Anda di halaman 1dari 3

Asesmen Untuk Pembelajaran (Assessment for Learning)

Asesmen untuk pembelajaran (assessment for learning) adalah proses untuk


mencari dan menginterpretasi bukti yang dapat digunakan oleh siswa dan guru untuk
memutuskan posisi siswa dalam pembelajaran, kemana tujuan yang akan dicapai
berikutnya dan bagaimana jalan terbaik untuk mencapainya.

Hal ini sesuai dengan pengertian asesmen yaitu penilaian. Sedangkan asesmen dalam
pendidikan memiliki pengertian kegiatan mengumpulkan, menganalisis, dan
menginterpretasi data atau informasi tentang peserta didik dan lingkungannya untuk
memperoleh gambaran tentang kondisi individu dan lingkungannya sebagai bahan
untuk memahami individu dan pengembangan program layanan bimbingan dan
konseling yang sesuai dengan kebutuhan.

Asesmen Untuk Pembelajaran (Assessment for Learning)

Istilah Assessment for Learning (AfL) tidak populer bagi kalangan pendidik di


Indonesia karena kebanyakan guru berpikir bahwa asesmen hanyalah bagian
pelengkap dari suatu proses belajar. Guru melakukan asesmen ketika akan melakukan
penilaian untuk siswa pada bagian akhir dari program pengajaran, biasanya dilakukan
melalui ujian tengah semester dan ujian akhir semester.

Padahal salah satu bagian vital dari proses pendidikan adalah asesmen guna
mengetahui bagaimana kualitas pembelajaran siswa. Satu hal yang juga perlu diingat
bahwa asesmen merupakan jalan untuk mengajar secara lebih efektif dengan
mengetahui secara pasti apa yang diketahui siswa dan apa yang belum diketahui siswa

Asesmen untuk pembelajaran (assessment for learning) didasarkan pada ide bahwa
siswa akan memperbaiki pembelajaran mereka jika mereka memahami tujuan
pembelajarannya.

Elemen-elemen kunci dari assessment for learning adalah:

1. Penggunaan metode bertanya yang efektif


2. Umpan balik terhadap pekerjaan yang diakses
3. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan bersama antara guru dan siswa
4. Peer and self-assessment
5. Penggunaan asesmen untuk merencanakan pembelajaran
Dengan demikian guru tidak hanya memberikan skor atau nilai, tetapi juga
memberikan komentar terhadap tugas atau pekerjaan yang telah dikerjakan siswa.
Komentar yang diberikan guru hendaknya dapat menuntun siswa bagaimana cara
memperbaiki pekerjaannya.
Assessment for learning tidak hanya menyangkut bagaimana kualitas pekerjaan siswa,
tetapi juga mengenai cara guru menggunakan asesmen. Guru harusnya menggunakan
asesmen untuk merencanakan pelajaran, mengidentifikasi kebutuhan siswa dalam
pembelajaran dan mengajarkan kembali materi-materi yang belum dipahami dengan
baik oleh siswa.

Agar efektif, assessment for learning hendaknya menjadi bagian sentral dalam proses


pembelajaran di kelas. Hal ini dapat dimulai dengan merumuskan tujuan
pembelajaran bersama-sama antara guru dan siswa. Dengan demikian, siswa
menyadari tujuan belajarnya pada suatu materi pelajaran. Kriteria asesmen juga harus
jelas bukan hanya bagi guru, tetapi juga bagi siswa. Siswa perlu untuk mengetahui
apa yang dinilai guru ketika mengakses pekerjaan siswa dan apa dasar yang menjadi
pertimbangan guru untuk menentukan keputusan terhadap pekerjaan siswa yang
diakses tersebut.

Hal ini sesuai dengan siklus asesmen seperti tampak pada gambar dibawah ini.

Siklus asesmen dapat berjalan efektif jika asesmen dilakukan secara kontinyu,
melalui day-to-day assessment dan periodic assessment. Day-to-day assessment dapat
dilakukan sebagai sisipan dalam proses pembelajaran; observasi, diskusi, tanya jawab
dan menganalisis pekerjaan siswa. Sementara, periodic assessment dilakukan dua atau
tiga kali dalam setahun.

Lentera kecil:  Contoh Kasus pembelajaran IPA kelas V SD


Metode assessment for learning menjadi tren di beberapa sekolah di Inggris adalah
metode traffic light. Metode tersebut digunakan guru untuk mengecek pemahaman
siswa terhadap materi yang diajarkan dengan cara mengangkat kartu berwarna merah,
hijau, atau kuning. Kartu hijau menandakan bahwa siswa memahami materi dengan
baik, sebaliknya untuk kartu warna merah. Kartu kuning menunjukkan bahwa masih
ada bagian dari materi yang belum dipahami siswa.

Memang, untuk memulai assessment for learning memerlukan perubahan kultur di


sekolah dan sistem pendidikan. Terlebih jika selama ini dalam sistem pendidikan kita
asesmen dilakukan dengan tujuan untuk menyeleksi dan menyortir siswa ke dalam
kelompok kemampuan tinggi dan kemampuan rendah.

Daftar Pustaka

Davies, S., (2010). The Essesntial Guide to Secondary Teaching. Harlow: Pearson

William, D. (2009). Assessment for Learning: Why, What, and How? London: Institute


of Education

Sumber :
https://lenterakecil.com/asesmen-untuk-pembelajaran-assessment-for-learning/

Anda mungkin juga menyukai