Anda di halaman 1dari 14

BELAJAR BERBASIS PERMAINAN TRADISIONAL

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Permainan Tradisional Bangka Belitung
Dosen Pengampu: Hari Kiswanto, M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 2
1. Dina Angelina (2012032)
2. Sherly Wulandari (2012033)
3. Mita Nurjannah (2012057)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS TARBIYAH
IAIN SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK
BANGKA BELITUNG
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar adalah suatu proses belajar yang kompleks yang terjadi
pada diri setiap orang yang hidup. Proses belajar itu terjadi karena adanya
interaksi anatara manusia dengan lingkungannya, oleh karena itu belajar dapat
terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu tanda bahwa seseorang itu telah
belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang tersebut yang
mungkin terjadi oleh perubahan pada pengetahuan, keterampilan atau sikap.
Apabila proses belajar itu di selenggarakan secara formal di sekolah-sekolah.
Pembelajaran hakikatnya merupakan suatu proses kegiatan yang
pelaksanaannya dilaksanakan dengana aturan-aturan dan terstruktur, berjalan
dengan sistematis dan logis serta berpedoman terhadap aturan yang disepakati
bersama. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan dalam pembelajaran adalah wujud
dari bermacam hal yang dipertimbangkan dalam perencanaan ambisi dari
pendidik saja.
Permainan tradisional pada anak usia dini merupakan wujud untuk
mengimplementasikan budaya-budaya luhur bangsa dalam diri peserta didik
sehingga literasi budaya tertanam sejak dini dan meminimalisir penggunaan
permainan modern ataupun gameonline.permainan tradisional menjadi hal
penting untuk dilestarikan kembali sebab permainan-permainan import atau
modern sudah merebak di kalangan anak-anak.1
Pembelajaran berbasis permainan tradisional dapat menjadi solusi
guna terwujudnya literasi budaya. Mengenalkan anak makna dari kegiatan
permainan bahwa masih banyak guru belum dapat mengemas pembelajaran
sehingga anak kurang memahami makna dari permainan tradisional yang
dimainkan.2

1
Haris, Kearifan lokal permainan tradisional , (Padang: Universitas Negeri Padang
2016) hlm. 43.
2
Pamungkas Hayati dan Maryatun, Pengembangan perencanaan pembelajaran PAUD
berbaris Budaya, (Jakarta: Universitas Terbuka 2016), hlm. 45.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian permainan tradisional?
2. Apa saja jenis-jenis permainan tradisional?
3. Bagaimana perencanaan pembelajaran berbasis permainan tradisisonal?

C.Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian permainan tradisional.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis permainan tradisional.
3. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran berbasis permainan tradisional.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Permainan Tradisional
Permainan tradisional merupakan simbolisasi dari pengetahuan
yang turun temurun dan mempunyai bermacam-macam fungsi atau pesan di
baliknya, di mana pada prinsipnya permainan anak tetap merupakan
permaianan anak. Dengan demikian bentuk atau wujudnya tetap
menyenangkan dan menggembirakan anak karena tujuannya sebagai media
permainan. Aktivitas permaianan yang dapat mengembangkan aspek-aspek
psikologis anak adapat dijadikan sarana belajar sebagai persiapan menuju
dunia orang dewasa. Menurut Yulita, permaianan tradisional telah ada sejak
dulu, dimainkan dari generasi ke generasi. Permainan tradisional ini sering
dimainkan oleh anak-anak sewaktu mereka kecil yang dapat memberikan
kesenangan dan petualangan.3
Permainan merupakan aktivitas yang biasa sering anak
lakukan dalam kesehariannya. Sebab,sebagian waktu anak dihabiskan
dengan berkegiatan di luar rumah dengan teman sebaya dibandingkan
dengan kegiatan-kegiatan yang lain. Sedangkan menurut Andriani
permainan tradisionalmerupakan simbolisasi pengetahuan yang sduah ada dan
diturunkan dari generasi ke generasi yang memiliki berbagai fungsi atau
pesan yang ingin disampaikan. Permainan tradisional diwariskan secara turun-
temurun.4
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
permainan tradisionalmadalah permaianan turun menurun yang terstruktur
sedemikian rupa sehingga dapat mengembangkan berbagai aspek dan bertjuan
mewariskan budaya dari generasi ke generasi.

B. Jenis- jenis Permainan Tradisional

3
Yulita, R. Permaianan tradisional anak nusantara, (Jakarta: Badan pengembangan
dan pembinaan bahasa, 2017), hlm. 46.
4
Andriani, T. Permaianan tradisiona dalam membentuk karakter anak usia dini,
(Jakarta: Pendidikan anak usia dini, 2012), hlm. 47.
1. Cublak Cublak Suweng

Cublak cublak suweng adalah salah satu permainan tradisional


Indonesia yang berasal dari Jawa Tengah. Permainan ini membutuhkan
jumlah pemain lebih dari dua orang. Selain itu, alat yang dibutuhkan
adalah kerikil atau benda apapun yang bisa digenggam penuh oleh tangan.
Cara memainkannya pun sederhana, yaitu satu pemain membungkuk dan
menghadap ke bawah yang bertugas sebagai penebak, sedangkan pemain
sisanya meletakkan tangan secara terbuka di atas punggung pemain yang
membungkuk.
2. Permainan Tradisoinal Petak Umpet

Permainan tradisional yang pertama adalah petak umpet. Untuk


memainkan ini kamu harus mengumpulkan lebih dari dua orang.
Cara mainnya pun mudah. Cukup jadikan satu orang sebagai penjaga, lalu
pemain lainnya harus bersembunyi. Setelah penjaga menghitung hingga
10, dia akan mencari para pemain lain yang bersembunyi.
Jika si penjaga lengah, pemain lain harus segera ke tempat penjaga tadi
dan berteriak inglo. Jika sudah ada yang berhasil teriak dan sampai ke
tempat penjaga, berarti dialah pemenangnya.
3. Permainan Tradisional Bola Bekel

Beberapa benda harus kamu persiapkan dulu sebelumnya, di antaranya


bola bekel, ada yang berbentuk kecil dan besar sesuaikan dengan selera kamu.
Lalu, ada enam biji yang disebut bekel.
Permainan ini terdiri dari beberapa level. Semakin tinggi level permainan kamu,
akan semakin sulit dan menantang juga permainan yang dijalankan. Dimulai dari
mengambil satu per satu biji bekel sampai sekaligus enam.
4. Permainan Lompat Tali Karet
Permainan tradisional keempat yaitu lompat tali. Tali yang
digunakan untuk bermain biasanya menggunakan karet yang disambung
satu persatu sehingga menjadi panjang.Setelah itu, ujung karet diikat dan siap
kamu gunakan untuk bermain lompat tali. Permainan ini biasanya dimainkan oleh
lebih dari dua orang dan ada dua orang yang akan bertugas memegang tali.
Namun jika tidak ada yang ingin memegang tali, bisa diikatkan pada tiang atau
pohon.Cara bermainnya yaitu, tali ditaruh mulai dari paling bawah lalu lompat,
dan seterusnya hingga tali sampai ditaruh di atas kepala.

5. Permainan Tradisional Conglak

Conglak sudah dikenal hampir di seluruh wilayah Indonesia,


Toppers. Congklak dimainkan menggunakan cangkang kerang yang juga
disebut biji congklak dan papan congklak yang memiliki 16 lubang.

6. Permainan Tradisional Ular Naga Panjang

Permainan tradisional kesembilan yaitu, ular naga panjang. Jaman


dulu permainan ini sangat populer dikalangan anak-anak. Biasanya mereka
akan berkumpul di lapangan, dan akan semakin seru jika dimainkan ramai-
ramai.Permainan ini bisa dimainkan lebih dari tujuh orang. Cara
bermainnya mudah, pertama tentukan dua orang siapa yang menjadi
penjaganya, sisanya berjalan melewati penjaga. Agar permainan lebih adil,
tentukan penjaga dengan cara hompimpa.Setelah penjaga sudah
ditentukan, maka sisa orangnya harus berbaris dan menaruh tangan
dipundak teman yang didepannya.Setelah itu, melingkar melewati penjaga
sambil menyanyikan lagu ular naga panjangnya sampai selesai. Ketika
nyanyian sudah selesai, saatnya penjaga menangkap satu orang, satu orang
yang tertangkap harus keluar dari barisan.
7. Permainan Tradisional

Permainan legenda satu ini merupakan salah satu permainan


tradisional yang sampai saat ini masih sering dimainkan hampir di seluruh
wilayah Indonesia, walaupun setiap daerah memiliki sebutan yang
berbeda-beda namun cara memainkannya tetap sama. Engklek bisa
dimainkan oleh perempuan maupun laki-laki, bisa dimainkan hanya dua
orang saja atau maksimal lima orang. Karena harus menunggu giliran
untuk memainkan ini, jadi jika terlalu banyak yang memainkannya,
pemain akan bosan karena menunggu terlalu lama. Cara memainkannya
yaitu dengan menggambar kotak-kotak di lantai seperti pada gambar
dengan menggunakan kapur. Akan lebih asik jika dimainkan di lapangan
dengan permukaan lantai yang rata, jadi mudah untuk menggambarnya.
Jumlah kotak yang digambar ada sembilan yaitu tiga kotak horizontal,
disambung dengan tiga kotak vertkal, lalu tambah satu kotak diatasnya dan
dua di horizontal. Setiap pemain akan melompati kotak-kotak tersebut
secara bergiliran. Melompatnya harus dengan satu kaki, jika terjatuh maka
pemain harus menandai kotak terakhir dengan menaruh batu.
C. Perencanaan Pembelajaran Berbasis Permainan Tradisional
Negara Indonesia bermacam ragam kearifan lokal di Indonesia,
diantaranya adalah bahasa daerah, lagu daerah, tarian tradisional,
makanan khas daerah dan salah satu diantara ragam dari kearifan lokal
tersebut adalah permainan tradisional yang diwariskan dari nenek
moyang kepada generasi-generasi selanjutnya.
Permainan tradisional anak atau yang disebut dengan dolanan
anak merupakan suatu aset budaya bangsa yang harus tetap dilestarikan.
Maksud dari pelestarian adalah menjaga agar permainan tradisional anak
tetap ada, dan akan lebih baik jika permainan tradisional anak dapat
berkembang.5
Jika mengamati masa milenial saat ini, perkembangan permainan
tradisional semakin tergerus oleh zaman yang semakin maju dan semakin
terkikis keberadannya seiring dengan adanya game-game modern dari
gadget yang sangat mudah diakses. Keberadaaan aneka kearifan lokal
permainan tradisional tergusur oleh permainan modern karena gebrakan
teknologi dalam beberapa tahun terakhir membuat permainan tradisional
menghilang, hanya beberapa jenis permainan saja yang masih dilakukan
oleh masyarakat di desa tertentu.6
Melihat realita tersebut, maka mencintai permainan tradisional
harus ditumbuhkan pada generasi penerus sejak mereka berusia dini,
supaya kelak mereka juga akan turut berperan serta dalam melestarikan
budaya-budaya kearifan lokal, terutama permainan tradisional.
Mengenalkan sesuatu pembelajaran kepada anak usia dini adalah langkah

5
Purwaningsih Ernawati, Perkembangan Belajar pada Anak,2011,Jurnal Keolahragaan
Vol.7,No 1,hal.40.
6
Riva dalam skripsi Pujianto,Permainan Tradisional Anak, 2017,Bandung:PT Remaja
Rosdakarya,hal 4.
yang tepat bagi orang tua, guru atau tokoh masyarakat tertentu. Karena
pada usia ini, merupakan usia emas bagi mereka untuk belajar mengenal
banyak hal dan merupakan masa dimana mereka selalu ingin tahu tentang
hal-hal yang baru.
Dari pendapat tokoh tersebut, ada beberpa pernyataan
karakterisktik anak yang berhubungan dengan mengenalkan permainan
tradisional, sejak anak berusia dini, yaitu memiliki rasa ingin tahu yang
besar, anak suka berfantasi dan berimajinasi serta usia dini adalah masa
potensial anak, untuk belajar. Kemudian dapat diambil kesimpulan pula,
bahwa mengenalkan permainan tradisional kepada anak usia dini, juga
merupakan salah satu contoh memberikan pendidikan secara tidak
langsung yang diberikan dari orang tua, guru atau tokoh masyarakat
tertentu kepada anak usia dini.
Mengenalkan permainan tradisional pada anak usia dini memang
merupakan suatu langkah yang tepat. Karena pada masa usia ini, anak
gemar sekali bermain dan aktif bergerak untuk menunjang kemampuan
motoriknya.Penggunaan permainan tradisional sebagai media
pembelajaran aktivitas gerak anak dapat dengan mudah menarik
perhatian anak karena permainan berasal dari aktivitas sehari-hari di
lingkunghan tempat tinggal, sehingga anak tidak merasa asing pada
permainan tersebut.
Selain menjadi media permainan aktivitas gerak pada anak,
penggunaan permainan tradisional juga dapat menjaga dan
mengembangkan kearifan lokal.7 Hal itu juga sejalan dengan berbagai
jenis permainan tradisional yang sangat mempunyai banyak manfaat bagi
perkembangan anak. Salah satu perubahan yang bisa dikehendaki
adalah inovasi pada media pembelajaran. Media pembelajaran adalah
komponen yang sangat vital dalam proses pembelajaran, dimana hal
tersebut menjadi salah satu faktor penentu berhasil atau tidaknya

7
Gustian Uray, dkk,Metode Penelitian Metode dan Paradigma Baru,2019, Bandung:PT
Alfabeta,hal 23.
suatu nilai atau muatan tersampaikan pada siswa. Saat ini begitu
banyak inovasi dan teknologi yang digunakan sebagai media
pembelajaran, dari yang sederhana hingga yang kompleks, dari yang
murah hingga yang membutuhkan dana yang besar. Semuanya itu
tidak lain adalah sebagai harapan dapat menunjang efektivitas proses
pembelajaran.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses
pembelajaran berbasis pendidikan budaya dan karakter bangsa, salah
satunya dapat ditunjang oleh permainan tradisional. Selanjutnya,
tulisan ini akan menganalisis potensi permainan tradisional sebagai
salah satu media pembelajaran dalam Pendidikan Budaya dan
Karakter Bangsa, serta langkah-langkah konkrit pengaplikasiannya.
Terlebih, penguasaan teknologi di era globalisasi ini menjadi tuntutan bagi
semua orang, tak terkecuali anak-anak.
Menurut Misbach, permainan tradisional yang ada di Nusantara
ini dapat menstimulasi berbagai aspek perkembangan anak, seperti :

1. Aspek motorik: Melatih daya tahan, daya lentur, sensorimotorik,


motorik kasar, motorik halus.
2. Aspek kognitif: Mengembangkan maginasi, kreativitas, problem
solving, strategi, antisipatif, pemahaman kontekstual.
3. Aspek emosi: Katarsis emosional, mengasah empati, pengendalian diri
4. Aspek bahasa: Pemahaman konsep- konsep nilai
5. Aspek sosial: Menjalin relasi, kerjasama, melatih kematangan sosial
dengan teman sebaya dan meletakkan pondasi untuk melatih
keterampilan sosialisasi berlatih peran dengan orang yang lebih
dewasa/masyarakat.
6. Aspek spiritual: Menyadari keterhubungan dengan sesuatu yang
bersifat Agung (transcendental).
7. Aspek ekologis: Memahami pemanfaatan elemen-elemen alam sekitar
secara bijaksana.
8. Aspek nilai-nilai/moral: Menghayati nilai-nilai moral yang diwariskan
dari generasi terdahulu kepada generasi selanjutnya.

Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa terintegrasi


dalam tiga hal, yaitu pengajaran seluruh mata pelajaran, program
pengembangan diri dan budaya sekolah, maka melalui ketiga hal
itu pula permainan tradisional dapat mengambil peranan sebagai
media pembelajaran yang inovatif.

1. Pengintegrasian Mata Pelajaran Pengembangan nilai budaya dan


karakter bangsa
Diintegrasikan dalam setiap pokok bahasan pada masing-
masing mata pelajaran. Permainan tradisional yang sesuai dengan
nilai- nilai budaya dan karakter bangsa yang akan dikembangkan
kemudian digunakan sebagai media pembelajaran. Berikut adalah
contoh penerapan permainan tradisional dalam mata pelajaran
untuk anak sekolah dasar kelas 1-3.

2. Program Pengembangan Diri Program pengembangan diri


siswa salah satunya melalui kegiatan ekstrakurikuler.
Bengkel permainan tradisional bisa menjadi salah satu model
kegiatan ekstrakulrikuler bagi peserta didik dengan memfokuskan
rasa ingin tahu, kreatif, cinta tanah air sebagai nilai-nilai yang akan
dikembangkan. Di bengkel ini anak diberi kebebasan untuk
bereksplorasi ide dan berkreativitas dengan permainan tradisional.
D. Perencanaan Pembelajaran Berbasis Permainan Tradisional
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai