Anda di halaman 1dari 6

4.

2 Hasil Penelitian dan Pembahasan Keterampilan Berpikir Kritis


Peserta didik Berdasarkan Hasil Observasi

Penilaian ini juga didukung oleh hasil belajar ranah sikap. Penilaian sikap digunakan

untuk mengetahui seberapa besar peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran. Metode

pembelajaran yang digunakan yaitu Discovery Learning. Dalam Model

Pembelajaran Discovery Learning, penilaian dapat dilakukan dengan

menggunakan tes maupun non tes. Penilaian yang digunakan dapat berupa penilaian kognitif,

proses, sikap, atau penilaian hasil kerja peserta didik. Jika bentuk penilainnya berupa

penilaian kognitif, maka dalam model pembelajaran discovery learning dapat menggunakan

tes tertulis.  Jika bentuk penilaiannya  menggunakan penilaian proses, sikap, atau penilaian

hasil kerja peserta didik maka pelaksanaan penilaian  dapat dilakukan dengan pengamatan.

Maka digunakan penelitian sikap atau sikap peserta didik untuk mengetahui seberapa besar

peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan skor rerata

sikap peserta didik sebesar 12,8 dengan kriteria baik sementara ketuntasan klasikal sebesar

100% dan jumlah peserta didik yang memperoleh skor dengan kriteria baik. Data pada Tabel

4.7 menunjukkan hasil rekapitulasi belajar peserta didik pada ranah sikap.

Tabel 4.7 Hasil Rekapitulasi Belajar Peserta didik Ranah Sikap

Interval Skor Kriteria Jumlah Peserta didik


14 ≤ skor ≤ 16 Sangat Baik 4
11 ≤ skor < 14 Baik 24
8 ≤ skor < 11 Kurang Baik 0
4 ≤ skor < 8 Tidak Baik 0

Hasil belajar peserta didik ranah sikap diperoleh dengan menggunakan lembar

observasi sikap oleh observer. Obsever pada penelitian sebanyak tiga orang yaitu Latif

Muzakki, Arie Pramudiya, dan Sulihen Mustofa. Lembar observasi sikap yang digunakan
terdiri dari empat aspek penilaian yaitu kemauan untuk menerima, kemauan

menanggapi,/menjawab, menilai dan organisasi (Arifin, 2009: 22-23). Aspek kemauan untuk

menerima berupa kemauan menghargai guru atau anggota kelompok; aspek kemauan untuk

menanggapi/menjawab berupa kemauan peserta didik dalam mengerjakan tugas dan perintah

guru; aspek menilai berupa kemampuan mengajukan dan menerim pendapat; serta aspek

organisasi berupa kemampuan membangun kekompakan dalam kelompok. Sikap yang dinilai

pada pengamatan sikap ini yaitu toleransi, jujur, rasa ingin tahu, komunikatif, dan tanggung

jawab. Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa sebanyak empat diantaranya

memperoleh skor dengan kriteria sangat baik dan dua puluh empat diantaranya mencapai skor

dengan kriteria baik.

Metode pembelajaran yang dilakukan menggunakan model Discovery Learning

dimana model pembelajaran tersebut dapat mendukung proses observasi yang dilakukan

untuk menganalisis pemahaman konsep peserta didik. Metode pembelajaran yang digunakan

dapat memberikan hasil yang lebih maksimal untuk mencapai tujuan. Peserta didik pun

menjadi lebih paham akan materi yang diajarkan karena peserta didik terlibat langsung dalam

proses pembelajaran.

Proses pembelajaran materi Discovery Learning diawali dengan tahap stimulasi,

peserta didik di arahkan untuk menyelidiki suatu konsep yang berkaitan dengan materi

hidrolisis dan larutan penyangga. Pada tahap ini, guru dapat memulai kegiatan PBM dengan

mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah

pada persiapan pemecahan masalah. Pada tahap ini peserta didik terlihat sangat antusias

dalam memulai kegiatan pembelajaran dikarenakan LKS berbasis discovery learning sudah

memuat gambar dan cerita yang berhubungan denagn materi hidrolisis dan larutan

penyangga.
Pada tahap selanjutnya adalah identifikasi masalah, peserta didik dipaparkan

permasalahan melalui pertanyaan-pertanyaan terkait materi hidrolisis dan larutan penyangga

yang mendasar. Masalah-masalah yang diambil dalam pembelajaran merupakan masalah

yang sudah disajikan dalam LKS berbasis discovery learning. Pada materi hidrolisis, peserta

didik dipaparkan contoh garam-garam yang bersifat asam, basa, atau netral. Dan peserta didik

diminta untuk menuliskan jawaban atas hipotesisnya. Dari 6 kelompok, ada 4 kelompok yang

benar dalam menuliskan jawaban serta alasannya. Sedangkan 2 kelompok lainnya masih

belum lengkap dalam mengidentifikasi soal. Sebagian besar peserta didik sudah bisa

menuliskan bagaimana garam yang bersifat asam, basa, ataupun garam beserta reaksinya.

Dan sudah ada yang bisa mengidentifikasi garam tersebut terbuat dari larutan asam kuat,

asam lemah, basa kuat, maupun basa lemah. Sehingga dalam hipotesisnya, peserta didik

dapat menuliskan garam-garam tersebut bersifat asam,basa, atau netral. Pada materi larutan

penyangga juga demikian, peserta didik mampu menuliskan hipotesis jawaban kelompoknya

untuk membedakan mana larutan yang bersifat penyangga ataupun tidak, dilihat dari

komponen larutan penyusunnya.

Tahap selanjutnya yaitu tahap pengumpulan data. Pada tahap ini peserta didik diajak

untuk melakukan percobaan secara sederhana. Percobaan dilakukan untuk menyelidiki sifat

beberapa larutan garam didalam air, untuk menemukan hubungan antara ion-ion pembentuk

garam dengan sifat larutan garam didalam air pada materi hidrolisis. Percobaan juga

dilakukan untuk menganalisis larutan penyangga dan bukan penyangga, mengidentifikasi

sifat larutan penyangga, dan membedakan larutan penyangga asam dan larutan penyangga

basa pada materi larutan penyangga. Pada tahap ini, terdapat banyak kendala dalam

pelaksanaannya, kendala berasal dari alat dan bahan yag tersedia dalam percobaan kurang

maupun tidak terdapat dalam laboratorium sekolah. Pada akhirnya pada pembelajaran materi

hidrolisis, hanya beberapa garam saja yang bisa diuji cobakan. Tetapi percobaan dikatakan
berhasil karena garam yang diujikan sudah memenuhi tiga sifat, yaitu asam,basa, dan netral.

Sedangkan pada pembelajaran materi penyangga, semua bahan yang dibutuhkan dalam

percobaan mengalami perubahan. Hasilnya, percobaan tidak berlangsung secara maksimal.

Peserta didik masih sering sekali bertanya tentang hasil dari percobaan yang tidak sesuai

dengan teorinya.

Pada tahap ke-empat yaitu tahap pengolahan data. Pada tahap ini, peserta didik

melakukan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh melalui percobaan

pada tahap tiga, lalu ditafsirkan. Pada materi hidrolisis, tersedia tabel yang berisi larutan

garam, rumus dan sifat dari asam dan basa pembentuknya, serta sifat garamnya. Menurut

hasil yang mereka tulis pada LKS, terlihat bahwa seluruh peserta didik sudah mampu

mentafsirkan dengan jelas sifat larutan garam dari asam dan basa pembentuknya. Sedangkan

pada materi larutan penyangga, peserta didik cenderung menceritakan hasil dari

percobaannya pada tahap 3. Hal ini dikarenakan pada percobaan larutan penyangga, data

pengamatan yang diperoleh tidak baik.

Pada tahap selanjutnya yaitu pembukian. Pada tahap ini peserta didik mendiskusikan

dengan kelompoknya tentang benar atau tidakya hipotesis yang telah dilakukan dengan

pengamatan hasil percobaan. Pada materi hidrolisis, terlihat bahwa dari hasil hipotesis dan

pengamatan yaitu sama. Jadi pembuktian tersebut benar. Sedangkan pada materi larutan

penyangga, terlihat bahwa dari hasil hipotesis dan pengamatan yaitu tidak sama. Jadi

pembuktian tersebut salah, Hal ini dikarenakan larutan yang digunakan pada tahap

identifikasi masalah berbeda dengan tahap mengumpulkan data. Jadi hasil dari

pembuktiannya juga berbeda.

Tahap yang terakhir adalah menyimpulkan. Tahap ini dilakukan dengan memberikan

umpan balik dari kegiatan yang telah dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya. Selanjutnya

peserta didik dengan peneliti bersama-sama merangkum dan membuat kesimpulan terhadap
pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap ini peserta didik melakukan refleksi mengenai

apa yang telah mereka peroleh serta mengevaluasi keterampilan penyelidikan yang telah

mereka lakukan.

Pembelajaran yang dilaksanakan pada tempat penelitian tidak seluruhnya berjalan

sesuai rencana. Ada beberapa kendala yang dihadapi saat penelitian berlangsung, diantaranya

1) Hampir setiap pertemuan ada peserta didik yang tidak masuk dikarenakan sakit, izin

maupun keluar kelas untuk persiapan lomba, sehingga peneliti harus mengulang sedikit

materi agar peserta didik yang tidak masuk dapat mengikuti pelajaran; 3) Jam pelajaran yang

kurang efektif yaitu satu jam pelajaran pada hari kamis dan tiga jam pelajaran pada hari

sabtu.

Secara teknis, metode pembelajaran Discovery Learning ini memiliki keunggulan

yaitu mampu menghidupkan suasana kelas menjadi lebih komunikatif karena terjadi

komunikasi banyak arah yaitu antar guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta

didik. Namun metode pembelajaran Discovery Learning juga mempunyai kelemahan yaitu:

1) Suasana kelas menjadi ramai, sehingga guru harus pandai mengelola kelas agar tujuan

pembelajaran tetap tercapai; 2) Waktu yang cukup lama dalam pelaksanaannya, sehingga

guru harus tegas dalam menentukan batasan waktu penyelesaian tugas.

Anda mungkin juga menyukai