PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu :
a) Untuk mengetahui apa saja teori-teori dalam PTK.
b) Untuk mengetahui landasan yuridis PTK.
c) Untuk mengetahui implementasi PTK di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. LANDASAN FILOSOFIS PTK
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, filosofi atau filsafat adalah 1)
pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala
yang ada, sebab, asal, dan hukumnya; 2) teori yang mendasari alam pikiran
atau suatu kegiatan; 3) ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika, dan
epistimologi.
C. IMPLEMENTASI PTK
Banyak ragam kebijakan pendidikan kejuruan yang sedang
dilaksanakan saat ini, tetapi lima kebijakan pendidikan kejuruan berikut
memerlukan kajian kritis, yaitu proporsi jumlah siswa SMA:SMK, fungsi SMK,
Kurikulum 2013, pendidikan kewirausahaan, dan kespesifikan daerah.
Pertama, kebijakan pembalikan proporsi jumlah siswa SMA:SMK dari
70%:30% pada tahun 2008 menjadi 30%:70% pada tahun 2015 juga
merupakan keputusan hedonis tanpa mendasarkan kajian yang luas dan
mendalam berdasarkan konteks Indonesia. Kebijakan ini ditetapkan oleh
Menteri Pendidikan Nasional (sekarang Mendikbud) dalam bentuk perintah
lisan, kemudian dituliskan dalam Renstra Kemendikbud 2010-2014
(Permendiknas 44/2010), dirinci dalam Renstra Pendidikan Menengah 2010-
2014, dan diluweskan proporsinya sesuai konteks daerah melalui
Permendikbud 80/2013 tentang Pendidikan Menengah Universal. Sampai
sekarang belum jelas apakah kebijakan perbanyakan SMK telah mampu
mempermulus transisi lulusannya memperoleh pekerjaan dengan mudah dan
relevan, dan mampukah SMK mendukung pembangunan ekonomi? Padahal,
SMK dituntut menyelenggarakan program-program yang mampu menjamin
siswanya untuk memperoleh pekerjaan yang layak. Penjaminan terhadap
siswanya untuk memperoleh pekerjaan yang layak merupakan tugas tidak
mudah karena melibatkan banyak pihak. Meskipun demikian, upaya-upaya
untuk memastikan agar lulusan SMK segera memperoleh pekerjaan
merupakan tugas penting SMK, baik melalui pembelajaran yang bermutu
tinggi dan relevan dengan kebutuhan dunia kerja maupun melalui program-
program bimbingan dan konseling kejuruan yang dirancang dengan baik.
Kedua, hampir seluruh SMK saat ini hanya menyelenggarakan fungsi
tunggal, yaitu menyiapkan lulusannya untuk bekerja. Fungsi-fungsi lain yang
juga tidak kalah penting belum dilaksanakan secara maksimal, misalnya
pelatihan bagi penganggur, pelatihan bagi karyawan perusahaan,
pengembangan unit produksi/teaching factory, industri masuk SMK/teaching
industry, lembaga sertifikasi profesi (LSP), tempat uji kompetensi (TUK), dan
pengembangan bahan pelatihan. Akibatnya, sumber daya SMK terutama guru
dan fasilitas sekolah belum dimanfaatkan secara maksimal sehingga terjadi
idle capacity/under utilization. Ketiga, hampir seluruh SMK saat ini
menyiapkan siswanya hanya untuk bekerja pada bidang keahlian tertentu
sebagai pekerja/karyawan/pegawai. Sangat sedikit sekali SMK yang sengaja
menyiapkan siswanya untuk menjadi wirausahawan (pengusaha). Padahal,
menurut Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (2010), lulusan SMK
yang diterima sebagai karyawan di sektor formal hanya 30% dan yang 70%
bekerja di sektor informal (usaha mikro/kecil) yang tidak pernah dipersiapkan
dengan baik oleh SMK. Oleh karena itu, SMK harus menyiapkan siswanya
untuk menjadi karyawan dan wirausahawan/pengusaha. Keempat,
pelaksanaan Kurikulum 2013 secara mendadak mengakibatkan tingkat
kesiapan pelaksanaan di sekolah kurang memadai. Secara rasional, kita tidak
bisa mendesakkan pekerjaan yang terlalu besar dalam waktu yang terlalu
singkat. Ini semua terjadi karena peran penelitian kebijakan lemah dalam
mempengaruhi praktisi (birokrat/teknokrat) dan politisi pendidikan. Kelima,
kebijakan pendidikan kejuruan Indonesia semestinya harus mencurahkan
perhatiannya terhadap kespesifikan daerah seraya tetap memenuhi
kebutuhan nasional dan tuntutan internasional
Pendidikan kejuruan itu adalah pendidikan ekonomi sehingga tiga
pertanyaan berikut harus dijawab dengan tepat, yaitu what to produce, how to
produce, and for whom. Oleh karena itu, SMK harus pro-penciptaan lapangan
kerja, pro-kegiatan ekonomi, pro-pertumbuhan ekonomi, pro-pemerataan
ekonomi, dan pro-kesejahteraan (pro-job, pro-activity, progrowth, pro-
distribution, dan pro-prosperity). Mengingat lulusan SMK dirancang untuk
memasuksi dunia kerja (utamanya) yang relevan, maka perencanaan
pengembangan SMK harus didasarkan atas manpower planning approach,
bukansocial demand planning approach agar lulusannya selaras dengan
kebutuhan dunia kerja. Hasil pengamatan yang lain, universitas-universita
mulai prihatin karena jumlah peserta ujian masuk perguruan tinggi menurun
dar iwaktu kewaktu dan mutu hasil tes masuk perguruan tinggi juga
mengalami penurunan karena banyaknya lulusan SMK yang mengikuti tes
masuk perguruan tinggi yang nota bene kurang dipersiapkan untuk itu.
Implementasi kebijakan pendidikan kejuruan kurang efektif (belum
optimal) karena faktor-faktor yang diperlukan untuk implementasi kebijakan
pendidikan kejuruan kurang memadai tingkat kesiapannya, yaitu :
Filsafat adalah ilmu yang berkaitan erat dengan hal-hal yang dipikirkan oleh
manusia yang mengandung proses dan hasil pemikiran dan memecahkan
permasalahan-permasalahan yang terjadi. Filsafat sangat berkaitan dengan
pendidikan. Pendidikan kejuruan adalah bagian dari sebuah pendidikan yang
menyiapkan peserta didik untuk masuk dalam dunia dunia kerja yang sesuai di
persyaratkan oleh dunia saat ini. Pendidikan ini bertujuan untk mengasah atau
mengembangkan pengetahuan, skill, sikap dan nilai-nilai laiinya sehingga
mampu bersain dalam dunia kerja maupun untuk masuk dalam jenjang
pendidikan yang lebih tinggi. Terdapat beberapat aliaran filsafat yang
mempengaruhi pendidiakn kejuruan namun menurut Putu Sudira dalam bukunya
bahawa aliran filosofi yang paling sesuai yang diterapkan dalam pendidikan
kejuruan adalah filosofi pragmatisme.
Pendidikan. Dalam Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang R.I. No. 20 Tahun
2003 dinyatakan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkansuasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkanpotensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara”. Di Indonesia, SMK termasuk pendidikan menengah dan pendidikan
vokasi termasuk pendidikan tinggi. Definisi pendidikan kejuruan secara yuridis
tercantum dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang SPN, Pasal
15 menyatakan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah
yang menyiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.
Dalam pengimplementasian pendidikan kejuruan Banyak ragam
kebijakan pendidikan kejuruan yang sedang dilaksanakan saat ini, tetapi lima
kebijakan pendidikan kejuruan berikut memerlukan kajian kritis, yaitu proporsi
jumlah siswa SMA:SMK, fungsi SMK, Kurikulum 2013, pendidikan
kewirausahaan, dan kespesifikan daerah. Implementasi kebijakan pendidikan
kejuruan kurang efektif (belum optimal) karena faktor-faktor yang diperlukan
untuk implementasi kebijakan pendidikan kejuruan kurang memadai tingkat
kesiapannya seperti komunikasi kebijakan yang dilakukan oleh berbagai pihak
terhadap pelaksana kebijakan di tingkat daerah dan satuan pendidikan sering
kurang merata, kurang akurat, dan kurang konsisten, resistensi terhadap
perubahan, dan desentralisasi pendidikan telah menimbulkan keterkaitan
yang hilang antara Kemendikbud dan daerah karena hubungan antara
keduanya hanya bersifat koordinatif sehingga apa yang dianggap penting oleh
Mendikbud belum tentu dianggap penting daerah (birokrat pendidikan daerah
lebih menaati gubernur/bupati/walikota dari pada Mendikbud).
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Muhammad. 2015. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Pt Aditya Anderibina
Agung
Faisal Muh. 2018. Makalah Filsafat Ilmu. Https://Id.Scribd.Com/Document
/392208379/Makalah Filsafat-Ilmu Di akses Pada Tanggal 30 September
2020
Hadiman Suyono. 2015. Landasan Yuridis Penyelenggaraan Pendidikan Di
Indonesia. Https://Slideplayer.Info/Slide/4879230/ Di akses Pada Tanggal
1 Oktober 2020.
Hamka. 2016. Filsafat Pendidikan. Sidoarjo: Nizamia Learning Center
Johar Maknun. Http://File.Upi.Edu/Direktori/Sps/Prodi.Pendidikan _ipa/19680
308199303_Maknun/Pend-Kejuruan.Pdf Di akses pada tanggal 30
September 2020
Kristiawan Muhammad. 2016. Filsafat Pendidikan; Th E Choice Is Yours.
Penerbit Valia Pustaka Jogjakarta: Yogyakarka
Muslimin. 2016. Http://Musliminptk2016.Blogspot.Com/2017/02/Landasan-
Filosofi-Yuridis-Dan.Html. Diakses Pada Tanggal 28 September 2020
Rukiyati, Purwastuti Andrianni. L. 2015. Mengenal Filsafat Pendidikan.
Http://Staffnew.Uny.Ac.Id/Upload/131763780/Pendidikan/Bpk-Mengenal-
Filsafat-Pendidikan.Pdf Dikakses Pada Tanggal 30 Sepember 2020
Slamet Ph. Http://Staff.Uny.Ac.Id/Sites/Default/Files/Pendidikan/Slamet-Ph-
Mamedmlhr-Dr-Prof/2-Kebijakanok.Pdf Diakseses Pada Tanggal 1
Oktober 2020
Sudira Putu. 2016. Tvet Abad Xxi Filosofi, Teori, Konsep, Dan Strategi
Pembelajaran Vokasional. Yogyakarta: Uny Press
Usman Husaini,Darmno. 2016. Pendidikan Kejuruan Masa Depan.
Http://Staffnew.Uny.Ac.Id/Upload/130683974/Lainlain/Pendidikan
%20kejuruan%20masa%20depan.Pdf Di akses pada tanggal 30
September 2020
Widyanti Hestina. 2017. Filsafat_Pendidikan_Kejuruan_Pdf.Pdf. Diakases Pada
Tanggal 30 September 2020