Anda di halaman 1dari 8

MAHASISWA PENDIDIKAN PROFESI GURU

PRAJABATAN TAHAP 1 TAHUN 2022

BIDANG STUDI
PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

Disusun Oleh:
ALDI RINATA/229014495051

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI GURU


UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN 2022
TOPIK 5
Instruksi - Buatlah koneksi antar materi tentang Assessment : Pengertian, Fungsi,
Tujuan, Jenis, Contoh, dengan topik lain yang berkaitan di mata kuliah ini atau
mata kuliah lain atau dengan kehidupan sehari-hari yang berkaitan. Anda dapat
menonton video “Asesmen Nasional, Paradigma Baru Evaluasi Pendidikan
Nasional” sebagai pemicu aplikasi asesmen pada pendidikan selama masa
pandemi.

A. Pengertian Asesmen
Secara umum, asesmen dapat diartikan sebagai proses untuk
mendapatkan informasi dalam bentuk apapun yang digunakan untuk dasar
pengambilan keputusan tentang siswa baik yang menyangkut kurikulumnya,
program pembelajarannya, iklim sekolah maupun kebijakan- kebijakan sekolah.
Keputusan tentang ini termasuk bagaimana guru mengelola pembelajaran di
kelas, bagaimana guru menempatkan siswa pada program-program
pembelajaran yang berbeda, tingkatan tugas-tugas untuk siswa yang sesuai
dengan kemampuan dan kebutuhan masing- masing, bimbingan dan
penyuluhan, dan saran untuk studi lanjut.
Asesmen secara sederhana dapat diartikan sebagai proses pengukuran
dan non pengukuran untuk memperoleh data karakteristik peserta didik dengan
aturan tertentu. Dalam pelaksanaan asesmen pembelajaran, guru akan
dihadapkan pada 3 (tiga) istilah yang sering dikacaukan pengertiannya, atau
bahkan sering pula digunakan secara bersama yaitu istilah pengukuran,
penilaian dan test. Dengan berlandasan pada uraian di atas, dapat di jelaskan
bahwa asesmen pembelajaran yaitu :
1. Asesmen merupakan bagian integral dari proses pembelajaran,
sehingga tujuan asesmen harus sejalan dengan tujuan pembelajaran;
sebagai upaya untuk mengumpulkan berbagai informasi dengan berbagai
informasi dengan berbagai teknik; sebagai bahan pertimbangan penentuan
tingkat keberhasilan proses dan hasil pembelajaran; oleh karenanya
asesmen hendaknya dilakukan dengan perencanaan yang cermat.
2. Asesmen harus didasarkan pada tujuan pembelajaran secara utuh dan
memiliki kepastian kriteria keberhasilan, baik kriteria dari keberhasilan
proses belajar yang dilakukan siswa, ataupun kriteria keberhasilan dari
kegiatan mengajar yang dilakukan oleh pendidik, serta keberhasilan
program pembelajaran secara keseluruhan.
3. Untuk memperoleh hasil asesmen yang maksimal yang dapat
menggambarkan proses dan hasil yang sesungguhnya, asesmen dilakukan
sepanjang kegiatan pengajaran ditujukan untuk memotivasi dan
mengembangkan kegiatan belajar anak, kemampuan mengajar guru
dan untuk kepentingan penyempurnaan program pengajaran.

Beberapa pengertian assessment menurut para ahli:


a. Menurut Richard I. Arends (2008), assessment adalah suatu proses
pengumpulan informasi tentang siswa dan kelas untuk maksud-maksud
pengambilan keputusan instruksional.
b. Menurut Terry Overtun (2008), assessment adalah suatu proses
pengumpulan suatu informasi untuk memonitor kemajuan dan bila
disebutkan dalam definisi saya tentang tes, suatu penilaian ini bisa saja
terdiri dari tes, atau bisa juga terdiri dari berbagai metode seperti obsevasi,
wawancara, monitoring tingkah laku.
c. Menurut Bob Kizlik (2009), Assessment adalah suatu proses dimana
suatu informasi diperoleh berkaitan dengan tujuan pembelajaran. Penilaian
ini adalah istilah yang luas yang mencakup tes. Tes adalah suatu bentuk
khusus dari penilaian. Tes juga adalah salah satu bentuk penilaian.
d. Assessment adalah suatu kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran
berdasarkan kriteria maupun aturan-aturan tertentu. (Eko Putro Widoyoko,
2012).

B. Fungsi Asesmen
Fungsi assesment secara garis besar terdiri dari :
1. Fungsi formatif, merupakan assessment yang digunakan dalam memberikan
umpan balik atau feedback terhadap para guru untuk dijadikan dasar
pada saat memperbaiki serta membenarkan proses pembelajaran dan
juga mengadakan remedial bagi para peserta didik.
2. Fungsi sumatif, merupakan fungsi yang berguna dalam penentuan nilai
belajar siswa dalam satu mata pelajaran tertentu, sehingga selanjutnya
dapat dijadikan bahan memberikan laporan, untuk menentukan kenaikan
kelas serta menentukan lulus atau tidaknya peserta didik.

Fungsi dari penilaian kelas tersebut. Secara rinci fungsi dari penilaian
kelas dapat dijelaskan sebagai berikut (Diknas, 2006):
1. Kalau tujuan pembelajaran adalah pencapaian standar kompetensi maupun
kompetensi dasar, maka penilaian kelas ini dapat menggambarkan
sejauhmana seorang peserta didik telah menguasai suatu kompetensi.
2. Asesmen berbasis kelas dapat berfungsi pula sebagai landasan
pelaksanaan evaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka
membantu peserta didik memahami dirinya, membuat keputusan tentang
langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan
kepribadian maupun untuk penjurusan, dalam hal ini terkait erat dengan
peran guru sebagai pendidik sekaligus pembimbing..
3. Sejalan dengan tujuan asesmen yang telah dikemukakan di atas maka
salah satu fungsi asesmen berbasis kelas ini adalah menemukan kesulitan
belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan peserta didik
dan sebagai alat diagnosis yang membantu pendidik menentukan apakah
seorang siswa perlu mengikuti remedial atau justru memerlukan program
pengayaan.
4. Dengan demikian asesmen juga akan berfungsi sebagai upaya
pendidik untuk dapat menemukan kelemahan dan kekurangan proses
pembelajaran yang telah dilakukan ataupun yang sedang berlangsung.
Temuan ini selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar penentuan langkah
perbaikan proses pembelajaran berikutnya, guna peningkatan capaian hasil
belajar siswa .
5. Kesemuanya dapat dipakai sebagai kontrol bagi guru sebagai pendidik
dan semua stake holder pendidikan dalam lingkup sekolah tentang
gambaran kemajuan perkembangan proses dan hasil belajar peserta didik.

C. Tujuan Asesmen
Menurut pendapat dari Chittenden (1994) ia menyatakan bahwa
tujuan dari penilaian “assessment purpose” merupakan “keeping
track”,checking up, finding out and summing up. Berikut adalah penjelasannya:
1. Keeping track yaitu berguna dalam menelusuri dan melacak proses belajar
dari peserta didik yang mana sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang telah diterapkan.
2. Checking Up yaitu berguna dalam mengecek suatu pencapaian dan
kemampuan dari peserta didik dalam proses belajar dan kekurangan-
kekurangan dari peserta didik pada saat mengikuti proses pembelajaran.
3. Finding Out merupakan suatu proses mencari, menemukan dan
mendeteksi kekurangan kesalahan atau kelemahan dari peserta didik dalam
proses belajar.
4. Summing Up merupakan suatu cara dalam menyimpulkan tingkat
penguasaan siswa terhadap kompetensi yang telah ditetapkan. Hasil dari
penyimpulan ini yang mana dapat digunakan oleh guru dalam menyusun
laporan kemajuan belajar ke berbagai pihak yang saling membutuhkan.

Secara rinci tujuan Asessment tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:


1. Dengan melakukan asesmen berbasis kelas ini pendidik dapat mengetahui
seberapa jauh siswa dapat mencapai tingkat pencapai kompetensi yang
dipersyaratkan, baik selama mengikuti pembelajaran dan setelah proses
pembelajaran berlangsung.
2. Saat melaksanakan asesmen ini, Anda sebagai pendidik juga akan bisa
langsung memberikan umpan balik kepada peserta didik, sehingga tidak
pelu lagi menunda atau menunggu ulangan semester untuk bisa
mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian
kompetensi.
3. Dalam asesmen berbasis kelas ini, Anda juga secara terus menerus dapat
melakukan pemantauan kemajuan belajar yang dicapai setiap peserta didik,
sekaligus Anda dapat mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta
didik sehingga secara tepat dapat menentukan siswa mana yang perlu
pengayaan dan siswa yang perlu pembelajaran remedial untuk mencapai
kompetensi yang dipersyaratkan.
4. Hasil pemantauan kemajuan proses dan hasil pembelajaran yang dilakukan
terus menerus tersebut juga akan dapat dipakai sebagai umpan balik bagi
Anda untuk memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber
belajar yang digunakan, sesuai dengan kebutuhan materi dan juga
kebutuhan siswa.
5. Hasil-hasil pemantauan tersebut, kemudian dapat Anda jadikan sebagai
landasan untuk memilih alternatif jenis dan model penilaian mana yang tepat
untuk digunakan pada materi tertentu dan pada mata pelajaran tertentu,
yang sudah barang tentu akan berbeda. Anda sebagai pendidik yang tahu
persis pertimbangan pemilihannya
6. Hasil dari asesmen ini dapat pula memberikan informasi kepada orang
tua dan komite sekolah tentang efektivitas pendidikan, tidak perlu
menunggu akhir semester atau akhir tahun. Komunikasi antara pendidik,
orang tua dan komite harus dijalin dan dilakukan terus menerus sesuai
kebutuhan.

D. Jenis Asesmen
1. Performance Assesment
Performance Assesment merupakan salah satu jenis Asesment yang
meminta peserta didik agar dapat melakukan demonstasi bersamaan
mengaplikasikan pengetahuan diberbagai situasi yang dikehendaki.
2. Penilaian Portofolio dan Penilaian Proyek
Penilaian proyek ini merupakan suatu tugas dalam bentuk investigasi
yang diawali dengan pengumpulan selanjutnya pengorganisasian dan
evaluasi hingga dengan penyajian data.
3. Product Assesment dan Self Assesment
Product Assesment merupakan suatu proses penilaian keterampilan dengan
cara membuat suatu produk tertentu. Self Assesment dilaksanakan sendiri
oleh peserta didik maupun guru yang bersangkutan dalam kepentingan
pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar di tingkat kelas, terakhir, jenis
Asesment juga bisa dalam bentuk penilaian sikap dan penilaian dengan
basis kelas.

E. Contoh Asesmen
Contoh Assessment diantaranya yaitu
1. Assessment for Learning adalah asesmen yang dilakukan pada saat
pembelajaran sedang berlangsung dan asesmen ini dimaksudkan untuk
memperbaiki kualitas proses belajar dan mengajar. Melalui assessment
for learning guru dapat memberikan umpan balik terhadap proses belajar
peserta didik, memantau kemajuan belajar dan menentukan kemajuan
belajar peserta didik. Contohnya adalah kuis, presentasi, tugas,
dan sebagainya.
2. Assessment as Learning sebenarnya memiliki fungsi yang sama dengan
Assessment for Learning karena keduanya dilaksanakan pada saat
proses pembelajaran. Perbedaannya, Assessment as Learning melibatkan
peserta didik secara aktif dalam kegiatan penilaian tersebut. Contohnya
penilaian diri (self-assessment) dan penilaian oleh teman sejawat (peer-
assessment).
3. Assessment of Learning adalah asesmen yang dilaksanakan di akhir
proses pembelajaran dan dimaksudkan untuk mengukur capaian belajar
atau hasil peserta didi setelah mengikuti proses pembelajaran. Contohnya
yaitu ulangan harian, penilaian tengah semester penilaian akhir tahun
dan sebagainya. Assessment for Learning dan Assessment as
Learning merupakan asesmen formatif sedangkan Assessment as
Learning merupakan asesmen sumatif

F. Koneksi Antar Materi


Setelah menyelesaikan topik ini, maka dapat dikoneksikan dengan
beberapa topik lainnya yang berkaitan di mata kuliah ini atau mata kuliah lain
atau dengan kehidupan sehari-hari yang berkaitan. Adapun koneksi tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Mata Kuliah Teknologi Baru dalam Pengajaran dan Pembelajaran
Pada mata kuliah ini, di topik 2 membahas materi terkait “Lingkungan
Belajar Abad 21”, yang dimana lingkungan belajar abad 21 erat
kaitannya dengan pembelajaran paradigma baru, yaitu pembelajaran yang
membuat peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran dengan kata
lain pembelajaran berpusat kepada peserta didik dan menjadikan
guru hanya sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Hal ini membuat
asesmen yang lebih sering digunakan oleh guru yaitu asesmen formatif
dikarenakan pembelajan paradigma baru lebih membuat peserta
didik terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga penilaian yang dilakukan
oleh guru bukan lagi fokus ke hasil akhir melainkan penilaian dilakukan lebih
banyak pada proses pembelajaran.

2. Mata kuliah Perkembangan peserta didik dan pembelajarannya


Pada mata kuliah ini, di topik 3 membahas materi terkait “Profilling
peserta didik”, hal ini erat kaitannya dengan materi asesmen. Karena untuk
merancang asesmen yang sesuai dan tepat untuk peserta didik,
seorang guru terlebih dahalu harus mengetahui karakteristik peserta
didik diantaranya kemampuan awal dan gaya belajar. Masing- masing
peserta didik memiliki kemampuan awal dan gaya belajar yang berbeda-
beda (visual, audio,audio visual dan kinestetik). Sehingga untuk
mendapatkan hasil belajar yang baik, pembelajaran yang dilakukan oleh
guru semestinya memfasilitasi setiap individu yang berbeda-beda didalam
kelas dan pemberikan asesmen yang sesuai dengan informasi masing-
masing individu.
3. Mata Kuliah Prinsip Pengajaran dan Asessmen yang Efektif I di Sekolah
Menengah”
Pada topik yang telah dipelajari di mata kuliah ini, secara
menyeluruh membahas mengenai materi asesmen. Mulai dari topik 1
“Telaah perencanaan pembelajaran dan asesmen yang disusun oleh guru”,
topik 2 “Merancang perencanaan pembelajaran dan asesmen”, topik 3
“Telaah kesesuaian pembelajaran dengan tingkat capaian dan karakteristik
peserta didik”, topik 4 “Lingkungan kelas aman, nyaman dan berpihak pada
ekosistem pembelajaran,” dan topik 5 “pelaksanaan pembelajaran dan
asesmen yang efektif”. Topik-topik diatas, secara garis besar membahas
tentang cara merancang asesmen yang efektif untuk pembelajaran dan cara
pelaksanaan asesmen yang efektif untuk pembelajaran yang sangat erat
kaitannya dengan materi yang dipelajari saat ini.
Selain itu materi pada topik ini juga terkoneksi dengan materi profiling
peserta didik, dimanamateri ini pada proses profiling peserta didik dilakukan
asessmen diagnostic untuk mengetahui karakteristik peserta didik,
kemampuan awal peserta didik, gaya belajar peserta didik, yang akan
dijadikan sebagai acuan untuk merancang perencanaan pembelajaran yang
sesuai dengan tahap perkembangan dan karakter peserta didik.

4. Mata Kuliah Filosofi Pendidikan


Pemikiran Ki Hadjar Dewantara mengenai merdeka belajar dapat
dilihat dalam pemikirannya mengenai pendidikan yang mendorong
terhadap perkembangan siswa, yaitu pendidikan mengajarkan untuk
mencapai perubahan dan dapat bermanfaat bagi lingkungan
masyarakat. Pendidikan juga merupakan sarana untuk meningkatkan
rasa pecaya diri, mengembangkan potensi yang ada dalam diri karena
selama ini pendidikan hanya mengembangkan aspek kecerdasan tanpa
diimbangi dengan sikap perilaku yang berkarakter dan keterampilan yang
dibutuhkan dalam kehidupan.
Berdasarkan aksentuasi pemikiran Ki Hajar Dewantara yang lebih
mengedepankan Pendidikan karakter maka penilaian sikap mempunyai
porsi tersendiri dalam system assesmen di sekolah dalam setiap kurikulum
yang pernah dicanangkan oleh pemerintah. Assesmen tidak lagi fokus
hanya untuk menilai kognisi siswa akan tetapi lebih dari itu perubahan sikap
menjadi pribadi yang lebih berkarakter setelah melewati proses belajar di
sekolah.
Kebijakan Menteri Pendidikan Nadim makariem sejalan dengan apa
yang menjadi cita-cita Ki Hadjar Dewantara yakni dalam pendidikan
mempertimbangkan keseimbangan cipta, rasa dan karsa. Sebelumnya ujian
nasional selalu menjadi rasa khawatir oleh para siswa, guru maupun orang
tua karena jika tidak bisa mengerjakan ujian nasional maka terancam tidak
lulus sekolah, sehingga bermunculan kunci jawaban yang dijual dengan
berbagai macam harga lengkap dengan kode soal. Dalam kebijakan terbaru,
merdeka belajar siswa dan guru tidak dipusingkan dengan ujian nasional,
namun sekolah dapat membuat penilaian terhadap siswa sesuai dengan
ketentuan. Penilaian tersebut pertama berupa survei karakter yang meliputi
pengetahuan kebhinekaan, gotong royong, siswa akan termotivasi untuk
bersikap peduli terhadap lingkungan sekitarnya maupun mengamalkan nilai-
nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, survei literasi berupa
cara bernalar dan menggunakan bahasa, hal ini mendorong siswa dalam
bernalar dan pemahaman menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Ketiga, survei numerasi berupa pemahaman matematika, siswa di
dorong untuk berpikir kritis dalam pemecahan masalah. Sikap-sikap tersebut
relevan dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara mengenai Tripusat
pendidikan yang diterima oleh peserta didik terjadi dalam tiga ruang lingkup,
yakni: lingkungan keluarga, lingkungan perguruan, dan lingkungan
masyarakat. Ketiga lingkungan tersebut memiliki pengaruh edukatif dalam
pembentukan kepribadian peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai