Permainan Tradisional
Tidung Tarakan, sebagaimana suku di daerah lain nusantara, memiliki beragam permainan
tradisional, yakni jenis permainan yang dimainkan oleh anak-anak, serta merupakan suatu
tradisi yang diwarisi secara turun temurun, dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Beberapa permainan berikut ini mungkin prinsipnya sama, namun dengan nama yang berbeda
di daerah lain.
1. Asinan
3. Beguli (kelereng)
4. Bebantung (lepokan)
Sejenis permainan kelereng, terbuat dari tanah liat rumah kepiting yang dikeringkan agar
keras.
5. Raga (takraw)
Sumber: kayantara.com
Ini merupakan permainan yang menggunakan sebuah bola yang terbuat dari rotan atau yang
kita kenal dengan nama bola takraw. permainan dapat dilakukan oleh 3 hingga 6 orang atau
bahkan lebih.
Adapun dikalangan anak-anak Tidung, sebagaimana permainan yang lain, aturan permainan
dibuat dan disepakati terlebih dahulu sebelum melakukan permainan.
Nilai yang terkandung dalam permainan ini:
Sportifitas, ketangkasan fisik
Kerja sama tim, saling percaya, menghargai sesama anggota
6. Tegasing (gasing)
8. Marak (kelayangan)
Marak (kelayangan), merupakan salah satu jenis permainan suku Tidung, yang sering
dimainkan oleh anak-anak maupun orang dewasa. Di daerah lain, biasanya disebut dengan
“layang-layang”.
Catatan pertama yang menyebutkan permainan layang-layang adalah dokumen dari Tiongkok
sekitar 2500 Sebelum Masehi. Sedangkan penggambaran layang-layang tertua adalah dari
lukisan gua periode mesolitik di pulau Muna, Sulawesi Tenggara, yang telah ada sejak 9500-
9000 tahun SM. Lukisan tersebut menggambarkan layang-layang yang disebut kaghati, yang
masih digunakan oleh orang-orang Muna modern. Layang-layang terbuat dari daun kolope
(umbi hutan) untuk layar induk, kulit bambu sebagai bingkai, dan serat nanas hutan yang
dililitkan sebagai tali, meskipun layang-layang modern menggunakan senar sebagai tali.
Diduga terjadi perkembangan yang saling bebas antara tradisi di Tiongkok dan di Nusantara
karena di Nusantara banyak ditemukan bentuk-bentuk primitif layang-layang yang terbuat
dari daun-daunan. Di kawasan Nusantara sendiri catatan pertama mengenai layang-layang
adalah dari Sejarah Melayu (Sulalatus Salatin) (abad ke-17) yang menceritakan suatu festival
layang-layang yang diikuti oleh seorang pembesar kerajaan.
Nilai yang terkandung dalam permainan ini:
Sportifitas, ketangkasan fisik
9. Pansa (panco)
Panco adalah sebuah olahraga antara dua orang dengan saling mendorong atau menolak
tangan lawan hingga salah satu tangan lawan roboh ke alas permainan. Pemenang panco
adalah orang yang tangannya berhasil merobohkan tangan lawannya.
Adapun dikalangan anak-anak Tidung, sebagaimana permainan yang lain, aturan permainan
dibuat dan disepakati terlebih dahulu sebelum melakukan permainan.
Nilai yang terkandung dalam permainan ini:
Sportifitas, ketangkasan fisik
Memaknai perayaan hari besar. Permainan Meriam bambu dilakukan sebagai salah satu
cara untuk menyambut datangnya hari-hari besar, semisal bulan Ramadan, hari raya, hari
besar keagamaan, ataupun hari besar adat.
Wujud syukur dan kegembiraan. Sebagai wujud syukur dan ungkapan kegembiraan atas
perjuangan dan keberhasilan yang diperoleh, misalnya sebagai ungkapan syukur telah
berhasil menunaikan ibadah puasa selama bulan Ramadan.
Melestarikan tradisi. Permainan Meriam bambu adalah salah satu dari sekian banyak
kekayaan tradisi yang dimiliki oleh masyarakat melayu sehingga sangat perlu untuk
dilestarikan agar tidak punah terkikis oleh perkembangan zaman.
Melatih kreativitas. Meriam bambu bukanlah permainan yang bisa dibeli dengan mudah
seperti kebanyakan permainan modern yang ada saat ini. Untuk bisa memainkan Meriam
bambu seorang harus membuat sendiri. Proses pembuatan Meriam bambu inilah yang
menjadi proses kreatif seseorang.
Melatih keberanian. Memainkan Meriam bambu memang mengandung risiko bahaya,
namun jika tetap berhati-hati dan selalu waspada dalam memainkannya, justru dapat
melatih keberanian seseorang.
Catatan:
Meriam bambu merupakan salah satu permainan tradisional yang dimiliki oleh bangsa bangsa
melayu serumpun. Permainan harus terus dijaga kelestariannya supaya tidak punah meskipun
di zaman sekarang, terutama di kota-kota besar, tradisi permainan Meriam bambu sudah
mulai sulit ditemukan, selain Karena tergeser oleh berbagai macam jenis permainan modern
juga Karena sulit didapatnya bahan-bahan untuk membuat Meriam bambu ini yang berasal
dari bahan – bahan yang disediakan oleh alam.
Aturan Permainan
o Tetapkan beberapa aturan yang disepakati bersama di awal permainan. Aturan-
aturan ini harus diikuti dan tidak boleh dilanggar. Jika ada peraturan yang
dilanggar, maka dianggap mati dan tidak dapat dilanjutkan permainan
o Pemain harus memiliki alat (senjata) sendiri. Jika terkena tembakan maka
dianggap mati. Para pemain harus bersembunyi.
o Teman kelompok sendiri tidak bisa ditembak.
o Tidak bisa melukai lawan
o Saat melakukan tembakan harus mengatakan "dor"
o Siapa pun yang menembak lawan terlebih dahulu dan mengenai target dianggap
mati.
o Permainan dianggap selesai jika semua lawan mati terkena tembakan dan
kelompok yang paling banyak pemainnya tersisa atau hidup dianggap menang.
Cara Bermain
o Setelah semua persiapan selesai, semua anak harus membawa senjata bambu
masing-masing, Kemudian mereka harus membentuk kelompok secara acak.
Permainan ini tidak membutuhkan kondisi fisik yang seimbang. Namun
permainan ini membutuhkan keterampilan dari para pemainnya. Anak-anak yang
secara fisik besar atau gemuk seringkali menjadi sasaran karena kesulitan
bersembunyi.
o Ketika pembagian kelompok selesai, mereka bersembunyi satu sama lain dan
setiap kali harus menghadapi lawan mereka. Terkadang rekan satu tim perlu
berganti baju atau pakaian untuk lebih dekat dengan musuh agar lebih mudah
menembak.
Daftar Pustaka