Antara asesmen dan evaluasi memiliki persamaan yaitu keduanya mempunyai pengertian
untuk membuat keputusan dan menilai suatu objek. Dan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan informasi pada keduannya dapat berupa tes.
Rustaman (2003) mengungkapkan bahwa asesmen lebih ditekankan pada penialain proses.
Sementara itu evaluasi lebih ditekankan pada hasil belajar. Apabila dilihat dari
keberpihakannya, menurut Stiggins (1993) asesmen labih berpihak pada kepentingan peserta
didik. Peserta didik dalam hal ini menggunakan hasil asesmen untuk merefleksikan kekuatan,
kelemahan, dan perbaikan belajar. Sementara itu evaluasi menurut Rustaman (2003) lebih
berpihak kepada kepentingan evaluator.
Yulaelawati (2004) mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan antara evaluasi dengan
asesmen. Evaluasi (evaluation) merupakan penilaian program pendidikan secara menyeluruh.
Evaluasi pendidikan lebih bersifat makro, meluas, dan menyeluruh. Evaluasi program
menelaah komponen-komponen yang saling berkaitan tentang perencanaan, pelaksanaan,
dan pemantauan. Sementara itu asesmen merupakan penilaian dalam scope yang lebih
sempit (lebih mikro) bila dibandingkan dengan evaluasi. Seperti dikemukakan oleh Kumano
(2001) asesmen hanya menyangkut kompetensi peserta didik dan perbaikan program
pembelajaran.
Harlen (1982) mengungkapkan perbedaan antara asesmen dan
evaluasi dalam hal metode. Evaluasi dinyatakan menggunakan kriteria
dan metode yang bervariasi. Asesmen dalam hal ini hanya merupakan
salah satu dari metode yang dipilih untuk evaluasi tersebut. Selain dari
itu, subyek untuk asesmen hanya , sementara itu subyek evaluasi lebih
luas dan beragam seperti peserta didik, guru, materi organisasi, dll.
Yulaelawati (2004) menekankan kembali bahwa scope asesmen
hanya mencakup kompetensi lulusan dan perbaikan cara belajar
peserta didik. Jadi hubungannya lebih pada peserta didik. Ruang
lingkup evaluasi yang lebih luas ditunjukkan dengan cakupannya yang
meliputi isi atau substansi, proses pelaksanaan program pendidikan,
kompetensi lulusan, pengadaan dan pemingkatan tenaga kependidikan,
manajemen pendidikan, sarana dan prasarana, dan pembiayaan.
Fungsi Penilaian
• Menyeluruh
Penguasaan kompetensi/kemampuan dalam mata pelajaran hendaknya menyeluruh, baik
menyangkut standar kompetensi, kemampuan dasar serta keseluruhan indikator
ketercapaian, baik menyangkut domain kognitif (pengetahuan), afektif (sikap, perilaku, dan
nilai), serta psikomotor (keterampilan), maupun menyangkut evaluasi proses dan hasil
belajar.
• Berkelanjutan
Penilaian dilakukan secara berkelanjutan ( direncanakan dan dilakukan terus menerus)
guru mendapatkan gambaran yang utuh mengenai perkembangan hasil belajar peserta didik
sebagai dampak langsung (dampak instruksional/pembelajaran) maupun dampak tidak
langsung (dampak pengiring/nurturan effect) dari proses pembelajaran.
• Berorientasi pada indikator ketercapaian
Sistem penilaian dalam pembelajaran harus mengacu pada indikator ketercapaian yang
sudah ditetapkan berdasarkan kemampuan dasar/kemampuan minimal dan standar
kompetensinya.
• Sesuai dengan pengalaman belajar
Sistem penilaian dalam pembelajaran harus disesuaikan dengan pengalaman belajarnya.
kriteria penilaian
• Validitas
Validitas berarti menilai apa yang seharusnya dinilai dan alat penilaian yang digunakan sesuai dengan kompetensi yang akan
dicapai dan isinya mencakup semua kompetensi yang terwakili secra proposional.
• Reliabelitas
Reliabelitas berkaitan dengan konsistensi (keajegan) hasil penilaian. Penilaian yang reliable (ajeg/dapat dipercaya) memungkinkan
perbandingan yang reliabel dan menjamin konsistensi. Misal, guru menilai dengan proyek, penilaian akan reliabel jika hasil yang
diperoleh itu cenderung sama bila proyek itu dilakukan lagi dengan kondisi yang relatif sama.
• Terfokus pada kompetensi
Penilaian harus terfokus pada pencapaian kompetensi (rangkaian kemampuan), bukan pada penguasaan materi (pengetahuan).
Kompetensi-kompetensi itu diukur dengan membandingkan kemampuan peserta didik sebelum dan sesudah
pembelajaran/pelathan.
• Keseluruhan/komprehensif
Penilaian harus menyeluruh dengan menggunakan beragam cara dan alat untuk menilai beragam kompetensi atau kemampuan
peserta didik dalam mengembangkan sikap yang tergamabar dalam kompetensi lulusan, sehingga tergamabar profil kemampuan
peserta didik. Aspek kreativitas peserta didik, seperti mengembangkan alternative pengukuran dengan alat-alat lainya temasuk
kriteria penilaian.
• Objektivitas
Penilaian harus dilaksanakan secara obyektif dan adil. Pemahaman penilaian harus adil. Maksud adil disini adalah adil terhadap
semua peserta didik tanpa membedakan latar belakang sosial ekonomi, budaya, dan gender (jenis kelamin). Disamping itu harus
adil, juga menyesuaikan dengan karakterstik kekhususan, jenjang dan usia peserta didik.
• Mendidik
Penilain dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran bagi guru dan meningkatkan kualitas belajar bagi peserta didik
khususnya mendidik peserta didik berpikir, berbuat dan berperilaku ilmiah. Disamping itu, penilaian harus memberikan sumbangan
positif terhadap pencapaian belajar peserta didik, atinya hasil penilaian harus dapat dirasakan sebagai penghargaan bagi peserta
didik yang berhasil atau sebagai pemberian motivasi bagi peserta didik yang kurang/belum berhasil.
Teknik Penilaian
• Tes
Jenis teknik penilaian tes terdiri dari tertulis dan
lisan.
a. Tertulis
1) Objektif
Tes objektif adalah tes yang memilki jawaban
pendek. Tes objektif terbagi atas : Benar –Salah
(True-False) (B-S), Menjodohkan (matching), Tes
isian singkat, Isian rumpang (fll in),Pilhan ganda
Essay
Anas (1995:1) mengemukakan bahwa secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris: evaluation;
dalam bahasa Arab: Al-Taqdir; dalam bahasa Indonesia berarti: penilaian. Akar katanya adalah: value;
dalam bahasa Arab: Al-Qimah; dalam bahasa Indonesia berarti: nilai. James and Roffe dalam Sharon, dkk
(2010) berpendapat bahwa “evaluation is comparing the actual and real with the predicted or promised”
dimana perlu adanya renungan atas apa yang dicapai dalam perbandingannya dengan apa yang diharapkan.
Definisi ini juga menggarisbawahi evaluasi bersifat potensial subjektif, dimana individu yang berbeda
cenderung memiliki harapan yang beragam. Dalam kegiatan evaluasi pembelajaran, ada tiga hal yang saling
berkaitan yaitu evaluasi, pengukuran dan tes. Menurut Gronlund dalam Toto dan Cepi (2011:165) evaluasi
adalah suatu proses yang sistematis dari pengumpulan, analisis, dan inerpretasi informasi/data untuk
menentukan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran. Pengukuran adalah adalah suatu proses
yang menghasilkan gambaran berupa angka-angka mengenai tingkatan ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh
individu (siswa). Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis untuk mengukur suatu sampel perilaku.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi lebih bersifat komprehensif yang di
dalamnya meliputi pengukuran, dan tes sebagai suatu alat untuk melaksanakan pengukuran itu sendiri.
Keputusan evaluasi (value judgement) tidak hanya didasarkan pada hasil pengukuran (quantitative
description), dapat pula didasarkan pada hasil pengamatan (qualitative description). Baik yang didasarkan
pada hasil pengukuran maupun bukan pengukuran, pada akhirnya menghasilkan keputusan nilai tentang
suatu objek yang dinilai.
Fungsi dan Tujuan Evaluasi Pembelajaran
Fungsi formatif
Evaluasi dapat memberikan umpan balik bagi guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses
belajar mengajar dan mengadakan program remedial bagi siswa yang belum menguasai sepenuhnya
materi yang dipelajari.
Fungsi sumatif
Evaluasi dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran, menentukan
angka nilai sebagai bahan keputusan kenaikan kelas Adan laporan perkembangan belajar siswa serta
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Fungsi diagnostik
Evaluasi dapat mengetahui latar belakang siswa (psikologis, fisik dan lingkungan) yang
mengalami kesulitan belajar.
Fungsi seleksi dan penempatan
Yaitu hasil evaluasi dapat dijadikan dasar untuk menyeleksi dan menempatkan siswa sesuai
dengan minat dan kemampuan
tujuan evaluasi pembelajaran
• Sikap
• Pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap
bahan pelajaran
• Kecerdasan peserta didik
• Perkembangan jasmani/kesehatan
• Keterampilan
Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif
Penilaian Berbasis Kelas
Selain hal-hal diatas, evaluasi hasil belajar hendaknya: (a) dirancang sedemikian rupa sehingga jelas abilitas yang harus dinilai, materi
evaluasi, alat evaluasi, dan interpretasi hasil evaluasi; (b) menjadi bagian yang integral dari proses belajar mengajar; (c) agar hasilnya obyektif,
evaluasi harus menggunakan berbagai alat evaluasi dan sifatnya komprehensif; (d) diikuti dengan tindak lanjutnya. Dari segi yang lain,
prinsip-prinsip evaluasi dalam pembelajaran meliputi: (a) prinsip keterpaduan; (b) prinsip cara belajar siswa aktif; (c) prinsip kontinuitas; (d)
prinsip koherensi; (e) prinsip keseluruhan; (f) prinsip pedagogis; (g) prinsip diskriminalitas; dan (h) prinsip akuntabilitas.
Tujuan pokok evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui efektivitas prosees belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Indikator
keefektifan itu dapat dilihat dari perubahan tingkah laku yang terjadi pada peserta didik. perubahan tingkah laku yang terjadi dibandingkan
dengan perubahan perubahan tingkahlaku yang diharapkan sesuai dengan tujuan dan isi program pembelajaran. Oleh karena itu, instrumen
evaluasi harus dikembangkan bertitik tolak pada tujuan dan isi program, sehingga bentuk dan format tes yang dikembangkan sesuai dengan
tujuan dan karakteristik bahan ajar serta proporsinya sesuai dengan kelulusan dan kedalaman materi pelajaran yang diberikan. Disamping itu,
hasil evaluasi harus dianalisis dan ditafsirkan secara hati-hati sehingga informasi yang diperoleh betul-betul akurat mencerminkan keadaan
siswa secara objektif.
Informasi yang objektif dapat dijadikan bahan masukan untuk perbaikan proses dan program selanjutnya. Evaluasi dalam pembelajaran
tidak semata-mata untuk menentukan rating siswa, melainkan juga harus dijadikan sebagai teknik atau cara pendidikan. Sebagai teknik atau
alat pendidikan, evaluasi pembelajaran harus dikembangkan secara terlaksana dan terintegrasi dalam program pembelajaran, dilakukan secara
kontinu, mengandung unsur pedagogis, dan dapat lebih mendorong siswa aktif belajar.
Prosedur Pengembangan Alat Evaluasi Pembelajaran
Menurut fungsinya, evaluasi dibedakan kedalam empat jenis, yaitu: formatif, sumatif, diagnostik, dan
penempatan. Evaluasi formatif menekankan pada upaya perbaikan proses pembelajaran. Evaluasi sumatif
lebih menekankan kepada penetapan tingkat keberhasilan belajar setiap siswa yang dijadikan dasar dalam
penentuan nilai, dan/atau kenaikan dan kelulusan siswa. Evaluasi diagnostik menekankan pada upaya
memahami kesulitan siswa dalam belajar, sedangkan evaluasi penempatan menekankan pada upaya untuk
menyelaraskan antara program dan proses pembelajaran dengan karakteristik kemampuan siswa.
Menurut caranya, evaluasi dibedakan atas dua jenis, yaitu: evaluasi kuantitatif dan evaluasi kualitatif.
Evaluasi kualitatif biasanya lebih bersifat subjektif dibandingkan dengan evaluasi kuantitatif. Penilaian
kuantitatif biasanya dinyatakan dalam bentuk angka-angka, sedangkan evaluasi kualitatif dinyatakan dengan
ungkapan seperti “sangat baik, bak, cukup, kurang, sangat kurang” atau “sangat memuaskan, memuaskan,
kurang memuaskan, dan tidak memuaskan”. Evaluasi kuantitatif biasanya dilakukan apabila guru ingin
memberikan nilai akhir terhadap hasil belajar siswanya. Sedangkan evaluasi kualitatif dilakukan apabila
guru ingin memperbaiki hasil belajar siswanya.
Berdasarkan teknisnya, evaluasi dibedakan antara tes dan nontes. Teknik tes dapaat dibedakan menurut
materi yang akan dinilai, bentuk dan caranya. Menurut materi yang dinilai dibedakan tes hasil belajar, tes
kecerdasaan, tes bakat khusus, tes minat, dan tes kepribadian. Menurut bentuknya dibedakan tes uraian dan
tes objektif. Menurut caranya dibedakan tes tulisan, tes lisan, dan tes tindakan. Teknis nontes biasanya
digunakan untuk menilai proses pembelajaran. Alat-alat khusus untuk melaksanakan teknis nontes ini dapat
dilakukan melalui pengamatan, wawancara, angket, hasil karya/laporan, karangan, dan skala sikap .
Bentuk Evaluasi Pembelajaran