Anda di halaman 1dari 6

KEARIFAN LOKAL

Materi : Permainan Tradisional khas Daerah Kendari


Hari / Tgl : Rabu, 8 /11/2023

Pengertian serta Manfaat permainan secara umum

Menurut Pakar / ahli :


1. Conny R. Semiawan (2008: 19-20) mengungkapkan bahwa permainan adalah berbagai kegiatan yang
sebenarnya dirancang dengan maksud agar anak dapat meningkatkan beberapa kemampuan tertentu
berdasarkan pengalaman belajar.
2. Hurlock (1978: 280) mengemukakan pengertian permainan adalah proses aktivitas fisik atau psikis
yangmenyenangkan dan menggembirakan.
3. Joan Freeman dan Utami Munandar (Andang Ismail, 2009: 16) mendefinisikan permainan sebagai suatu
aktivitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral,
dan emosional.

Game (permainan) secara umum adalah sebuah aktivitas rekreasi dengan tujuan bersenang-senang,
mengisi waktu luang, atau berolahraga ringan. Permainan biasanya dilakukan sendiri atau bersama-sama.
Selain itu Permainan adalah alat bagi anak untuk menjelajahi dunianya dari yang tidak anak kenal sampai
pada yang anak ketahui dan dari yang tidak dapat diperbuatnya sampai mampu melakukanya.

Manfaat Permainan Bagi Pembelajaran Anak


Menurut Mayke S. Tedjasaputra (2001:38-44), bermain mempunyai beberapa manfaat, yaitu:
 Mengembangkan aspek fisik
Bermain merupakan wahana untuk mengembangkan fisik. Bermain memberikan kesempatan untuk
mengembangkan Gerakan halus dan kasar.
 Mengembangkan aspek sosial
Aspek sosial anak seperti sikap sosial, komunikasi, mengorganisasi peran, dan interaksi dengan
sesama
teman akan berkembang melalui permainan.
 Mengembangkan aspek emosi
Bermain merupakan media untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan. Saat kegiatan permainan,
anak dapat mengendalikan emosinya, menyalurkan keinginannya, dan menerapkan disiplin dengan
menaati peraturan.
 Mengembangkan aspek kognisi
Bermain bagi anak berfungsi untuk mempermudah perkembangan kognisi anak. Anak berkomunikasi
dengan anak lain sehingga perbendaharaan katanya menjadi lebih banyak. Bermain simbolik juga
dapat meningkatkan kognisi anak untuk dapat berimajinasi menuju berpikir abstrak.

Perbedaan antara permainan dan bermain

 Permainan adalah sebuah aktivitas yang bersifat simbolik ( kemampuan unuk berfikir ).
 Bermain adalah sarana belajar bagi anak dan sekaligus menjadi kegiatan pembelajaran untuk
merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak.

CIRI-CIRI BERMAIN
 Selalu bermain dengan sesuatu atau benda.
 Selalu ada timbal balik interaksi.
 Selalu dinamis.
 Ada aturan tertentu.
 Menuntut ruangan / lapangan tertentu

Pengertian Permainan Tradisonal


Permainan tradisional sering disebut juga dengan permainan rakyat, merupakan permainan yang
tumbuh dan berkembang pada masa lalu terutama tumbuh di masyarakat pedesaan, permainan tradisional
seperti menjadi magnet tersendiri bagi masyarakat khususnya anak-anak.
Permainan Tradisional Asal Kendari
1. Celle
2. Masamba-samba Ulu
3. Tingko
4. Todo-todo Minya
5. Tadi-tadi

Penjelasannya :

1. Celle

Celle merupakan jenis permainan tradisional yang berasal dari salah satu daerah di Sulawesi
Tenggara. Dinamakan juga dengan Selle oleh penduduk di Kecamatan Lasolo dan Sampara. Ada
kemungkinan ini berasal dari bahasa Bugis atau bahasa daerah Kendari yang telah mendapat pengaruh
dialek Bugis, karena wilayah ini terdiri atas sebagian orang-orang Bugis. Dalam bahasa Kendari (bahasa
Tolaki) hanya ada istilah seleko yang merupakan nama salah satu tempat penyimpanan padi terdiri atas
selembar jelajah bambu yang dilingkarkan sehingga berbentuk drum. Dimungkinkan dari sini kemudian
dihubungkan dengan suatu permainan yang mana para pemainnya berusaha untuk mempertahankan
sekeliling lingkaran permainan agar tidak dimasuki lawan untuk diserang.
Sejak pendudukan Jepang di Sulawesi Tenggara, permainan ini mulai berkembang di daerah
Kabupaten Kendari. Akan tetapi, berdasarkan tradisi masyarakat Suku Tolaki di Kabupaten Kendari,
permainan ini merupakan hasil kreasi mereka sendiri. Siapa pencipta permainan ini masih menjadi misteri
sampai saat ini. Namun, diperkirakan permainan ini telah berusia lebih dari setengah abad.Permainan ini
biasa dimainkan oleh anak-anak sekolah pada sore atau malam hari.
Jumlah, usia, dan jenis kelamin pemain terdiri dari dua kelompok yang saling berkompetisi, tiap
kelompok memiliki namanya masing-masing sesuai selera mereka. Satu kelompok terdiri atas 4 s.d. 7
orang dengan ketentuan jumlah anggota dari masing-masing kelompok sama. Usia rata-rata 9 sampai 15
tahun. Dapat dimainkan oleh laki-laki saja, perempuan saja, ataupun dicampur keduanya. Peralatan
permainan hanya memerlukan sebuah lapangan rata yang tidak berumput dan berlumpur. Di atas tanah
lapang tersebut dibuat sebuah lingkaran dengan jari-jari +/- 3 meter

Cara bermain:
1. Pemain dibagi menjadi dua kelompok
2. Ketua kelompok mengundi untuk menjadi penjaga dan penyerang
3. Kelompok penjaga menjaga lingkaran
4. Kelompok penyerang berusaha untuk masuk ke area lingkaran
5. Bila seorang penyerang tertangkap (berhasil disentuh) penjaga, maka yang bersangkutan dianggap
gugur, tetapi bila salah satu anggota penyerang berhasil menginjak wilayah pertahanan lawan ia harus
berteriak "celle" dan mengangkat kedua tangan sebagai tanda kemenangan (pada saat itu juga
pengejaran bagi penyerang yang belum gugur dihentikan dan dinyatakan satu kemenangan bagi
kelompok penyerang
6. Tahap pergantian peran antara kedua kelompok - peralihan peran terjadi bila keseluruhan anggota
penyerang gugur sebelum ada yang berhasil memasuki wilayah pertahanan lawan. Bila terjadi hal
tersebut, maka kelompok penjaga segera menyebar untuk mencari tempat persembunyian di sekitar
wilayah pertahanan lawan sedangkan kelompok yang tadinya bertindak sebagai penyerang harus segera
memasuki lingkaran pertahanan dan mengamati tiap gerak-gerik lawan yang sudah siap mengintai dan
memasuki wilayah pertahanan.
2. Mesamba-Samba Ulu

Mesambe-sambe atau Mesamba-samba ulu Permainan mesamba-samba ulu adalah salah satu
permainan yang diperankan oleh si buta dan si lumpuh. Si lumpuh dijunjung oleh oleh si buta oleh sebab
itu permainan ini tidak dinamakan permainan buta atau permainan lumpuh-lumpuhan, tetapi dengan
menggunakan istilah samba ulu (junjung-menjunjung).

Permainan tersebut bukanlah suatu permainan baru, tetapi sudah dikenal sejak dahulu. Permainan
ini sudah berkembang hampir di seluruh desa dalam Kabupaten Kendari. Di dalam perkembangannya
permainan ini tidak hanya dimainkan oleh penduduk asli di daerah ini saja, tetapi anak-anak dari kalangan
Bugis dan Bajo pun telah sering memainkannya. Di dalam bahasa Kendari, istilah ini diartikan sebagai
suatu pekerjaan saling dukung-mendukung atau berrmain dukung-dukungan.

Pemain: dilakukan secara berpasangan, sehingga jumlah pemain minimal 4 orang. Dimainkan oleh anak
rata-rata usia 6 -13 tahun, pada umumnya dimainkan oleh anak laki-laki namun tidak menutup
kemungkinan juga dimainkan oleh anak perempuan. Permainan ini tidak bisa dimainkan antara anak yang
tidak sejenis.

Peralatan: disamping diperlukan lapangan permainan yaitu kali, diperlukan pula selembar kain untuk
menutup mata.

Jalannya Permainan:
1. Dimulai dengan memilih pasangan dan perannya masing-masing.
2. Selanjutnya si buta memikul si lumpuh, lalu kedua pasang pemain saling berhadapan. Mereka berada
pada posisi yang saling berdekatan agar pemain yang satu dapat menjangkau lawannya.
3. Pertarungan dimulai dengan mengadakan aba-aba. Pada hitungan ketiga, yang berperan sebagai si
lumpuh mulai mengadu kekuatan mereka. Masing-masing pihak mulai menjatuhkan lawannya, sedang
kedua pemain yang berperan sebagai sibuta berusaha untuk mempertahankan kawannya agar tidak
terjatuh dari pundaknya, dengan memegang erat-erat kedua pegelangan kaki kawannya yang lagi
beradu dengan lawannya.
4. Pemain yang kalah akan tercebur di air dan yang tetap bertahan dinyatakan menang.
5. Jika keduanya terjatuh ke air, yang dinyatakan pemenang adalah yang terakhir kalinya tercebur ke air.

3. Tingko

Tingko merupakan sebuah permainan yang masih dimainkan oleh masyarakat pantai daerah
Kabupaten Kendari, tingko berarti tendang. Disebutkan demikian oleh karena para pemainnya berperan
sebagai penyerang yang senantiasa berusaha menendang tempurung kelapa, belek, atau benda lain yang
dipergunakan sebagai alat permainan, sebelum sipenjaga menyebut nama penyerangnya.

Alat yang dipe!gunakan dalam permainan hanyalah sebuah blek kosong atau ternpurung kelapa.
Dapat juga menggunakan sehuah bola sebagai pengganti tempurung kelapa. Selain itu diperlukan juga
lapangan permaiman yang terdapat Pohon-pohon kayu dan taman-taman bunga di sekitar lapangan.
Lapangan dan pepohonna tersebut nantinya bisa dipakai para penyerang untuk bersembunyi sambil
mengintai lawannya yang sedang menjaga blek.

Tahap permainan:
1. Menentukan siapa yang akan menjadi penyerang dan penjaga, caranya adalah dengan menghitung
barisan pemain. pemain yang terkena hitungan 10 maka ia akan menjadi penjaga blek/tempurung.
2. Kemudian para pemain lainnya berlarian mencari tempat persembunyian di sekitar lapangan.
3. Penjaga mencari penyerang yang bersembunyi, hal ini harus dilakukan hati-hati karena iapun bertugan
menjaga tempurung agar jangan sampai ditendang atau dibuang oleh penyerang sebelum ditemukan.
4. Apabila penjaga mengetahui persembunyian penyerang, ia cukup menyebutkan nama penyerang
tersebut, bila tebakannya tepat maka penyerang tersebut dianggap gugur dan harus keluar dari
persembunyiannya sambil mengunggu babak selanjutnya.
5. Penyerang yang tidak ditemukan penjaga, maka harus secepatnya menendang atau membuang belek
yang ditinggalkan penjaga.
6. Bila seluruh penyerang telah ditemukan oleh penjaga maka permainan diulang dari awal dengan
ketentuan bahwa sang penjaga yang baru adalah pemain yang ditemukan pertamakali oleh penjaga.
7. Namun bila penjaga tidak menemukan salah satu penyerang, maka ia harus menjaga kembali belek.
Dengan kegagalan tersebut maka sang penjaga dinyatakan kalah dan berhutamg satu.
8. Dalam perhitungan terakhir diadakanlah perhitungan nilai kemenangan atau kekalahan masing-masing
pemain. Jadi meskipun mereka bermain secara berkelompok, namun dalam perhitungan terakhir akan
keluarlah beberapa pemenang menurut hasil nilai yang mereka peroleh.

4. Todo-Todo Minya

Todo-todo minya adalah permainan yang dilakukan seorang pemainnya menghitung kawan-
kawannya dengan cara menusuk dengan telunjuk belakang telapak tangan mereka yang dirapatkan di atas
tikar atau lantai. lstilah Todo-todo minya berasal dari bahasa Bugis yang telah mendapatkan pengaruh
dialek bahasa Tolaki (bahasa daerah Kendari).

Untuk memainkannya diperlukan sebuah ruangan kosong. Luasnya tergantung besar kecilnya
jumlah pemainnya. Di samping itu diperlukan pula sebiji batu atau benda-benda lain yang mudah
disembunyikan dalam genggaman salah seorang pemainnya.

Jalannya permainan:
1. Para pemain berkumpul kemudian berjejer membentuk lingkaran sambil duduk beriring di atas tikar
atau lantai. Mereka saling berhadapan antara sesama pemain. Satu di antara mereka bertindak sebagai
pemimpin dan menghitung kawan-kawannya.
2. Seluruh pemain meletakkan kedua telapak tangan di depan mereka masing-masing. Telapak tangan
dirapatkan ke lantai dan dekat kepada pimpinan sehingga mudah dijangkau olehnya.
3. Pimpinan mulai menghitung tangan para pemainnya dengan cara menusukkan telunjuknya ke
punggung jari tangan masing-masing pemain, sambil menyanyikan lagu Todo-todo minya (tusuk-
tusuk minyak), sehagai berikut : Todo-todo minya, minya huralle, buralle sangka, sangka mbete,
mhete mhatu, sigala-ga!ana, YO!!O-yege ka!a mbatu, parie cimhako, ka ........ la. Tiap-tiap perkataan
dalam syairnya, merupakan satu hitungan.
4. Perhitungan dilakukan terus menerus sampai lagu itu berakhir. Pemain yang tangannya terakhir
ditusuk oleh pimpinan permainan itulah yang akan berperan dalam permainan selanjutnya.
5. Pemain yang terkena perhitungan terakhir itu segera menundukkan kepala kearah lantai, sampai tidak
dapat melihat atau melirik kawan sepermainannya. Sementara itu seorang pemain menggenggam batu
yang dijadikan sebagai alat permainan agar tidak terlihat oleh pemain yang tunduk itu.
6. Pemain-pemain yang lain memutar-mutarkan kedua telunjuk tangan mereka seolah-olah mereka
sedang menggulung benang di kedua telunjuk mereka sambil menyanyikan sebuah lagu yang syairnya
sebagai berikut: "Iga malai, iga malai, iga malai kadindi" artinya siapa yang ambil. Lagu ini
dinyanyikan sebanyak 5 kali atau lebih.
7. Pada saat syair diatas dinyanyikan, pemain yang tunduk tadi segera bangun kembali dan menebak
siapa gerangan yang menggenggam batu itu. Seandainya tebakan itu tepat maka pemain yang
bersangkutan dinyatakan menang dengan memperoleh nilai 1 (satu). Akan tetapi apabila tebakannya
itu meleset, maka pemain itupun dinyatakan kalah dan dihitung I (satu) nilai kurang.

 Nilai-nilai kemenangan atau kekalahan seseorang dikumpulkan hingga permainan itu berakhir.
Dan pada akhirnya dapatlah ditentukan siapa pemenangnya dengan memperhitungkan jumlah nilai
kemenangan seseorang pemain.
 Berakhirnya permainan ini ditentukan oleh kesepakatan segenap pemainnya. Oleh sebab itu
meskipun tahap permainan itu sudah berakhir, namun permainan tersebut masih dapat
dilanjutkan/diulang, apabila mereka menghendakinya.
 Kemenangan atau kekalahan dalam permainan ini tidak mengandung resiko keuangan, melainkan
hanya merupakan pemuasan jasmani dan rohani semata. Tujuan permainan ini dicapai pada saat
permainan tersebut berlangsung, karena sifat dasar permainan ini mengandung unsur rekreatif,
edukatif dan kompetitif.

5. Tadi-Tadi

Di sebuah desa tua daiam wilayah kecamatan Wawotobi yaitu Desa Benua (dahulunya Benua
Lembo) Kahupaten kenndari, diperoleh informasi adanya permainan tradisional yang pernah tumbuh di
sekitar 500 yang lalu . Permainan tersebut mereka namakan tadi-Tadi. lstilah ini mewrupakan pengulangan
dari perkataan tadi, yaitu suatuistilah dalam bahasa Kendari (bahasa Tolaki), yang herarti taji atau suatu
alat tajam dari bambu yang diruncingkan. Bentuknya seperti mata pisau.
Peserta permainan ini hanyalah terdiri dari 2 (dua) orang dalam setiap kelompok permainan, sebab
permainan dilakukan satu lawan satu. Boleh saja kelompoknya ditambah tetapi anggota pemainnya harus
tetap 2 orang. Alat permainannya terdiri dari sebiji terung, seutas tali dan sebilah taji dari bambu yang
diruncing. Lapangan permainan biasanya dipergunakan serambi rumah yang ukurannya tidak terlampau
luas.
Tahap permainan:

Persiapan:
 Masing-masing remain mengambil terung dan melubangi bagian kepala terung dengan lidi. Kemudian
lubang tersebut dimasuki ujung tali sampai tembus sehingga terung berada di tengah-tengah tali. Taji
dipasang/ditancapkan pada perut terung sehingga kelihatannya seperti tabung pada sebuah cerek.
 Pemain yang menyerang tidak boleh mengiriskan taji terungnya pada tali terung lawannya.
 Seorang remain dapat dinyatakan kalah apabila terung aduannya telah terlepas dan terjiatuh dari talinya.

Permainan dimulai
1. Setelah mereka mengadakan undian untuk menentukan siapa yang akan memulai penyerangan, maka
keduanya segera memperbaiki posisi duduknya. Mereka duduk berhadapan dalam jarak lebih kurang
0,5 meter.
2. Terung aduan diangkat setinggi dada. Kedua ujung tali ditarik kencang, sedang ujung taji dihadapkan
kedepan. Letak terung tidak boleh merapat di dada, sebah sewaktu-waktu dapat membahayakan apabila
taji terung lawan meleset dari sasarannya.
3. Setelah penyerang memberikan aba-aba siap, iapun segera memulai penyerangannya. Tali sedikit
dikendurkan, kemudian diayunkan ke depan sehingga terungnya dapat beradu dengan terung lawannya.
Diusahakan agar setiap ia memukulkan terungnya itu, tajinya dapat menusuk atau menyayat terung
lawannya. Bahkan kalau dapat sekali pukul terung lawan sudah dapat dijatuhkan.
4. penyerangan seperti itu dilakukan secara berganti-ganti. Pergantian ini dilakukan secara otomatis.
Maksudnya ialah apabila si A telah menyerang, maka si B pun segera menyerang pula.
5. Demikianiah seterusnya sampai ada salah satu diantara mereka yang terjatuh terungnya. Pada akhirnya,
apahila mereka telah sepakat untuk berhenti, maka merekapun menghitung
6. kemenangan mereka masing.-masing. Baik kemenangan maupun kekalahan dalam permainan ini tidak
mempunyai konsekwensi apa-apa.

Anda mungkin juga menyukai