BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu bangsa akan dikenal karena kemajuan ilmu pengetahuannya, suatu
bangsa akan dianggap maju kalau kalau mencapai kemajuan dengan ilmu
pengetahuan. Dan ilmu pengetahuan itu tidak lepas dari yang namanya
pendidikan, baik itu formal atau non formal.
Pendidikan memang memiliki peran penting bagi tercapainya kemajuan.
Selain itu proses pendidikan bukan hanya berhubungan dengan proses pencapaian
ilmu pengetahuan, tetapi juga kematangan masyarakatnya secara psikis.
Ada satu kesalahan dalam pendidikan kita, selama ini masih banyak
pendidikan yang hanya mengutamakan pendidikan brain based education.
Artinya masih banyak pendidikan di negara ini yang hanya melihat berhasil-
tidaknya suatu pendidikan dari nilai hasil belajar saja, tanpa melihat bagaimana
emosional si anak, psikis si anak, dan ahlak si anak.
Peran sekolah dan guru-guru yang pokok adalah menyediakan dan
memberikan fasilitas untuk memudahkan dan melancarkan cara belajar siswa.
Guru harus dapat membangkitkan kegiatan-kegiatan yang membantu siswa
meningkatkan cara dan hasil belajarnya. Namun, disamping itu kadang-kadang
guru merasa bahwa evaluasi itu merupakan sesuatu yang bertentangan dengan
pengajaran.
B. Rumusan Masalah
1
• Bagaimana strategi evaluasi ranah afektif?
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
B. Tujuan Evaluasi
3
1. Sebagai perangsang atau dorongan,
Yaitu untuk mengetahui tingkat daya dan guna hasil metode mengajar
yang telah digunakan guru dalam proses belajar mengajar.
Penilaian sekolah yang rutin akan disimpan orang tua sebagai laporan
tentang apa saja yang dilakukan anaknya disekolah.
• Untuk mengetahui seberapa jauh hasil yang dicapai dalam proses pendidikan yang
telah dilaksanakan.
• Untuk mengetahui apakah suatu mata pelajaran yang diajarkan dapat dilanjutkan
dengan bahan yang baru atau harus diulangi kembali.
• Untuk mendapatkan bahan-bahan informasi guna menentukan apakah siswa
tersebut dapat dinaikkan ke kelas yang lebih tinggi ataukah harus mengulang
dikelas semula.
4
• Untuk membandingkan apakah prestasi yang dicapai oleh anak-anak sudah sesuai
dengan kapasitasnya atau belum.
• Untuk mengetahui taraf efisiensi metode yang dipergunakan dalam proses
pembelajaran.
• Bagi para guru, hasil evaluasi prestasi tersebut dapat membantu mereka dalam
menentukan warna sikap “efikasi-diri dan “efikasi-kontekstual”
5
• Reliabilitas
Azwar (1987: 173) menyatakan bahwa validitas berasal dari kata validity
yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen
pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes dikatakan memiliki
validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukur secara tepat
atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya
pengukuran tersebut. Artinya hasil ukur dari pengukuran tersebut merupakan
besaran yang mencerminkan secara tepat fakta atau keadaan sesungguhnya dari
apa yang diukur..
• Validitas
Reliabilitas berasal dari kata reliability berarti sejauh mana hasil suatu
pengukuran dapat dipercaya. Suatu hasil pengukuran dapat dipercaya apabila
dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang
sama, diperoleh hasil pengukuran yang relatif sama, selama aspek yang diukur
dalam diri subyek memang belum berubah. Nur (1987: 47) menyatakan bahwa
reliabilitas ukuran menyangkut seberapa jauh skor deviasi individu, atau skor-z,
relatif konsisten apabila dilakukan pengulangan pengadministrasian dengan tes
yang sama atau tes yang ekivalen.
Berikut adalah criteria-kriteria yang dapat digunakan untuk membedakan jenis tes,
yaitu:
1.Tes Terstandar
6
2.Tes Buatan Guru
Berbeda dengan tes standar, tes buatan guru ini lebih mengandalkan pertimbangan
dan penilaian guru sendiri, mengenai apa yang perlu diteskan dan bagaimana cara
mengetesnya.
• Tes Seleksi, adalah tes yang dibuat untuk memilih peserta yang memenuhi
persyaratan guna diikutsertakan dalam suatu kegiatan.
• Tes hasil belajar, dilakukan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai oleh
suatu bentuk pengajaran.
• Tes uji coba, adalah tes yang dibuat untuk mengetahui apakah suatu perangkat
tes yang masih dalam penyusunan memiliki cirri tes yang baik dalam artian luas.
• Tes Masuk, dibuat sebelum dan menjelang suatu program pengajaran dimulai.
• Tes Formatif, adalah tes yang bertujuan untuk mencari umpan balik, yang
selanjutnya hasil tes tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar
mengajar yang sedang berlangsung atau sudah dilaksanakan.
• Tes Sumatif, adalah tes yang dilakukan untuk memperoleh data atau informasi
sampai dimana penguasaan atau pencapaian belajar siswa terhadap bahan
pelajaran yang telah dipelajari selama dalam jangka waktu tertentu.
7
• Prates, dimaksudkan untyk mengetahui tingkat kemampuan yang dimiliki siswa
pada awal pengajaran yang akan diikutinya, jadi hasil prates ini tidak
mempengaruhi penerimaan seseorang pada suatu program.
Berdasarkan acuan interpretasi nilai tes, tes pada umumnya dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu:
• Tes Acuan Norma, pada penerapan acuan norma, tingkat pencapaian
kebanyakan peserta tes itu dianggap sebagai tingkat pencapaian yang normal.
Ditinjau dari bentuk jawaban yang digunakan oleh peserta . Tes dapat dibedakan
atas dua macam bentuk yaitu:
• Bentuk Objekif
Yakni tes yang bentuk jawabannya dapat diberi skor nilai secara lugas
(seadanya),Ada lima macam tes yang termasuk dalam evaluasi bentuk objektif ini,
yaitu:
• Tes Pilihan Ganda, yaitu tes pilihan yang menyediakan lebih dari dua jawaban
alternative.
• Tes Isian, biasanya berbentuk cerita atau karangan pendek, yang pada bagian-
bagian yang memuat istilah atau nama tertentu dikosongkan.
8
• Tes Melengkapi, yaitu melengkapi bagian yang kosong dari kalimat-kalimat
yang tersusun dalam bentuk karangan atau cerita pendek, tetapi dalam bentuk
kalimat-kalimat yang masing-masing berdiri sendiri.
• Bentuk Subjektif
Alat evaluasi yang berbentuk tes subjektif adalah alat pengukur prestasi
belajar yang jawabannya tidak ternilai dengan skor atau angka pasti, seperti yang
digunakan untuk evaluasi objektif. Hal ini disebabkan banyaknya ragam gaya
jawaban yang diberikan oleh peserta didik.
9
jenis-jenis prestasi internalisasi dan karakterisasi. Seyogianya mendapat perhatian
khusus, karena kedua jenis prestasi ranah rasa itulah yang lebih banyak
mengendalikan sikap dan perbuatan siswa.
Sedangkan pengaruh dari hasil evaluasi itu sendiri ada dua kemungkinan
yang dapat kita lihat, diantaranya yaitu; jika hasil evaluasi seorang anak didik
memuaskan evaluasi dapat menimbulkan rasa bangga dan lebih percaya diri
terhadap kemampuannya, bahkan tidak sedikit juga dengan hasil memuaskan
tersebut, evaluasi menimbulkan rasa sombong dan besar hati pada diri peserta
didik tersebut. Dan jika hasil tersebut belum mencapai kepada hal yang
ditargetkan, sangat signifikan hal ini sering menimbulkan rasa minder, dan
mungkin juga hilang kepercayaan dirinya. Namun tidak menutup kemungkinan
juga dari hasil yang tidak memuaskan tersebut timbul sebuah motivasi pada diri
peserta didik untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya.Oleh karena itu, para
pendidik seyogyanya mengantisipasi apa yang akan terjadi pada diri siswa setelah
mengadakan evaluasi.
10
DAFTAR PUSTAKA
11