Anda di halaman 1dari 21

Evaluasi Pendidikan

KEGAGALAN GURU DALAM MELAKUKAN


EVALUASI


Kalau kita perhatikan dunia pendidikan, kita akan mengetahui bahwa setiap jenis atau
bentuk pendidikan pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan, selalu
mengadakan evaluasi. Artinya pada waktu-waktu tertentu selama satu periode
pendidikan, selalu mengadakan penilaian terhadap hasil yang telah dicapai, baik oleh
pihak terdidik maupun oleh pendidik.
Demikian pula dalam satu kali proses pembelajaran, guru hendaknya menjadi seorang
evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang
telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi pelajaran yang diajarkan
sudah tepat. Semua pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi
atau penilaian.
Dengan menelaah pencapaian tujuan pengajaran, guru dapat mengetahui apakah proses
belajar yang dilakukan cukup efektif memberikan hasil yang baik dan memuaskan atau
sebaliknya. Jadi jelaslah bahwa guru hendaknya mampu dan terampil melaksanakan
penilaian, karena dengan penilaian guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh
siswa setelah ia melaksanakan proses belajar.
Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar siswa, guru hendaknya terus menerus
mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang
diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik (feed back) terhadap proses
belajar mengajar. Umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan
meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya. Dengan demikian proses belajar
mengajar akan terus dapat ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal.

Khusus untuk mata pelajaran matematika hampir semua guru telah melaksanakan
evaluasi di akhir proses belajar mengajar di dalam kelas. Namun hasil yang diperoleh
kadang-kadang kurang memuaskan. Kadang-kadang hasil yang dicapai dibawah standar
atau di bawah rata-rata.

Pada mata pelajaran yang lainnya kadang dilaksanakan pada akhir pelajaran, dan ada
juga pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Kapan waktu pelaksanaan evaluasi
tersebut tidak menjadi masalah bagi guru yang penting dalam satu kali pertemuan ia
telah melaksanakan penilaian terhadap siswa di kelas.
Tetapi ada juga guru yang enggan melaksanakan evaluasi di akhir pelajaran, karena
keterbatasan waktu, menurut mereka lebih baik menjelaskan semua materi pelajaran
sampai tuntas untuk satu kali pertemuan, dan pada pertemuan berikutnya di awal
pelajaran siswa diberi tugas atau soal-soal yang berhubungan dengan materi tersebut.

Ada juga guru yang berpendapat, bahwa penilaian di akhir pelajaran tidak mutlak dengan
tes tertulis. Bisa juga dengan tes lisan atau tanya jawab. Kegiatan dirasakan lebih praktis
bagi guru, karena guru tidak usah bersusah payah mengoreksi hasil evaluasi anak.
Tetapi kegiatan ini mempunyai kelemahan yaitu anak yang suka gugup walaupun ia
mengetahui jawaban dari soal tersebut, ia tidak bisa menjawab dengan tepat karena rasa
gugupnya itu. Dan kelemahan lain tes lisan terlalu banyak memakan waktu dan guru
harus punya banyak persediaan soal. Tetapi ada juga guru yang mewakilkan beberapa
orang anak yang pandai, anak yang kurang dan beberapa orang anak yang sedang
kemampuannya utnuk menjawab beberapa pertanyaan atau soal yang berhubungan
dengan materi pelajaran itu.
Cara mana yang akan digunakan oleh guru untuk evaluasi tidak usah dipermasalahkan,
yang jelas setiap guru yang paham dengan tujuan dan manfaat dari evaluasi atau
penialaian tersebut.
Karena ada juga guru yang tidak mengiraukan tentang kegiatan ini, yang penting ia
masuk kelas, mengajar, mau ia laksanakan evaluasi di akhir pelajaran atau tidak itu
urusannya. Yang jelas pada akhir semester ia telah mencapai target kurikulum.

Akhir-akhir ini kalau kita teliti di lapangan, banyak guru yang mengalami kegagalan dalam
melaksanakan evaluasi di akhir pelajaran. Hal ini tentu ada faktor penyebabnya dan
apakah cara untuk mengatasinya.
Penulisan makalah kritikan ini bertujuan untuk mengkritik kegagalan persekolah oleh guru
dalam melakukan evaluasi di akhir pelajaran. Mencari faktor penyebabnya dan cara
untuk mengatasinya.
Dalam makalah kritikan ini pembatasan masalahnya adalah :
- Kondisi permasalahan evaluasi di akhir pelajaran dipersekolahan pada saat ini
- Telaah teori/pendapat ahli
- Kegagalan pelaksanaan evaluasi di akhir pelajaran
- Kesimpulan kritikan dan saran
Menurut Drs. Moh. Uzer Usman dalam bukunya (Menjadi Guru Profesional hal 11)
menyatakan bahwa :Tujuan penilaian adalah :
1. Untuk mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan
2. Untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran
3. Untuk mengetahui ketepatan metode yang digunakan
4. Untuk mengetahui kedudukan siswa di dalam kelompok/kelas
5. Untuk mengaklasifikasikan seorang siswa apakah termasuk dalam kelompok yang
pandai, sedang, kurang atau cukup baik dibandingkan dengan teman-teman sekelasnya.
Dan menurut buku Mengukur Hasil Belajar (hal 72-74) yang di susun oleh Drs. Azhari
Zakri menyatakan evaluasi bermanfaat bagi guru untuk :
1. Mengukur kompetensi atau kapabalitas siswa, apakah mereka telah merealisasikan
tujuan yang telah ditentukan.
2. Menentukan tujuan mana yang belum direalisasikan sehingga dapat menentukan
tindakan perbaikan yang cocok yang dapat diadakan
3. Memutuskan ranking siswa, dalam hal kesuksesan mereka mencapai tujuan yang
telah disepakati.
4. Memberikan informasi kepada guru tentang cocok tidaknya strategi mengajar yang
digunakan.

5. Merencanakan prosedur untuk memperbaiki rencana pengajaran dan menentukan
apakah sumber belajar tambahan perlu digunakan.
6. Memberikan umpan balik kepada kita informasi bagi pengontrolan tentang sesuai
tidaknya pengorganisasian belajar dan sumber belajar.
7. Mengetahui dimana letak hambatan pencapaian tujuan tersebut.
Atas dasar ini, faktor yang paling penting dalam evaluasi itu bukan pada pemberian
angka. Melainkan sebagai dasar feed back (catu balik). Catu balik itu sendiri sangat
penting dalam rangka revisi. Sebab proses belajar mengajar itu kontinyu, karenanya
perlu selalu melakukan penyempurnaan dalam rangkan mengoptimalkan pencapaian
tujuan.

Bila evaluasi merupakan catu balik sebagai dasar memperbaiki sistem pengajaran,
sesungguhnya pelaksanaan evaluasi harus bersifat kontinyu. Setiap kali dilaksanakan
proses pangajaran, harus dievaluasi (formatif). Sebaliknya bila evaluasi hanya
dilaksanakan di akhir suatu program (sumatif) catu balik tidak banyak berarti, sebab telah
banyak proses terlampaui tanpa revisi.
Oleh karena itu, agar evaluasi memberi manfaat yang besar terhadap sistem pengajaran
hendaknya dilaksanakan setiap kali proses belajar mengajar untuk suatu topik tertentu.
Namun demikian evaluasi sumatif pun perlu dilaksanakan untuk pengembangan sistem
yang lebih luas.
Dari tujuan dan manfaat evaluasi yang di atas, masih ada pendapat lain dari manfaat
evaluasi seperti yang dikemukakan oleh Noehi Nasution dalam bukunya Materi Poko
Psikologi Pendidikan hal 167, menjelaskan bahwa kegiatan penilaian tidak hanya untuk
mengisi raport anak didik, tetapi juga untuk :
1. Menseleksi anak didik
2. Menjuruskan anak didi
3. Mengarahkan anak didik kepada kegiatan yang lebih sesuai denganpotensi yang
dimilikinya
4. Membantu orang tua untuk menentukan hal yang paling baik untuk anaknya, untuk
membina dan untuk mempersiapkan dirinya untuk masa depan yang lebih baik.
Dari tujuan dan manfaat evaluasi yang telah diikemukakan oleh para ahli di atas, yang
penting dengan mengadakan evaluasi sebagai guru dapat mengetahui kelemahan-
kelemahan atau kekurangannya dalan menyampaikan materi pelajaran. Sehingga ia
dapat menata kembali atau menggunakan strategi baru dalam proses pembelajaran
sehingga akan mendapatkan hasil yang lebih baik dari sebelumnya.

Di dalam telaah teori dan berdasarkan pendapat para ahli, telah mencantumkan tujuan
serta manfaat evaluasi di akhir pelajaran. Selain menilai hasil belajar murid, evaluasi juga
menilai hasil mengajar guru dengan kata lain, guru dapat menilai dirinya sendiri dimana
kekurangan dan kelemahannya dalam mengajar, sehingga memperoleh hasil yang
sesuai dengan apa yang diharapkan.
Jika dalam suatu kegiatan belajar, tujuan sudah diidentifikasi, biasanya dapat disusun
suatu ters atau ujian yang akan digunakan untuk menentukan apakah tujuan tersebut
dicapai atau tidak. Mager pernah mengatakan bahwa jika kita mempelajari dengan teliti
semua tahap yang telah dibicarakan sampai saat ini, maka siswa sudah harus dapat
melakukan apa yang telah direncanakan untuk mereka lakukan. Hasil dari penialaian
dapat mendorong guru untuk memperbaiki keterampilan profesional mereka, dan juga
membantu mereka mendapat pasilitas serta sumber belajar yang lebih baik.

Di dalam suatu tes belajar, sebagian besar nilai berdistribusi normal (yakni beberapa
murid hasilnya baik, beberapa buruk, tetapi sebagian besar menunjukkan rata-rata).
Dalam ter kriteria, sebagian tes berada di bagian atas. Hal ini lumrah, karena jika seorang
guru memberikan tujuan yang berjumlah 10, misalnya, maka ia akan kecewa jika para
siswa hanya merealisasikan 50% saja.
Tes dan ujian yang mengukur pencapaian tujuan, belum mendapat perhatian yang serius
oleh guru dan instruktur, kecuali akhir-akhir ini. Program pendidikan dan latihan sebelum
ini telah dianggap sudah berhasil tanpa perlu ada evaluasi. Sikap ini disebabkan oleh
empat kesulitan utama yakni :
1. Tidak adanya kerangka konseptual yang sesuai bagi evaluasi.
2. Kurangnya ketepatan dalam perumusan tujuan dalam pendidikan
3. Kesulitan yang meliputi pengukuran pendidikan
4. Sifat program pendidikan itu sendiri.
Namun dengan adanya investasi besar-besaran dalam pendidikan, telah dirasakan
kebutuhan akan suatu bentuk evaluasi.
Evaluasi dapat mengambil dua macam bentuk :
1. Ia dapat menilai cara mengajar seorang guru (dengan mengukur variabel-variabel
seperti suatu kebiasaan-kebiasaan, humor, kepribadian, penggunaan papan tulis, teknik
bertanya, aktivitas kelas, alat bantu audiovisual, strategi mengajar dan lain-lain.

2. Ia dapat menilai hasil belajar (yakni pencapaian tujuan belajar.
Selama ini guru mengadakan penilaian hanya untuk mencari angka atau nilai untuk anak
didik. Apabila anak banyak memperoleh nilai dibawah 6 (enam), maka guru menganggap
bahwa anak didiklah yang gagal dalam menyerap materi pelajaran atau materi pelajaran
terlalu berat, sehingga sukar dipahami oleh anak. Kalau anak yang memperoleh nilai
dibawah 6 mencapai 50% dari jumlah anak, hal ini sudah merupakan kegagalan guru
dalam melaksanakan evaluasi di akhir pelajaran.
Apa penyebab hal ini bisa terjadi ?
1. Guru kurang menguasi materi pelajaran. Sehingga dalam menyampaikan materi
pelajaran kepada anak kalimatnya sering terputus-putus ataupun berbelit-belit yang
menyebabkan anak menjadi bingung dan sukar mencerna apa yang disampaikan oleh
guru tersebut. Tentu saja di akhir pelajaran mareka kewalahan menjawab pertanyaan
atau tidak mampu mengerjakan tugas yang diberikan. Dan akhirnya nilai yang diperoleh
jauh dari apa yang diharapkan.
2. Guru kurang menguasai kelas, Guru yang kurang mampu menguasai kelas mendapat
hambatan dalam menyampaikan materi pelajaran, hal ini dikarenakan suasana kelas
yang tidak menunjang membuat anak yang betul-betul ingin belajar menjadi terganggu.

3. Guru enggan mempergunakan alat peraga dalam mengajar. Kebiasaan guru yang
tidak mempergunakan alat peraga memaksa anak untuk berpikir verbal sehingga
membuat anak sulit dalam memahami pelajaran dan otomatis dalam evaluasi di akhir
pelajaran nilai anak menjadi jatuh.
4. Guru kurang mampu memotivasi anak dalam belajar sehingga dalam menyampaikan
materi pelajaran, anak kurang menaruh perhatian terhadap materi yang disampaikan oleh
guru, sehingga ilmu yang terkandung di dalam materi yang disampaikan itu berlalu begitu
saja tanpa ada perhatian khusus dari anak didik.
5. Guru menyamaratkan kemampuan anak di dalam menyerap pelajaran. Setiap anak
didik mempunyai kemampuan yang berbeda dalam menyerap materi pelajaran. Guru
yang kurang tangkap tidak mengetahui bahwa ada anak didinya yang daya serapnya di
bawah rata-rata mengalami kesulitan dalam belajar.
6. Guru kurang disiplin dalam mengatur waktu. Waktu yang tertulis dalam jadwal
pelajaran, tidak sesuai dengan praktek pelaksanaannya,. Waktu untuk memulai pelajaran
selalu telat, tetapi waktu istirahat dan jam pulang selalu tepat atau tidak pernah telat.

7. Guru enggan membuat persiapan mengajar atau setidaknya menyusun langkah-
langkah dalam mengajar, yang disertai dengan ketentuan-ketentuan waktu untuk
mengawali pelajaran, waktu untuk kegiatan proses dan ketentuan waktu untuk akhir
pelajaran.

8. Guru tidak mempunyai kemajuan untuk nemambah atau menimba ilmu misalnya
membaca buku atau bertukar pikiran dengan rekan guru yang lebih senior dan
profesional guna menambah wawasannya.
9. Dalam tes lisan di akhir pelajaran, guru kurang trampil mengajukan pertanyaan kepada
murid, sehingga murid kurang memahami tentang apa yang dimaksud oleh guru.
10. Guru selalu mengutamakan pencapaian target kurikulum. Guru jarang
memperhatikan atau menganalisa berapa persen daya serap anak terhadap materi
pelajaran tersebut

Kamis, 21 April 2011
PENGERTIAN, MANFAAT PERENCANAAN PENGAJARAN DAN
PENYUSUNAN PROGRAM PENGAJARAN
BAB I
PENDAHULUAN

Kita berbicara mengenai pengertian, manfaat Perencanaan dan Penyusunan Program Pengajaran
dalam rangka mempermudah dalam menjalankan atau mengemban tugas guru itu sendiri. Hal ini
berguna yakni agar tidak terjadi kekacauan dalam masalah menjalankan tugasnya sebagai guru. Rencana
atau perencanaan adalah suatu pedoman untuk dilaksanakan dimasa yang akan datang agar tercipta
sesuatu yang optimal atau sesuai dengan apa yang diinginkan tentunya hal ini tidak lepas dari
penyusunan program pengajaran yang baik dan tentunya tidak lepas dari kompetensi atau kemampuan
dari seorang guru. Kemampuan atau kompetensi guru harus memperlihatkan prilaku yang
memungkinkan mereka yang menjalankan tugas profesional dengan cara yang paling diingini, tidak
sekedar menjalankan kegiatan pendidikan bersifat rutinitas.
Guru melaksanakan tugas tidak untuk kepentingan diri sendiri, tetapi untuk kepentingan Negara
yaitu mendidik anak bangsa. Guru melaksanakan tugas mendidik dan mengajar, tidak karena takut
kepada pimpinan atau atasannya secara birokratis, tetapi karena kesadaran mengemban jabatan
profesional guru atas dasar kemampuan ataukompetensi yang dimilikinya.
Oleh karena itu, guna mendapatkan pemahaman yang benar tentang masalah ini sehingga kami
ingin membahasnya secara mendalam melalui makalah yang sederhana ini. Dengan judul Pengertian,
Manfaat Perencanaan Pengajaran dan Penyusunan Program Pengajaran, Dengan makalah yang
sederhana ini mudah-mudahan bermanfaat untuk kita semua dalam rangka untuk pehaman yang benar
mengenai hal ini. Berpijak pada pepatah tidak ada gading yang tidak retak dan tidak ada final dalam
menuntut ilmu kecuali ajal sudah menjemput. Guna untuk menyempurnakan makalah yang sederhana
ini diperlukan saran, kritik, pendapat untuk menyempurnakannya.


BAB II
PENGERTIAN, MANFAAT PERENCANAAN PENGAJARAN DAN PENYUSUNAN PROGRAM PENGAJARAN
A. Pengertian Perencanaan Pengajaran
Perencanaan atau rencana (planning) dewasa ini telah dikenal oleh hampir setiap orang. Kita
mengenal rencana pembangunan, perencanaan pendidikan dan sebagainya. Definisi mengenai
perencanaan memang diperlukan agar dalam uraian selanjutnya tidak terjadi kesimpangsiuran. Definisi
pada umumnya merupakan suatu pintu gerbang untuk memasuki pengertian-pengertian yang ada
kaitannya dengan istilah yang dipakai, dalam hal ini perencanaan. Namun hingga saat ini belum
didefinisikan secara resmi dan hingga kini perencanaan itu sendiri belum merupakan suatu disiplin ilmu
sendiri.
Supaya diperoleh suatu komitmen atau kesepakatan, sehingga kesimpangsiuran atau
kesalahpahaman dapat dihindarkan, langkah awal yang ditempuh adalah mengemukakan pengertian
perencanaan pengajaran. Upaya untuk dimaksud itu dilakukan dengan mengemukakan beberapa
batasan atau definisi.
Kaufman mengatakan perencanaan adalah suatu proyeksi tentang apa yang diperlukan dalam
rangka mencapai tujuan absah dan bernilai, di dalamnya mencangkup elemen-elemen :
a. Mengidentifikasikan dan mendokumentasikan kebutuhan.
b. Menentukan kebutuhan-kebutuhan yang perlu diprioritaskan
c. Spesifikasi rinci hasil yang dicapai dari tiap kebutuhan yang diprioritaskan.
d. Identifikasi persyaratan untuk mencapai tiap-tiap pilihan.
e. Sekuensi hasil yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan.
f. Identifikasi strategi alternative yang mungkin dan alat atau tools untuk melengkapi tiap persyaratan
dalam mencapai tiap kebutuhan, termasuk didalamnya merinci keuntungan dan kerugian tiap strategi
dan alat yang dipakai.[1]
Dengan demikian, perencanaan berkaitan dengan penentuan apa yang akan dilakukan.
Perencanaan mendahului pelaksanaan, mengingat perencanaan merupakan suatu proses untuk
menentukan kemana harus pergi dan mengidentifikasikan persyaratan yang diperlukan dengan cara
yang paling efektif dan efisien. Berpangkal dari pemahaman diatas, maka perencanaan mengadung
enam pokok pikiran yakni :
1. Perencanaan melibatkan proses penetapan keadaan masa depan yang diinginkan.
2. Keadaan masa depan yang diinginkan itu kemudian dibandingkan dengan keadaan sekarang, sehingga
dapat dilihat kesenjangannya.
3. Untuk menutup kesenjangan itu perlu dilakukan usaha-usaha,
4. Usaha yang dilakukan untuk menutup kesenjangan itu dapat beranekaragam dan merupakan alternative
yang mungkin ditempuh.
5. Pemilaihan altenatif yang paling baik, dalam arti mempunyai efektifitas dan efesiensi yang paling tinggi
perlu dilakukan.
6. Altenatif yang dipilih harus diperinci sehingga dapat menjadi pedoaman dalam mengambil keputusan
apabila akan dilaksanakan.[2]

[1] Roger A. Kaufman, Educational System Planning, (New Jersey Prentice Hall, Inc., 1972). Hal. 6-8.
Berikut akan dikemukakan pendapat Banghart dan Albert Trull. Mereka tidak memberikan batasan
perencanaan pengajaran secara eksklusif, melainkan mangatakan bahwa dalam rangka mengerti makna
perencanaan pengajaran dapat dilahar dari 3 dimensi, yakni karekteristik prencanaan pengajaran
berusaha menggambarkan sifat-sifat aktivitas perencanaan pengajaran. Bicara tentang dimensi
perencanaan pengajaran, berkenaan dengan luas dan cakupan aktivitas perencanaan yang mungkin
dalam system pendidikan. Pembicaraan tentang kendala-kendala berkaitan dengan adanya beberapa
faktor pembatas atau penghalang. Merupakan karekteristik perencanaan pengajaran adalah :
a. Merupakan proses rasional, sebab berkaitan dengan tujuan sosial dan konsep-konsepnya dirancang oleh
banyak orang.
b. Merupakan konsep dinamik, sehingga dapat dan perlu dimodifikasi jika informasi yang masuk
mengharapkan demikian.
c. Perencanaan terdiri dari beberapa ktivitas, aktivitas itu banyak ragamnya, namun dapat dikategorikan
menjadi prosedur-prosedur dan pengarahan.
d. Perencanaan pengajaran berkaiatan dengan pemilihan sumber dana, sehingga harus mampu
mengurangi pemborosan, duplikasi, salah penggunaan dan salah dalam memanajemennya.[3]
Bicara tentang dimensi perencanaan pengajaran yakni berkaitan dengan cangkupan dan sifat-sifat
dari beberapa karekteristik yang ditemukan dalam perencanaan pengajaran. Pertimbangan terhadap
dimensi-dimensi itu memungkinkan diadakannya perencanaan komprehensif yang menalar dan efisien,
yakni :
1. Signifikasi. Tingkat signifikasi tergantung pada kegunaan sosial dari tujuan pendidikan yang diajukan.
Dalam mencapai tujuan itu, mengambil keputusan perlu mempunyai garis pembimbing yang jelas dan
mengajukan criteria evaluasi sekali keputusan telah diambil dan tujuan telah ditentukan, setiap
pengamat pendidikan dapat mengadakan evaluasi kontribusi perencanaan, dan signifikasi dapat
ditentukan berdasarkan kreteria-kreteria yang dibangun sesame proses perencanaan.

[2] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi, Materi Dasar
Pendidikan Akta Mengajar V, Buku II B Perencanaan Pendidikan, 1983/1986, p. 2.
[3] Frank W. Banghart dan Albert Trull, Jr., Educational Planning, (New York : Collier-Mecmilan Limited),
hal. 4-15.
2. Feasibilitas. Maksudnya perlu dipertimbangkan feasibilitas perencanaan pengajaran. Salah satu faktor
penentu adalah otoritas political yang memadai, sebab dengan itu feabisibilas teknik dan estimasi biaya
serta aspek-aspek lainnya dapat dibuat dalam pertimbangan yang realistic.
3. Relevansi. Konsep ini berkaitan dengan jaminan bahwa perencanaan pengajaran memungkinkan
penyelesaian persoalan secara lebih spesifik pada waktu yang tepat agar dapat dicapai tujuan spesifik
secara opimal.
4. Kepastian atau definitiveness. Diakui bahwa tidak semua hal-hal yang sifatnya kebutulan dapat
dimasukan dalam perencanaan pengajaran, namun perlu diupayakan agar sebanyak mungkin hal-hal
tersebut dimasukan dalam pertimbangan. Penggunaan teknik atau metode simulasi sangat menolong
mengantipasi hal-hal tersebut. Konsep kepastian menimbulkan atau mengurangi kejadian-kejadian yang
tidak terduga.
5. Ketelitian atau parsimoniusness. Prinsip utama yang perlu diperhatikan ialah agar perencanaan
pengajaran disusun dalam bentuk sederhana, serta perlu diperhatikan secara sensitive kaitan-kaitan
yang pasti terjadi antara berbagai komponen. Dalam penerapan prinsip ini berarti diperlukan waktu
yang lebih banyak dalam menggali beberapa alternative, sehingga perencanaan dan mengambil
keputusan dapat mempertimbangkan alternative mana yang paling efisien.
6. Adaptabilitas. Diakui bahwa perencanaan pengajaran bersifat dinamik, sehingga perlu senantiasa
mencari informasi sebagai umpan balik atau balikan. Kalau perencanaan pengajaran sudah lengkap,
penyimpangan-penyimpangan sedah semakin berkurang dan aktivitas-aktivitas spesifik dapat
ditentukan. Penggunaan berbagai proses memungkinkan perencanaan pengajaran yang fleksibel atau
adaptable dapat dirancang untuk menghindari hal-hal yang tidak diharapkan.
7. Waktu. Faktor-faktor yang berkaitan dengan waktu cukup banyak, selain keterlibatan perencanaan
dalam memperediksi masa depan, juga validasi dan realibilitas analisis yang dipakai, serta kapan untuk
menilai kebutuhan pendidikan masa kini dalam kaitannya dengan masa mendatang.
8. Monitoring atau pemantauan. Termasuk di dalamnya adalah mengembangkan kreteria untuk menjamin
bahwa berbagai komponen bekerja secara efektif. Ukurannya dibangun untuk selama pelaksanan
pengajaran, namun perlu diberi pertimbangan tentang toleransi terbatas atas penyimpangan
perencanaan. Menjamin agar pelaksanaan dapat mulus, perlu dikembangkan suatu prosedur yang
memungkinkan perencanaan pengajaran menentukan alasan-alasan mengadakan variasi dalam
perencanaan.
9. Isi perencanaan. Dimensi terakhir adalah hal-hal yang akan direncanakan. Perencanaan pengajaran yang
terbaik perlu memuat :
a. Tujuan atau apa yang diinginkan sebagai hasil proses pendidikan
b. Program dan layanan, atau bagaimana cara mengorganisasi aktivitas belajar dan layanan-layanan
pendukungnya.
c. Tenaga manusia, yakni mencangkup cara-cara mengembangkan prestasi, spesialisasi, perilaku,
kompetensi, maupun kepuasan mereka.
d. Bangunan fisik mencangkup tentang cara-cara penggunaan pola distribusi dan kaitannya dengan
bangunan fisik lain.
e. Keuangan, meliputi rencana pengeluaran dan rencana penerimaan.
f. Struktur organisasi, maksudnya bagaimana cara mengorganisasi dan manajemen operasi dan
pengawasan program dan akotivitas kependidikan yang direncanakan.
g. Konteks sosial atau elemen-elemen lainnya yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan pengajaran.
Batasan lain yang dikemukakan adalah pendapat Philip Commbs. Beliau mengatakan dalam arti
yang luas, perencanaan pengajaran adalah suatu penerapan yang rasional dari analisis sistematis
proses perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan lebih efektif dan efisien sesuai dengan
kebutuhan dan tujuan para murid dan masyarakatnya.[4]
Definisi-definisi diatas masih perlu disempurnakan untuk dapat menyatakan secara jelas dan tegas
apakah sebenarnya perencanaan pengajaran itu, khususnya untuk pendidikan dinegara kita ini.
Penyempurnaannya mungkin dapat dilakukan dengan mengawinkan dua definisi terakhir yaitu definisi
yang dikemukakan oleh C.E Beeby dan definisi berikutnya. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
belum merumuskan satu definisi, namun kita sudah melaksanakan perencanaan pengajaran secara

[4] Philip H. Commbs, Apakah Perencanaan Pendidikan Itu, (terj), Bhatera Karya Aksara, Jakarta, 1982, p.
1-3
sungguh-sungguh sejak tahun 1968. Dalam kenyataan perencanaan pengajaran diindonesia tidak jauh
berbeda dengan perencanaan Bappennas. (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional) dan
mencangkup ketiga unsure pokok seperti yang sudah disebutkan diatas. Perencanaan pengajaran
diindonesia merupakan suatu proses penyusunan alternative kebijakan mengatasi masalah yang akan
dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan pendidikan nasional dengan
mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada di bidang sosial ekonomi, sosial budaya dan
kebutuhan pembangunan secara meyeluruh terhadap pendidikan nasional. Definisi ini memperlihatkan
suatu tanggung jawab pendidikan yang besar sebagai bagian integral dari pembangunan bangsa.[5]
B. Manfaat atau Faedah Perencanaan Pengajaran
Perecanaan pengajaran sebelum melakukan pembelajaran di kelas sangat penting dilakukan.
Oleh karena itu, hendaknya perencanaan pengajaran disusun atau direncanakan dengan baik dan
matang sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Manfaat yang didapat dari perencanaan pengajaran yang baik antara lain:
Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang dilakukan
Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam
kegiatan pembelajaran
Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik guru maupun murid
Sebagai alat ukur keefektifan suatu proses pembelajaran sehingga setiap saat dapat diketahui
ketepatan dan kelambanan kerja
Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja
untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat, dan biaya
Perencanaan pengajaran mempunyai beberapa faktor yang mendukung tujuan pembelajaran
tercapai misalnya :
a. Persiapan sebelum mengajar
b. Situasi ruangan dan letak sekolah dari jangkauan kendaraan umum
c. Tingkat intelegensi siswa
d. Materi pelajaran yang akan disampaikan

[5] Prof. Dr. Jusuf Enoch, M.A,. Dasar-dasar Perencanaan Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, 1992, hal. 4
Faedah dari perencanaan perencanaan antara lain :
1. Karena adanya perencanaan maka pelaksanaan pengajaran menjadi baik dan efektif.
Yang dimaksud disini adalah maka seorang guru bisa memberikan materi pelajaran dengan baik
karena ia harus dapat menghadapi situasi di dalam kelas secara mantap, tegas dan fleksibel.
2. Karena perencanaan maka seseorang akan tumbuh menjadi seseorang guru yang baik.
Yang di maksud adalah guru membuat persiapan yang baik dan adanya pertumbuhan berkat
pengalaman dan akibat dari hasil belajar yang terus menerus. Oleh karena itu timbul pertanyaan,
pertanyaannya adalah Bagaimana cara untuk mencapai hasil belajar yang efektif yang
dijadikan pedoman dalam setiap kali membuat perencanaan ?
Ada 7 aspek persiapan untuk mencapai dari pertanyaan tadi yakni :
1. Persiapan terhadap situasi
Mancakup : tempat, suasana ruangan kelas, dan lain-lain. Dan situasi umum harus dimiliki
sebelum saudara mengajar di dalam kelas tersebut dengan pengetahuan saudara dapat membuat
ancang- ancang terhadap variabel faktor masalah dan menghadapi situasi kelas.
2. Persiapan terhadap siswa yang akan dihadapi
Maksud ; Sebelum guru mengajar ia harus mengetahui keadaan siswa tsb atau dengan kata lain
guru harus membuat gambaran yang jelas mengenai keadaan siswa yang akan dihadapi selain dari pada
faktor intern siswa tsb ( laki- laki dan Pr) seorang guru harus mengetahui taraf kematangan dan
pengetahuan serta khusus dari pada siswa tsb.
3. Persiapan dalam tujuan umum pembelajaran
Yang menyangkut tujuan instruksional apa yang akan dicapai oleh para siswa harus dimiliki
seorang guru mencakup antara lain : Pengetahuan, kecakapan, keterampilan atau sikap tertentu yang
konkrit yang bisa di ukur dengan alat- alat evaluasi.
4. Persiapan tentang bahan pelajaran yang akan diajarkan
Yang dimaksud dengan ini : Dengan adanya pengetahuan yang akan dihadapkan kepada siswa, si
guru memiliki persiapan yang akan di sampaikan kepada siswa yang harus terdapat batas- batas, luas
dan urutan- urutan pengajaran perlu di persiapkan.
5. Persiapan tentang metode- mengajar yang hendak di pakai
a. metode ceramah
b. metode tanya jawab dan diskusi
6. Persiapan dalam penggunaan alat- alat peraga
Misal : kapur dan papan tulis, pengahapus paling sedikit di gunakan tetapi dalam belajar
pembelajaran di pergunakan alat pembantu adalah media yang mempertinggi komunikasi pada saat
proses belajar berlangsung.
7. Persiapan dalam jenis teknik evaluasi
Tujuan evaluasi : sampai sejauhmana daya serap terhadap produk bahasan yang saudara
terapkan.
C. Penyusunan Program Pengajaran
Sesuai dengan kurikulum pendidikan pendidikan dasar Sembilan tahun dan SMU, bahwa dalam
penyusunan program pengajaran perlu diperhatikan komponen-komponen penting berikut ini :
1. Penguasaan materi pelajaran
2. Analisis hasil materi pelajaran
3. Program tahunan dan program caturwulan
4. Program satuan pelajaran/persiapan mengajar
5. Rencana pengajaran.
Kelima komponen tersebut merupakan perangkat dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
yang harus dibuat oleh setiap guru sebelum mengajar. Kelima hal tersebut akan diuraikan sebagai
berikut.
1. Penguasaan Materi
Penguasaan materi bagi guru merupakan hal sangat menentukan khususnya dalam proses belajar
mengajar yang melibatkan guru mata pelajaran.
a. Ruang lingkup materi yang harus dikuasai oleh guru dan siswa
Bagi guru :
Bila siswa menguasai materi minimal seperti yang tercantum dalam GBPP, maka guru tentu saja
harus menguasai lebih dari apa yang tercantum dalam GBPP. Oleh karena itu, idealnya buku teks untuk
tiap mata pelajaran harus ada :
Buku sumber untuk siswa yang membahas materi yang dituntut GBPP.
Buku sumber pegangan guru yang membahas perluasan materi yang dituntut GBPP.
Antara lain termasuk latar belakang materi, konsep-konsep dasar dan perkembangan baru dalam
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Bagi siswa :
Materi yang harus dikuasai secara minimal oleh siswa adalah materi yang tercantum dalam GBPP.
Bila memungkinkan siswa dapat diberi program pengayaan baik secara horizontal maupun vertical
tentang materi pelajaran yang dipelajarinya.
b. Usaha meningkatkan penguasaan materi
Ada beberapa alternative dalam upaya meningkatkan penguasaan materi bagi guru, antara lain
sebagai berikut :
1. Melalui musyawarah guru mata pelajaran (MGMP). Pendalaman materi dari guru, oleh guru, dan untuk
guru.
2. Melalui buku sumber yang tersedia atau kegiatan mandiri.
3. Malalui ahli/ilmuan yang bersangkutan.
4. Melalui kursus pendalaman materi (AMP).
5. Melalui pendidikan khusus.

c. Funsi kegiatan pendalaman materi.
1. Meningkatkan kepercayaan diri akan kemampuan profesionalnya sehingga tidak ragu lagi dalam
mengelola PBM.
2. Memperdalam dan memperluas wawasan atas konsepsi tinjuan akademis dan aplikasinya sehingga
dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan analisis materi pelajaran (AMP).
d. Langkah pembinaan untuk pendalaman materi bagi guru
Persiapan :
Diberikan tes pengusaan materi esensial atau kuisioner. Dari hasil tes ini kita analisis, materi
esensial mana yang sebagian besar belum dikuasai. Materi-materi yang belum dikuasai inilah yang
menjadi sasaran pandalaman materi.

Pelaksanaan :
Pelaksanaan pembinaan pendalaman materi dapat dilakukan ;
1. Melalui MGMP
2. Melalui buku sumber atau inisiatif individu/kelompok baik pada wadah MGMP atau yang lain.
3. Ceramah ilmiah dari ahlinya dengan menggunakan studi kasus.
2. Analisis Materi Pelajaran
a. Pengertian
Analisis materi pelajaran (AMP) adalah hasil dari kegiatan yang berlangsung sejak seseorang guru mulai
meneliti isi GBPP kemudian mengkaji materi dan menjabarkannya serta mempertimbangkan
penyajiannya.
AMP adalah salah satubagian dari rencana kegiatan belajar mengajar yang berhubungan erat
dengan materi pelajaran dan strategi penyajiannya.
b. Funsi
AMP berfungsi sebagai acuan untuk menyusun program pengajaran yaitu program tahunan, program
caturwulan, program satuan pelajaran/persiapan mengajar, dan rencana pelajaran.
3. Program Tahunan dan program caturwulan.
a. Pengertian
Program tahunan dan caturwulan adalah bagian dari program pengajaran. Program tahunan
memuat alokasi waktu untuk setiap pokok bahasan dalam satu tahun pelajaran.
Program caturwulan merupakan salah satu bagian dari program pengajaran yang memuat alokasi
waktu untuk setiap satuan bahasan pada setiap caturwulan.

b. Fungsi
Program tahunan berfunsi sebagai acuan untuk membuat program caturwulan. Program caturwulan
berfunsi sebagai berikut :
Acuan menyusun program satuan pelajaran/persiapan mengajar
Acuan kalender kegiatan belajar mengajar
Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas penggunaan waktu belajar efektif yang tersedia.
4. Persiapan mengajar
a. Pengertian
Persiapan mengajar merupakan salah satu bagian dari program pengajaran yang memuat satuan
bahasan untuk disajikan dalam beberapa kali pertemuan.


b. Fungsi
Persiapan mengajar dapat digunakan sebagai acuan untuk menyusun rencana pelajaran, sehingga
dapat berfunsi sebagai acuan bagi guru untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar agar lebih
terarah dan berjalan efisien dan efektif.
c. Persiapan mengajar yang baik harus memenuhi kreteria
1. Materi dan tujuan mengaju pada GBPP
2. Proses belajar mengajar menunjang pebelajaran yang aktif dan mengacu pada analisis meteri
pembelajaran (AMP).
3. Terdapat keselarasan antara tujuan, materi dan alat penilaian.
4. Dapat dilaksanakan.
5. Mudah dimengerti/dipahami
d. Hal-hal yang perlu diperhatikan
1. Persiapan mengajar dapat terdiri dari beberapa kali pertemuan dan minimal mengguanakan waktu 4
jam pelajaran.
2. Penilaian proses belajar dilakukan selama proses belajar mengajar dengan mengacu pada tujuan yang
hendak dicapai.
3. Ulangan harian diadakan pada setiap akhir bahan/kajian pokok bahasan.
4. Pada setiap pertemuan terdapat kegiatan :
Pendahuluan yang meliputi motivasi dan apersepsi yaitu menyakan materi pelajaran yang lalu atau
melakukan korelasi dengan lingkungan/mata pelajaran.
Kegiatan inti yaitu pengembangan konsep dan penerapan (latihan soal-soal)
Penutup berupa kesimpulan, penugasan atau penekanan/penguatan materi.

5. Rencana pengajaran
a. Pengertian
Rencana pengajaran merupakan persiapan guru mengajar untuk tiap pertemuan.
b. Fungsi
Rencana pengajaran berfungsi sebagai acuan untuk melaksanakan proses belajar mengajar dikelas
agar lebih efisien dan efektif.
c. Komponen utama rencana pengajaran.
1. Tujuan belajar khusus
2. Materi pelajaran
3. Kegiatan pembelajaran
4. Alat penilaian proses
6. Analisis hasil ulangan Harian.
a. Pengertian
Ulangan harian adalah tes yang dilakukan pada akhir satuan bahasan/pokok bahasan/satuan
pelajaran.
b. Fungsi
Untuk mendapatkan umpan balik tengtang tingkat daya serap siswa terhadap materi pelajaran untuk
satu satuan bahasan baik secara perseorangan maupun klasikal/kelompok.
c. Tujuan
1. Menentukan telah tercapai/tidaknya ketuntasan belajar baik perseorangan maupun klasikal.
2. Menentukan program perbaikan dan pengayaan dan nilai kemajuan belajar siswa.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan :
Menurut Kaufman perencanaan adalah suatu proyeksi tentang apa yang diperlukan dalam
rangka mencapai tujuan absah dan bernilai
Dengan demikian, perencanaan berkaitan dengan penentuan apa yang akan dilakukan.
Perencanaan mendahului pelaksanaan, mengingat perencanaan merupakan suatu proses untuk
menentukan kemana harus pergi dan mengidentifikasikan persyaratan yang diperlukan dengan cara
yang paling efektif dan efisien.
Sesuai dengan kurikulum pendidikan pendidikan dasar Sembilan tahun dan SMU, bahwa dalam
penyusunan program pengajaran perlu diperhatikan komponen-komponen penting berikut ini :
1. Penguasaan materi pelajaran
2. Analisis hasil materi pelajaran
3. Program tahunan dan program caturwulan
4. Program satuan pelajaran/persiapan mengajar
5. Rencana pengajaran.
Kelima komponen tersebut merupakan perangkat dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
yang harus dibuat oleh setiap guru sebelum mengajar. Sehingga diperoleh hasil yang optimal atau sesuai
dengan yang diharapkan.
Saran :
Untuk meyempurnakan makalah yang sederhana ini saya mengharapkan saran dan krtik agar
tersempurnanya makalah ini. Dan mudah-mudahan makalah ini bermanfaat untuk pemabaca khususnya
untuk saya sendiri.. Terimakasih

DAFTAR PUSTAKA

- Harjanto, (2008), Perencanaan Pengajaran, Jakarta : Rineka Cipta
- Coombs Philip. H (1982), Apakah Perencanaan Pendidikan Itu (terj), Jakarta : Bhatara Karya Akasara
- Usman Moh. Uzer (1995), Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
- Enoch Jusuf (1992), Dasar-dasar Perencanaan Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara
- Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Perguruan tinggi, Materi Dasar Pendidikan
Akta Mengajar V. Buku II B Perencanaan Pendidikan, 1983/1986
- Warnet / internet ( diantaranya Http: fitribarokah01.tripod.com/karya.htm dan sebagainya ).

Anda mungkin juga menyukai