Anda di halaman 1dari 6

1.

Gotri Legendri

Gotri Legendri adalah permainan daerah yang sering dimainkan oleh anak-anak asal
Solo, Jawa Tengah. Peserta permainan ini terdiri dari minimal 4 orang, dan pada zaman
dahulu, permainan ini dimainkan dengan menggunakan pecahan-pecahan genting atau batu,
dengan salah satu kepingannya berukuran lebih besar dari yang lainnya.

Di awal permainan, seluruh peserta akan duduk melingkar dengan masing-masing


anak memegang batu sambil menyanyikan lagu Gotri. Seiring berjalannya lagu, batu akan
digeser berputar. Lalu, saat lagu selesai, anak yang terakhir kali memegang batu atau
kepingan yang paling besar akan dihukum. Jenis hukumannya beragam sesuai kesepakatan
para pemain, namun hukuman yang umumnya digunakan adalah menyanyi di depan pemain
lain.

Alat bantu permainan dapat diganti dengan balok atau benda yang bentuk geometri
atau warnanya berbeda. Hal ini bertujuan untuk sekaligus mengenalkan kepada para pemain,
yang umumnya adalah anak-anak, mengenai bentuk-bentuk geometri ataupun warna-warna
yang beragam.

Lagu:

Gotri legendri nogosari ri

riwul iwal iwul jadah mentul tul

tolen olan alen jadah manten ten

titenono mbesok gedhe dadi opo po

Podeng mbako enak mbako sedeng deng

Dengkok engkak engkok dadi kodok


Link youtbe: https://youtu.be/fzL63iBwASc

2. Cublak Cublak Suweng

Cublak-cublek suweng merupakan salah satu permainan tradisional yang berasal dari
Jawa Tengah. Permainan ini membutuhkan jumlah peserta lebih dari dua orang, di mana
salah satu pemain membungkuk dan menghadap ke bawah dengan mata terpejam.
Kemudian pemain lainnya meletakkan tangan di atas punggung pemain yang membungkuk
lalu memindahkan kerikil yang digenggamnya dan menyanyikan lagu cublak-cublak
suweng. Setelah lagu cublak-cublak suweng selesai dinyanyikan, maka salah satu pemain
yang memindahkan kerikil tersebut harus menyembunyikan benda tersebut. Sementara itu,
pemain yang membungkuk harus menebak siapa di antara pemain yang memegang atau
menyembunyikan kerikil tersebut.

Lirik:

Cublak-cublak suweng
Suwenge ting gelenter
Mambu ketundung gudhel
Pak Empong lerak-lerek
Sopo ngguyu ndelekakhe

Sir-sir pong dele kopong


Sir-sir pong dele kopong
3. Gatrik/Benthik

Dalam buku Serunya Permainan Tradisional Anak Zaman Dulu oleh Andreas


Supriyono dijelaskan, permainan tradisional gatrik adalah permainan yang menggunakan dua
batang bambu. Sebelumnya, dua batang bambu  diiris tipis dengan panjang yang berbeda.
Bambu satu berukuran kurang lebih 30 sentimeter dan bambu yang lain berukuran kira-kira
15 sentimeter. Selain dua batang bambu, dalam permainan gatrik juga dibutuhkan dua buah
batu bata. Batu bata ini digunakan sebagai penopang bambu yang berukuran lebih pendek.

Untuk bermain gatrik, kumpulkan teman-teman dengan jumlah genap, setidaknya 6


sampai 8 anak. Jumlah ini kemudian dibagi menjadi dua kelompok. Aturan bermain gatrik
sangat mudah dan sederhana. Dua kelompok masing-masing memiliki tugas.

Kelompok 1 bertugas melempar bambu, sedangkan kelompok yang lain bertugas


menangkap bambu. Jika bambu berhasil ditangkap oleh lawan main, itu artinya pemain bisa
bertukar posisi menang atau kalah dalam permainan gatrik, ditentukan dengan jumlah poin.
Bagi kelompok yang memiliki banyak poin, itulah yang menang.

NB: bambu dapat digantikan dengan ranting kayu

4. Engklek/Kling Brok

Engklek adalah salah satu permainan tradisional anak Indonesia zaman dulu.
Permainan ini banyak disukai anak-anak perempuan. Namun jangan salah, engklek juga
sangat menyenangkan dimainkan bersama anak laki-laki. Bermain engklek memang cukup
mudah dan sederhana. Permainan tradisional ini membutuhkan jumlah pemain minimal dua
orang. Sebelum permainan dimulai, denah petak untuk engklek dibutuhkan sebagai sarana
bermain. Biasanya digunakan kapur pada jalan. Petak dibuat dalam bentuk persegi yang
dibagi menjadi beberapa bagian.

Peraturannya adalah pemain menggunakan kaki untuk menapak pada setiap petak
yang tersedia serta menyesuaikan bentuk petak. Terkadang, pemain diharuskan menggunakan
satu kaki ketika menginjak petak dan menggunakan dua kaki ketika menginjak petak-petak
tertentu. Jika melanggar meskipun secara tidak sengaja, pemain akan didiskualifikasi.
Diskualifikasi juga berlaku jika pemain menginjak garis-garis petak. Dengan demikian,
pemain akan bertukar posisi. Dalam permainan tradisional engklek, pemenang ditentukan
oleh jumlah petak yang diperoleh pemain. Siapa yang mendapatkan petak terbanyak dan
tercepat adalah pemenang.
5. Domikado

Permainan domikado adalah permainan tradisional yang berasal dari Maluku dan
menjadi permainan yang populer di daerah Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Permainan ini
biasanya dimainkan oleh sekelompok orang yang duduk bersila membentuk lingkaran dengan
tangan yang saling menyambung satu sama lain. Semakin banyak orang yang ikut, maka
permainan akan menjadi semakin seru. Di era 90-an, domikado berhasil menjadi permainan
yang anak-anak gemari saat ada waktu luang baik di sekolah maupun di rumah. Selain mudah
dimainkan, domikado ini juga tidak memerlukan alat apapun untuk bermain.

Cara bermain domikado: para pemain duduk dan membentuk sebuah lingkaran
dengan kedua tangan bertumpuk dengan tangan teman dari samping lalu kemudian diletakkan
di atas paha. Secara bersilangan, letakkan tangan kiri di bawah telapak tangan kanan pemain
sebelah kiri, sedangkan tangan kanan ditempatkan di atas tangan kiri pemain yang berada di
kanan. Permainan dimulai ketika semua orang menyanyikan lagu domikado sambil teman
mulai menepuk melingkar dimana tangan kanan ke tangan kiri rekan sebelah kirinya.

“Do-mikado, mikado, eska... eskado, eskado, beya-beyo...


Hip-hip! One, two, three, four, five, six, seven, eight, nine, ten!!!”

Puncak keseruan dapat dirasakan saat lagu akan berakhir. Ketika sampai pada kata
“ten”, pemain yang mendapat giliran selanjutnya harus berusaha menghindar dari tepukan
pemain sebelumnya. Jika terkena tepukan, maka pemain akan keluar dari barisan dan tidak
dapat mengikuti putaran berikutnya. Namun bila berhasil menghindar, pemain yang berusaha
menepuklah yang akan keluar dari lingkaran.
Permainan akan berlanjut dengan cara yang sama, hingga akhirnya menjadi dua orang
dan permainan tersebut berubah menjadi permainan Damdamdeli.
“Damdamdeli damdam huo huo sim sim heli sim sim huo huo one two three” (lalu
suit)
Pemain yang kalah, dapat diberikan sanksi atau hukuman sesuai permintaan sang
pemenang. Dengan bermain domikado, anak dapat melatih konsentrasi, kelincahan dan juga
mempererat solidaritas serta keakraban antar teman. Jadi, mari bermain domikado bersama
teman-teman.

Anda mungkin juga menyukai