Anda di halaman 1dari 11

Evaluasi Psikologi Pendidikan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Suatu bangsa akan dikenal karena kemajuan ilmu pengetahuannya, suatu
bangsa akan dianggap maju kalau kalau mencapai kemajuan dengan ilmu
pengetahuan. Dan ilmu pengetahuan itu tidak lepas dari yang namanya
pendidikan, baik itu formal atau non formal.
Pendidikan memang memiliki peran penting bagi tercapainya kemajuan.
Selain itu proses pendidikan bukan hanya berhubungan dengan proses pencapaian
ilmu pengetahuan, tetapi juga kematangan masyarakatnya secara psikis.
Ada satu kesalahan dalam pendidikan kita, selama ini masih banyak
pendidikan yang hanya mengutamakan pendidikan brain based education.
Artinya masih banyak pendidikan di negara ini yang hanya melihat berhasil-
tidaknya suatu pendidikan dari nilai hasil belajar saja, tanpa melihat bagaimana
emosional si anak, psikis si anak, dan ahlak si anak.
Peran sekolah dan guru-guru yang pokok adalah menyediakan dan
memberikan fasilitas untuk memudahkan dan melancarkan cara belajar siswa.
Guru harus dapat membangkitkan kegiatan-kegiatan yang membantu siswa
meningkatkan cara dan hasil belajarnya. Namun, disamping itu kadang-kadang
guru merasa bahwa evaluasi itu merupakan sesuatu yang bertentangan dengan
pengajaran.

B. Rumusan Masalah

•        Apa pengertian dari evaluasi?

•        Apakah tujuan dan fungsi evaluasi dalam pembelajaran?

•        Apa sajakah jenis dan teknik evaluasi?

•        Bagaimana reliabilitas dan validitas sebagai syarat alat evaluasi?

1
•        Bagaimana strategi evaluasi ranah afektif?

C. Tujuan

•        Mengetahui pengertian dari evaluasi

•        Mengetahui tujuan dan fungsi evaluasi dalam pembelajaran.

•        Mengetahui jenis dan teknik evaluasi.

•        Memahami indikator-indikator prestasi belajar afektif.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A.  Pengertian Evaluasi

Evaluasi yaitu suatu tindakan untuk menentukan nilai sesuatu. Dalam


artian luas, evaluasi adalah suatu proses dalam merencanakan, memperoleh, dan
menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternative-
alternatif keputusan (Mehrens & Lehman, 1978). Menurut Tardif (1989) evaluasi
berarti proses penilaian untuk menggambarkan prestasi yang dicapai seorang
siswa sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Dalam pendapat lain istilah
evaluasi atau penilaian menunjuk pada suatu proses untuk menentukan nilai dari
suatu kegiatan tertentu. Dengan mengacu pada pengertian tersebut, evaluasi hasil
belajar dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan
nilai keberhasilan belajar seseorang setelah ia mengalami proses belajar selama
satu periode tertentu.

Evaluasi yang berarti pengungkapan dan pengukuran hasil belajar yang


pada dasarnya merupakan proses penyusunan deskripsi siswa, baik secara
kuantitatif maupun kualitatif. Namun, kebanyakan pelaksanaan cenderung bersifat
kuantitatif, lantaran penggunaan symbol angka untuk menentukan kualitas
keseluruhan kinerja akademik siswa dianggap nisbi. Walaupun begitu, guru yang
piawai dan professional akan berusaha mencari kiat evaluasi yang lugas, tuntas,
dan meliputi seluruh kemampuan ranah cipta, rasa, dan karsa siswa.

B. Tujuan Evaluasi

Yang paling utama harus dilakukan dalam melakukan evaluasi adalah


perumusan tujuan evaluasi yang akan dicapai dalam suatu proses pendidikan.
Berikut lima tujuan untuk menilai peserta didik, yaitu:

3
1. Sebagai perangsang atau dorongan,

Yaitu untuk memotivasi siswa agar siswa berusaha melakukan yang


terbaik dengan memberikan angka tinggi, hadiah, bintang kelas sebagai
hadiah atas pekerjaannya.

2. Sebagai umpan balik bagi siswa,


Siswa ingin tahu hasil atas usaha mereka. Penilaian yang tetap dan
teratur akan memberikan gambaran tentang kelebihan dan kelemahan siswa.

3. Sebagai umpan balik bagi guru

Yaitu untuk mengetahui tingkat daya dan guna hasil metode mengajar
yang telah digunakan guru dalam proses belajar mengajar.

4. Sebagai umpan balik bagi orang tua

Penilaian sekolah yang rutin akan disimpan orang tua sebagai laporan
tentang apa saja yang dilakukan anaknya disekolah.

5. Sebagai informasi untuk seleksi

Untuk ini sekolah dapat mempermudah memberikan penilaian yang


subjektif untuk menentukan dan mengelompokkan siswa berdasarkan kadar
kemampuan, keaktifan, dan kedisiplinan mereka yang terlihat setelah adanya
evaluasi.

Tujuan lain dari diadakannya evaluasi adalah sebagai berikut:

• Untuk mengetahui seberapa jauh hasil yang dicapai dalam proses pendidikan yang
telah dilaksanakan.
• Untuk mengetahui apakah suatu mata pelajaran yang diajarkan dapat dilanjutkan
dengan bahan yang baru atau harus diulangi kembali.
• Untuk mendapatkan bahan-bahan informasi guna menentukan apakah siswa
tersebut dapat dinaikkan ke kelas yang lebih tinggi ataukah harus mengulang
dikelas semula.

4
• Untuk membandingkan apakah prestasi yang dicapai oleh anak-anak sudah sesuai
dengan kapasitasnya atau belum.
• Untuk mengetahui taraf efisiensi metode yang dipergunakan dalam proses
pembelajaran.

C.       Fungsi Psikologis Evaluasi

Selanjutnya, evaluasi juga mengandung fungsi psikologis yang cukup


penting bagi siswa ,guru dan orang tuanya.

•        Bagi siswa, penilaian guru merupakan alat bantu untuk mengatasi kekurangan


ataupun ketidakmampuannya dalam menilai kemampuan dan kemajuan dirinya
sendiri. Dengan mengetahui taraf kemampuan dan kemajuan dirinya sendiri, siswa
memiliki self-consciousness, kesadarannya yang lugas mengenai eksistensi
dirinya, dan juga metacognitive, pengetahuan yang benar mengetahui batas
kemampuan akalnya sendiri (Mulcahy et al, 1991).

•        Bagi para guru, hasil evaluasi prestasi tersebut dapat membantu mereka dalam
menentukan warna sikap “efikasi-diri dan “efikasi-kontekstual”

•      Bagi orangtua atau wali siswa, dengan evaluasi itu kebutuhan akan


pengetahuan mengenai hasil usaha dan tanggung jawabnya mengembangkan
potensi anak akan terpenuhi

D.       Syarat Alat Evaluasi

Persyaratan pokok penyusunan alat evaluasi yang baik dalam perspektif


psikologi belajar (The Psychologi of Learning) meliputi dua macam, yakni:
Reliabilitas dan Validitas (Cross, 1974; Barlow, 1985; Butler, 1990).

5
•        Reliabilitas

Azwar (1987: 173) menyatakan bahwa validitas berasal dari kata validity
yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen
pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes dikatakan memiliki
validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukur secara tepat
atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya
pengukuran tersebut. Artinya hasil ukur dari pengukuran tersebut merupakan
besaran yang mencerminkan secara tepat fakta atau keadaan sesungguhnya dari
apa yang diukur..

•        Validitas

Reliabilitas berasal dari kata reliability berarti sejauh mana hasil suatu
pengukuran dapat dipercaya. Suatu hasil pengukuran dapat dipercaya apabila
dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang
sama, diperoleh hasil pengukuran yang relatif sama, selama aspek yang diukur
dalam diri subyek memang belum berubah. Nur (1987: 47) menyatakan bahwa
reliabilitas ukuran menyangkut seberapa jauh skor deviasi individu, atau skor-z,
relatif konsisten apabila dilakukan pengulangan pengadministrasian dengan tes
yang sama atau tes yang ekivalen.

E.  Ragam Jenis Evaluasi

Berikut adalah criteria-kriteria yang dapat digunakan untuk membedakan jenis tes,
yaitu:

1.  Kriteria Cara penyusunan

Berdasarkan Kriteria ini, tes dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1.Tes Terstandar

Standar dalam tes dimaksudkan bahwa semua siswa menjawab


pertanyaan-pertanyaan yang sama dari sejumlah besar pertanyaan dikerjakan
dengan mengikuti petunjuk yang sama dan dalam batasan waktu yang sama pula.

6
2.Tes Buatan Guru

Berbeda dengan tes standar, tes buatan guru ini lebih mengandalkan pertimbangan
dan penilaian guru sendiri, mengenai apa yang perlu diteskan dan bagaimana cara
mengetesnya.

   

  Kriteria Tujuan Penyelenggaraan

•        Tes Seleksi, adalah tes yang dibuat untuk memilih peserta yang memenuhi
persyaratan guna diikutsertakan dalam suatu kegiatan.

•        Tes Penempatan, pada umumnya dilakukan menjelang dimulainya suatu


program pengajaran, dengan maksud untuk menempatkan seseorang pada
kelompok yang sesuai dengan tingkat kemampuannya.

•        Tes hasil belajar, dilakukan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai oleh
suatu bentuk pengajaran.

•        Tes diagnostic, digunakan untuk memastikan kesulitan belajar yang dialami


siswa.

•        Tes uji coba, adalah tes yang dibuat untuk mengetahui apakah suatu perangkat
tes yang masih dalam penyusunan memiliki cirri tes yang baik dalam artian luas.

3.  Kriteria Tahapan atau Waktu Penyelenggaraan

•          Tes Masuk, dibuat sebelum dan menjelang suatu program pengajaran dimulai.

•          Tes Formatif, adalah tes yang bertujuan untuk mencari umpan balik, yang
selanjutnya hasil tes tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar
mengajar yang sedang berlangsung atau sudah dilaksanakan.

•          Tes Sumatif, adalah tes yang dilakukan untuk memperoleh data atau informasi
sampai dimana penguasaan atau pencapaian belajar siswa terhadap bahan
pelajaran yang telah dipelajari selama dalam jangka waktu tertentu.

7
•        Prates, dimaksudkan untyk mengetahui tingkat kemampuan yang dimiliki siswa
pada awal pengajaran yang akan diikutinya, jadi hasil prates ini tidak
mempengaruhi penerimaan seseorang pada suatu program.

•          Postes, dilakukan menjelang atau pada akhir program.

4.  Kriteria Acuan Penilaian

Berdasarkan acuan interpretasi nilai tes, tes pada umumnya dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu:

•          Tes Acuan Norma, pada penerapan acuan norma, tingkat pencapaian
kebanyakan peserta tes itu dianggap sebagai tingkat pencapaian yang normal.

•        Tes Acuan Patokan, diterapkan untuk pencapaian patokan yang dijadikan


ukuran tercapai tidaknya tingkat kemampuan siswa dalam suatu bidang studi
terendah yang ditentukan.

5.  Kriteria Bentuk Jawaban

Ditinjau dari bentuk jawaban yang digunakan oleh peserta . Tes dapat dibedakan
atas dua macam bentuk yaitu:

•        Bentuk Objekif

Yakni tes yang bentuk jawabannya dapat diberi skor nilai secara lugas
(seadanya),Ada lima macam tes yang termasuk dalam evaluasi bentuk objektif ini,
yaitu:

•        Tes Benar-Salah, terdiri atas pernyataan yang mengandung pengertian atau


pendapat tertentu: pernyataan itu dapat benar, dapat salah.

•        Tes Pilihan Ganda, yaitu tes pilihan yang menyediakan lebih dari dua jawaban
alternative.

•        Tes Pencocokan (Menjodohkan), disusun dalam dua daftaryang masing-masing


memuat kata, istilah, atau kalimat yang diletakkan bersebelahan.

•        Tes Isian, biasanya berbentuk cerita atau karangan pendek, yang pada bagian-
bagian yang memuat istilah atau nama tertentu dikosongkan.

8
•        Tes Melengkapi, yaitu melengkapi bagian yang kosong dari kalimat-kalimat
yang tersusun dalam bentuk karangan atau cerita pendek, tetapi dalam bentuk
kalimat-kalimat yang masing-masing berdiri sendiri.

•        Bentuk Subjektif

Alat evaluasi yang berbentuk tes subjektif adalah alat pengukur prestasi
belajar yang jawabannya tidak ternilai dengan skor atau angka pasti, seperti yang
digunakan untuk evaluasi objektif. Hal ini disebabkan banyaknya ragam gaya
jawaban yang diberikan oleh peserta didik.

F.  Prinsip-prinsip Evaluasi Hasil Belajar

Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam menyelenggarakan evaluasi


hasil belajar. Prinsip-prinsip tersebut meliputi:

•        Prinsip Integralitas. Suatu rancangan evaluasi hasil belajartidak hanya


menyangkut konsep-konsep, pengetahuan dan keterlampilan saja, melainkan juga
mencakup aspek-aspek kepribadian lainnya, seperti: apresiasi, sikap minat,
pemikiran, kritis, penyesuaian diri, baik personal maupun social.

•        Prinsip Kontinuitas. Prinsip ini secara implicit mengharuskan pendidik untuk


menilai tidak hanya sekali saja, melainkan berkesinambungan selama proses
pembelajaran.

•        Prinsip Obyektifitas. Artinya, hasil evaluasi harus dapat ditafsirkan dengan jelas


dan tegas.

G.  Evaluasi Prestasi Afektif

Berikut kilasan secara singkat alternatif pengukuran keberhasilan belajar baik


yang berdimensi pada aspek taksonomi yaitu:

Evaluasi Prestasi Daerah Afektif (Affective Domain) Dalam merencanakan


penyusunan instrument tes prestasi siswa yang berdimensi afektif (ranah rasa)

9
jenis-jenis prestasi internalisasi dan karakterisasi. Seyogianya mendapat perhatian
khusus, karena kedua jenis prestasi ranah rasa itulah yang lebih banyak
mengendalikan sikap dan perbuatan siswa.

H.  Dampak Hasil Evaluasi Terhadap Psikologi Anak Didik.

Sebagai kegiatan yang bertujuan untuk menilai keberhasilan anak didik,


evaluasi mempunyai pengaruh dan memegang peranan yang sangat penting.
Sebab, melalui evaluasi guru dapat menentukan apakah siswa yang diajarnya
sudah memiliki kompetensi yang telah ditetapkan, sehingga mereka layak
diberikan program pembelajaran baru; atau malah sebaliknya siswa belum bisa
mencapai standar minimal, sehingga mereka perlu diberikan program remedial.

Sedangkan pengaruh dari hasil evaluasi itu sendiri ada dua kemungkinan
yang dapat kita lihat, diantaranya yaitu; jika hasil evaluasi seorang anak didik
memuaskan evaluasi dapat menimbulkan rasa bangga dan lebih percaya diri
terhadap kemampuannya, bahkan tidak sedikit juga dengan hasil memuaskan
tersebut, evaluasi menimbulkan rasa sombong dan besar hati pada diri peserta
didik tersebut. Dan jika hasil tersebut belum mencapai kepada hal yang
ditargetkan, sangat signifikan hal ini sering menimbulkan rasa minder, dan
mungkin juga hilang kepercayaan dirinya. Namun tidak menutup kemungkinan
juga dari hasil yang tidak memuaskan tersebut timbul sebuah motivasi pada diri
peserta didik untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya.Oleh karena itu, para
pendidik seyogyanya mengantisipasi  apa yang akan terjadi pada diri siswa setelah
mengadakan evaluasi.

10
DAFTAR PUSTAKA

Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT


Gramedia, 2009 ).cet.V, hlm.397.

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan”Dengan Pendekatan


Baru”  (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010). Cet.XV, hlm.139

M. Sulthon Masyhud, Moh Khusnurdilo, Manajemen Pondok


Pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka, 2003), Cet.I, hlm.98

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan”Dengan Pendekatan


Baru”  (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010). Cet.XV, hlm.140.

Azwar, Saifuddin. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Liberty:


Yogyakarta, 1988.

Azwar, Saifudidin. Sikap Manusia Terori dan Pengukurannya.


Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.

11

Anda mungkin juga menyukai