Anda di halaman 1dari 21

Laporan Pertemuan 12

Olahraga Permainan Tradisional di SD

(Permainan Tradisional Papua)

Oleh:

MIFTAKUL JANNA

210407560004

Kelas 31 A

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Makassar

Tahun Pelajaran

2021/2022
Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

Permainan tradisional sangatlah populer sebelum teknologi masuk ke


Indonesia.Dahulu, anak-anak bermain dengan menggunakan alat yang
seadanya.Namun kini, mereka sudah bermain dengan permainan-permainan
berbasis teknologi yang berasal dari luar negeri dan mulai meninggalkan mainan
tradisional.Seiring dengan perubahan zaman, Permainan tradisional perlahan-
lahan mulai terlupakan oleh anak-anak Indonesia. Bahkan, tidak sedikit dari
mereka yang sama sekali belum mengenal permainan tradisional.Permainan
tradisional sesungguhnya memiliki banyak manfaat bagi anak-anak.

Selain tidak mengeluarkan banyak biaya dan bias juga untuk


menyehatkan badan bias juga permainan tradisional adalah sebagai olaragah
karena semua permainan mengunakan gerak badan yang ekstra, permainan
tradisional sebenarnya sangat baik untuk melatih fisik dan mental anak. Secara
tidak langsung, anak akan dirangsang kreatifitas, ketangkasan, jiwa
kepemimpinan, kecerdasan, dan keluasan wawasannya melalui permainan
tradisional. Para psikolog menilai bahwa sesungguhnya mainan tradisional
mampu membentuk motorik anak, baik kasar maupun halus.

Salah satu permainan yang mampu membentuk motorik anak adalah


dakon.Motorik halus lebih digunakan dalam permainan ini.Pada permainan ini
pemain dituntut untuk memegang biji secara utuh sembari meletakkannya satu-
satu di kotakkannya dengan satu tangan.
Selain itu, permainan tradisional juga dapat melatih kemampuan sosial para
pemainnya.Inilah yang membedakan permainan tradisional dengan permainan
modern.Pada umumnya, mainan tradisional adalah permainan yang
membutuhkan lebih dari satu pemain, Hal ini sangat berbeda dengan pola
permainan modern.Kemampuan sosial anak tidak terlalu dipentingkan dalam
permainan modern ini, malah cenderung diabaikan karena pada umumnya
mainan modern berbentuk permainan individual di mana anak dapat bermain
sendiri tanpa kehadiran teman-temannya.Sekalipun dimainkan oleh dua anak,
kemampuan interaksi anak dengan temannya tidak terlalu terlihat. Pada dasarnya
sang anak terfokus pada permainan yang ada di hadapannya. Mainan modern
cenderung bersifat agresif, sehingga tidak mustahil anak bersifat agresif karena
pengaruh dari mainan ini.
Meskipun permainan tradisional sudah jarang ditemukan, masih ada
beberapa anak Indonesia di daerah-daerah terpencil yang memainkan permainan
ini di kota besar seperti surabaya, masih ada anak yang bermain
permainantradisional. Bahkan, permainan tradisional juga digunakan oleh para
psikolog sebagai terapi pengembangan kecerdasan anak.Dari uraian di maka
penulis merasa perlu untuk melakukan telaah literatur dan melaporkan nya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja kah jenis permainan tradisional di pulau Papua?

2. Bagaimana nilai karakter yang ada pada permainan tradisional di pulau Papua?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui jenis permainan tradisional di pulau Papua

2. Untuk mengetahui nilai karakter yang ada pada permainan tradisional di pulau
Papua
Hasil

Kita tahu bahwa negara republik Indonesia memiliki


keanekaragaman budaya dari Sabang sampai Merauke.
Keragaman budaya ada meliput : tari daerah, lagu daerah, suku,
bahasa, makan tradisional, kerajinan sampai pada permainan
tradisional. Setiap keragaman, baik tarian, lagu bahkan permainan
memiliki arti tersendiri di masing-masing daerah. Walaupun
berbeda namanya, sebenarnya mungkin antara satu kota dengan
kota lain memiliki nama permainan yang cara memainkannya
hampir sama.

1. KayuMalele

Permainan ini berasal dari Kabupaten Biak Numfor. Untuk


memainkan permainanini, kita membutuhkan media kayu sebagai
tongkat dan anak
tongkatnya.Tempatbermaininidiusahakanditanahlapangyangcukuplua
s untuk menghindari kerusakan barang atau kecelakaan dari
permainan ini. Step-steppermainannya:

a. Bagi lah dua kelompok yang masing-masing kelompoknya berisi 3-5


orang. Kemudian menentukan kelompok yang akan bermain terlebih
dahulu.
b. Letakkan kayu yang memiliki panjang 20 cm di atas permukaan tanah
yang telah di lubangi. Perwakilan pemain akan memegang kayu
sepanjang 50 cm di salah satu ujung kayu dengan kedua tangannya.
Kemudianayungkanlahkayutersebuthinggamengenaikayuyangtelah di
tancapkan diatas tanah. Tugas pemain lain dalam kelompok itu harus
menangkap kayu yang telah dilempar sebelum mengenaipermukaan
tanah. Jika kayu tidak dapat tertangkap, kelompok yang
bermain akan melanjutkan ke tahap berikutnya.

Letakkan kayu 20 cm secara melintang di atas lubang atau


didalam lubang. Gunakan kayu sepanjang 50 cm tadi untuk
mengangkat dan melemparkan kayusejauh-
jauhnya.Kelompok yang bermain ditugaskan untuk menjaga
kayu yang telah di lemparkan. Jika tidak berhasil
menangkapkayutersebutmaka,pelemparkayuwajibmenghitu
ngjarak antara posisi awal kayu hingga posisi dimana kayu
tersebut itu jatuh. Cara menghitungnya, kayu yang
berukuran 50 cm sebagai alat bantu menghitung. Seperti
menghitung menggunakan jengkal tangan, hanya
sajainimeggunakankayu50cmtersebut.Setiaplangkahmemili
kinilai 5 atau 10 poin tergantung kesepakatan. Step-step
akan diulang secara terus menerus hingga poin telah
mencapai 1000 atau 5000 sesuai kesepakatan kelompok.
Pemenang adalah kelompok yang mencapai poin tersebut
lebihdahulu.

2. PatahKaleng

Salah satu permainan tradisional yang sangat


diminati,terutama oleh anak-anak, di Papua dan masih terus
dilestarikan hingga kini adalah Patah Kaleng. Patah kaleng
ini sendiri menyerupai permainan sepak bola. Bedanya
permainanini tidak memiliki aturan yang baku. Siapapun
bisa memainkannya dan lapangannya pun bisa dimana saja.
Jumlah pemain dalam Patah Kaleng ini bisaberjumlah 5
orang per tim atau lebih. Tidak ada kiper atau gawang dalam
permainan Patah Kaleng ini. Sebagai gantinya setiap tim
memiliki kaleng sebagaitargetnya.
Skor akan dihitung jika salah satu tim berhasil
menendang bola, ukurannyabermacam-
macam,danmengenaikalengtimlawan.Tidakada waktu yang
pastikapan permainan ini akan berakhir. Terkadang bisa
mencapai tiga jam sampai anak-anak tersebut kelelahan.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, permainan Patah
Kaleng ini menyerupai sepakbola. Tak ayal seringkali anak-
anak yang memainkannya menunjukkan skillnya dalam
mengolah bola kecil dan mengenaitarget. Meskipun seiring
perkembangan zaman dan memunculkan permainan
yanglebihmodernsepertifutsal,permainanPatahKalenginiteta
pmasih diminati dan dimainkan serta dilestarikan oleh
wargaPapua.

3. Tok Asya
Mungkinbeberapadarikitasemuapernahmelihatpermaina
ntradisional yang menggelindingkan tali rotan berbentuk
lingkaran dengan sebatang tombak. Benar, permainan ini
adalah salah satu permainan khas papua. Step-step
bermainnya:
a. Siapkan pemain minimal berjumlah 2 orang atau maksimal
20 orang.Carilah tanah lapang yang luas, seperti padang
rumput atau lapangan. Siapkan garisFinish.
b. Siapkan rotan berbentuk lingkaran dan tombak sebagai
alatlempar.
c. Gelindingkan rotan yang berbentuk lingkaran dengan
bantuan
tombaktersebut.PemainyangmencapaigarisFinishterlebihdahu
lu dinyatakan sebagaipemenangnya.

4. Kweritop.

Permainan Kweritop/Kekenaya adalah permainan tradisional


masyarakat lokal di Boven Digoel yaitu orang Wambon.Permainan ini
menggunakan tali yang dibentuk dengan berbagai mode pada jari-jari
tangan. Permaianan ini dikenal luas pada lima kelompok suku besar yang
ada di Boven Digoel dengan sebutan yang berbeda-beda, seperti orang
Mandobo menyebut kekenaya, orang Muyumenyebut dengan Jenjong dan
beberapa kelompok suku yang lain pun menyebut dengan sebutan yang
berbeda seperti lukatra atau kokenop . Berbagai sebutan yang digunakan
oleh beberapa kelompok suku ini menurut ibu Marthina Tingge berbagai
sebutan ini sebenarnya mereka pakai sesuai dengan mode atau bentuk
yang umum mereka mainkan.Sedangkan penggunaan istilah kekeneya
pada orang Mandobo adalah tali yang terbuat dari serat pohon kayu
genemo. Bahan Baku dariKulit Kayu Genemo/Melinjo

Permaianan ini dimainkan oleh siapa saja, baik laki-laki maupun


perempuan sampai dewasa, namun lebih dominan dimainkan oleh anak-
anak sampai usia remaja. Diwaktu permainan kekenaya/kweritop pada
orang wambon dimainkan saat acara kedukaan/kematian. Namun setelah
masuknya pengaruh injil di daerah ini,permainan kekenaya atau kweritop
pada orang wambon dilarang oleh pendeta karena sering dimainkan pada
saat ada kematian. Permainan ini dimainkan juga saat waktu senggang di
rumah dan dimana saja seperti saat istirahat di kebun atau saat dipinggir
kali.Tidak ditentukan oleh waktu kapan saja bisa dimainkan diwaktu
senggang.Alat atau bahan yang digunkan yaitu; Tali dari serat kulit pohon
genemo (pohon genemo.
Proses pembuatan tali sebagai bahan utama permaianan tradisional
kweritop/kekenaya. Kulit kayu genemo yang dipilih adalah kulit pohon
genemo/melinjo yang seratnya bagus jadi yang dipilh adalah tidak terlalu
muda dan terlalu tua.Kulit pohon muda tipis dan seratnya kurang
sementara pohon yang tua seratnya terlalu keras dan kurang.Setelah
memilih pohon yang tepat selanjutnya dilakukan pengupasan dengan
menggunakan kampak sesuai kebutuhan. Proses selanjutnya kulit kayu
genemo yang diambil dari pohon, bagian luarnya dibersihkan kemudian
dikikis dengan menggunakan pisau, mengurangi agar mengurangi
kandungan udara dalam kulit. Setelah itu serat kulit kayu genemo dijemur
dan dicabik-cabik . Setelah dijemur, serat kulit kayu dipilin membentuk
tali sebagai bahan baku tali yang digunakan untuk permainan tradisional
kekenaya atau kweritop.

Teknis permainan , Permainan kekenaya/kweritopdimainkan dua


orang atau lebih dan juga secara kelompok dengan lawan bermainnya.
Setelah mempersiapkan tali sebagai alat, permainan kekenaya/kweritop
bila dimainkan oleh dua orang mereka akan saling berhadapan di hadapan.
Setelah persiapan dimulailah permainan di mana kedua pemain saling
menantang membentuk anyaman tali pada jari-jari tangan mereka dengan
menebak model apa yang dimainkan oleh salah satu dari mereka dengan
saling bergantian. Atau berdasarkan kesepakatan mereka membentuk satu
model dan dengan hitungan waktu siapa yang paling cepat menyelesaikan
mode bentuk tersebut.Permainan ini kadang saat bermain menggunakan
alunan suara berupa siulan atau nyanyian sesuai dengan mode bentuk yang
dimainkan oleh salah seorang yang kadang juga bertentangan dengan
lawan mainnya.

Konsekwensi Menang dan kalah,untuk menentukan pemenang


yaitu dengan

1) kecepatan dalam membentuk mode sesuai kesepakatan,


2) menebak mode,

3) membentuk mode sesuai dengan apa yang dibentuk oleh


lawan mainnnya. Sifat permainan ini lebih pada kompetisi
dengan mementingkan daya imajinasi berupa keterampilan
dan kecerdasan untuk mencapai kemenangan.

Dan juga rekreasi sebagai pengisi waktu yang terluang atau


permainan yang menggembirakan.Saat permainan ini hampir
punah.Adalah kenyataan bahwa bermain memiliki fungsi adaptif dalam
kehidupan manusia.Fungsi ini lebih luas karena bermain juga memiliki
fungsi sosial-budaya.Dalam konteks permainan anak-anak merupakan
sebuah fenomena sosial budaya yang memiliki makna simbolis.Dalam
permainan ada simbol-simbol dan juga proses simbolik yang terus
menerus dimaknai, ikut serta karena mempengaruhi kerangka pemaknaan
yang dimiliki manusia. Permainan tradisional dengan kekhasan bisa
memberi ciri khas menjadi salah satu identitas budaya tersebut sama
halnya dengan permainan Kekenaya/Kweritop sebagai ciri khas kabupaten
Boven Digoel. ( lengan )

5. Ampekeari

Ampakeari adalah salah satu permainan tradisional yang ada di


Indonesia.Permainan ini berasal dari provinsi Papua. Ampakeari
sebenarnya adalah nama buah yang biasanya tumbuh di rawa-rawa di
Kabupaten Yapen-Waropen, yaitu buah mange-mange (buah yang berasal
dari pohon perdu yang berwarna putih). Permainan ini biasanya dimainkan
saat akan menidurkan anak. Pemain permainan ini biasanya berjenis
kelamin wanita bisa anak-anak maupun dewasa yang terdiri dari 2-6
orang.Peralatan yang dibutuhkan adalah buah mange-mange, iri atau tiang
dari belahan kayu dan oinai atau sempe dari kayu yang berbentuk seperti
piring besar.Lokasi bermain permainan ini bisa di dalam rumah ataupun di
luar rumah (halaman).

Cara bermainnya adalah setelah alat-alat yang dibutuhkan telah


terpenuhi atau telah terkumpul, semua pemain membawa anak yang belum
tidur.Jika pemain lebih dari seorang, maka secara serentak mereka
memutarkan ampakeari di oinai.Pemain dianggap kalah jika ampakeari
mereka jatuh atau tidak berputar serta anak yang tidak bisa tidur atau
terlambat juga dikatakan kalah.

Ampakeari biasanya dimainkan sambil menyanyikan lagu yang berlirik


sebagai berikut.

Mamompa diana

kuife rawinte,

andorife rawinte,

amkarife rawinte,

anitafe rawinte,

andafe rawinte.

Diamow kuaikobu ariankatung nei rurene bo,

imbaro denama denama tamani denafa,

Tamani denama denawe inan idena.

(Mengantuk turunlah

dari ujung pohon kui,

dari ujung pohon jambu,

dari ujung pohon kelapa,


dari ujung pohon sukun,

dari ujung pohon mangga,

turunlah kemari kena di mata ini,

supaya dia bisa tertidur seperti

bapaknya juga seperti ibunya)

Ungkapan dalam lagu yang dinyanyikan dalam permainan ini,


memiliki hubungan dengan kepercayaan bahwa dengan kemenangan
mendapatkan ampakeari ini akan lebih cepat atau memudahkan seorang
anak untuk tertidur. Lagu ini terdapat di daerah Kabupaten Yapen-
Waropen Kecamatan Waropen Bawah pada suku Serui di kampung
Nau.Cara bermain: Sebelum memainkan permainan ini, terlebih dahulu di
bentuk kelompok yang masing-masing terdiri dari tiga sampai lima orang
untuk menentukan kelompok yang bermain pertama, dilakukan undia yang
biasa di sebut seten. Suten dilakukan oleh kedua ketua kelompok,
kelompok yang kalah dalam suten bertugas menjaga kayu yang akan di
ayung dan di pukul oleh kelompok yang bermain.Dalam memainkan
permainan ini ada dua tahap bermain yaitu: Langkah pertama, kayu yang
berukuran dua puluh senti meter di letekan melintang di atas lubang.
Kemudian, kedua tangan memegang salah sastu ujung kayu yang
berukuran lima puluh senti meter. Ujung yang satunya lagi di letakan di
belakang kayu yang berukuran dua puluh senti meter lalu mencungkil
dengan sekut tenaga. Tugas dari kelopok yang menjaga adalah menangkap
kayu tersebut, jika berhasil menangkap kayu tersebut maka, merka harus
melempar kayu tersebut ke arah lubang atau mengenah kayu berukuran
lima puluh sinte meter.

Jika tidak berhasil masuk di lubang maupun tidak mengenai kayu


tersebut maka, kelompok yang sedan bermain melanjutkan permainan lagi
ke langkah ke dua.Yaitu meletakan kayu yang berukuran dua puluh senti
meter di lam lubang. Dan gunakan kayu berukuran lima puluh senti meter
untuk mengangat kayu berukuran dua puluh senti meter, lalu memukul
kayu tersebut sejauh-jauhnya. Kelompok yanh bertugas menjaga dan
berusaha untuk menagkap kayu yang di pukul oleh salah satu anggota dari
kelompok yang bermain.Jika tidak berhasil menangkap. Kelompok yang
bermain membawa kayu yang tadi di gunakan untuk memukul lalu mulai
menghitung dari tempat dimana kay berukuran dua puluh senti meter itu
jatuh hingga ke lubang tempat di mulai pemukulan.Cara menghitungnya,
kayu berukuran lima puluh senti meter di langkah-langkahkan. Setiap
langkag memiliki nilai lema atau sepuluh sesuai dengan kesepakatan
kelompok sebelum bermain.Permainan ini di lakukan berulang-ulang
setiap anggota kelompok. Permaina dapat berakhir jika skor nilai dari
salah satu kelompok sudah mencapai seratus sampai lima ratus dan
kelompok itu di nyatakan menang.

Tempat; Area terbuka (halaman rumah yang luas atau lapangan)

Perlengkapan properti permainan yang digunakan adalah dua buah


kayu bulat dengan ukuran masing-masing 25cm dan 50cm, lubang sebagai
media untuk menaruh kayu yang berukuran lebih pendek.

Nilai melatih ketangkasan dan keberanian para pemain.

Asal Samofa, Biak Kota, Biak Numfor, Papua

MENGGALI KEARIFAN LOKAL ATAU NILAI-NILAI SETIAP


JENIS PERMAINAN PAPUA

Permainan kayu malele merupakan salah satu permainan tradisional


yang berasal dari kabupaten Biak Numfor. Permainan ini selalu
menyenankan dan juga melati anak dalam berhitung nilai dari seratus
sampai lima ratus. Permainan kayu amalele dapat di kategorikan sebagai
permainan yang cukup bahaya. Permainan iniberbahaya bagi anak-anak
yang belum mengetahui cara bermain, permainan ini dapat di maikan di
halaman rumah,atau di lapangan.Untuk dapat memaikan permainan ini.
Dibutukan Kayu berukuran dua puluh senti meter satu batang, kayu
berukuran lema puluh senti meter satu batang, dan lubang sedalam sepuluh
senti meter, lebar lubang empat senti meter dan panjan lubang lima belas
senti meter.Kelompok yang masing-masing terdiri dari tiga sampai lima
orang.Bentuk menentukan kelompok yang bermain pertama, dilakukan
undia yang biasa di sebutseten. Suten dilakukan oleh kedua ketua
kelompok, kelompok yang kalah dalam suten bertugas menjaga kayu yang
akan di ayung dan di pukul oleh kelompok yang bermain.Dalam
memainkan permainan ini ada dua tahapbermainyaitu: Langkah pertama,
kayu yang berukuran dua puluh senti meterdiletekan melintang di atas
lubang. Kemudian, kedua tanganmemegang salahsastu ujung kayu yang
berukuranlima puluh senti meter. Ujung yangsatunyalagi
diletakandibelakangkayuyangberukuranduapuluhsentimeterlalu
mencungkil dengan sekut tenaga. Tugas dari kelopok yangmenjagaadalah
menangkap kayu tersebut, jika berhasil menangkap kayutersebutmaka,
merka harus melempar kayu tersebutke arah lubang atau mengenahkayu
berukuran lima puluh senti meter. Jika tidak berhasil masukdilubang
maupun tidak mengenai kayu tersebut maka, kelompok yangsedanbermain
melanjutkan permainan lagi ke langkah ke dua.Yaitu meletakankayuyang
berukuran dua puluh senti meter di lam lubang. Dangunakankayu
berukuran limapuluh senti meter untuk mengangat kayuberukurandua
puluhsentimeter,lalumemukulkayutersebutsejauh-jauhnya.Kelompok
yangbertugasmenjagadanberusahauntukmenagkapkayuyangdipukul oleh
salah satu anggota dari kelompokyang bermain. Jika tidakberhasil
menangkap. Kelompok yang bermain membawa kayu yang tadidigunakan
untuk memukul lalu mulai menghitung dari tempat dimanakayberukuran
duapuluhsentimeteritujatuhhinggakelubangtempatdimulaipemukulan. Cara
menghitungnya, kayu berukuran lima puluh sentimeterdi langkah-
langkahkan. Setiap langkag memiliki nilai lemaatausepuluh sesuai dengan
kesepakatan kelompok sebelum bermain. Permainaninidi lakukan
berulang-ulangsetiap anggota kelompok. Permainadapatberakhir
jikaskornilaidarisalahsatukelompoksudahmencapaiseratussampailima
ratusdankelompokitudinyatakanmenang.Nilaidaripermainaniniyaitu untuk
melatih ketangkasan dan keberanian para pemain.Ada sebuah permainan
yang di inovasikan oleh anak-anak papua, yang dalam permainannya juga
menggunakan bola kaki seperti halnya permainan sepakbola. Hanya saja,
dalam permainan yang di sebut dengan Patah Kaleng ini, tidak mengenal
yang namanya mencetak gol atau tidak
menggunakangawang.Dantidakmengenalistilahbolaoutbaikituthrowin
ataupunoutgawang.Serunyapermainanpatahkalengini,setiappemainnya
bebas berlari di luasnya lapangan dansaling beradu skill individu berbagai
macam.
Sedangkanuntukmenghitungskorpermainandansebagaipengganti
gawang,dipakailahsebuahkalengataubisajugasebuahbotolyangditaruh
berdiri. Skor akan di hitung jika salah satu tim yang bermain berhasil
menendang bola ke arah kaleng atau botol tim lawan dan menjatuhkannya.
Nah, dari situlah, maka permainan ini di sebut dengan patah kaleng. Tapi,
sampai sekarang tidak ada yangpernah tau sejak kapan dan siapa yang
mempopulerkan pertama kali permainan patah kaleng ini di papua.
Meskipunsaatinidipapuasudahbanyakditemukanlapanganfutsal,namun
sebagiananak-anakpapuatetapmasihmemilihuntuk bermainpatahkaleng
sebagai alternatif bermain bola kaki. Saya pun belum pernah tau, apa
permainansejenispatahkalenginiadajugadidaerahindonesialainnyaatau
tidak. Sebab biasanya di indonesia hampir semua permainan tradisional
sangatmirip, namun penyebutan berdasarkan daerah masing-masing yang
berbeda. Toh, walaupun begitu, permainan patah kaleng ini harus terus di
lestarikan. Biar generasi-generasi penerus papua bisa ikut membudayakan
patah kaleng sebagai permainan bola kaki tradisional anak papua.
Nilai-Nilai Motorik pada Permainan Tradisional Papua

Aspek dasar dari setiap permainan tradisional termasuk tradisional


adalah melatih motorik anak pada saat bermain. Berdasarkan temuan di
lapangan
bahwatradisionalmemilikitigakonsepdasaryangdapatmendorongmotorik
anak yaitu berlatih dayatahan, keseimbangan dan daya lentur. Tradisional
melatih anak agar memiliki nilai-nilai tersebut sehingga dapat tumbuh dan
berkembang sesuai dengan usianya. Hal ini pula. yang diamini oleh
informan F3 sebagai pelestari permainan tradisional di kota Bandung.
“Unggulnyapermainantradisionalitu,mengajakanakuntukbermainsesuai
usianya, melatih anak untuk berkreasi agar berkembang normal.
Sedangkan permainan modern, rata-rata justru tidak mendidik anak pada
dunia nyata, sehingga anak tidak berkembang sesuai yang diharapkan anak
seusia mereka.” Lalu bagaimana dengan pengakuan anak-anak di
Kampung Dukuh? Mereka merasa senang mempermainkan
tradisional. Rasa senang dengan alasan yang sangat dasar yaitu karena
dapat bersama-sama dengan teman sebayanya. Sedangkan seperti yang
kita ketahui bahwa permainan modern sering kali anak- anak bermain
dengan lawan main yang tidak sebaya, bahkan berbeda usia yang cukup
dapat mempengaruhi perkembangan motorik halus dan motorik kasar
anak-anak. Informan F4 dan F5 menuturkan perasaannya dengan tulusyang
menggambarkan kepolosan anak-anak. “ heheh asyik aja main tradisional,
bareng temen-temen sebelum kita pergi ngaji. Biasanya kita janjian dulu
dilapang setelah pulang sekolah.” Seperti yang ditegaskan oleh John W
Santrock dalam buku Perkembangan Anak, bahwa setiap anak memang
memiliki masa tumbuh kembang, diantaranya perkembangan pada aspek
motorik meliputi motorik halus dan motorik kasar. Motorik halus pada
permainan tradisional seperti pada gerakan melempar media “logam” atau
pecahangentengsebagaialatpermainankedalamkotak-kotak yangtersedia.
Pada saat melempar pecahan genteng tersebut tentumembutuhkan
Konsentrasi sekaligus kelembutan dari anak-anak agar dapat masuk tepat
pada tengah-tengah kotak tradisional. Demikian pula nilai motorik kasar
pada permainantradisional. Melatih anak agar anak selalu sehat melalui
berbagai gerakan yang menuntut setiap anak untuk tampil prima. Melalui
gerakan – gerakan yang sederhana, anak-anak terlihat penuh konsentrasi,
menikmati tahap demi tahap dari proses permainan tradisional. Satu sama
lainnya ingin menampilkan gerakan permainan yang baik. Adapun contoh
kasar pada gerakan permainan tradisional adalah pada saat anak memulai
permianan dengan mengangkat sebelah kaki, melompat hingga pada
mengayunkan sebelah kaki yang di atasnya terdapat pecahangenteng atau
logam.Keseluruhangerakandariawalhinggaakhiradalahgerakanmotorik
kasar anak yang bermanfaat untuk gerak tubuh sekaligus kesehatan secara
fisik.
Nilai-Nilai Kognitif pada Permainan Tradisional Papua

Nilai-nilai yang terkandung pada permainan tradisional mengacu


pada manfaat dari permainan tersebut. Selain juga menyehatkan anak juga
membuat anak lebih kreatif. Artinya secara kognitif permainan tradisional
sangatmembantuanaklebihdapatmengasahdanmelatihaspekkognitifnya.
Adabeberapahalyangmeliputiaspeknilaikognitifyaitumelatihimajinasi,
kreatifitas, strategi sekaligus melatih anak untuk menyelesaikan masalah
atau problem solving. Konsep nilai-nilai tersebut peneliti dapatkan secara
langsung di Kampung Adat Dukuh, tepatnya anak- anak sebaya. dengan
gembiranya memainkan permainan tradisional tradisional. Sebenarnya apa
yang dirasakan oleh anak-anak pada saat memainkan tradisional? Berikut
ini rekonstruksi makna yang diperoleh tentang hal tersebut. “cape udahnya
tapi seneng….F4, gembira aja, dan saya lebih bisa mencoba
menyelesaikan permainan dengan baik…F5, badan keringetan tapi
sehat…F4, saya juga saat mainharus menyiapkan cara supaya bisa menang
heheh F5.” Melalui bahasa atau ucapanyang sederhana, tapi justru
mencerminkan bahwa inilah bahasaanak-anakseusianya.Tidakberbelit-
belit,polosdanapaadanya,namun tidak mengurangi makna sebenarnya.
Sesungguhnya apa yang diungkapkan oleh F4 dan F5 adalah hal yang
terkait dengan nilai-nilai
kognitif.Merekajujurmerasakanbahwapermainantradisionaldapatmelatih
mereka untuk merasakan apa yang disebut rasa “gembira” berimajinasi
dengan rasa tersebut. Kemudian anak-anak juga mencoba melakukan cara
dalam hal ini adalah strategi dalam menyelesaikan permainan dengan cara
yang baik. Disamping itu melalui pengakuan anak-anak tersebut diperoleh
maknabahwa mereka merasa capek, badan berkeringat tapi secara fisik
diakui bahwa mereka merasakan lebih sehat. Sebab, anak-anak
mengartikan bahwa setiap gerakan yang dapat mengeluarkan keringat
berarti badannya sehat. Berikut
inisecaraumumpemainanbahasanmengenaiaspekkognitifdaripermainan
tradisionalyangdirangkumdaridatapenelitian.Peranpermainantradisional
bagi tumbuh kembanganak sangat baik, selain melatih daya tahan tubuh,
kelenturan tubuh, juga dapat dijadikan sebagai media mengembangkan
imajinasi, kreatifitas, pengendalian diri, kerja sama sesama teman, dan
penghayatan nilai-nilai moral. Tradisional juga melatih anak untuk lebih
dapat berkomunikasi dengan teman sebayanya di masa tumbuh kembang
anak yang ingin bersosialisi dengan temannya, untuk saling mengenal satu
sama lain. Dari hasil penelitian yang peneliti dapatkan berdasarkan data
dilapangan, peneliti melihat warga papuayang meskipun domisili mereka
anak- anak pedesaan yang cenderung pemalu, tetapi ketika mereka
berkumpul dan bermain bersama temantemannya mereka akan sangat
terbukadancobauntukdapatsalingmengenalsatusamalain.Demikianpula
tentangnilai-nilaikognitifpadapermainantradisionaltersebut.Sepertiyang
telahdipaparkanpadahalamansebelumnya,bahwaanak-anakyangmenjadi
bagiandalampenelitianini(informan)merekasangatrealisitisdanmengakui
apaadanyatentangperasaanmereka.Terkait dengannilai-nilaiini,anak
anakmeskipun tidak merasakan bahkan tidak mengetahui secara langsung,
akan tetapi dari pengakuan dan pengamatan peneliti dapat disimpulkan
bahwa nilai-nilai kognitif sangat melekat pada permainan tradisional.
Selain anak merasakan hiburan, gembira dapat berkumpul dengan teman-
teman sebaya,
merekasebenarnyajugamengakuibahwatradisionalmembuatmerekalehih
sehat,semangat,kompak,kreatifdanlebihberanidalammenentukanpilihan
sesuai dengan usiamereka.
Nilai-Nilai Ekologis dan Moral pada Permainan Tradisional Papua

Permainan tradisional Papua hampir tidak memiliki kekurangan, semua


gerakan-gerakan pada tradisional mendidik anak-anak untuk menjadi anak
yang tumbuh danberkembang sesuai dengan kebutuhan mereka. Termasuk
dalam hal memilihlingkungan dan memperlakukan lingkungan. Hanya
saja, kekurangannya adalahsulitnya mendapatkan ruangan terbuka atau
lapangan bermain,dikarenakan alih fungsi ruang publik yang biasa
digunakan anak-anak bermain. Dulu pada zamannya ruang terbuka atau
lapangan yang biasa digunakan anak-anak berkumpul dan bermain, saat ini
nyaris hilang. Akibatnya, anak-anak memilih tempat-tempat bermain
seperti mall, taman rekreasi dan tempat ramai lainnya. Tempat-tempat
dimana banyak orang yang tidak sebaya dengan mereka. Minimnya ruang
terbuka,di dukung oleh peran orang tua yang secara tidak sengaja tidak
memperkenalkan permainan tradisional, juga mendorong menghilangnya
permainan tradisionaluntuk dihampir daerah dan perkotaan. Untung saja di
KampungAdatDukuh,sebuahperkampunganyangmasihkentalmemegang
adat istiadat, termasuk dalammelestarikan permainan tradisional. Mereka
mengakui bahwa banyak nilai-nilaiyang layak dijadikan sebagai warisan
budaya dari permainan tersebut. “Permainan tradisional melatih anak
untuk menghargai lingkungannya, dengan membiarkan ruang terbuka yang
dapat dijadikan sebagai tempat bermain. Permainan tradisional juga
membuat anak menjadi sehat alami, tanpa harus mengeluarkan uang,
karena gerakan pada permainan tradisional membuat anak lebih aktif
menggerakan tubuhnya dan berpikir kreatif agar dapat memenangkan
permainan. Permainan tradisional juga memberikan nilai terhadap jiwa
anak untuk berprilaku sosial, memahami lingkungannya sebagaimana
mestinya. Dengan demikian, anak telah menegakkan nilai-nilai positif baik
terhadap dirinya maupun orang lain.”

Ungkapan informan tersebut, juga diperkuat oleh Rahmat Jabaril. Sebagai


pelaku pelestarian budaya Rahmat mengungkapkan bahwa nilai-nilai
moral sangat penting ditanamkan kepada anaksejakdini.Nilai-
nilaiiniyangakanmenjadialatpengendaliagaranak tidak melakukan aktivitas
yang dapat merugikan orang lain. Banyak cara bagaimana orang tua
menanamkan nilai-nilai moral pada anak. Salah satunya melalui permainan
tradisional. Permainan ini, membiasakan anak untuk dapat mengenali
lingkungannya dan memperlakukan lingkungan denganbaik.
PENUTUP
Dapat ditarik kesimpulan dari semua penjelasan diatas mengenai
pelestarian, yaitubagaimana suatu kelompok masyarakat atau suatu budaya
dapat mempertahankan kebiasaan atau perilaku sehari-hari yang menjadi
suatu wujud kebudayaan dari massa ke massa. Warga Papua masih
menanamkankonsepdasarpermainantradisionalkepadaanak-anakpenerus
mereka secara re-generasi dengan memberikan pemahaman polapermainan
secara jelas agar anak-anak tertarik memainkannya.Warga papua sangat
memegang teguh nilai-nilai yang terkandung dalam permainan tradisional
dengan tetap melakukan upaya-upaya pelestarian permainan tradisional di
tengahhimpitanbudayapermainanmodern.Membangunsebuahparadigma
baru di tengah perkembangan zaman yang pesat yang dimaknaimelalui
budayapermainantradisionaldiKampungAdatDukuh.Nilai-nilaikearifan
lokal pada permainan tradisional tetap lestari dan masih diakui manfaatnya
oleh anak-anak dan para orangtua seperti nilai motorik, kognitif dan nilai-
nilai moral. Upaya pelestarian permainan tradisional jelas sudah
tergambarkan dari analisis data peneliti. Seperti menanamkan nilai-nilai
norma secara turun temurun guna memperthankan keberadaan permainan
tradisional sebagai salah satu wujud kearifan lokal seperti halnya warga
papua yang masih menjaga baik keberadaan permainan tradisional
tradisional hingga massa sekarang meskipun kendala ada dalam
melestarikannya. Untuk itu perlu ditekankan kembali, atau penting
mengenalkan kembali permainan tradisional kepada putra-putri Indonesia
tidak hanya pada saat peringatan kemerdekaan Republik Indonesia, tapi
menjadibagianyangterintegrasipadakurikulumpendidikansehinggaanak-
anak dapat lebih mengenalnya. Selain itu, permainan tradisional ini dapat
dihidupkan kembali dan dimulai dari lingkungan pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai