Anda di halaman 1dari 7

A.

Definisi & Sejarah Singkat

 Pengertian Filsafat Pendidikan


Berbicara tentang Filsafat, Pendidikan, dan Filsafat
Pendidikan dapat diartikan sebagai aktifitas pikiran
yang teratur yang membuat worldview seseorang
sebagai jalan untuk mengatir, meyelaraskan dan
memadukan proses pendidikan. Filsafat
menggambarkan satu aspek dari aspek-aspek
pelaksanaan falsafah umum dan menitikberatkan
kepada pelaksanaan prinsip dan kepercayaan yang
menjadi dasar dari filsafat umum dalam upaya
memecahkan persoalan pendidikan secara praktis.

Dapat disimpulkan Filsafat Pendidikan adalah


aktifitas pikiran worldview seseorang sebagai jalan
untuk mengatur, meyelaraskan dan memadukan
proses pendidikan.

Filsafat Pendidikan bukanlah Filsafat Umum atau


Filsafat Murni, tetapi Filsafat Khusus atau Filsafat
Terapan yang mempunyai objek kenyataan salah satu
aspek kehidupan manusia yang penting, misalnya
hukum, sejarah, seni, ilmu, pendidikan, dan
sebagainya. Jadi filsafat pendidikan yang menyelidiki
hakikat pelaksanaan pendidikan yang bersangkut
paut dengan tujuan, latar belakang, cara, dan
hasilnya serta hakikat ilmu pendidikan yang
bersangkut paut dengan analisis kritis terhadap
struktur dan kegunaannya
 Sejarah Filsafat Pendidikan
Karena sifat Filsafat pendidikan begitu luas maka
filsafat pendidikan tidak berdiri pada satu sisi saja
melainkan mempunyai berbagai ruang yang menjadi
kajiannya. Brubacher mengatakan bahwa sifat filsafat
pendidikan sebagai berikut: Pertama, spekulatif
(sinoptik maupun sintesis) di mana dengan prinsip ini
seseorang berpikir secara menyeluruh, komprehensif
dan integrative; berpikir tentang sesuatu dari berbagai
sudut pandang. Kedua, normatif di mana ada sesuatu
yang dianggap ideal atau standar, yang dijadikan
sebagai titik tolak ataupun patokan, serta kriteria
penilaian. Ketiga, kritis (critical) di mana seseorang
mampu memberi penjelasan terhadap makna dari
istilah atau konsep yang digunakan.

Berkaitan dengan sifat filsafat pendidikan (spekulatif,


normative, dan critical), maka John Verhaar
memperlihatkan bagaimana kerjanya dalam
pendidikan akademis. Verhaar merumuskan dalam
tiga taraf, yaitu: instruksi, edukasi, danformasi. Pada
tataran instruksi yang disajikan kepada para
mahasiswa ialah informasi, bukan pendapat; atau
sejumlah pendapat tentang sesuatu masalah, tetapi
hanya sebagai inventaris pendapat. Taraf instruksi
dibedakan dari taraf edukasi atau formasi. Taraf
edukasi dan formasi perlu retleksi, introspeksi, mawas
diri. Pada tataran edukasi terlaksanalah hal-hal yang
perlu untuk integrasi intelektual dari data-data
terrnasuk informasi dari tataran instruksi. Pada
umumnya di tataran edukasi itu dikembangkan
kemampuan untuk berpikir secara kritis, dengan
suatu metode yang konsekuen dan untuk
membangun sesuatu teori. Pada tataran formasi ialah
penyadaran tentang dirinya sebagai “person” yang
mempunyai banyak keterbatasannya-keterbatasannya
dalam pergaulan dengan orang lain. Sedangkan Harry
Hamersma membagimenjadi empat bidang besar
sebagai berikut: Pertama, filsafat tentang
pengetahuan: epistemology, logika, dan kritik ilfnu-
ilmu. Kedua, fllsafat tentang keselmuhan kenyataan:
metaflsika umum (atau ontology) dan metaflsika
khusus (teori metatlsika, antropologi, dan kosmologi).
Ketiga,

Filsafat tentang tindakan: etika dan estetika. Keempat,


sejarah filsafat”. Menurut Mudyahardjo, Filsafat
Pendidikan dalam arti luas dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu (1) Filsafat Praktek Pendidikan, dan
(2) Filsafat Ilmu Pendidikan.

Filsafat Praktek Pendidikan adalah analisis kritis dan


komprehensif tentang bagaimana seharusnya
pendidikan diselenggarakan dan dilaksanakan dalam
kehidupan manusia. Filsafat Praktek Pendidikan
dapat dibedakan menjadi:
(1)Filsafat Proses Pendidikan (biasanya hanya disebut
Filsafat Pendidikan) dan (2) Filsafat Sosial Pendidikan.
Filsafat Proses Pendidikan adalah analisis kritis dan
komprehensif tentang bagaimana sehamsnya kegiatan
pendidikan dilaksanakan dalam kehidupan manusia.
Filsafat Proses Pendidikan biasanya membahas tiga
masalah pokok, yaitu (1) apakah sebenarnya
Pendidikan itu; (2) apakah tujuan pendidikan itu
sebenarnya; dan (3) dengan cara apakah tujuan
pendidikan dapat dicapai. Menempatkan filsafat
pendidikan sebagai filsafat khusus yakni filsafat
pendidikan adalah tepat. Sebab, “apabila ditinjau dari
Filsafat Pendidikan sebagai filsafat khusus, maka
Filsafat Ilmu Pendidikan merupakan bagian dari
Filsafat Pendidikan yang menyelidiki pendidikan
sebagai ilmu. Filsafat Ilmu Pendidikan tidak dapat
digolongkan ke dalam salah satu cabang Filsafat Ilmu
di atas. Oleh karena itu. Filsafat Ilmu Pendidikan
harus mendadi salah satu cabang Filsafat Ilmu yang
berdiri sejajar dengan cabang-cabang Filsafat Ilmu
lainnya”.Dengan demikian, maka “filsafat adalah
teoritis dan Spekulatif; pendidikan adalah praktik.
Filsafat mengajukan pertanyaan, menjelaskan faktor
realits dan pengalaman, yang mana ada dalam proses
edukasi. Proses aktual pendidikan adalah bahan yang
secara aktif sesuai dengan faktor realitas tadi, yakni
pengajara, pengelolaan program, administrasi
organisasi, dan membangun kurikulum”.

Jadi, Berbicara tentang filsafat, pendidikan, dan


filsafat pendidikan, maka ruang lingkup kajian filsafat
dapat diartikan sebagai aktifitas pikiran yang teratur
yang membentuk worldview seseorang sebagai jalan
untuk mengatur, menyelaraskan dan memadukan
proses pendidikan.
B.Macam-Macam Aliran
Ada banyak aliran pemikiran yang berkembang seiring dengan
perkembangan zaman. Filsafat Pendidikan yang tercantum di bawah ini
terkenal di kalangan pakar Pendidikan.

1. Idealisme
Aliran yang berpaham bahwa ilmu pengetahuan dan kebenaran
adalah ide yang paling tertinggi dari diri sendiri bukan dari orang
lain. Jadi aliran ini mengutamakan ilmu pengetahuan dan ide itu
muncul dari diri kita sendiri bukan tergantung pada orang lain.
Dapat disimpulkan bahwa filsafat pendidikan adalah aliran yang
mengedepankan akal dan pikiran.

2. Realisme
Aliran dalam ilmu pengetahuan yang mempersoalkan objek
pengetahuan manusia. Aliran ini memandang bahawa objek
pengetahuan manusia berada diluar diri manusia. Realisme sanagat
bertolak belakang dengan idealisme karena realisme memandang
suatu bukti yang riil secara nyata sedangkan idealism hanya dalam
akal pikiran manusia.

3. Pragmatisme
Aliran filsafat pendidikan yang mengajarkan bahwa yang benar itu
adalah segala sesuatu yang terbukti, dengan melihat akibat atau
manfaat yang hasilnya secara praktis. Kebenaran pragmatis adalah
kebenaran yang manfaat. Untuk mengetahuinya maka harus
diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Dasar dari pragmatisme yaitu
logika pengamatan, karena yang ditampilkan manusia dalam dunia
nyata adalah fakta individual yang konkret dan terpisah satu sama
lain.
Menurut aliran ini, ide menjadi benar ketika memiliki fungsi
pelayanan dan kegunaan. Dalam dunia pendidikan yang pertama,
semua pelajaran dan kurikulum harus diarahkan sesuai dengan
kegunaannya masing-masing dan yang kedua, yang digunakannya
tersebut harus berguna serta bermanfaat bagi lembaga pendidikan.

4. Humanisme
Merupakan suatu bentuk filsafat pendidikan yang memandang
bahwa manusia memiliki satu kehidupan yang diisi dengan
kreatifitas dan kebahagiaan, yang tidak membutuhkan persetujuan
ataupun dukungan dari entitas supernatural manapun, dimana
entitas ini sama sekali tidak ada.
5. Behaviorisme
Aliran behaviorisme sering disebut dengan aliran perilaku yang
merupakan filosofi dalam psikologi yang menganggap bahwa semua
yang dilakukan organisme (tindakan, pikiran dan perasaan) dapat
dan harus dianggap sebagai perilaku. Teori belajar behavioristik
adalah teori belajar yang menekankan pada tingkah laku manusia
sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Teori
Behavioristik merupakan sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage
dan Berliner. Kemudian teori ini berkembang menjadi aliran
psikologi belajar yang berpengaruh terhadap pengembangan teori
pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran
Behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku
yang tampak sebagai hasil belajar.

6. Konstruktivisme
Paradigma filosofi atau teori pendidikan bahwa belajar merupakan
proses yang aktif dan konstruktif, dan juga mengakui pemahaman
dan pengetahuan seseorang itu berdasarkan pengalamannya sendiri,
Konstruktivisme dikaitkan dengan berbagai posisi filosofis,
khususnya dalam epistemologi serta ontologi, politik, dan etika.

7. Essensialisme
Aliran yang ingin kembali pada kebudayaan-kebudayaan warisan
sejarah yang telah terbukti keunggulannya dan kebaikannya bagi
kehidupan manusia. Essensialisme percaya bahwa pendidikan yang
baik dan benar terdiri dari pembelajaran keterampilan dasar
(membaca, menulis, berhitung), seni, dan ilmu pengetahuan. Semua
hal tesebut telah terbukti berguna untuk manusia di masa lalu,
sehingga terdapat keyakinan bahwa hal inilah akan berguna pula
pada kehidupan di masa yang akan datang. Esensialisme
memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang
dapat memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan
kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.

8. Progressivisme
Bagi kaum progressif, tidak ada realitas yang absolut, kenyataan
adalah pengalaman transaksional yang selalu berubah (progresif).
Dunia selalu berubah dan dinamis, sehingga dapat disimpulkan
bahwa hukum-hukum ilmiah hanya bersifat probabilitas dan tidak
absolut. Progressivisme percaya bahwa pengetahuan mengenai dunia
ini hanyalah sebatas sebagaimana dunia ini dialami oleh manusia
dan Itulah yang dapat dijangkau oleh ilmu pengetahuan (sains)
untuk kita semua.

C. Dampak Terhadap Teori-Teori Pendidikan Modern


1. Menjadi landasan dalam berkembangnya ilmu pendidikan
Yang dimana pendidikan itu sebagai ilmu yang terus berkembang seiring
berjalannya waktu. Dengan adanya filsafat pendidikan, para peneliti
yang berkecimpung dalam bidang pendidikan dapat terbantu untuk
terus mengembangkan ilmu pendidikan yang ada.
2. Menjadi landasan dari kebijakan mengenai program pendidikan
Dengan adanya prinsip filsafat kita jadi mengerti apa yang harus
dilakukan untuk memajukan pendidikan, mengapa pendidikan itu
perlu, dan bagaimana melaksanakan pendidikan. Maka dari itu dapat
dibuat peraturan perundang-undangan sebagai landasan bidang
pendidikan sehingga pendidikan dapat berjalan dengan baik.
3. Menentukan kurikulum dan materi yang harus diajarkan dalam bidang
pendidikan
Dengan adanya filsafat dapat membantu para tenaga pendidik untuk
menentukan kurikulum dan materi apa saja yang harus diberikan
kepada peserta didik, serta memudahkan untuk mengkaji hal-hal apa
saja yang harus diberikan kepada peserta didik untuk memperoleh
materi sesuai dengan kondisi dan usia dengan cara pembuatan
kurikulum.
4. Membuat para pelaku yang bergerak dibidang pendidikan mampu
memberikan materi lebih baik lagi, karena melalui filsafat pendidikan
tenaga pendidik ditolong untuk memahami bagaimana memberikan dan
mengembangkan materi pendidikan dengan baik.
5. Membuat peserta didik memahami apa saja yang sebenarnya harus
diketahui dan juga dipelajari selama menempuh jalur pendidikan
tertentu. Maka dari itu untuk menjadi seorang tenaga pendidik yang
berfungsi untuk mendidik banyak generasi, maka haruslah memahami
hal apa saja yang harus diketahui pada bidang pendidikannya masing-
masing.

Anda mungkin juga menyukai