Evaluasi dapat mendorong siswa untuk lebih giat belajar secara terus menerus dan
juga mendorong guru untuk lebih meningkatkan kualitas proses pembelajaran serta
mendorong sekolah untuk lebih meningkatkan fasilitas dan kualitas belajar siswa.
Sehubungan dengan hal tersebut, optimalisasi sistem evaluasi memiliki dua makna,
pertama adalah sistem evaluasi yang memberikan informasi yang optimal. Kedua adalah
manfaat yang dicapai dari evaluasi. Metode yang digunakan yaitu metode studi
leterature review dengan jenis narative review. Berdasarkan hasil pencarian
menggunakan kata kunci dari Google Scholar ditemukan 6.240 artikel dan termasuk
kedalam kriteria inklusi maka artikel yang digunakan yaitu 3 artikel yang sesuai.
Evaluation can encourage students to be more active in learning continuously and also
encourage teachers to further improve the quality of the learning process and
encourage schools to further improve the facilities and quality of student learning. In
this regard, the optimization of the evaluation system has two meanings, the first is an
evaluation system that provides optimal information. The second is the benefits
achieved from the evaluation. The method used is the literary review study method with
a narrative review type. Based on search results using keywords from Google Scholar
found 6,240 articles and included in the inclusion criteria, the articles used were 3
appropriate articles.
Keywords: evaluation
Pendahuluan
Dr. Bambang Samsul Arifin, M. S.I, Hilman mangkuwibawa, S.Pd. M. Pd, Ajeng
Rapiah, Dede Hopipah, Friska Aprilian Nurfarisa.
Evaluasi dapat mendorong siswa untuk lebih giat belajar secara terus menerus
dan juga mendorong guru untuk lebih meningkatkan kualitas proses pembelajaran serta
mendorong sekolah untuk lebih meningkatkan fasilitas dan kualitas belajar siswa.
Sehubungan dengan hal tersebut, optimalisasi sistem evaluasi memiliki dua makna,
pertama adalah sistem evaluasi yang memberikan informasi yang optimal. Kedua adalah
manfaat yang dicapai dari evaluasi. Manfaat yang utama dari evaluasi adalah
meningkatkan kulitas pembelajaran dan selanjutnya akan terjadi peningkatan kualitas
pendidikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa keberhasilan program pembelajaran
selalu dilihat dari aspek hasil belajar yang dicapai.
Metodologi
Metode yang digunakan yaitu metode studi leterature review dengan jenis narative
review. Pencarian data base yang di lakukan mengunakan Google Scholar
menggunakan kunci “Evaluasi” AND “Evaluasi belajar”. Total artikel yang ditemukan
6.240 artikel. Kemudian dilakukan inklusi dan ekslusi dengan kesediaan free full text,
berbahasa indonesia.
2 JAPRA
Dr. Bambang Samsul Arifin, M. S.I, Hilman mangkuwibawa, S.Pd. M. Pd, Ajeng
Rapiah, Dede Hopipah, Friska Aprilian Nurfarisa.
3 JAPRA
Dr. Bambang Samsul Arifin, M. S.I, Hilman mangkuwibawa, S.Pd. M. Pd, Ajeng
Rapiah, Dede Hopipah, Friska Aprilian Nurfarisa.
4 JAPRA
Dr. Bambang Samsul Arifin, M. S.I, Hilman mangkuwibawa, S.Pd. M. Pd, Ajeng
Rapiah, Dede Hopipah, Friska Aprilian Nurfarisa.
5 JAPRA
Dr. Bambang Samsul Arifin, M. S.I, Hilman mangkuwibawa, S.Pd. M. Pd, Ajeng
Rapiah, Dede Hopipah, Friska Aprilian Nurfarisa.
e. Evaluasi Sumatif
Ragam penilaian sumatif dilakukan untuk mengukur kinerja
akademik atau prestasi belajar peserta didik pada akhir periode pelak
program pengajaran. Evaluasi ini lazim dilakukan pada setiap semester
atau akhir tahun ajaran. Hasilnya dijadikan bahan laporan resmi mengenai
kinerja akademik siswa dan bahan penentu naik tidaknya peserta didik ke
kelas yang lebih tinggi.
f. EBTA dan EBTANAS
EBTA (Evaluasi Belajar Tahap Akhir) dan EBTAN (Evaluasi
Belajar Tahap Akhir Nasional) sebagai alat penentu kenaik status siswa.
Namun, EBTA clan EBTANAS ini dirancang untuk peserta didik yang
telah menduduki kelas tertinggi pada suatu jenja pendidikan tertentu
seperti jenjang SD dan MI (Madras Ibtidaiyah), dan seterusnya.
B. Syarat dan Ragam Evaluasi
Syarat evaluasi
Langkah pertama yang perlu ditempuh guru dalam menilai prestasi
belajar siswa adalah menyusun alat evaluasi(test instrument) yang sesuai dengan
kebutuhan, dalam artian tidak menyimpang dari indicator dan jenis prestasi yang
diharapkan.
Persyaratan pokok penyusunan alat evaluasi yang baik dalam perspektif
psikologi belajar (The Psychology of learning) meliputi dua macam (Cross,
1974; Barlow, 1985; Butler, 1990).
1) Reliabilitas
Secara sederhana, reliabilitas (reliability) berarti hal tahan uji atau
dapat dipercaya.Sebuah alat evaluasi dipandang reliable atau tahan uji
apabila memiliki konsistensi atau keajegan hasil.
2) Validitas
Validitas berarti keabsahan atau kebenaran. Sebuah alat evaluasi
dipandang valid atau abash apabila dapat mengukur apa yang seharusnya
diukur.
Ragam alat evaluasi
Secara garis besar, ragam alat evaluasi terdiri atas dua macam bentuk :
6 JAPRA
Dr. Bambang Samsul Arifin, M. S.I, Hilman mangkuwibawa, S.Pd. M. Pd, Ajeng
Rapiah, Dede Hopipah, Friska Aprilian Nurfarisa.
1) Bentuk objektif
Bentuk ini lazim juga disebut tes objektif, yakni tes yang
jawabannya dapat diberi score nilai secara lugas (seadanya) menurut
pedoman yang ditentukan sebelumnya.
2) Bentuk subjektif
Alat evaluasi yang berbentuk tes subjektif adalah alat pengukur
prestasi belajar yang jawabannya tidak ternilai dengan score atu angka
pasti, seperti yang digunakan untuk evaluasi objektif. Hal ini disebabkan
banyaknya ragam gaya jawaban yang diberikan oleh para siswa.
Instrument evaluasi mengambil bentuk Essay examination, yakni soal
ujian mengharuskan siswa menjawab setiap pertanyaan dengan cara
menguraikan atau dalam bentuk karangan bebas.
C. indikator dan batas minimal prestasi belajar
Indikator Prestasi Belajar Menurut Muhibbin Syah “Pengungkapan hasil belajar
meliputi segala ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan
proses belajar siswa”. Namun demikian pengungkapan perubahan tingkah laku
seluruh ranah, khususnya ranah afektif sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan
hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tidak dapat diraba). Kunci pokok
untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah garis-garis besar
indikator dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur
Secara harfiah, prestasi belajar berarti keberhasilan atas usaha seseorang setelah
belajar atau mempelajari sesuatu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi
belajar berarti penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang biasanya ditunjukkan
lewat nilai atau angka yang diberikan oleh guru.Untuk mengetahui prestasi belajar
anak, ia harus mengikuti serangkaian tes untuk menguji sejauh mana ia memahami
materi yang sebelumnya diberikan oleh guru. Hasil tes ini bukan hanya digunakan
untuk mengukur kemampuan anak, namun seberapa jauh guru berhasil
menyampaikan materi kepada peserta didiknya.
7 JAPRA
Dr. Bambang Samsul Arifin, M. S.I, Hilman mangkuwibawa, S.Pd. M. Pd, Ajeng
Rapiah, Dede Hopipah, Friska Aprilian Nurfarisa.
1. Kognitif
Dari aspek kognitif, hal yang diperhatikan dari anak adalah pengetahuan,
pemahaman, penerapan, maupun analisisnya. Seorang anak dikatakan mencapai
prestasi belajar yang baik bila memenuhi indikator, seperti:
- Dapat menjelaskan dan mendefinisikan secara lisan materi yang
disampaikan kepadanya
- Bisa memberi contoh konkret dan menggunakannya secara tepat
- Mampu mengelompokkan
- Dapat menyimpulkan materi yang disampaikan
- Dapat menggeneralisasi dan mengkritisi.
2. Afektif
Ranah afektif dalam indikator prestasi belajar mencakup sikap yang
ditunjukkan oleh anak selama masa pembelajaran. Dalam prakteknya, anak-anak
yang berprestasi akan menunjukkan sikap menerima materi yang disampaikan
dengan baik, memberi respons, menghargai orang lain, mampu bekerja secara
kelompok, dan menunjukkan karakter yang kuat dalam kehidupan sehari-hari.
3. Psikomotor
Aspek ini mencakup keterampilan fisik yang ditunjukkan oleh anak-anak
selama masa pembelajaran. Anak yang dikatakan berhasil mencapai prestasi
belajar yang baik mampu akan mampu mengoordinasikan gerak mata, tangan,
kaki, dan anggota tubuh lainnya, serta mengucapkan, membuat mimik, dan
gerakan jasmani lainnya.
Faktor-faktor yang memengaruhi prestasi belajar anak
Indikator prestasi belajar anak di atas bukan hanya dipengaruhi oleh mau
atau tidaknya anak-anak belajar di sekolah atau mengerjakan pekerjaan rumah
yang diberikan oleh guru.
1. Faktor internal
Faktor internal berkaitan dengan kondisi anak itu sendiri, baik
secara jasmani maupun psikologis. Dari segi jasmani, prestasi belajar
anak sangat dipengaruhi oleh kondisi kesehatan anak, ada atau tidaknya
cacat tubuh yang dideritanya, maupun lelah atau tidaknya anak saat
menerima materi dari guru.Sedangkan dari segi psikologis, banyak hal
8 JAPRA
Dr. Bambang Samsul Arifin, M. S.I, Hilman mangkuwibawa, S.Pd. M. Pd, Ajeng
Rapiah, Dede Hopipah, Friska Aprilian Nurfarisa.
9 JAPRA
Dr. Bambang Samsul Arifin, M. S.I, Hilman mangkuwibawa, S.Pd. M. Pd, Ajeng
Rapiah, Dede Hopipah, Friska Aprilian Nurfarisa.
2. Evaluasi efektif
adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif
mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai.
Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan
perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi.
10 JAPRA
Dr. Bambang Samsul Arifin, M. S.I, Hilman mangkuwibawa, S.Pd. M. Pd, Ajeng
Rapiah, Dede Hopipah, Friska Aprilian Nurfarisa.
11 JAPRA
Dr. Bambang Samsul Arifin, M. S.I, Hilman mangkuwibawa, S.Pd. M. Pd, Ajeng
Rapiah, Dede Hopipah, Friska Aprilian Nurfarisa.
Jenis evaluasi berdasarkan tujuan meliputi: pra test dan post test, evaluasi
prasyarat, evaluasi diagnostik, evaluasi formatif, evaluasi sumatif, ulangan
umum, dan UAN. Jenis evaluasi berdasarkan lingkup kegiatan pembelajaran
meliputi: evaluasi program pembelajaran, evaluasi proses pembelajaran, dan
evaluasi hasil pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.sehatq.com/artikel/indikator-prestasi-belajar-anak-dan-faktor-yang
memengaruhinya
Magdalena, Ina, Dkk. “Evaluasi Belajar Peserta Didik”. Jurnal Pendidikan dan
Dakwah. 2(1). 118-127.
Porrie, Muliawan 2004. Busana Tingkat Dasar Terampil dan Mahir. Jakarta:
Diyanti, A. O., Amiuza, C. B., dan Mustikawati, T. 2014. Lingkungan Ramah Anak
pada Sekolah Taman Kanak-Kanak. Jurnal Ruas, 12 (2): 54-68.
Fadliyani. 2012. Warna dalam al-Qur’an (Kajian Tematik). Skripsi. Semarang: Fakultas
Ushuluddin IAIN Walisongo.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun
2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini.
12 JAPRA
Dr. Bambang Samsul Arifin, M. S.I, Hilman mangkuwibawa, S.Pd. M. Pd, Ajeng
Rapiah, Dede Hopipah, Friska Aprilian Nurfarisa.
Tanuwidjaja, G., Juanda, N. W. I., Himdojo, S. I., Sunjoyo, E., Tondayana, Y. A.,
Kevin, S., Pratama, O., dan Sanjaya, T. 2015. Pengaruh Warna dalam Desain
Fasilitas Perawatan Gigi Ramah Anak di Amerika. Makalah disajikan dalam
Seminar Nasional Teknologi, Institut Teknologi Nasional, Malang, 17 Januari.
13 JAPRA