Anda di halaman 1dari 42

Keterampilan Penilaian dan evaluasi pembelajaran

Fajar Yumanhadi Aripin, M.Pd


Penilaian pedidikan (educational assesment)
Penilaian pedidikan (educational assesment) adalah Educational assessment is the process
of documenting, usually in measurable terms, knowledge, skill, attitudes, and beliefs
(Glossary of Useful Terms, SABES Home Page). Yang artinya penilaian pendidikan adalah
proses mendokumentasikan,biasanya dalam hal terukur, pengetahuan, keterampilan, sikap,
dan keyakinan. (Wikipedia, the free encyclopedia). Dalam pendidikan, penilaian merujuk
pada berbagai metode atau alat yang menggunakan pendidik untuk mengevaluasi, mengukur,
dan mendokumentasikan kesiapan akademik, kemajuan belajar, keterampilan akuisisi, atau
kebutuhan pendidikan peserta didik.
Penilaian biasanya dirancang untuk mengukur bagian tertentu dari pembelajaran-
misalnya, tingkat pengetahuan mahapeserta didik sudah memiliki konsep atau keterampilan
guru berencana untuk mengajar atau kemampuan untuk memahami dan menganalisis
berbagai jenis teks dan bacaan. Penilaian juga digunakan untuk mengidentifikasi kelemahan
individu peserta didik dan kekuatan sehingga pendidik dapat memberikan dukungan khusus
terhadap pembelajaran tersebut, program pendidikan, atau pelayanan sosial. Selain itu,
penilaian yang dikembangkan oleh beragam kelompok dan individu, termasuk guru,
administrator distrik, universitas, perusahaan swasta, negara departemen pendidikan, dan
kelompok-kelompok yang mencakup kombinasi dari individu-individu dan lembaga.
Berikut ini beberapa pendapat ahli tentang
pengertian penilaian (assesment):
• Menurut James A. Mc. Lounghlin & Rena B Lewis (1994)
• Menurut NSW Departement of Education
• Menurut Suharsimi Arikunto (2009)
• Dalam PP.19/2005 
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa assessment atau
penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan
gambaran perkembangan belajar peserta didik, menjelaskan dan menafsirkan
hasil pengukuran (kuantifikasi suatu objek, sifat, perlaku dan lain-lain),
menggambarkan informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau
ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian adalah
kegiatan mengambil keputusan untuk menentukan sesuatu berdasarkan kriteria
baik buruk dan bersifat kualitatif. Hasil penilaian sendiri walaupun bersifat
kualitatif, dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan
nilai kuantitatif (berupa angka).
Penilaian pendidikan (Educational
evaluation)
Educational evaluation is the evaluation process of
characterizing and appraising some aspect/s of an
educational process. Penilaian pendidikan adalah
proses evaluasi karakteristik dan menilai beberapa
aspek  dari sebuah proses pendidikan. Penilaian
pendidikan (Educational evaluation) juga merupakan
kegiatan professional bahwa idividu dari para pendidik
membutuhkan untuk melaksanakan bila mereka
bermaksud merevisi dan meningkatkan belajar yang
mereka usahakan dalam rangka memfaslitasi.
Beberapa pendapat ahli tentang pengertian
penilaian pendidikan     ( educational evaluation):

• Menurut Edwin Wond dan Gerold W. Brown


• Wrightstone, dkk (1956) 
• Menurut Stufflebeam, dkk (1971) 
• Endang Purwanti (2008: 6)
• S. Eko Putro Widoyoko, 2012
Dari berbagai defenisi diatas, evaluasi adalah adalah kegiatan
atau upaya yang meliputi pengukuran dan penilaian yang
direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan (program,
produksi, prosedur). Untuk selanjutnya hasil dari kegiatan atau
upaya tersebut digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan
atas objek yang dievaluasi.
Persamaan dan Perbedaan Asesmen dan Evaluasi

Antara asesmen dan evaluasi memiliki persamaan yaitu keduanya mempunyai pengertian
untuk membuat keputusan dan menilai suatu objek. Dan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan informasi pada keduannya dapat berupa tes.
Rustaman (2003) mengungkapkan bahwa asesmen lebih ditekankan pada penialain proses.
Sementara itu evaluasi lebih ditekankan pada hasil belajar. Apabila dilihat dari
keberpihakannya, menurut Stiggins (1993) asesmen labih berpihak pada kepentingan peserta
didik. Peserta didik dalam hal ini menggunakan hasil asesmen untuk merefleksikan kekuatan,
kelemahan, dan perbaikan belajar. Sementara itu evaluasi menurut Rustaman (2003) lebih
berpihak kepada kepentingan evaluator.
Yulaelawati (2004) mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan antara evaluasi dengan
asesmen. Evaluasi (evaluation) merupakan penilaian program pendidikan secara menyeluruh.
Evaluasi pendidikan lebih bersifat makro, meluas, dan menyeluruh. Evaluasi program
menelaah komponen-komponen yang saling berkaitan tentang perencanaan, pelaksanaan,
dan pemantauan. Sementara itu asesmen merupakan penilaian dalam scope yang lebih
sempit (lebih mikro) bila dibandingkan dengan evaluasi. Seperti dikemukakan oleh Kumano
(2001) asesmen hanya menyangkut kompetensi peserta didik dan perbaikan program
pembelajaran.
Harlen (1982) mengungkapkan perbedaan antara asesmen dan
evaluasi dalam hal metode. Evaluasi dinyatakan menggunakan kriteria
dan metode yang bervariasi. Asesmen dalam hal ini hanya merupakan
salah satu dari metode yang dipilih untuk evaluasi tersebut. Selain dari
itu, subyek untuk asesmen hanya , sementara itu subyek evaluasi lebih
luas dan beragam seperti peserta didik, guru, materi organisasi, dll.
Yulaelawati (2004) menekankan kembali bahwa scope asesmen
hanya mencakup kompetensi lulusan dan perbaikan cara belajar
peserta didik. Jadi hubungannya lebih pada peserta didik. Ruang
lingkup evaluasi yang lebih luas ditunjukkan dengan cakupannya yang
meliputi isi atau substansi, proses pelaksanaan program pendidikan,
kompetensi lulusan, pengadaan dan pemingkatan tenaga kependidikan,
manajemen pendidikan, sarana dan prasarana, dan pembiayaan.
Fungsi Penilaian

fungsi penilaian digunakan sebagai acuan


untuk memperbaiki kegiatan-kegiatan proses
pembelajaran, acuan untuk menentukan
kenaikan kelas dan kelulusan, alat untuk
menyeleksi, alat untuk penempatan, dan alat
untuk memberikan motivasi belajar peserta
didik.
Fungsi penilaian dibedakan menjadi dua yakni fungsi
hasil belajar dan fungsi evaluasi program pengajaran.
1. Fungsi Hasil Belajar
a. Fungsi Formatif
Adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir program belajar mengajar
untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar mengajar itu sendiri.
Dengan demikian, penilaian formatif berorientasi kepada proses belajar
mengajar. Penilaian ini dapat memberikan informasi yang berupa umpan
balik baik bagi guru/dosen maupun bagi peserta didik/mahapeserta didik.
b. Fungsi Sumatif
Penilaian sumatif dilaksanakan pada akhir program pengajaran, misalnya
pada akhir semester atau akhir tahun ajaran. Tujuannya adalah untuk
melihat hasil yang dicapai oleh peserta didik , yakni seberapa jauh tujuan-
tujuan kurikuler dikuasai oleh peserta didik. Penilaian ini berorientasi
prosuk bukan proses.
c. Fungsi Diagnostik
Penilaian untuk mengungkapkan kesulitan-kesulitan / kelemahan - kelemahan
peserta didik serta faktor penyebabnya. Prosesnya dapat dilakukan pada
permulaan pembelajaran, selama penbelajaran berlangsung ataupun pada akhir
pembelajaran. Penilaian ini dilaksanakan untuk keperluan bimbingan belajar,
pengajaran remedial, menemukan kasus-kasus, dan lain-lain.
d. Fungsi Selektif
Penilaian dapat dipakai untuk menyeleksi masukan (input) dan disesuaikan
dengan ruangan , tempat duduk atau fasilitas lain yang tersedia. Penilaian yang
bertujuan untuk keperluan seleksi, misalnya ujian sarinagn masuk kelemba
pendidikan tertentu.
e. Fungsi Motivasi
Penilaian dipakai untuk memotivasi peserta didik untuk belajar menjadi lebih
tinggi, terutama bagi peserta didik yang ingin menunjukkan kemampuannya.
Fungsi Evaluasi Pengajaran
a. Laporan untuk Orangtua dan Peserta didik
b. Laporan untuk Sekolah
1) Mengadakan remedial
2) Mengadakan pengayaan
3) Perbaikan pembelajaran yang dilakukan
oleh guru
4) Penilaian kinerja guru oleh kepala
sekolah
c. Laporan untuk masyarakat
 Tujuan penilaian

Tujuan penilaian adalah untuk mengetahui kemajuan


belajar peserta didik, untuk perbaikan dan peningkatan
kegiatan belajar peserta didik serta sekaligus memberi
umpan balik bagi perbaikan pelaksanaan kegiatan
belajar. Penilaian secara sistematis dan berkelanjutan
untuk: (1) menilai hasil belajar peserta didik di sekolah
(2) mempertanggungjawabkan penyelenggaraan
pendidikan kepada masyarakat; dan (3) mengetahui
mutu pendidikan di sekolah (Kep. Mendiknas No.
012/U/2001)
• Sebagai grading, penilain ditujukan untuk menentukan atau membedakan kedudukan hasil kerja
peserta didik dibandingkan dengan peserta didik lain. Penilaian ini akan menunjukakan kedudukan
peserta didik dalam urutan dibandingkan dengan anak lain . karena itu fungsi penilain untuk
grading ini cenderung membandingkan anak dengan anak lain sehingga lebih mengacu kepada
penilaian acuan norma (norm referenced assesment).
• Sebagai alat seleksi, penilaian ditujukan untuk memisahkan antara peserta didik yang masung
dalam kategori tertentu dan yang tidak. Peserta didik yang boleh masuk atau tidak di sekolah
tertentu.
• Untuk menggambarkan sejauh mana seorang peserta didik telah menguasai kompetensi.
• Sebagai bimbingan, penilaian bertujuan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam
rangka membantu peserta didik memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah
berikutnya, baik pemilihan program, pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan.
• Sebagai alat diagnosis, penilaian bertujuan untuk menunjukkan kesulitan belajar yang dialami
peseta didik dan kemungkinan prestasi yng bisa dikembangkan. Ini akan membantu guru
menentukan apakah seseorang perlu remedial atau pengajayaan
• Sebgai alat prediksi, penilaian bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dapat memprediksi
bagaimana kinerja peserta didik pada jenjang pendidikan berikutnya atau dalam pekerjaan ynag
sesuai. Contoh dari penilaian ini adalah tes bakat skolastik atau tes potensi akademik.
 Prinsip- prinsip Penilaian

• Menyeluruh
Penguasaan kompetensi/kemampuan dalam mata pelajaran hendaknya menyeluruh, baik
menyangkut standar kompetensi, kemampuan dasar serta keseluruhan indikator
ketercapaian, baik menyangkut domain kognitif (pengetahuan), afektif (sikap, perilaku, dan
nilai), serta psikomotor (keterampilan), maupun menyangkut evaluasi proses dan hasil
belajar.
• Berkelanjutan
Penilaian dilakukan secara berkelanjutan ( direncanakan dan dilakukan terus menerus)
guru mendapatkan gambaran yang utuh mengenai perkembangan hasil belajar peserta didik
sebagai dampak langsung (dampak instruksional/pembelajaran) maupun dampak tidak
langsung (dampak pengiring/nurturan effect) dari proses pembelajaran.
• Berorientasi pada indikator ketercapaian
Sistem penilaian dalam pembelajaran harus mengacu pada indikator ketercapaian yang
sudah ditetapkan berdasarkan kemampuan dasar/kemampuan minimal dan standar
kompetensinya.
• Sesuai dengan pengalaman belajar
Sistem penilaian dalam pembelajaran harus disesuaikan dengan pengalaman belajarnya.
kriteria penilaian
• Validitas
Validitas berarti menilai apa yang seharusnya dinilai dan alat penilaian yang digunakan sesuai dengan kompetensi yang akan
dicapai dan isinya mencakup semua kompetensi yang terwakili secra proposional.
• Reliabelitas
Reliabelitas berkaitan dengan konsistensi (keajegan) hasil penilaian. Penilaian yang reliable (ajeg/dapat dipercaya) memungkinkan
perbandingan yang reliabel dan menjamin konsistensi. Misal, guru menilai dengan proyek, penilaian akan reliabel jika hasil yang
diperoleh itu cenderung sama bila proyek itu dilakukan lagi dengan kondisi yang relatif sama.
• Terfokus pada kompetensi
Penilaian harus terfokus pada pencapaian kompetensi (rangkaian kemampuan), bukan pada penguasaan materi (pengetahuan).
Kompetensi-kompetensi itu diukur dengan membandingkan kemampuan peserta didik sebelum dan sesudah
pembelajaran/pelathan.
• Keseluruhan/komprehensif
Penilaian harus menyeluruh dengan menggunakan beragam cara dan alat untuk menilai beragam kompetensi atau kemampuan
peserta didik dalam mengembangkan sikap yang tergamabar dalam kompetensi lulusan, sehingga tergamabar profil kemampuan
peserta didik. Aspek kreativitas peserta didik, seperti mengembangkan alternative pengukuran dengan alat-alat lainya temasuk
kriteria penilaian.
• Objektivitas
Penilaian harus dilaksanakan secara obyektif dan adil. Pemahaman penilaian harus adil. Maksud adil disini adalah adil terhadap
semua peserta didik tanpa membedakan latar belakang sosial ekonomi, budaya, dan gender (jenis kelamin). Disamping itu harus
adil, juga menyesuaikan dengan karakterstik kekhususan, jenjang dan usia peserta didik.
• Mendidik
Penilain dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran bagi guru dan meningkatkan kualitas belajar bagi peserta didik
khususnya mendidik peserta didik berpikir, berbuat dan berperilaku ilmiah. Disamping itu, penilaian harus memberikan sumbangan
positif terhadap pencapaian belajar peserta didik, atinya hasil penilaian harus dapat dirasakan sebagai penghargaan bagi peserta
didik yang berhasil atau sebagai pemberian motivasi bagi peserta didik yang kurang/belum berhasil.
Teknik Penilaian

• Tes
Jenis teknik penilaian tes terdiri dari tertulis dan
lisan.
a. Tertulis
1) Objektif
Tes objektif adalah tes yang memilki jawaban
pendek. Tes objektif terbagi atas : Benar –Salah
(True-False) (B-S), Menjodohkan (matching), Tes
isian singkat, Isian rumpang (fll in),Pilhan ganda
    Essay

Tes essay adalah jenis tes tertulis yang memerlukan


jawaban sampai ke analisis peserta didik diawali dengan
kata tanya.Tes essay tergi dua, diantaranya:
• Essay terbuka
Pertanyaan yang tidak membatasi jawaban peserta
didik. Contoh: Menurut pendapat saudaara kenapa tugas
itu diselesaikan?
• Essay tertutup
Pertanyaan langsung membatasi jawaban peserta
didik
Lisan
• Non tes
Penilaian non tes dapat dilakukan dengan
menggunakan:
a. Lembaran observasi
b. Lembaran wawancara
c. Lembaran cheklist
d. Lembaran jurnal
e. Lembaran portofolio
Aspek yang Dinilai

• Proses belajar, yaitu seluruh pengalaman yang dilakukan peserta


didik.
• Hasil belajar, yaitu ketercapaian setiap kemampuan dasar , baik
kognitif, afektif, maupun psikomotor, yang diperoleh peserta didik
selama mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu.
• Domain kognitif (pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan
bahasa dan kecerdasan logika-matematika).
• Domain afektif ( sikap dan nilai atau yang mmnencakup
kecerdasan antarpribadi dan kecerdasan intra pribadi, dengan kata
lain kecerdasan emosional).
• Domain psikomotor (keterampilan yang mencakup kecerdasan
kinestetik, kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan musikal).
Sepuluh langkah penilaian

• Buat Kesimpulan Sespesifik Mungkin dan Untuk Membuat


Keputusan-Keputusan
• Deskribsikan informasi yang dibutuhkan
• Lihat Apakah Informasi Sudah ada yang Tersedia
• Putuskan Bila dan Bagaimana Cara Mengumpulkan Informasi
• Bangun Atau Pilih Instrumen Pengumpul Data yang akan
Digunakan
• Kumpulkan Informasi yang Dibutuhkan
• Analisis dan Simpan Informasi
• Bentuk Kesimpulan-kesimpulan
• Buat Keputusan
• Laporan
 Hubungan penilaian dengan pembelajaran

Penilaian yang diadakan guru bertujuan untuk


mengetahui sejauh mana peserta didik telah belajar dan
mencapai apa yang diinginkan guru untuk dipelajari
peserta didik mereka. Sementara pembelajaran
menjamin bahwa peserta didik mereka tersebut
mempelajarinya. Untuk terjadinya hal ini, penilaian-
penilaian, tujuan-tujuan belajar, dan strategi-strategi
butuh untuk dirancang secara berhubungan/memenuhi
satu sama lain sehingga ketiga komponen tersebut
saling menguatkan satu sama lain.
EVALUASI PEMBELAJARAN
Pengertian Evaluasi Pembelajaran

Anas (1995:1) mengemukakan bahwa secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris: evaluation;
dalam bahasa Arab: Al-Taqdir; dalam bahasa Indonesia berarti: penilaian. Akar katanya adalah: value;
dalam bahasa Arab: Al-Qimah; dalam bahasa Indonesia berarti: nilai. James and Roffe dalam Sharon, dkk
(2010) berpendapat bahwa “evaluation is comparing the actual and real with the predicted or promised”
dimana perlu adanya renungan atas apa yang dicapai dalam perbandingannya dengan apa yang diharapkan.
Definisi ini juga menggarisbawahi evaluasi bersifat potensial subjektif, dimana individu yang berbeda
cenderung memiliki harapan yang beragam. Dalam kegiatan evaluasi pembelajaran, ada tiga hal yang saling
berkaitan yaitu evaluasi, pengukuran dan tes. Menurut Gronlund dalam Toto dan Cepi (2011:165) evaluasi
adalah suatu proses yang sistematis dari pengumpulan, analisis, dan inerpretasi informasi/data untuk
menentukan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran. Pengukuran adalah adalah suatu proses
yang menghasilkan gambaran berupa angka-angka mengenai tingkatan ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh
individu (siswa). Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis untuk mengukur suatu sampel perilaku.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi lebih bersifat komprehensif yang di
dalamnya meliputi pengukuran, dan tes sebagai suatu alat untuk melaksanakan pengukuran itu sendiri.
Keputusan evaluasi (value judgement) tidak hanya didasarkan pada hasil pengukuran (quantitative
description), dapat pula didasarkan pada hasil pengamatan (qualitative description). Baik yang didasarkan
pada hasil pengukuran maupun bukan pengukuran, pada akhirnya menghasilkan keputusan nilai tentang
suatu objek yang dinilai.
Fungsi dan Tujuan Evaluasi Pembelajaran

Fungsi formatif
Evaluasi dapat memberikan umpan balik bagi guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses
belajar mengajar dan mengadakan program remedial bagi siswa yang belum menguasai sepenuhnya
materi yang dipelajari.
Fungsi sumatif
Evaluasi dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran, menentukan
angka nilai sebagai bahan keputusan kenaikan kelas Adan laporan perkembangan belajar siswa serta
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Fungsi diagnostik
Evaluasi dapat mengetahui latar belakang siswa (psikologis, fisik dan lingkungan) yang
mengalami kesulitan belajar.
Fungsi seleksi dan penempatan
Yaitu hasil evaluasi dapat dijadikan dasar untuk menyeleksi dan menempatkan siswa sesuai
dengan minat dan kemampuan
tujuan evaluasi pembelajaran

a. Untuk melihat produktivitas dan efektivitas kegiatan belajar


mengajar
b. Untuk memperbaiki dan menyempurnakan kegiatan guru
c. Untuk memperbaiki, menyempurnakan dan mengembangkan
program belajar mengajar
d. Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi oleh
siswa selama kegiatan belajar dan mencarikan jalan keluarnya
e. Untuk menempatkan siswa dalam situasi belajar mengajar
yang tepat sesuai dengan kemampuannya.
Ruang Lingkup Evaluasi
Pembelajaran
Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran Dalam
Perspektif Domain Hasil Belajar
Domain kognitif (cognitive domain). Domain ini memiliki enam jenjang kemampuan, yaitu:
a. Pengetahuan (knowledge), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya
konsep, prinsip, fakta atau istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya. Kata kerja operasional yang dapat digunakan
diantaranya : mendefinisikan, memberikan, mengidentifikasi, memberi nama, menyusun daftar, mencocokkan, menyebutkan, membuat
garis besar, menyatakan, dan memilih.
b. Pemahaman (comprehension), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk memahami atau mengerti tentang materi
pelajaran yang disampaikan guru dan dapat memanfaatkannya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain. Kemampuan ini
dijabarkan lagi menjadi tiga, yakni menterjemahkan, menafsirkan, dan mengekstrapolasi. Kata kerja operasional yang dapat digunakan
diantaranya : mengubah, mempertahankan, membedakan, memprakirakan, menjelaskan, menyimpulkan, memberi contoh,
meramalkan, dan meningkatkan.
c. Penerapan (application), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun
metode, prinsip dan teori-teori dalam situasi baru dan konkrit. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : mengubah,
menghitung, mendemonstrasikan, mengungkapkan, mengerjakan dengan teliti, menjalankan, memanipulasikan, menghubungkan,
menunjukkan, memecahkan, menggunakan.
d. Analisis (analysis), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke
dalam unsur-unsur atau komponen pembentuknya. Kemampuan analisis dikelompokkan menjadi tiga, yaitu analisis unsur, analisis
hubungan, dan analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : mengurai,
membuat diagram, memisah-misahkan, menggambarkan kesimpulan, membuat garis besar, menghubungkan, merinci.
e. Sintesis (synthesis), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara
menggabungkan berbagai faktor. Hasil yang diperoleh dapat berupa tulisan, rencana atau mekanisme. Kata kerja operasional yang
dapat digunakan diantaranya : menggolongkan, menggabungkan, memodifikasi, menghimpun, menciptakan, merencanakan,
merekonstruksikan, menyusun, membangkitkan, mengorganisir, merevisi, menyimpulkan, menceritakan.
f. Evaluasi (evaluation), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat mengevaluasi suatu situasi, keadaan,
pernyataan atau konsep berdasarkan kriteria tertentu. Hal penting dalam evaluasi ini adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa,
sehingga peserta didik mampu mengembangkan kriteria atau patokan untuk mengevaluasi sesuatu. Kata kerja operasional yang dapat
digunakan diantaranya : menilai, membandingkan, mempertentangkan, mengeritik, membeda-bedakan, mempertimbangkan
kebenaran, menyokong, menafsirkan, menduga
Domain afektif (affective domain), yaitu internalisasi sikap yang menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah dan
terjadi bila peserta didik menjadi sadar tentang nilai yang diterima, kemudian mengambil sikap sehingga menjadi
bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah laku. Domain afektif terdiri atas beberapa
jenjang kemampuan, yaitu:
a. Kemauan menerima (receiving), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk peka terhadap
eksistensi fenomena atau rangsangan tertentu. Kepekaan ini diawali dengan penyadaran kemampuan untuk
menerima dan memperhatikan. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : menanyakan,
memilih, menggambarkan, mengikuti, memberikan, berpegang teguh, menjawab, menggunakan.
b. Kemauan menanggapi/menjawab (responding), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk
tidak hanya peka pada suatu fenomena tetapi juga bereaksi terhadap salah satu cara. Penekanannya pada
kemauan peserta didik untuk menjawab secara sukarela, membaca tanpa ditugaskan. Kata kerja operasional
yang dapat digunakan diantaranya : menjawab, membantu, memperbincangkan, memberi nama, menunjukkan,
mempraktikkan, mengemukakan, membaca, melaporkan, menuliskan, memberitahu, mendiskusikan.
c. Menilai (valuing), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menilai suatu objek, fenomena
atau tingkah laku tertentu secara konsisten. Kata kerja operasional yang digunakan diantaranya : melengkapi,
menerangkan, membentuk, mengusulkan, mengambil bagian, dan memilih.
d. Organisasi (organization), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menyatukan nilai-nilai
yang berbeda, memecahkan masalah, membentuk suatu sistem nilai. Kata kerja operasional yang dapat
digunakan diantaranya : mengubah, mengatur, menggabungkan, membandingkan, mempertahankan,
menggeneralisasikan, memodifikasi
Domain psikomotor (psychomotor domain), yaitu kemampuan peserta didik yang
berkaitan dengan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya, mulai dari gerakan yang
sederhana sampai dengan gerakan yang kompleks. Perubahan pola gerakan memakan
waktu sekurang-kurangnya 30 menit. Kata kerja operasional yang digunakan harus
sesuai dengan kelompok keterampilan masing-masing, yaitu :
a. Muscular or motor skill, yang meliputi: mempertontonkan gerak, menunjukkan
hasil, melompat, menggerakkan, menampilkan.
b. Manipulations of materials or objects, yang meliputi: mereparasi, menyusun,
membersihkan, menggeser, memindahkan, membentuk.
c. Neuromuscular coordination, yang meliputi : mengamati, menerapkan,
menghubungkan, menggandeng, memadukan, memasang, memotong, menarik dan
menggunakan
Berdasarkan taksonomi Bloom di atas,kemampuan peserta didik dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu tingkat tinggi dan tingkat rendah. Kemampuan
tingkat rendah terdiri atas pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi, sedangkan
kemampuan tingkat tinggi meliputi analisis, sintesis, evaluasi, dan kreatifitas. Dengan
demikian, kegiatan peserta didik dalam menghafal termasuk kemampuan tingkat
rendah. Dilihat cara berpikir, maka kemampuan berpikir tingkat tinggi dibagi menjadi
dua, yaitu berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kreatif adalah kemampuan
melakukan generalisasi dengan menggabungkan, mengubah atau mengulang kembali
keberadaan ide-ide tersebut. Sedangkan kemampuan berpikir kritis merupakan
kemampuan memberikan rasionalisasi terhadap sesuatu dan mampu memberikan
penilaian terhadap sesuatu tersebut. Rendahnya kemampuan peserta didik dalam
berpikir, bahkan hanya dapat menghafal, tidak terlepas dari kebiasaan guru dalam
melakukan evaluasi atau penilaian yang hanya mengukur tingkat kemampuan yang
rendah saja melalui paper and pencil test. Peserta didik tidak akan mempunyai
kemampuan berpikir tingkat tinggi jika tidak diberikan kesempatan untuk
mengembangkannya dan tidak diarahkan untuk itu.
Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran Dalam
Perspektif Sistem Pembelajaran.
Program pembelajaran, yang meliputi:
a. Tujuan pembelajaran umum atau kompetensi dasar, yaitu target yang harus dikuasai peserta didik dalam setiap pokok bahasan/topik.
Kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi tujuan pembelajaran umum atau kompetensi dasar ini adalah keterkaitannya dengan tujuan
kurikuler atau standar kompetensi dari setiap bidang studi/mata pelajaran dan tujuan kelembagaan, kejelasan rumusan kompetensi dasar,
kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan peserta didik, pengembangannya dalam bentuk hasil belajar dan indikator, penggunaan
kata kerja operasional dalam indikator, dan unsur-unsur penting dalam kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator.
b. Isi/materi pembelajaran, yaitu isi kurikulum yang berupa topik/pokok bahasan dan sub topik/sub pokok bahasan beserta rinciannya
dalam setiap bidang studi atau mata pelajaran. Isi kurikulum tersebut memiliki tiga unsur, yaitu logika (pengetahuan benar salah,
berdasarkan prosedur keilmuan), etika (baik-buruk), dan estetika (keindahan). Materi pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi enam
jenis, yaitu fakta, konsep/teori, prinsip, proses, nilai dan keterampilan. Kriteria yang digunakan, antara lain : kesesuaiannya dengan
kompetensi dasar dan hasil belajar, ruang lingkup materi, urutan logis materi, kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan dan
kebutuhan peserta didik, waktu yang tersedia dan sebagainya.
c. Metode pembelajaran, yaitu cara guru menyampaikan materi pelajaran, seperti metode ceramah, tanya jawab, diskusi, pemecahan
masalah, dan sebagainya. Kriteria yang digunakan, antara lain : kesesuaiannya dengan kompetensi dasar dan hasil belajar,
kesesuaiannya dengan kondisi kelas/ sekolah, kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan peserta didik, kemampuan guru dalam
menggunakan metode, waktu, dan sebagainya.
d. Media pembelajaran, yaitu alat-alat yang membantu untuk mempermudah guru dalam menyampaikan isi/materi pelajaran. Media dapat
dibagi tiga kelompok, yaitu media audio, media visual, dan media audio-visual. Kriteria yang digunakan sama seperti komponen
metode.
e. Sumber belajar, yang meliputi : pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan latar. Sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
sumber belajar yang dirancang (resources by design) dan sumber belajar yang digunakan (resources by utilization). Kriteria yang
digunakan sama seperti komponen metode.
f. Lingkungan, terutama lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga. Kriteria yang digunakan, antara lain : hubungan antara peserta
didik dengan teman sekelas/sekolah maupun di luar sekolah, guru dan orang tua; kondisi keluarga dan sebagainya.
g. Penilaian proses dan hasil belajar, baik yang menggunakan tes maupun non-tes. Kriteria yang digunakan, antara lain : kesesuaiannya
dengan kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator; kesesuaiannya dengan tujuan dan fungsi penilaian, unsur-unusr penting dalam
penilaian, aspek-aspek yang dinilai, kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan peserta didik, jenis dan alat penilaian.
Proses pelaksanaan pembelajaran

Kegiatan, yang meliputi : jenis kegiatan, prosedur pelaksanaan setiap jenis


kegiatan, sarana pendukung, efektifitas dan efisiensi, dan sebagainya.
a. Guru, terutama dalam hal : menyampaikan materi, kesulitan-kesulitan guru,
menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, menyiapkan alat-alat dan
perlengkapan yang diperlukan, membimbing peserta didik, menggunakan teknik
penilaian, menerapkan disiplin kelas, dan sebagainya.
b. Peserta didik, terutama dalam hal : peranserta peserta didik dalam kegiatan belajar
dan bimbingan, memahami jenis kegiatan, mengerjakan tugas-tugas, perhatian,
keaktifan, motivasi, sikap, minat, umpan balik, kesempatan melaksanakan praktik
dalam situasi yang nyata, kesulitan belajar, waktu belajar, istirahat, dan sebagainya.

Hasil pembelajaran, baik untuk jangka pendek (sesuai dengan pencapaian


indikator), jangka menengah (sesuai dengan target untuk setiap bidang studi/mata
pelajaran), dan jangka panjang (setelah peserta didik terjun ke masyarakat)
Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran dalam Perspektif
Penilaian Proses dan Hasil Belajar

• Sikap
• Pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap
bahan pelajaran
• Kecerdasan peserta didik
• Perkembangan jasmani/kesehatan
• Keterampilan
Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif
Penilaian Berbasis Kelas

• Kompetensi Dasar Mata Pelajaran


• Kompetensi Rumpun Pelajaran
• Kompetensi Lintas Kurikulum
• Kompetensi Tamatan
• Pencapaian Keterampilan Hidup
Prinsip-Prinsip Umum Evaluasi dalam
Pembelajaran
Prinsip-Prinsip evaluasi dalam pembelajaran sangat diperlukan sebagai panduan dalam prosedur pengembangan evaluasi, karena
jangkauan sumbangan evaluasi dalam usaha perbaikan pembelajaran sebagian ditentukan oleh prinsip-prinsip yang mendasari pengembangan
dan pemakaiannya. Sekaitan dengan prinsip-prinsip penilaian tersebut, ada 4 prinsip penilaian, yaitu tes hasil belajar hendaknya: (1) mengukur
hasil-hasil belajar yang telah ditentukan dengan jelas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran; (2) mengukur sampel yang representatif dari
hasil belajar dan bahan-bahan yang tercakup dalam pengajaran; (3) mencakup jenis-jenis pertanyaan/soal yang paling sesuai untuk mengukur
hasil belajar yang diinginkan; (4) direncanakan sedemikian rupa agar hasilnya seesuai dengan yang akan digunakan secara khusus, (5) dibuat
dengan reliabilitas yang sebesar-besarnya dan harus ditafsirkan secara hati-hati, dan 6) dipakai untuk memperbaiki hasil belajar.

Selain hal-hal diatas, evaluasi hasil belajar hendaknya: (a) dirancang sedemikian rupa sehingga jelas abilitas yang harus dinilai, materi
evaluasi, alat evaluasi, dan interpretasi hasil evaluasi; (b) menjadi bagian yang integral dari proses belajar mengajar; (c) agar hasilnya obyektif,
evaluasi harus menggunakan berbagai alat evaluasi dan sifatnya komprehensif; (d) diikuti dengan tindak lanjutnya. Dari segi yang lain,
prinsip-prinsip evaluasi dalam pembelajaran meliputi: (a) prinsip keterpaduan; (b) prinsip cara belajar siswa aktif; (c) prinsip kontinuitas; (d)
prinsip koherensi; (e) prinsip keseluruhan; (f) prinsip pedagogis; (g) prinsip diskriminalitas; dan (h) prinsip akuntabilitas.

Tujuan pokok evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui efektivitas prosees belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Indikator
keefektifan itu dapat dilihat dari perubahan tingkah laku yang terjadi pada peserta didik. perubahan tingkah laku yang terjadi dibandingkan
dengan perubahan perubahan tingkahlaku yang diharapkan sesuai dengan tujuan dan isi program pembelajaran. Oleh karena itu, instrumen
evaluasi harus dikembangkan bertitik tolak pada tujuan dan isi program, sehingga bentuk dan format tes yang dikembangkan sesuai dengan
tujuan dan karakteristik bahan ajar serta proporsinya sesuai dengan kelulusan dan kedalaman materi pelajaran yang diberikan. Disamping itu,
hasil evaluasi harus dianalisis dan ditafsirkan secara hati-hati sehingga informasi yang diperoleh betul-betul akurat mencerminkan keadaan
siswa secara objektif.

Informasi yang objektif dapat dijadikan bahan masukan untuk perbaikan proses dan program selanjutnya. Evaluasi dalam pembelajaran
tidak semata-mata untuk menentukan rating siswa, melainkan juga harus dijadikan sebagai teknik atau cara pendidikan. Sebagai teknik atau
alat pendidikan, evaluasi pembelajaran harus dikembangkan secara terlaksana dan terintegrasi dalam program pembelajaran, dilakukan secara
kontinu, mengandung unsur pedagogis, dan dapat lebih mendorong siswa aktif belajar.
Prosedur Pengembangan Alat Evaluasi Pembelajaran

1)Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan alat evaluasi


Secara umum alat evaluasi dapat dikelompokkan kedalam dua kelompok, alat evaluasi bentuk tes dan alat evaluasi bukan
tes. Agar informasi tentang karakteristik tingkah laku individu yang dinilai akurat atau mencerminkan mendekati keadaan
yang sebenarnya, sehingga informasi itu dapat digunakan sebagai dasar untuk membuat keputusan penting dalam
pendidikan dan pembelajaran, maka alat evaluasi yang digunakan harus memenuhi persyaratan teknis sebagai alat ukur
yang baik. Karakteristik alat evaluasi yang baik menurut Hopkins dan Antes adalah alat evaluasi tersebut memiliki
keseimbangan, spesifik dan objektif. Keseimbangan dan kekhususan (spesifikasi) berkaitan langsung dengan validalitas,
objektivitas berkaitan langsung dengan reliabilitas dan berkaitan tidak langsung dengan validitas, yaitu melalui keterkaitan
antara validitas dan reliabilitas. Untuk memperoleh perangkat alat evaluasi yang seimbang (proporsional), dapat dilakukan
dengan cara membuat tabel spesifikasi (kisi-kisi) mengenai topik-topik yang akan dimasukkan kedalam prangkat alat
evaluasi. Untuk memperoleh butir-butir alat evaluasi yang spesifik dapat dilakukan melalui identifikasi kopetensi dan
tujuan-tujuan khusus pembelajaran, selanjutnya dijadikan dasar perumusan butir alat evaluasi. Untuk memperoleh hasil
yang objektif dilakukan dengan membuat pedoman penskoran pengolahan dan penafsiran yang jelas dan terinci.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan evaluasi pembelajaran, yaitu: (1) jenis dan karakteristik
kopetensi dan tujuan pembelajaran yang dikembangkan; (2) pengambilan sampel perilaku yang akan diukur; (3) pemilihan
jenis tipe alat evaluasi yang akan digunakan ; (4) aspek yang akan diuji; (5) format butir soal; (6) jumlah butir soal; (7)
distribusi tingkat kesukaran butir soal.
Kemudian dalam menentukan bentuk alat evaluasi mana yang akan digunakan, perlu mempertimbangkan hal-hal berikut:
(1) karakteristik kopetensi dan mata pelajaran yang akan diujikan; (2) tujuan khusus pembelajaran yang harus dicapai
siswa; (3) tipe informasi yang dibutuhkan dari tujuan evaluasi; (4) usia dan tingkat perkembangan mental siswa yang akan
mengikuti tes; dan (5) besarnya kelompok siswa yang akan mengikuti tes.
Langkah-langkah pengembangan evaluasi
pembelajaran
(1) menentukan tujuan evaluasi;
(2) mengidentifikasi kopetensi yang akan diukur;
(3) mengidentifikasi hasil belajar dan indikator-indikator;
(4) membuat tabel spesifikasi (kisi-kisi); dan
(5) menulis alat evaluasi yang relavan dengankisi-kisi tes.
Jenis-Jenis Evaluasi Pembelajaran

Menurut fungsinya, evaluasi dibedakan kedalam empat jenis, yaitu: formatif, sumatif, diagnostik, dan
penempatan. Evaluasi formatif menekankan pada upaya perbaikan proses pembelajaran. Evaluasi sumatif
lebih menekankan kepada penetapan tingkat keberhasilan belajar setiap siswa yang dijadikan dasar dalam
penentuan nilai, dan/atau kenaikan dan kelulusan siswa. Evaluasi diagnostik menekankan pada upaya
memahami kesulitan siswa dalam belajar, sedangkan evaluasi penempatan menekankan pada upaya untuk
menyelaraskan antara program dan proses pembelajaran dengan karakteristik kemampuan siswa.
Menurut caranya, evaluasi dibedakan atas dua jenis, yaitu: evaluasi kuantitatif dan evaluasi kualitatif.
Evaluasi kualitatif biasanya lebih bersifat subjektif dibandingkan dengan evaluasi kuantitatif. Penilaian
kuantitatif biasanya dinyatakan dalam bentuk angka-angka, sedangkan evaluasi kualitatif dinyatakan dengan
ungkapan seperti “sangat baik, bak, cukup, kurang, sangat kurang” atau “sangat memuaskan, memuaskan,
kurang memuaskan, dan tidak memuaskan”. Evaluasi kuantitatif biasanya dilakukan apabila guru ingin
memberikan nilai akhir terhadap hasil belajar siswanya. Sedangkan evaluasi kualitatif dilakukan apabila
guru ingin memperbaiki hasil belajar siswanya.
Berdasarkan teknisnya, evaluasi dibedakan antara tes dan nontes. Teknik tes dapaat dibedakan menurut
materi yang akan dinilai, bentuk dan caranya. Menurut materi yang dinilai dibedakan tes hasil belajar, tes
kecerdasaan, tes bakat khusus, tes minat, dan tes kepribadian. Menurut bentuknya dibedakan tes uraian dan
tes objektif. Menurut caranya dibedakan tes tulisan, tes lisan, dan tes tindakan. Teknis nontes biasanya
digunakan untuk menilai proses pembelajaran. Alat-alat khusus untuk melaksanakan teknis nontes ini dapat
dilakukan melalui pengamatan, wawancara, angket, hasil karya/laporan, karangan, dan skala sikap .
Bentuk Evaluasi Pembelajaran

• Bentuk Evaluasi Pembelajaran Produk


• Bentuk Evaluasi Fortofolio
• Bentuk Evaluasi Proyek
• Bentuk Evaluasi Unjuk Kerja/Performance
• Bentuk Evaluasi Tertulis
KESIMPULAN
assessment atau penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar peserta didik, menjelaskan dan
menafsirkan hasil pengukuran (kuantifikasi suatu objek, sifat, perlaku dan lain-lain),
menggambarkan informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau
ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian adalah
kegiatan mengambil keputusan untuk menentukan sesuatu berdasarkan kriteria baik
buruk dan bersifat kualitatif. Hasil penilaian sendiri walaupun bersifat kualitatif, dapat
berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa
angka).
Evaluasi pembelajaran adalah proses untuk menentukan nilai pembelajaran yang
dilaksanakan, dengan melalui kegiatan pengukuran dan penilaian pembelajaran.
Pengukuran yang dimaksud adalah proses membandingkan tingkat keberhasilan
pembelajaran dengan ukuran keberhasilan pembelajaran yang telah ditentukan secara
kuantitatif, sedangkan penilaian yang dimaksud adalah proses pembuatan keputusan
nilai keberhasilan pembelajaran secara kualitatif. Evaluasi merupakan sarana untuk
mendapatkan informasi yang diperoleh dari proses pengumpulan dan pengolahan data
Do you have
any questions?
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. (2012). Evaluasi Pembelajaran. E-book tersedia:
[http://winarno.staff.iainsalatiga.ac.id/wp-content/uploads/sites/25/2013/01/34-Evaluasi-
Pembelajaran.pdf]
Bloom, B.S. et.al. (1981). Evaluation to Improve Learning. New York: McGraw-Hill
Mavin, Sharon dkk. (2010). The Evaluation of Learning and Development in the Workplace: A
Review of the Literature
Sudijono, Anas. (1995). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Stufflebeam, D.L. et.al. (1977). Educational Evaluation and Decision Making. Illinois:F.E.
Peachock Publisher. Inc
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Kusuma, Wijaya (2009). Penilaian Siswa. Artikel Pendidikan
Mardapi, Dj. dan Ghofur, A, (2004). Pedoman Umum Pengembangan Penilaian; Kurikulum
Berbasis Kompetensi SD. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
Nana Sudjana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Nana Sudjana, R. Ibrahim. 2000. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.
Rasyid, Harun dan Mansur, (2007). Penilaian Hasil Belajar. Bandung : PT. Wacana Prima
Zainul, A. & Nasoetion, N. 1993. Penilaian Hasil Belajar, Depdikbud:Pusat Antar Universitas.

Anda mungkin juga menyukai