Penilaian ini juga didukung oleh hasil belajar ranah sikap. Penilaian sikap digunakan
untuk mengetahui seberapa besar peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran. Metode
proses, sikap, atau penilaian hasil kerja peserta didik. Jika bentuk penilainnya berupa
tes tertulis. Jika bentuk penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap, atau penilaian
hasil kerja peserta didik maka pelaksanaan penilaian dapat dilakukan dengan pengamatan.
Maka digunakan penelitian sikap atau sikap peserta didik untuk mengetahui seberapa besar
peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan skor rerata
sikap peserta didik sebesar 12,8 dengan kriteria baik sementara ketuntasan klasikal sebesar
100% dan jumlah peserta didik yang memperoleh skor dengan kriteria baik. Data pada Tabel
4.7 menunjukkan hasil rekapitulasi belajar peserta didik pada ranah sikap.
Hasil belajar peserta didik ranah sikap diperoleh dengan menggunakan lembar
observasi sikap oleh observer. Obsever pada penelitian sebanyak tiga orang yaitu Latif
Muzakki, Arie Pramudiya, dan Sulihen Mustofa. Lembar observasi sikap yang digunakan
terdiri dari empat aspek penilaian yaitu kemauan untuk menerima, kemauan
menanggapi,/menjawab, menilai dan organisasi (Arifin, 2009: 22-23). Aspek kemauan untuk
menerima berupa kemauan menghargai guru atau anggota kelompok; aspek kemauan untuk
menanggapi/menjawab berupa kemauan peserta didik dalam mengerjakan tugas dan perintah
guru; aspek menilai berupa kemampuan mengajukan dan menerim pendapat; serta aspek
organisasi berupa kemampuan membangun kekompakan dalam kelompok. Sikap yang dinilai
pada pengamatan sikap ini yaitu toleransi, jujur, rasa ingin tahu, komunikatif, dan tanggung
jawab. Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa sebanyak empat diantaranya
memperoleh skor dengan kriteria sangat baik dan dua puluh empat diantaranya mencapai skor
dimana model pembelajaran tersebut dapat mendukung proses observasi yang dilakukan
untuk menganalisis pemahaman konsep peserta didik. Metode pembelajaran yang digunakan
dapat memberikan hasil yang lebih maksimal untuk mencapai tujuan. Peserta didik pun
menjadi lebih paham akan materi yang diajarkan karena peserta didik terlibat langsung dalam
proses pembelajaran.
peserta didik di arahkan untuk menyelidiki suatu konsep yang berkaitan dengan materi
hidrolisis dan larutan penyangga. Pada tahap ini, guru dapat memulai kegiatan PBM dengan
mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah
pada persiapan pemecahan masalah. Pada tahap ini peserta didik terlihat sangat antusias
dalam memulai kegiatan pembelajaran dikarenakan LKS berbasis discovery learning sudah
memuat gambar dan cerita yang berhubungan denagn materi hidrolisis dan larutan
penyangga.
Pada tahap selanjutnya adalah identifikasi masalah, peserta didik dipaparkan
yang sudah disajikan dalam LKS berbasis discovery learning. Pada materi hidrolisis, peserta
didik dipaparkan contoh garam-garam yang bersifat asam, basa, atau netral. Dan peserta didik
diminta untuk menuliskan jawaban atas hipotesisnya. Dari 6 kelompok, ada 4 kelompok yang
benar dalam menuliskan jawaban serta alasannya. Sedangkan 2 kelompok lainnya masih
belum lengkap dalam mengidentifikasi soal. Sebagian besar peserta didik sudah bisa
menuliskan bagaimana garam yang bersifat asam, basa, ataupun garam beserta reaksinya.
Dan sudah ada yang bisa mengidentifikasi garam tersebut terbuat dari larutan asam kuat,
asam lemah, basa kuat, maupun basa lemah. Sehingga dalam hipotesisnya, peserta didik
dapat menuliskan garam-garam tersebut bersifat asam,basa, atau netral. Pada materi larutan
penyangga juga demikian, peserta didik mampu menuliskan hipotesis jawaban kelompoknya
untuk membedakan mana larutan yang bersifat penyangga ataupun tidak, dilihat dari
Tahap selanjutnya yaitu tahap pengumpulan data. Pada tahap ini peserta didik diajak
untuk melakukan percobaan secara sederhana. Percobaan dilakukan untuk menyelidiki sifat
beberapa larutan garam didalam air, untuk menemukan hubungan antara ion-ion pembentuk
garam dengan sifat larutan garam didalam air pada materi hidrolisis. Percobaan juga
sifat larutan penyangga, dan membedakan larutan penyangga asam dan larutan penyangga
basa pada materi larutan penyangga. Pada tahap ini, terdapat banyak kendala dalam
pelaksanaannya, kendala berasal dari alat dan bahan yag tersedia dalam percobaan kurang
maupun tidak terdapat dalam laboratorium sekolah. Pada akhirnya pada pembelajaran materi
hidrolisis, hanya beberapa garam saja yang bisa diuji cobakan. Tetapi percobaan dikatakan
berhasil karena garam yang diujikan sudah memenuhi tiga sifat, yaitu asam,basa, dan netral.
Sedangkan pada pembelajaran materi penyangga, semua bahan yang dibutuhkan dalam
Peserta didik masih sering sekali bertanya tentang hasil dari percobaan yang tidak sesuai
dengan teorinya.
Pada tahap ke-empat yaitu tahap pengolahan data. Pada tahap ini, peserta didik
melakukan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh melalui percobaan
pada tahap tiga, lalu ditafsirkan. Pada materi hidrolisis, tersedia tabel yang berisi larutan
garam, rumus dan sifat dari asam dan basa pembentuknya, serta sifat garamnya. Menurut
hasil yang mereka tulis pada LKS, terlihat bahwa seluruh peserta didik sudah mampu
mentafsirkan dengan jelas sifat larutan garam dari asam dan basa pembentuknya. Sedangkan
pada materi larutan penyangga, peserta didik cenderung menceritakan hasil dari
percobaannya pada tahap 3. Hal ini dikarenakan pada percobaan larutan penyangga, data
Pada tahap selanjutnya yaitu pembukian. Pada tahap ini peserta didik mendiskusikan
dengan kelompoknya tentang benar atau tidakya hipotesis yang telah dilakukan dengan
pengamatan hasil percobaan. Pada materi hidrolisis, terlihat bahwa dari hasil hipotesis dan
pengamatan yaitu sama. Jadi pembuktian tersebut benar. Sedangkan pada materi larutan
penyangga, terlihat bahwa dari hasil hipotesis dan pengamatan yaitu tidak sama. Jadi
pembuktian tersebut salah, Hal ini dikarenakan larutan yang digunakan pada tahap
identifikasi masalah berbeda dengan tahap mengumpulkan data. Jadi hasil dari
Tahap yang terakhir adalah menyimpulkan. Tahap ini dilakukan dengan memberikan
umpan balik dari kegiatan yang telah dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya. Selanjutnya
peserta didik dengan peneliti bersama-sama merangkum dan membuat kesimpulan terhadap
pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap ini peserta didik melakukan refleksi mengenai
apa yang telah mereka peroleh serta mengevaluasi keterampilan penyelidikan yang telah
mereka lakukan.
sesuai rencana. Ada beberapa kendala yang dihadapi saat penelitian berlangsung, diantaranya
1) Hampir setiap pertemuan ada peserta didik yang tidak masuk dikarenakan sakit, izin
maupun keluar kelas untuk persiapan lomba, sehingga peneliti harus mengulang sedikit
materi agar peserta didik yang tidak masuk dapat mengikuti pelajaran; 3) Jam pelajaran yang
kurang efektif yaitu satu jam pelajaran pada hari kamis dan tiga jam pelajaran pada hari
sabtu.
yaitu mampu menghidupkan suasana kelas menjadi lebih komunikatif karena terjadi
komunikasi banyak arah yaitu antar guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta
didik. Namun metode pembelajaran Discovery Learning juga mempunyai kelemahan yaitu:
1) Suasana kelas menjadi ramai, sehingga guru harus pandai mengelola kelas agar tujuan
pembelajaran tetap tercapai; 2) Waktu yang cukup lama dalam pelaksanaannya, sehingga