Anda di halaman 1dari 14

“TUJUAN PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN EVALUASI DALAM

PEMBELAJARAN“

A. PENGUKURAN
Pengukuran dalam bidang pendidikan pada umumnya dan keolahragaan
khususnya mempunyai peranan yang sangat penting. Pengukuran ini dapat digunakan
untuk menentukan tingkat, membebaskan peserta dari suatu kesatuan pelajaran,
menaikkan peserta dari suatu tingkat ke tingkat yang lebih tinggi, memberikan umpan
balik untuk memperbaiki unjuk kerja, menempatkan individu-individu ke dalam
kelompok-kelompok tertentu atau menentukan suatu bentuk latihan yang khusus.
Pada pokoknya, penentuan status mencakup semua tujuan-tujuan lain pada
pengukuran dan evaluasi nantinya.
Berikut ini diuraikan tujuan-tujuan pengukuran sebagaimana tersebut di atas:
a. Pengelompokkan.
Salah satu tujuan pengukuran dan evaluasi adalah untuk pengelompokkan.
Pengelompokkan ini berdasarkan tingkat keterampilan, umur, jenis kelamin, kondisi
kesehatan, dan minat. Sebagai upaya memperbaiki proses pembelajaran, guru dapat
menempatkan siswanya ke dalam kelompok-kelompok tertentu, sesuai dengan tingkat
kemampuannya. Siswa dengan kemampuan yang tinggi tidak harus dipaksa bertahan
dengan teman sekelompoknya yang berkemampuan kurang. Demikian juga
sebaliknya.
Pengelompokkan tersebut didasarkan atas penafsiran guru terhadap susunan
kelompok. Jika kelompok atau kelas yang dihadapi memiliki susunan yang normal
dan homogen, maka kelas tersebut tidak perlu dibagi-bagi dalam kelompok.
Sebaliknya jika kelompok atau kelas yang dihadapi heterogen, maka kelas itu perlu
dibagi dalam beberapa kelompok berdasarkan prestasi masing-masing. Dengan
dilakukannya pengukuran dan evaluasi, siswa dapat dikelompokkan pada kelompok
yang tepat.
Jika siswa ditempatkan pada kelompok yang setara tingkat keterampilannya,
guru dapat menyusun program pelajaran secara individual. Keuntungan lain yang
diperoleh dari pengelompokkan ini adalah siswa dapat berani, lebih lancar, lebih aktif
ketika berlatih, karena mereka bersaing dengan siswa lain yang berkemampuan setara.
Dengan kata lain, tujuan penempatan siswa ke dalam kelompok yang setara adalah
untuk memperbaiki proses pembelajaran.

1
b. Penilaian.
Tujuan utama penilaian adalah memberi informasi tentang kemajuan yang
dicapai dalam proses pembelajaran yang dikerjakan dan posisi siswa di dalam
kelompoknya. Dengan mempertimbangkan seluruh faktor, penilaian harus dilakukan
secara objektif sehingga dapat mencerminkan kemajuan yang diperoleh, dan
perbaikan-perbaikan yang diperlukan. Oleh karena itu, pengukuran diperlukan untuk
selanjutnya melakukan penilaian.
c. Motivasi.
Motivasi merupakan kekuatan yang memandu seseorang untuk mencapai hasil
yang tertinggi. Apabila dilaksanakan secara tepat, evaluasi dapat merupakan proses
memotivasi yang positif. Demikian pula sebaliknya, bila dilakukan secara
sembarangan evaluasi dapat mengurangi motivasi.
Motivasi yang terbesar adalah keberhasilan. Agar siswa tetap memiliki
motivasi, mereka harus mengetahui bahwa dirinya berkembang kemampuannya. Tes-
tes keterampilan olahraga memungkinkan siswa untuk berkompetisi dengan dirinya
sendiri sebagai cara untuk mengukur kemajuannya.
Hasil evaluasi dapat dimanfaatkan oleh peserta didik untuk membangkitkan
minat dan motivasi belajar. Hal ini dapat dilakukan jika peserta didik mengetahui
hasil evaluasi yang dicapainya, mengetahui kesalahan-kesalahannya dan bagaimana
solusinya. Di samping itu, hasil evaluasi dapat membentuk sikap positif peserta didik
terhadap mata pelajaran, termasuk juga terhadap guru, proses pembelajaran,
lingkungan dan evaluasi pembelajaran, bahkan dapat membantu pemahaman peserta
didik menjadi lebih baik. Banyak hasil penelitian yang menunjukkan adanya
hubungan yang signifikan antara minat, motivasi dan sikap peserta didik terhadap
hasil belajarnya. Oleh sebab itu, hasil evaluasi perlu dimanfaatkan oleh peserta didik
untuk mengembangan sikap, minat dan motivasi belajar.
d. Penelitian.
Penelitian adalah penyelidikan yang dilakukan secara sistematis untuk
meningkatkan ilmu pengetahuan. Mutu data yang dikumpulkan bergantung pada
ketelitian dan ketepatan alat ukur, teknik pengukuran, dan kelayakan tes. Dengan
menggunakan tes yang mengukur unjuk kerja fisik dalam penelitian, diharapkan dapat
membantu guru/pelatih dalam menyusun program pelatihan yang tepat, membantu
memecahkan masalah-masalah dalam proses pembelajaran, dan memperbaiki program

2
latihan yang telah dijalankan. Dengan demikian, penelitian dapat dianggap sebagai
sarana. Informasi data yang dikumpulkan untuk tujuan-tujuan penelitian harus
dievaluasi keberartiannya. Jadi, tujuan penting pengukuran dan evaluasi adalah
menyediakan sarana-sarana yang diperlukan untuk mengadakan penelitian.

B. PENILAIAN
Penilaian di bidang pendidikan adalah pengukuran aspek–aspek tingkah laku
yang nampak dan dianggap mencerminkan prestasi, bakat, sikap, dan aspek–aspek
kepribadian lain. Chittenden (1994) mengemukakan tujuan penilaian (assessment
purpose) meliputi:
1. Keeping track, yaitu untuk menelusuri dan melacak proses belajar peserta didik
sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah ditetapkan. Untuk itu,
guru harus mengumpulkan data dan informasi dalam kurun waktu tertentu melalui
berbagai jenis dan teknik penilaian untuk memperoleh gambaran tentang pencapaian
kemajuan belajar peserta didik.
2. Checking-up, yaitu untuk mengecek ketercapaian kemampuan peserta didik dalam
proses pembelajaran dan kekurangan-kekurangan peserta didik selama mengikuti
proses pembelajaran. Dengan kata lain, guru perlu melakukan penilaian untuk
mengetahui bagian mana dari materi yang sudah dikuasai peserta didik dan bagian
mana dari materi yang belum dikuasai.
3. Finding-out, yaitu untuk mencari, menemukan dan mendeteksi kekurangan
kesalahan atau kelemahan peserta didik dalam proses pembelajaran, sehingga guru
dapat dengan cepat mencari alternatif solusinya.
4. Summing-up, yaitu untuk menyimpulkan tingkat penguasaan peserta didik terhadap
kompetensi yang telah ditetapkan. Hasil penyimpulan ini dapat digunakan guru untuk
menyusun laporan kemajuan belajar ke berbagai pihak yang berkepentingan.
Berdasarkan pendapat si atas, penilaian memiliki tujuan yang sangat penting
dalam pembelajaran, diantaranya:
1) Sebagai grading.
Penilaian ditujukan untuk menentukan atau membedakan kedudukan hasil
kerja peserta didik dibandingkan dengan peserta didik lain. Penilaian ini akan
menunjukkan kedudukan peserta didik dalam urutan dibandingkan dengan anak yang
lain. Karena itu, fungsi penilaian untuk grading ini cenderung membandingkan anak
dengan anak yang lain sehingga lebih mengacu kepada penilaian acuan norma (norm-

3
referenced assessment). Artinya sekelompok siswa yang mempunyai hasil penilaian
yang sama, akan berada pada kelompok yang sama dalam belajar.
2) Sebagai alat seleksi.
Penilaian ditujukan untuk memisahkan antara peserta didik yang masuk dalam
kategori tertentu dan yang tidak. Peserta didik yang boleh masuk sekolah tertentu atau
yang tidak boleh. Dalam hal ini, fungsi penilaian untuk menentukan seseorang dapat
masuk atau tidak di sekolah tertentu.
3) Untuk menggambarkan sejauh mana seorang peserta didik telah menguasai
kompetensi.
4) Sebagai pengukur keberhasilan.
Artinya untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan.
5) Sebagai bimbingan.
Penilaian bertujuan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam
rangka membantu peserta didik memahami dirinya, membuat keputusan tentang
langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian
maupun untuk penjurusan.
6) Sebagai alat diagnosis.
Artinya dengan mengadakan penilaian, guru mengadakan diagnosa kepada
siswa tentang kebaikan dan kelemahannya. Penilaian bertujuan menunjukkan
kesulitan belajar yang dialami peserta didik dan kemungkinan prestasi yang bisa
dikembangkan. Ini akan membantu guru menentukan apakah seseorang perlu
remidiasi atau pengayaan.
6) Sebagai alat prediksi, penilaian bertujuan untuk mendapatkan informasi
yang dapat memprediksi bagaimana kinerja peserta didik pada jenjang pendidikan
berikutnya atau dalam pekerjaan yang sesuai. Contoh dari penilaian ini adalah tes
bakat skolastik atau tes potensi akademik.
7) Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar.
8) Penilaian pencapaian kompetensi peserta didik.
9) Sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan belajar siswa.
Hasil evaluasi dapat dimanfaatkan untuk menyusun laporan kepada orang tua
guna menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Hal ini
dimaksudkan agar orang tua mengetahui kemajuan dan prestasi yang telah dicapai
oleh siswa. Oemar Hamalik (1989) menjelaskan, “tujuan dari pelaporan adalah untuk
mengikhtisarkan, mengorganisasi, dan menafsirkan hasil tes sehingga dapat

4
memberikan gambaran tentang status dan kemajuan perseorangan, kelas, dan
sekolah.” Bentuk laporan dapat dilakukan secara tertulis maupun lisan. Laporan lisan
dimaksudkan agar terjadi komunikasi secara efektif antara sekolah dengan pihak yang
menerima laporan, dan juga membentuk hubungan emosional yang lebih kental antara
kedua belah pihak. Laporan tertulis dimaksudkan agar dapat memberikan petunjuk
yang permanen. Laporan tertulis dapat didokumentasikan dan pada waktunya dapat
dijadikan data untuk dianalisis lebih lanjut.
Selain tersebut di atas, penilaian dalam pembelajaran juga memberikan makna
bagi warga sekolah, antara lain:
1. Bagi Siswa
a) Memuaskan.
Jika siswa memperoleh hasil yang memuaskan maka siswa akan termotivasi
untuk belajar lebih giat agar mendapat hasil yang lebih memuaskan lagi.
b) Tidak memuaskan.
Jika siswa tidak puas dengan hasil yang diperoleh maka siswa akan termotivasi
untuk belajar lebih giat lagi.
Hasil evaluasi bisa juga dimanfaatkan peserta didik untuk memilih teknik
belajar yang tepat dan benar. Seperti diketahui, banyak sekali teknik atau cara belajar
peserta didik yang digunakan selama ini kurang baik. Misalnya, melakukan kegiatan
belajar jika besok mau ujian, mengerjakan tugas atau latihan dengan “copy-paste”,
dan sebagainya. Dengan kata lain , jika hasil evaluasi peserta didik kurang baik dan
mereka mengetahuinya, tentu diharapkan mereka dapat memperbaiki teknik
belajarnya.
2. Bagi Guru
a) Guru dapat mengetahui siswa mana yang berhasil menguasai materi dan
siswa mana yang belum berhasil menguasai materi.
b) Guru dapat mengetahui apakah materi yang diberikan dapat diterima oleh
siswa sehingga untuk memberikan pengajaran di waktu yang akan datang tidak perlu
diadakan perubahan.
c) Guru dapat mengetahui apakah metode yang digunakan sudah tepat atau
belum. Hasil evaluasi dapat dijadikan feedback bagi guru dalam melakukan perbaikan
terhadap sistem pembelajaran. Jika prestasi belajar peserta didik kurang baik, pada
umumnya guru “menyalahkan” peserta didiknya, tetapi jika prestasi belajar peserta
didik baik atau memuaskan maka guru akan mengatakan itu merupakan hasil dari

5
perbuatan mengajarnya. Pernyataan ini tentu tidak dapat disalahkan atau dibenarkan
karena banyak faktor yang memengaruhi prestasi belajar peserta didik. Faktor tersebut
dapat timbul dari guru atau peserta didik itu sendiri.
d) Dalam rangka promosi peserta didik, baik untuk menentukan kenaikan kelas
atau kelulusan, guru dapat memanfaatkan hasil evaluasi guna menafsirkan dan
memutuskan sejauh mana taraf kesiapan peserta didik dapat melanjutkan ke kelas atau
ke jenjang pendidikan berikutnya sesuai dengan kemampuan peserta didik masing-
masing. Artinya, jika penafsiran guru peserta didik sudah siap, maka peserta didik
dapat melanjutkan ke kelas atau jenjang pendidikan berikutnya. Sebaliknya, jika
penafsiran guru ternyata peserta didik belum siap, maka peserta didik harus
mengulang lagi di kelas semula.
e) Selanjutnya, penilaian mempermudah menentukan kedudukan belajar dalam
kelas. Kedudukan belajar ini dapat dilihat secara kelompok maupun perseorangan.
Secara kelompok, maksudnya guru melihat kedudukan peserta didik secara kelompok
melalui perhitungan rata-rata kelompok dan membandingkan antara kelompok satu
dengan kelompok yang lain. Secara perseorangan, maksudnya guru melihat
kedudukan belajar melalui perhitungan prestasi belajar peserta didik secara
perseorangan. Guru juga dapat membandingkan antara prestasi belajar seorang peserta
didik dengan peserta didik lainnya dalam satu kelompok.
3. Bagi Sekolah
a) Dengan penilaian dapat diketahui hasil belajar siswa begitu pula kondisi
belajar yang diciptakan sudah sesuai harapan atau belum. Karena hasil belajar
merupakan cerminan kualitas sekolah.
b) Informasi dari guru tentang tepat tidaknya kurikulum untuk sekolah sebagai
bahan pertimbangan bagi perencanaan sekolah untuk masa yang akan datang.

C. EVALUASI
Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui keefektifan dan
efisiensi sistem pembelajaran, baik yang menyangkut tentang tujuan, materi, metode,
media, sumber belajar, lingkungan maupun sistem penilaian itu sendiri. Adapun
secara khusus, tujuan evaluasi adalah untuk:
1. Mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah
ditetapkan.

6
2. Mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik dalam proses
belajar. Sehingga dapat dilakukan diagnosis dan kemungkinan memberikan remedial
teaching.
3. Mengetahui efisiensi dan efektifitas strategi pembelajaran yang digunakan
guru, baik yang menyangkut metode, media maupun sumber-sumber belajar.
Selain itu, Depdiknas (2003:6) mengemukakan tujuan evaluasi pembelajaran
sebagai berikut:
a) Melihat produktivitas dan efektivitas kegiatan belajar-mengajar.
b) Memperbaiki dan menyempurnakan kegiatan guru.
c) Memperbaiki dan menyempurnakan dan mengembangkan program belajar-
mengajar.
d) Mengetahui kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi oleh siswa selama kegiatan
belajar dan mencarikan jalan keluarnya.
e) Menempatkan siswa dalam situasi belajar-mengajar yang tepat sesuai dengan
kemampuannya.
Apabila kita melihat dari tujuan evaluasi yang dikemukakan oleh Departemen
Pendidikan Nasional maka sudah sangat jelas bahwa yang namanya evaluasi memiliki
peran yang sangat vital dalam pembelajaran. Dari semuanya itu saya bisa katakan
bahwa tujuan evaluasi yaitu memperbaiki semua aspek yang kita butuhkan untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional.
Lebih jauh, evaluasi juga adalah untuk melihat dan mengetahui proses yang
terjadi dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran sendiri memiliki 3 hal
penting yaitu input, transformasi dan output. Input adalah peserta didik yang telah
dinilai kemampuannya dan siap menjalani proses pembelajaran. Transformasi adalah
segala unsur yang terkait dengan proses pembelajaran yaitu guru, media dan bahan
belajar, metode pengajaran, sarana penunjang dan sistem administrasi. Sedangkan
output adalah capaian yang dihasilkan dari proses pembelajaran.
Tujuan evaluasi pembelajaran lain ialah sebagai berikut:
a. Evaluasi dapat memberikan informasi untuk mengembangkan program
kurikulum. Informasi ini sangat dibutuhkan baik untuk guru maupun untuk para
pengembang kurikulum khususnya untuk perbaikan program selanjutnya.
b. Evaluasi berguna untuk para pengembang kurikulum khususnya dalam
menentukan kejelasan tujuan khusus yang ingin dicapai. Misalnya apakah tujuan itu
mesti dikurangi atau ditambah.

7
b. Informasi dari hasil evaluasi dapat digunakan oleh siswa secara individual
dalam mengambil keputusan, khususnya untuk menentukan masa depan sehubungan
dengan bidang pekerjaan serta pengembangan karir.
c. Guru dapat memanfaatkan hasil evaluasi, seperti merumuskan kompetensi
dasar dan indikator, menyusun tingkat kesulitan materi, menentukan strategi
pembelajaran yang tepat, dan mengembangkan alat evaluasi yang akurat. Jika
kompetensi dasar sudah dirumuskan dalam silabus, berarti guru tinggal merumuskan
indikator. Sebagaimana diketahui bahwa indikator harus dirumuskan dengan mengacu
pada kompetensi dasar dan harus sesuai dengan subpokok bahasan atau subtopik.
Sering kali guru merumuskan indikator yang salah, karena tidak menggunakan kata
kerja operasional, yaitu kata kerja yang spesifik, dapat diukur dan dapat diamati. Jika
tidak, maka guru akan kesulitan menentukan langkah-langkah pembelajaran
berikutnya termasuk menyusun alat evaluasi itu sendiri.
d. Tujuan selanjutnya untuk menentukan perlu atau tidaknya pembelajaran
remedial.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka guru harus melakukan penafsiran terhadap
prestasi kelompok. Misalnya, materi pelajaran dapat dilanjutkan jika seluruh peserta
didik menguasai minimal 80% materi yang telah disampaikan. Sebaliknya, jika
kurang dari standar minimal tersebut, maka materi pelajaran harus diulang.
Pengulangan suatu pelajaran dapat juga dilihat dari hasil penafsiran prestasi
kelompok. Jika prestasi kelompok dianggap sudah mencapai prestasi yang baik, maka
materi pelajaran tidak perlu diulang, tetapi bila prestasi kelompok dianggap masih
kurang, maka materi pelajaran perlu diulang.
e. Bagi orang tua, hasil evaluasi dapat dimanfaatkan untuk mengetahui hasil
belajar peserta didik. Sebagai orang tua tentu berharap agar putra-putrinya berhasil.
Untuk itu, orang tua haruis mengetahui perkembangan belajar anaknya, baik fisik
maupun mental terutama berkaitan dengan prestasi belajar. Hal ini penting terutama
apabila ada diantara peserta didik yang memperoleh prestasi belajar kurang
memuaskan. Orang tua dapat menentukan langkah-langkah apa yang harus ditempuh
untuk memajukan prestasi belajar anaknya. Orang tua juga dapat membimbing
kegiatan belajar peserta didik di rumah. Jika tidak mampu, orang tua dapat menyuruh
anaknya mengikuti bimbingan di luar atau juga mendatangkan guru ahli ke rumah.
f. Bagi administrator sekolah, hasil evaluasi dapat dimanfaatkan untuk
menentukan penempatan peserta didik sesuai dengan kemampuannya,untuk

8
menentukan kenaikan kelas, dan pengelompokkan peserta didik di sekolah, mengingat
terbatasnya fasilitas pendidikan yang tersedia serta indikasi kemajuan peserta didik
pada waktu mendatang.
Hasil evaluasi dapat dimanfaatkan guru untuk membuat kelompok sesuai
dengan prestasi yang diperoleh peserta didik. Bahkan, sekarang ini sudah banyak
sekolah yang membentuk “kelas unggulan”, yaitu kelompok peserta dididk yang
mempunyai prestasi belajar diatas rata-rata. Biasanya diambil dari peserta didik yang
memperoleh peringkat 10 terbesar. Padahal dalam kenyataannya, kelompok ini
mendapat perlakuan yang biasa saja, bahkan cenderung sama dengan kelas lainnya.
Sebaliknya, peserta didik yang memperoleh prestasi belajar dibawah rata-rata
kelompok justru kurang mendapat perhatian serius, seperti memberi bimbingan
belajar, latihan atau tugas-tugas khusus, bahkan bagi peserta didik yang tergolong
“sangat kurang” harus dilakukan diagnosis atau identifikasi tentang faktor-faktor
penyebabnya. Hasil diagnosis atau identifikasi tersebut dapat dijadikan bahan
pertimbangan bagi guru untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran berikutnya. Untuk
guru BP, hasil evaluasi dapat digunakan sebagai acuan dalam mendata permasalahan
yang dihadapi siswa dan alternatif bimbingan dan penyuluhannya
Hasil evaluasi tidak hanya dimanfaatkan untuk laporan ke berbagai pihak,
tetapi juga untuk memotivasi dan mengahargai peserta didik itu sendiri, baik dalam
rangka promosi maupun melihat kelebihan dan kekurangannya, bukan sebaliknya
untuk menakut-nakuti peserta didik dan atau menjatuhkan mentalnya. Diadakannya
evaluasi dalam proses pengembangan sistem pembelajaran dimaksudkan untuk
keperluan perbaikan sistem, pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat,
serta penentuan tindak lanjut hasil pengembangan.

Pengukuran, penilaian, dan evaluasi tidak lepas dari peran fungsinya dalam
pembelajaran. Fungsi formatif ialah apabila hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi
diarahkan untuk memperbaiki bagian tertentu atau sebagian besar bagian kurikulum yang
sedang dikembangkan. Sedangkan fungsi sumatif dihubungkan dengan penyimpulan
mengenai kebaikan dari sistem secara keseluruhan. Fungsi ini baru dapat dilaksanakan jika
pengembangan program pembelajaran telah dianggap selesai. Fungsi bimbingan sendiri
sangat penting untuk mendiagnosis bakat-bakat khusus dan kemampuan (ability) peserta
didik. Bakat skolastik, prestasi, minat, kepribadian, merupakan aspek-aspek penting yang
harus mendapat perhatian dalam proses bimbingan. Informasi dari hasil tes standar

9
(standarized test) dapat membantu kegiatan bimbingan dan seleksi ke sekolah yang lebih
tinggi, memilih jurusan/program studi, mengetahui kemampuan
Bila kita lihat secara menyeluruh, fungsi evaluasi dapat dilihat dari dalam beberapa
aspek diantaranya:
a) Secara psikologis.
Peserta didik selalu butuh untuk mengetahui sampai dimana kegiatan yang telah
dilakukan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Peserta didik adalah manusia yang
belum dewasa. Mereka masih mempunyai sikap dan moral yang heteronom, membutuhkan
pendapat orang-orang dewasa (seperti orang tua dan guru) sebagai pedoman baginya untuk
mengadakan orientasi pada situasi tertentu. Dalam menentukan sikap dan tingkah lakunya,
mereka pada umumnya tidak berpegang kepada pedoman yangberasal dari luar dirinya.
Dalam pembelajaran, mereka perlu mengetahui prestasi belajarnya, sehingga ia merasakan
kepuasan dan ketenangan.
a) Secara sosiologis.
Evaluasi berfungsi untuk mengetahui apakah peserta didik sudah cukup mampu untuk
terjun ke masyarakat. Mampu dalam arti peserta didik dapat berkomunikasi dan beradaptasi
terhadap seluruh lapisan masyarakat dengan segala karakteristiknya. Lebih jauh dari itu,
peserta didik diharapkan dapat membina dan mengembangkan semua potensi yang ada dalam
masyarakat. Hal ini penting, karena mampu-tidaknya peserta didik terjun ke masyarakat akan
memberikan ukuran tersendiri terhadap institusi pendidikan yang bersangkutan. Untuk itu,
materi pembelajaran harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
c) Secara didaktis-metodis.
Evaluasi berfungsi untuk membantu guru dalam menempatkan peserta didik pada
kelompok tertentu sesuai dengan kemampuan dan kecakapannya masing-masing serta
membantu guru dalam usaha memperbaiki proses pembelajarannya.
d) Evaluasi berfungsi untuk mengetahui kedudukan peserta didik dalam kelompok,
apakah ia termasuk anak yang pandai, sedang atau kurang pandai. Hal ini berhubungan
dengan sikap dan tanggung jawab orang tua sebagai pendidik pertama dan utama di
lingkungan keluarga. Anda dan orang tua perlu mengetahui kemajuan peserta didik untuk
menentukan langkah-langkah selanjutnya.
e) Evaluasi berfungsi untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik dalam menempuh
program pendidikannya. Jika peserta didik sudah dianggap siap (fisik dan non-fisik), maka
program pendidikan dapat dilaksanakan. Sebaliknya, jika peserta didik belum siap, maka

10
hendaknya program pendidikan tersebut jangan dulu diberikan, karena akan mengakibatkan
hasil yang kurang memuaskan.
f) Evaluasi berfungsi membantu guru dalam memberikan bimbingan dan seleksi, baik
dalam rangka menentukan jenis pendidikan, jurusan, maupun kenaikan kelas. Melalui
evaluasi, Anda dapat mengetahui potensi peserta didik, sehingga dapat memberikan
bimbingan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Begitu juga tentang kenaikan kelas. Jika
peserta didik belum menguasai kompetensi yang ditentukan, maka peserta didik tersebut
jangan dinaikkan ke kelas berikutnya atau yang lebih tinggi. Kegagalan ini merupakan hasil
keputusan evaluasi, karena itu Anda perlu mengadakan bimbingan yang lebih profesional.
g) Secara administratif.
Evaluasi berfungsi untuk memberikan laporan tentang kemajuan peserta didik kepada
orang tua, pejabat pemerintah yang berwenang, kepala sekolah, guru-guru dan peserta didik
itu sendiri. Hasil evaluasi dapat memberikan gambaran secara umum tentang semua hasil
usaha yang dilakukan oleh institusi pendidikan.
Mursell mengemukakan bahwa evaluasi menurut syarat-syarat psikologis bertujuan
agar guru mengenal siswa selengkap mungkin dan agar siswa mengenal dirinya sesempurna-
sempurnanya. Di samping itu, evaluasi juga berguna untuk meningkatkan hasil pengajaran,
karena itu evaluasi tidak dapat dipisahkan dari belajar dan mengajar, dan intinya adalah
penilaian belajar dengan tujuan untuk memperbaikinya. Penilaian harus dilakukan
oleh semua yang bersangkutan, bukan hanya guru tapi juga siswa sendiri, dan harus ditinjau
dari keseluruhan. Berdasarkan hasil evaluasi, guru dapat mengetahui sampai di mana
penguasaan bahan pelajaran atau kecakapan masing-masing siswa.

Selain itu evaluasi juga dapat digunakan guru sebagai alat untuk memperbesar
motivasi belajar siswa, sehingga dapat mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi. Evaluasi
dalam pembelajaran dapat membantu guru dalam mengambil keputusan-keputusan yang
epektif dalam pembelajaran. Gronlund mengemukakan ada tiga jenis keputusan yang dapat
dilakukan oleh guru berkaitan dengan proses evaluasi, yaitu:

 Keputusan pada permulaan pengajaran.


 Keputusan pada saat pengajaran berlangsung.
 Keputusan pada akhir pembelajaran.

11
Keputusan pada awal pengajaran berkaitan dengan informasi mengenai sejauh mana
kemampuan dan keterampilan yang harus dimiliki siswa untuk memulai pelajaran (entering
behavior), dan sejauh mana bahan pelajaran yang akan diberikan telah diketahui siswa (pre-
test). Keputusan pada saat pengajaran berlangsung berkaitan dengan tugas-tugas belajar mana
yang dapat dilakukan oleh siswa dengan baik, dan tugas-tugas mana yang memerlukan
pertolongan (perlu dibantu), siswa mana yang menghadapi kesulitan dalam belajarnya
sehingga memerlukan program remedial. Keputusan pada akhir pengajaran berkaitan dengan
informasi tentang siswa manakah yang telah menguasai bahan pelajaran yang diberikan serta
dapat melanjutkan kepada program pengajaran berikutnya, dan nilai apa yang harus diberikan
kepada setiap murid.
Selanjutnya Gronlund mengemukakan bahwa evaluasi dalam pembelajaran dapat
membantu siswa dalam:

- Memperkuat motivasi belajarnya.

- Memperbesar daya ingat dan transfer belajarnya.

- Memperbesar pemahaman siswa terhadap keberadaan dirinya.

- Memberikan bahan umpan balik tentang keefektifan pembelajaran.

Ada beberapa hal yang menjadi ciri khas dari evaluasi antara lain:

a) Sebagai kegiatan yang sistematis.

Pelaksanaan evaluasi haruslah dilakukan secara berkesinambungan. Sebuah program


pembelajaran seharusnya dievaluasi disetiap akhir program tersebut.

b) Dalam pelaksanaan evaluasi dibutuhkan data dan informasi yang akurat untuk
menunjang keputusan yang akan diambil. Asumsi-asumsi ataupun prasangka bukan
merupakan landasan untuk mengambil keputusan dalam evaluasi.

c) Kegiatan evaluasi dalam pendidikan tidak pernah terlepas dari tujuan-tujuan


pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Karena itulah pendekatan goal oriented
merupakan pendekatan yang paling sesuai untuk evaluasi pembelajaran.

Evaluasi pembelajaran umumnya dilakukan dalam bentuk tes. Tes juga berguna
sebagai alat untuk melakukan akreditasi, penguasaan (mastery), dan sertifikasi. Tes dapat

12
dipergunakan untuk mengukur kompetensi seorang lulusan. Misalnya, seorang calon guru
sudah dapat dikatakan memiliki kompetensi yang diharapkan setelah dia mampu
mendemonstrasikan kemampuannya di dalam kelas. Untuk mengetahui tingkat penguasaan
kompetensi, kemudian memberikan sertifikat, diperlukan pengukuran dengan alat tertentu,
yaitu tes.

13
MAKALAH

“TUJUAN PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN EVALUASI DALAM


PEMBELAJARAN”

Disusun Oleh :

KELOMPOK 2

1) Yunita Priandini

2) Jemris Osingmahi

3) Jebrin Mosali

4) Welsa Zacharias

5) Rama Wanti Sae

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2018

Anda mungkin juga menyukai