Anda di halaman 1dari 7

Peran Pendidikan Kejuruan Di Era 4.

Disusun Oleh :
Nama : Tursina Izzati
Nim : 220208502028
Mata Kuliah : Pendidikan Pengantar Kejuruan
Dosen : - Dr. Andi Hudiah,M.Pd
- Israwati Hamsar,S.Pd,M.Pd
- Andi Muadz, S.Pd,M.Pd

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
2023
Pendahuluan

A. Latar Belakang

Pendidikan kejuruan merupakan salah satu satuan pendidikan yang berada


pada jenjang menengah atas. Pendidikan kejuruan jika dilihat dari sudut pandang
pembelajaran di sekolah pendidikan kejuruan lebih mengajarkan tentang cara
bekerja yang efektif. Adanya pendidikan kejuruan di Indonesia bertujuan agar dapat
mempersiapkan peserta didik agar mampu bekerja sesuai dengan kompetensi
keahlian yang ditekuni oleh peserta didik. Pendidikan kejuruan dapat dikatakan
salah satu bentuk dari pengembangan bakat seseorang, dimana pendidikan yang
berlandaskan keterampilan yang bertujuan sebagai untuk melatih keterampilan
sebelum memasuki dunia pekerjaan. Pendidikan kejuruan juga dapat dikatakan
jenjang pendidikan memiliki tujuan untuk menyiapkan peserta didik agar dapat
menjadi tenaga kerja yang profesional sesuai dengan kompetensi keahliannya yang
ditekuni dan siap melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sesuai
dengan kompetensi yang ditekuni di jenjang pendidikan kejuruan. Menurut
Schippers & Patriana (1994) menyatakan bahwa pendidikan kejuruan merupakan
jenjang pendidikan yang memiliki tujuan untuk dapat menyiapkan peserta didik
memiliki kompetensi perilaku dalam bidang kejuruan sesuai dengan kompetensi
sesuai yang ditekuni sehingga peserta didik dapat siap bekerja (memiliki potensi
kinerja baik) untuk kesejahteraan dan masa depan bangsa.

B. Tujuan

Tujuan dari dibentuknya pendidikan kejuruan ini adalah untuk menyiapkan peserta
didik untuk bekerja dan mampu bersaing dalam proses pekerjaannya kedepan. Tujuan
umum dari pendidikan kejuruan ini adalah:
1 .Menyiapkan peserta didik agar dapat menjalani kehidupan secara layak
2. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik
3. Menyiapkan peserta didik agar menjadi warga negara yang mandiri dan
bertanggung jawab
4. Menyiapkan peserta didik agar memahami dan menghargai keanekaragaman
budaya bangsa Indonesia
5. Menyiapkan peserta didik agar menerapkan dan memelihara hidup sehat, memiliki
wawasan lingkungan, pengetahuan dan seni
Pembahasan

a. Tantangan dan peluang industri 4.0 mendorong inovasi dan kreasi pendidikan kejuruan.
Pemerintah perlu meninjau relevansi antara pendidikan kejuruan dan pekerjaan untuk
merespon perubahan, tantangan, dan peluang era industri 4.0 dengan tetap memperhatikan
aspek kemanusiaan (humanities). Tantangan pendidikan kejuruan semakin kompleks dengan
industri 4.0.
Menjawab tantangan industri 4.0, Bukit (2014) menjelaskan bahwa pendidikan kejuruan
(Vocational Education) sebagai pendidikan yang berbeda dari jenis pendidikan lainnya harus
memiliki karakteristik sebagai berikut; 1) berorientasi pada kinerja individu dalam dunia
kerja; 2) justifikasi khusus pada kebutuhan nyata di lapangan; 3) fokus kurikulum pada
aspek-aspek psikomotorik, afektif, dan kognitif; 4) tolok ukur keberhasilan tidak hanya
terbatas di sekolah; 5) kepekaan terhadap perkembangan dunia kerja; 6) memerlukan sarana
dan prasarana yang memadai; dan 7) adanya dukungan masyarakat.
Brown, Kirpal, & Rauner (2007) menambahkan bahwa pelatihan kejuruan dan akuisisi
keterampilan sangat mempengaruhi pengembangan identitas seseorang terkait dengan
pekerjaan. Selanjutnya, Lomovtseva (2014), Edmond dan Oluiyi (2014) menjelaskan
pendidikan kejuruan merupakan tempat menempa kematangan dan keterampilan seseorang
sehingga tidak bisa hanya dibebankan kepada suatu kelompok melainkan menjadi tanggung
jawab bersama.
Berdasarkan asumsi-asumsi yang ada, pendidikan kejuruan merupakan jenis pendidikan yang
unik karena bertujuan untuk mengembangkan pemahaman, sikap dan kebiasaan kerja yang
berguna bagi individu sehingga dapat memenuhi kebutuhan sosial, politik, dan ekonomi
sesuai dengan ciri yang dimiliki. Pendidikan dan pelatihan kejuruan merupakan pendekatan
pendidikan yang menekankan pada kebutuhan industri sehingga peningkatan dan
pengembangan individu dapat dilakukan di industri (Zaib & Harun, 2014). Berdasar teori
yang ada, pendidikan kejuruan berpeluang untuk menjawab tantangan industri 4.0.
Tantangan tersebut harus dijawab dengan cepat dan tepat agar tidak berkontribusi terhadap
peningkatan pengangguran. Pemerintah berupaya merespon tantangan industri 4.0, ancaman
pengangguran, dan bonus demografi dengan fokus meningkatkan kualitas sumber daya
manusia melalui pendidikan kejuruan di tahun 2018. Pemerintah melalui kebijakan lintas
kementerian dan lembaga mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakan pemerintah
adalah revitalisasi pendidikan kejuruan Indonesia. Dukungan dari pemerintah harus
mencakup, 1) sistem pembelajaran, 2) satuan pendidikan, 3) peserta didik, dan 4) pendidik
dan tenaga kependidikan juga dibutuhkan.
Revitalisasi sistem pembelajaran meliputi, 1) kurikulum dan pendidikan karakter, 2) bahan
pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi, 3) kewirausahaan, 4)
penyelarasan, dan 5) evaluasi. Satuan pendidikan meliputi, 1) unit sekolah baru dan ruang
kelas baru, 2) ruang belajar lainnya, 3) rehabilitasi ruang kelas, 4) asrama siswa dan guru, 5)
peralatan, dan 6) manajemen dan kultur sekolah. Elemen peserta didik meliputi, 1) pemberian
beasiswa dan 2) pengembangan bakat minat. Elemen pendidik dan tenaga kependidikan
meliputi, 1) penyediaan, 2) distribusi, 3) kualifikasi, 4) sertifikasi, 5) pelatihan, 6) karir dan
kesejahteraan, dan 7) penghargaan dan perlindungan.
b. Revolusi industri 4.0: Ditandai dengan dimanfattkannya teknologi digital dan
informasi sepenuhnya. Model bisnis yang digunakan juga ikut berubah sehingga
mempengaruhi industri di masa sekarang yang tidak hanya berfokus pada proses
produksi akan tetapi juga mempengaruhi rantai nilai perusahaan. Perkembangan yang
dapat dirasakan seperti integrasi pemanfaatan jaringan dengan teknologi internet
dan cybernetika
c.Revolusi Industri Dunia Industri 4.0 sampai saat ini menjadi perdebatan dikalangan
para ahli khususnya akan pandangan positif kehadiran revolusi industri ke empat
tersebut, munculnya anggapan industri 4.0 dapat memecahkan persoalan sumber daya
dunia yang semakin menipis dengan efisiensi energi, proses produksi dan masalah
perubahan demografis (Pfeiffer 2016). Salah satu contohnya pemanfaatan smart
assistence systems yang membantu para pekerja untuk menentukan pekerjaan apa yang
akan dilakukan. Dari sudut pandang pekerja yang sudah tua pemanfaatkan
teknologi tersebut (smart assistance) akan mendorong produktifitas semakin meningkat dan
mempertahankan kemampuan agar tidak semakin menurun. Hal ini akan memungkinkan
pemanfaatan tenaga kerja yang sudah tua dan memperpanjang masa kerja.
Organisasi seharusnya lebih fleksibel menyikapi perkembangan revolusi industri
(pemanfaatan smart assitance dan data komunikasi data jaringan) khususnya bagi para
pekerja, kombinasi teknologi dengan pekerjaan, aktifitas sehari hari, dan
pengembangan berkelanjutan karyawan akan mendorong keseimbangan antara
pekerjaan dan kehidupan (Kagerman et al 2013).

Perkembangan digitasi dalam industri 4.0 seperti mengantarkan kita ke dalam masa
era mesin yang kedua (Brynjolfsson/McAfee 2014a). Di masa datang organisasi yang
mampu mengelola data secara fleksibel, efisien dan dapat memanfaatkannya dengan
baik akan memenangkan persaingan. Industri 4.0 merupakan produk dari digitasi
yang sedang berlangsung saat ini di mana segala sesuatu disepanjang rantai penciptaan
nilai dihubungkan jaringan serta semua informasi yang relevan dapat secara
independen dan langsung dipertukarkan. Keunggulan akan kemampuan menghubungkan
orang, obyek, dan sistem, terciptanya jaringan yang dinamis, dioptimalkan secara real-time
dan punya kemampuan mengorganisir dirinya sendiri, meningkatkan nilai tambah
perusahaan yang dapat dioptimalkan sesuai dengan kriteria yang berbeda, misalnya
biaya, ketersediaan dan konsumsi sumber daya (Plattform Industrie 4.0 2014: 1).
Jadi, visinya adalah tentang efisiensi, fleksibilitas maksimum dengan penciptaan nilai
tambah sepanjang rantai nilai. Di masa depan, obyek (baik itu orang, departemen maupun
organisasi) dapat berkomunikasi satu sama lain secara langsung dan independen
(lihat gambar 1). Mereka berkonsultasi satu sama lain tentang apa yang bakan terjadi
sehingga perilaku obyek akan dapat di prediksi/dibaca oleh mesin.

Revolusi Industri Di Indonesia Indonesia sebagai bagian dari dunia terdampak pada
perubahan teknologi yang mendorong revolusi industri, sehingga mau tidak mau industri
4.0 perlu segera di implementasikan untuk menjawab tantangan sektor industri tersebut.
Revitalisasi yang sedang dilakukan oleh pemerintah di harapkan nantinya dapat
mengejar ketertinggalan teknologi yang ada saat ini. Kementrian perindustrian menyatakan
strategi indonesia memasuki industri 4.0 dengan melakukan perkuatan lima sektor
manufaktur yang sudah ada yaitu: Industri makanan dan minuman, Industri
Otimotif, Industri elektronik, Industri kimia, serta industri tekstil.

Dengan menerapkan Industri 4.0, Menteri Perindustrian menargetkan, visi besar nasional
dapat tercapai. Visi tersebut secara garis besar yaitu: membawa Indonesia
menjadi 10 besar ekonomi pada tahun 2030; mengembalikan angka net export industri
10 persen; peningkatan produktivitas tenaga kerja hingga dua kali lipat dibanding
peningkatan biaya tenaga kerja; dan pengalokasian dua persen dari GDP untuk
aktivitas research and development teknologi dan inovasi, atau tujuh kali lipat dari
saat ini. Dari prioritas pemerintah akan kesiapan menghadapi perubahan teknologi
tersebut terlihat bahwa belum diliriknya industri keuangan sebagai bagian penting dalam
perubahan lingkungan bisnis di Indonesia, hal ini bisa menjadi peluang dan juga
tantangan di masa depan.

 Implementasi Industry 4.0 tidak hanya memiliki potensi luar biasa dalam
merombak aspek industri, bahkan juga mampu mengubah berbagai aspek dalam
kehidupan manusia. “Kita punya pasar dalam negeri yang kuat, dan punya banyak
talenta dari jumlah universitas yang ada, sehingga tersedianya pool of talent,” kata
Menperin.
 Jadi, langkah dasar yang sudah diawali oleh Indonesia, yakni
meningkatkan kompetensi sumber daya manusia melalui program link and
matchantara pendidikaan dengan industri. Upaya ini dilaksanakan secara sinergi
antara Kemenperin dengan kementerian dan lembaga terkait
seperti Bappenas, Kementerian BUMN, Kementerian Ketenagakerjaan, Kemeneterian
Pendidikan dan Kebudayaan, serta Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan
Tinggi.
 Dengan menerapkan Industry 4.0, Airlangga menargetkan, aspirasi besar nasional
dapat tercapai. Aspirasi tersebut secara garis besar, yaitu membawa Indonesia menjadi
10 besar ekonomi di tahun 2030, mengembalikan angka net export industri 10 persen,
peningkatan produktivitas tenaga kerja hingga dua kali lipat dibanding peningkatan
biaya tenaga kerja, serta pengalokasiaan 2 persen dari GDP untuk aktivitas R&D
teknologi dan inovasi atau tujuh kali lipat dari saat ini.
Kesimpulan

Era revolusi industri saat ini sudah mencapai ke babak baru yaitu revolusi industri
4.0 yang menuntut manusia untuk dapat memanfaatkan teknologi digital dan informasi
sepenuhnya dengan teknologi jaringan dan komputer yang sudah semakin modern.
Revolusi Industri 4.0 yang berdampak pada perubahan bisnis fintech menciptakan hal
positif salah satunya terbuka lapangan pekerjaan dan bentuk baru kebutuhan tenaga
kerja yang memiliki karakteristik: mampu mengeksploitasi teknologi agar lebih dapat
mempromosikan diri sendiri, mampu mensinergikan akan pengalaman dan prestasi
dengan kebutuhan tenaga kerja dengan memanfaatkan teknologi, memiliki kemampuan
untuk melakukan evaluasi atas berbagai perubahan lingkungan yang terus berkembang
dengan memanfaatkan kemampuan kristis akan perubahan teknologi, dan memiliki
kemampuan untuk mendemontrasikan kemampuan yang ada dengan peralatan berteknologi
tinggi.
Daftar Pustaka
https://www.silabus.web.id/pendidikan-kejuruan-di-era-revolusi-industri-4-0/

https://www.neliti.com/id/publications/267990/industri-4.0-dan-dampaknya-terhadap-financial-
technology-serta-kesiapan-tenaga-ke

https://kemenperin.go.id/artikel/18967/Making-Indonesia-4.0:-Strategi-RI-Masuki-Revolusi-Industri-Ke-
4

Anda mungkin juga menyukai