Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Permainan tradisional merupakan permainan yang dilakukan oleh
banyak orang dan membutuhkan segi sosial. Permainan tradisional sangatlah
populer sebelum teknologi masuk ke Indonesia. Dahulu, anak-anak bermain
menggunakan alat-alat seadanya. Namun kini, sudah jarang bahkan tidak ada
anak-anak yang memainkan permainan tradisional.
Permainan tradisional sebenarnya sangat baik untuk melatih fisik dan
mental anak. Secara tidak langsung anak-anak akan dirangsang kreatifitas,
ketangkasan, jiwa kepemimpinan, kecerdasan, dan keluasan wawasannya
melalui permainan tradisional. Namun, kenyataannya anak-anak jaman
sekarang atau disebut kids jaman now terlena oleh televisi, gawai, dan video
game yang ternyata banyak memberi dampak negatif bagi anak-anak, baik
dari segi kesehtan, psikologis, maupun penurunan konsentrasi dan semangat
belajar.
Permainan tradisional yang semakin hari semakin hilang ditelan
perkembangan jaman sesungguhnya menyimpan sebuah keunikan, kesenian,
dan manfaat yang lebih besar bagi anak-anak. Contohnya, seperti kerja sama
tim, olahraga, olah fisik, dan lain sebagainya. Hal tersebut terkadang juga
membantu meningkatkan daya otak.
Anak-anak di Banjarejo tidak semuanya hanyut dalam kemajuan
teknologi. Beberapa masih menyempatkan waktu senggangnya dengan
melakukan aktivitas fisik permainan tradisional di luar rumah, tetapi ada juga
yang mengurung di dalam kamarnya untuk memgang layar ponselnya. Maka
dari itu, peneliti tertarik untuk membuat penelitian mengenai permainan
tradisional anak-anak di Kelurahan Banjarejo, Kabupaten Bojonegoro.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, masalah
dalam penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut.

1
1. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi anak-anak di Kelurahan
Banjarejo sekarang mulai meninggalkan permainan tradisional dan lebih
memilih permainan yang lebih modern dan kekinian?
2. Apa dampak positif dan negatif jika anak-anak di Kelurahan Banjarejo
meninggalkan permainan tradisional dan lebih memilih permainan yang
lebih modern dan kekinian?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, tujuan penelitian
dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi anak-anak
di Kelurahan Banjarejo mulai meninggalkan permainan tradisional dan
lebih memilih permainan yang lebih modern dan kekinian.
2. Untuk mengetahui dampak positif dan negatif jika anak-anak di
Kelurahan Banjarejo meninggalkan permainan tradisional dan lebih
memilih permainan yang lebih modern dan kekinian
D. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut.
1. Bagi Masyarakat
Penelitian ini bermanfaat agar masyarakat lebih membuka pikirannya
mengenai tingkah laku anak khususnya bagi orang tua. Selain itu,
penelitian ini bermanfaat agar orang tua lebih fokus terhadap
perkembangan anak melalui tingkah laku, pergaulan, dan hobi atau
permainan yang digemarinya. Masyarakat juga diharapkan lebih berhati-
hati dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) di zaman
sekarang ini agar tidak menyesal di kemudian hari.
2. Bagi Peserta Didik
Penelitian ini bermanfaat bagi peserta didik untuk disiplin dalam ilmu
pengetahuan, menambah wawasan khasanah ilmu pengetahuan
khususunya di bidang Sosiologi, baik secara kritis maupun empiris.
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi secara jelas dan

2
gamblang mengenai permainan tradisional anak-anak di Kelurahan
Banjarejo, Kabupaten Bojonegoro.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Definisi Konsep
1. Luntur
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata luntur
memiliki banyak arti seperti luntur untuk mengartikan warna pakaian,
kepercayaan, popularitas. Misalnya, “Kepercayaan Masyarakat Indonesia
pada Wakil Rakyat Sudah Luntur” yang berarti hilangnya popularitas atau
pamor wakil rakyat. Dalam judul penelitian ini kata luntur diartikan
sebagai hilangnya suatu budaya yang mengalami proses perlahan-lahan
sehingga dengan berjalannya waktu, budaya dan nilai-nilai norma yang
ada di dalam kehidupan bermasyarakat tersebut akan mengalami luntur
atau hilang secara perlahan.
Lunturnya budaya permainan tradisional dalam judul penelitian ini
mengandung makna bahwa budaya permainan tradisional di kalangan
anak-anak mulai hilang secara perlahan-lahan sesuai dengan
perkembangan zaman yang semakin canggih dan maju serta lebih banyak
memanfaatkan teknologi daripada perlatan-peralatan yang sederhana dan
tradisional.
2. Budaya
Kebudayaan merupakan hasil karsa, karya, dan rasa manusia
sehingga menjadi sebuah kebiasaan. Pengertian kebudayaan menurut
bahasa berasal dari bahasa sanskerta, yaitu buddhaya yang merupakan
berntuk jamak dari buddhi (akala tau budi) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan akal dan budi yang dimiliki manusia. Ada pendapat lain
mengatakan budaya berasal dari kata budi dan daya. Budi merupakan
unsur rohani, sedangkan daya adalah unsur jasmani manusia. Dengan
demikian, budaya merupakan hasil budi dan daya manusia.
Dalam bahasa inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal
dari kata latin colore, yaitu mengolah atau mengerjakan. Dalam bahasa
belanda, cultuur sama dengan culture. Culture atau cultuur bisa diartikan

4
juga sebagai mengelola tanah atau Bertani. Dengan demikian, kata budaya
ada hubungannya dengan kemampuan manusia mengelola sumber-sumber
kehidupan, dalam hal ini pertanian. Kata culture juga kadanag
diterjemahkan sebagai kultur dalam bahasa indonesia.
Definisi kebudayaan telah banyak dikemukakan oleh para ahli,
diantaranya adalah sebagai berikut.
1) Herskovtis memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun
temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian
disebut sebagai superorganik.
2) Andreas Eppink menyatakan bahwa kebudayaan mengandung
keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan, serta
keseluruhan struktur-struktur social, religious, dan lain lain. Dan
ditambah lagi dengan segala pernyataan intelektual dan artistik yang
menjadi ciri khas sebuah masyarakat.
3) Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi mengatakan kebudayaan
adalah sarana hasil karya, sara, dan cipta masyarakat.
4) Koentjaraningrat berpendapat bahwa kebudayaan adalah keseluruhan
gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar
beserta dari budi pekertinya.
Dari definisi yang dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa
kebudayaan adalah sistem pengetahuan yang meliputi ide atau gagasan
yang terdapat dalam pikiran manusia mulai dari hasil karsa, karya, dan
rasa manusia. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda
yang diciptakan oleh manusia yang menjadi alat dari budaya yang ada
pada masyarakat sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan
benda-benda yang bersifat nyata. Misalnya, pola-pola perilaku, bahasa,
peralatan hidup, organisasi, religi, seni, dan lain lain yang kesemuanya
ditujukan untuk membantu manusia dalam melangungkan kehidupan
bermasyaraktnya.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orng dan diwariskan dari generasi ke
generasi untuk dipertahankan nilai-nilai yang ada. Budaya terbentuk dari

5
banyak unsur termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga
budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga
banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis.
Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang
berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya,
membuktikan bahwa budaya itu dipelajari sejak berusia dini dan untuk
diwariskan pada generasi mereka.
Budaya adalah suatu pola pikir masyarakat dalam kehidupan
menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek
budaya turut menentukan perilaku dan tingkah laku pada manusia dalam
kehidupan bermasyarakat. Unsur-unsur sosial budaya ini tersebar dan
meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Dengan demikian, budaya lah
yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan
aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang
lain.
B. Materi Permainan Tradisional
Permainan tradisional merupakan salah satu unsur budaya bangsa
yang banyak tersebar di berbagai penjuru nusantara terutama pada masyarakat
pedesaan yang masih sulit untuk menemukan permainan modern. Permainan
tradisional sudah hampir punah terlupakan dan terganti dengan permainan
modern. Sebaiknya, ada upaya dari orang tua atau dewasa yang pernah
mengalami fase bermain untuk memperkenalkan dan melestarikan kembali
permainan-permainan tersebut, karena permainan tersebut sangat besar
pengaruhnya terhadap perkembangan anak.
Permainan tradisional juga sering disebut dengan permainan rakyat,
yang merupakan permainan yang tumbuh dan berkembang pada masa lalu
terutama tumbuh di masyarakat pedesaan. Permainan tradisional tumbuh dan
berkembang berdasarkan kebutuhan masyarakat setempat. Kebanyakan
permainan tradisional dipengaruhi oleh alam lingkungannya. Oleh karena itu,
permainan tradisional selalu menarik dan menghibur sesuai dengan kondisi
saat itu.

6
Pada masa usia 3-5 tahun merupakan masa bermain. Bermain sebagai
kegiatan yang mempunyai nilai praktis, artinya bermain digunakan sebagai
media untuk menigkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak.
Bermain pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan yang memiliki
karakteristik aktif dan menyenangkan. Bermain juga dilakukan secara
sukarela dan biasanya muncul dari motivasi internal. Kegiatan bermain
biasanya bersifat simbolik atau pura-pura karena tidak terjadi secara nyata.
Bermain permainan tradisional mempunyai manfaat antara lain.
1) Mengoptimalkan perkembangan fisik dan mental anal
2) Memenuhi kebutuhan emosi anak
3) Mengembangkan kreatifitas dan kemampuan bahasa anak
4) Membantu proses sosialisasi anak
5) Mengembangkan aspek perkembangan anak antara lain : mengembangkan
kemampuan motorik, kognitif, afetif, bahasa, dan aspek sosial.
C. Jenis-Jenis Permainan Tradisional
Banyak sekali macam-macam permaina tradisional di Indonesia,
hampir di seluruh daerah-daerah telah mengenalnya bahkan pernah
mengalami masa-masa bermain permainan tradisional ketika kecil. Permainan
tradisional perlu dikembangkan lagi karena mengandung banyak unsur
manfaat dan persiapan bagi anak dalam menjalani kehidupan bermasyarakat.
Beberapa comtoh permainan tradisional akan dijelaskan secara lebih rinci
sebagai berikut.
1) Galasin
Galah asin atau galasin yang disebut juga gobak sodor adalah
sejenis permainan grup yang terdiri dari dua grup, di mana masing-
masing tim terdiri dari 3-5 orang. Inti permainannya adalah menghadang
lawan agar tidak bisa lolos melewati garis di baris terakhir secara bolak-
balik, dan untuk meraih kemenangan seluruh anggota grup harus secara
lengkap melakukan proses bolak-balik dalam area lapangan yang telah
ditentukan.
Permainan ini biasanya dimainkan di lapangan bulu tangkis dengan
acuan garis-garis yang ada atau bisa juga dengan menggunakan lapangan

7
segi empat dengan ukuran 9x4 m yang dibagi menjadi 6 bagian. Garis
batas dari setiap bagian biasanya diberi tanda dengan kapur. Anggota grup
yang mendapat giliran untuk menjaga lapangan ini terbagi dua, yaitu
anggota grup yang menjaga garis batas horizontal dan vertikal.
Bagi anggota grup yang mendapatkan tugas untuk menjaga garis
batas horizontal, maka mereka akan berusaha untuk menghalangi lawan
mereka yang juga berusaha melewati garis batas yang sudah ditentukan
sebagai garis batas bebas. Bagi anggota grup yang mendapatkan tugas
untuk menjaga garis batas vertikal (umumnya hanya satu orang), maka
orang ini mempunyai akses untuk keseluruhan garis batas vertikal yang
terletak di tengah lapangan. Permainan ini sangat mengasyikkan sekaligus
sangat sulit karena setiap orang harus selalu berjaga dan berlari secepat
mungkin jika diperlukan untuk meraih kemenangan.
2) Congklak
Congklak adalah suatu jenis permainan tradisional yang dikenal
dengan berbagai macam nama di seluruh Indonesia. Biasanya dalam
permainan, sejenis cangkang kerrang digunakan sebagai biji congklak dn
jika tidak ada kadangkala digunakan juga biji-bijian dari tumbuh-
tumbuhan.
Di Malaysia permainan ini juga lebih dikenal dengan nama
congklak dan istilah ini juga dikenal di beberapa daerah di Sumatera
dengan kebudayaan melayu. Di Jawa, permainan ini lebih dikenal dengan
nama dakon. Selain itu di Lampung, permainan ini lebih dikenal dengan
nama dentuman lamban sedangkan di Sulawesi, permainan ini lebih
dikenal dengan nama mokaotan, maggaleceng, aggalacang, dan nogarata.
Dalam bahasa inggris, permainan ini disebut mancala.
3) Petak Umpet
Permainan ini bisa dimainkan oleh minimal dua orang, tetapi jika
semakin banyak yang bermain maka akan menjadi semakin seru. Cara
bermain cukup mudah, dimulai dengan hompimpa untuk menentukan
siapa yang menjadi “kucing” (berperan sebagai pencari teman-temannya
yang bersembunyi). Si kucing ini nantinya akan memjamkan mata atau

8
berbalik sambil berhitung sampai 10. Biasanya dia menghadap tembok,
pohon atau apa saja supaya dia tidak melihat teman-temannya untuk
bersembunyi.
Tempat jaga ini memiliki sebutan yang berbeda di setiap daerah,
contohnya di beberapa daerah di Jakarta ada yang menyebutnya inglo, di
daerah lain menyebutnya bon dan ada juga yang menamai tempat itu
hong. Setelah hitungan sepuluh (atau hitungan yang telah disepakati
bersama, mislanya jika wilayahnya terbuka, hitungan biasanya ditambah
menjadi 15 atau 20) dan setelah teman-temannya bersembunyi, mulailah
si “kucing” beraksi mencari teman-temannya tersebut.
4) Gasing
Gasing adalah mainan yang bisa berputar pada poros dan
berkeseimbangan pada suatu titik. Gasing merupakan mainan tertua yang
ditemukan di berbagai situs arkeologi dan masih bisa dikenali. Selain
merupakan mainan anak-anak dan orang dewasa, gasing juga digunakan
untuk berjudi dan ramalan nasib.
Sebagian besar gasing terbuat dari kayu walaupun sering dibuat
dari plastik, atau bahan yang lain. Kayu diukir dan dibentuk hingga
menjadi badan gasing. Tali gasing umumnya dibuat dari nilon, sedangkan
tali gasing tradisional dibuat dari kulit pohon. Panjang tali gasing
berbeda-beda bergantung pada panjang lengan orang yang memainkan.
Gerakan gasing berdasarkan efek giroskopik. Gasing biasanya
berputar terhuyung-huyung untuk beberapa saat hingga interaksi bagian
kaki (paksi) dengan permukaan tanah membuatnya tegak. Setelah gasing
berputar tegak untuk sementara waktu, momentum sudut dan efek
giroskopik berkurang sedikit demi sedikit hingga akhirnya bagian badan
terjatuh secara kasar ke permukaan tanah.
5) Kelereng
Kelereng (atau dalam bahasa jawa disebut nèkeran) adalah mainan
kecil berbentuk bulat yang terbuat dari kaca, tanah liat, atau agate. Ukuran

1
kelereng sangat bermacam-macam. Umumnya inci (1,25 cm) dari ujung
2

9
ke ujung. Kelereng dapat dimainkan sebagai permainan anak, dan kadang
dikoleksi untuk tujuan nostalgia dan warnanya yang estetik.
6) Egrang
Egrang atau jangkauan adalah galah atau tongkat yang digunakan
seseorang agar bisa berdiri dalam jarak tertentu di atas tanah. Egrang
berjalan adalah egrang yang dilengkapi dengan tangga sebagai tempat
berdiri atau tali pengikat untuk diikatkan ke kaki untuk tujuan berjalan
selama naik di atas ketinggian normal.
7) Layang-Layang
Layang-layang, layangan, atau wau (di sebagian wilayah
Semenanjung Malaya) merupakan lembaran bahan tipis berkerangka yang
diterbangkan ke udara dan terhubungkan dengan tali atau benang ke
daratan atau pengendali. Layang-layang memanfaatkan kekuatan
hembusan angin sebagai alat pengangkatnya. Dikenal luas di seluruh
dunia sebagai alat permainan. Layang-layang diketahui juga memiliki
fungsi ritual, alat bantu memancing atau menjerat, menjadi alat bantu
penelitian ilmiah, serta media energi alternatif.
D. Peran Permainan Tradisional
Peran masyarakat di dalam permainan tradisional perlu dikembangkan
lagi demi ketahanan budaya bangsa, dikarenakan kita menyadari bahwa
kebudayaan merupakan nilai-nilai luhur bagi bangsa Indonesia untuk
diketahui dan dihayati tata cara kehidupannya sejak dahulu. Bangsa indonesia
merupakan bangsa yang besar dalam keanekaragman kebudayaan di
dalamnya, salah satunya permainan tradisional.
Permainan tradisional sendiri memiliki keanekaragman tersendiri juga
yaitu ditunjukkan dengan banyaknya jenis-jenis permainan tradisional yang
berbeda di setiap daerah di Indonesia. Oleh sebab itu, terbentuklah aktivitas
kebugaran jasmani melalui permainan tradisional di kalangan masyarakat di
tiap daerah. Permainan tradisional memang seharusnya mendapatkan
perhatian khusus dan mendapatkan prioritas yang utama untuk dilindungi,
dibina, dikembangkan, diberdayakan, dan diwariskan. Hal seperti itu

10
diperlukan agar kebudayaan Indonesia memiliki ketahanan dalam
menghadapi masuknya unsur budaya lain melalui globalisasi.

E. Pengimplementasian Permainan Tradisional Sebagai Wahana Dalam


Pendidikan Karakter yang Menyenangkan
Begitu pentingnya permainan tradisional dalam memberi pendidikan
karakter dan memberikan nilai moral yang positif bagi pertumbuhan anak.
Melalui permainan tradisional juga dapat menjadi sarana belajar untuk
mengembangkan nilai EQ (Emotional Intelligence) pada anak. Namun, tentu
saja harus dalam pengawasan dan memberi batasan waktu yang jelas agar
tidak semua waktu digunakan untuk bermain.
Implementasi dari permainan tradisional sebagai wahana pendidikan
karakter yang menyenangkan dapat diaplikasikan baik di lingkungan keluarga
(informal), sekolah (formal), maupun di masyarakat (nonformal). Pendidikan
karakter dapat dimulai dari lingkungan terkecil yakni, keluarga. Keluarga
merupakan bagian dari sebuah masyarakat. Unsur-unsur yang ada dalam
sebuah keluarga baik budaya, agama, ekonomi bahkan jumlah anggota
keluarga sangat mempengaruhi perlakuan dan pemikiran anak khususnya para
orang tua.
Pengaruh keluarga dalam pendidikan anak sangat besar pengaruhnya
dalam berbagai macam sisi. Keluarga lah yang menyiapkan potensi
pertumbuhan dan pembentukan kepribadian anak. Lebih jelasnya, kepriadian
anak tergantung pada pemikiran dan tingkah laku kedua orang tua serta
lingkungannya. Dalam hubungannya dengan pendidikan karakter, keluarga
memiliki andil yang cukup besar, karena mulai dari sinilah penanman nilai-
nilai moral yang dapat dikembangkan sehingga permasalahan anak dapat
dihindari.
Secara garis besar, pendidikan karakter bertujuan untuk membimbing
anak ke arah kedewasaan supaya anak dapat memperoleh keseimbangan
antara perasaam dan akal budaya serta dapat mewujudkan keseimbangan
dalam perbuatanya kelak. Oleh karena itu, langkah pasti yang dapat ditempuh

11
oleh orang tua yakni mampu memberikan stimulus yang positif serta
menyenangkan kepada anaknya, salah satunya melalui permainan tradisional.
Pengembangan permainan tradisiona sebagai wahana pendidikan
karakter yang menyenangkan tidak begitu sulit. Perlu kesabaran serta
keseriusan dari pihak orang tua. Orang tua juga dapat menyusun rancangan
kegiatan yang menarik kepada anaknya. Seperti setiap akhir pekan orang tua
bisa mengajak si anak untuk berekreasi serta mengajak dan memperkenalkan
buah hatinya untuk memainkan permainan tradisional. Disinilah peran orang
tua yang paling penting yakni menjelaskan makna yang terkandung dalam
permainan tradisional. Penanaman pendidikan karakter semacam ini sangat
efektif, akan tetapi tetap diimbangi oleh kemauan anak tersebut, sehingga
tidak terjadi kesalahpahaman atau benturan.

12
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penilitian


Peneliti disini menggunakan pendekatan kualitatif karena dengan
pendekatan ini peneliti dapat mengetahui pola interaksi sehari-hari objek.
Peneliti juga menggunakan jenis penilitan fenomonologi karena fenomena
yang ada di Kelurahan Banjarejo, Bojonegoro peneliti anggap menarik untuk
diteliti.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di sekitar objek atau titik temu
dimana para anak bermain di sana, misalnya : ujung gang, lapangan kosong,
atau tanah kaplingan pada tanggal 10-12 Januari 2020 di waktu sore hari.
Peneliti memilih lokasi di Kelurahan Banjarejo dikarenakan lokasi yang dekat
dengan rumah peniliti.
Peneliti merasa banyak area kosong atau lahan kosong di lokasi area
tersebut, tetapi sekarang sudah dibangun perumahan, yaitu Banjarejo
Regency. Oleh karena itu, selama kurang lebih tiga tahun terakhir seharusnya
lokasi tersebut merupakan salah satu tempat untuk melestarikan permainan-
permainan warisan dari masyarakat yang terdahulu yaitu permainan
tradisional pada saat ini semakin luntur dan dilupakan.
C. Pemilihan Subjek Penelitian
Subjek yang peneliti pilih untuk diteliti dalam penelitian ini adalah
anak-anak di Kelurahan Banjarejo sepanjang RT 11-15 RW 02. Peneliti
melakukan wawancara singkat terhadap anak-anak yang sedang bermain di
lokasi tersebut pada sore hari. Selain melakukan wawancara singkat kepada
anak-anak, peneliti juga melakukan wawancara kepada para orang tua,
pemuda, dan masyarakat.

13
D. Tahap-Tahap Penelitian
Penelitian ini mempunyai beberapa tahapan yaitu penelitian awal yang
peneliti mulai untuk pertama kalinya dengan tujuan untuk mengetahui situasi
dan kondisi lingkungan yang peneliti teliti. Setelah penelitian awal dan
mengetahui gambaran awal dari situasi lokasi, langkah berikutnya adalah
melakukan penelitian dan menggali informasi di lokasi penelitian. Kemudian
langkah yang terakhir adalah menggali dan menganalisis lebih dalam serta
tajam lagi agar data yang disajikan dalam proposal ini akurat dan dapat
dipercaya oleh pembaca.
E. Jenis dan Sumber Data
Sumber data bisa berupa data primer atau data pokok yang bisa
diperoleh dengan wawancara mendalam kepada informan dan narsumber
terpercaya yang sudah ditentukan oleh peneliti untuk menjelaskan tentang
tema dari penelitian ini. Kemudian data sekunder yang digunakan dalam
penelitian ini untuk menunjang data primer adalah pengamatan dan observasi
yang digunakan sebagai data tambahan. Sumber data sekunder ini peneliti
ambil dari penelitian-penelitian yang terdahulu dan relefan, dan sumber-
sumber materi dari internet.
F. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dari hasil wawancara dan peringkasan materi dari
sumber internet akan dikumpulkan dan disusun secara deskriptif.
Pengumpulan data dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan
berbagai cara apabila dilihat dari sumber datanya. Maka dari itu,
pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sekunder.
1. Observasi
Dalam hal ini peneliti melakukan pengumpulan data menyatakan terus
terang kepada sumber data, bahwa peneliti sedang melakukan penelitian.
Jadi mereka yang diteliti mengetahui peneliti sejak awal sampai akhir
penelitian ini selesai.
2. Wawancara (Interview)
Dalam hal ini interview adalah cara peneliti untuk mendapatkan informasi
yang akan diteliti. Dalam hal ini wawancara digunakan sebagai teknik

14
pengumpulan data untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti
serta untuk mengetahui hal-hal yang lebih mendalam dalam jumlah
responden yang sedikit.

G. Teknik Analisis Data


Peniliti menganalisis setiap informasi dan hasil pendataan melalui
observasi dan wawancara yang diberikan oleh narasumber dan responden.
Sebab hasil pendataan memerlukan pembahasan lebih lanjut dan penafsiran
lebih dalam untuk menemukan makna di balik fakta serta mencermati secara
kritis dan hati-hati terhadap perspektif teoritis yang digunakan.
H. Jadwal Penyusunan Karya Ilmiah
Jadwal penyusunan karya ilmiah yang dilakukan oleh peneliti akan diuraikan
sebagai berikut.

No Hari dan Tanggal Kegiatan


1 Jumat, 10 Januari 2020 Penentuan tema dan judul,
Pembuatan cover, lembar
2 Sabtu, 11 Januari 2020 pengesahan, dan kata pengantar
proposal.
Pembuatan latar belakang,
3 Kamis, 16 Januari 2020 rumusan masalah, tujuan, dan
manfaat karya proposal.
Jumat, 17 Januari 2020
Pembuatan Bab II Kajian
4 Sabtu, 18 Januari 2020
Pustaka.
Minggu, 19 Januari 2020
Senin, 20 Januari 2020 Pembuatan Bab III Metode
5
Selasa, 21 Januari 2020 Penelitian.
Pembuatan daftar pustaka, daftar
6 Rabu, 22 Januari 2020
isi, dan pencetakan proposal.
7 Jumat, 24 Januari 2020 Penyuntingan proposal.
Wawancara dan Observasi serta
8 Minggu, 1 Maret 2020 menyusun dan menganalisis
hasil data
Pembuatan Bab IV Pembahasan
9 Senin, 2 Maret 2020
dan Bab V Penutup
10 Selasa, 3 Maret 2020 Pencetakan karya ilmiah

15
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Faktor-Faktor Lunturnya Permainan Tradisional


Berdasarkan teknik pengumpulan data dengan cara wawancara dan
observasi yang telah dilakukan peneliti, dapat diuraikan faktor-faktor
lunturnya permainan tradisional sebagai berikut.
1. Arus globalisasi dan perkembangan teknologi pada masa kini telah
melahirkan dan menyuguhkan berbagai macam permainan elektronik atau
permainan modern (playstation, komputer, robot-robotan, mobil remot,
dll) yang dianggap lebih menarik, praktis, dam variatif. Daya tarik yang
dimiliki oleh permainan modern tersebutlah yang membuat anak-anak
lebih menyukai permainan modern daripada permainan tradisional
sehingga akan mengubur dan mengalihkan permainan tradisional dari
pikiran anak-anak masa kini.
2. Tidak adanya pengenalan dan pengetahuan dari orang tua terhadap anak
mereka tentang permainan tradisional karena kesibukan orang tua di
dalam pekerjaan. Bahkan terkadang orang tua lebih suka anak mereka
bermain dengan layar dan barang elektronik yang berbasis IT, alasannya
agar anak lebih betah di rumah. Padahal suatu permainan akan terus
bertahan jika kita menurunkan secara estafet ke anak, lalu sang anak kita
diturnkan ke cucunya, dan begitu seterusnya.
3. Ketiadaan lahan untuk bermain yang tergusur oleh bangunan-bangunan
perkotaan yang menyebabkan anak harus bermain di dalam ruangan atau
di dalam rumah.
B. Dampak Positif dan Negatif Permainan Tradisional dan Modern
Permainan Tradisional
- Dampak Positif
 Anak menjadi lebih kreatif

16
 Mengembangkan kecerdasan intelektual dan wawasan anak
 Melatih anak bersosialisasi
 Mengembangkan kecerdasan logika anak
 Mengembangkan kecerdasan kinestetik anak
 Mengembangkan kecerdasan musikal anak
 Melatih anak bermain peran
 Mendekatkan anak kepada alam sekitar
 Mengembangkan moral positif pada anal
- Dampak Negatif
 Anak menjadi lupa waktu
 Menimbulkan perjudian
Permainan Modern
- Dampak Positif
 Melatih aktivitas fisik anak
 Membina hubungan sosial dan interaksi
 Meningkatkan kemampuan belajar
 Mencegah stress
- Dampak Negatif
 Mengakibatkan kecanduan sehingga prestasi sekolah menurun
 Menyebabkan lupa akan waktu
 Berdampak buruk pada kesehatan
 Menyebabkan pemborosan
 Memberikan contoh yang buruk bagi moral anak
 Menimbulkan banyak kasus yang terjadi di dunia nyata
1. Kasus pembunuhan yang terjadi di Bandung tahun 2005, seorang
mahasiswa Universitas Marantha tewas ditikam temannya sendiri
akibat kalah bermain playstation.
2. Krisna Cahyadi (19), mahasiswa ekonomi Angkatan 2004
Universitas Marantha, ditemukan sudah menjadi mayat di tempat
kosnya, di lantai 3 kamar C-20 Tulip Home Jln. Babakan Jeruk
IV No. 30 Kota Bandung, Kamis (1/12) sekitar pukul 13.30
WIB. Dalam pemeriksaan awal, tersangka mengaku menghabisi

17
nyawa korban karena kalah judi bola dan bermain play station
dengan korban.
3. Diduga terpengaruh dengan kekerasan dalam game, seorang anak
di Wellington, Amerika Serijat tega membunuh ibu kandungnya
sendiri setelah bermain permainan “Halo 3”.

18
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Permainan tradisional merupakan permainan yang diturunkan dan
diciptakan oleh nenek moyang kita sehingga perlu dijaga dan dilestarikan.
Permainan tradisional diciptakan tidak asal-asalan dalam pembuatannya,
tetapi dibalik pemainan itu tersimpan kandungan moral yang berguna untuk
menumbuhkan karakter bagi anak.
Selain itu, banyak manfaat bagi anak dalam bermian permainan
tradisional dikarenakan bermain itu merupakan kebutuhan pokok setelah
terkungkung dalam pelajaran sehingga anak membutuhkan penyegaran.
Manfaatya bermacam-macam dari aspek kognitif, emosional, bahkan
spiritual.
B. Saran
1. Hal yang dapat disarankan adalah permainan tradisional harus tetap
dipertahankan, dilestarikan, dan dikenalkan kepada anak-anak. Karena hal
ini dapat membentuk psikomotorik, perkembangan pola pikir, dan
kepribadian anak untuk bersosialisasi terhadap lingkungannya.
2. Untuk orang tua sebaiknya tidak melarang anaknya untuk bermain di
alam terbuka dan membuang jauh-jauh kalau bermain di alam terbuka itu
berbahaya. Karena hal ini juga akan melatih sistem imun dan antibodi
pada anak sehingga akan terhindar dari berbagai macam serangan
penyakit.
3. Kurangi menggunakan peralatan game yang dapat mengganggu kesehatan
anak dan daya psikomator anak seperti game online dan playstation
sehingga dapat mengirit pengeluaran dan energi yang dibuang percuma
dengan menggunakan peralatan elektronik yang menggunakan daya listrik
yang dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk hal yang lebih berguna.

19
DAFTAR PUSTAKA

https://ww.academia.edu/11644084/Permainan_Tradisional_versus_Permainan_
Modern 19/01/2020 10.37

http://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/hanafiana/bergesernya
-dan-tersisihnya-permainan-tradisional-oleh-permainan-modern-sekarang-
ini_551b62b7813311c6339de10e 19/01/2020 15.48

http://www.google.com/amp/s/gaya.tempo.co/amp/907807/salah-satu-faktor-
punahnya-permainan-tradisional-adalah-orang-tua 19/01/2020 15.53

http://e-journal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php.empowerment/article/view/614

18/01/2020 08.37

http://www.kla.id/jenis-permainan-tradisional-yang-mampu-mengalahkan-gadget/
17/01/2020 18.46

http://thegorbalsla.com/permainan-tradisional/ 17/01/2020 19.03

http://www.daaruttauhiid.org/implementasi-permainan-tradisional-terhadap-
pengembangan-nilai-nilai-karakter-di-abad-21/ 18/01/2020 09.13

https://www.google.com/search?
q=pengimplementasian+permainan+tradisional&oq=pengimplementasian+p
ermainan+tradisiona;&aqs=chrome..69i57.7223j0j9&client=ms-android-
vivo&sourceid=chrome-mobile&ie=UTF-8 18/01/2020 09.24

https://agroedupolitan.blogspot.com/2017/07/makalah-tentang-permainan-
tradisional.html?m=1 16/01/2020 18.29

http://wayantarne.blogspot.com/2015/02/makalah-peranan-permainan-
tradisional.html?m=1 16/01/2020 20.37

20

Anda mungkin juga menyukai