Anda di halaman 1dari 47

PENGARUH EMPLOYABILITY SKILL DAN

KETERAMPILAN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA


DI SMK TELKOM MAKASSAR

HIKMA ARIANTI
201052003012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA


DAN KOMPUTER
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK DAN KEJURUAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN 2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekolah menengah kejuruan (SMK) merupakan lembaga pendidikan

kejuruan yang bertujuan menyiapkan pesera didik menjadi tenaga kerja yang

terampil dan mengutamakan kemampuan untuk melaksanakan jenis pekerjaan

tertentu. Menurut Kuat (2017), menyatakan bahwa tuntutan peran dan fungsi

sekolah menengah kejuruan dalam mempersiapkan kelulusan yang memiliki

standar kelulusan internasional, memiliki kompetensi dan relevansi yang tinggi

dengan tuntutan global masih sekedar orientasi dan tujuan semata,

implementasinya jauh dari harapan antara impian dan kenyataan yang jauh.

Menurut Hasan,2010 (dalam Tri kuat 2017) bahwa fungsi pendidikan

kejuruan adalah (1) menyiapkan siswa menjadi manusia Indonesia seutuhnya

yang mampu meningkatkan kualitas hidup, mampu mengembangkan dirinya,

dan memiliki keahlian dan keberanian membuka peluang meningkatkan

penghasilan, (2) menyiapkan menjadi tenaga kerja produktif, dalam rangka

memenuhi keperluan tenaga kerja dunia usaha dan industri, menciptakan

lapangan kerja, merubah status siswa ketergantungan menjadi produktif, (3)

menyiapkan siswa menguasai iptek sehingga mampu menguasai dan memiliki

kemampuan dasar untuk mengembangkan dirinya.Adapun pendidikan kejuruan

bertujuan (1) memberikan bekal ketrampilan individual dan ketrampilan yang

laku di masyarakat, sehingga peserta didik secara ekonomis dapat menopang

kehidupannya, (2) membantu peserta didik memperoleh atau mempertahankan


pekerjaan yang diinginkan, (3) mendorong produktivitas ekonomi secara

regional maupun nasional, (4) mendorong terjadinya tenaga terlatih untuk

menopang ekonomi dan industri, dan (5) mendorong dan meningkatkan kualitas

masyarakat. Pendidikan harus mengikuti zaman sehingga di perlukan langkah-

langkah untuk memperbaiki sekolah kejuruan. Salah satu upaya yang dilakukan

pemerintah adalah dengan mengeluarkan Inpres nomer 9 tahun 2016 tentang

revitalisasi sekolah menengah kejuruan dalam rangka peningkatan kualitas dan

daya saing sumberdaya manusia Indonesia ( Tri Kuat, 2017).

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional pasal 15 Depdiknas

(2006:8) disebutkan bahwa Pendidikan Kejuruan merupakan pendidikan

menengah yang mempersiapakan peserta didik untuk bekerja dalam bidang

tertentu. Sejalan dengan undang-undang tersebut, Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK) marupakan salah satu institusi yang menyiapkan tenaga kerja yang

memiliki keterampilan dan sikap profesional sebagaimana yang diharapkan

dunia usaha atau dunia industri. Pendidikan kejuruan dirancang khusus untuk

memfasilitasi peserta didik agar dapat menguasai suatu bidang keahlian baik

dalam aspek soft skills maupun hard skills dengan harapan menjadi SDM yang

siap memasuki dunia kerja dan terjun dalam kehidupan bermasyarakat, serta

memiliki sikap yang baik dan sesuai norma yang berlaku di masyarakat.

Keberadaan SMK dalam mempersiapkan tenaga kerja tingkat menengah

yang terampil, masih perlu ditingkatkan. Belum semua lulusan SMK dapat

memenuhi tuntutan lapangan kerja yang sesuai dengan bidang keahlian yang

dimiliki. Wijaya, Sudjimat, & Nyoto, 2016 ( dalam Sulistia Ningsih (2018).
Kesiapan kerja merupakan keseluruhan kondisi individu yang meliputi

kematangan fisik, mental dan pengalaman serta adanya kemauan dan

kemampuan untuk melaksanakan suatu pekerjaan atau kegiatan (Alfan, 2014).

Berdasar hasil penelitian Baiti dan Munadi (Baiti & Munadi, 2014), kesiapan

adalah kemauan atau keinginan dan kemampuan untuk mengusahakan suatu

kegiatan tertentu, dalam hal ini bergantung pada tingkat kematangan,

pengalaman masa lalu, keadaan mental, dan emosi seseorang. “Program

kesiapan kerja adalah kompetensi yang didasarkan pada program yang

memanfaatkan pengalaman belajar untuk diberikan kepada siswa agar dapat

bekerja dengan baik”. Program ini harus dilakukan oleh semua pihak yang

terlibat dalam bidang pendidikan.

“Program kesiapan kerja adalah kompetensi yang didasarkan pada

program yang memanfaatkan pengalaman belajar untuk diberikan kepada siswa

agar dapat bekerja dengan baik”. Program ini harus dilakukan oleh semua pihak

yang terlibat dalam bidang pendidikan

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Handaru Utomo (2012)

menunjukan bahwa Kesiapan kerja siswa ditinjau dari kompetensi kognitif

dikategorikan siap (73%). Kesiapan kerja siswa ditinjau dari kompetensi

psikomotorik dikategorikan siap (75%). Kesiapan kerja siswa ditinjau dari

kompetensi afektif dikategorikan siap (63%). Aspek kompetensi siswa secara

keseluruhan dikategorikan sangat siap (81%). Kesiapan kerja siswa ditinjau dari

motivasi internal dikategorikan sangat siap (80%). Kesiapan kerja siswa ditinjau

dari motivasi ekternal dikategorikan siap (71%). Aspek motivasi siswa secara
keseluruhan dikategorikan sangat siap (86%). Sehingga dapat disimpulkan

bahwa peserta didik memiliki kesipan kerja yang dpat dilihat dari beberapa aspek

kompetensi mulai dari kompetensi kognitif, psikomotorik, afektif, dan

kompetensi.

Dalam penelitian lain yang dilakukan Imam A, Dkk (2018) Hasil

penelitian yang diperoleh bahwa kesiapan kerja pada aspek pemahaman

termasuk kategori sangat tinggi. Aspek pengetahuan sebagian besar peserta didik

memiliki kesiapan kerja kategori sangat tinggi. Aspek keterampilan lebih dari

setengahnya peserta didik memiliki kesiapan kerja pada kategori tinggi. Aspek

kepribadian sebagian besar peserta didik memiliki kesiapan kerja kategori sangat

tinggi. Secara keseluruhan menunjukkan bahwa sebagian besar peserta didik

memiliki kesiapan kerja yang sangat tinggi.

Pendidikan kejuruan mempunyai tujuan utama untuk mempersiapkan

para siswa agar dapat membekali dirinya di era perkembangan industri dan

teknologi yang cepat. Sehingga di perlukan adanya Employability Skills.

Employability Skills merupakan suatu keterampilan yang memungkinkan

seseorang untuk mendapatkan pekerjaan atau dapat tetap bekerja, meliputi

keterampilan personal, keterampilan interpersonal, sikap, kebiasaan, dan

perilaku. Lankard, 1990 dalam (Sudju, Munandi 2019).

McQuaid dan Lindsay, 2005 (dalam Utami, 2019) mendefinisikan

employability skills sebagai kemampuan seseorang untuk dapat siap bekerja dan

siap untuk bersaing dalam mengisi peluang karier yang tersedia. Dalam hal ini,

employability skills merupakan kemampuan adaptasi seseorang dalam


mengidentifikasi dan mengembangkan peluang karier. Fugate, Kinicki &

Ashforth, 2004 (dalam Utami, 2019). Lowden dkk, 2011 mengatakan bahwa

employability skills membantu mempersiapkan seseorang dalam mendapatkan

pekerjaan dan menjalankan perannya sebagai seorang karyawan pada suatu

organisasi.

Employability skills juga membantu seseorang untuk dapat secara

mudah mendapatkan pekerjaan kembali ketika berhenti atau diberhentikan

(Brewer, 2013). Pool & Sewell, 2007 (dalam Lydia, 2019) menyatakan bahwa

employability skills membantu seseorang untuk mewujudkan kemampuan yang

dimiliki dalam hubungannya dengan kehidupan kerja, kemampuan yang

dimaksud terdiri dari pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan atribut

pribadi, serta bagaimana cara untuk menggunakan dan merepresentasikan

kemampuan yang dimiliki. Kemampuan yang dimaksud tidak hanya

pengetahuan dan keterampilan secara teknis (hard skill) saja, tetapi juga meliputi

sikap dan tindakan (soft skill), seperti mampu menyesuaikan diri dengan rekan

kerja maupun atasan, kemampuan dalam membuat keputusan, kerjasama tim dan

keterampilan komunikasi (Lowden dkk, 2011), bahkan soft skill dinilai lebih

diutamakan dari pada hard skill (Mansour & Dean, 2016).

Employability skills yang tinggi mampu membantu meningkatkan

kesempatan seseorang untuk mendapatkan pekerjaan (Fugate, Kinicki &

Ashforth, 2004). Employability skills dapat meningkat ketika seseorang

memiliki keterampilan komunikasi, kemampuan memecahkan masalah,

kemauan untuk belajar, kerjasama tim, kemampuan berpikir kritis, kreatif dan
inovatif (Wilton, 2014; Mansour & Dean, 2015 dalam utami 2019), kemampuan

dalam membuat keputusan, kemampuan adaptasi (Hashim, 2015), serta

keterampilan teknis atau keterampilan dalam menggunakan teknologi (Kulkarni

& Chachadi, 2014; Paadi, 2014).

Selain itu, employability skills dapat meningkat ketika kemampuan yang

dimiliki sesuai dengan pekerjaan. Seperti yang dikatakan oleh Pool & Sewell

2007 (dalam Utami, 2019) seseorang yang memiliki kemampuan yang sesuai

dengan pekerjaannya akan cenderung bekerja lebih baik, merasa lebih tertantang

secara mental untuk melakukan pekerjaannya dan merasa nyaman dengan

pekerjaannya, sehingga dapat menghasilkan tingkat kepuasan kerja yang tinggi

dan dapat menghasilkan prestasi kerja yang baik. Atas dasar itu, akan lebih baik

jika adanya keseimbangan antara kemampuan yang dimiliki dengan pekerjaan.

Sehingga menjadi salah factor untuk siswa lulusan SMK siap untuk menghadapi

tangtangan dunia kerja atau industry.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa employability skills

yang baik sangat dibutuhkan oleh lulusan SMK, karena dapat mempengaruhi

dalam memperoleh dan mempertahankan pekerjaan. Maka Berdasarkan dari

uaraian diatas maka peneliti mengangkat penelitian ini dengan judul “ Pengaruh

Employability Skill dan Keterampilan Terhadap Kesiapan Kerja Siswa Di SMK

TELKOM Makassar”
B. Rumusan Masalah
1. Seberapa tinggi tingkat employability skill siswa SMK TELKOM Makassar?

2. Seberapa tinggi Keterampilan kerja siswa SMK TELKOM Makassar?

3. Seberapa tinggi kesiapan kerja siswa SMK TELKOM Makassar?

4. Apakah ada hubungan positif dan signifikan antara employability skill dan

kesiapan kerja siswa SMK TELKOM Makassar?

5. Apakah ada hubungan positif dan signifikan antara keterampilan kerja dan

kesiapan kerja siswa SMK TELKOM Makassar?

6. Apakah ada hubungan positif dan signifikan antara employability Skill dan

keterampilan kerja terhadap kesiapan kerja siswa SMK TELKOM Makassar?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tingkat employability skill siswa SMK TELKOM

Makassar

2. Untuk mengetahui Keterampilan kerja siswa SMK TELKOM Makassar

3. Untuk mengetahui kesiapan kerja siswa SMK TELKOM Makassar

4. Untuk mengetahui terdapat hubungan positif dan signifikan antara

employability skill dan kesiapan kerja siswa SMK TELKOM Makassar

5. Untuk mengetahui hubungan positif dan signifikan antara keterampilan dan

kesiapan kerja siswa SMK TELKOM Makassar

6. Untuk mengetahui pengaruh positif dan signifikan employability Skill dan

keterampilan kerja secara bersama-sama terhadap kesiapan kerja siswa SMK

TELKOM Makassar
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi berbai kalangan,

diantaranya sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi atau gambaran

Employability Skill terhadap keterampilan kerja dan kompetensi untuk

kesiapan kerja yang dimiliki oleh siswa SMA TELKOM Makassar untuk

memasuki dunia kerja atau dunia industry.

2. Bagi Siswa

Penelitian ini dapat memberikan informasi bagi siswa untuk mengetahui

secara pasti bagaimana Employability Skill yang di perlukan untuk kesiapan

dalam mengahadapi dunia kerja

3. Bagi Peneliti

Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk

melakukan penelitian selanjutnya atau dilakukan pengembangan dari

Employability Skill dalam upaya meningkatkan kualitas lulusan dari SMK


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Employability Skill

a. Defenisi Employability Skill

Dalam bahasa Indonesia employability skills sering disebut kecakapan

kemampuan kerja yang merupakan kecakapan-kecakapan generik yang

dituntut penerapannya lintas variasi pekerjaan dan kesiapannya di lingkungan

kerja. Employability skill berkaitan erat dengan berbagai kecakapan yang

diperlukan seseorang, termasuk lulusan sekolah menengah kejuruan menjadi

lebih siap dalam memasuki dan atau mendapatkan pekerjaan, lebih mudah

mencapai kemajuan dalam bekerja, dan akhirnya kesuksesan dalam

pekerjaannya.

Penyiapan peserta didik agar memiliki keterampilan teknis dan

keterampilan yang bersifat generik (employability skills) berpangkal pada pada

kualitas pelaksanaan program pembelajaran. Dalam pelaksanaan program

pembelajaran terjadi interaksi di antara berbagai faktor, baik faktor raw input

(siswa) maupun masukan instrumentalia.

Keterampilan employabilitas dinilai sangat penting karena karakteristik

pekerjaan saat ini menuntut adanya inisiatif, fleksibilitas, dan kemampuan

seseorang untuk menangani tugas-tugas yang berbeda. Hal itu berarti

keterampilan yang dimiliki oleh seseorang tenaga kerja tidak harus spesifik,

tetapi seyogyanya lebih berorientasi pada layanan dan lebih penting lagi
memiliki keterampilan sosial yang tinggi. Keterampilan employabilitas

termasuk (1) keterampilan dasar yang meliputi membaca, menulis dan

berhitung; (2) keterampilan interpersonal termasuk berkomunikasi dan bekerja

dalam tim; dan (3) atribut diri, di antaranya kemampuan belajar dan bagaimana

menghadapi perubahan yang selalu terjadi di masyarakat (Hanafi, 2012 dalam

sunardi, Dkk, 2016). Penyiapan peserta didik agar memiliki keterampilan

teknis dan keterampilan yang bersifat generik (employability skills) berpangkal

pada kualitas pelaksanaan program pembelajaran.

Penelitian Sumarno (2008) menjelaskan bahwa employability skill

merupakan suatu keharusan yang harus ditanamkan pada peserta didik SMK

untuk menghadapi perubahan tuntutan pasar kerja sehingga mampu

melakukan pekerjaannya dengan sukses. Secara sederhana employability

skills adalah ketrampilan yang dapat digunakan untuk bekerja atau istilah

populernya adalah kebekerjaan.

Employability skill diperoleh pada saat seseorang mengikuti

pembelajaran. Keterampilan non teknik (non – technical skills) bukan saja

keterampilan yang berhubungan dengan kemampuan bekerja secara

langsung, tetapi kemampuan yang secara luas yang berhubungan

dengan kemasyarakatan, seperti kewarganegaraan dan etika berperilaku.

Definisi lain terkait employability skill adalah sejumlah keterampilan dasar

yang diperlukan untuk mendapatkan, mempertahankan, dan melakukan

pekerjaan dengan baik. Dapat juga dipahami sebagai suatu set keterampilan

yang terdiri dari kemampuan berkomunikasi, kemampuan berinteraksi,


kemampuan komputer, kemampuan bersosialisasi, etika, dan manajemen diri

(Buntat et al., 2013). Asonitou (2015) terlebih dahulu mendefinisikan

employability dan skill untuk kemudian dijadikan sebuah definisi baru dari

employability skill. Dalam penelitian ini, employability skill dimaknai sebagai

skill atau kemampuan seseorang untuk berada dalam pekerjaan (ability to be

employed).

Menurut Goodwin, 2012 bahwa employability skill meliputi: non -

technical skills, including generic skills, essential skills, soft skills, key

competencies, transferable skills, enterprise skills and general capabilities.

Untuk menjawab tantangan kebutuhan tenaga kerja trampil , diperlukan profil

lulusan pendidikan kejuruan yang memiliki ketampilan kerja (employability

skills) yaitu kemampuan bekerja yang meliputi: (1) memiliki karakter yang

mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri

dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan

social dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam

pergaulan dunia, (2) memiliki kompetensi bekerja, (3) menguasai ICT, (4)

mampu berkomunikasi dengan Bahasa Inggris, (5) sehat jasmani dan rohani,

(6) memiliki kemampuan literasi, (7) memiliki cara berfikir kritis, kreatif,

inovatif dan berorientasi pada pemecahan masalah, (8) memiliki cara yang

kerja komunikatif dan bias bekerja sama, (9) mampu melakukan pengumpulan

informasi/data serta menggunakan perangkat teknologi informasi dan media,

(10) memiliki integritas dan kedisiplinan dalam melaksanakan tugas-tugas dan


mengemban kewajiban terkait profesinya (Mustaghfirin Amin, 2016, dalam Tri

Kuat, 2018).

Menurut Sudirwan & Pangestu, 2015 (dalam Aulia, 2018) Employability

skills ialah suatu keahlian yang menjadi dasar perlu untuk mendapatkan,

melindungi, serta mengerjakan dengan apik suatu kerjaannya. Menurut

Rothwell & Arnold, 2007 (dalam Aulia 2018) Employability skills meliputi

pengetahuan, keahlian, serta kompetensi yang menambah kecakapan yang

dimiliki seseorang untuk memperoleh serta dapat bertahan dalam suatu

pekerjaan, bisa menghadapi perubahan dalam kerja serta dapat berkembang di

tempat kerja (Rasul, Rauf, Mansor, & Puvanasvaran, 2012), mampu dengan

mudah dapat pekerjaan yang lain seandainya ia hendak berhenti atau

diberhentikan dan mampu kembali ke dunia kerja dengan mudah di waktu yang

berbeda di dalam siklus hidupnya (Fugate, Kinicki, & Ashforth, 2004).

Keterampilan ‘employability’ adalah kemampuan non-teknis dan

merupakan salah satu aspek keterampilan kerja yang sama pentingnya dengan

aspek keterampilan teknis. Pengusaha di sektor industri percaya bahwa aspek

keterampilan 'employability' penting dan harus dimiliki oleh karyawan mereka

untuk memastikan bahwa karyawan benar-benar terampil dalam pekerjaannya.

Dalam rangka mempersiapkan tamatan yang siap bekerja mengisi lowongan

pekerjaan yang ada baik lokal, global dan international atau untuk mandiri

dengan menciptakan lapangan kerja sendiri maka employability skills atau

ketrampilan untuk bekerja perlu didorong ketercapaiannya pada level yang

tertinggi.
Employability Skills merupakan suatu keterampilan yang memungkinkan

seseorang untuk mendapatkan pekerjaan atau dapat tetap bekerja, meliputi

keterampilan personal, keterampilan interpersonal, sikap, kebiasaan, dan

perilaku (Lankard, 1990). Selanjutnya Overtoom (2000) mendefinisikan

keterampilan kerja sebagai "Kelompok keterampilan inti yang dapat ditransfer

yang mewakili pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang memungkinkan dan

fungsional yang dibutuhkan oleh tempat kerja abad ke-21 yang diperlukan

untuk kesuksesan karir di semua tingkat pekerjaan dan untuk semua tingkat

pendidikan"

Menurut Sudjimat, 2013 Employability skill merupakan kecakapan

kemampuan kerja yang meliputi kecakapan - kecakapan generik yang dituntut

penerapannya lintas variasi pekerjaan dan kesiapannya di lingkungan kerja.

Employability skill berkaitan erat dengan berbagai kecakapan yang diperlukan

seseorang, termasuk lulusan SMK menjadi lebih siap dalam memasuki

dan atau mendapatkan pekerjaan, lebih mudah mencapai kemajuan dalam

bekerja, dan akhirnya kesuksesan dalam pekerjaannya.

Employability skills disebut sebagai keterampilan yang dibutuhkan untuk

mengamankan dan mempertahankan pekerjaan dan penggunaan istilah baru-

baru ini yang sering digunakan untuk menggambarkan pelatihan atau

keterampilan dasar di atas dimana seseorang harus mengembangkan

keterampilan khusus pekerjaan. Keterampilan kerja adalah yang penting

keterampilan yang diperlukan untuk memperoleh, mempertahankan, dan

melakukan pekerjaan dengan baik (Shafie dan Nayan, 2010 dalam Huaina,
Dkk, 2019). Keterampilan tersebut termasuk mengelola sumber daya,

komunikasi dan keterampilan interpersonal, kerja tim dan pemecahan masalah

serta memperoleh dan mempertahankan pekerjaan. Pengusaha hari ini

menekankan pada mendapatkan pekerja yang baik yang tidak hanya memiliki

keterampilan akademik dasar seperti membaca, menulis, sains, matematika,

komunikasi lisan dan mendengarkan, tetapi juga urutan yang lebih tinggi

keterampilan berpikir seperti belajar, menalar, berpikir kreatif, pengambilan

keputusan dan masalah pemecahan.

b. Indikator-indikator Employability Skills

Untuk menjawab tantangan kebutuhan tenaga kerja terampil, diperlukan

profil lulusan pendidikan kejuruan yang memiliki employability skills yaitu

kemampuan bekerja meliputi:

1) Memiliki karakter yang mencerminkan sikap orang yang beriman,

berakhlak mulia, berilmu, percaya diri dan bertanggung jawab dalam

berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam

menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

2) Memiliki kompetensi bekerja

3) Menguasai ICT (Information and Communication Technology)

4) Mampu berkomunikasi dengan bahasa Inggris

5) Sehat jasmani dan rohani

6) Memiliki kemampuan literasi

7) Memiliki cara berfikir kritis, kreatif, inovatif dan berorientasi pada

pemecahan masalah
8) Memiliki cara kerja komunikatif dan bisa bekerja sama

9) Mampu melakukan pengumpulan informasi atau data serta menggunakan

perangkat teknologi dan media

10) Memiliki integritas dan kedisiplinan dalam melaksanaka tugastugas dan

mengemban kewajiban terkait profesinya.

Sekolah menengah kejuruan dalam memberikan keterampilan untuk

bekerja salah satunya mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional

Indonesia (SKKNI) ada tujuh kompetensi kunci yang harus dimiliki oleh

seorang teknisi agar yang bersangkutan kompeten, yaitu keterampilan umum

yang diperlukan agar kriteria unjuk kerja tercapai pada tingkatan kinerja yang

dipersyaratkan untuk peran atau fungsi pada suatu pekerjaan. kompetensi kunci

tersebut meliputi

1) Mengumpulkan, mengorganisir dan menganalisa informasi

2) Mengkomunikasikan ide-ide dan informasi

3) Merencanakan dan mengorganisir aktifias-aktifitas

4) Bekerja dengan orang lain dan kelompok

5) Menggunakan ide-ide dan teknik matematika

6) Memecahkan masalah

7) Menggunakan teknologi

Sementara itu tujuh kompetensi kunci versi SKKNI dibagi dalam tiga

level atau tingkatan yaitu: (1) tingkat satu harus mampu: (a) melaksanakan

proses yang telah ditentukan dan (b) menilai mutu berdasarkan kriteria yang

telah ditentukan, (2) tingkat 2 harus mampu: (a) mengelola proses dan (b)
menentukan kriteria untuk mengevaluasi proses, (3) tingkat 3 harus mampu:

(a) menentukan prinsip-prinsip dan proses, (b) mengevaluasi dan mengubah

bentuk proses, dan (c) menentukan kriteria untuk pengevaluasian proses.

Ketercapaian masing-masing kompetensi kunci dalam implementasinya

di sekolah sangat bergantung sumber daya yang berada di sekolah mulai dari

kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru produktif dan peserta didik.

Disamping itu ketersediaan sarana prasarana sangat berpengaruh juga terhadap

seberapa jauh tingkat ketercapaian kompetensi inti tersebut

2. Keterampilan Kerja

Keterampilan yaitu kemampuan untuk menggunakan akal, fikiran, ide

dan kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah ataupun membuat sesuatu

menjadi lebih bermakna sehngga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan

tersebut. keterampilan/ kemampuan tersebut pada dasarnya akan lebih baik bila

terus diasah dan dilatih untuk menaikkan kemampuan sehingga akan menjadi

ahli atau menguasai dari salah satu bidang keterampilan yang ada.

Keterampilan adalah kemampuan untuk mengoperasikan pekerjaan

secara mudah dan cermat. Pengertian ini biasanya cenderung pada aktivitas

psikomotor. Keterampilan juga dapat diartikan sebagai kegiatan yang

memerlukan praktek atau dapat diartikan sebagai implikasi dari aktivitas.

Lian, 2013 (dalam Toto, 2016) menyatakan keterampilan adalah

merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan suatu aktiviitasa atau

pekerjaan.Lebih lanjut tenntang keterampilan, Dunnett’s (dikutip oleh Lian

Arcynthia, 2013), skill adalah sebagai kapasitas yang dibutuhkan untuk


melaksanakan suatu rangkaian tugas yang berkembang dari hasil pelatihan dan

pengalaman.Keahlian seseorang tercemin dengan seberapa baik seseorang

dalam melaksanakan suatu kegiatan yang spesifik, seperti mengoperasikan suatu

peralatan, berkomunikasi efektif atau mengimplementasikansuatu strategi

bisnis. Wahyudi,2002 (dalam Toto, 2016) mengartikan keterampilan kerja

sebagai kecakapan atau keahlian untuk melakukan suatu pekerjaan yang hanya

diperoleh oleh praktek. Irianto, 2001 (dalam Toto, 2016) menyatakan

keterampilan tidak hanya berkaitan dengan keahlian seseorang untuk

mengerjakan sesuatu yang bersifat tangible.Selain physical, makna Skill juga

mengacu pada persoalan mental, manual, motoric, perceptual dan bahkan social

abilitie

Menurut Hasibuan dalam indra dan Aryana (2021) keterampilan kerja

merupakan kemampuan sesorang dalam menyelesaikan tugas yang ditugaskan

kepadanya. menurut Wahyudi indra dan Aryana (2021) keterampilan kerja yaitu

kecakapan atau kemahiran untuk melakukan sesuatu pekerjaan yang hanya

diperoleh dari praktek, baik yang melalui latihan praktek maupun melalui

pengalaman.

Menurut Dunnette (dalam Neni, 2018) bahwa pengertian keterampilan

adalah kapasitas yang dibutuhkan untuk melaksanakan beberapa tugas yang

merupakan pengembangan dari hasil training dan pengalaman yang didapat.

Selain training yang diperlukan untuk mengembangkan kemampuan,

keterampilan juga membutuhkan kemampuan dasar (basic ability) untuk

melakukan pekerjaan secara mudah dan tepat


Berdasarkan dari beberapa pendapat dari berbagai diatas maka dapat

disimpulkan bahwa keterampilan kerja merupakan kecakapan atau kemahiran

kerja untuk menyelesaiakan aktivitas atau tugas yang telah diberikan yang di

perolah dari hasil kerja atau praktik.

Keterampilan dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu (1) keterampilan

teknis, (2) keterampilan menyelesaikan masalah dan membuat keputusan agar

dapat mengidentifikasikan berbagai masalah, membuat serta mengevaluasi

berbagai alternatif, dan membuat pilihan-pilihan yang kompeten, dan (3)

keterampilan antarpersonal meliputi keterampilan mendengarkan, memberi

umpan balik dan resolusi konflik.

Menurut Robbins (dalam Neni, 2018), pada dasarnya ketrampilan dapat

dikategorikan menjadi empat, yaitu: (1) Basic literacy skill, keahlian dasar

merupakan keahlian seseorang yang pasti dan wajib dimiliki oleh kebanyakan

orang, seperti membaca, menulis dan mendengar; (2) Technical skill, keahlian

teknik merupakan keahlian seseorang dalam pengembangan teknik yang

dimiliki, seperti menghitung secara tepat, mengoperasikan komputer; (3)

Interpersonal skill, keahlian interpersonal merupakan kemampuan seseorang

secara efektif untuk berinteraksi dengan orang lain maupun dengan rekan kerja,

seperti pendengar yang baik, menyampaikan pendapat secara jelas dan bekerja

dalam satu tim; dan (4) Problem solving, menyelesaikan masalah adalah proses

aktivitas untuk menajamkan logika, beragumentasi dan penyelesaian masalah

serta kemampuan untuk mengetahui penyebab, mengembangkan alternatif dan

menganalisa serta memilih penyelesaian yang baik.


Handoko, 2014, menyatakan bahwa indikator dari keterampilan yang

dapat dinilai pada karyawan meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a) Persepsi terhadap pekerjaan yang menghasilkan adanya inovasi, strategi dan

ide-ide cemerlang bagi bidang pekerjaannya;

b) Sikap dan emosi yang menghasilkan kemudahan dalam menyelesaikan

pekerjaan

c) Terampil menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya secara

individual;

d) Terampil menyelesaikan pekerjaan secara team

3. Kesiapan Kerja

Kesiapan menurut kamus psikologi adalah tingkat perkembangan dari

kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan untuk mempraktikkan

sesuatu. Slameto dalam isnani lestari (2015) mendefinisikan kesiapan sebagai

berikut: “Kesiapan adalah keseluruhan kondisi yang membuatnya siap untuk

memberi respon/jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu kecenderungan

untuk memberi respon. Kondisi mencakup setidak tidaknya tiga aspek yaitu: (a)

kondisi fisik, mental dan emosional, (b) kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan,

(c) keterampilan, pengetahuan dan pengertian lain yang telah dipelajari.

Kesiapan kerja terdiri atas dua kata, yaitu kesiapan dan kerja.

Berdasarkan pembahasan di atas, kata kesiapan dapat diartikan sebagai suatu

kondisi seseorang untuk menanggapi dan mempraktekkan suatu kegiatan yang

mana sikap tersebut memuat mental, keterampilan dan sikap yang harus dimiliki

dan dipersiapkan selama melakukan keigatan tertentu, sedangkan kata kerja


memiliki arti suatu kegiatan yang dilakukan seseorang dengan menggunakan

tenaga dalam usaha untuk menyelesaikan atau mengerjakan sesuatu dan

memperoleh bayaran atau upah. Menurut Kartono dan Kartini 1991, (dalam

nunung, 2019), kesiapan kerja merupakan kemampuan seseorang untuk

melaksanakan pekerjaan dengan baik di dalam maupun diluar hubungan kerja

guna menghasilkan barang atau jasa. Menurut Dewa Ketut Sukardi, 1993 (dalam

nunung, 2019), kesiapan kerja adalah kemampuan, keterampilan dan sikap kerja

yang sesuai dengan tuntutan masyarakat serta sesuai dengan potensipotensi

siswa dalam berbagai jenis pekerjaan tertentu yang secara langsung dapat

diterapkan

Menurut Miller dalam Isnani Lestari (2015), kerja diartikan sebagai

setiap himpunan dari aktifitas yang terjadi pada waktu relatif rutin, dan memiliki

tujuan serta hasil tertentu. Kesiapan kerja bagi lulusan adalah sejauh mana

lulusan tersebut dianggap memiliki keterampilan dan atribut yang membuat

mereka siap dan sukses di tempat kerja dan semakin diakui potensinya dalam

menunjang kinerja dan kemampuan karir

Menurut kamus psikologi (Chaplin,2000 dalam Yudi dan Hudaniah,

2013) kesiapan kerja mengandung dua pengertian yaitu: (a) keadaan siap

siaga untuk mereaksi atau menanggapi, (b) tingkat perkembangan dari

kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan untuk memraktekan

sesuatu. Kesiapan kerja sebagaimana didefinisikan oleh Hersey dan

Blanchard merujuk pada tingkat sampai mana orang memiliki kemampuan


dan kesediaan untuk menyelesaikan tugas tertentu (Robbins, 2007 dalam Yudi

dan Hudaniah, 2013).

Finch and Crunkilton dalam Isnani Lestari, 2015 mengklasifikasikan

beberapa kelompok keterampilan dari yang harus dimiliki oleh siswa SMK,

yakni: (a) keefektifan organisasi/ kepemimpinan; (b) bekerjasama secara tim/

negosiasi/interpersonal; (c) pengembangan diri/motivasi untuk menentukan

tujuan/kepribadian dan pengembangan karir; (d) berfikir kreatif/penyelesaian

masalah; (e) mampu berkomunikasi: mendengar dan lisan; (f) mampu membaca,

menulis, dan menghitung; (g) motivasi/keinginan untuk selalu belajar. Kuswana

dalam Isnani Lestari, 2015 menyebutkan bahwa ciri – ciri seseorang yang

memiliki kesiapan kerja kejuruan adalah mencakup: (a) mengetahui, dan

memahami apa yang akan dilakukan dalam pekerjaannya sesuai jabatan yang

diembannya; (b) berpengetahuan mengenai prasarat kerja berdasarkan dimensi;

pengetahuan faktual; pengetahuan konseptual; pengetahuan prosedural; dan

pengetahuan yang saling terkait; (c) berpengetahuan bagaimana harus

berperilaku sebagai tenaga yang kompeten; (d) mempunyai persfektif positif,

minat dan motivasi terhadap setap aturan yang diberlakukan dalam lingkungan

pekerjaannya; (e) bersikap positif dan menerima resiko sebagai akibat pekerjaan

dan lingkungannya; (f) memahami dan dapat mengatasi masalah akibat

pekerjaan
a. Ciri-ciri Kesiapan Kerja

Mempersiapkan diri dalam memasuki dunia kerja diperlukan suatu

kesiapan yang matang dalam diri seseorang itu sendiri, terutama menyangkut

ciriciri yang berhubungan dengan diri seseorang. Menurut Anoraga Panji, 2014

dalam Handaru 2012. ciri-ciri kesiapan kerja adalah sebagai berikut:

1) Memiliki motivasi Dalam pengertian umum, motivasi dikatakan sebagai

kebutuhan yang mendorong perbuatan ke arah suatu tujuan tertentu. Jadi

motivasi kerja adalah suatu yang menimbulkan semangat atau dorongan

kerja. Kuat lemahnya motivasi kerja sorang tenaga kerja ikut menentukan

besar kecilnya prestasinya.

2) Memiliki kesungguhan atau keseriusan Kesungguhan atau keseriusan

dalam bekerja turut menentukan keberhasilan kerja. Sebab tanpa adanya

itu semua suatu pekerjaan tidak akan berjalan sesuai dengan yang

diinginkan. Jadi untuk memasuki suatu pekerjaan dibutuhkan adanya

kesungguhan, supaya pekerjaanya berjalan dan selesai sesuai dengan

terget yang diinginkan.

3) Memiliki keterampilan yang cukup Keterampilan diartikan cakap atau

cekatan dalam mengerjakan sesuatu atau penguasaan individu terhadap

suatu perbuatan. Jadi untuk memasuki pekerjaan sangat dibutuhkan suatu

keterampilan sesuai dengan pekerjaan yang dipilihnya, yaiut

keterampilan dalam mengambil keputusan sendiri tanpa pengaruh dari

orang lain dengan alternatif-alternatif yang akan dipilih.


4) Memiliki kedisiplinan Disiplin adalah suatu sikap, perbuatan untuk selalu

tertib terhadap suatu tata tertib. Jadi untuk memasuki suatu pekerjaan

sikap disiplin sangat diperlukan demi peningkatan prestasi kerja. Seorang

pekerja yang disiplin tinggi, masuk kerja tepat pada waktunya, demikian

juga pulang pada waktunya dan selalu taat pada tata tertib.

B. Penelitian Relevan

Penelitian yang dilakukan Yuli Atika (2020) yang berjudul “Pengaruh

Employability Skill terhadap Kesiapan Kerja Siswa Sekolah Menengah Kejuruan

Nurul Falah Kota Pekanbaru” mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang

mempengaruhi kesiapan kerja diantaranya adalah Kurangnya mengenal diri

sendiri, Kurangnya mahirnya dalam komunikasi, rendahnya pengetahuan

tentang informasi pekerjaan, Tidak jelas arah tujuan untuk bekerja, Belum bisa

membuat perencanaan karir di masa depan, Belum bisa menyelesaikan masalah

tentang karir apa yang perlu dipilih untuk masa depan. Dalam Penelitian ini

terdapat pengaruh yang positif dan signifikan employability skill terhadap

kesiapan kerja siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Nurul Falah Kota

Pekanbaru. Adapun besarnya pengaruh employability skill terhadap kesiapan

kerja siswa adalah sebesar 43.7% selebihnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

Menurut Amanda Prastiyah Pratama, 2018 dengan judul “Kontribusi

Employability Skills dan Iklim Kelas terhadap Minat Kerja serta Dampaknya

pada Kesiapan Kerja Siswa SMK Kompetensi Keahlian Multimedia di Kota dan

Kabupaten Malang”. Mengemukakan bahwa Berdasarkan hasil penelitian

diketahui bahwa: (1) employability skills tidak memiliki pengaruh signifikan


terhadap minat kerja; (2) iklim kelas berkontribusi terhadap minat kerja; (3)

employability skills dan iklim kelas secara simultan memberikan kontribusi

yang signifikan terhadap minat kerja; (4) employability skills memberikan

kontribusi terhadap kesiapan kerja; (5) iklim kelas memberikan kontribusi

terhadap kesiapan kerja; (6) minat kerja memberikan kontribusi terhadap

kesiapan kerja; dan (7) employability skills, iklim kelas, dan minat kerja secara

simultan memberikan kontribusi terhadap kesiapan kerja.

Mauludiyah, Aviatul, 2021 dalam judul “Pengaruh employability skills

dan status sosial ekonomi terhadap kesiapan kerja peserta didik lembaga kursus

dan pelatihan kota malang / Aviatul Mauludiyah” mengemukakan bahwa Hasil

penelitian secara keseluruhan menunjukkan bahwa (a) pada variabel

Employability Skills mendapatkan presentase 75 13% dengan kategori efektif

atau baik (b) pada variabel Status Sosial Ekonomi mendapatkan presentase 65

62% dengan kategori cukup efektif atau cukup baik (c) pada variabel Kesiapan

Kerja mendapatkan presentase 76 11% dengan kategori efektif atau baik (d)

pengaruh Employabillity Skills terhadap kesiapan kerja sebesar 10% dan

signifikasi 0 000 artinya pengaruh yang ditimbulkan kecil dan positif (e)

pengaruh status sosial ekonomi terhadap kesiapan kerja sebesar 6 5% dan

signifikasi 0 001 artinya pengaruh yang ditimbulkan kecil dan positif (f)

pengaruh Employability Skill dan Status Sosial Ekonomi secara simultan

berpengaruh pada Kesiapan Kerja ditunjukkan dengan jumlah F hitung sebesar

9 346 dan signifikasi sebesar 0 000


C. kerangka Fikir

Pendidikan kejuruan dirancang khusus untuk memfasilitasi peserta

didik agar dapat menguasai suatu bidang keahlian baik dalam aspek soft skills

maupun hard skill dengan menjadi Sumber daya manusian yang siap memasuki

dunia kerja dan terjun dalam kehidupan bermasayarakat, serta memiliki sikap

yang baik sesuai norma yang berlaku di masyarakat. Pendidikan yang

beorientasi kerja melalui penguasaan keterampilan teknis dan keterampilan

employability sangat diperlukan guna menopang pengembangan ekonomi abad

XII.

Keterampilan employabilitas dinilai sangat penting karena karakteristik

pekerjaan saat ini menuntut adanya inisiatif, fleksibilitas, dan kemampuan

seseorang untuk menangani tugas-tugas yang berbeda. Hal itu berarti

keterampilan yang dimiliki oleh seseorang tenaga kerja tidak harus spesifik,

tetapi seyogyanya lebih berorientasi pada layanan dan lebih penting lagi

memiliki keterampilan sosial yang tinggi. Keterampilan employabilitas

termasuk (1) keterampilan dasar yang meliputi membaca, menulis dan

berhitung; (2) keterampilan interpersonal termasuk berkomunikasi dan bekerja

dalam tim; dan (3) atribut diri, di antaranya kemampuan belajar dan bagaimana

menghadapi perubahan yang selalu terjadi di masyarakat Penyiapan peserta

didik agar memiliki keterampilan teknis dan keterampilan yang bersifat generik

(employability skills) berpangkal pada kualitas pelaksanaan program

pembelajaran.
Keterampilan employability adalah keterampilan atau skill yang sangat

dibutuhkan di hampir setiap pekerjaan. Keterampilan employability merupakan

kemampuan mendasar yang sangat diperlukan untuk mendapatkan dan

mempertahankan pekerjaan, serta mengerjakan tugas dalam pekerjaan dengan

baik. Di dalam dunia industry tenaga kerja di tuntut untuk mampu membangun

komunikasi yang baik, mampu bekerjasama dengan baik dalam sebuah tim,

dapat berfikir kritis yang mengacu pada kemampuan seseorang untuk

memahami, menganalisis, dan menafsirkan informasi sebelum memecahkan

suatu masalah, serta mampu memanejemen diri yaitu mampu mengelola waktu

dengan baik tentunya produktivitas akan semakin meningkat karena pekerjaan

bisa selesai sesuai tenggat waktu yang diberikan.

Sehingga kita dapat melihat bahwa keterampilan siswa baik itu dari

keterampilan hard skill maupun employability skill apakah peserta didik lulusan

SMK akan mampu memberikan dorongan dari dalam diri untuk siap dalam

menghadapi dunia kerja saat ini.

X1 (Pengaruh
employability skill)

Y (Kesiapan kerja
siswa)

X2 (Pengaruh
keterampilan)

Gambar 2.1. Kerangka fikir


D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaan sementara terhadap rumusan masalah

penelitian. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. H1: Terdapat hubungan positif dan signifikan antara employability skill dan

kesiapan kerja siswa SMK TELKOM Makassar

2. H2: Terdapat hubungan positif dan signifikan antara keterampilan dan

kesiapan kerja siswa SMK TELKOM Makassar

3. H3: terdapat hubungan positif dan signifikan antara employability Skill dan

keterampilan kerja terhadap kesiapan kerja siswa SMK TELKOM Makassar


BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian ex-post facto, yaitu penelitian yang

dilakukan untuk meneliti suatu peristiwa yang sudah terjadi dan kemudian

merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan

timbulnya kejadian tersebut. Sukardi (2011: 165) menyatakan bahwa penelitian

ex-post facto merupakan penelitian dimana variabel-variabel bebas telah terjadi

ketika peneliti mulai dengan pengamatan variabel terikat dalam suatu penelitian.

Pada penelitian ini, keterikatan antar variabel bebas dengan variabel bebas,

maupun antarvariabel bebas dengan variabel terikat, sudah terjadi secara alami,

dan peneliti dengan setting tersebut ingin melacak kembali jika dimungkinkan apa

yang dapat menjadi faktor penyebabnya.

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif yang digunakan

untuk mendeskripsikan objek penelitian maupun hasil penelitian. Menurut

Sugiyono (2017) adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai

Ruseffendi, 2010 (dalam Nilam Puspa,2021) mengatakan “observasi deskriptif

ialah riset yang memakai kajian, wawancara atau angket perihal keadaan sekarang

ini, tentang subjek yang sedang kita kaji”

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bukan April tahun 2022 yang berlokasi

di SMK TELKOM Makassar dengan Subjek penelitian adalah kelas XI.


C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2012: 61) populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Populasi yang akan ambil merupakan seluruh peserta didik kelas

XI SMK TELKOM Makassar.

2. Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono, (2017) sampel adalah sebagian besar dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan

peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi. Untuk

menentukan sampel yang akan digunakan maka peneliti menggunakan metode

simple random sampling. mengingat penelitian ini bersifat homogen. Ukuran

sampel dari populasi penelitian ini ditentukan dengan rumus dari Taro Yamane

atau Slovin:

3.1

Keterangan:

n= Ukuran sampel
N= Ukuran Populasi
d2= Presisi yang ditetapkan (tingkat kepercayaan 95%)
(Riduwan dan Akdon, 2009: 254)
D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data menggunakan kuesioner.

1. Metode Dokumentasi Menurut Sukardi (2011: 81) pada teknik dokumentasi

ini, peneliti dimungkinkan memperoleh informasi dari bermacam-macam

sumber tertulis atau dokumen yang ada pada responden atau tempat, di mana

responden bertempat tinggal atau melakukan kegiatan sehari-harinya.

2. Metode Kuesioner Kuesioner ini juga sering disebut dengan angket di mana

dalam kuesioner tersebut terdapat beberapa pertanyaan yang berhubungan

erat dengan masalah penelitian yang hendak dipecahkan, disusun dan

disebarkan ke responden untuk memperoleh informasi di lapangan. (Sukardi,

2011: 76) Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2011: 142).

E. Validasi dan Reliabilitas Penelitian

1. Uji Validitas Instumen

Validitas bisa diterjemahkan sebagai kesahihan atau ketepatan, yaitu

sejauh mana sebuah instrumen atau alat ukur mampu atau berhasil mengukur apa

yang hendak diukur atau sejauh mana sebuah instrumen memenuhi fungsi

ukuranya (Abdullah, 2012). Untuk mengetahui validasi soal maka digunakan

rumus:

𝑁 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑌 )
𝑅𝑥𝑦 =
(∑ 𝑋) 2 }{𝑁 ∑ 𝑌 2 − (∑ 𝑌 ) 2 }
3.1

√{𝑁 𝑋 2 −
Keterangan:
Rxy = Koefisien korelasi X dan Y
N = Jumlah responden
∑XY = Total perkalian skor X dan Y
∑Y = Jumlah skor variabel Y
∑X = Jumlah skor variabel X
∑X2 = Total kuadrat skor variabel X
∑Y2 = Total kuadrat skor variabel Y
Arikunto, 1999 ( dalam Ika Mustika)

Kriteria pengujian apabila rhitung > rtabel dengan α = 0,05 maka alat ukur

tersebut dinyatakan valid, dan sebaliknya apabila rhitung > rtabel maka alat ukur

tersebut adalah tidak valid. Perhitungan uji validas butir soal menggunakan

bantuan program Microsoft Office Excel atau IBM SPSS. Untuk

menginterpretasikan tingkat validitas, maka koefisien kolerasi dikategorikan

pada kriteria sebagai berikut:

Tabel. 3.3. Kriteria Validasi Instrumen Tes


Nilai r Interpretasi
0,81 – 1,00 Sangat tinggi
0,61 – 0,80 Tinggi
0,41 – 0,60 Cukup
0,21 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat rendah
0,81 – 1,00 Sangat tinggi
Sumber: Suharsimi Arikunto, 1991 ( dalam Ika Mustika)

2. Uji Reabilitas Penelitian

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa

kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama

(Sugiyono, 2015). Ada berbagai cara yang digunakan untuk mengetahui


kereliabilitasan suatu soal. Dalam hal ini peneliti menggunakan rumus

menggunakan rumus alpha, sebagai berikut:

𝑛 ∑ 𝜎12
𝑟11 =( ) (𝑛 − ) 3.2
𝑛−1 𝜎𝑡 2

Keterangan
r11 = Realibitas yang dicari
∑ 𝜎1 2 = Jumlah varians skor tiap-tiap item
𝜎t 2 = Varians total
Arikunto, 2003 ( dalam Ika Mustika)

Pada penelitian ini untuk menginterpretasikan hasil uji instrumen

menggunakan pedoman dari Sugiyono (2010: 257), sebagai berikut

Table 3.4. Pedoman untuk memberikan Interpretasi Koefesien Korelasi (r)


Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat

F. Teknik Analisis Data

Teknis analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah statistik deskriptif.

Sugiyono (2017) mengatakan bahwa statistik deskriptik digunakan untuk

menganalisis sebauh data yang ingin diteliti dengan cara menggambarkan atau

mendeskripsikan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa

bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

Tujuan dari analisis deskriptif menurut Azwar (2001) ialah untuk

memberikan penjelasan mengenai subjek akan akan diteliti berdasarkan data

variable yang telah diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti dan tidak ada
maksud untuk pengujian hipotesis. Terkumpulnya data yang telah dimiliki

kemudian diklasifikasikan menjadi dua kelompok data, yaitu data kuantitatif yang

berbentuk angka-angka dan data kualitatif yang dinyatakan dalam bentuk

deskripsi.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah masing-

masing variabel dalam penelitian ini datanya berdistribusi normal atau tidak

sebagai persyaratan pengujian hipotesis, normalitas untuk data penelitian ini

menggunakan bantuan program komputer IBM SPSS Statistics 24 dengan

teknik analisis Kolmogorov-Smirnov. Dasar pengambilan keputusan yang

dipergunakan adalah jika Asymp.Sig (2-tailed) > α (p-value 0,05) maka

sebarannya dinyatakan normal.

2. Uji Linearitas

Uji linieritas bertujuan untuk menguji apakah keterkaitan antara dua

variabel, yang bersifat linier. Perhitungan linieritas digunakan untuk

mengetahui prediktor data variabel bebas berhubungan secara linier atau tidak

dengan variabelterikat. Uji linieritas dilakukan dengan menggunakan analisis

variansi terhadap garis regresi yang nantinya akan diperoleh harga .

Harga F yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan harga pada

taraf signifikan 5%. Kriterianya apabila harga lebih kecil atau sama

dengan pada taraf signifikan 5% maka hubungan antara variabel

bebas dikatakan linier. Sebaliknya, apabila lebih besar dari pada ,

maka hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat tidak linier.


3. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

hubungan antara masing-masing variabel bebas. Menurut Imam Ghozali

(2012: 105) untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam

model regresi dilihat dari (a) nilai tolerance dan lawannya (b) variance

inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunujukan Nilai tolerance yang

rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi, karena VIF = 1/tolerance.

Pedoman suatu model regresi yang bebas dari multikolinieritas adalah

mempunyai nilai VIF < 10 dan mempunyai nilai tolerance > dari 10% (0,1).

4. Uji Hipotesis

Pembahasan mengenai teknik analisis data menggunakan uji

hipotesis,akan diuraikan kembali tentang bagaimana teknik analisis untuk uji

hipotesispertama, kedua dan ketiga

a. Uji Hipotesis Pertama dan Kedua

Uji hipotesis pertama dan kedua merupakan hipotesis yang

menunjukkan hubungan antara satu variabel bebas dengan satu variabel

terikat, sehingga untuk menguji hipotesis pertama dan kedua digunakan

teknik analisis regresi sederhana yaitu pengaruh antara variabel Prestasi

Belajar Kejuruan ( ) dengan variabel Kesiapan Kerja Siswa (Y),

variabel Prestasi Praktik Kerja Industri ( ) dengan variabel Kesiapan

Kerja Siswa (Y) sacara terpisah. Hipotesis yang diajukan sebagai berikut:
Hipotesis pertama:

Ho : “Tidak terdapat hubungan positif dan signifikan antara employability skill

dan kesiapan kerja siswa SMK TELKOM Makassar ”.

Ha : “Terdapat hubungan positif dan signifikan employability skill dan

kesiapan kerja siswa SMK TELKOM Makassar”.

Hipotesis kedua:

Ho : “Tidak terdapat hubungan positif dan signifikan keterampilan dan

kesiapan kerja siswa SMK TELKOM Makassar”.

Ha : “Terdapat hubungan positif dan signifikan antara keterampilan dan

kesiapan kerja siswa SMK TELKOM Makassar”.

Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam analisis regresi sederhana

adalah:

1) Membuat persamaan garis regresi linier sederhana

= + 3.3

Keterangan:
Y = Nilai yang diprediksi
α = Konstanta atau bila harga X = 0
b = Koefisien regresi
X = Nilai variabel independen

Harga a dan b dapat dicari dengan persamaan berikut:

3.4
Keterangan:
Rxy= koefisien korelasi antara X dan Y
∑X1Y = jumlah produk antara X1 dan Y
∑X2Y = jumlah produk antara X2 dan Y
∑ 𝑋12 = jumlah kuadrat skor prediktor X1
∑ 𝑋22 = jumlah kuadrat skor prediktor X2
∑ Y2= jumlah kuadrat kriterium Y
(Sugiyono, 2012: 261-262)

Setelah nilai a dan b ditemukan, maka persamaan regresi linier

sederhana dapat disusun. Persamaan regresi yang telah ditemukan dapat

digunakan untuk melakukan prediksi dalam variabel independen.

2) Menghitung koefisien korelasi sederhana antara X1 dengan Y dan

dengan Y, dengan rumus sebagai berikut:

3.5

Keterangan:
= koefisien korelasi antara X dan Y
= jumlah produk antara X1 dan Y
= jumlah produk antara X2 dan Y
= jumlah kuadrat skor prediktor X1
= jumlah kuadrat skor prediktor X2
= jumlah kuadrat kriterium Y

Dimana telah diketahui bahwa:


(∑ )(∑ )
∑ = ∑
(∑ )
∑ = ∑ − 3.6
(∑ )
∑ = ∑ −

(Sutrisno Hadi, 1987: 4)


Jika r hitung lebih dari nol (0) atau bernilai positif (+) maka

korelasinya positif, sebaliknya jika r hitung kurang dari nol (0) maka

bernilai negatif (-) maka korelasinya negatif atau tidak berkolerasi.

Selanjutnya tingkat korelasi tersebut dikategorikan menggunakan

pedoman dari Sugiyono (Sugiyono, 2010: 257).

3) Menghitung Koefisien determinasi ( ) antara prediktor dengan Y

dan dengan Y.

Besarnya koefisien determinasi adalah kuadrat dari koefisien

korelasi ( ). Koefisien ini disebut koefisien penentu, karena varians

yang terjadi pada variabel dependen dapat dijelaskan melalui varians

yang terjadi pada variabel independen.

Rumusnya adalah sebagai berikut:

) = 3.7

( ) =

Keterangan:
2
𝑟(1,2) = koefisien determinasi antara Y dengan dan
∑ X1Y= jumlah produk antara dengan Y
∑ X2Y= jumlah produk antara X1 dengan Y
b1= koefisien prediktor X1
b2= koefisien prediktor X2
∑ = jumlah kuadrat kriterium Y
(Sutrisno Hadi, 1987: 25)
4) Menguji Signifikansi dengan uji t

Uji t dilakukan untuk menguji signifikansi regresi sederhana

R x y , yaitu dengan rumus:

3.8

Keterangan:
t = nilai
r = koefisien korelasi antara variabel X dan Y
n = jumlah responden
r2 = kuadrat koefisien korelasi antara variabel X dan Y
(Sugiyono, 2011: 184)

Ha diterima dan Ho ditolak, jika sama atau lebih besar

daripada t tabel dengan taraf signifikan 5% maka pengaruh variabel

bebas (prediktor) terhadap variabel terikat (kriterium) signifikan.

Sebaliknya, Ho diterima dan Haditolak jika lebih kecil dari maka

pengaruh variabel Employability skill dan keterampilan (prediktor)

terhadap variabel kesiapan kerja siswa (kriterium) tidak signifikan.

b. Pengujian Hipotesis Ketiga

Analisis regresi ganda digunakan untuk menguji variabel bebas

secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Analisis ini digunakan

untuk menguji hipotesis ke tiga yaitu untuk mengetahui besarnya

koefisien korelasi variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel

terikat. Dengan analisis ini dapat diketahui koefisien regresi variabel

terhadap variabel terikat, koefisien determinasi, sumbangan relatif serta

sumbangan efektif masing-masing variabel bebas terhadap variabel


terikat. Hipotesis yang diajukan sebagai berikut:

Ho : “Tidak terdapat hubungan positif dan signifikan antara employability

Skill dan keterampilan kerja terhadap kesiapan kerja siswa SMK

TELKOM Makassar

Ha : “Terdapat hubungan positif dan signifikan antara employability Skill

dan keterampilan kerja terhadap kesiapan kerja siswa SMK

TELKOM Makassar

Dalam analisis regresi ganda, langkah-langkah yang harus

ditempuhadalah sebagai berikut:

1) Membuat persamaan garis regresi dua prekditor dengan rumus:

= + + 3.9

Keterangan:
X1 = Variabel X1
X2 = Variabel X2
b1 = Koefisien prediktor X1
b2 = Koefisien prediktor X2
α = Bilangan Konstanta
(Sugiyono, 2012: 275)

2) Mencari koefisien korelasi ganda

Mencari koefisien korelasi korelasi ganda (R) antara X1 dan


X2 dengan kriteria Y dengan menggunakan rumus:

3.10

Keterangan:
RY(1,2) = koefisien korelasi antara Y dengan X1 danX2
b1= koefisien prediktor X1
b2= koefisien prediktor X2
∑X1Y= jumlah produk antara X1 dengan Y
∑X2Y = jumlah produk antara X1dengan Y
∑Y2 = jumlah kuadrat kriterium Y
(Sutrisno Hadi, 1987: 25)

Koefisien korelasi digunakan untuk mencari hubungan antara

variabel X1 dan X2 dengan Y. Jika koefesien korelasi ganda (R) lebih

dari nol (0) atau bernilai positif (+) maka hubungannya positif,

sebaliknya jika koefisien bernilai negatif (-) maka hubungannya

negatif atau tidak ada hubungan. Selanjutnya tingkat korelasi tersebut

dikategorikan menggunakan pedoman dari Sugiyono (Sugiyono, 2010:

257).

3) Mencari koefisien determinasi antara X1 dan X2 dengan kriterium Y

Besarnya koefisien determinasi adalah kuadrat dari

koefisien korelasi( ). Nilai koefisien determinasi diinterpretasikan

sebagai proposi varians dari kedua variabel independen. Hal ini berarti

bahwa varians yang terjadi pada variabel dependen dapat dijelaskan

melalui varians yang terjadi pada variabel independen. Rumusnya

adalah sebagai berikut:

∑ + ∑
( , ) = 3.11

Keterangan:
2
𝑟(1,2) = koefisien determinasi ganda antara , dengan Y
b1 = koefisien prediktor
b2 = koefisien prediktor
∑X1Y = jumlah produk antara X1 dengan Y
∑ X2Y = jumlah produk antara X2 dengan Y
∑Y2 = jumlah kuadrat kriterium Y
(Sutrisno Hadi, 1987: 22)
4) Menguji keberartian regresi ganda dengan uji F

Untuk menguji signifikansi (keberartian) koefisien korelasi

ganda digunakan uji F dengan rumus:

( − − 1) 3.12
(1 − )

Keterangan:

= Harga F garis regresi


= cacah kasus
= cacah prediktor
= koefisien korelasi kriteria dengan prediktor
(Burhan Nurgiyantoro, 2009: 308)

Setelah diperoleh hasil perhitungan, kemudian

dibandingkan dengan pada taraf signifikan 5 %. Ha diterima

dan Ho ditolak apabila, sama atau lebih besar dengan

maka ada pengaruh yang signifikan variabel bebas (prediktor) dengan

variabel terikat (kriterium). Sebaliknya Ho diterima dan Ha ditolak

jika, lebih kecil dari pada taraf signifikan 5%, maka

pengaruh variabel bebas (prediktor) terhadap variabel terikat

(kriterium) tidak signifikan.

5) Mencari Sumbangan Relatif (SR) dan Sumbangan Efektif (SE)

Untuk mencari sumbangan relatif dan sumbangan effektif

masing-masing prediktor terhadap kriterium digunakan rumus:

a) Sumbangan Relatif (SR%)

Sumbangan relatif adalah persentase perbandingan yang

diberikan satu variabel bebas kepada variabel terikat dengan variabel


lain yang diteliti. Rumus yang digunakan untuk menghitung

sumbangan relatif adalah sebagai berikut:

% = × 100% 3.13

Keterangan:
SR %X = sumbangan relatif dari suatu prediktor X
b = Koefisien prediktor
∑XY = jumlah produk antara X dan Y
JKreg = jumlah kuadrat regresi
(Burhan Nurgiyantoro, 2009: 321)

Nilai sumbangan relatif yang telah diketemukan tersebut

merupakan sumbangan relatif untuk masing-masing variabel bebas

terhadap variabel terikatnya.

b) Sumbangan Efektif (SE%)

Sumbangan efektif adalah persentase perbandingan

efektifitas yang diberikan satu variabel bebas kepada satu variabel

bebas lain yang diteliti maupun yang tidak diteliti. Adapun rumusnya

sebagai berikut:

% = % 3.14

Keterangan:
SE % X= sumbangan efektif dari suatu prediktor X
SR % X= sumbangan relatif dari suatu prediktor X
R2= Koefisien determinasi
(Burhan Nurgiyantoro, 2009: 324)
DAFTAR PUSTAKA

Afifah Auliyah, 2019. Analisis Employability Skills Peserta Didik Pada Pendidikan
Kejuruan Akuntansi Di Sekolah Menengah Kejuruan Muhammadiyah 2
Pekanbaru.
Alfan, M. Z. (2014). Pengaruh Bimbingan Karir dan Lingkungan Sekolah Melalui
Motivasi Kerja Terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kelas XII Kompetensi
Keahlian Akuntansi SMK Negeri 2 Magelang. Economic Education
Analysis Journal, 3(1).
Amanda Prastiyah Pratama. 2018. dengan judul Kontribusi Employability Skills
dan Iklim Kelas terhadap Minat Kerja serta Dampaknya pada Kesiapan
Kerja Siswa SMK Kompetensi Keahlian Multimedia di Kota dan Kabupaten
Malang
Arikunto, Suharsimi. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Aullia, Dkk. 2018. Kontribusi Konsep Diri dan Prestasi Belajar terhadap
Employability Skills Mahasiswa Prodi Pendidikan Teknik Informatika.
Volume: 3 Nomor: 12 Bulan Desember Tahun 2018

Azwar, Saifuddin. 2007. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.


Badan pusat statistic. 2021. https://www.bps.go.id/pressrelease/2021/11/05/1
816/agus tus-2021-
Baiti, A. A., & Munadi, S. (2014). Pengaruh Pengalaman Praktik, Prestasi Belajar
Dasar Kejuruan dan Dukungan Orang Tua Terhadap Kesiapan Kerja Siswa
SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi, 4(2).
Brewer, L. (2013). Enhacing Youth Employability: What? Why? And How? Guide
to Core Work Skills. Switzerland: Internal Labour Organization.
Buntat, Y., Jabor, M. K., Saud, M. S., Mansor, S. M. S. S., & Mustaffa, N. H.
(2013). Employability Skills Element’s: Difference Perspective Between
Teaching Staff and Employers Industrial in Malaysia. Procedia - Social and
Behavioral Sciences. https://doi.org/10.1016/ j.sbspro.2013.10.077
Burhan Nurgiyantoro. (2009). Statistik Terapan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahas
Febrio Lengkong, 2019. Pengaruh Keterampilan, Pengalaman Dan Lingkungan
Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Di Pt. Tri Mustika Cocominaesa
(Minahasa Selatan)Vol.7 No.1 Januari 2019, Hal. 281 – 290
Fugate, M., Kinicki, A. J., & Ashforth, B. E. (2004). Employability: A psychosocial
construct, its dimensions, and applications. Journal of Vocational Behavior,
1(65), 14-38.
Fugate, M., Kinicki, A., & Ashforth, B. (2004). Employability: a psychosocial
construct, its dimension and application. Journal of Vocational Behaviour,
65, 14-38).
Goodwin, K. (2012). Higher education and the employability agenda: Sport and
exercise science leading the way. The Sport and Exercise Scientist , 33 ,
18 – 19.
Handaru Utomo. 2012. Kesiapan Kerja Siswa Smk N 2 Yogyakarta Program
Keahlian Teknik Listrik Dalam Menghadapi Globalisasi Dunia Kerja.
Handaru. 2012. https://eprints.uny.ac.id/39660/1/HANDARU%20UTOMO%20
07 51 8244003.pdf
Handoko, 2014. Kiat-kiat Melejitkan Karir Bagi Karyawan Profesional, Bandung:
Kaifa Press.
Hashim, M. H. M. (2015). The practice of employability teamwork skills.
International Journal of Vocational Education and Training Research, 1, 2,
16-21.
Husaina, Dkk. 2019. Gaps between competence and importance of employability
skills: evidence from Malaysia. Vol. 13 No. 2, 2019. DOI 10.1108/HEED-
08-2019-0039.
Ika Mustika S. Uji Validitas dan Realibilitas. http://file.upi.edu/direktori/fpm ip
a/jur.pend._fisika/ika_mustika_sari/evaluasi_pendidikan/bahan_ajar_%28
mingguke_14%29_analisis_instrumen_%28validitas_%26_reliabilitas%29
.pdf
Imam A, Dkk. 2018. Studi Kesiapan Kerja Peserta Didik Smk Untuk Bekerja Di
Industri Perbaikan Bodi Otomotif.
Indra Tolo, Dkk. Pengaruh Keterampilan Kerja Disiplin Kerja Dan Lingkungan
Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Pada Dinas Pemuda Dan Olahraga
(Dispora) Manado. Vol.4 No.4 September 2016, Hal. 256-267
Indra, Aryana. 2017. Pengaruh Keterampilan Kerja, Team Work, dan Motivasi
terhadap Kinerja Karyawan Bagian Produksi pada Art Shop Cahaya Silver
di Celuk, Gianyar. Vol. 1 (No. 1): Hal 65-76
Isnani Lestari. 2015. Pengaruh Pengalaman Prakerin, Hasil Belajar Produktif Dan
Dukungan Sosial Terhadap Kesiapan Kerja Siswa Smk. Vol 5, Nomor 2,
Juni 2015
Ivan Hanafi. 2012. Re-Orientasi Keterampilan Kerja Lulusan Pendidikan Kejuruan.
Vol 2, Nomor 1, Februari 2012
Kulkarni, N., & Chachadi. A. H. (2014) Skills for employability: employer’s
perspective. Journal of Indian Management, 64-70.
Lowden, K., Hall, S., Elliot, D. D., & Lewin, J. (2011). Employer’s Perception of
The Employability Skills of New Graduate. London: Edge Foundation.
Mansour, B. E., & Dean, J. C. (2016). Employability skills as perceived by
employers and university faculty in the fields of human resource
development (HRD) for entry level graduate jobs. Journal of Human
Resource and Sustainability Studies, 4, 39-49

Lydia L.A 2021. Hubungan Self Confidence Dan Employability Skill Dengan
Prestasi Kerja Karyawan Pt. Helmig’s Prima Sejahtera Sidoarjo.
Mauludiyah, Aviatul. 2021. Pengaruh employability skills dan status sosial
ekonomi terhadap kesiapan kerja peserta didik lembaga kursus dan
pelatihan kota malang / Aviatul Mauludiyah.
Mohammad satta rasul, DKK. 2009. Aspek Kemahiran ‘Employability’ yang
Dikehendaki Majikan Industri Pembuatan Masa Kini Jurnal Pendidikan
Malaysia 34(2)(2009): 67 – 79
Neni Marlina. 2018. Pengaruh Keterampilan Terhadap Kinerja Karyawan Pt. Bank
Sumsel Syariah Palembang.
Nunung. 2019. https://eprints.uny.ac.id/64144/4/SKRIPSI%20BAB%20II.pdf
Rasul, M. S., Raul, R. A. A., Mansor, A. N., & Puvanasvaran, P. (2012).
Employability Skills Assessment Tool Development. Internasional
Education Studies, 5(5), 43-56.
Sudju,Munandi, Dkk. 2019 Employability Skills Lulusan Smk Dan Relevansinya
Terhadap Kebutuhan Dunia Kerja. UNY Press:Yogyakarta
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2012). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :
Alfabeta, CV.
Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta. Sutrisno Hadi. (1987). Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi
Offset.
Sukardi. (2011). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Sulistia Ningsih, Dkk. 2018. Peran Minat Kerja Dan Prestasi Belajar Terhadap
Kesiapan Kerja Siswa Smk
Sunardi, Purnomo, & Sutadji E. (2016). Pengembangan Employability Skills Siswa
SMK Ditinjau Dari Implementasi Pendekatan Saintifik. Jurnal Pendidikan:
Teori, Penelitian dan Pengembangan, I, 1391 – 1398.
Tri Kuat. 2017. Implementasi Employability Skills Pada Smk Program Keahlian
Akuntansi Bidang Keahlian Bisnis Manajemen. Vol 27, No.2, Desember
2017.
Utami AD. 2019. https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/14189/05
.1%20 BAB%201.pdf?sequence=5&isAllowed=y
Yudi, G.D.U, Hudaniah. 2013. Self Efficacy Dengan Kesiapan Kerja Siswa
Sekolah Menengah Kejuruan. Vol. 01, No. 01, Januari 2013
Yuli Atika. 2020. Pengaruh Employability Skill Terhadap Kesiapan Kerja Siswa
Sekolah Menengah Kejuruan Nurul Falah Kota Pekanbaru

Anda mungkin juga menyukai