Anda di halaman 1dari 21

Makalah

Manajemen Keuangan Pendidikan


Disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Manajemen Pendidikan Kimia

Disusun oleh:
Septi Merliani (4301413004)
Gita Imansari (4301413006)
Cipta Restu Aruni (4301413008)
Novanda Varantika (4301413060)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah
memberikan kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun
pikiran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Manajemen Keuangan Pendidikan” tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ibu
Prof. Dr. Kasmadi Imam S. M.S selaku dosen mata kuliah Manajemen Pendidikan
Kimia.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan makalah
ini. Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari
pembaca sekalian. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa
saja yang membacanya.

Semarang, 28 April 2016

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bagi mahasiswa calon guru, pengetahuan mengenai manajemen
keuangan di sekolah sangat dibutuhkan. Hal itu dikarenakan karena beberapa
faktor antara lain ketidakmaksimalan sekolah dalam mengatur anggaran sekolah
dikarenakan kurang memperhatikan faktor dan kebutuhan sekolah. Selain itu,
ketidakmaksimalan sekolah dalam manajemen keuangan adalah karena
banyaknya kalangan yang belum mengetahui tentang pengaruh manajemen
keuangan sekolah terhadap penyelenggaraan pendidikan dan belum mengetahui
betapa pentingnya mangatur keuangan yang berpengaruh besar terhadap
penyelenggraan pendidikan di sekolah.
Berdasarkan kebutuhan akan pengetahuan mengenai manajemen
keuangan pendidikan bagi mahasiswa calon guru, maka disusunlah makalah ini.
Selain itu, makalah ini disusun guna melengkapi tugas mata kuliah Manajemen
Pendidikan Kimia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Manajemen Keuangan Sekolah?
2. Bagaimana cara pengelolaan keuangan sekolah?
3. Apa itu anggaran keuangan dan apa saja jenis-jenisnya?
4. Bagaimana pengawasan keuangan dalam pendidikan?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Mengetahui pengertian Manajemen Keuangan Sekolah.
2. Mengetahui bagai mana cara Pengelolaan Keuangan Sekolah.
3. Mengenal anggaran keuangan dan jenis-jenisnya.
4. Mengetahui pengawasan keuangan dalam pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Manajemen Keuangan Sekolah


1. Pengertian Manajemen Keuangan Sekolah
Menurut Weston Copeland, pengertian manajemen keuangan dapat
dirumuskan oleh fungsi dan tanggung jawab para manajer keuangan
meskipun tanggung jawab manajer keuangan berbeda-beda.Tugas pokok
manajer keuangan disekolah adalah merencanakan untuk memperoleh dana
kebutuhan operasional dan menggunakan dana tersebut untuk program
pembelajaran.
Empat aspek yang harus dilakukan manajer keuangan:
Aspek 1 : Membuat perencanaan perkiraan dan bekerja sama dengan
manajer lainnya.
Aspek 2 : Memusatkan perhatian pada berbagai keputusan investasi dan
pembiyayaannya serta segala hal yang berkaitan dengannya.
Aspek 3 : Bekerja sama dengan manajer lainnya agar lembaga dapat
beroperasai seefisien mungkin.
Aspek 4 : Menyangkut penggunaan keuangan dan mencari dananya.
a. Keuangan (Finance)
Keuangan dalam arti luas bagian dari urusan praktis yang berhubungan
dengan uang.
b. Anggaran (Budget)
Anggaran merupakan rencana operasional yang dinyatakan secara
kuantitatif dalam bentuk satuan uang yang digunakan sebagai pedoman
dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan lembaga.
Beberapa keuntungan penggunaan anggaran sekolah:
1) Menetapkan suatu penilaian terhadap kegiatan yang direncanakan
2) Penting bagi pemantapan rencana kerja
3) Berguna untuk peramalan , pengeluaran dan estimasi pendapatan
c. Biaya (Cost)
Biaya merupakan seluruh dana baik langsung/tidak langsung yang
diperolehdari berbagai sumber (pemerintah, masyarakat, orang tua)
yang diperuntukan untuk penyelenggaraan pendidikan.
d. Pembiayaan (Financing)
Financing merupakan fungsi penyediaan dana untuk melaksanakan
usaha. Begitu juga dengan pengelolaan pendidikan dana merupakan
hal yang sangat untuk terlaksananya program pembelajaran.
e. Pemicu Biaya (Cost Driver)
Pemicu biaya merupakan factor yang mempunyai efek terhadap
perubahan level biaya total untuk suatu obyek biaya.Cost Driver
eksekusional merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
kemampuan lembaga untuk mengelola dan melakukan pengambilan
keputusan untuk menurunkan biaya.
2. Kedudukan Manajemen Keuangan Sekolah
Seperti yang telah dijelaskan oleh Weston Copeland bahwa “Pada
hierarki organisaasi perusahaan, jabatan direktur keuangan dianggap
tinggi, oleh karena bidang keuangan merupakan titik pusat dalam
pengambilan keputusan ditingkat puncak”. Pada institusi sekolah, hierarki
organisasi jabatan bidang keuangan pada satuan pendidikan di urus oleh
pembantu kepala sekolah II yang mengurus keuangan dan administrasi
umum. Dalam hierarki ini langsung dibawah kepala sekolah, mereka ini
termasuk golongan yang dapat mengambil kebijakan atas dasar
pendelegasian kepala sekolah.
Tugas lain manajemen keuangan yaitu melakukan analisis keuangan
yang dibantu oleh bagian bendaharawan dan bagian akuntansi. Bagian
bendaharawan bertanggung jawab atas perolehan dana dan
pengamanannya, sedangkan bagian akuntansi adalah mencatat
(accounting), melaporkan (reporting), dan pengendalian (controlling).
Sekolah akan berjalan dengan baik apabila Kepala Sekolah berperan
sebagai manager keuangan professional.
3. Manfaat Manajemen Keuangan Sekolah
Beberapa ahli pembiayaan pendidikan, menekankan bahwa
ketersediaan dana merupakan salah satu syarat untuk dapat dilaksanakan
berbagai kegiatan pendidikan. Bersama dengan unsur-unsur administrasi
pendidikan lainnya seperti manusia/personil, fasilitas, teknologi
pendidikan, dan berfungsi untuk kemudian menghasilkan output. Karena
keterbatasan kemampuan pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan dana
pendidikan, maka tanggung jawab atas pembiayaan pendidikan menjadi
tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat dan orang tua
(UUSPN No. 20 tahun 2003).
Keberhasilan pengelolaan atas dana pendidikan itu akan
menimbulkan berbagai manfaat, diantaranya :
a) Memungkinkan penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara efektif
dan efisien.
b) Memungkinkan tercapainya kelangsungan hidup lembaga pendidikan,
sebagai salah satu tujuan didirikannya lembaga tersebut (terutama bagi
lembaga pendidikan swasta).
c) Dapat mencegah adanya kekeliruan kebocoran ataupun penyimpangan-
penyimpangan dana dari rencana semula.
d) Penyimpangan akan dapat dikendalikan apabila pengelolaan berjalan
baik sesuai yang diharapkan.
2.2 Pengelolaan Keuangan Sekolah
Undang-undang RI No.22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan
Undang-undang RI No.25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah, dijadikan sebagai dasar hukum bagi daerah untuk
mengatur diri sendiri (otonomi) yang berimplikasi pula pada pengelolaan
pendidikan, dan keuangan pendidikan yang tidak selalu tergantung pada pusat
dan organisasi pendidikan di daerah. Secara sederhana pengelolaan dana
pendidikan itu mencakup dua aspek, yaitu :
1) Dimensi Penerimaan atau sumber dana, dan
2) Dimensi Pengeluaran atau alokasi dana.
Dimensi penerimaan antara lain bersumber dari penerimaan umum
pemerintah, penerimaan khusus pemerintah yang diperuntukkan bagi
pendidikan, iuran sekolah, dan sumbangan-sumbangan masyarakat. Sedangkan
dimensi pengeluaran meliputi pengeluaran modal/Kapital atau anggaran
pembangunan (capital outlay/expenditure).
Penerimaan dan realisasi atau penggunaan keuangan sekolah merupakan
hal yang penting untuk mengetahui potensi dan apa yang akan dihasilkan dari
potensi tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut dalam konsep administrasi
pendidikan menggunakan strategi, yaitu memfungsikan fungsi administrasi
dalam pengelolaan keuangan sekolah seperti perencanaan, pengorganisasian
sumber dana sekolah dan pendistribusiannya, penggerakan dan penggunaan
keuangan sekolah, pengawasan dan evaluasi anggaran serta
mempertanggungjawabkannya.
1. Perencanaan Anggaran
Anggaran mempunyai peran penting dalam pengalokasian sumber
daya atau potensi sekolah, pengkoordinasian operasi pendidikan. Candoli Carl
(1985) mengemukakan dalam lembaga pendidikan anggaran sekolah
merupakan instrumen perencanaan dan instrumen pengendalian. Stephen
P.Taylor (2001:351) menyatakan anggaran penting dilakukan dengan alasan
sebagai berikut :
1) Untuk menentukan apakah mereka mendapat laba atau rugi.
2) Untuk menghitung dampak keputusan tertentu yang direncanakan.
3) Untuk mengesahkan keputusan bisnis yang telah diambil.
4) Untuk menentukan target manajemen.
5) Untuk menentukan tingkat kebutuhan
2. Sumber-sumber Keuangan Pendidikan sebagai Dimensi Penerimaan
Chon (Fattah, 2000) mengatakan bahwa biaya dalam pendidikan
meliputi biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost).
Biaya langsung terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan
pelaksanaan pengajaran, sarana belajar, biaya transfortasi, gaji guru baik yang
dikeluarkan oleh pemerintah, sekolah maupun orang tua. Sedang biaya tidak
langsung berupa keuntungan yang hilang (earing forgone) dalam bentuk biaya
kesempatan yang hilang (opportunity cost) yang dikorbankan siswa selama
belajar.
Sumber keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah secara garis
besar dapat dikelompokan atas tiga sumber, yaitu :
(1) Pemerintah, baik pemerintah pusat, daerah maupun kedua-duanya, yang
bersifat umum atau khusus dan diperuntukan bagi kepentingan pendidikan.
(2) Orang tua atau peserta didik.
(3) Masyarakat, baik yang mengikat maupun tidak mengikat.
Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003
Bab XIII Bagian Kesatu Pasal 46 ayat (1) ditegaskan secara jelas, bahwa
pengadaan dan pendayagunaan sumber-sumber daya pendidikan dilakukan oleh
pemerintah, masyarakat dan atau keluarga peserta didik. Adapun diantara
dimensi penerimaan telah dikemukakan pada bagian terdahulu, meliputi hal-hal
berikut:
1) Hasil Penerimaan Pemerintah Umum
Penerimaan pemerintah dari pajak, pajak pendidikan dari perusahaan-
perusahaan, dan iuran-iuran pembangunan daerah. Anggaran rutin adalah dana
APBN yang diperuntukkan bagi kegiatan rutin. Kegiatan rutin ini adalah
kegiatan yang berlangsung setiap tahun, gaji, biaya kantor, biaya telepon, biaya
pemeliharaan gedung, dan sebagainya. Untuk memudahkan pengaturan,
anggaran rutin dibagi menjadi mata anggaran-mata anggaran. Mata anggaran
adalah klasifikasi anggaran untuk membiayai suatu kegiatan tertentu.
Penggunaan anggaran harus disesuaikan dengan jumlah dan jenis pengeluaran
yang ditentukan secara tetap oleh pemerintah.
Cara mengajukan anggaran rutin dilakukan melalui pengisian Usulan
Kegiatan Operasional Rutin (UKOR). Yang menjadi bahan utama dalam
penyususnan UKOR ialah program tahunan sekolah yang terinci. UKOR yang
telah disahkan oleh pemerintah akan menjadi DIK (Daftar Isian Kegiatan) yang
berlaku sebagai SKO (Surat Keputusan Otorisasi).
2) Penerimaan Pemerintah Khusus Untuk Pendidikan
Bantuan atau pinjaman luar negeri, seperti bantuan dari Badan
Internasional PBB (UNICEF atau UNESCO), pinjaman dari Bank Dunia.
Bantuan yang bersumber dari luar negeri ini mencakup bantuan teknik dan
bantuan modal berupa pinjaman dan hibah. Karena dana bantuan ini tidak
mencukupi seluruh keperluan pendidikan, maka pemerintah harus memilih
prioritas. Artinya pilihan lapangan atau proyek yang perlu dibantu. Misalnya,
pada pengembangan ilmu-ilmu pasti, ilmu pengetahuan alam, dan sebagainya.
3) Iuran Sekolah
Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) atau BP3 yaitu bantuan dana
yang diterima dari peserta didik atau orangtua siswa pada setiap bulan yang
disetorkan ke Kantor Dinas Pendidikan. Sebagian dana SPP/BP3 ini
dikembalikan lagi ke sekolah dalam bentuk Dana Penunjang Pendidikan atau
Sumbangan Bantuan Penyelenggaraaan Pendidikan (DPP/SBPP) dan Bantuan
Operasional Pendidikan (BOP) dalam bentuk sarana/peralatan kegiatan belajar
mengajar.
4) Sumbangan-sumbangan Sukarela dari Masyarakat
Sumbangan-sumbangan swasta, perorangan atau keluarga, perusahaan,
badan-badan sukarela dan kelompok-kelompok. Sumbangan perorangan atau
keluarga siswa tidak hanya dalam bentuk uang, tetapi juga tanah, tenaga dan
bahan bangunan untuk mendirikan sekolah. Sedangkan badan-badan sukarela
seperti yayasan swasta turut membantu memajukan pendidikan, mensponsori
sekolah dalam bentuk gedung dan alat-alat. Untuk pembiayaan
penyelenggaraan dan pembinaan sekolah, oleh pemerintah daerah kadang-
kadang diberikan bantuan. Bantuan tersebut dapat digunakan untuk :
a) Pelaksanaan pelajaran sekolah.
b) Tata usaha sekolah.
c) Pemeliharaan sekolah.
d) Kesejahteraan pegawai sekolah.
e) Porseni sekolah.
f) Pengadaan buku laporan pendidikan (rapor).
g) Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) serta Surat Keterangan Hasil Ujian
Nasional (SKHUN).
h) Supervisi.
i) Pembinaaan administrasi dan pelaporan.
j) Pendataan.
3. Penggunaan Keuangan Sekolah
Dana yang diperoleh dari berbagai sumber dibukukan dan diagendakan
untuk menunjang kegiatan pembelajaran di kelas, laboratorium, perpustakaan,
serta di tempat lainnya digunakan secara efektif dan efisien, dan sasaran
penggunanaan dana tersebut sesuai rencana dan program yang diperkirakan
akan mencapai target dan tujuan pembelajaran sekaligus tujuan sekolah.
Pemerintah telah menyusun suatu kategori dalam bentuk mata anggaran,
kategori ini dimaksudkan agar sasaran penggunaan anggaran dapat tersusun
sedemikian rupa dan diukur tingkat pencapaian tiap-tiap komponen. Adapun
komponen yang baku dan yang berlaku disekolah menurut buku T.5
(Depdikbud, 1988:84) adalah:
 Program Rutin
 Program pembangunan
 D.P.P = Dana Pembinaan Pendidikan
 D.B.O = Dana Bantuan Operasi
 O.P.F = Oprasi Pembangunan dan fasilitas
Berdasarkan SKB Mendikbud dan Menkeu No. 585/k/1987 dan
590/kmk 03/03/1987 tanggal 24 september 1987 kegiatan-kegiatan tersebut
adalah antara lain:
 Pemeliharaan saran/prasanara
 PBM/KBM
 Pembinaan Kegiatan Siswa
 Dukungan Kegiatan Personil
 Kegiatan R.T Sekolah/Komite Sekolah
Fasilitas dan kelengkapan sekolah dibelanjakan oleh pemerintah dalam
bentuk proyek-proyek, di mana bagi sekolah tidak ada jaminan untuk
memperoleh fasilitas dan kelengkapan yang disediakan oleh proyek tersebut
dan belum tentu fasilitas dan kelengkapan itu dibutuhkan oleh sekolah. Hal
yang dapat dilakukan sekolah adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran
menggunakan peralatan seadanya.
4. Pengelolaan keuangan secara garis besar mencakup 3 fungsi utama,
yaitu:
1) Membuat anggaran (Budgeting), merupakan kegiatan mengoordinasi
semua sumber daya yang tersedia untuk mencapai sasaran yang diinginkan
secara sistematis tanpa menyebabkan efek samping yang merugikan.
2) Pencatatan atau pembukuan (Implementation Involves Accounting) ialah
kegiatan berdasarkan rencana yang telah dibuat dan kemungkinan terjadi
penyesuaian jika diperlukan.
3) Pemeriksaan atau pengawasan (Auditing).

2.3 Jenis-jenis Pengeluaran dalam Pendidikan


1. Standar Pembiayaan
Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan
besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun.
Dalam garis besarnya standar pembiayaan ini mencakup hal-hal sebagai
berikut:
a. Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan
biaya personal.
b. Biaya investasi meliputi biaya pembelian sarana dan prasarana,
pengembangan sumber daya manusia, dan modal kerja tetap.
c. Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh
peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan
berkelanjutan.
d. Biaya operasi satuan pendidikan meliputi:
(1) gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang
melekat pada gaji.
(2) bahan atau peralatan habis pakai.
(3) biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya air, jasa
telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur,
transfortasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan sebagainya.
e. Standar biaya operasi satuan pendidikan ditetapkan dengan Peraturan
Menteri berdasarkan usulan BSNP.
2. Fungsi Anggaran dan Teknik Penyusunan Anggaran
Disamping memberikan semacam kerangka operasional dalam biaya
dan waktu kegiatan yang akan dilaksanakan, anggaran berfungsi :
a. Dapat dijadikan alat untuk mendelegasikan wewenang dalam pelaksanaan
suatu rencana.
b. Dapat menjadi alat pengawasan dan penilaian suatu penampilan
(perfomance).
3. Mekanisme Realisasi Anggaran Sekolah
a. Proses Perhitungan Anggaran Pendapatam dan Realisasinya
Sekolah Menengah Negeri pada umumnya menguraikan penyusunan
anggaran pendapatan dihitung untuk setiap catur wulan dan selanjutnya
dituanngkan dalam RAPBS untuk satu tahun ajaran, atas dasar program yang
telah disususun, seperti kepentingan PBM. Sekolah Menengah Negeri
menguraikan biaya-biaya pada pos-pos sebagai berikut:
1) Biaya pemeliharaan rehabilitasi dan pengadaan sarana prasarana
2) Biaya peningkatan PBM/KBM; kapur tulis, ulangan umum,EBTA dan
EBTANAS.
3) Peningkatan kegiatan pembinaan siswa:
 Pembelian alat-alat ekstra kurikuler
 Pengiriman siswa yang berkaitan dengan pengembangan prestasi
olahraga dan seni
 Pembiayaan pembinaan kegiatan ekstra kurikuler melalui pelatihan
yang diselenggarakan di luar sekolah.
4) Biaya dukungan personil dan peningkatan keterampilan
 Pengiriman guru untuk mengikuti penataran M.P
 Pengiriman guru untuk MSBS tingkat sector-sektor kota
 Pengiriman staf T.U untuk mengikuti penataran kepegawaian dan
administrasi kantor.
 Pemberian honor kelebihan mengajar
 Peberian honor jam mengajar guru tidak tetap
 Perjalanan rapat dinas Kepala Sekolah
5) Biaya kegiatan Rumah Tangga
 Pembelian ATK habis pakai
 Pembelian keperluan dapur kantor.
Jenis kegiatan yang dibiayai oleh DPP antara lain:
 Pelaksanaan pelajaran
 Pemeliharaan sarana prasarana
 Kesejahteraan personil
 Kegiatan siswa
 Pengelolaan pendidikan.
Alokasi Dana Bantuan Operasional (DBO) dipergunakan untuk :
1) Bahan penunjang pelajaran
2) Pembelian ATK
3) Perawatan/pemeliharaan
4) Bantuan untuk siswa
Alokasi Operasi Pemeliharaan Fasilitas (OPF) pada umumnya untuk:
1) Biaya operasional ATK, buku-buku penunjang belajar
2) Biaya perawatan sarana prasarana belajar
3) Untuk rehab bangunan
Apabil mengacu kepada lampiran Keputusan Mendikbud No.0293/U/1993:
 75% digunakan untuk kesejahteraan pegawai administrasi,
 10% seluruh KBM (termasuk sarana prasarana),
 5% untuk kegiatan OSIS,
 7,5% untuk Kas BP3 dan
 2,5% untuk iuran kepala team koordinasi
Tetapi implementasi di sekolah dana yang digunakan dari BP3 adalah
sebagai berikut:
 15% untuk pemeliharaan, rehabilitasi dan pengadaan
anggaran/prasarana
 20% untuk peningkatan KBM/PBM
 10% untuk pembiayaan OSIS
 45% untuk biaya kegiatan personil dan peningkatan keterampilan
 10% kegiatan rumah tangga sekolah
b. Strategi Perencanaan Pembiayaan Pendidikan
Acuan sebagai dasar hukum RAPBS (rencana anggaran pendapatan dan
belanja sekolah) adalah:
1) Instruksi bersama Menteri Pemdidikan dan Kebudayaan dengan Menteri
Dalam negeri No. 29 tahun 1974/01 tentang pembentukan Badan Pembantu
Penyelenggara
2) Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 293/102.F/0/1986,
tentang petunjuk pelaksanaan dan penggunaan sumbangan BP3
3) Surat edaran Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Provinsi Jawa Barat
4) Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Provinsi Jawa Barat No. 835/102/Kep/B/1994 tanggal 28
Oktober 1994.
c. Langkah-langkah penyusunan RAPBS
Didalam pembuatan rencana anggaran pendapatan belanja sekolah
(RAPBS) melibakan beberapa unsur diantaranya:
1) Pihak sekolah
2) Orang tua murid dalam wadah Komite Sekolah
3) Dinas Pendidikan Kota
4) Pemerintah kota.
Semua komponen ini adalah pihak-pihak yang terkait langsung dengan
operasional sekolah sesuai kependudukan dan kapaitas. Langkah-langkah
penyusunan RAPBS menjadi APBS:

RAPBS oleh sekolah BP3/Komite Wali Kota


3 8
sekolah
1
6
1 Diknas Kota
Pelaksanaan APBS Sekolah
7
Kantor diknas
9
Rapat Pengurus dan Anggota provinsi

Langkah-langkah yang harus ditempuh oleh sekolah adalah:


1) RAPBS disusun oleh sekolah dan pengurus BP3/komite sekolah
2) Setelah selesai dirumuskan selanjutnya RAPBS dikirim ke kantor
Departemen Pendidikan nasional kota atau Dinas Pendidikan Kota untuk
mendapatkan persetujuan
3) Oleh pemerintah RAPBS diteliti di Kandep Diknas oleh pengawas dan
kasubag keuangan serta kasubag PRP, serta subag yang relefan, kemudian
di kirim kembali ke sekolah setelah mendapat revisi.
4) Sekolah mengadakan rapat dengan BP3 atau komite sekolah
5) RAPBS disetujui oleh sekolah setelah mendapat kesepakatan dalam rapat
anggota BP3 atau komite sekolah
6) RAPBS berubah menjadi APBS setelah disyahkan oleh Kepala Kandep
Diknas kota atau Kepala Dinas Pendidikan kota
7) APBS yang sudah sisyahkan dikirim kembali ke sekolah dan APBS ini
yang dijadikan acuan pembiayaan sekolah
8) Rekapitulasi ini dikirim ke wali kota dan
9) Rekapitulasi di kirim ke Diknas provinsi.

d. Pembukuan
Pembukuan ini meliputi pencatatan berbagai transaksi yang terjadi yang
merupakan implementasi dari penganggaran. Pembukuan dan bantuan
dilakukan oleh bendaharawan yang mengelola dana tersebut dan dibukukan
dalam buku kas umum dan buku kas pembantu sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Pembukuan dana bantuan di sekolah diatur sebagai berikut :
1) Kepala sekolah adalah administrator dana bantuan di sekolah dan untuk itu
kepala sekolah diwajibkan membuat suatu pembukuan yang ditutup pada
setiap akhir bulan.
2) Pembukuan dibuat dalam bentuk buku kas.
Kepala sekolah selaku administrator dan bantuan diwajibkan membuat
surat pertanggungjawaban (SPJ), dengan dilampiri bukti-bukti pengeluaran
yang sah. Sekolah sebagai suatu unit pelaksana teknis mempunyai berbagai
program yang didukung oleh anggaran rutin dan ada pula program yang
didukung oleh dana dari BP3. Seorang bendaharawan mengurus uang negara,
uang milik pihak ketiga yang dikuasai negara dan berada pada Kas Negara.
Juga barang-barang milik negara yang berada dalam gudang (senjata, garam,
beras dan lain-lain). Dalam pembukuan buku Kas Umum kadang-kadang
terdapat selisih kurang atau selisih lebih, padahal prinsipnya saldo Buku Kas
Umum harus sama dengan Saldo Kas. Selisih kurang (ketekoran uang dalam
Kas) pada umumnya disebabkan karena:
1. Uang yang tercuri, hilang, kebongkaran, kebakaran, dan sebagaianya
2. Lipatan uang yang kurang, yang mungkin tidak dihitung terlebih dahulu
3. Pembulatan ke atas atau ketiadaan uang kecil untuk pembayaran
4. Kuitansi pengeluaran yang lupa dibukukan
Ada beberapa ketentuan yang harus dilakukan berdasar Surat Keputusan
Menteri Keuangan No. Kep-332/M/V/9/1968 tanggal 26 September 1968,
antara lain:
1. Pada halaman pertama Buku Kas Umum, oleh Bendaharawan (Pemegang
Kas) pencatatan jumlah halaman Buku Kas Umum, diberi tanggal dan
ditandatangi. Tiap halaman diberi nomor urut dan diparap. Halaman
terakhir untuk catatan pemeriksaan kas.
2. Buku Kas Umum harus ditulis dengan tinta hitam. Dalam Buku Kas Umum
tidak boleh ada coretan-coretan, bekas hapusan dan apabila ada kesalahan
agar dicoret dengan dua garis lurus linier dan diparap. Asli tulisan masih
tetap dapat dibaca. Tidak boleh merobek lembaran buku apabila ada
kesalahan.
Apabila ada kesalahan tulis pembukuan, misalnya angka yang dicatat
dalam buku lebih besar atau lebih kecil dari bukti kuitansinya dapat dilakukan
perbaikan dengan beberapa cara, antara lain.
1. Mencoret angka yang salah dengan dua garis lurus linier dan diparap,
kemudian ditulis angka yang benar di atasnya.
2. Apabila terjadi kesalahan pembukuan pengeluaran, maka dibukukan
kembali (contra post) atau didebet kemudian baru dibukukan dalam pos
pengeluaran angka yang benar.
3. Hanya membukukan selisihnya saja pada Buku Kas Umum, jika terjadi
selisih kurang dalam pembukuan pengeluaran, maka Buku Kas Umum
dikredit sebesar selisih tersebut dan sebaliknya.
e. Cara mempertanggungjawabkan Keuangan
Beberapa prinsip yang dijadikan pegangan dalam kegiatan
mempertanggungjawabkan keuangan yang dilakukan oleh atasan langsung,
meliputi:
1) Diusahakan secara singkat dan dilaksanakan pada setiap akhir pecan.
2) Periksa terlebih dahulu Buku Kas Umum dalam hubungannya dengan
buku yang lain setiap akhir bulan.
3) Diperingatkan kepada bendaharawan mengenai: pengiriman SPJ (Surat
Pertanggung Jawaban) bulanan, penyetoran MPO/PPn.
4) Diperiksa pengurusan barang inventaris dan penyimpanan dokumen
pertanggal keuangan sewaktu-waktu.
5) Diadakan pemeriksaan kas dengan menyusun Berita Acara Pemeriksaan
Kas setiap akhir triwulan secara teratur.
6) Atasan langsung bendaharawan bertanggung jawab atas kerugian
keuangan Negara.
7) Dilaporkan dengan segera (paling lambat satu minggu) jika terjadi
kerugian yang diderita oleh Negara karena penggelapan atau perbuatan
lain, kepada Sekretaris Jenderal Depdiknas c.q. Kepala Biro Keuangan
dengan tembusan kepada Inspektur Jenderal Depdiknas dan BPK.
2.4 Pengawasan Keuangan Pendidikan
Pengawasan keuangan adalah suatu pemeriksaan yang terutama
ditujukan pada masalah keuangan (transaksi, dokumen, buku, daftar serta
laporan), antara lain untuk memperoleh kepastian bahwa berbagai transaksi
keuangan dilakukan sesuai dengan undang-undang, peraturan, keputusan,
instruksi untuk menilai kewajaran yang diberikan oleh laporan keuangan. UUD
1945 pasal 23 ayat 5 mengamanatkan bahwa : Untuk memeriksa tanggung
jawab tentang keuangan negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan,
yang peraturannya ditetapkan dengan undang-undang. Hasil pemeriksaan itu
diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Oleh karena pemeriksaan itu merupakan salah satu cara untuk
melaksanakan fungsi pengawasan, maka secara sederhana norma pengawasan
diartikan sebagai patokan, kaidah atau ukuran yang ditetapkan oleh pihak yang
berwenang dalam rangka melaksanakan fungsi pengawasan sebagaimana diatur
dalam Instruksi Presiden No 15 tahun 1983 meliputi pengawasan fungsional
dan pengawasan melekat yang berpedoman kepada norma sebagai berikut :
1) Pengawasan tidak mencari-cari kesalahan, yaitu tidak mengutamakan
mencari siapa yang salah, tetapi apabila ditemukan kesalahan,
penyimpangan dan hambatan supaya dilaporkan sebab-sebab dan
bagaimana terjadinya, serta menemukan bagaimana memperbaikinya.
2) Pengawasan merupakan proses yang berlanjut yaitu dilaksanakn terus
menerus, sehingga dapat memperoleh hasil pengawasan yang
berkesinambungan,
3) Pengawasan harus menjamin adanya kemungkinan pengambilan koreksi
yang cepat dan tepat terhadap penyimpangan dan penyelewengan yang
ditemukan untuk mencegah berlanjutnya kesalahan dan atau
penyelewengan,
4) Pengawasan bersifat mendidik dan dinamis, yaitu dapat menimbulkan
kegairahan untuk memperbaiki, mengurangi atau meniadakan
penyimpangan di samping menjadi pendorong dan perangsang untuk
menertibkan penyempurnaan kondisi obyektif pengawasan.
BAB III
PENUTUP
4.1 SIMPULAN
1. Manajemen keuangan sekolah merupakan suatu pengelolaan terhadap
fungsi-fungsi keuangan yang akan dipergunakan untuk penyelenggaraan
pendidikan.
2. Fungsi administrasi dalam pengelolaan keuangan sekolah seperti
perencanaan, pengorganisasian sumber dana sekolah dan
pendistribusiannya, penggerakan dan penggunaan keuangan sekolah,
pengawasan dan evaluasi anggaran serta mempertanggungjawabkannya.
3. Sumber keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah secara garis besar
dapat dikelompokan atas tiga sumber, yaitu : pemerintah, orang tua, dan
masyarakat.
4. Pengelolaan keuangan secara garis besar mencakup 3 fungsi utama, yaitu:
membuat anggaran, pencatatan atau pembukuan, dan pemeriksaan atau
pengawasan.
5. Pembukuan meliputi pencatatan berbagai transaksi yang terjadi yang
merupakan implementasi dari penganggaran.
6. Pengawasan keuangan adalah pemeriksaan yang t ditujukan pada masalah
keuangan untuk memperoleh kepastian bahwa transaksi keuangan
dilakukan sesuai dengan undang-undang, peraturan, keputusan, instruksi
untuk menilai kewajaran yang diberikan oleh laporan keuangan.
4.2 SARAN
1. Hendaknya pengetahuan mengenai manajemen keuangan pendidikan dapat
dipelajari lebih lanjut.
2. Sebaiknya penulis memperbanyak sumber atau referensi dalam penulisan
makalah.
DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin. 2010. Manajemen Pendidikan Islam. Malang: UIN Maliki Press

Mulyasa. 2011. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Purwanto, Ngalim. 2005. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai