, Toba Samosir, Humbang
Hasundutan dan Tapanuli Utara. Permainan congklak dilakukan oleh dua orang. Dalam
permainan mereka menggunakan papan yang dinamakan papan congklak dan 98 (14 x 7) buah
biji yang dinamakan biji congklak atau buah congklak. Umumnya papan congklak terbuat dari
kayu dan plastik, sedangkan bijinya terbuat dari cangkang kerang, biji-bijian, batu-batuan,
kelereng atau plastik. Pada papan congklak terdapat 16 buah lubang yang terdiri atas 14 lubang
kecil yang saling berhadapan dan 2 lubang besar di kedua sisinya. Setiap 7 lubang kecil di sisi
pemain dan lubang besar di sisi kananya dianggap sebagai milik sang pemain.
Cara bermain
Pada awal permainan setiap lubang kecil diisi dengan tujuh buah biji. Dua orang pemain yang
berhadapan, salah seorang yang memulai dapat memilih lubang yang akan diambil dan
meletakkan satu ke lubang di sebelah kanannya dan seterusnya berlawanan arah jarum jam. Bila
biji habis di lubang kecil yang berisi biji lainnya, ia dapat mengambil biji-biji tersebut dan
melanjutkan mengisi, bila habis di lubang besar miliknya maka ia dapat melanjutkan dengan
memilih lubang kecil di sisinya. Bila habis di lubang kecil di sisinya maka ia berhenti dan
mengambil seluruh biji di sisi yang berhadapan. Tetapi bila berhenti di lubang kosong di sisi
lawan maka ia berhenti dan tidak mendapatkan apa-apa. Permainan dianggap selesai bila sudah
tidak ada biji lagi yang dapat diambil (seluruh biji ada di lubang besar kedua pemain).
Pemenangnya adalah yang mendapatkan biji terbanyak.
3.Gala Hambek

Gala Hambek adalah permainan 3 lawan 3, dengan membuat semacam garis-garis menyerupai
kotak di tanah. Permainan gala hambek/engklek merupakan permainan tradisional lompat–
lompatan pada bidang–bidang datar yang digambar diatas tanah, dengan membuat gambar kotak-
kotak kemudian melompat dengan satu kaki dari kotak satu kekotak berikutnya. Permainan
engklek biasa dimainkan oleh 2 sampai 5 anak perempuan dan dilakukan di halaman. Namun,
sebelum kita memulai permainan ini kita harus mengambar kotak-kotak di pelataran semen,
aspal atau tanah, menggambar 5 segi empat dempet vertikal kemudian di sebelah kanan dan kiri
diberi lagi sebuah segi empat.
4.Gundala-gundala
Asal : Karo, Langkat, dan Deli Serdang.
Cara bermain:
Permainan Gundala-gundala menjadi permainan tradisional di daerah Karo, Langkat, dan Deli
Serdang. Dalam prakteknya, permainan Gundala-gundala dimainkan dengan menggunakan
topeng. Gundala-gundala sering juga disebut manuk sigurda-gurdi merupakan permainan rakyat
asli asal Karo, yang berbentuk lakon seperti sebuah seni pertunjukan drama dan tari. Permainan
ini dimainan oleh beberapa orang yang memerankan beberapa tokoh, diantaranya:
sebagai sibayak (raja,gelarbangsawanKaro), kemberahen (permainsuri), putriraja, puanglima (pa
nglima), para kesatria (prajurit), juak-juak (pelayan dan dayang-dayang), hewan (khususnya
kerbau), petani, dan yang terpenting adalah pemeran manuk sigurda-gurdi serta peran pembantu
lainnya.
Permainan ini sering bermain ini di halaman rumah, di ladang, ataupun di perkebunan. Kostum
yang dikenakan dibuat sendiri, topeng dan pedang-nya dibuat dari pelepah pisang, mahkota raja
dan pakaiannya dibuat dari daun kopi, daun kemiri, ataupun daun kelapa sawit. Sedangkan
gendang (musiknya) dari bunyi-bunyian yang dihasilkan oleh kaleng, bambu, dan tempurung
kelapa. Permainan gundala-gundala ini diadopsi dari salah satu seni tari topeng pada masyarakat
Karo. Selain sebagai seni pertunjukan, gundala-gundala ini juga merupakan sebuah tradisi ndilo
udan (memanggil hujan) jika terjadi kemarau panjang. Di beberapa wilayah Karo tarian ini
dikenal dengan tembut-tembut Seberaya (karena berasal dari desa Seberaya).
5. Iye-Iye
Asal : Sumatra Utara.
Iye Iye atau yang biasa disebut Ye Ye adalah permainan tradisional yang berasal dari Sumatra
Utara. Permainan ini dimainkan dengan menggunakan gelang karet yang disambung-sambung
menjadi panjang.
Cara bermain
Permainan ini dimulai dengan 2 orang penjaga yang memegang ujung-ujung karet dan
diputarkan secara bersamaan. Lalu, seorang pemain harus melompati gelang karet yang diputar
oleh 2 orang penjaga itu. Permainan ini bergantian jika seorang pemain gagal melompati karet
yang diputar oleh 2 orang penjaga. Permainan ini biasanya dimainkan oleh anak perempuan, tapi
tidak jarang ada anak laki-laki yang ikut bermain menantang kehebatan para perempuan dalam
permainan tradisional ini.
6. Kalereng
Cara bermain:
Permainan rakyat markadot ini memiliki beragam nama di indonesia serta memiliki varian yang
begitu banyak. Ada yang menamainya marpungkul, marpansang dan marguli. Di daerah
Kecamatan Pintu Pohan Meranti ini memiliki nama markadot. Dulunya permainan ini di
mainkan anak-anak dengan memakai kemiri "gambiri" sebelum mengenal kelereng. Namun,
seiring perkembangan zaman permainan dengan memakai kemiri ini bergeser dan kemudian
permainan ini dimainkan anak-anak dengan memakai kelereng sebagai objek atau alat dalam
bermain.
7.Margalah
Asal : Daerah Kawasan Danau Toba
Margalah atau Margala merupakan salah satu jenis permainan anak yang dilakukan oleh anak-
anak Suku Batak di daerah Kawasan Danau Toba. Bagi masyarakat Batak, permainan ini juga
dikategorikan sebagai salah satu jenis olahraga tradisonal yang hingga kini masih dilestarikan
keberadaannya. Permainan ini mengandalkan kerjasama tim, mengandalkan kecepatan kaki dan
pikiran untuk mengatur strategi mengalahkan lawan. Ada sebagian daerah Toba provinsi
Sumatera Utara menamakannya Marcabor. Mirip dengan permainan galasin, atau disebut juga
galah asin atau gobak sodor di beberapa daerah lain.
Cara bermain :
pada mulanya tiga orang lawan berkesempatan untuk menjaga di tiga titik terdepan dan ada
seseorang lagi yang berkesempatan menjaga di tengah garis vertikal. Dan kemudian yang
menjadi pihak lawan akan berusaha memasuki arena yang telah dijaga tadi. Lawan akan
berusaha masuk dengan cara jangan sampai badan mereka tersentuh oleh pihak yang menjaga,
apabila salah seorang pihak lawan yang masuk badannya tersenggol oleh tim yang menjaganya
maka berarti lawan tersebut kalah dan permainan digantikan oleh pihak yang bertugas menjaga.
Namun jika lawan lolos maka akan mendapat tambahan nilai dan posisinya akan kembali ke
tempat semula untuk memainkan permainan untuk yang kedua.
8.Marjalengkat
Marjalengkat adalah permainan dengan dua tongkat yang masing-masing diberi bilah sebagai
alas kaki.

Cara bermain :
Permainan ini sering dilakukan sebagai ajang adu ketangkasan untuk meningkatkan kemampuan
berlari. Di tanah Batak, tongkat tersebut umumnya terbuat dari batang bambu. Marjalengkat juga
dapat dijumpai diberbagai daerah Indonesia dengan nama berbeda. Seperti di Bengkulu disebut
ingkau yang berarti sepatu bambu. Sumatera Barat dinamakan tengkak- tengkak. Lampung
disebut egrang yang berarti terompah pancung terbuat dari pohon bambu bulat panjang dan di
Jawa Tengah dikatakan jangkungan/egrang yang diambil dari nama burung berkaki panjang.
Olahraga marjalengkat ini sering dilakukan pada waktu tempo dulu sebagai ajang adu
ketangkasan yang berdaya guna untuk meningkatkan kemampuan berlari dengan memakai alat
bantu dua tongkat. Biasanya tongkat tersebut terbuat dari batang pohon bambu. Dan jenis olah
raga ini dilakukan pada siang hari. Keseimbangan tubuh sangat diperlukan. Sebab pada
marjalengkat ini kedua kaki tidak boleh menginjak tanah. Bagian tubuh hanya dipikul alat bantu
dua buah tongkat dan harus bisa berlari melintasi badan jalan dan bahkan sering dilakukan
melintasi sungai.
9.Markatapel
Asal : Simalungun, Kota Pematang Siantar
Cara bermain :
Katapel di Indonesia sering disebut dengan pelinteng atau blandring. Katapel banyak digunakan
untuk berburu hewan kecil seperti burung kecil atau capung, atau sekadar untuk bermain perang-
perangan dengan teman sebaya di waktu masih anak-anak dengan cara memegang kayu sebagai
pegangan untuk dapat menari are tang suda diikatkan di kayu sebagai pegangan. Katapel di
Indonesia terdiri dari bahan kayu dan karet, karet yang digunakan biasanya berasal dari ban
kendaraan bekas, sedangkan peluru yang digunakan biasanya batu kecil, atau karet gelang yang
dibentuk bulat-bulat sehingga tidak melukai orang lain.Di Sumatera Utara, Markatapel menjadi
salah satu permainan tradisional yang dapat dijumpai di daerah Simalungun, Kota Pematang
Siantar.
10.Marsitekka

Asal : Batak Toba, Kab. Samosir, Toba Samosir

Marsitekka (Jawa=Engklek’, Riau=Setatak, Jambi=Tejek-tejekan) Merupakan permainan


tradisional Batak Toba, Kab. Samosir, Toba Samosir, Humbang Hasundutan dan Tapanuli Utara.
Permainan anak anak ini sangat di gemari untuk dimainkan di sekolahan dan di depan rumah
rumah masyarkat batak. Permainan ini biasanya dilakukan perorangan dan berkelompok.
Caranya dengan membuat beberapa kotak persegi empat yang digariskan di tanah dengan pakai
kayu atau dari kapur putih untuk berlantai semen.
Dalam permainan yang dimainkan oleh 2 orang ini, terdapat tambahan alat seperti batu yang
dilemparkan ke salah satu kotak. Ketika permainan dimulai, pemain melompat ke dalam kotak
tersebut, dengan aturan kaki peserta tidak boleh mengenai tepi garis kotak tersebut dan
melangkahi "batu" yang disebut "umpan" yang musti di ambil si peserta pada saat memutar dari
ujung kotak. Di daerah Mandailing Natal dan Padang Lawas Piccek Baju dikenal dengan
nama Zondaag Mandaag.

11. Pecah-pecah piring

Asal : Pakpak, Kabupaten Dairi.

Pecah-Pecah Piring merupakan permainan tradisional yang menggunakan bebatuan dan bola
sebagai alat permainannya. Permainan tradisional ini bisa disaksikan di Pakpak, Kabupaten
Dairi. Permainan tradisional ini mampu menambah kelincahan gerak tubuh, daya tahan tubuh,
kerjasama team, kontrol emosi, kesehatan tubuh dan memacu daya fikir.

Alat yang digunakan dalam permainan pecah piring sangat sederhana yaitu dengan
menggunakan bola yang dibuat dari kertas dengan batu kecil dibagian dalamnya, selain itu
diperlukan batu-batu permukaannya datar agar bisa disusun rapi.
Cara Bermaian
Jumlah keseluruhan peserta harus genap agar dapat dibagi rata ke dalam dua kelompok. Sebelum
bermain jumlah batu biasanya disesuaikan dengan kesepakatan di kedua kelompok.
Dua orang pemimpin kelompok dipilih berdasarkan kemampuannya yang dianggap hebat
bermain pecah-pecah piring. Kedua pemimpin inilah yang akan memilih anggota kelompoknya.
Sistematika permainnya unik, kedua kelompok terlebih dahulu menyusun keseluruhan batu yang
berada di dalam sebuah persegi sebagai tempat batu-batu akan disusun, sementara kotak tersebut
bisa dibuat dengan menggunakan kapur tulis.
Kemudian dilanjutkan dengan penentuan kelompok mana yang akan bermain sebagai penyerang
(njahat) dan yang diserang (burju).
Kelompok burju melemparkan bola hingga batu-batu yang disusun tadi kembali berantakan. Dan
tugasnya adalah kembali menyusun batu-batu seperti sediakala seraya menghindari tubuh terkena
lemparan bola dari kelompok njahat.
Kelompok njahat bertugas untuk menjaga batu-batu agar tidak selesai disusun kembali oleh
kelompok burju. Kelompok njahat juga bertugas untuk menyerang kelompok burju dengan cara
melemparkan bola sehingga mengenai kelompok burju.
Bila semua kelompok burju terkena lemparan bola sebelum keseluruhan batu-batu tersusun,
maka permainan usai dan kelompok njahat menjadi pemenang. Sebaliknya bila semua batu
tersusun oleh kelompok burju maka mereka yang menjadi pemenang.

12. Piccek Baju

Piccek Baju merupakan Sumatera utara yang dimainkan secara perorangan. Pertama-tama
dibuatlah garis kotak di tanah menyerupai model pakaian. Kemudian pemain meloncat-loncat
dengan satu kaki. Untuk mengambil piccek pun dilarang pakai anggota tubuh lain selain telapak
tangan (tidak boleh bertumpu ke lengan). Umumnya permainan ini dimainkan oleh perempuan,
tapi banyak juga laki-laki yang berminat untuk memainkannya..
Cara Bermain
Peserta permainan ini melompat menggunakan satu kaki disetiap petak-petak yang telah
digambar sebelumnya ditanah. Untuk dapat bermain setiap anak harus berbekal batu yang
biasanya berupa pecahan genting.
Batu ini ditempatkan disalah satu petak yang tergambar ditanah dengan cara dilempar. Petak
yang ada batunya tidak boleh diinjak/ditempati oleh setiap pemain, jadi para pemain harus
melompat kepetak berikutnya dengan satu kaki mengelilingi petak-petak yang ada.
Pemain yang telah menyelesaikan satu putaran terlebih dahulu berhak memilih sebuah petak
dijadikan sawah mereka, yang artinya dipetak tersebut pemain yang bersangkutan dapat
menginjak petak itu dengan dua kaki, sementara pemain lain tidak boleh menginjak petak itu
selama permainan.
Peserta yang memiliki kotak yang paling banyak adalah yang akan memenangkan permainan ini.
OLAHRAGA TRADISIONAL
DI INDONESIA

1. Olahraga lompat batu

Asal : Nias

Olahraga lompat batu Nias pada mulanya merupakan suatu ritual adat yang ditujukan untuk anak
laki-laki di wilayah Nias. Ritual yang sudah dikenal lama tersebut bertujuan untuk menguji
sejauh mana tingkat kematangan dan kedewasaan dari anak laki-laki.

Lompat batu dalam masyarakat Nias disebut sebagai fahombo batu yang berarti melewati
tumpukan batu. Sesuai dengan namanya, lompat batu dilakukan si anak laki-laki dengan
melompati batu setinggi dua meter.

2. Bakiak, sandal raksasa

Asal : Sumatera Barat

Olahraga bakiak dilakukan secara berkelompok. Bakiak merupakan sandal raksasa berukuran
sekitar satu setengah meter. Oleh karena berukuran besar, bakiak bisa digunakan oleh beberapa
orang. Pesertanya pun tidak mengenal aturan batasan usia. Tua ataupun muda bisa ikut bermain.
Aturan mainnya sederhana. Hanya menggunakan garis start dan garis finish. Kelompok yang
pertama sampai di garis finish adalah pemenangnya.
Tetapi jangan salah. Bakiak sangat sulit digunakan. Setiap anggota kelompok harus memiliki
kekompakan yang tinggi yaitu dengan mengangkat kaki secara bersamaan. Kalau anggota
kelompok misalnya tidak mengangkat kaki kiri bersama-sama, maka sudah pasti kelompok
tersebut dapat terjatuh.

3.Karapan sapi

Asal : Madura

Karapan sapi merupakan olahraga yang berasal dari pulau Madura. Pada awalnya karapan sapi
dilakukan untuk mengolah sawah, karena konon sawah di Madura gersang dan memiliki tanah
keras, sehingga masyarakat malas bercocok tanam. Mereka lebih memilih menjadi nelayan
daripada petani.
Karapan sapi merupakan olahraga balapan antara sapi. Dimana dua ekor sapi diikat dan
dipasangi bajak, kemudian seorang joki akan menaiki bajak tersebut untuk mengendalikan sapi.
Joki tersebut akan menuntun sapi dari posisi start ke garis finish.
Pertandingan ini berlangsung hanya sekitar 30 detik sampai satu menit dengan jarak tempuh 100
meter. Adapun lokasi pertandingan adalah area persawahan atau lahan yang berlumpur.

4. Tiban

Asal : Jawa Timur

Pada dasarnya tiban merupakan suatu ritual yang diselenggarakan untuk memanggil hujan di
wilayah Kerajaan Kediri pada zaman Hindu. Oleh sebab itu tiban merupakan olahraga tradisional
yang berasal dari Jawa Timur.
Dalam prakteknya olahraga tradisional tiban dilakukan oleh dua pasang peserta. Biasanya
dilakukan di area persawahan, tetapi saat ini sudah berkembang menjadi di panggung. Kedua
pasang peserta tersebut membawa cambuk yang terbuat dari lidi pohon aren. Kemudian para
peserta tersebut saling mencambuk diri secara bergantian.

5. Phantol

Asal : Jawa Timur

Pada awalnya Phantol berkembang pada masa Kerajaan Majapahit. Olahraga tradisional phantol sendiri
merupakan sayembara yang dilakukan untuk mencari orang paling kuat.

Pemenang dari sayembara tersebut diangkat sebagai penjaga pelabuhan dari ancaman luar. Meskipun
dianggap mengandung unsur bela diri, Phantol dalam prakteknya lebih mendekati gulat.

Saat ini phantol tidak lagi menjadi ajang adu kuat. Justru olahraga tradisional phantol dilakukan sebatas
untuk bersenang-senang saja. Biasanya phantol dilakukan di daerah pinggir pantai.

6.Jemparingan

Asal : Mataram

Jemparingan atau memanah yang dalam bahasa Jawa ‘manah’ berarti hati. Oleh sebab itu jemparingan
disebut sebagai olahraga yang membutuhkan ketajaman hati nurani, karena yang dibutuhkan untuk
mencapai objek sasaran adalah hati.

Jemparingan merupakan olahraga tradisional memanah. Tetapi prakteknya tidak sama dengan panahan
yang dikenal saat ini. Jemparing dilakukan dengan posisi bersila.
Kemudian objek panah adalah bilah bambu atau kayu yang digantung dengan kain merah dan putih
ditengahnya. Bilah bambu tersebut memiliki panjang sekitar 30 cm dan lebar sekitar 5 cm.

Jarak pemanah dari objek sasaran sekitar tiga puluh meter. Cara memanah yaitu pemanah memposisikan
dirinya menghadap samping ke arah sasaran, kemudian anak panah ditarik mendekat ke dada sebelum
dilepaskan menuju sasaran.

7. Geudeu-Geudeu

Asal : Aceh

Olahraga yang memiliki kemiripan dengan gulat dan phantol ini berasal dari kabupaten Pidie, provinsi
Aceh. Jika phantol pesertanya satu lawan satu, maka geudeu-geudeu mempertandingkan di kelompok.
dimana setiap kelompok beranggotakan masing-masing tiga orang.

Oleh karena dilakukan secara massal, maka para peserta harus memiliki fisik yang benar-benar prima
untuk bisa bertanding. Karena sudah dipastikan dan tidak bisa dipungkiri bahwa peserta yang mengikuti
pertangingan ini akan mengalami cedera. Baik itu cedera ringan atau berat. Baik kelompok pemenang
atau kelompok yang kalah. Bahkan pernah terjadi peserta geudeu-geudeu meninggal dunia.

8. pacu jalur

Asal : kepulauan Riau

Pacu jalur merupakan salah satu olahraga tradisional jenis balapan yang berasal dari wilayah Kepulauan
Riau
Olahraga tradisional pacu jalur dilakukan di permukaan sungai dengan panjang lintasan sekitar satu
kilometer. Waktu pelaksanaan pacu lajur biasanya pada perayaan kemerdekaan Indonesia setiap tahun.
Sungai yang menjadi tempat perlombaan pacu jalur adalah sungai Batang Kuantan.

Spesifikasi perahu yang digunakan dalam perlombaan berkisar dari panjang 25 sampai 40 meter.
Sementara lebar perahu kisaran 1,3 sampai 1,5 meter. Tergantung jumlah pemain dalam setiap kelompok
yang ikut perlombaan.

Biasanya perahu bisa memuat sekitar 40 sampai 60 orang di atasnya. Perahu-perahu yang digunakan juga
telah dihiasi dengan berbagai pernak pernik cerah untuk menambah semarak perlombaan.

Adapun peserta di atas perahu memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing. Komandan memiliki
tugas untuk memberi instruksi kepada anggota lain.
Pengemudi perahu bertanggung jawab pada tugasnya sendiri begitupun para pendayung. Ada juga
penyanyi yang bertugas menyanyikan lagu sepanjang perlombaan. Lagu yang mereka nyanyikan menjadi
patokan bagaimana irama kayuhan dari para pendayung.

9. Galah asin

Asal : Jogjakarta

Galah asin merupakan salah satu olahraga tradisional yang sangat disukai oleh anak-anak. Pada zaman
dahulu galah asin dimainkan oleh para prajurit kerajaan di lapangan terbuka. Tujuan dari olahraga
tradisional yang berasal dari Jogjakarta ini adalah untuk menguji ketangkasan prajurit. Galah asin disebut
juga gobak sodor. Secara leksikal gobak memiliki arti pergerakan yang bebas dan sodor adalah tombak.
Sehingga gobak sodor adalah olahraga degan gerakan bebas sambil membawa tombak.

Olahraga tradisional galah asin minimal dimainkan oleh dua tim. Dimana setiap tim dapat beranggotakan
lima sampai tujuh orang. Seperti sejarahnya, galah asin sampai sekarang masih dilakukan dia area
terbuka. Biasanya di lapangan dan dibuatkan petak dengan ukuran 9 x 4 meter. Cara mainnya terlihat
sederahana, tetapi tidak mudah. Setiap anggota tim harus melewati hadangan dari anggota tim lain,
hingga bisa sampai ke ujung dan kembali tanpa tertangkap.

Kalau ditotalkan setiap anggota tim harus melewati hadangan sebanyak dua kai lipat jumlah anggota tim
lain. Jadi kalau masing-masing tim berjumlah 7 orang, maka akan ada 14 hadangan yang wajid dilalui.

10. Enggrang

Asal : Jawa

Olahraga tradisional ini terbilang menyenangkan dan dapat dilakukan oleh berbagai usia. Permainannya
juga sederhana hanya membutuhkan sepasang bambu, kayu, atau besi yang memiliki panjang sekitar dua
meter. Kemudian bilah bambu tersebut diberi tempat berpijak, karena cara bermainnya adalah peserta
harus menaiki pijakan tersebut dan menjalankan bilah bambu.

Bahasa sederhananya kamu berjalan di atas sepasang bilah bambu. Untuk menentukan siapa
pemenangnya kamu akan berlomba dari garis start menuju garis finish. Siapa yang paling pertama sampai
di garis finish adalah pemenangnya.
Ketinggian dan kekuatan bilah bambu yang dipilih juga menyesuaikan dengan siapa yang akan
menggunakannya. Oleh sebab itu usia dan berat badan sangat penting. Olahraga tradisional enggrang
bertujuan untuk melatih keseimbangan dan keberanian.

Anda mungkin juga menyukai