Anda di halaman 1dari 7

PERMAINAN TRADISIONAL ENGKLEK

Nur Azizah (210210190070)1


Fina Nurul Zakiyyah (210210190071)2
Mahira Adinda Rahmat (210210190088)3
1Dokumentasi Budaya Kelas C
Prodi. Perpustakaan dan Sains Informasi
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran

Jika kita mendengar kata ‘budaya’ maka yang terlintas dalam pikiran kita adalah
seperangkat kegiatan dari masyarakat yang dilakukan sejak lampau. Istilah kebudayaan atau
budaya berasal dari Bahasa Sanskerta, yaitu Budhayah yang berarti bentuk jamak dari budhi
(budi atau akal). Selain itu kebudayaan dalam Bahasa Inggris yaitu culture yang berasal dari
kata colere yang memiliki arti mengolah atau mengerjakan. Menurut (Koentjaraningrat,
1993) kebudayaan merupakan suatu sistem gagasan rasa, sebuah tindakan, dan karya yang
dihasilkan oleh manusia yang di dalam kehidupannya yang bermasyarakat. Budaya erat
kaitannya dengan cara hidup sekelompok masyarakat yang mereka yakini untuk diturunkan
dari generasi ke generasi, pada suatu budaya biasanya dipengaruhi oleh beberapa unsur,
seperti agama, politik, bahasa, pakaian, adat istiadat, benda, bangunan, karya seni, dan
lainnya. Hal tersebut membuat budaya sangat dilindungi keberadaannya karena
menyangkut dengan kemajuan peradaban manusia. Seiring dengan perkembangan jaman
dan teknologi, maka terciptalah benda yang dapat memelihara kebudayaan untuk nantinya
dapat dilihat dan dinikmati oleh generasi penerus. Setidaknya jika suatu kebudayaan tidak
dilakukan lagi, maka kegiatan tersebut masih bisa dilihat atau dinikmati dalam bentuk
dokumentasi.

Berdasarkan Pasal 5 UU No. 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, setidaknya


terdapat 10 objek dokumentasi budaya, diantaranya adalah tradisi lisan, manuskrip, adat
istiadat, ritus, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni, Bahasa, olahraga
tradisional, dan permainan rakyat. Dari 10 objek tersebut, permainan rakyat adalah salah
satu objek kebudayaan yang penting untuk dilestarikan, apalagi pada era new normal seperti
saat ini, masyarakat khususnya anak-anak dituntut untuk tidak melakukan kegiatan yang
membahayakan kesehatan dan wajib melaksanakan social distancing, sehingga bukan tidak
mungkin jika kebiasaan memainkan permainan rakyat ini mulai terlupakan dan anak-anak
lebih memilih permainan berbasis digital yang sering dijumpai lewat gawai atau media
lainnya. Menurut Wahyu Ningrum yang dikutip oleh (Pratiwi, n.d.) menyatakan bahwa
permainan rakyat atau biasa disebut permainan tradisional merupakan permainan yang
dilakukan masyarakat secara turun temurun dan merupakan hasil dari penggalian budaya
lokal yang didalamnya terkandung nilai-nilai budaya dan nilai pendidikan, serta untuk
hiburan bagi masyarakat yang memainkannya. Jika kita berkaca pada masa lalu, permainan
rakyat adalah salah satu kegiatan yang lumrah bahkan wajib dilakukan khususnya bagi anak-
anak, hal ini dapat meningkatkan kekompokan antar teman serta dapat melatih konsentrasi.
Salah satu permainan rakyat yang populer pada masyarakat Sunda adalah Sunda Manda atau
biasa disebut engklek.

Permainan rakyat atau dolanan Engklek sebenarnya ditemukan di beberapa daerah


di Indonesia, khususnya di daerah Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Bali. Meskipun
di beberapa daerah nama permainan ini berbeda-beda, namun permainan ini berasal dari
Bahasa yaitu Belanda Zondag Maandag atau Sunday Monday yang menyebar di nusantara
pada zaman colonial Belanda. Menurut Dr. Smpuck Hur Gronje, permainan ini berasal dari
hindustan yang mencerminkan latar belakang cerita perebutan petak sawah. Sama seperti
permainan rakyat lainnya, Engklek atau yang sering disebut Sondah atau Sunda Manda ini
merupakan permainan yang bersifat kompetitif yang dilakukan oleh 2 orang atau lebih.

Sebelum memainkan permainan ini, biasanya pemain Sunda Manda membentuk


kotak-kotak yang menyerupai tambah atau pohon yang dibagi menjadi beberapa bagian
yang disebut ‘sawah’. Biasanya permainan ini dilakukan di permukaan tanah matang seperti
yang terdapat di pedesaan atau lantai semen. Selanjutnya adalah aturan main Sunda Manda,
pemain pertama melempar ‘gacuk’ yaitu benda berbentuk pipih (biasanya berasal dari
potongan kecil genting atau batu) kearah kotak yang pertama, jika gacuk berada di luar kotak
atau garis, maka pemain dianggap gugur dan diteruskan pada pemain berikutnya. Jika gacuk
berada di salah satu kotak, maka pemain harus melompat dengan satu kaki mengitari kotak-
kotak yang ada, dengan catatan tidak melompati kotak yang terdapat ‘gacuk’, pemain harus
mengambil dan melemparkannya agar dapat melalui kotak tersebut. Mengingat setiap
pemain melemparkan ‘gacuk’, maka setiap pemain tidak boleh menginjak kotak yang
terdapat gacuk miliknya dan milih pemain lain, karena jika demikian maka pemain dianggap
gugur dan pemain selanjutnya dipersilahkan untuk bermain. Bagi pemain yang telah
melewati kotak-kotak dalam satu kali putaran, maka pemain tersebut diberi kesempatan
untuk memilih salah satu kotak sebagai hak milik dan tidak boleh diinjak oleh pemain lain,
begitu seterusnya hingga permainan ini memiliki pemenang.

Permainan rakyat ini memiliki banyak manfaat khususnya untuk tumbuh kembang
anak, manfaat tersebut diantaranya: (a) melatih motorik kasar. Motorik kasar sendiri
meliputi melompat, berlari, dan berjalan. Hal ini membuktikan bahwa melakukan permainan
engklek merupakan salah satu kegiatan yang dapat menstimulus motorik kasar. (b) Melatih
keseimbangan, permainan ini dilakukan dengan cara melompati kotak dengan satu kaki, hal
ini dapat melatih keseimbangan pemain untuk dapat memenangkan permainan ini. (c)
Meningkatkan sosialisasi, permainan ini dilakukan oleh dua orang atau lebih, hal ini sudah
pasti memicu terjadinya interaksi antara pemain satu dengan pemain lainnya sehingga
terbentuklah sosialisasi. Hal ini tentu penting apalagi untuk anak-anak yang sedang dalam
proses pembentukan karakter, permainan yang melibatkan terjadinya interaksi akan
menstimulus individu untuk dapat berkomunikasi dengan baik (d) Meningkatkan
kecerdasan logika dan strategi, konsep permainan engklek yang kompetitif akan memicu
pemain untuk memikirkan cara dan memperhatikan langkah untuk bisa memenangkan
permainan, hal ini jelas dapat meningkatkan kecerdasan logika dan strategi pemainnya. (e)
Melatih kemandirian dan kepercayaan diri, kemandirian akan terbentuk dalam diri individu
ketika munculnya rasa kepercayaan diri, setelah pemain dapat memikirkan cara untuk
memenangkan permainan, maka kepercayaan diri tersebut akan muncul dan terbentuklah
rasa kemandirian.

Kenyataannya, permainan rakyat engklek ini sudah jarang kita temui keberadaannya,
apalagi kini dunia sedang dilanda era new normal yang membuat beberapa komunitas atau
masyarakat sulit untuk melakukan permainan ini. Untuk dapat dikenal dan dilestarikan
keberadaannya oleh masyarakat, kebudayaan ini dapat didokumentasikan dalam bentuk
digital baik berupa video, foto, atau penjelasan yang dikemas secara digital lainnya, agar
generasi penerus dapat melestarikannya dengan cara memainkan permainan ini. Salah satu
contoh upaya pelestariannya adalah video yang dibagikan oleh kanal YouTube bernama
Jember 1TV, pada video tersebut menampilkan anak-anak yang sedang melakukan
permainan engklek disertai dengan instruksi mainnya. Hal ini membuktikan bahwa
kemajuan teknologi dapat melestarikan kebudayaan, sudah menjadi tugas kita sebagai
manusia untuk dapat mempertahankan eksistensi permainan rakyat ini agar dapat
dinikmati dan dilakukan oleh generasi penerus bangsa, hal ini bertujuan agar kebudayaan
itu tidak hilang dan menyisakan dokumentasinya saja.
Lampiran

Figure 1.Sekelompok anak-anak memainkan permainan rakyat engklek


Figure 2. Infografis permainan rakyat engklek
Daftar Pustaka

Koentjaraningrat. (1993). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Djambatan.

Pratiwi, Y. (n.d.). Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar (Keseimbangan Tubuh)


Anak Melalui Permainan Tradisional Engklek di Kelompok B Tunas Rimba II Tahun
Ajaran 2014/2015. Jurnal Penelitian PAUDIA.

Anda mungkin juga menyukai