Anda di halaman 1dari 12

Bab …

Permainan Tradisional

Tidung Tarakan, sebagaimana suku di daerah lain nusantara, memiliki beragam permainan
tradisional, yakni jenis permainan yang dimainkan oleh anak-anak, serta merupakan suatu
tradisi yang diwarisi secara turun temurun, dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Beberapa permainan berikut ini mungkin prinsipnya sama, namun dengan nama yang berbeda
di daerah lain.
1. Asinan

Lomba permainan tradisional, radar tarakan


Indonesia adalah negara kesatuan yang memiliki berbagai keragaman, mulai dari keragaman
suku, budaya, bahasa, maupun tradisi. Karena kaya akan keberagaman bahasanya, mungkin
begitulah cara kami anak-anak yang lahir tahun 90 an menyebut nama permainan tradisional
tersebut, dengan sebutan asinan. Di daerah lain mungkin beda penamaannya.
Asinan merupakan sebuah permainan yang mengandalkan kekompakan sebuah tim. Menang
dan kalahnya dalam melakukan permainan ini tergantung oleh tim dan strategi kita dalam
memainkannya. Permainan ini biasa dilakukan di tanah lapang dan juga ditanah yang
berumput agar saat melakukan sodoran tidak mengalami lecet atau luka-luka.
Aturan bermain, biasanya sebagai berikut:
Pertama, membuat garis lurus ditanah, dan digaris inilah nantinya penjaga akan menjaga
lawannya supaya tidak dapat melewatinya. Kiri dan kanan dibuat garis horizontal sebagai
tanda batas garis pertahan, dan pemain tidak boleh melewati garis batas tersebut kecuali tim
lawan yang sedang melakukan penjagaan yang boleh berjalan di antara garis tersebut dengan
melakukan sodoran.
Kedua, tim biasanya terdiri dari 3 - 4 orang. Tim yang menang adalah tim yang salah satu
anggotanya berhasil berlari meleati penjagaan dan tidak terkena sentuhan tim lawan hingga
garis finish. Jika ada 4 orang yang memainkannya, maka garis terdapat 4 buah, dan ditengah-
tengah akan diberikan garis untuk melakukan sodoran kepada tim lawan.
Ketiga, sebelum memulai pertandingan para pemain akan melakukan pengundian (biasanya
dengan cara hompimpa), dan dari sini diketahui tim mana yang akan berjaga dan tim mana
yang akan berlari menghindari penjaga. Oleh sebab itu kekuatan untuk berlari sangat
diperlukan saat melakukan permainan ini.
Bagi tim yang kalah undian, maka ia bertugas untuk menjaga tim lawan digaris yang telah
diolah tersebut. Dan tim lawan bersiap-siap untuk meleati tim penjaga. Jika ada satu orang
saja yang berhasil melewati seluruh garis penjaga maka timnya lah yang sebagai
pemenangnya. Untuk itu sebelum memulai permainan diaturlah terlebih dahulu siapa-siapa
yang akan menjaga digaris terdepan hingga digaris terakhir, dan untuk tim lawan maka
strategi yang tepat sangat diperlukan guna dapat melawati garis penjaga.
Dan jika ada salah satu dari tim lawan yang tersentuh oleh tim penjaga, maka permainan
berakhir dan tim lawan akan bertugas sebagai tim penjaga, dan tim penjaga bertugas menjadi
tim lawan yang akan melati garis-garis hingga finish. Jika terkena sentuhan kembali, maka
akan bertukar posisi kembali dan begitulah seterusnya hingga menyerah atau sudah ada yang
memenangkan pertandingannya.
Nilai yang terkandung dalam permainan ini:
 Sportifitas, ketangkasan fisik
 Kerja sama tim, saling percaya, menghargai sesama anggota
Catatan:
Di daerah lain dinamakan permainan Sodoran, Benteng Sodor atau Gobak Sodor yaitu suatu
tindakan yang dilakukan oleh seseorang dengan cara berlari digaris untuk menyentuh tubuh
sang lawan.

2. Bejambi (petak umpet)

ilustrasi : google foto


Petak umpet merupakan permainan yang dilakukan secara berkelompok, dan hanya satu
orang saja yang bertugas untuk menjaga sedangkan yang lain sembunyi dengan radius yang
telah disepakati. Aturan permainan harus disepakati sebelum bermain.
Permainan ini diawali dengan cara mengundi (biasanya dengan hompimpa), dan siapa yang
kalah maka ia harus berjaga di suatu tempat sambil menutup mata dan berhitung dari 1
sampai 10, untuk memberikan tempo teman yang lain sembunyi.
Setelah hitungan selesai, tugas dari orang yang kalah tersebut mencari keberadaan teman-
temannya. Dan jika ia menemukan temannya, maka ia harus segera berlari ke “markas” dan
mengatakan “PAW”. Paw disini dimaksudkan sebagai tanda bahwa ada salah seorang yang
telah diketahui keberadaannya, sehingga ia tidak dapat mengikuti permainan lagi dan
menunggu hingga semua pemain yang bersembunyi diketahui posisinya.
Jika semua pemain berhasil didapatkan, selanjutnya mereka akan berbaris dibelakang pemain
yang bertugas menjaga pohon tersebut. Kemudian di ucapkanlah nomor sesuai dengan urutan
pemain, dan jika disebutkan sebuah nomor maka anak yang pada urutan tersebut akan
bertugas menjadi penjaga pohon dan mencari teman-temannya yang bersembunyi. Untuk itu
ketika berbaris dilakukan perebutan demi menghindari angka yang akan disebutkan, dan
keberuntungan sangat diharapkan pada permainan ini.
Nilai yang terkandung dalam permainan ini:
 Sportifitas, ketangkasan fisik
 Kerja sama tim, saling percaya, menghargai sesama anggota

3. Beguli (kelereng)

Sumber : google foto


Permainan kelereng ditemukan Tahun 3000 SM, kelereng terbuat dari batu atau tanah liat.
Kelereng tertua koleksi The British Museum di London berasal dari tahun 2000-1700 SM.
Sebagaimana permainan anak di daerah lain, suku Tidung juga mengenal beguli (kelereng).
Kelereng dengan berbagai sinonim gundu (betawi), keneker (jawa), kaléci (sunda). Baguli
(Bug) adalah bola kecil dibuat dari tanah liat, marmer atau kaca untuk permainan anak-anak.
Ukuran kelereng sangat bermacam-macam. Umumnya ½ inci (1,25 cm) dari ujung ke ujung.
Kelereng kadang-kadang dikoleksi, untuk tujuan nostalgia dan warnanya yang estetik.
Teknologi pembuatan kelereng kaca ditemukan pertama kali pada tahun 1864 di Jerman.
Kelereng yang semula satu warna, menjadi berwarna-warni mirip permen. Teknologi ini
segera menyebar ke seluruh Eropa dan Amerika. Kelereng populer di Inggris dan negara
Eropa lain sejak abad ke-16 hingga 19
Adapun dikalangan anak-anak Tidung, sebagaimana permainan yang lain, aturan permainan
dibuat dan disepakati terlebih dahulu sebelum melakukan permainan.
Nilai yang terkandung dalam permainan ini:
 Sportifitas, ketangkasan fisik
 Kerja sama tim, saling percaya, menghargai sesama anggota
Catatan:
Ada beberapa aturan permainan yang mengarah pada “taruhan” yang dikemas adu
ketangkasan, baik individu maupun tim

4. Bebantung (lepokan)
Sejenis permainan kelereng, terbuat dari tanah liat rumah kepiting yang dikeringkan agar
keras.
5. Raga (takraw)

Sumber: kayantara.com
Ini merupakan permainan yang menggunakan sebuah bola yang terbuat dari rotan atau yang
kita kenal dengan nama bola takraw. permainan dapat dilakukan oleh 3 hingga 6 orang atau
bahkan lebih.
Adapun dikalangan anak-anak Tidung, sebagaimana permainan yang lain, aturan permainan
dibuat dan disepakati terlebih dahulu sebelum melakukan permainan.
Nilai yang terkandung dalam permainan ini:
 Sportifitas, ketangkasan fisik
 Kerja sama tim, saling percaya, menghargai sesama anggota

6. Tegasing (gasing)

Sumber: google foto


Tegasing (gasing, Gangsing) adalah mainan yang bisa berputar pada poros dan
berkesetimbangan pada suatu titik. Gasing merupakan mainan tertua yang ditemukan di
berbagai situs arkeologi dan masih bisa dikenali. Selain merupakan mainan anak-anak dan
orang dewasa, gasing juga digunakan untuk berjudi dan ramalan nasib.
Sejumlah daerah memiliki istilah berbeda untuk menyebut gasing, diantaranya pukang
(Lampung), begasing (Kaltim), apiong (Maluku), maggasing (NTB). Sedangkan masyarakat
Bolaang Mongondow di daerah Sulawesi Utara mengenal gasing dengan nama Paki. Orang
Jawa Timur menyebut gasing sebagai kekehan. Sedangkan di Yogyakarta, gasing disebut
dengan dua nama berbeda. Jika terbuat dari bambu disebut gangsingan, dan jika terbuat dari
kayu dinamai pathon.
Seiring dengan perkembangan jaman, sebagian besar gasing dibuat dari kayu, walaupun
sering dibuat dari plastik, atau bahan-bahan lain. Kayu diukir dan dibentuk hingga menjadi
bagian badan gasing. Tali gasing umumnya dibuat dari nilon, sedangkan tali gasing
tradisional dibuat dari kulit pohon. Panjang tali gasing berbeda-beda bergantung pada
panjang lengan orang yang memainkan.
Gerakan gasing berdasarkan efek giroskopik. Gasing biasanya berputar terhuyung-huyung
untuk beberapa saat hingga interaksi bagian kaki (paksi) dengan permukaan tanah
membuatnya tegak. Setelah gasing berputar tegak untuk sementara waktu, momentum sudut
dan efek giroskopik berkurang sedikit demi sedikit hingga akhirnya bagian badan terjatuh
secara kasar ke permukaan tanah.
Cara memainkan gasing:
 Gasing dipegang di tangan kiri, sedangkan tangan kanan memegang tali.
 Lilitkan tali pada gasing, mulai dari bagian paksi sampai bagian badan gasin, lilit kuat
sambil berputar.
 Lempar gasing ke tanah.
 Gasing yang dilempar akan berputar untuk beberapa saat hingga interaksi kakinya dengan
permukaan tanah membuatnya tegak lalu berputar untuk beberapa waktu. Lama-lama
putaran semakin memelan dan momentum sudut dan efek giroskopik berkurang, hingga
akhirnya badan gasing jatuh ke permukaan tanah.
Adapun dikalangan anak-anak Tidung, sebagaimana permainan yang lain, aturan permainan
dibuat dan disepakati terlebih dahulu sebelum melakukan permainan.
Nilai yang terkandung dalam permainan ini:
 Sportifitas, ketangkasan fisik
7. Ketikan (katapel)

Sumber: google foto


Katapel di Indonesia sering disebut dengan pelinteng atau blandring. Dalam dunia anak
Tidung lebih dikenal dengan nama “ketikan”.
Katapel banyak digunakan untuk berburu hewan kecil seperti burung kecil atau capung, atau
sekadar untuk bermain perang-perangan dengan teman sebaya di waktu masih anak-anak.
Katapel di Indonesia terdiri dari bahan kayu dan karet, karet yang digunakan biasanya berasal
dari ban kendaraan bekas. Sedangkan peluru yang digunakan biasanya batu kecil atau karet
gelang yang dibentuk bulat-bulat sehingga tidak melukai orang lain.
Nilai yang terkandung dalam permainan ini:
 Sportifitas, ketangkasan fisik
 Konsentrasi

8. Marak (kelayangan)

Sumber : google foto


(layang-layang tertua di dunia ada di Indonesia, tepatnya berasal dari Muna, Sulawesi Tenggara. Disebutkan
staf Museum Layang Layang, Asep Irawan layang-layang di Indonesia sudah ada sejak sangat lama.
Bahkan sudah ada sejak zaman purba. Di Muna, Sulawesi Tenggara bahkan terdapat layang-layang yang
terbuat dari daun kolope yang disebut-sebut senagai layang-layang tertua di dunia.)

Marak (kelayangan), merupakan salah satu jenis permainan suku Tidung, yang sering
dimainkan oleh anak-anak maupun orang dewasa. Di daerah lain, biasanya disebut dengan
“layang-layang”.
Catatan pertama yang menyebutkan permainan layang-layang adalah dokumen dari Tiongkok
sekitar 2500 Sebelum Masehi. Sedangkan penggambaran layang-layang tertua adalah dari
lukisan gua periode mesolitik di pulau Muna, Sulawesi Tenggara, yang telah ada sejak 9500-
9000 tahun SM. Lukisan tersebut menggambarkan layang-layang yang disebut kaghati, yang
masih digunakan oleh orang-orang Muna modern. Layang-layang terbuat dari daun kolope
(umbi hutan) untuk layar induk, kulit bambu sebagai bingkai, dan serat nanas hutan yang
dililitkan sebagai tali, meskipun layang-layang modern menggunakan senar sebagai tali.
Diduga terjadi perkembangan yang saling bebas antara tradisi di Tiongkok dan di Nusantara
karena di Nusantara banyak ditemukan bentuk-bentuk primitif layang-layang yang terbuat
dari daun-daunan. Di kawasan Nusantara sendiri catatan pertama mengenai layang-layang
adalah dari Sejarah Melayu (Sulalatus Salatin) (abad ke-17) yang menceritakan suatu festival
layang-layang yang diikuti oleh seorang pembesar kerajaan.
Nilai yang terkandung dalam permainan ini:
 Sportifitas, ketangkasan fisik

9. Pansa (panco)

Sumber: google foto

Panco adalah sebuah olahraga antara dua orang dengan saling mendorong atau menolak
tangan lawan hingga salah satu tangan lawan roboh ke alas permainan. Pemenang panco
adalah orang yang tangannya berhasil merobohkan tangan lawannya.
Adapun dikalangan anak-anak Tidung, sebagaimana permainan yang lain, aturan permainan
dibuat dan disepakati terlebih dahulu sebelum melakukan permainan.
Nilai yang terkandung dalam permainan ini:
 Sportifitas, ketangkasan fisik

10. Bebinti (bente)

Sumber: google foto


Bebinti merupakan permainan kaki, sebagaimana panco menggunakan tangan.
Adapun dikalangan anak-anak Tidung, sebagaimana permainan yang lain, aturan permainan
dibuat dan disepakati terlebih dahulu sebelum melakukan permainan.
Nilai yang terkandung dalam permainan ini:
 Sportifitas, ketangkasan fisik

11. Leduman (meriam bambu)

Sumber: google foto


Leduman (Meriam bambu) merupakan salah satu permainan tradisional Melayu khas yang
cukup populer serta dikenal di berbagai daerah–daerah Melayu, bahkan hampir di seluruh
wilayah nusantara pada umumnya. Selain disebut dengan istilah meriam bambu, di berbagai
daerah permainan ini dikenal juga dengan berbagai nama, seperti: bedil bambu, mercon
bumbung, long bumbung, dan sebagainya. Permainan bedil bambu ini biasanya dimainkan
oleh anak laki-laki dalam rangka memeriahkan bulan puasa menjelang hari raya, dan
peringatan hari besar agama maupun adat.
Permainan meriam bambu diperkirakan terinspirasi dari senjata yang dipakai oleh bangsa
portugis saat mereka berupaya menduduki wilayah nusantara pada abad ke–16. Meriam
adalah senjata modern yang dimiliki oleh bangsa Portugis. Pada masa itu, kehadiran meriam
bagi orang-orang pribumi menjadi perhatian mereka. Mereka heran melihat ada benda yang
dapat mengeluarkan bola panas yang mengakibatkan kerusakan besar. Merujuk pada kisah
asal-usulnya tersebut, permainan Meriam bambu atau bedil bambu diwujudkan dalam bentuk
"meriam" yang dibuat dari bahan bambu. Cara memainkannya pun nyaris sama dengan
penggunaan meriam sungguhan, yakni dengan menyulut lubang yang ada di bagian pangkal
bambu dengan api. Permainan Meriam bambu ini sangat digemari oleh anak-anak dan kaum
remaja laki-laki di banyak daerah di Indonesia. Tidak jarang sekumpulan anak laki-laki
berlomba–lomba membunyikan meriam bambu. Barang siapa yang berhasil menghasilkan
suara ledakan paling keras, itulah yang diakui sebagai jagonya meriam bambu. Tidak jarang,
lantaran terlalu kerasnya suara dentuman yang ditimbulkan, Meriam bambu bisa pecah dan
terbelah menjadi dua bagian.
Pada prinsipnya, permainan meriam bambu sebenarnya bukan tergolong dalam permainan
yang bersifat kompetisi, melainkan hanya hiburan semata. Tidak hanya itu, permainan
Meriam bambu sudah menjadi tradisi yang secara turun – temurun dimainkan secara rutin,
Sebagaimana daerah nusantara dan daerah melayu seperti, Malaysia dan Brunei Darussalam,
dan lainnya yang mengenal tradisi permainan Meriam bamboo, permainan ini masih bertahan
dikarena telah menjadi tradisi turun - temurun dan selalu ada setiap tahunnya dalam perayaan
hari hari besar agama.

Nilai -nilai Budaya yang terkandung dalam permainan leduman


Beberapa nilai luhur yang terkandung dalam permainan leduman antara lain:

 Memaknai perayaan hari besar. Permainan Meriam bambu dilakukan sebagai salah satu
cara untuk menyambut datangnya hari-hari besar, semisal bulan Ramadan, hari raya, hari
besar keagamaan, ataupun hari besar adat.
 Wujud syukur dan kegembiraan. Sebagai wujud syukur dan ungkapan kegembiraan atas
perjuangan dan keberhasilan yang diperoleh, misalnya sebagai ungkapan syukur telah
berhasil menunaikan ibadah puasa selama bulan Ramadan.
 Melestarikan tradisi. Permainan Meriam bambu adalah salah satu dari sekian banyak
kekayaan tradisi yang dimiliki oleh masyarakat melayu sehingga sangat perlu untuk
dilestarikan agar tidak punah terkikis oleh perkembangan zaman.
 Melatih kreativitas. Meriam bambu bukanlah permainan yang bisa dibeli dengan mudah
seperti kebanyakan permainan modern yang ada saat ini. Untuk bisa memainkan Meriam
bambu seorang harus membuat sendiri. Proses pembuatan Meriam bambu inilah yang
menjadi proses kreatif seseorang.
 Melatih keberanian. Memainkan Meriam bambu memang mengandung risiko bahaya,
namun jika tetap berhati-hati dan selalu waspada dalam memainkannya, justru dapat
melatih keberanian seseorang.
Catatan:
Meriam bambu merupakan salah satu permainan tradisional yang dimiliki oleh bangsa bangsa
melayu serumpun. Permainan harus terus dijaga kelestariannya supaya tidak punah meskipun
di zaman sekarang, terutama di kota-kota besar, tradisi permainan Meriam bambu sudah
mulai sulit ditemukan, selain Karena tergeser oleh berbagai macam jenis permainan modern
juga Karena sulit didapatnya bahan-bahan untuk membuat Meriam bambu ini yang berasal
dari bahan – bahan yang disediakan oleh alam.

12. Yuyuan (yoyo)

Sumber: google foto


Yuyuan (yoyo) merupakan permainan tradisional suku Tidung, hasil asimilasi budaya luar.
Pada mulanya yoyo terbuat dari kayu atau tanah liat.
Yoyo adalah permainan tertua kedua setelah boneka dan bertransformasi menjadi permainan
dengan unsur seni yang membutuhkan ketangkasan tingkat tinggi. Para peneliti berpendapat,
permainan yoyo diduga dari bangsa yunani, india dan china.
Sebagaimana beberapa jurnal, Yoyo telah dimainkan oleh bangsa Yunani sejak tahun 500 SM.
Dalam sejarah kemunculan yoyo, China menjadi negara yang lebih dipercaya menjadi tempat
munculnya permainan yoyo.
Sekitar tahun 1700 anak anak dan orang dewasa di Prancis menjadikan yoyo sebagai mainan
favoritnya, sampai pangeran louis XVII juga kepincut dengan permainan yang disebut "jou-
jou". Hal itu dapat kita lihat dalam lukisan yang terpampang di museum Prancis. sayangnya,
hobi itu tak bertahan lama dan ditinggalkan ketika masa revolusi.
Sekitar tahun 1820, para keluarga di lingkukan Kerajaan Inggris sangat mencintai permainan
yoyo. Raja George IV semasa kecilnya sudah pandai bermain yoyo. Trennya menyebar
menjadi mainan wajib para raja dan orang orang kaya disana. Mereka menyebutnya
"bandalore". Setelah itu orang orang eropa mengenalkan yoyo ke penjuru dunia termasuk
Amerika.
pada tahun 1860 dua orang asal Ohio mencoba untuk mengajukan hak paten "bandalore" agar
bisa memiliki izin melakukan eksperimen dengan variasi lain, seperti karet dan kaca. Sampai
tahun 1866 Amerika terus mengembangkan "bandalore", tapi mainan ini tidak mendapat
sambutan baik.

13. Timbek Juluk

Sumber: google foto


Timbek Juluk adalah permainan senjata atau tembakan yang terbuat dari bambu kecil,
umumnya dimainkan oleh anak laki-laki berusia antara 7 sampai 15 tahun. Timbek Juluk
digunakan sebagai senjata dalam aksi perang-perangan melawan musuh. Disebut sebagai
permainan tembakan, karena dalam permainan ini terdengar bunyi letusan seperti bunyi
letusan senjata. Sangatlah mengasyikkan memainkan permainan ini sepulang sekolah atau
dikala sedang berlibur.
Tidak ada batasan jumlah peserta dalam permainan ini, artinya semua orang bisa bermain
bersama. Permainan ini dilakukan secara berkelompok dan minimal dua anak. Meski anak
perempuan tidak dilarang untuk mengikuti permainan Timbek Juluk, nyatanya banyak
peminatnya adalah anak laki-laki. Permainan ini umumnya dimainkan oleh anak berusia
sekolah dasar, jadi 7-15 tahun.
Jalannya permainan
 Persiapan
o Sebelum memulai permainan perang, senjata harus dibuat dari bambu kecil. Anak-
anak harus menyepakati senjata bambu apa yang akan dibuat dan peluru apa yang
akan digunakan. Anak-anak berkolaborasi dalam membuat senjata dan peluru.
Ada yang bertugas mencari bambu kecil, ada juga yang khusus mencari peluru.
o Saat peralatan bermain sudah siap digunakan, anak-anak harus dibagi menjadi
beberapa kelompok dan kemudian mulai dengan senjata baru yang sudah jadi.
o Di ujung senjata ini diisi dengan peluru. Umumnya peluru yang digunakan adalah
kertas koran yang sudah dibasahi, ada juga dengan menggunakan biji jambu yang
masih kecil. Pada ujung mainan diisi agar udara di dalam bambu dapat
dipadatkan sehingga pada saat ditusuk terjadi ledakan dan sumbatnya terlepas.

 Aturan Permainan
o Tetapkan beberapa aturan yang disepakati bersama di awal permainan. Aturan-
aturan ini harus diikuti dan tidak boleh dilanggar. Jika ada peraturan yang
dilanggar, maka dianggap mati dan tidak dapat dilanjutkan permainan
o Pemain harus memiliki alat (senjata) sendiri. Jika terkena tembakan maka
dianggap mati. Para pemain harus bersembunyi.
o Teman kelompok sendiri tidak bisa ditembak.
o Tidak bisa melukai lawan
o Saat melakukan tembakan harus mengatakan "dor"
o Siapa pun yang menembak lawan terlebih dahulu dan mengenai target dianggap
mati.
o Permainan dianggap selesai jika semua lawan mati terkena tembakan dan
kelompok yang paling banyak pemainnya tersisa atau hidup dianggap menang.
 Cara Bermain
o Setelah semua persiapan selesai, semua anak harus membawa senjata bambu
masing-masing, Kemudian mereka harus membentuk kelompok secara acak.
Permainan ini tidak membutuhkan kondisi fisik yang seimbang. Namun
permainan ini membutuhkan keterampilan dari para pemainnya. Anak-anak yang
secara fisik besar atau gemuk seringkali menjadi sasaran karena kesulitan
bersembunyi.
o Ketika pembagian kelompok selesai, mereka bersembunyi satu sama lain dan
setiap kali harus menghadapi lawan mereka. Terkadang rekan satu tim perlu
berganti baju atau pakaian untuk lebih dekat dengan musuh agar lebih mudah
menembak.

o Jika tembakan mengenai sasaran, misalnya saat menembak sambil meneriakkan


nama yang diakhiri/diawali dengan "dor (nama musuh)", maka lawan dianggap
mati. Saat semua orang tertembak, permainan berakhir.
Nilai -nilai Budaya yang terkandung dalam permainan ini
Beberapa nilai luhur yang terkandung dalam permainan Timbek Juluk antara lain:
o Permainan ini tentunya akan sangat mengasyikan bagi para pemainnya karena
menimbulkan rasa gembira di hati anak-anak. Permainan ini memungkinkan anak-
anak untuk mengidentifikasi diri mereka sebagai pejuang pemberani (patriotisme)
di medan perang.

o Permainan ini melatih anak mengembangkan strategi atau taktik untuk


mengalahkan lawannya. Permainan ini sebenarnya menyampaikan semangat
kepahlawanan untuk bertahan melawan musuh serta dapat juga mendorong dan
menumbuhkan nilai-nilai integritas seperti kejujuran, keberanian, kesederhanaan
dan kerjasama tim.

Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai