Skor Nilai :
Skor Nilai :
“Sepak Takraw”
Puji dan syukur kita ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat rahmat dan
karunia-Nya saya dapat menyusun Critical Book Report yang berjudul “Keterampilan Teknik
Dasar Sepak Takraw”dengan baik dan lancar sehingga dapat dikumpul dengan tepat waktu.
Dalam penyusunan Critical Book Report ini penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan, akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak masalah itu bisa teratasi. Maka dalam
kesempatan ini kami tidak lupa mengucapkan banyak terimah kasih :
1. Drs. Ibrahim, M.Kes. AIFO selaku dosen pengampu mata kuliah Keterampilan Teknik
Dasar Sepak Takraw yang memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan
Critical Book Report ini.
2. Saya juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyusun hingga
terselesaikannya Critical Book Report ini dengan tepat waktu.
3. Saya sangat berharap Critical Book Report ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan pembaca mengenai Keterampilan Teknik Dasar Sepak
Takraw.
Saya sangat menyadari bahwa dalam Critical Book Report ini terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna, oleh karna itu saya mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan critical book report ini. Sekian dan terima
kasih.
Malaysia bersama Singapura dan Thailand memang aktif memperkenalkan permainan ini,
pada tanggal 1-3 september 1967, sejumlah mahasiswa Malaysia di Mesir, mendemonstrasikan
cara bermain di Misril Jadiah. Kemudian pada tahun 1970 di Bangkok dilakukan eksibisi pada
Asian Games VI oleh pemain-pemain Malaysia dan Thailand. Tahun 1965, sepak raga pertama
kali dimainkan di South East Peninsular Games ( SEAP Games ) ke-3. Ini ada asal muasal
perminan sepak takraw masuk SEA GAMES dan ASEAN GAMES, dan saat itu pula
terbentuknya ASTAF ( Asian Sepak Takraw Federation ).
Nama sepak raga jarring digantikan dengan nama sepak takraw atas usul Thailand pada
pembentukan ASTAF. Kata “ sepak “ berasal dari bahasa Melayu, sedangkan “ takraw “ bahasa
Thai, yang berarti bola dibuat secara dianyam.
Pada tahun 1971, diselenggarakan kejurnas sepak raga pertama yang diikuti Sumatera
Utara,Sumatera Barat, Riau dan Sulawesi Selatan. Pada kesempatan itu, tepatnya tanggal 16
Maret 1971, dibentuk Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia ( PERSERASI ). Kejurnas II
diselenggarakan pada tahun 1976, dalam rangka mengikuti persiapan mengikuti SEA GAMES
IX/1977 di Kuala Lumpur, Malaysia. Usman Amiruddin, Rahman Daud dan Alwi TJaeadalaha
nama-nama pemain pertama yang aktif waktu itu. Sejak itu pula, sepak raga Indonesia ikut terus
dalam Event olahraga Asia Tenggara.
Tahun 1979 diselenggarakan kejurnas III, dan pada tahun yang sama sudah 14 daerah
yang menjadi anggota PERSERASI. Sesuai ketentuan, maka PERSERASI diterina menjadi
anggota KONI pusat tahun 1980, sehingga pada PON X/1981 sepakraga mulai dipertandingkan.
Untuk menghadapi PON X , dan sebagai strategi agar diakui KONI, tahun1979 diselenggarakan
kejurnas III.
Kejurnas IV diadakan pada tahun 1983 dan diikuti oleh 19 daerah. Setiap ada event
Nasional, selalu diadakan pertemuan antara PB. PERSRASI dengan pengda-pengda. Selain
konsolidasi, pada pertemuan 1983 itu disepakati daerah-daerah yang akan mengikuti PON XI/
1985 di Jakarta. Disepakati pula bahwa PON dianggap Kejurnas sekaligus.
Selesai PON XI/1985 di Jakarta. Pengda-pengda baru bermunculan. Pada waktu
bersamaan pembenahan organisai terasa diperlukan. Pada tanggal 6-8 oktober 1986, bersamaan
waktunya dengan penyelenggaraan Kejurnas VII/1986, dilangsungkan Kongres PERSERASI
dengan acara: pemantapan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ( AD/ART). Pada
tahun itu juga ( 1986 ) PERSERASI berubah nama menjadi PERSETASI ( Persatuan Sepak
Takraw Seluruh Indonesia ).Kemudian pada Munas tanggal 24 Agustus 2005 menjadi PSTI
(Persatuan Sepak Takraw Indonesia).
Dalam penyusunan Anggaran Dasar ( AD ), komisi organisasi dalam kongres
mengusulkan sebutan “ Sepakraga “ diganti dengan “ Sepak Takraw “. Dengan dasar pemikiran
bahwa sepak raga sudah melembaga, sudah membudaya dalam masyrakat, dan untuk menunjang
“ Asean Spirit “, maka disepakati perubahan nama tersebut.
Pada juli 1987, PB PERSETASI dikukuhkan dan dilantik oleh ketua umum KONI Pusat,
pengurus bertugas mmeneruskan Pelatnas Sepak Takraw untuk Sea Games XIV/1987 di Jakarta;
menyelenggarakan pelatihan Wasit ASTAF, dan mempersiapkan tim untuk mengikuti King’s
Cup IV/1987 di Bangkok.
Pada pertenuan ASTAF di Jakarta, tahun1987, saat Sea Games XIV. Indonesia
melontarkan ide agar sepak takraw wanita dijadikan salah satu event. Setelah itu, PB
PERSETASI mendorong pembinaan sepak takraw wanita di daerah-daerah. Pada tahun 1988,
Indonesia mengikuti AQUINO CUP di Manila, 1990 ikut dalam demonstrasi sepak takraw
wanita di Kuala Lumpur, berbarengan waktunya dengan World Championship. Tahun 1990 itu
pula diselenggarakan pula Invitasi sepak takraw wanita pertama yang mengundang 7 daerah,
bersamaan dengan Kejurnas Junior I Jakarta. Dilanjutkan dengan invitasi ke-2 di Denpasar, Bali
Tahun 1991. pada tahun 1992 dilangsungkan Kejurnas sepak takraw wanita pertama di Bandung
diikuti 10 daerah. Pada tahun 1994 Kejurnas II di Medan diikuti oleh 11 Daerah.
Perkembangan sepak takraw wanita di tanah air cukup menggelora, kalau invitasi di
Jakarta dan Denpasar oleh 6 dan 7 daerah, namun pada kejurnas sepak takraw wanita diikuti
oleh 14 daerah. Dengan perkembangan demikian terbuka peluang untuk ditampilkan pada PON
XIII/1993 di Jakarta sebagai nomor eksibisi.
Selama tahun 1993, sepak takraw wanita telah mengikuti 2 event Internasional : World
Cup di Kucing, Serawak, 1-3 Agustus 1993 mengirim Kalimantan Tengah dan berhasil sebagai
juara I ; di Princessa City, Palawan, Fillipina, 19-23 Desember mengirim Kalimantan Tengah
dan Sulawesi Selatan. Hasil dari 2 event ini sangat memuaskan bagi bangsa Indonesia, Sulawesi
Selatan sebagai juara I, dan Kalimantan Tengah sebagai juara II. Sepak takraw wanita juga telah
dieksibisikan pada PON XIII/1993, oleh daerah : Sulawesi Selatan, Kalimantan Tengah, Riau,
dan DKI Jakarta.
Walaupun sepak takraw wanita telah berkembang, termasuk di kawasan Asia Tenggara,
namun nomor ini belum dilegalisir ASTAF. Pada ASTAF Secretary General Meeting, Indonesia
mempertanyakan hal ini, tetapi pada saat itu hanya 3 negara yang telah menggalakkan sepak
takraw wanita, yaitu : Filipina, Malaysia, da Indonesia. Thailand mengaku belum, walaupun
pada tahun1990 di Khon Khein University ( Thailand tinur laut ) pernah dilaksanakan
demonstrasi sepak takraw wanita.
Perkembangan sepak takraw wanita sempat terhenti dari tahun 1993, dan digalakkan
kembali oleh Indonesia dengan diselenggarakan Aniversary Cup I/1997 di Jakarta. Sejak saat itu,
sepak takraw sangat berkembang, sampai akhirnya TAT ( Takraw Association of Thailand )
mencantumkan sebagai salah satu nomor pada Thai King’s Cup XIII/1997 di Nakhonsawan,
Thailand, 06-20 September 1997.
Inilah awalnya sehingga sepak takraw wanita dimainkan pada ASEAN GAMES
XIII/1998 di Bangkok. Sejak saat itu ada 6 yaitu : Tim Putera dan Tim Puteri, beregu Putera dan
beregu Puteri ditambah sepak raga lingkaran uutuk Putera dan Puteri
Pada PON XV/2000 di Surabaya, 6 nomor dipertandingkan pula. Seluruh pengurus
daerah berlomba mempersiapkan diri melalui Kejuaraan Wilayah ( Kejurwil ) sebagai babak
Kualifikasi ( Pra PON ). Di Makassar, sejak tahun 1997, diselenggarakan pertandingan sepak
takraw Puteri Beregu dan mulai Kejurwil 1998 sepak takraw wanita juga dipertandingkan.
Pra PON melalui Kejurwil 1999, bulan oktober 1999, mempertandingkan 6 nomor.
Syarat untuk itu PON harus lolos dalam seleksi Kejurwil, karena Kejurwil merupakan salah satu
komponen sistem pembinaan berjenjang, system berjenjang mulai dicetuskan sejak tahun 1998
dengan dilangsungkan Kejurwil di 4 wilayah Indonesia, yaitu :
1. Wilayah A : D.I. Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan
dan Bengkulu.
2. Wilayah B : Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Kalimantan Tangah dan Kalimantan
Selatan.
3. Wilayah C : Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat dan
Nusa Tenggara Timur.
4. Wilayah D : Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tenggara, Maluku dan Irian Jaya
Dasar penyelenggaraan Kejurwil ini antara lain agar setiap daerah lebih berkompetisi untuk bisa
lolos ke event tingkat nasional. Kriteria pengelompokkan daerah menurut wilayah anatara lain,
kemudahan transportasi dan adanya daerah unggulan di setiap wilayah.
Pada PON XVII di Kalimantan Timur, sepak takraw mempertandingkan nomor : Regu ,
Tim , Double Event, dan Takraw Hop.
Sepaktakraw Takraw Hoop merupakan pengganti nomor Sepaktakraw Lingkaran
(Circle-game), yang diperkenalkan sejak tahun 2002. Sedangkan sepaktakraw Hoop-Takraw
sejak tahun 2006.
Selain nomor pertandingan tersebut di atas, sepaktakraw telah perkenalkan nomor
Takraw Pantai pada ASEAN BEACH GAMES (ABG) di Bali dan sementara dalam
perencanaan akan ditambah nomor baru yaitu NOMOR CAMPURAN
BAB II
DESKRIPSI ISI BUKU
BAB I
PERATURAN PERWASITAN SEPAK TAKRAW
A. Peraturan Perwasitan
1. PASAL 1
Dasar susunan perwasitan PERSETASI, pengaturannya disesuaikan dengan adanya tingkat
pertandingan.
2. PASAL 2
Tingkat Pertandingan/Kejuaraan
a. Tingkat Nasional
1. Pertandingan/Kejuaraan Nasional
2. Pertandingan/Kejuaraan Wilayah
b. Tingkat Daerah
1. Pertandingan/Kejuaraan Daerah
2. Pertandingan/ Kejuaraan Antar Cabang
c. Tingkat Cabang
1. Pertandingan/Kejuaraan Cabang
2. Pertandingan/Kejuaraan Antar Perkumpulan
3. PASAL 3
Golongan Wasit
a. Pertandingan/Kejuaraan tersebut pada pasal 2a, di atas di pimpin oleh wasit Tingkat Nasional
(S1) dan Wasit ASTAF.
b. Pertandingan/Kejuaraan tersebut pada pasal 2b, di atas di pimpin oleh wasit daerah tingkat 1
( S2 )
c. Pertandinga-pertandingan tersebut dalam pasal 2c, di atas di pimpin oleh wasit Daerah
Tingkat II ( S3 )
4. PASAL 4
Pimpinan Pertandingan/Kejuaraan
1. Pertandingan/kejuaraan tingkat Internasional/Regional dipimpin oleh wasit yang telah
memperoleh sertifikat ASTAF/ISTAF.
2. Pertandingan/Kejuaraan tingkat Nasional, Daerah Tingkat I dan Tingkat II, di pimpin oleh
wasit pembantu yang ditetpkan oleh komisi perwasitan.
5. PASAL 5
Klasifikasi Wasit
1. Wasit ASTAF/ISTAF
2. Wasit Nasional ( SI )
3. Wasit Daerah Tingkat I S2 )
4. Wasit Daerah Tingkat II ( S3 )
6. PASAL 6
Syarat-Syarat Wasit
1. a. Untuk memperoleh sertifikat wasit ASTAF/ISTAF harus memenuhi
persyaratan yang ditetapkan Komisi Perwasitan ASTAF/ISTAF ( lihat
Umpiring Orientation Course, Toward Profsionalism, hal 12 ), telah
memiliki sertifikat S1 dan aktif dalam perwasitan selama 3 ( Tiga ) tahun
berturt-turut.
b. Pengajuan calon wasit ASTAF/ISTAF oleh PB.PERSETASI.
2. Untuk memperoleh sertifikat wasit tingkat Nasional ( SI ), harus memenuhi persyaratan yang
ditetapkan oleh PB.PERSETASI, yaitu :
a. Pendidikan terendah adalah SLTA
b. Umur 26-40 tahun
c. Memiliki sertifikat S2
d. Aktif mewasiti pertandingan/kejuaraan, 3 ( Tiga ) tahun berturut-turut.
e. Tidak cacat fisik dan mental
f. Lulus tes teori dan praktek yang diselenggarakan oleh komisi perwasitan PB.
PERSETASI
g. Diajukan oleh pengurus daerah tingkat I
3. Untuk memperoleh sertifikat wasit daerah tingkat I ( S2 ), harus memenuhi persyaratan yang
ditetapkan oleh pengurus daerah seperti yang termaktub pada nomor 2 ( a S/ Df ) dan
diajukan oleh Pengurus Daerah Tingkat II.
4. Untuk memperoleh sertifikat wasit daerah tingkatII ( S3 ), telah memenuhi persyaratan yang
telah ditetapkan oleh pengurus daerah tingkat II seperti yang termaktub pada nomor 2 (a S/D
f ) dan diajukan oleh Pengurus cabang.
7. PASAL 7
Sertifikat Wasit
a. 1.Sertifikat Wasit ASTAF/ ISTAF diberikan oleh komisi perwasitan ASTAF/
ISTAF.
2. Sertifikat Wasit Nasional ( SI ), diberikan oleh PB PERSETASI.
3. Sertifikat Wasit Daerah tingkat I ( S2 ), diberikan oleh pengurus daerah.
4. Sertifikat Wasit Daerah tingkat II ( S3 ), diberikan oleh Pengurus Cabang.
b. Masa berlakunya sertifikat yang diberikan adalah 3 ( Tiga ) tahun, terhitung mulai tanggal
ditetapkan.
c. Tiga bulan selama masa berlakunya berakhir, si pemilik mengajukan
permohonan kepada PB PERSETASI, PENGDA yang bersangkutan untuk
memperoleh sertifikat baru.
8. PASAL 8
Promosi Dan Degradasi
a. Pengurus besar maupun pengurus daerah PERSETASI atas usul bidang perwasitan,
berdasarkan pertimbangan teknis serta kemampuan menguasai peraturan permainan dan
perwasiatan, seoarng wasit dapat dinaikkan ke jenjang lebih tinggi.
b. Pengurus besar maupun Pengurus daerah PERSETASI, atas usul bidang perwasitan,
berdasarkan pertimbangan teknis serta kemampuan menguasai peraturan peraminan/
perwasitan, seorang wasit dapat diturunkan ke jenjang yang lebih rendah.
c. Dalam kenaikan ( Promosi ) maupun penurunan ( degradasi ), Pengrus besar maupun
Pengurus daerah PERSETASI memberitahukan secara tertulis kepada yang bersanngkutan.
9. Pasal 9
Tugas Komisi Perwasitan
Komisi Perwasitan Bertugas
a. Registarsi dan Herregistarsi wasit
b. Klasifikasi/Promosi/Degradasi Wasit.
c. Ujian wasit
d. Pemberhentian wasit
e. Menentukan wasit/ pembantu wasit dalam suatu pertandingan
f. Mengadakan ceramah/seminar, kursus maupun penataran wasit
g. Menerbitkan brosur/ majalah mengenai perwasitan
10. Pasal 10
Pakaian Seragam, Badge Dan Kartu Wasit
1. Wasit utama dan Wasit pembantu dalam tugasnya dalam mewasiti suatu pertandinngan
diharuskan memakai baju seragam dan Badge. Pakaian seragam wasit berwarna merah bata
dan krem /kuning atau haijau.
a. Penjaga garis dalam tuagasnya dalam suatu memakai baju seragam. Pakaian
seragam penjaga garis berwarna putih dan abu-abu.
b. Lambang
Wasit ASTAF/ISTAF : Lambang ASTAF
Wasit Nasional : Lambang PB PERSETASI
Wasit daerah tingkat I : Lambang PON Daerah ( Provinsi )
c. Wasit daerah Tingkat II : Lambang Daerah Tingkat ISetiap wasit
memperoleh kartu wasit yangn dikeluarkan oleh Pengurus besar
maupun pengurus daerah menurut golongan masing-masing wasit.
11. Pasal 11
Piagam/ Tanda Penghargaan
Wasit nasional, wasit daerah Tingkat I dan Tingkat II yang secara terus-menerus
menjalankan tugasnya selama 10 ( sepuluh ) tahun atau lebih, berhak memperoleh Piagam/
Tanda Penghargaan yang diberikan oleh pengurus besar maupun Pengurus Daerah.
12. Pasal 12
Biaya Perjalanan
Wasit nasioanal maupun Wasit Daerah Tingkat I dan II berhak menerima penggantian ongkos
perjalanan dan pengeluaran lainnya yang jumlahnnya telah ditentukan / disetujui Pengurus
Besar/ Pengurus Daerah.
13. Pasal 13
Hukuman
Seorang wasit dalam tugasnya mewasiti suatu pertandingan bilamana melakukan perbuatan
tercela ( menerima uang suap) dan yang bertentangan dengan jiwa keolahragaan, dapat diberi
hukuman peringatan, skorsing atau diberhentikan sebagai wasit.
14. Pasal 14
Perpindahan/ Pemukiman Wasit
Wasit yang pindah tempat tinggal dari suatu daerah ke daerah lain, melaporkan kepindahannya
tersebut kepada Pengurus Besar, Pengurus Daerah asal dan Pengurus Daerah Yang dituju.
15. Pasal 15
Hal-hal Lain
a. Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan ini akan ditentukan/diputuskan oleh pengurus
besar dan Pengusur Daerah PERSETASI yang bersangkutan.
b. Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
BAB II
PERATURAN PERMAINAN
SEPAKTAKRAW
1. LAPANGAN
1. LAPANGAN
1. Lapangan sepaktakraw Hoop dapat dimainkan dalam gedung dan dapat juga diluar
gedung dengan ukuran lapangan : diameter 4 meter tebal garis 4 cm.
2. Apabila dimainkan didalam gedung maka tinggi loteng minimal 8 meter dari lantai.
3. Diatas titik pertengahan lingkaran tergantung Hoop ( berupa lingkaran
diameter 50cm) sebagai sasaran menghasilkan poin
4. PEMAIN
a. Setiap tim terdiri dari 5 pemain ditambah 1 orang cadangan, nama-nama pemain harus
dimasukkan dalam daftar minimal 30 menit sebelum
pertandingan dimulai.
b. Hanya satu kali dilaksanakan pergantian pada saat terjadi injuri atau
alasan tehnik. Nilai yang telah didapat oleh pemain tergantikan akan
dilanjutkanb oleh pemain pengganti (pemain pengganti melanjutkan skill
tambahan berbeda dengan atlet yang digantikan).
5. PAKAIAN PEMAIN
a. Pemain putra diperkenankan memakai T-shirt dan sepatu olahraga yang
beralas karet.
b. Pemain Putri diperkenankan memakai T-shirt bundar leher atau T-shirt
lengan panjang dan sepatu beralaskan karet celana sebatas lutut dalam
cuaca dingin diperbolehkan juga memakai training spack.
c. Semua pemain berpakaian yang rapid an dimasukkan kedalam sisi
pinggang.
d. Tidak diperkenankan memakai pakaian yang menambah kecepatan bola.
e. Setiap captain diharuskan memakai tanda captain dipakai sebelah kiri.
6. PERMULAAN PERMAINAN
a. Para pemain ( 5 orang ) masing-masing berdiri diluar lingkaran, mereka
bebas bertukar tempat ketika permainan berlangsung.
b. Setiap tim akan bermain selama 30 menit.
c. Pada saat wasit member tanda mulai seorang pemain akan melambung bola ke kawan
lain untuk melai sepak awal, diteruskan pemain lain selanjutnya dipassing masuk 3
lingkaran di atas, sesuai keterampilan yang dimiliki ( lihat point 7-21).
d. Ketika bola dilambung semua pemain berada diluar garis lingkaran, mereka bebas
bergerak diposisi masing-masing.
e. Permainan akan terhenti bila bola mengenai lantai atau berhasil memasukkan kedalam
keranjang (membuat angka).
f. Pemain yang membuat kesalahan akan memulai lambungan bola awal untuk memulai
permainan kembali.
g. Panitia dapat mengganti atau menukar bola bila terjadi kesalahan dan bola menjauhi
dari pemain.
h. Pada saat permainan berlangsung semua pemain bola tidak bola mengenai tangan
kecuali saat memulai permainan ( melambung bola ).
i. Bola dapat dilambunguntuk memulai permainan bila hoop (keranjang) telah
dikembalikan ke posisi ketinggian.
j. Bola akan dilambung otomatis apabila :
1. Bola mengenai tangan pemain.
2. Bola masuk kedalam jaring ( terjadi poin ).
7. KESALAHAN/FAULT
a. Bola mengenai tangan pemain.
b. Pemain memainkan bola lebih dari 3 kali sentuhan
c. Seseorang pemain dengan sengaja menyentuh bola ketika permainan berlangsung.
8. SCORING/PENILAIAN
1. Setiap berhasil memasukkan bola kedalam 3 lingkaran akan memperoleh
nilai 10 dari 8 skill sentuhan.
2. Menggunakan sentuhan yang sama lebih dari 3 kali
a. Menggunakan sentuhan di luar dari 8 sentuhan.
b. Sepakan/sentuhan langsung menerima lambungan bola.
c. Memasukkan bola ketika waktu sudah habis.
3. Peringkat penilaian sentuhan berdasarkan kesukaran
a. Kepala ( Head )
b. Sepak Sila ( Inside Kick )
c. Bahu ( Shoulder )
d. Paha/Lutut ( Knee Kick )
e. Sepak Samping (outside kick )
f. Sepak Silang ( outside Kick )
g. Sepak Belakang ( Cross Jump Kick )
h. Sepak Punggung Kaki
9. PETUGAS PERTANDINGAN
a. Pada setiap pertandingan akan dipimpin oleh :
- Official Referee
- Wasit Utama ( 3 orang )
- Timer
- Score Sheet
- Anouncer
b. Ada tiga wasit sebagai berikut :
- Pencatat nilai ( Score Control )
- Pencatat waktu ( Time Keeper )
- Petugas/Pengawas nilai ( Score Control )
c. Score Keeper ( Pencatat Nilai )
Bertugas mencatat seluruh angka yang diperoleh sesuai 8 sentuhan dari setiap pemain.
a. Time Keeper (penjaga Waktu )Bertugas menjaga waktu yang berjalan selama
pertandingan dan menghentikan segera pada saat 30 menit.
b. Score Controller ( wasit yang bertugas mengatasi sentuhan sepakan yang masuk
berdasarkan nilai kesulitan yang diperoleh setiap pemain).
c. Peralatan yang dibutuhkan :
1. Papan Score
2. Stopwach
3. Papan penggantian
10. FINALTY
a. Pemain yang mnyentuh memegang bola selama permainan berlangsung akan mendapat
peringatan dari wasit dan sekaligus member kartu kuning. Jika pemain tersebut
membuat kesalahan yang sama, maka wasit akan memberikan peringatan dan langsung
member kartu merah.
b. Memperoleh kartu merah secara otomatis akan dilakukan pergantian pemain tetapi
sebelum terjadi penggantian sebelumnya. Bila terjadi pergantian pemain yang masuk
dapat melanjutkan sentuhan/skill yang belum dilakukan oleh pemain terdahulu.
Maksudnya bila angka sepak sila sudah 3 kali oleh pemain pengganti sudah tidak
memiliki kesempatan dengan sepak sila.
BAB IV
TEKNIK DASAR PERMAINAN SEPAK TAKRAW
2. Sepak Sila
Sepak sila merupakan teknik dasar yang paling dominan dalam permainan Sepaktakraw,
sehingga sebagian orang menyebut teknik sepak sila adalah ibu dari permainan Sepaktakraw.
Sepak sila adalah menyepak bola dengan kaki bagian dalam, yang mana pada saat menyepak
posisi kaki pukul seperti orang bersila. Sepak sila digunakan untuk menerima, menimang dan
menguasai bola, mengumpan, hantaran bola dan untuk menyelamatkan serangan lawan.
A. Teknik Melakukan Sepak Sila
1) Sikap awal berdiri dengan dua kaki terbuka selebar bahu
2) Kaki pukul (sepak) digerakkan melipat (sila) setinggi lutut kaki tumpu, dengan sumbu
pukulan pada pangkal paha, sedang kaki tumpu rileks sedikit ditekuk.
3) Jarak bola terhadap badan dijaga tidak boleh lebih dari separuh lengan kita, karena kita
memukul dengan posisi kaki sila. Jadi jarak badan dan bola dekat.
4) Bola dipukul dengan kaki bagian dalam menghadap ke atas, pergelangan kaki keraskan
jangan lemas untuk kekuatan pukulan dan agar tidak terjadi putaran pada bola saat
dipkul.
5) Badan sedikit dibungkukkan ke depan dan pandangan mata ke arah bola.
6) Kedua tangan dibengkokkan pada siku dan dibuka di samping badan, hal ini untuk
menjaga keseimbangan.
7) Pada saat perkenaan bola (impact), pergelangan kaki tegangkan dan kaki tumpu luruskan.
Bola disepak ke atas melewati kepala. Tinggi rendahnya bola sangat tergantung pada kekuatan
pukulan kaki pukul dan tekukan kaki tumpu pada saat awalan memukul.
4. Sepak Cungkil
Sepak cungkil merupakan sepakan yang menyerupai sepak kura/kuda, hanya karena bola
datangnya jauh dari badan, maka perkenaan pukulan adalah pada jari-jari kaki sehingga seperti
orang mencungkil bola. Sepak cungkil gerakannya sama dengan orang melakukan sliding
dimana bola jatuh jauh didepan kita, sehingga kita harus menjulurkan kaki jauh ke depan.
2. Smash Kedeng
Smash Kedeng adalah pukulan smash yang dilakukan dengan menjulurkan kaki ke atas
mengejar bola, tidak dilakukan dengan putaran badan (salto) di udara. Smash kedeng dilakukan
dengan memukul bola dengan kaki kanan taupun kiri.
a. Teknik Melakukan Smash Kedeng
1) Sikap awal, berdiri membelakangi net. Awalan harus dilakukan dengan cepat dengan cara
melangkah atau lari kecil menuju arah datangnya bola.
2) Menolak ke atas dengan bertumpu pada salah satu kaki terlebih dahulu, kemudian segera
diikuti dengan merendahkan badan dengan jalan menekuk lutut agak ke bawah. Tolakan
kaki tumpu ke atas secara eksplosif dengan bantuan kedua lengan.
3) Luruskan tungkai serta putar badan (pinggul, punggung, bahu) ke arah dalam, kemudian
lakukan smash dengan punggung kaki atau punggung kaki bagian luar dibantu dengan
putaran pinggul dan punggung.
4) Gerakan ikutan dimulai dari tungkai, punggung, bahu dan lengan secara bersamaan
berputar ke arah luar, kemudian tungkai ditarik ke bawah dan mendarat dengan kedua
kaki dalam keadaan mengeper.
Pamain yang tidak memiliki kelentukan (fleksibilitas) yang baik pada tungkai sehingga
jangkauan kakinya tidak dapat melampaui tinggi kepala, maka disarankan untuk menempatkan
bola di atas bahu kanan kalau dia memukul dengan kaki kanan, atau sebaliknya di atas bahu kiri
kalau dia memukul dengan kaki kiri. Kalau dipaksakan bola di atas kepala, maka dalam smash
akan mengenai kepalanya sendiri.
3. Smash Gunting
Smashh gunting adalah smash yang dilakukan dengan tendangan kaki pada bola seperti
posisi menggunting. Smash gunting pada prinsipnya sama dengan smash gulung (salto), hanya
pada saat memukul bola kaki tumpu yang dengan cepat meraih dan melakukan pukulan pada
bola dengan posisi kaki pukul dan kaki yang lain seperti gerakan gunting.
BAB III
PEMBAHASAN
A .Kelebihan
Adapun kelebihan dalam buku mengenai perkembangan sepak takraw ini adalah :
1. Kelebihan dalam buku ini adalah isi disetiap per BAB nya rinci dan sangat lengkap
mengenai materi sejarah sepak takraw dan perkembanganya, sehingga wawasan pembaca
dapat bertambah jika membacanya dan tulisan - tulisan yang dapat dipahami.
2. Manfaat lain dari buku ini adalah mempermudah pemahaman mengenai pembelajaran
gerak dasar karena struktur bahasa yang digunakan mudah dimengerti tanpa mengurang
arti sebenarnya. Jadi, buku ini sangat berguna bagi para mahasiswa, guru, dosen atau
para tenaga pengajar lainnya dan juga masyarakat sehingga tidak kesulitan lagi dalam
memahami dan mengerti tentang sepak takraw bagaimana sejarahnya dan
perkembangannya.
3. Bahasa yang digunakan sederhana, dan juga sistematis sehingga pembaca tidak bosan
karena rapi.
B. Kekurangan
Kekurangan pada buku mengenai perkembangan Sepak Takraw dan sejarahnya yaitu
Nama penerbit, tahun terbit, judul buku nama pengarang atau penulisnya tidak terdapat dalam
buku tersebut.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut perkiraan yang didasarkan pada faktor budaya bangsa dan keadaan alam beserta
hasilnya, sepak raga mulai dimainkan pada permulaan tahun 1400-an. Masa ini adalah zaman
kejayaan kerajaan Majapahit.
Sepak raga dimainkan oleh 4-6 orang yang berdiri melingkar, bola disepak melambung
tinggi diarahkan kepada teman bermain untuk diterima dan dilambungkan lagi, demikian
seterusnya sampai bola mati. Di beberapa daerah, seorang diantara pemain berdiri ditengah
bertugas sebagai pembagi bola “ Janang” dalam bahasa Bugis disebut “ Posittak Passapu “.
Permainan ini dilangsungkan di sore hari, sambil bercengkrama menanti azan maghrib atau
malam tiba, diikuti oleh remaja atau dewasa.
Sepak raga sebagai permainan rekreatif menunjukkan ketangkasan memainkan kaki oleh
karena itu disukai oleh remaja/pemuda. Permainan ini cepat berkembang. Berdasarkan buku “
PERMAINAN RAKYAT DAERAH SULAWESI SELATAN “ di daerah kerajaan Gowa,
seorang pemuda dianggap belum “ Sukkuk “ atau dewasa kalau belum bisa bermain sepak raga
dengan baik. Buktinya sepak raga ( Bola Rotan ) sebagai sebutan masyarakat Kandangan dari
dulu sampai sekarang pemain sering diadakan terutama sekali untuk memeriahkan keramaian
adat, pesta perkawinan dan hajad demi keselamatan desa dan lain sebagainya. Berdasarkan
pengamatan penulis sepak raga lebih berkembang di Sulawesi, permainan sepak raga dikenal
sampai ke pelosok pedesaan, bahkan sepak raga merupakan permainan rakyat sehingga setiap
ada acara kebudayaan, permainan sepak raga selalu di demonstrasikan. Kalau demikian adanya,
kemungkinan sepak raga berasal dari Sulawesi. Selain itu, ada juga pendapat yang mengatakan
bahwa sepak raga berasal dari tanah Malaka. Namun menurut seorang ahli yang bernama Kudren
meragukan hal itu dengan alasan masyarakat di Malaka tak kenal sepak raga.
Sepak Takraw mulai masuk ke nusantar tahun 1970-an yang dibawa langsung oleh Malasya dan
Singapura.
Dari penulisan ini saya menyadari bahwa Critical Book Report ini masih jauh dari
sempurna. Masih banyak kesalahan baik pada penulisan seperti penggunaan kata yang kurang
tepat, dalam pembahasan yang kurang lengkap merupakan kekurangan dalam Critical Book
Report ini. Karena itu, saya harap kritik dan saran dari pembaca guna untuk memperbaiki critical
book reportini selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA