Anda di halaman 1dari 10

EVALUASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH

Kamis, 13 Januari 2022

PENDAHULUAN
Metodologi pembelajaran agama Islam di sekolah disampaikan sebagian guru secara
statis-indoktrinatif-doktriner dengan fokus utama kognitif yang sibuk mengajarkan
pengetahuan dan peraturan agama, akan tetapi bagaimana menjadi manusia yang baik: penuh
kasih sayang, menghormati sesama, peduli pada lingkungan, membenci kemunafikan dan
kebohongan dan sebagainya justru luput dari perhatian.

Dari ungkapan-ungkapan sebagaimana terurai di atas, dapat dimengerti bahwa


pelaksanaan pendidikan agama Islam sekolah menghadapi sejumlah permasalahan yang
mendesak untuk dipecahkan. Jika tidak, dikhawatirkan justru misi utama yang hendak diemban
oleh pendidikan agama Islam malah tidak atau kurang mencapai sasaran. Evaluasi atau
penilaian adalah proses yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui, memahami, dan
menggunakan hasil kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Proses
penilaian harus didasarkan atas suatu selang waktu, bukan sesaat saja. Ini berarti bahwa evaluasi
merupakan kumpulan dari sederetan pengukuran yang dilakukan berkali-kali dengan suatu
tujuan tertentu. Hasil belajar anak yang diperoleh melalui evaluasi itu tidak hanya sekedar untuk
diketahui dan dipahami guru, tetapi yang lebih penting ialah agar dapat digunakan untuk tujuan
tertentu seperti kenaikan kelas, meluluskan murid dan sebagainya.

Sering pengertian evaluasi (penilaian) dikaburkan dengan pengertian measurement


(pengukuran). Pengukuran adalah pekerjaan membandingkan suatu hasil belajar murid dengan
ukuran yang sudah ditentukan, yang disebut standar evaluasi. Agar lebih jelas beda antara
pengukuran dan penilaian, maka berikut diberikan contoh: seorang penjahit melakukan
pengukuran terhadap seseorang, ia mengukur panjang lengan, panjang badan, lingkar dada,
lingkar pinggang dan sebagainya. Penjahit tersebut berarti melakukan pengukuran. Apabila
kemudian tukang jahit menyatakan bahwa seseorang yang pesan pakaian itu gemuk, langsing,
mempunyai ukuran badan yang ideal, maka penjahit itu mengadakan penilaian terhadap orang
yang memesan pakaian tadi.

Evaluasi dapat dilakukan dengan cara kuantitatif maupun kualitatf. Dengan cara
kuantitatif, berarti data yang dihasilkan berbentuk angka atau skor. Sedangkan cara kualitatif

1 |E v a l u a s i P e m b e l a j a r a n P A I
berarti informasi hasil test berbentuk pernyataan-pernyataan verbal seperti kurang, sedang, baik
dan sebagainya. Dalam melaksanakan kegiatan evaluasi, dapat digunakan dua jenis teknik yaitu
teknik tes dan non test. Teknik test biasanya digunakan untuk mengumpulkan data mengenai
aspek kemampuan, dimana kita mengenal misalnya test hasil belajar, test inteligensi, test bakat
khusus, dan sebagainya. Sedangkan teknik non test biasanya digunakan untuk menilai aspek
kepribadian yang lain misalnya minat, pendapat, kecenderungan dan lain-lain, dimana
digunakan wawancara, angket, observasi, dan sebagainya.

PEMBAHASAN

1. Pengertian Evaluasi

Menurut Ralph Tayler evaluasi adalah proses yang menentukan sejauhmana tujuan pendidikan
dapat dicapai.1 Sedangkan Cronbach, Stufflebeam dan Alkin mengartikan evaluasi dengan
menyediakan informasi untuk membuat keputusan. Pendapat lain dikemukakan oleh Malcolm
dan Provus mendefinisikan evaluasi sebagai perbedaan apa yang ada dengan standar untuk
mengetahui apakah ada selisih. Ada juga yang mengemukakan bahwa evaluasi adalah
penelitian yang sistematik atau yang teratur tentang manfaat atau guna beberapa obyek.

Melihat dari uraian di atas maka dapat diketahui adanya perbedaan pendapat diantara para ahli
tentang definisi dari evaluasi. Namun demikian secara garis besar masih ada titik temunya.
Berkaitan dengan evaluasi dalam pembelajaran pendidikan agama islam maka yang
dimaksudkan adalah ingin mengetahahui, memahami dan menggunakan hasil kegiatan belajar
siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Tujuan dan Fungsi Evaluasi

Adapun tujuan dan fungsi hasil-hasil evaluasi pada dasarnya dapat digolongkan menjadi empat
kategori:

 Untuk memberikan umpan balik (feedback) kepada guru sebagai dasar untuk
memperbaiki proses belajar mengajar.

1
Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 3.

2 |E v a l u a s i P e m b e l a j a r a n P A I
 Untuk menentukan angka/hasil belajar masing-masing murid yang antara lain
diperlukan untuk penentuan kenaikan kelas dan penentuan lulus tidaknya murid.
 Untuk menempatkan murid dalam situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan
tingkat kemampuan (karakteristik) lainnya yang dimiliki murid.
 Untuk mengenal latar belakang (psikologi, fisik, dan lingkungan) murid yang
mengalami kesulitan-kesulitan belajar, yang hasilnya dapat digunakan sebagai dasar
dalam memecahkan kesulitan-kesulitan tersebut.2

Pelaksanaan fungsi pertama dan kedua terutama menjadi tanggung jawab guru sedangkan
pelaksanaan fungsi ketiga dan keempat lebih merupakan tanggung jawab bimbingan dan
penyuluhan. Sehubungan dengan keempat fungsi yang dikemukakan di atas, evaluasi hasil
belajar dapat digolongkan menjadi empat jenis, yaitu:

a. Evaluasi Formatif

Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk keperluan memberikan umpan balik
kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan melaksanakan
pelayanan khusus bagi murid/siswa. Evaluasi ini jarang dipraktekkan oleh guru-guru di sekolah
sebagaiman yang seharusnya.

b. Evaluasi Sumatif

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dlaksanakan untuk keperluan memberikan angka
kemajuan belajar murid/siswa yang sekaligus dapat digunakan untuk pemberian laporan kepada
orang tua, penentuan lenaikan kelas, dan sebagainya.

c. Evaluasi Penempatan

Evaluasi penempatan adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk keperluan penempatan


murid/siswa pada situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat kemampuan
lainnya yang dimilikinyaa.

2
Abdul Rachman Saleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan Visi, Misi dan aksi (Jakarta: Gemawindu
Pancaperkasa, 2000), hlm. 76.

3 |E v a l u a s i P e m b e l a j a r a n P A I
d. Evaluasi Diagnostik

Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk keperluan latar belakang
(psikologi, fisik, lingkungan) dari murid/ siswa yang mengalami kesulitan-kesulitan dalam
belajar, yang hasilnya dapat digunakan sebagai dasar dalam memecahkan kesuliatan –
kesuliatan tersebut. Evaluasi jenis ini erat hubungannya dengan kegiatan bimbingan dan
penyuluhan di sekolah.3

Ada dua jenis pendekatan dasar dalam evaluasi :

a) Pendekatan yang bersumber pada norma (norma referenced).

Evaluasi yang menggunakan pendekatan ini menghasilkan indeks yang relatif tentang
kemampuan hasil belajar yang dicapai murid/siswa. Dikatakan relatif, karena hasil evaluasi di
sini menggambarkan kemampuan seorang murid/siswa dibandingkan teman-temannya yang
lain dalam kelas yang sama (kelompok). Dengan pendekatan ini, test disusun untuk dapat
membedakan siswa yang satu dengan siswa-siswa yang lain dalam hal penguasaan mereka
terhadap bahan pelajaran. Penyusuna soal didasarkan atas isi bahan pelajaran dengan
memperhitungkan perbandingan antara soal-soalyang mudah, sedang dan sukar, agar dapat
membedakan siswa yang satu dari siswa an lain. Evaluasi sumatif pada umumnya menggunakan
pendekatan norma referenced ini. Pendekatan ini lebih tepat diterapkan didalam evaluasi untuk
keperluan pemberian angka, kenaikan kelas, ataupun seleksi.

b) Pendekatan bersumber pada kriteria (criterien referenced).

Evaluasi yang menggunakan pendekatan ini menghasilkan indeks yang mutlak tentang
kemampuan hasil belajar siswa. Dengan mutlak disini dimaksudkan bahwa evaluasi ini dapat
memberikan informasi tentang apakah seorang siswa telah menguasai tujuan-tujuan
instruksional yang diinginkan atau belum, terlepas dari hasil yang dicapai oleh temen-temannya
yang lain. Karena itu alat evaluasi hendaknya disusun sedemikian rupa sehinnga hasilnya dapat
ditafsirkan dalam hubungan standar atau kriteria tertentu. Dengan pendekatan ini, test disusun
untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai tujuan instruksional tertentu, bukan untuk

3
Ibid, hlm. 76-77

4 |E v a l u a s i P e m b e l a j a r a n P A I
membedakan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Evaluasi formatif pada umumnya
menggunakan pendekatan criterien referenced ini. Pendekatan ini cocok untuk diterapkan di
dalam evaluasi untuk keperluan menilai efektifitas program pengajaran yang diberikan dan
menilai sejauh mana siswa telah menguasai kemampuan-kemampuan di dalam suatu program
tertentu yang merupakan persyaratan untuk mengikuti program selanjutnya.

Sementara itu Ramayulis berpendapat bahwa, sebagai salah satu komponen penting dalam
pelaksanaan pendidikan Islam, evaluasi berfungsi untuk:

a) Mengetahui tingkat kepahaman anak didik terhadap mata pelajaran yang disampaikan.
b) Mendorong kompetisi yang sehat antar peserta didik.
c) Mengetahui perkembangan anak didik setelah mengikuti proses belajar mengajar.
d) Mengetahui akurat tidaknya guru dalam memilih bahan, metode dan berbagai penyesuaian
dalam kelas.4

Tidak jauh berbeda dengan Ramayulis, Armai Arief menyebutkan beberapa fungsi evaluasi
pendidikan islam sebagai berikut:

a) Untuk mengetahui sejauhmana efektivitas cara belajar mengajar yang telah dilakukan,
khususnya yang berkenaan dengan anak didik.
b) Untuk mengetahui prestasi belajar siswa guna mengambil keputusan apakah materi pelajaran
bisa dilanjutkan atau tidak.
c) Untuk mengumpulkan informasi tentang taraf perkembangan dan kemajuan yang diperoleh
oleh anak didik dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum
pendidikan Islam.
d) Sebagai bahan laporan kepada wali murid tentang hasil belajar siswa yang bersangkutan,
baik berupa buku raport, piagam, sertifikat, ijazah dan lain-lain.
e) Untuk membandingkan hasil pembelajaran yang diperoleh sebelumnya dengan hasil
pembelajaran yang dilakukan sesudah itu, guna meningkatkan pendidikan.5

4
Ramayulis, Metodologi Pengajara Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), hlm. 319.
5
H. Ahmad Tantowi, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2008),
hlm. 31-32.

5 |E v a l u a s i P e m b e l a j a r a n P A I
Dari uraian tentang fungsi evaluasi tersebut di atas, tampak bahwa evaluasi pendidikan hanya
berjalan satu arah, yakni yang di evaluasi hanya elemen siswa saja. Karena masalah cultural,
kata Abdurrahman Mas’ud, anak didik tidak memperoleh kesempatan untuk memberi umpan
balik kepada sekolah mengenai gurunya, apalagi mengevaluasi guru tersebut.6

3. Prosedur Evaluasi

Dalam evaluasi hasil belajar pertimbangan utama yang harus dilakukan ialah menentukan apa
yang akan diukur. Kemudian menganalisis dengan cepat tujuan yang akan dicapai dalam
penilaian tersebut. Akhirnya ditentukan pula cara penafsiran hasil penilaian yang guru akan
memperoleh hasil seperti yang diharapkan. Sehubungan dengan hal tersebut untuk melakukan
penilaian hasil belajar, maka harus menempuh langkah-langkah sebagai berikut:

a. Langkah persiapan yang terdiri dari dua jenis yaitu:

1) Langkah persiapan umum yang harus dilakukan pada tahap awal penyelenggaraan penilaian
misalnya guru harus menetapkan lebih dahulu alat yang digunakan dan criteria yang dijadikan
pedoman penilaian.

2) Langkah persiapan khusus yaitu langkah yang harus dilaksanakan pada saat akan melakukan
suatu langkah penilaian tertentu misalnya membuat alat penilaian dan menetapkan cara
pencatatannya.

b. Langkah verifikasi program/rencana yang telah dibuat. Pada langkah ini guru
mengklasifikasikan rencana yang disusun menjadi dua katagori yaitu rencana yang
baik/memadai dan rencana yang kurang baik. Untuk menilai ini diperlukan berbagai
pertimbangan berdasarkan akal sehat dan cara berpikir logis. Disamping itu obyektivitas
penilaian juga perlu ditekankan dalam menilai rencana.

c. Langkah pelaksanaan,yaitu langkah menerapkan rencana/program yang dibuat pada langkah


persiapan. Pada langkah pelaksanaan ini yang harus diperhatikan ialah hal-hal yang berkaitan

6
Abdurrahman Mas’ud, Antologi Studi Agama dan Pendidikan Islam, (Semarang: Aneka Ilmu, 2004), hlm. 212.

6 |E v a l u a s i P e m b e l a j a r a n P A I
dengan jenis informasi/data yang dikumpulkan, cara pengumpulan dan alat yang digunakan
untuk memperoleh informasi.

d. Langkah penafsiran, yaitu langkah member makna atau arti terhadap informasi yang
diperoleh. Agar tidak terjadi over estimated atau under estimated perlu berhati-hati dalam
membuat rincian kriteria/norma.7

Senada dengan rincian tersebut Edwin Wundt dan Gerald W. Brown menyatakan bahwa
langkah-langkah dalam prosedur penilaian hasil belajar harus mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut:

1) Apakah telah dimengerti benar tentang tujuan yang ingin dicapai?


2) Dalam hal apa keadaan itu telah dipahami sebagai keterangan/bukti?
3) Bagaimana memperoleh bukti laporan atau keterangan yang meyakinkan?
4) Bagaimana menaksir keterangan-keterangan/bukti-bukti atau apakah bukti tersebut
meyakinkan?8

Sebenarnya dengan mempertimbangkan dua jenis pertimbangan tersebut (butir satu dan dua)
sudah cukup lengkap sebagai prosedur penilaian. Oleh karena itu dalam melakukan penilaian
hasil belajar, guru perlu dan harus mempertimbangkan terlebih dahulu tujuan melakukan
penilaian dan pemahaman guru terhadap program yang akan dilakukan.

4. Cara dan Teknik Evaluasi

Evaluasi dapat dilakukan dengan cara kuantitatif maupun kualitatf. Dengan cara kuantitatif,
berarti data yang dihasilkan berbentuk angka atau skor. Sedangkan cara kualitatif berarti
informasi hasil test berbentuk pernyataan-pernyataan verbal seperti kurang, sedang, baik dan
sebagainya.

Dalam melaksanakan kegiatan evaluasi, dapat digunakan dua jenis teknik yaitu teknik tes dan
non test. Teknik test biasanya digunakan unutk mengumpulkan data mengenai aspek

7
Udin S winataputra,at-al, Belajar dan Pembelajaran, (Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan
Universitas Terbuka, 1994), hlm. 170.
8
Ibid, hlm. 171.

7 |E v a l u a s i P e m b e l a j a r a n P A I
kemampuan, dimana kita mengenal misalnya test hasil belajar, test inteligensi, test bakat
khusus, dan sebagainya. Sedangkan teknik non test biasanya digunakan untuk menilai aspek
kepribadian yang lain misalnya minat, pendapat, kecenderungan dan lain-lain, dimana
digunakan wawancara, angket, observasi, dan sebagainya. Sedangkan teknik test (evaluasi)
antara lain : a) Jenis test yang terdiri dari tiga yaitu; test tertulis , test lisan dan test perbuatan,
b) Bentuk soal test terdiri dari; bentuk uraian dan obyektif.9

5. Kesulitan-kesulitan dalam evaluasi.

Evaluasi diperlukan untuk mengadakan perbaikan. Untuk itu diperlukan keterangan tentang
baik buruknya mutu pengajaran. Tanpa evaluasi, perbaikan tidak mungkin. Karena itu setiap
orang atau instansi yang bertanggung jawab atas usaha pendidikan wajib mengadakan evaluasi,
antara lain guru sendiri, kepala sekolah, dan seterusnya termasuk lembaga-lembaga terkait.

Mengadakan evaluasi banyak mengandung kesulitan. Sebagai guru kita harus mengevaluasi
kegiatan mengajar kita. Menilai dan mengeritik diri sendiri merupakan sikap obyektif,
kerendahan hati dan keterbukaan untuk melihat dan mengakui kesalahan sendiri agar ada usaha
untuk mencari cara-cara yang lain yang mungkin lebih berhasil.

Selama ini evaluasi yang dilakukan kadang-kadang hanya sampai pada domain kognitif saja,
dan itupun lebih berorientasi pada sejauh mana siswa mampu mengingat atau menghafal
sejumlah materi yang telah disampaikan olh guru, sedangkan domain afektif, apalagi
psikomotorik lepas dari proses evaluasi. Ini berarti bahwa proses belajar mengajar hanya
mengejar penumpukan materi dan informasi. Hal inilah yang kemudian dikenal dengan model
bank education atau pendidikan gaya bank.

Evaluasi tersebut sebenarnya tidak perlu terjadi jika pelaksanaannya benar-benar disesuaikan
dengan prinsip-prinsip evaluasi. Menurut Muhaimin,dkk, dalam pelaksanaan evaluasi
pendidikan islam perlu dipegang prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Agar evaluasi pendidikan sesuai dan dapat mencapai sasaran yang diharapkan, maka evaluasi
harus mengacu pada tujuan pendidikan yang telah dirumuskan sebelumnya.

9
Ibid, hlm. 79-81.

8 |E v a l u a s i P e m b e l a j a r a n P A I
b. Evaluasi harus obyektif, dalam artievaluasi itu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya,
berdasarkan fakta dan data yang ada tanpa dipengaruhi oleh unsur-unsur subyektifitas dari
evaluator.

c. Evaluasi dilakukan secara komprehensif. Maksudnya evaluasi evaluasi dilakukan secara


menyeluruh, meliputi berbagai domain pendidikan yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik

d. Evaluasi dilakukan secara continue. Apabila pendidikan Islam dipandang sebagai sebuah
proses untuk mencapai tujuan-tujua tertentu, maka evaluasi pendidikannya harus dilakukan
secara continue (terus-menerus), dengan memperhatikan prinsip pertama, kedua dan ketiga.10

Tentu saja evaluasi memerlukan biaya, waktu, dan tenaga, apa lagi ruang lingkup yang akan
dinilai itu luas. Kelemahan dalam evaluasi juga dapat disebabkan sulitnya penilaian itu sendiri.
Apalagi evaluasi terhadap pelaksanaan pembelajaran PAI yang semestinya ketiga ranah
pembelajaran yaitu kognitif, afektif dan psikomotor memerlukan evalauasi secara menyeluruh
(integrated).

10
Muhaimin, at-al, Ilmu Pendidikan Islam, (Surabaya: Karya Abdi Tama, tt), hlm. 229-234.

9 |E v a l u a s i P e m b e l a j a r a n P A I
DAFTAR PUSTAKA

Mas’ud, Abdurrahman, Antologi Studi Agama dan Pendidikan Islam, Semarang: Aneka Ilmu,
2004.

Muhaimin, at-al, Ilmu Pendidikan Islam, Surabaya: Karya Abdi Tama, tt.

Ramayulis, Metodologi Pengajara Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2001.

Saleh, Abdul Rachman, Pendidikan Agama dan Keagamaan Visi, Misi dan aksi Jakarta:
Gemawindu Pancaperkasa, 2000.

Tantowi, H. Ahmad, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, Semarang: PT Pustaka


Rizki Putra, 2008.

Tayibnapis, Farida Yusuf, Evaluasi Program, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000),

Udin S Winataputra, at-al, Belajar dan Pembelajaran, Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama
Islam dan Universitas Terbuka, 1994.

10 |E v a l u a s i P e m b e l a j a r a n P A I

Anda mungkin juga menyukai