Anda di halaman 1dari 28

Paham pendidikan

(Pragmatisme,Eksisten
salisme)
Pragmatisme

▪ Dari sudut etimologi pragmatisme berasal dari bahasa Yunani yaitu “pragma”
yang berarti perbuatan (action) atau tindakan (practice) sedangkan isme
berarti ajaran atau paham. Dengan demikian pragmatisme berarti ajaran yang
menekankan bahwa pemikiran itu menuruti tindakan. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1990:698) pragmatisme merupakan kepercayaan bahwa
kebenaran atau nilai (paham, doktrin, gaasan, pernyataan ucapan dan
sebagainya) diukur pada penerapannya bagi kepentingan manusia atau suatu
paham yang menyatakan bahwa segala sesuatu tidak tetap, melainkan tumbuh
dan terus menerus mengalami perubahan. Menurut Praja (2005: 171)
pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar apa
yang membuktikan bahwa dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibat-
akibatnya yang bermanfaat secara praktis 2
▪ Aliran ini bersedia menerima sesuatu, asal saja membawa akibat praktis.
Dengan demikian, patokan pragmatisme adalah “manfaat bagi hidup
praktis”. Pragmatisme memandang bahwa kriteria kebenaran ajaran
adalah “faedah” atau “manfaat”. Suatu teori atau hipotesis dianggap oleh
Pragmatisme benar apabila membawa suatu hasil. Dengan kata lain,
suatu teori itu benar kalau berfungsi

3
implikasi filsafat pendidikan Pragmatisme

▪ Tujuan pendidikan : memberi pengalaman untuk penemuan hal-hal baru dalam hidup sosial dan
pribadi.

▪ Kedudukan siswa : suatu organisme yang memiliki kemampuan yang luar biasa dan kompleks
untuk tumbuh

▪ Peranan guru : mengawasi dan membimbing pengalaman belajar siswa, tanpa mengganggu
minat dan kebutuhannya.

▪ Kurikulum : berisi pengalaman yang teruji yang dapat diubah. Minat dan kebutuhan siswa yang
dibawa kesekolah dapat menentukan kurikulum

▪ Metode : metode aktif, yaitu learning by doing

4
Tokoh-tokoh Filsafat Pragmatisme
Charles Sanders Peirce Charles

▪ mempunyai gagasan bahwa suatu hipotesis (dugaan sementara/ pegangan dasar) itu
benar bila bisa diterapkan dan dilaksanakan menurut tujuan kita. Horton dan Edwards
di dalam sebuah buku yang berjudul Background of American Literary Thought
menjelaskan bahwa Peirce merumuskan tiga prinsip-prinsip lain yang menjadi dasar
bagi pragmatisme sebagai berikut :

▪ Bahwa kebenaran ilmu pengetahuan sebenarnya tidak lebih daripada kemurnian opini
manusia;

▪ Bahwa apa yang kita namakan “universal “ adalah yang pada akhirnya setuju dan
menerima keyakinan dari “community of knowers “

▪ Bahwa filsafat dan matematika harus di buat lebih praktis dengan membuktikan
bahwa problem-problem dan kesimpulan-kesimpulan yang terdapat dalam filsafat
dan matematika merupakan hal yang nyata bagi masyarakat (komunitas)

6
William James William
▪ Menurut James, pragatisme adalah aliran yang mengajarkan bahwa yang
benar ialah apa yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan
perantaraan yang akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis.
William James mengajukan prinsip-prinsip dasar terhadap pragmatisme,
sebagai berikut:

▪ Bahwa dunia tidak hanya terlihat menjadi spontan, berhenti dan tak
dapat di prediksi tetapi dunia benar adanya.

▪ 2.Bahwa kebenaran tidaklah melekat dalam ide-ide tetapi sesuatu yang


terjadi pada ideide daam proses yang dipakai dalam situasi kehidupan
nyata.

▪ 3. Bahwa manusia bebas untuk meyakini apa yang menjadi


keinginannya untuk percaya pada dunia, sepanjang keyakinannya tidak
berlawanan dengan pengalaman praktisny maupun penguasaan ilmu
pengetahuannya.

▪ 4. Bahwa nilai akhir kebenaran tidak merupakan satu titik ketentuan


yang absolut, tetapi semata-mata terletak dalam kekuasaannya
mengarahkan kita kepada kebenaran kebenaran yang lain tentang dunia
tempat kita tinggal didalamnya. 7
John Dewey Dewey
adalah seorang pragmatis, namun ia lebih suka menyebut sistemnya dengan istilah
Instrumentalis. Menurutnya, tujuan filsafat adalah untuk mengatur kehidupan dan aktivitas
manusia secara lebih baik, untuk didunia dan sekarang. Tegasnya, tugas fiilsafat yang utama
ialah memberikan garis-garis pengarahan bagi perbuatan dalam kenyataan hidup. Oleh
karena itu, filsafat tidak boleh tenggelam dalam pemikiran-pemikiran metafisis yang tiada
faedahnya. Filsafat harus berpijak pada pengalaman, dan menyelidiki serta mengolah
pengalaman itu secara aktif kritis. Dengan demikian, filsafat akan dapat menyusun suatu
sistem norma-norma dan nilai. Instrumentalisme adalah suatu usaha untuk menyusun suatu
teori yang logis dan tepat dari konsep-konsep, pertimbangan-pertimbangan, penyimpulan-
penyimpulan dalam bentuknya yang bermacam-macam itu dengan cara utama menyelidiki
bagaimana pikiran-pikiran berfungsi dalam penemuan-penemuan yang berdasarkan
pengalamanpenglaman yang berdasarkan pengalaman yang mengenai konsekuensi-
konsekuensi di masa depan. Sehubungan hal diatas, menurut Dewey, penyelidikan adalah
transformasi yang terawasi atau terpimpin dari suatu keadaan yang tak menentu menjadi
suatu keadaan yang tertentu. Oleh karena itu, penyelidakan dengan penilaiannya adalah
alat( instrumental) . jadi yang di maksud dengan instrumentalisme adalah suatu usaha untuk
menyusun suatu teori yang logis dan tepat dari konsep-konsep, pertimbanganpertimbangan,
penyimpulan-penyimpulan dalam bentuknya yang bermacam-macam. Menurut Dewey, kita
hidup dalam dunia yang belum selesai penciptaanya.

8
Kekuatan Pragmatisme

▪ berfikir hal-hal yang memikirkan atas kenyataan, materialis, dan kebutuhankebutuhan dunia,
bukan akhirat.

▪ hanya mempercayai pada hal yang sifatnya riil, indriawi, dan yang manfaatnya bisa di nikmati
secara praktis dalam kehidupan sehari-hari

▪ mendorong berfikir liberal, bebas dan selalu menyangsikan segala yang ada.

▪ mendorong dan memberi semangat untuk berlomba-lomba membuktikan suatu konsep lewat
penelitian, pembuktian dan eksperimen sehingga muncul temuan baru dalam dunia ilmu
pengetahuan

▪ Tidak mudah percaya pada “kepercayaan yang mapan 9


Kelemahan Pragmatisme

▪ Pragmatisme mengingkari sesuatu yang transcendental

▪ Pragmatisme sangat mendewakan kemampuan akal sehingga dapat


menjurus kepada ateisme.

▪ Pragmatisme menciptkan pola pikir masyarakat yang matrealis.

▪ Masyarakat pragmatisme menderita penyakit humanisme.

10
Filsafat Pendidikan
Aliran Eksistensialisme .

11
Pengertian Filsafat Eksistensialisme

▪ Dari sudut etimologi eksistensi berasal dari kata “eks” yang filsafat yang menganut paham eksistensi manusia individual.
berarti diluar dan “sistensi” yang berarti berdiri atau Eksistensialisme merupakan suatu aliran filsafat yang lahir
menempatkan, jadi secara luas eksistensi dapat diartikan sebagai karena latar belakang ketidakpuasan beberapa filusuf yang
berdiri sendiri sebagai dirinya sekaligus keluar dari dirinya. memandang bahwa filsafat pada masa Yunani yang bersifat
dangkal dan primitif dari akademik. Salah satu latar belakang
▪ Eksistensialisme menurut pengertian terminologinya adalah
dan alasan lahirnya aliran ini juga karena sadarnya beberapa
suatu aliran dalam ilmu filsafat yang menekankan segala sesuatu
golongan filusuf yang menyadari bahwa manusia mulai
terhadap manusia dan segala sesuatu yang mengiringinya, dan
terbelenggu dengan aktifitas teknologi yang membuat mereka
dimana manusia dipandang sebagai suatu mahluk yang harus
kehilangan hakekat hidupnya sebagai manusia atau mahluk yang
bereksistensi atau aktif dengan sesuatu yang ada disekelilingnya,
bereksistensi dengan alam dan lingkungan sekitar bukan hanya
serta mengkaji cara kerja manusia ketika berada di alam dunia
dengan semua serba instan.
ini dengan kesadaran.

▪ Menurut KBBI (1990:220) eksistensialisme merupakan aliran


12
Tokoh-tokoh Filsafat Eksistensialisme
Karl Jaspers

Eksistensialismenya ditandai dengan pemikiran


yang menggunakan semua pengetahuan obyektif serta
mengatasi pengetahuan obyektif sehingga manusia
sadar akan dirinya sendiri dan memandang filsafat
bertujuan mengembalikan manusia kepada jatidirinya
kembali. Ada dua fokus pemikiran Jasper, yaitu
eksistensi dan transendensi

14
Soren Aabye Kiekeegaard

Eksistensialismenya ditandai dengan pemikiran


yang menggunakan semua pengetahuan obyektif serta
mengatasi pengetahuan obyektif sehingga manusia
sadar akan dirinya sendiri dan memandang filsafat
bertujuan mengembalikan manusia kepada jatidirinya
kembali. Ada dua fokus pemikiran Jasper, yaitu
eksistensi dan transendensi

15
Jean Paul Sartre

Manusia yang bereksistensi adalah makhluk yang


hidup dan berada dengan sadar dan bebas bagi diri
sendiri”. Itu adalah salah satu pernyataan dan mungkin
bernilai teori yang terkenal darinya

16
Friedrich Nietzsche

Menurutnya manusia yang teruji adalah manusia yang


cenderung melalui jalan yang terjal dalam hidupnya dan
definisi dari aliran eksistensialisme menurutnya adalah
manusia yang mempunyai keinginan untuk berkuasa (will to
power), dan untuk berkuasa manusia harus menjadi manusia
super dan yang mempunyai mental majikan bukan mental
budak supaya manusia tidak diam dengan kenyamanan saja

17
Friedrich Nietzsche

Inti pemikirannya adalah memusatkan semua hal kepada


manusia dan mengembalikan semua masalah apapun ujung-
ujungnya adalah manusia sebagai subjek atau objek dari
masalah tersebut

18
Eksistensialisme Dalam
Pendidikan
1. Pengetahuan.
Teori pengetahuan eksistensialisme banyak dipengaruhi oleh filsafat
fenomenologi, suatu pandangan yang menggambarkan penampakan benda-
benda dan peristiwa-peristiwa sebagaimana benda-benda tersebut
menampakan dirinya terhadap kesadaran manusia. Pengetahuan manusia
tergantung kepada pemahamannya tentang realitas, tergantung pada
interpretasi manusia terhadap realitas, pengetahuan yang diberikan di
sekolah bukan sebagai alat untuk memperoleh pekerjaan atau karir anak,
melainkan untuk dapat dijadikan alat perkembangan dan alat pemenuhan diri.
Pelajaran di sekolah akan dijadikan alat untuk merealisasikan diri, bukan
merupakan suatu disiplin yang kaku dimana anak harus patuh dan tunduk
terhadap isi pelajaran tersebut. 

19
2. Nilai
2. Nilai.
Pemahaman eksistensialisme terhadap nilai, menekankan kebebasan dalam tindakan.
Kebebasan bukan tujuan atau suatu cita-cita dalam dirinya sendiri, melainkan merupakan
suatu potensi untuk suatu tindakan. Manusia memiliki kebebasan untuk memilih, namun
menentukan pilihan-pilihan di antara pilihan-pilihan yang terbaik adalah yang paling sukar.
Berbuat akan menghasilkan akibat, dimana seseorang harus menerima akibat-akibat tersebut
sebagai pilihannya. Kebebasan tidak pernah selesai, karena setiap akibat akan melahirkan
kebutuhan untuk pilihan berikutnya. Tindakan moral mungkin dilakukan untuk moral itu sendiri,
dan mungkin juga untuk suatu tujuan. Seseorang harus berkemampuan untuk menciptakan
tujuannya sendiri. Apabila seseorang mengambil tujuan kelompok atau masyarakat, maka ia
harus menjadikan tujuan-tujuan tersebut sebagai miliknya, sebagai tujuan sendiri, yang harus
ia capai dalam setiap situasi. Jadi, tujuan diperoleh dalam situasi.

20
Pendidikan
Eksistensialisme sebagai filsafat sangat menekankan
individualitas dan pemenuhan diri secara pribadi. Setiap individu
dipandang sebagai makhluk unik, dan secara unik pula ia
bertanggung jawab terhadap nasibnya. Dalam hubungannya
dengan pendidikan, Sikun Pribadi (1971) mengemukakan
bahwa eksistensialisme berhubungan erat sekali dengan
pendidikan, karena keduanya bersinggungan satu dengan yang
lainnya pada masalah-masalah yang sama, yaitu manusia,
hidup, hubungan anatar manusia, hakikat kepribadian, dan
kebebasan. Pusat pembicaraan eksistensialisme adalah
“keberadaan” manusia, sedangkan pendidikan hanya dilakukan
oleh manusia.
21
Tujuan pendidikan

Tujuan pendidikan adalah untuk mendorong setiap


individu agar mampu mengembangkan semua
potensinya untuk pemenuhan diri. Setiap indivudu
memiliki kebutuhan dan perhatian yang spesifik
berkaitan dengan pemenuhan dirinya, sehingga dalam
menentukan kurikulum tidak ada kurikulum yang pasti
dan ditentukan berlaku secara umum.

22
Kurikulum
▪ Kaum eksistensialisme menilai kurikulum berdasarkan pada
apakah hal itu berkontribusi pada pencarian individu akan
makna dan muncul dalam suiatu tingkatan kepekaaan
personal yang disebut Greene “kebangkitan yang luas”.
Kurikulum ideal adalah kurikulum yang memberikan para
siswa kebebasan individual yang luas dan mensyaratkan
mereka untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan,
melaksanakan pencarian-pencarian mereka sendiri, dan
menarik kesimpulan-kesimpulan mereka sendiri

23
Proses belajar mengajar
▪ konsep belajar mengajar eksistensialisme dapat diaplikasikan
dari pandangan Martin Buber tentang “dialog”. Dialog
merupakan percakapan antara pribadi dengan pribadi, dimana
setiap pribadi merupakan subjek bagi yang lainnya. Menurut
Buber kebanyakan proses pendidikan merupakan paksaan.
Anak dipaksa menyerah kepada kehendak guru, atau pada
pengetahuan yang tidak fpeksibel, dimna guru menjadi
penguasanya guru hendaknya tidak boleh disamakan dengan
seorang instruktur.

24
Peranan guru.
▪ Guru hendaknya memberi semangat kepada siswa
untuk memikirkan dirinya dalam suatu dialog. Guru
menyatakan tentang ide-ide yang dimiliki siswa, dan
mengajukan ide-ide lain, kemudian membimbing siswa
untuk memilih alternative-alternatif, sehingga siswa
akan melihat bahwa kebenaran tidak terjadi pada
manusia melainkan dipilih oleh manusia. Lebih dari itu,
siswa harus menjadi factor dalam suatu drama belajar,
bukan penonton. Siswa harus belajar keras seperti
gurunya.

25
Pemikiran eksistensi tentang pendidikan

Manusia adalah pecipta esensi dirinya. misalnya dalam kelas guru sebagai
fasilitator untuk membiarkan siswa berkembang menjadi dirinya. karena
hakekat pendidikan menurut aeksistensialisme dalam pendidikan adalah
menghendaki agar pendidikan selalu melibatkan peseta didik dalam mencari
pilihan untuk memenuhi kebutuhannya masing masing dan menemukan jati
dirinya. karena masing masing individu adalah makhluk yang unik dan
bertanggung jawab atas diri dan nasibnya sendiri. untuk mendorong siswa
mengembangkan keterampilan.

26
Implementasi eksistensialisme dalam Pendidikan
▪ Aliran eksistensialisme lebih condong kepada individu atau perorangan, oleh karenanya ketika membahas tentang
pendidikan aliran ini menuntut agar sistem pendidikan memiliki banyak model karena menyesuaikan perbedaan yang
ada di setiap individu.
▪ Aliran eksistensialisme percaya bahwa ilmu dapat memecahkan segala masalah yang ada. Oleh sebab itu, hendaklah
murid melakukan uji coba dan pembahasan ketika hendak menyelesaikan masalah yang ada.
▪ Pembatasan terhadap sumber-sumber ilmu atau buku sama saja dengan membatasi kemampuan murid dalam mengenal
segala pendapat atau pandangan lain yang berbeda-beda. Oleh sebab itu aliran eksistensialisme tidak menyetujui hal ini
▪ Aliran eksistensialisme berpandangan bahwa individu itu tunggal dalam artian individu itu hanya dapat mengenal
dirinya sendiri dalam interaksinya mengarungi kehidupan.
▪ Dalam pendidikan, eksistensialisme memiliki tujuan untuk membuat peserta didik terbiasa dengan tradisi rasional.
Adapun tradisi rasional yang dapat digunakan guru dalam mengajar ada 3 macam, yaitu: ketertiban, kemampuan kritik
dan kemampuan memproduksi.

27
DAFTAR PUSTAKA

▪ Muhmidayeli. Filsafat Pendidikan, PT Refika Aditama, Bandung 2011

▪ Jalaludin, dan Abdullah Idi. 2011. Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat dan Pendidikan.Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada

▪ Mudyaharjo, Redja. 2010. Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-Dasar Pendidikan pada
Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

▪ Arifin, H.M. 2000. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Ankara

▪ Barnadib, Imam. 1986. Filsafat Pendidikan, Sutu Tinjauan. Yogyakarta: FIP IKIP Yogyakarta.

28

Anda mungkin juga menyukai