Anda di halaman 1dari 28

PROSES PENDIDIKAN BERSAMA

PERKEMBANGAN PROSES KEHIDUPAN DAN


PRAGMATIS

KELOMPOK 3 :

AGUS LISTIANA ANNE OCTY WIDHYASMARA

VELIANA AMANAH JULIANTI WIWIN SEPTIAINGSIH

RIZQI AGUNG MUBAROK


A. PROSES PENDIDIKAN BERSAMA
PERKEMBANGAN PROSES KEHIDUPAN

Dengan mengambil pengertian pendidikan secara luas, berarti masalah kependidikan


mempunyai ruang lingkup yang luas pula, meliputi seluruh aspek hidup dan kehidupan
A
manusia atau sepanjang pengalaman yang dialami seseorang, sejak ia dilahirkan hingga
berpisah dengan dunia kehidupan atau mati.

Seseorang mulai mendapatkan pendidikan sejak memperoleh pengalaman dalam


lingkungannya, terutama lingkungan keluarga di mana anak dilahirkan dalam keadaan
lemah tidak berdaya. Anak yang dalam keadaan lemah tidak berdaya tersebut,
sebenarnya telah menyimpan beberapa potensi pembawaan yang serba memungkinkan
untuk ditumbuhkan dan dikembangkan, bagi kelangsungan hidup dan pemenuhan
kebutuhan hidup manusia.
Adapun potensi-potensi yang dibawa sejak lahir yang dibina dan
dikembangkan menjadi sikap hidup

1. Potensi jasmani dan pancaindra, Dengan mengembangkan sikap hidup


sehat, memelihara gizi makanan, olahraga yang teratur, istirahat yang
cukup, lingkungan hidup bersih.
2. Potensi pikir (rasional), Dengan mengembangkan kecerdasan suka
membaca, belajar ilmu pengetahuan yang sesuai dengan minat,
mengembangkan daya pikir kritis, dan objektif.
3. Potensi perasaan dikembangkan,
a. perasaan yang peka dan halus dalam segi moral dan kemanusiaan (etika)
dengan menghayati tata nilai ketuhanan, keagamaan, kemanusiaan, sosial
budaya, dan ilsafat.
b. perasaan estetika dengan mengembangkan minat kesenian dengan
berbagai seginya, sastra dan budaya.
4. Potensi karsa atau kemauan yang keras Dengan mengembangkan sikap rajin
belajar atau bekerja, ulet, tabah menghadapi segala tantangan, berjiwa perintis
(pelopor), suka berprakarsa, termasuk hemat, dan hidup sederhana.
5. Potensi-potensi cipta Dengan mengembangkan daya kreasi dan imajinasi dari segi
konsepsi-konsepsi pengetahuan maupun seni budaya (sastra, puisi, lukisan, desain,
dan model).
6. Potensi karya, Konsepsi dan imajinasi tidak cukup diciptakan sebagai konsepsi,
semuanya diharapkan dilaksanakan secara operasional. Inilah tindakan, amal, atau
karya yang nyata. Misalnya, gagasan yang baik tidak cukup dilontarkan, kita
berkewajiban merintis penerapannya.
7. Potensi budi nurani, Kesadaran ketuhanan dan keagamaan, yakni kesadaran moral
yang meningkatkan harkat dan martabat manusia menjadi manusia yang berbudi
luhur, atau insan kamil atau manusia yang takwa menurut konsepsi agama masing-
masing.
B. PROSES HIDUP MANUSIA DAN FILSAFAT
PENDIDIKAN
Dalam perkembangan sejarah umat manusia,kemudian melahirkan beberapa aliran
filsafat, soisme, filsafat klasik yang kemudian memberikan pengaruh di dalam
pendidikan, yang dimulai oleh filsafat klasik dipelopori oleh Socrates (470-399 SM),
dan di ikuti oleh murid-muridnya Plato dan Aristoteles.Kemudian, Plato melahirkan
filsafat idealisme yang berpandangan bahwa kenyataan itu terdiri atas substansi,
sebagaimana gagasan-gagasan (ide-ide) atau spirit.
Sedangkan Aristoteles (murid Plato), melahirkan filsafat realisme yang berpandangan
bahwa objek atau dunia luar adalah nyata. Atau, bahwa kenyataan itu berbeda
dengan jiwa yang mengetahui objek atau dunia luar tersebut.Aliran-aliran filsafat
pendidikan yang lahir kemudian, seperti progresivisme, essentialisme,
eksistensiahsme, eksperimentalisme, perenniallisme, rekonstruksionisme, dan
lainlain, masih berlandaskan kepada ilsafat idealisme dan realisme tadi. Hampir
semua aliran filsafat ini membicarakan masalah pendidikan.
Pada 1967 di Amerika Serikat (William Burg) di Virginia, pernah diadakan konvensi
internasional pendidikan yang membahas krisis dunia dalam pendidikan. Konvensi
tersebut menganggap masalah pendidikan dunia berasal dari hubungan historis, dari
faktor pertambahan jumlah murid, kelangkaan sumber dana, biaya pendidikan yang
meningkat, ketidakmampuan menyesuaikan hasil (relevansi pendidikan), kelambanan,
dan ketidakefektivan.

Untuk memberikan jawaban atas problematika pendidikan di dunia internasional yang


juga berlaku di Indonesia tersebut maka tanggung jawab kita bertambah berat, dan
beberapa usaha telah dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan nasional
pendidikan kita (bidang garapan ilsafat pendidikan).

Berbagai jenis sekolah dan perguruan tinggi telah kita dirikan, sesuai dengan suasana
baru pendidikan agar kita tidak tertinggal jauh dari negara-negara lain, yang sudah
maju pendidikannya. Kurikulum pendidikan telah beberapa kali disempurnakan, cara
berpikir masyarakat telah berubah maju. Sistem, teori, dan filsafat pendidikan telah
disesuaikan dengan situasi pendidikan kondisi abad komputer danteknologi
(cybernitica) sehingga dengan dunia pendidikan kita sendiri akan melahirkan generasi
baru Indonesia, yaitu manusia yang cerdas dan bertakwa kepada Yang Maha Kuasa.
C. PENGERTIANPRAGMATISME

Pragmatisme berasal dari kata pragma (bahasa Yunani) yang berarti tindakan (practice) atau
perbuatan (action). Sedangkan Isme artinya aliran atau ajaran atau paham. Dengan demikian
Pragmatisme berarti suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar apa yang membuktikan dirinya
sebagai benar dengan perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis. Pragmatisme
adalah aliran pemikiran yang memandang bahwa kebenaran tidak hanya dalam ucapan, dalil atau
teori, tetapi lebih pada faedah atau tindakan bagi kehidupan manusia.

Pada awal perkembangannya, pragmatisme lebih merupakan suatu usaha-usaha untuk menyatukan
ilmu pengetahuan dan filsafat agar filsafat dapat menjadi ilmiah dan berguna bagi kehidupan praktis
manusia. Sehubungan dengan usaha tersebut, pragmatisme akhirnya berkembang menjadi suatu
metoda untuk memecahkan berbagai perdebatan filosofismetafisik yang tiada henti-hentinya,
pragmatisme menemukan suatu metoda yang spesifik, yaitu dengan mencari konsekwensi praktis dari
setiap konsep atau gagasan dan pendirian yang dianut masing-masing pihak.
D. TOKOH-TOKOH FILSAFAT PRAGMATISME

1. CHARLES SANDRE PEIRCE ( 1839 M)


Dalam konsepnya ia menyatakan bahwa, sesuatu dikatakan berpengaruh bila memang memuat hasil
yang praktis. Pada kesempatan yang lain ia juga menyatakan bahwa, pragmatisme sebenarnya bukan
suatu filsafat, bukan metafisika, dan bukan teori kebenaran, melainkan suatu teknik untuk membantu
manusia dalam memecahkan masalah. Pragmatisme tidak hanya sekedar ilmu yang bersifat teori dan
dipelajari hanya untukberfilsafat serta mencari kebenaran belaka, juga bukan metafisika karena tidak
pernah memikirkan hakekat dibalik realitas, tetapi konsep pragmatisme lebih cenderung pada tataran
ilmu praktis untuk membantu menyelesaikan persoalan yang dihadapi manusia.

2. WILLIAM JAMES (1842-1910 M)


James mengemukakan bahwa tiada kebenaran yang mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap,
yang berdiri sendiri dan terlepas dari segala akal yang mengenal. Sebab pengalaman kita berjalan
terus dan segala yang kita anggap benar dalam pengembangan itu senantiasa berubah, karena di
dalam prakteknya apa yang kita anggap benar dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutnya. Oleh
karena itu, tidak ada kebenaran mutlak, yang ada adalah kebenaran-kebenaran (artinya, dalam bentuk
jamak) yaitu apa yang benar dalam pengalaman-pengalaman khusus yang setiap kali dapat diubah
oleh poengalaman berikutnya.
3. JOHAN DEWEY (1859-1952 M)
Menurutnya, filsafat bertujuan untuk memperbaiki kehidupan manusia serta lingkungannya atau
mengatur kehidupan manusia serta aktifitasnnya untuk memenuhi kebutuhan manusiawi.
Sebagai pengikut pragmatisme, John Dewey menyatakan bahwa tugas filsafat adalah
memberikan pengarahan bagi perbuatan nyata. Filsafat tidak boleh larut dalam pemikiran-
pemikiran metafisis yang kurang praktis, tidak ada faedahnya. John Dewey lebih suka menyebut
sistemnya dengan istilah instrumentalisme. Pengalaman adalah salah satu kunci dalam filsafat
instrumentalisme. Oleh karena itu filsafat harus berpijak pada pengalaman dan mengolahnya
secara aktif-kritis. Dengan demikian, filsafat akan dapat menyusun sistem norma-norma dan nilai-
nilai.
Instrumentalisme ialah suatu usaha untuk menyusun suatu teori yang logis dan tepat dari konsep-
konsep, pertimbangan-pertimbangan, penyimpulan-penyimpulan dalam bentuknya yang
bermacam-macam itu dengan cara utama menyelidiki bagaimana pikiran-pikiran itu dengan cara
utama menyelidiki bagaimana pikiran-pikiran itu berfungsi dala penemuanpenemuan yang
berdasarkan pengalaman yang mengenai konsekuensikonsekuensi di masa depan.
E .ALIRAN – ALIRAN DALAM PRAGMATISME

1. PRAGMATISME YANG BERPEGANG TEGUH PADA PRAKTIK


Mereka memandang hidup manusia sebagai suatu perjuangan untuk hidup yang berlangsung
terus-menerus yang didalamnya hal yang terpenting ialah konsekuensi-konsekuensi yang
bersifat praktis. Konsekuensikonsekuensi yang bersifat praktis erat hubungannya dengan makna
dan kebenaran, demikian eratnya sehingga oleh seorang penganut pragmatisme dikatakan
bahwa kedua hal tersebut sesungguhnya merupakan keunggulan.

2. MAKNA DAN KEBENARAN BERHUBUNGAN DENGAN KONSEKUENSI – KONSEKUENSI


Sesungguhnya makna yang menyangkut ide dan kebenaran menyatakan hubungan antara ide-
ide yang dipandang berhubungan dan hubungan dengan suatu yang ditunjuk oleh ide-ide
tersebut. Seorang penganut pragmatisme melakukan pendekatan terhadap penyelesaian
masalah ini dengan mempertimbangkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh orang yang
berfikir. Pragmatisme membuat kebenaran menjadi pengertian yang dinamis dan nisbi, sambil
berjalan kita membuat kebenaran karena masalah-masalah yang kita hadapai bersifat nisbi bagi
kita.
3. KENYATAAN SUATU PROSES DI DALAM WAKTU
Ditinjau dari sudut ontologi, seorang penganut pragmatisme memandang kenyataannya
sebagai suatu proses di dalam waktu yang didalamnya yang mengetahui nyata-nyata
memainkan peranan yang kreatif. Dalam arti yang konkrit “yang mengetahui” membuat hari
depan ketika ia membuat kebenaran, hari depan bukanlah sesuatu yang telah ditentukan
yang sepenuhnya tergntung pada masa lampau, melainkan setiap langkah “yang
mengetahui” untuk memasukkan unsur baru yang bersifat menentukan.

4. INSTRUMENTALISME
John Dewey lebih suka menamakan cara penggambarannya mengenai pragmatisme
dengan memakai istilah pragmatisme dengan instrumentalisme, untuk memberikan tekanan
pada hubungan antara ajarannya dengan tori biologi tentang evolusi. John Dewey
memandang tiap-tiap organisme berada dalam keadaan perjuangan yang berlangsung terus
menerus terhadap alam sekitarnya dan mengembangkan berbagai perabot yang
memberikan bantuan dalam perjuangan tersebut.

5. DAYA TARIK PRAGMATISME


Pragmatisme merupakan suatu ajaran yang memberikan ukuran bagi makna dan kebenaran
berdasarkan atas proses yang hidup dari penyelesaian masalah
SELESAI SUDAH PRESENTASI
KAMI, SEPERTI KAMU DAN DIA
YANG SELESAI TANPA DIMULAI.

THANKS!
2. PENGERTIAN FILSAFAT PENDIDIKAN

Filsafat Pendidikan adalah persoalan yang melekat secara kodrati didalam diri
manusia. Pendidikan terjadi ketika manusia berinteraksi dengan dirinya, dengan
masyarakat, dengan alam dan dengan Tuhan. Dengan kata lain, hubungan kodrat antara
pendidikan dan manusia, pada taraf eksternal, bagaikan hubungan antara jiwa dan badan
manusia. Fakta kehidupan demikian mendorong perlunya dibangun kembali filosofi
pendidikan yang sesuai dengan kodrat hidup manusia. Dengan filosofi pendidikan baru
diharapkan penyelenggaraan pendidikan bisa mengharmonisasikan antara tujuan
pendidikan dengan tujuan kehidupan manusia, sehingga jurang pemisah itu bisa juga
dijembatani dan jalan menuju perkembangan kehidupan manusia lebih lapang.
Filsafat adalah induk semua bidang ilmu dan disiplin ilmu pengetahuan,
dengan sudut pandang yang bersifat komprehensif berupa ‘hakikat’ Artinya,
filsafat memandang setiap objek dari segi hakikatnya sedangkan pendidikan
adalah suatu bidang studi sekaligus disiplin ilmu pengetahuan yang persoalan
khususnya adalah ‘menumbuh kembangkan potensi manusia menjadi semakin
dewasa dan matang (maturity human potens)’. Jadi filsafat pendidikan
mempunyai persoalan sentral berupa hakikat pematangan potensi manusia.
KETERKAITAN ANTARA PROSES PENDIDIKAN DAN KEHIDUPAN
PENDIDIKAN

Keterkaitan antara Proses Pendidikan dan Kehidupan Pendidikan adalah masalah


yang memerlukan perhatian khusus demi keberlangsungan hidup seseorang. Semua
pengalaman yang dialami seseorang semenjak dia lahir sampai dewasa atau meninggal
dapat dikatakan sebagai proses yang mengarah ke pendidikan. Pendidikan formal yang
ada di sekolah sejatinya hanyalah salah satu bagian terkecil dari beberapa bagian yang
harus dipenuhi dalam kehidupan sebab pendidikan yang sesungguhnya yakni ketika
seseorang berada di lingkungan keluarga dan masyarakat yang lebih nyata dalam
mendapatkan pendidikan secara alami. Namun hal tersebut tidak menjadikan
pendidikan formal tidak serta merta harus ditinggalkan. Ia tetap diperlukan sebagai
bagian dari proses pendidikan bagi seseorang.
Dalam keluarga misalnya, seorang anak dengan berinteraksi bersama orangtua dan
saudara-saudaranya maka secara alami atau tidak langsung ia sudah menjalani proses
pendidikan. Keluarga biasanya disebut sekolah pertama bagi anak karena lingkungan
keluarga lah yang paling pertama tersentuh oleh seseorang. Belum lagi ketika mereka
sudah diserahi tanggung jawab mulai dari yang paling ringan misalnya diminta untuk
mengambilkan sesuatu, mengerjakan apa-apa yang diperintahkan oleh orang tua atau
penghuni rumah, semua itu adalah bentuk pendidikan yang sedang dijalani dalam
lingkungan keluarga. Pengertian pendidikan berarti usaha manusia dewasa secara sadar
dalam membimbing, melatih, mengajar, dan menanamkan nilai- nilai dan pandangan
hidup kepada manusia yang belum dewasa. Tujuannya, agar menjadi manusia dewasa,
bertanggung jawab, dan mampu mandiri sesuai sifat, hakikat, dan ciri-ciri
kemanusiaannya. Masalah kependidikan mempunyai ruang lingkup yang luas pula, yang
meliputi segala aspek kehidupan dan pengalaman yang dialami manusia sejak lahir sampai
mati.
PROSES HIDUP MANUSIA DAN FILSAFAT PENDIDIKAN

Manusia sebagai penghuni alam jagat ini ternyata banyak mengikut kepada
hukum yang berlaku di alam jagat ini. Namun sebagai makhluk, dia bukanlah sebagai
makhluk-makhluk lain. Ia diberi oleh Tuhan ciri-ciri khusus untuk membolehkannya
memegang jabatan sebagai wakil atau khalifah Allah di atas bumi. Sudah merupakan
suatu kenyataan dalam proses kehidupan manusia, bahwa mereka harus melaksanakan
tugas- tugas hidup yang dilaksanakan dan ditunaikan dengan baik dan sempurna, sejak
zaman kehidupan mereka yang sederhana, dihutan rimba dan digoa batu, atau ditempat
lainnya, sampai kehidupan umat abad 21 ini. Di dalam kehidupan manusia yang
sederhana, mereka bersusah payah dan penuh kesulitan yang beragam dalam
menghadapi perjuangan hidup, bersama dengan hewan dan makhluk lainnya dalam
memperebutkan
Filosof beraliran Rasionalisme yang berkebangsaan Prancis yang dalam usianya
yang sudah lanjut mempertanyakan tentang ada atau tidak ada dirinya. Dia bertanya,
justru karena dia mengerti barang-barang yang infra human, artinya di bawah taraf
manusia, seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan, tidak dapat bertanya karena tidak
mengerti. Manusia mengerti, manusia menangkap dirinya. Dalam tangkapan itu,
timbullah pertanyaan tentang diri sendiri dan arti hidupnya. Oleh karena itu, wajib bagi
manusia menyadari dengan sungguh-sungguh akan pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan tadi. Proses pemikiran manusia seperti ini dalam kehidupan manusia, juga
mendasari perkembangan filsafat pendidikan atau sebagai dasar filsafat pendidikan.
Dalam perkembangan sejarah umat manusia, maka tampillah manusia-manusia unggul
yang mengadakan perenungan, pemikiran, penganalisisan terhadap problem hidup dan
kehidupan, dan alam semesta.
Manusia sebagai makhluk hidup umumnya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.

Organ tubuhnya kompleks dan sangat khusus, terutama otaknya.


Mengadakan metabolisme atau penyusunan dan pembongkaran zat, yaitu ada zat
yang masuk dan keluar.
Memberikan tanggapan terhadap rangsangan ari dalam dam luar.
Memiliki potensi untuk berkembang.
Tumbuh dan berkembang.
Berinteraksi dengan lingkungannya.
Bergerak.
Apabila dibandingkan dengan tubuh hewan tingkat tinggi lainnya, seperti
gajah, harimau, burung dan buaya, tubuh manusia lebih lemah. Gajah dapat
mengangkat balok yang berat, harimau dapat berjalan cepat, burung dapat
tebang, dan buaya dapat berenan cepat. Sekalipun demikian, rohani manusia,
yaitu akal budi dan kemauannya, manusia dapat menggembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dengan kedua alat tersebut, manusia dapat
menguasai dan mengungguli makhluk lain. Manusia memiliki salah satu sifat
yang paling esensial, yaitu berpikir, dan lahirnya filsafat pendidikan tentang
manusia berasal dari pemikiran manusia tantang jati dirinya yang unik dan
misterius.
FUNGSI PENDIDIKAN DALAM KEHIDUPAN MANUSIA

Menurut Prof. Richey tersebut, istilah pendidikan berkenaan dengan fungsi


yang luas mengenai pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat,
terutama memperkenalkan kepada warga mengenai tanggung jawab bersama di
dalam masyarakat.
Adapun fungsi pendidikan tentang manusia adalah ;

O Meningkatkan pola hidup manusia dimuka bumi


O Meningkatkan kebudayaan masyarakat dalam merekayasa dan mengengploitasikan
alam
O Meningkatkan kemandirian manusia dalm bertahan hidup
O Memelihara kelangsungan reproduksi
O Mewaspadai gejala alam yang akan menimbulkan petaka bagi manusia
O Memelihara dirinya dari berbagai ancaman penyakit
O Beradaptasi dengan kondisi alam yang berubah-ubah
O meningkatkan harkat dan martabat manusia dari segi pendidikan kealaman
O fungsi ekonomi, politik, agama dan sosial budaya ; dan
O sarana pengabdian kepada Tuhan.
TUJUAN FILSAFAT PENDIDIKAN

Filsafat pendidikan memiliki tujuan di antaranya sebagai berikut

 Memberikan landasan dan sekaligus mengarahkan kepada proses


pelaksanaan pendidikan;
Membantu memperjelas tujuan-tujuan pendidikan;
Melaksanakan kritik dan koreksi terhadap proses pelaksanaan tersebut;
Melakukan evaluasi terhadap metode dari proses pendidikan;
PERANAN FILSAFAT PENDIDIKAN

Proses pendidikan adalah proses perkembangan yang teleologis, bertujuan.


Tujuan proses perkembangan itu secara alami ialah kedewasaan,
kematangan. Sebab potensi manusia yang paling alamiah ialah bertumbuh
menuju ketingkat kedewasaan, kematanga. Potensi ini akan terwujud apabila
prakondisi alamiah dan social manusia memungkinkan, misalnya: iklim,
makanan, kesehatan, keamanan, relative sesuai dengan kebutuhan manusia.
Apakah makna kedewasaan, kematangan diatas bersifat biologis-jasmaniah,
rohaniah(pikir, karsa dan rasa), atau cara moral dalam arti bertanggung jawab, sadar-
normatif. Persoalan ini sudah mencakup scope dan pengertian tujuan pendidikan
yang harus didasarkan pula atas system nilai dan asas-asas normative suatu
kebudayaan, dengan demikian masalah tersebut sudah merupakan bidang filsafat
pendidikan. Sebab lebih dari pada hanya perkembangan yang berasas teleologis
secara alamiah itu, manusia pun mengandung potensi-potensi human dengan
martabat kemanusiaannya. Manusia dengan kodrat human dignity itu, memiliki
kesadaran diri (self- existence), potensi piker, rasa dan karsa. Bahkan manusia
mempunyai dorongan untuk merealisasi potensi-potensi psikologisini supaya
berkembang sebagai satu self-realization dan ideal-self guna berfungsi dan
bermanfaat bagi hidup pribadi dan sosialnya.
Manusia kemudian melihat kenyataan, bahwa tidak semua manusia
berkembang sebagaimana diharapkan. Lahirlah didalam pemikiran manusia
problem-problem tentang kemungkinan-kemungkinan perkembangan potensi
manusia itu. Manakah yang lebih menentukan potensi yang kodrati, faktor-
faktor alam sekitar, factor luar, khususnya pendidikan. Tema problem ini
memang klasik, karena memang sudah lama ada didalam kontteks filsafat,
psikologi, pendidikan, genetika dan sebagainya.
Sesungguhnya adanya aktifitas dan lembaga-lembaga pendidikan
merupakan jawaban manusia atas problema itu. Karena umat manusia
berkesimpulan dan yakin bahwa pendidikan itu mungkin dan mampu
mewujudkan potensi manuusia sebagai aktualitas, mata pendidikan itu
diselenggarakan.
Timbulnya problem dan pikiran pemecahannyaitu adalah bidang pemikiran
filsafat dalam hal ini filsafat pendidikan. Ini berarti pendidikan adalah
pelaksanaan dari pada ide-ide filsafat. Dengan perkataan lain ide filsafat yang
member asas kepastian bagi nilai peranan pendidikan bagi pembinaan manusia
telah melahirkan ilmu pendidikan, lembaga pendidikan dan aktifitas
penyelenggaraan pendidikan. Jadi peranan filsafat pendidikan merupakan sumber
pendorong adanya pendidikan. Dalam bentuknya yang lebih terperinci
kemudian, filsafat pendidikan manjadi jiwa dan pedoman asasi pendidikan

Anda mungkin juga menyukai