Anda di halaman 1dari 6

PERMAINAN TRADISIONAL KHAS MINANGKABAU YANG MULAI DITINGGAL

Pencak silat minangkabau

Selain budaya dan adat istiadat yang beragam, Minangkabau juga memiliki berbagai
macam permainan tradisional khas minangkabau yang diwariskan secara turun temurun,
Sabtu (12/8).

Sumatra barat selalu menarik untuk diperbincangkan. Selain kota yang menarik
dijadikan tempat wisata, Sumatra Barat juga memiliki keragaman dalam baju adat,
rumah adat, kuliner khas dan sebagainya.

Permain tradisional khas minangkabau juga tidak kalah menarik. Setiap suku pasti
memiliki permainan khas masing-masing. Permainan tradisional khas Minangkabau
dinilai unik dan bermanfaat bagi kesehatan. Namun, seiring bergesernya budaya
masyarakat, permainan ini mulai jarang ditemukan.

Berikut ini Permainan tradisional Khas Minangkabau

1.Sipak rago

Dalam Bahasa Indonesa, Sipak Rago adalah sepak raga. Permainan ini sempat popular di
daerah Minangkabau. Banyak yang mengatakan bahwa sipak rago inilah asal mula dari
sepak takraw. Sipak rago biasa dimainkan oleh laki-laki.

Permainnya akan membentuk lingkaran lalu menyepak bola yang terbuat dari anyaman
kulit rotan maupun daun kelapa. Aturan mainnya cukup mudah dimana bola tidak boleh
jatuh ke tanah. Sipak rago ini tidak menggunakan jarring seperti sepak takraw. Jarring
inilah yang menjadi pembeda sipak rago dengan sepak takraw.

Sepak raga (bahasa Minang: sipak rago) adalah salah satu permainan tradisional yang
berkembang di wilayah Minangkabau. Permainan ini dimainkan oleh lima sampai
sepuluh orang dengan cara membentuk lingkaran di suatu lapangan terbuka, di mana
bola raga tersebut dimainkan dengan kaki dan teknik-teknik tertentu sehingga bola
tersebut berpindah dari satu orang pemain kepada pemain lainnya tanpa jatuh ke tanah.
Bola raga terbuat dari daun kelapa muda atau kulit rotan yang dianyam menggunakan
tangan.[1]

Pada zaman dahulu permainan sepak raga dilakukan oleh para pemuda di kampung-
kampung pada sore hari untuk mengisi waktu luang dan sebagai sarana hiburan.[2]
Tidak ada penilaian yang baku pada permainan ini, karena permainan ini tidak
dipertandingkan. Yang ada hanya penilaian pada kemahiran pemain dalam memainkan
bola supaya tidak jatuh ke tanah.[3]

Permainan ini sekarang masih dapat dijumpai di daerah pinggiran kota Padang dan juga
daerah-daerah lain di Sumatera Barat, akan tetapi di wilayah perkotaan sudah mulai
ditinggalkan oleh masyarakat. Akhir-akhir ini, permainan sepak raga sudah mulai
diperlombakan dan sudah banyak grup-grup sepak raga yang mulai bermunculan.[4]

2.Badia batuang

Badia sendiri memiliki arti bedil atau meriam, sedangkan batuang berarti bamboo besar.
Badia batuang biasanya akan ramai dimainkan saat bulan Ramadhan. Anak anak akan
berkumpul untuk membuat meriam dari bamboo yang besar. Meriam ini akan diberi
minyak tanah dan sumbu. Bamboo akan dilubangi ujungnya dan lubang kecil sebelum
pangkalnya. Saat disulut, badia batuang akan menghasilkan dentuman yang keras. Saat
ini sulit ditemui anak-anak yang masih bermain badia batuang ini karena anak-anak lebih
memilih menyalakan petasan.Badia batuang adalah mainan yang terbuat dari sebatang
bambu berdiameter luar sekitar 15 cm, ketebalan sekitar 1-1,5 cm dan memiliki panjang
sekitar 4-5 buku bambu (1 buku bambu sekitar 30cm bagi bambu dewasa). Biasanya
dipilih bambu yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Badia batuang biasanya
dimainkan oleh anak-anak berumur 8-13 tahun. Alat ini mirip seperti meriam jaman
penjajahan kolonial Belanda, begitupun bunyinya. Cara mengoperasikannya adalah
dengan memasukan kain-kain robek kedalam bambu yang telah dilubangi berukuran 2×2
cm di bagian bawahnya dan disirami minyak tanah secukupnya sebagai bahan bakarnya.

3.Cak Bur

Cak bur sering dimainkan oleh anak-anak . nama lain dari permainan ini adalah gala
panjang. Kenapa cak bur? Karena permaianan ini harus mengucapkan cak dan bur. Cak
bur akan dimainkan oleh dua gelanggang dan biasanya dibuat dengan menarik garis dari
atas tanah dengan mukuran 2×2 meter dan dibagi bagi menjadi beberapa kotak. Tidak ada
ukuran baku, sebab ukurannya dapat disesuaikan. Kedua tim harus memiliki jumlah

anggota yang sama.

Cak Bur (Galah Panjang)

Deskripsi dan Cara Permainan:

Permainan Cak Bur ini juga dikenal dengan nama permainan galahpanjang. Permainan ini
disebut Cak Bur karena pada saat permainan dimulai penjaga mengatakan “Cak” dan
ketika permainan berakhir pemain mengatakan “Bur”. Pemainan ini biasa dimainkan oleh
anak-anak di daerah Sumatera Barat dan Riau. Namun permainan ini juga banyak
dimainkan oleh orang dewasa. Permainan ini dimainkan oleh dua tim dalam suatu arena
yang disebut gelanggang. Gelanggang ini dapat dibuat outdoor maupun indoor.
Gelanggang ini terdiri atas kotak-kotak yang dibuat di tanah atau lantai dengan ukuran +
2x2 meter. Namun ukuran gelanggang ini bisa disesuaikan dengan tempat permainan
yang tersedia. Salah satu tim berperan sebagai penjaga gelanggang dan tim lainnya
sebagai pemain. Jumlah anggota pada masing-masing tim harus sama. Jumlah kotak
dalam gelanggang adalah jumlah pemain pada masing-masing tim dikurang satu.

Tim penjaga bertugas menjaga gelanggang agar tim yang main tidak bisa melewati batas
gelanggang dan masuk ke dalam gelanggang. Setiap orang dalam tim penjaga ini menjaga
satu garis yang menjadi tanggung jawabnya dan dia tidak boleh keluar dari garis yang
menjadi tempat jaganya. Sedangkan tim pemain bertugas melewati para penjaga untuk
dapat melewati gelanggang dan kembali kedepan.

Cara memainkan :

Permainan dimulai dengan membuat gelanggang. Setelah membuat gelanggang


permainan, dipilihlah ketua untuk masing-masing kelompok. Lalu masing-masing ketua
akan mengundi kelompok mana yang akan menjadi penjaga dan mana yang menjadi
pemain. Setelah itu, masing-masing kelompok menuju tempat masing-masing. Penjaga
akan menuju gelanggang dan menjaga garis masing-masing. Ketua penjaga akan berada
si garis tengah yang membagi gelanggang menjadi dua bagian dan bebas menjaga dari
depan ke belakang. Kelompok pemain menuju bagian depan gelanggang dan bersiap-siap
memasuki gelanggang yang dijaga tadi. Setelah itu, semua penjaga merentangkan
tangannya dan penjaga garis paling depan mengatakan “CAK” dan dimulailah permainan.
Pemain berusaha melewati setiap kotak dalam gelanggang dan sampai pada bagian paling
akhir dan kembali lagi ke depan tempat permainan dimulai. Sedangkan penjaga berusaha
menjaga agar pemain tidak melewati garis yang digajanya. Pemain tidak boleh tersentuh
oleh penjaga. Jika pemain tersentuh olah penjaga maka posisi akan bertukar, pemain
manjadi penjaga, dan penjaga menjadi pemain. Kemenangan akan dicapai apabila pemain
bisa melewati seluruh gelanggang dan dapat kembali ke depan. Ketika pemain berhasil
melewati pemain yang menjaga garis depan untuk kembali maka dia mengucapkan
“BUR” yang menandakan bahwa kelompoknya telah menang.Analisis permainan Cak
Bur (Galah Panjang) Permainan tradisional tidak memiliki aturan secara tertulis.
Biasanya, selain aturan yang sudah umum digunakan, pemain bisa menambahkan aturan
yang baru yang disesuaikan dengan kesepakatan para pemain. Di sini terlihat bahwa para
pemain dituntut untuk kreatif dalam menciptakan aturan-aturan yang sesuai dengan
keadaan mereka. Hal ini berlaku pada permainan Cak Bur (Galah Panjang) dimana
ukuran gelanggang yang digunakan dalam permainan bisa disesuaikan dengan tempat
permainan yang tersedia dan jumlah gelanggang bisa disesuaikan dengan jumlah pemain.
Selain itu, permainan cakbur menuntut anak untuk membangun strategi dalam
menghadapi tim lawannya dan berusaha untuk menipu tim lawan agar mereka tidak
tertangkap oleh tim penjaga. Oleh karena itu, dapat dikatakan permainan Cak Bur ini
memiliki manfaat dari aspek kognisi.

Dilihat dari aspek fisik, Cak Bur dapat mengembangkan kecerdasan kinestetik anak
karena dalam permainan ini terdapat gerakan motorik (berlari). Anak juga dilatih bersikap
cekatan, berkonsentrasi, dan melihat peluang degan cepat untuk mengambil keputusan
terbaik agar bisa menangkap lawan atau mengelabuhi lawan. Selain itu, Cak Bur juga
mengembangkan kecerdasan spasial anak karena permainan ini mendorong anak untuk
mengenal konsep ruang yaitu saat menjaga gelanggang.

Permainan Cak Bur juga bisa mengembangkan kecerdasan emosi dan kecerdasan sosial
karena permainan ini dilakukan secara berkelompok. Dengan berkelompok, anak akan
mengasah emosinya sehingga timbul toleransi dan empati terhadap orang lain, merasa
nyaman dan terbiasa berada dalam kelompok serta mengajarkan kebersamaan. Permainan
Cak Bur bisa digunakan sebagai terapi pada anak karena saat bermain, anak-anak akan
melepaskan emosinya. Mereka berteriak, tertawa, dan bergerak (berlari). Kegiatan
semacam ini bisa digunakan sebagai terapi untuk anak-anak yang memerlukan kondisi
tersebut.

Jika dilihat dari tahapan perkembangan bermain, permainan Cak Bur termasuk ke dalam
Cooperative Play (Bermain bersama) yang ditandai dengan adanya kerja sama atau
pembagian tugas dan pembagian peran antara anak-anak yang terlibat dalam permainan
untuk mencapai satu tujuan tertentu (Tedjasaputra, 2001). Dalam permainan ini, ada
pembagian tugas seperti ada yang menjadi ketua kelompok, ada yang menjadi penjaga
gelanggang 1, gelanggang 2 dan seterusnya.

Kelemahan dari permainan ini adalah adanya resiko untuk terjatuh dan mengalami cidera.
Oleh karena itu, pemain harus berhati-hati dalam melakukan permainan ini dan memilih
area bermain yang aman seperti dengan lebih memilih area tanah yang berumput
dibandingkan lantai (terbuat dari semen) karena tekstur lantai lebih keras.

Dalam permainan ini, satu tim akan berperan sebagai pemain. Tim pemain bertugas untuk
melewati kotak-kotak yang ada hingga sampai ke ujung tanpa boleh tersentuh penjaga.
Permaianan akan dimulai oleh pejaga paling depan dengan mengucap cak dan diakhiri
dengan pemain yang berhasil melewati penjaga dan mengucapkan bur untuk menandai
kemenangannya. Permainan akan diulang hingga semua anggota tim berhasil lolos.

4.Sipak tekong

Sipak tekong merupakan permianan petak umpet khas minang. Sipak sendiri berari sepak
dang tekong berarti kaleng. Yang membuat permainan ini berbeda adalah pemain yang
dahulu tertangkap dapat diselamatkan. Seperti petak umpet pada umumnya aka nada satu
orang yang bertugas sebagai penjaga dan yang lainnya akan bersembunyi. Akan ada
kaleng yang diletakan ditengah lingkaran. Penjaga akan mencari teman-temannya yang
bersembunyi.

Penjaga harus menyebutkan nama dan menyentuh tekong sambil berkata sipak tekong.
Jika hal ini tidak dilakukan, maka orang yang bersembunyi tadi dapat bersembunyi
kembali dengan menyepak tekong tersebut.
Sepak tekong atau sipak tekong adalah permainan tradisional yang berasal dari Sumatera
Barat. Sepak tekong adalah bahasa Minang dimana sepak berarti menendang atau
menyipak dan tekong adalah kaleng.

Peralatan

Permainan ini menggunakan peralatan yang mudah didapat dan dibuat oleh anak-anak
yaitu dengan memanfaatkan kaleng bekas. Kedalam kaleng bekas tersebut dimasukkan
batu-batu kecil, lalu kaleng ditutup dengan dengan cara memukul-mukul bagian mulut
kaleng. Apabila kaleng digoyang-goyang maka akan menimbulkan bunyi gaduh akibat
pergeseran batu-batu dengan kaleng.[1]

Permainan sepak tekong ini lebih didominasi oleh anak laki-laki dari pada anak
perempuan, dengan jumlah pemain lima orang atau lebih.

Permainan
Sebelum permainan dimulai terlebih dahulu para pemain akan bersuit untuk menentukan
siapa yang akan menjadi penjaga tekong, dan pemain lainnya akan bersembunyi disekitar
atau tidak terlalu jauh dari tekong. Tekong ditempatkan dalam sebuah garis lingkaran. Si
penjaga tekong sambil menginjak tekong dengan menutup mata dengan kedua telapak
tangannya sambil meneriakkan "alaaaah" (bahasa Minang: sudah) dan "aluuuun" (bahasa
Minang: belum). Apabila ada yang menyatakan sudah, maka penjaga tekong mulai
mencari dimana arah suara pemain. Jika ada yang dapat maka ia akan menjadi penjaga
tekong berikutnya. Namun apa bila yang dapat bisa menyipak tekong dengan jauh, maka
ia akan memiliki waktu untuk kembali bersembunyi.Dalam permainan ini mereka yang
sering menjaga tekong adalah yang kalah. Bagi yang tidak pernah menjaga tekong maka
ia adalah pemenangnya

Anda mungkin juga menyukai