Anda di halaman 1dari 10

Mata kuliah : Pendidikan Pancasila

Makalah Pendidikan Pancasila

Nama Dosen :
Agustin Sastrawan Harahap., SP.d., M.Pd

Nama :
Gita Aulia (6193111005)

Kelas:
PJKR III B 2019

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayat kepada kita semua,sehingga berkat karunia-Nya saya dapat menyelesaikan tugas
makalah pancasila tanpa halangan yg berat dan selesai tepat waktunya.

Saya harap makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca sehungga dapat memperbaiki makalah ini ke depannya.

Makalah ini saya akui banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat
kurang. Oleh karena itu, saya harapkan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sosial dan budaya adalah suatu unsur terkecil dalam tatanan hidup bersama.
Dalam tatanan hidup bersama sosial dan budaya berkaitan dengan nilainilai pancasila.
Menyimpangnya nilai-nilai pancasila dalam sosial budaya masa kini mengakibatkan
permasalahan-permasalahan yang mengusik persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Pemahaman dan kesadaran akan sosial dan budaya yang berpancasila diharapkan dapat
dikembangkan kembali. Dengan memperbaiki sosial dan budaya berarti memperbaiki
juga kualitas SDM dari akar-akarnya. Dengan begitu sosial dan budaya mampu
mendorong kesejahteraan dan kedamaian dalam tatanan hidup bersama yang penuh
dengan rasa aman. Pancasila dalam kehidupan sosial dan budaya semakin dibutuhkan
peranannya dalam pencapaian kesejahteraan bersama, maka berbagai karakter sosial dan
budaya yang ada dalam pancasila harus diterapkan kepada warga negara untuk
menciptakan kesadaran dan rasa nasionalisme terhadap bangsa Indonesia.

1.2 Tujuan Penulisan


Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui peran pancasila terhadap sosial dan
budaya, perkembangan sosial dan budaya hingga dewasa ini, dan upayaupaya dalam
pengembangan sosial budaya berdasarkan karakter dalam nilai-nilai pancasila. Seberapa
besar potensi sosial budaya yang berpancasila berpengarh teradap kesejahteraan bangsa.
Analisa dengan membahas rangkaian penulisan agar dapat menentukan langkah-langkah
menerapkan pancasila terhadap sosial dan budaya.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Makna Pancasila dan Sosial Budaya

Indonesia adalah negara yang didirikan dengan hebat dengan Pancasila UUD 1945, dan
Bhineka Tunggal Ika. Dimana ketiga pedoman tersebut berperan besar dalam berlangsungnya
Negara Kesatuan Republik Indonesia hingga dewasa ini. Pancasila ditawarkan Soekarno sebagai
Philosofische Grondslag (dasar, filsafat, atau jiwa). Soekarno juga mengutarakan pandangannya
bahwa dasar negara Indonesia ini haruslah ditemukan dalam lubuk hati dan jiwa bangsa
Indonesia jauh sebelum bangsa ini merdeka. Dasar pancasila terkait dengan sesuatu yang sudah
mendarah daging dan ada dalam semua sanubari rakyat Indonesia. Pancasila sebagai dasar
negara menyangkut lima prinsip, yaitu kebangsaan Indonesia, internasionalisme (kemanusiaan),
mufakat/permusyawaratan, kesejahteraan (keadilan sosial), dan akhirnya ketuhanan. Pancasila
menjadi kekuatan Negara Indonesia dimana pancasila tidak dapat ditemukan di negara manapun
selain di indonesia.

Sebagai dasar negara tentunya banyak peran yang dapat kita ambil. Sila sila dalam pancasila
mengandung makna yang sangat penting dan akan berdampak besar bagi bangsa indonesia jika
nilai-nilai pancasila dapat diterapkan dalam kehidupan sosial budaya masyarakat indonesia.
Namun sayangnya peran pancasila kini semakin tidak terlihat apa perannya dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Sosial dan Budaya yang semakin kesini semakin luntur dan tidak
menampakkan budaya indonesia. Budaya Indonesia yang gotong royong, kehidupan sosial yang
rukun dan harmonis, dan menghargai, menghormati perbedaan yang ada. Kehidupan sosial dan
budaya sekarang ini lebih ke individualis dan kepentingan kelompok.

Mengingat Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang berbeda beda, dari
suku, budaya, agama, dan bahasa. Dewasa ini perbedaan tersebut bahkan sering dijadikan faktor
dan alasan untuk memperpecah belah Negara Indonesia. Perbedaan yang ada dijadikan sebagai
bahan provokasi antara golongan satu dengan golongan yang lain. Memudarnya rasa
nasionalisme terhadap bangsa kini juga sudah dirasakan. Tetapi perpecahan tidak akan terjadi
jika warga negara paham akan Bhineka Tunggal Ika, jika warga negara paham makna pancasila,
dan menerapkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sosial budaya masyarakat. Upaya
penerapan tersebut dapat menjadi alasan bagi pancasila dalam mengamanahkan nilai-nilainya
dalam mendorong warga negara untuk lebih mengedepankan persatuan dalam perbedaan,
daripada kepentingan individu dan kelompok yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan
yang sudah diciptakan Indonesia merdeka hingga usia 74 tahun ini. Pancasila dalam sosial dan
budaya penerapannya dapat melalui hal sederhana, yang dapat ditemukan di kehidupan
masyarakat.

Dengan sosial dan budaya yang berpancasila, kita perlu menekankan agar seluruh
masyarakat paham akan perbedaan yang ada di negara indonesia, yang harusnya sekarang sudah
tidak perlu dijelaskan lagi bahwa negara indonesia adalah negara yang berbeda beda
golongannya. Penerapan nilai pancasila dapat dimulai dari diri sendiri misalnya dengan
menghargai dan menghormati adanya perbedaan agama, menempatkan sesama sebagai makhluk
tuhan dengan segala martabat dan hak asasi, menempatkan kepentingan umum diatas
kepentingan pribadi dan golongan, menjunjung tinggi sosial kemasyarakatan, dan sikap hidup
tolong menolong, kekeluargaan, dan gotong royong. Dengan sosial dan budaya yang menerapkan
sila dalam pancasila kita bisa mengajarkan warga negara untuk mengenal dan berhubungan baik
dengan saudara sebangsa dan setanah air, tidak mudah terprovokasi, siap bela negara, dan ikut
serta menjadi Sumber Daya Manusia yang unggul untuk diri sendiri dan untuk Negara Indonesia.
Sosial dan budaya memanglah bukan hal besar jika dibandingkan dengan urusan negara yang
lain. Tetapi sosial dan budaya menyangkut kualitas Sumber Daya Manusia. Dengan berhubungan
baik dengan lingkungan akan tercipta Sumber Daya Manusia yang unggul, kreatif, dan
kompetitif. Dan dapat mendorong tujuan negara yaitu kesejahteraan dan kedamaian terhadap
sesama warga negara. Selain itu terciptanya Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan
memiliki nilai sosial budaya tinggi akan memberikan dampak besar bagi Bangsa Indonesia.
Adanya sosial dan budaya dalam lingkungan masyarakat dimulai dari kesadaran masing masing
dan dari lingungan positif yang juga berpengaruh dalam perkembangan sosial budaya
masyarakat.
2.2 Bagaimana Kehidupan Sosial Budaya Masa Kini?

Sosial budaya masa kini sudah menyimpang dari nilai-nilai moral yang berlaku dalam
masyarakat. Penyimpangan ini dapat dilihat dan dominan pada generasi milenial sekarang yang
mencontoh budaya barat, misalnya dalam cara berpakaian dan kebiasaan perilaku. Cara
berpakaian remaja yang mencontoh budaya barat saat ini sudah sering diperbincangkan
keberadaannya. Kebiasaan perilaku budaya barat juga dijadikan sebagai kebiasaan baru, kalau
saja kebiasaan yang dicontoh adalah budaya baiknya seperti kedisiplinan waktu, menghargai
waktu, dan pekerja keras itu akan berdampak baik dalam sosial budaya di Indonesia. Tetapi
sayangnya kebiasaan perilaku yang ditiru adalah budaya buruknya seperti seks bebas, narkoba,
alkohol, dan lain sebagainya. Budaya barat yang masuk ke Indonesia dapat dengan mudah
diterima di kalangan remaja, hal ini terjadi karena kurang tersaringnya budaya barat yang masuk
di Indonesia. Budaya yang masuk tersebut dinilai sebagai contoh kebiasaan yang baru dan baik
di kacamata generasi milenial saat ini.

Masuknya budaya barat di Indonesia tidak hanya karena mudahnya budaya yang masuk,
tetapi juga mudahnya masyarakat menerima tanpa memilah terlebih dulu budaya tersebut.
Kurangnya pengetahuan agama juga menjadi faktor dalam masuknya budaya barat, pengetahuan
akan ilmu agama sangat penting dan bermanfaat dikalangan remaja, dimana pengetahuan agama
akan mengontrol diri para remaja dan menghindari perbuatan yang buruk. Selain itu kurangnya
peran utama orang tua dalam pengawasan. Orang tua bertanggung jawab terhadap perilaku dan
pergaulan anaknya ketika di luar rumah. Seorang anak akan mencari kebahagian di tempat lain
atau dengan teman-temannya ketika mereka merasa orang tuanya kurang peduli dan merasa tidak
disayangi ketika berada dalam lingkungan keluarga. Akibatnya perilaku para remaja saat ini
sudah tidak mencerminkan sosial dan budaya luhur bangsa dengan nilai dan norma yang ada.
Dalam norma-norma sosial budaya lingkungan keluarga dan pendidikan agama menjadi bagian
penting, dalam menciptakan sosial budaya yang positif dan berdampak bagi Sumber Daya
Manusia.

Disamping dampak dampak yang diurakan diatas, terdapat juga kegiatan bersosial yang
dapat kita dukung terus perkembangannya. Dengan memanfaatkan teknologi kini menjadi
alternatif dalam kegiatan bersosial dalam kemanusiaan. Sekarang sudah banyak komunitas-
komunitas yang berbau sosial kemanusiaan, dengan mencarikan donasi untuk yang lebih
membutuhkan. Kegiatan positif seperti ini merupakan bagian dari kesadaran masyarakat dalam
mengamalkan nilai-nilai pancasila dengan bersosial dan berbudaya. Walaupun hal kecil
sekalipun harus sering menghargai karena dari perbuatan kebaikan dan positif inilah bisa tercipta
SDM yang berkulitas dalam bidang manapun. Terdapat juga upaya suatu organisani atau instansi
yang menyelenggarakan kegiatan kerelawanan melalui ekspedisi di daerah pelosok atau desa
bagi para pemuda, dan dibiayai secara penuh bagi peserta yang terpilih dalam pengabdian
masyarakat. Kegiatan seperti ini termasuk dalam upaya menciptakan generasi yang berkualitas,
cinta tanah air, dan ilmu kemasyarakatan dengan menunjukkan sikap sosial di tempat yang
berbeda budaya dengan lingkungan sehari-hari.

2.3 Upaya Dalam Sosial Budaya

Etika dan moral menjadi dasar dalam perkembangan sosial dan budaya di Indonesia.
Menciptakan etika dan moral yang baik juga menjadi bagian dari upaya pembangunan sosial dan
budaya. Di indonesia sekarang ini, etika dan moral semakin sulit dimengerti lagi. Dari hal-hal
kecil yang seharusnya tidak dibesar-besarkan menjadi besar karena kesalah pahaman dan etika
moral yang tidak mementingkan lagi persaudaraan berbangsa dan bernegara. Mungkin contoh
etika dan moral dapat dijumpai dalam dunia perpolitikan. Dimana beberapa bulan yang lalu
diadakannya piilihan presiden, para pendukung sudah masa bodoh dengan kedamaian dan
kesejahteraan negara demi membela calon yang didukungnya. Etika dan Moral orang kini sangat
mudah dicampur tangani oleh pihak lain yang tidak bertanggung jawab, lebih tepatnya ada
seorang provokator yang mudah sekali menghasut para masyarakat yang tidak menahu apa apa.

Kehidupan masyarakat indonesia yang sekarang lebih ke individualis juga menjadi faktor
dalam beretika. Pergaulan masa kini membawa dampak yang tidak mudah untuk diselesaikan.
Terutama pengaruh dalam teknologi, telephone genggam dari kalangan anak-anak hingga
dewasa sudah banyak yang menggunakannya, tetapi dalam penggunaanya tidak dibatasi, jaringan
internet yang sangat luas dapat memberikan dampak negatif jika tidak diawasi dalam
penggunannya terutama dalam penyaringan informasi yang harus benar-benar ditekankan mulai
sekarang. Berita hoax atau berita bohong yang sering sekali muncul menimbulkan keresahan
bagi masyarakat. Misalnya pada tanggal 23 September 2019 lalu telah terjadi kerusuhan di
Wamena Papua yang disebabkan oleh hoax, kejadian ini sangat meresahkan hingga warga sekitar
harus mengungsi dan menyelamatkan diri dari kerusuhan tersebut. Di era sekarang ini beretika
dan berbudaya tidak hanya dalam lingkungan saja, tetapi etika sosial budaya dalam dunia maya
juga harus mulai di antisipasi, melihat semakin banyak berita hoax yang sering muncul dan
meresahkan masyarakat. Banyak pengaruh kecil yang bisa menjadi permasalahan dalam
kehidupan sosial dan budaya, terutama dalam beretika dan bermoral. Contoh perilaku dalam
etika dan moral dapat kita lihat dalam penerapan pancasila, jadikan pancasila sebagai pegangan
bagi masyarakat indonesia seluruhnya. Hal-hal kecil seperti ini harus dibiasakan, meski kecil jika
terjadi dalam skala besar dan menjadi kebiasaan juga dapat berdampak buruk bagi kedamaian
negara. Sekarang harus memulai menciptakan sosial budaya yang berpancasila. Jangan sampai
warga negara Indonesia tidak mendapat kesejahteraan karena perilaku warga negaranya sendiri.

Dunia pendidikan sekarang juga harus ikut berpartisipasi dan lebih kuat dalam
mengajarkan, mendukung, dan menciptakan sikap beretika, bermoral,dan bersosial budaya sesuai
pancasila. Agar generasi penerus bangsa selanjutnya dapat menciptakan generasi yang mampu
menjunjung tinggi etika dalam bersosial dan berbudaya sesuai dengan pedoman negara
pancasila. Menciptakan generasi yang tidak mudah terprovokasi, menghargai dan menghormati
perbedaan yang ada, dan menjalin hubungan baik dalam berbangsa dan bernegara di Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Sosial budaya di Indonesia sangat beragam. Dari daerah satu dengan daerah yang lain
memiliki karakteristik budaya yang tidak sama. Dari adat istiadat, kepercayaan, dan bahasa
dalam berkomunikasi. Budaya yang berbeda sudah menjadi ciri khas di Indonesia, budaya yang
ada lahir secara alamiah sesuai dengan lingkungannya. Dalam berkebudayaan terdapat budaya
murni dan budaya kebiasaan, budaya murni ialah suatu kebiasaan yang sudah ada dalam
lingkunnya sejak seseorang dilahirkan, misalnya yang dilahirkan di pulau jawa, mestinya sudah
dari lahir cara berkomunikas dan logat bahasa akan berbeda dengan daerah lain misalnya di
sulawesi. Sedangkan budaya kebiasaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang,
misalnya dalam kedisiplinan. Kedisiplinan merupakan bagian dari pembentukan karakter, jika
kebiasaan disiplin sudah ditanamkan sejak dini dan diajarkan secara berulang-ulang disiplin akan
menjadi budaya kebiasaan. Tetapi sayangnya kini pembentukan karakter seperti ini sudah sulit
diterapkan. Masyarakat berkebiasaan santuy, menunda-nunda pekerjaan, dan tidak on time.
Sesungguhnya budaya kebiasaan disiplin bisa menjadi kebiasaan positif dalam kehidupan
masyarakat, tapi memang sulit jika tidak dibiasakan sejak dini.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan :

Pancasila dan sosial budaya memiliki hubungan yang saling terikat. Dengan bersosial dan
berbudaya sama dengan sudah mengamalkan nilai-nilai pancasila. Sebagai warga negara
Indonesia kita semua diamanahkan untuk mengamalkan nilai nilai pancasila tersebut terutama
dalam bersosial dan berbudaya, dengan cara menjaga toleransi terhadap sesama, mementingkan
kepentingan dan kesejahteraan bersama.

Kita semua membutuhkan generasi penerus yang lebih berkualitas, agar dapat
meningkatkan SDM yang menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan. Beberapa contoh dapat
dimulai dari diri sendiri seperti menghormati sesama tanpa memandang perbedaan yang ada,
membiasakan diri melakukan hal-hal positif, saling tolong menolong terhadap sesama, dan mulai
menghargai hal-hal kecil yang bersifat positif. Memulai melestarikan kembali budaya-budaya di
Indonesia agar Indonesia memiliki citra yang baik akan budaya yang sangat banyak ini.

Berhati hati dalam bersosialisasi di media sosial, mengawasi dan membatasi


penggunakan teknologi, demi menghindari hoax yang menimbulkan perpecahan terhadap
saudara sebangsa dan setanah air. Marilah kita ikut serta dalam meningkatkan kualitas SDM di
Indonesia dengan sosial dan budaya, seperti visi Indonesia di usia 74 tahun ini “SDM Unggul
Indonesia Maju”. Mengedepankan sikap gotong royong, menciptakan kedamaian dan
kesejahteraan di negara kita bersama Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Dewantara, A. (2017). Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini. Dewantara, A. (2018).


Alangkah Hebatnya Negara Gotong Royong (indonesia Dalam Kacamata Soekarno).

Anda mungkin juga menyukai