Anda di halaman 1dari 88

Keterkaitan PTK Dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri

http://ismakurnia.blogspot.co.id/2008/08/keterkaitan-ptk-dengan-dunia-usaha-dan.html

Penelitian Program E-Learning Jurusan PKK

Selasa, 05 Agustus 2008

Name : Isma Widiaty, S.Pd, M.Pd


Location : Bandung, Indonesia
Bid. Keahlian : Pengembangan Kurikulum
Pangkat/Gol. : Penata / IIIc
Jabatan : Lektor
Unit Kerja : Jurusan PKK FPTK UPI
Alamat Kantor : Jl.Setiabudhi No.207
Telp : (022) 2013163 ex 3408

Transisi Dari Sekolah Ke Dunia Kerja


Pada dasarnya transisi dari sekolah ke dunia kerja (transition from school to work) merupakan
suatu kondisi dimana seorang lulusan dari sekolah tertentu (termasuk SMK) perlu
mempersiapkan diri untuk memasuki lingkungan kerja. Dalam konteks ini perlu ada
pengintegrasian para lulusan sekolah secara sosial dan profesional ke dalam dunia kerja dan
kemampuan mereka untuk beradaptasi dalam lingkungan kerja tersebut. Penyiapan lulusan /
calon tenaga kerja tersebut diarahkan terutama untuk meningkatkan kecakapan hidup dan
pembinaan profesionalisme serta kompetensi vocational sebagai bekal untuk memasuki dunia
kerja yang sesungguhnya. Penyiapan tenaga kerja tersebut akan sangat dipengaruhi oleh kondisi
masyarakat Indonesia dan perkembangan IPTEKS yang mengiringinya.
Masyarakat Indonesia sekarang ini sedang berada dalam masa transisi dari masyarakat agraris
atau masyarakat pra-industri (pre-industrial society) menuju kepada terciptanya masyarakat
industri (industrial society), serta perubahan ke arah era globalisasi / era informasi. . Masa
transisi ini tertandai dengan semakin banyaknya sektor pekerjaan yang memerlukan keterampilan
vokasional secara spesifik, yaitu keterampilan yang di dalamnya mengandung kecakapan
teknologi tertentu. Sesuai konsep pengembangan pendidikan kejuruan umumnya dan SMK pada
khususnya, yaitu menyiapkan lulusan yang memiliki keterampilan vokasional tertentu, maka
sebenarnya kehadiran SMK dalam masa transisi tersebut justru semakin diperlukan. Dalam
bahasa yang sederhana, kehadiran SMK sekarang ini justru semakin didambakan masyarakat;
utamanya masyarakat yang berkecimpung langsung dalam dunia kerja. Dengan catatan, bahwa
lulusan pendidikan kejuruan memang mempunyai kualifikasi sebagai (calon) tenaga kerja yang
memiliki keterampilan vokasional tertentu sesuai dengan bidang keahliannya.
Seperti diketahui, di dalam dua tiga dasa warsa terakhir ini perkembangan teknologi itu berjalan
dengan amat cepat. Teknologi yang di hari kemarin masih dianggap modern ( sunrise teohnology
) bukan tak mungkin hari ini sudah mulai basi (sunset technology). Teknologl komputer
misalnya; beberapa tahun lalu orang memakai komputer yang fisiknya besar dan sulit
dipindahtempatkan manakala diperlukan. Selanjutnya orang memilih komputer portabel yang
mudah dipindah ke mana-mana; dan hari ini orang memilih komputer dompet yang dapat dibawa
ke mana-mana. Dari sisi perangkat lunak pun begitu pula; beberapa waktu lalu orang
menggunakan program WS-2000 untuk keperluan tulis menulis, kemudian pindah ke WS-4,
pindah lagi ke WS-6, sebelum akhirnya ke WS-7. Sekarang bahkan banyak orang yang tidak
mau lagi memakai Program WS karena ada teknologi baru yang dianggap lebih sophisticated.
Oleh karena perkembangan teknologi, yang berimplikasi pada pembekalan keterampilan
vokasional kepada siswa SMK, itu berjalan dengan cepat maka ada beberapa prinsip
penyelenggaraan pendidikan kejuruan yang harus diperhatikan. Adapun beberapa prinsip yang
dimaksud antara lain :
1. Pendidikan kejuruan harus dapat dilaksanakan secepat mungkin (education in short).
2. Pendidikan kejuruan dalam pengembangannya harus berorientasi kepada jenis-jenis pekerjaan
yang dibutuhkan di lapangan (orientation).
3. Pendidikan kejuruan diatur sedemikian rupa supaya siswa dapat keluar dan masuk lembaga
pendidikan secara mudah (free entry exit).
4. Apapun yang dilakukan pendidikan kejuruan harus disesuaikan dengan permintaan pasar
(demand driven), bukan pasar yang harus menyesuaikan pendidikan kejuruan.
5. Pengembangan pendidikan kejuruan harus terbuka atas terjadinya interaksi antar disiplin ilmu
serta disiplin teknologi (cross discipline).
6. Pendidikan kejuruan haruslah berani mengembangkan teknologi yang sedang dan akan
berkembang (forward technology) .
Keenam prinsip penyelenggaraan pendidikan kejuruan tersebut tidak sepenuhnya dapat dipenuhi
di dalam kasus pengembangan SMK di Indonesia sekarang ini. Mengenai pelaksanaan
pendidikan kejuruan yang harus secepat mungkin misalnya; karena pelaksanaan SMK di
Indonesia terpaku pada struktur kurikulum yang kaku maka proses penyelesaian pendidikan itu
baru dapat dilaksanakan setelah siswa menyelesaikan kurikulum. Oleh karena pengembangan
pendidikan kejuruan di Indonesia sudah diikat dengan peraturan yang mengelompokkan sekolah
itu sendiri menjadi kelompok-kelompok yang terpisah, misalnya saja Kelompok Teknologi dan
Industri (TI) terpisah dengan Kelompok Bisnis dan Manajemen (BM), Kelompok Pariwisata
(PW) terpisah dengan Kelompok Seni dan Kerajinan (SK), dan sebagainya, maka disiplin ilmu
dan teknologi yang berkembang pada masing-masing kelompok tidak dapat saling berinteraksi.
Padahal, disiplin ilmu dan teknologi TI memerlukan interaksi dengan BM, PW dengan SK, dan
lainnya. Di dalam hal ini prinsip "cross discipline" tidak berjalan sama sekali dan yang
menggulir di lapangan justru prinsip "school box" yang membatasi kelompok-kelompok sekolah
dalam kotak-kotak yang sulit ditembus dari luar.
Tidak terpenuhinya secara penuh prinsip penyelenggaraan pendidikan kejuruan seperti itulah
yang menyebabkan SMK di Indonesia yang baru saja "naik daun" mulai kehilangan pamornya.
SMK di Indonesia memang sempat "naik daun" pada beberapa tahun yang lalu sehingga
proporsinya sempat menunjukkan kenaikan secara signifikan. SMK di Indonesia sempat menjadi
isu publik, meskipun pengertian publik di sini sangat terbatas pada kalangan orang tua dan
praktisi pendidikan kejuruan khususnya dan praktisi pendidikan menengah pada umumnya.
Sekarang isu tersebut mulai menghilang; banyak orang tua siswa dan praktisi pendidikan yang
lupa pada eksistensi SMK serta gaung kerja sama di antara lembaga pendidikan dengan dunia
kerja pun mulai bersuara lirih.
PRINSIP, KARAKTERISTIK DAN ASUMSI PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN
KEJURUAN (PTK)

http://sontaslim.blogspot.co.id/2016/03/prinsip-karakteristik-dan-asumsi.html

PRINSIP, KARAKTERISTIK DAN ASUMSI PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN (PTK)


By; Bustamin B, S.T

Tugas Individu: Filsafat Ilmu,Dosen: Prof.Dr.Sapto Haryoko,M.Pd, Program Studi: Pendidikan


Teknologi dan Kejuruan, Universitas Negri Makassar

A. PENDAHULUAN

Pada hakekatnya pendidikan dalam konteks pembangunan nasional mempunyai fungsi sebagai
pemersatu bangsa, penyamaan kesempatan dan pengembangan potensi diri yang diharapkan dapat
memperkuat keutuhan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajara n agar peserta dididk
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.

Dunia pendidikan merupakan ruang yang selalu bersentuhan langsung dengan manusia. Pendidikan yang
berkwalitas akan memberikan kemajuan bagi umat manusia dari berbagai segi kehidupan. Satuan
pendidikan pendidikan yang ada di Indonesia terbagi atas pendidikan formal dan non formal. Pendidikan
formal dimulai dengan Jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Sedangkan
model penyelenggaraan pendidikan terbagi terbagi dua yakni pendidikan umum/ akademik dan
pendidikan kejuruan/ vokasi/ professional. Pendidikan menengah kejuruan memiliki peran untuk
mempersiapkan peserta didik agar siap bekerja baik secara mandiri (wiraswasta) maupun mengisi
lowongan pekerjaan di dunia industri. Untuk dapat bekerja dan bersaing di industry maupun
berwiraswasta, lulusan SMK harus memiliki kompetensi nyakni kemampuan yang disyaratkan untuk
menyelesaikan pekerjaan tertentu pada dunia kerja dan ada pengakuan resmi terhadap kemampuan
tersebut.
Paradigma pendidikan Kejuruan sangat berbeda dengan pendidikan umum. Pendidkan kejuruan yaitu
menekankan pada pendidikan yang menyesuaikan dengan permintaan pasar (demand driven).
Kebersambungan (link) diantara pengguna lulusan pendidikan dan penyelenggara pendidikan dan
kecocokan (match) diantara employee dengan employer menjadi dasar penyelenggaraan dan ukuran
keberhasilan penyelenggaraan pendidikan vokasi dapat dilihat dari tingkat mutu dan relevansi yaitu
jumlah penyerapan lulusan dan kesesuaian bidang pekerjaan dengan bidang keahlian yang dipilih dan
ditekuninya. Pendidikan vokasi melayani sistim ekonomi, sistim sosial, dan politik. Meskipun pendidikan
kejuruan tidak terpisahkan dari sistim pendidikan secara keseluruhan, namun sudah barang tentu
mempunyai kekhususan atau karakteristik tertentu yang membedakannya dengan pendidikan yang lain.
Perbedaan ini tidak hanya dalam definisi, struktur organisasi dan tujuan pendidikannya saja, tetapi juga
tercermin dalam aspek-aspek lain yang erat kaitannya dengan perencanaan kurikulum. Oleh Karena itu,
prinsip, karakteristik dan asumssi tidak boleh diabaikan pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan
kejuruan.

B. PRINSIP, KARAKTERISTIK, DAN ASUMSI PENDIDIKAN PTK

1. Prinsip Pendidikan Teknologi Kejuruan

Prinsip-prinsip pendidikan teknologi dan kejuruan ada dua sumber yang membahas tentang prinsip
PTK ini. Yang pertama adalah Dr. Charles Allen Prosser (1871-1952) dalam bukunya “Vocational Education
in a Democracy”, dan Melvin L. Barlow dalam artikelnya Foundation of Vocational Education dalam
American Vocational Journal (1967).

a. Prinsip Pendidikan PTK Menurut Dr. Charles Allen Prosser

Menurut Dr. Charles Allen Prosser (1871-1952), bahwa sekolah harus membantu para siswanya untuk
mendapatkan pekerjaan, mempertahankan pekerjaan tersebut dan terus maju dalam karir. Dr. Charles
Allen Prosser yakin bahwa harus ada sekolah vokasional untuk publik sebagai alternatif terhadap sekolah
umum yang sudah ada. Sekolah vokasional yang dimaksud adalah sekolah yang menyediakan pelajaran
untuk berbagai jenis pekerjaan yang ada di industri. Dr. Charles Allen Prosser percaya bahwa pendidikan
vokasional di jenjang sekolah menengah atas akan mampu menjadikan para siswa lebih independen.
Dr. Charles Allen Prosser adalah seorang praktisi dan akademisi Amerika Serikat yang sering dianggap
sebagai bapak pendidikan kejuruan, terutama di Amerika. Professor juga adalah seorang guru Fisika dan
Sejarah di New Albany High School dan mendapatkan gelar PhD dari Columbia University. Di kalangan
akademisi pendidikan vokasi dan kejuruan di Indonesia, Prosser cukup dikenal sebagai penyusun 16
Prinsip Pendidikan Vokasi atau sering juga disebut sebagai 16 Dalil Prosser:

1) Pendidikan kejuruan akan efisien jika lingkungan dimana siswa dilatih

merupakan replika lingkungan dimana nanti ia akan bekerja.

2) Pendidikan kejuruan yang efektif hanya dapat diberikan dimana tugas-tugas

latihan dilakukan dengan cara, alat dan mesin yang sama seperti yang ditetapkan
di tempat kerja.

3) Pendidikan kejuruan akan efektif jika melatih seseorang dalam kebiasaan berpikir dan bekerja seperti yang
diperlukan dalam pekerjaan itu sendiri.

4) Pendidikan kejuruan akan efektif jika dapat memampukan setiap individu memodali minatnya,
pengetahuannya dan keterampilannya pada tingkat yang paling tinggi.

5) Pendidikan kejuruan yang efektif untuk setiap profesi, jabatan atau pekerjaan hanya dapat diberikan kepada
seseorang yang memerlukannya, yang menginginkannya dan yang mendapat untung darinya.

6) Pendidikan kejuruan akan efektif jika pengalaman latihan untuk membentuk kebiasaan kerja dan kebiasaan
berpikir yang benar diulang-ulang sehingga sesuai seperti yang diperlukan dalam pekerjaan nantinya.

7) Pendidikan kejuruan akan efektif jika gurunya telah mempunyai pengalaman yang sukses dalam penerapan
keterampilan dan pengetahuan pada operasi dan proses kerja yang akan dilakukan.

8) Pada setiap jabatan ada kemampuan minimum yang harus dipunyai oleh seseorang agar dia tetap dapat
bekerja pada jabatan tersebut.

9) Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar.

10) Proses pembinaan kebiasaan yang efektif pada siswa akan tercapai jika pelatihan diberikan pada pekerjaan
yang nyata (pengalaman sarat nilai).

11) Sumber yang dapat dipercaya untuk mengetahui isi pelatihan pada suatu okupasi tertentu adalah dari
pengalaman para ahli okupasi tersebut.

12) Setiap pekerjaan mempunyai ciri-ciri isi (body of content) yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain.

13) Pendidikan kejuruan akan merupakan layanan sosial yang efisien jika sesuai dengan kebutuhan seseorang
yang memang memerlukan dan memang paling efektif jika dilakukan lewat pengajaran kejuruan.

14) Pendidikan kejuruan akan efisien jika metode pengajaran yang digunakan dan hubungan pribadi dengan
peserta didik mempertimbangkan sifat-sifat peserta didik tersebut.

15) Administrasi pendidikan kejuruan akan efisien jika luwes.

16) Pendidikan kejuruan memerlukan biaya tertentu dan jika tidak terpenuhi maka pendidikan kejuruan tidak
boleh dipaksakan beroperasi.

b. Prinsip Pendidikan adn Kejuruan Menurut Miller

Dalam kaitannya dengan prinsip pengajaran pendidikan kejuruan, Miller juga memberikan 8 prinsip
sebagai berikut:

1. Kesadaran akan karir adalah bagian penting dalam pendidikan kejuruan khususnya

pada proses awal pendidikan itu sendiri.

2. Pendidikan kejuruan merupakan pendikan yang menyeluruh dan merupakan bagian dari masyarakat
(public system).
3. Kurikulum dalam pendidikan kejuruan berdasarkan atas kebutuhan dunia kerja/ dunia industry.

4. Jabatan atu pekerjaaan dalam kelompok/ keluarga sebagai salah satu pengembangan kurikulum
pendidikan kejuruan khususnya pada tingkat menengah.

5. Inovasi merupakan bagian yang sangat ditekankan dalam pendidikan kejuruan.

6. Seseorang dipersiapkan untuk dapat memasuki dunia kerja melalui pendidikan

kejuruan.

7. Keselamatan kerja merupakan unsure penting dalam pendidikan kejuruan.

8. Pengawasan dalam peningkatan pengalaman okupasi/ pekerjaan dapat dilakukan melalui pendidikan
kejuruan.

c. Prinsip Pendidikan PTK Menurut Melvin L. Barlow


Sedangkan menurut Melvin L. Barlow dalam artikelnya Foundation of Vocational Education dalam
American Vocational Journal (1967), menyampaikan pokok-pokok pikiran tentang pendidikan vokasi
atau kejuruan (vocational education). Ada 7 poin penting yang dikemukakan, yaitu:

1) Vocational education is a national concern. Pendidikan vokasi adalah hal

penting yang merupakan concern atau kepedulian tingkat nasional.

2) Vocational education provides the common defense and promotes the general welfare. Pendidikan vokasi
yang efektif akan bermanfaat bagi pertahanan negera (seperti dukungan pada saat kondisi perang),
serta mendukung peningkatan kesejahteraan ekonomi warga negara dan keluarganya.

3) Vocational preparation of youth and adults is a public school responsibility. Sekolah publik memainkan
peranan penting dalam menyiapkan generasi muda dan juga warga dewasa untuk mempersiapkan
pekerjaan mereka.

4) Vocational education requires a sound basic education. Pendidikan vokasi memerlukan adanya fondasi
dasar yang baik dan kuat dari jenjang sekolah sebelumnya agar dapat sukses. Hal ini disebabkan makin
tingginya teknologi yang diapakai di berbagai bidang pekerjaan.

5) Vocational Education is planned and conducted in close cooperation with business and industry. Hal ini
adalah fondasi penting keberhasilan pendidikan vokasi, umumnya melalui komite penasihat (advisory
committee) yang terdiri dari kalangan bisnis dan industri.

6) Vocational education provide the skills and knowledge valuable in the labor market. Materi pembelajaran
ditentukan berdasar analisis kebutuhan pasar kerja, dibutuhkan juga studi penempatan dan tindak
lanjut terhadap para lulusan agar diketahui bagaimana hasil program diterima, dimanfaatkan dan
dimodifikasi di pasar kerja.

7) Vocational education provides continuing education for youth and adults.


Pendidikan vokasi tidak hanya ada di sekolah, tetapi juga harus ada di industri dan berbagai program
vokasi untuk orang dewasa, hal ini berkontribusi nyata meningkatkan tingkat intelegensia (industrial
intelligence) tenaga kerja. Permasalahan dalam pelatihan ulang (retraining) dan pembelajaran sepanjang
hayat adalah elemen penting yang membentuk pendidikan vokasi yang kuat.

PTK akan efektif jika lingkungan peserta didik dilatih seperti replica di lingkungan kerja. Untuk
menciptakan suatu suasana belajar yang mirip dengan dunia kerja dan dunia industri, diperlukan banyak
perlengkapan, sarana dan prasarana. Ketersediaannya bengkel yang lengkap dengan alat dan bahannya
akan memberikan pengalaman belajar yang hampir sama dengan di lapangan sehingga ketika peserta
didik berinteraksi langsung dengan dunia industri, telah memiliki kemandirian dan keterampilan kerja
sesuai yang diharapkan. Untuk membuat suatu replica sesuai lingkungan kerja, maka diperlukan biaya
yang besar sehingga kami yakin bahwa tidak semua sekolah kejuruan dapat melakukan hal tersebut
karena masalah pendanaan. Oleh karena itu, kerjasama dengan industri sangat diperlukan untuk
mewujudkan hal ini. Misalnya menerima peserta didik.

1. praktek industri yaitu peserta didik melakukan kegiatan belajar di industri karena tidak tersedianya alat
dan bahan di sekolah.
2. PSG yaitu pendidikan dual system yaitu peserta didik belajar di industri dan di sekolah, dan
3. Prakerin yaitu kegiatan belajar/praktek peserta didik yang murni dilakukan sepenuhnya di industri.
Sarana Prasarana belajar mengajar dan praktikum di SMK harus berstandar dan selalu mengikuti
perkembangan teknologi sehingga bermafaat bagi peserta didik.Prasarana dan sarana pendidikan adalah
salah satu sumber daya yang menjadi tolok ukur mutu sekolah dan perlu peningkatan terus menerus
seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cukup canggih. Manajemen
prasarana dan sarana sangat diperlukan dalam menunjang tujuan pendidikan yang sekaligus menunjang
pembangunan nasional, oleh karena itu diperlukan pengetahuan dan pemahaman konseptual yang jelas
agar dalam implementasinya tidak salah arah. Dan juga pendidikan teknologi dan kejuruan harus
memperhatikan permintaan pasar sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah bagian dari sistem
pendidikan nasional yang bertujuan mempersiapkan tenaga yang memiliki keterampilan dan
pengetahuan sesuai dengan kebutuhan persyaratan lapangan kerja dan mampu mengembangkan potensi
dirinya dalam mengadopsi dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Dalam proses pendidikan
kejuruan perlu ditanamkan pada peserta didik pentingnya penguasaan pengetahuan dan teknologi,
keterampilan bekerja, sikap mandiri, efektif dan efisien dan pentingnya keinginan sukses dalam kariernya
sepanjang hayat. Oleh karena itu, arah pengembangan pendidikan kejuruan diorientasikan pada
permintaan pasar kerja. Orientasi berdasarkan permintaan pasar dapat dilakukan dengan pengembangan
kurikulum yang mempertimbangan perkembangan dunia industri.

2. Karakteristik Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan


Dewasa ini negara-negara didunia menempatkan pendidikan menengah teknologi dan kejuruan
sebagai pendukung pengembangan perekonomian dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan
nasional yang pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan kesejahtraan masyarakatnya. Pendidikan
teknologi kejuruan itu diperlukan untuk menghasilkan teknisi dengan kompetensi tertentu gunda
menjalankan roda perindustrian dan perdagangan serta bidang-bidang kejuruan lainnya, baik pada
tataran nasional maupun regional. Namun hingga saat ini masih banyak negara-negara berkembang yang
belum berhasil meletakkan landasan pengembangan pendidikan teknologi dan kejuruan yang sesuai
dengan kondisi sumber daya manusia dan sumber daya alam negara masing.
Bagi indonesia, dengan dikelurkannya UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan UU
No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen srta pembentukan badan standarisasi nasional pendiidkan
(BSNP) menunjukkan adaya upaya pemerintah dan dewan perwakilan rakyat RI dalam membenahi sistem
pendidikan nasional. Namun proses ini pun diperkiran masih memerlukan waktu yang panjang karena
standar-standar pendidikan yang disusun oleh BSBN (PP No. 19 tahun 2005 pasal 2 ayat 1) belum
menampakkan sebgai hasil yang optimal dalam arti masih perlu diuji coba dan disempurkan.

Untuk mengoperasionalkan kebijakan-kebijakan pemerintah yang dalam hal ini adalah departemen
pendidikan nasional (depdiknas), maka setiap satuan pendidikan terlebih dahulu harus mengembangkan
kurikulum dengan mengacu pada pedoman-pedoman pengembangan KTSP dan kondisi daerah dimana
satuan pendidikan (sekolah) itu berada. Dalam hubungan ini terdapat sepuluh karakteristik pendidikan
teknologi dan kejuruan yang perlu diperhatikan dalam perencanaan kurikulum, yakni:

1.Orientasi.

2. Justifikasi.

3. Fokus.

4. Standar.

5. Keberhasilan disekolah.

6. Perindustrian dan masyarakat.

7. Keterlibatan pemerintah.

8. Responsiveness.

9.Logistik dan pembiayaan

Untuk memahami tentang pendidikan kejuruan, semestinyalah kita harus memahami karakteristik
pendidikan kejuruan terlebih dulu. Meskipun pendidikan kejuruan tidak terpisahkan dari sistim
pendidikan secara keseluruhan, namun sudah barang tentu mempunyai kekhususan atau karakteristik
tertentu yang membedakannya dengan pendidikan yang lain. Perbedaan ini tidak hanya dalam definisi,
struktur organisasi dan tujuan pendidikannya saja, tetapi juga tercermin dalam aspek-aspek lain yang erat
kaitannya dengan perencanaan kurikulum, yaitu :

1. Orientasi pendidikan kejuruan


Sebagai suatu system pendidikan yang bertujuan mempersiapkan lulusannya memasuki lapangan
kerja, maka orientasi pendidikan kejuruan haruslah tertuju kepada keberhasilan belajar berupa output
atau lulusannya yang dapat dipasarkan di pasar tenaga kerja. Lebih jauh keberhasilan program pendidikan
kejuruan secara tuntas berorientasi pada penampilan para lulusannya kelak di lapangan kerja.

2. Justifikasi untuk eksistensinya

Untuk mengembangan program pendidikan kejuruan perlu alasan atau jastifikasi khusus yang ini tidak
begitu dirasakan oleh pendidikan umum. Justifikasi khusus adalah adanya kebutuhan nyata yang
dirasakan tenaga kerja di lapangan kerja atu industri baik jasa maupun barang.

3. Fokus kurikulumnya

Pendidikan kejuruan bukan hanya menekankan pada aspek skill material saja, tetapi juga menekankan
kepada aspek belajar yang lainnya. Rangsangan dan pengalaman belajar yang disajikan melalui pendidikan
kejuruan mencakup rangsangan dan pengalaman belajar yang mengembangkan domain afektif, kognitif
dan psikomotor berikut paduan integralnya yang siap untuk dipadukan baik pada situasi kerja yang
tersimulasi lewat proses belajar maupun nanti dalam situasi kerja yang sebenarnya. Ini termasuk sikap
kerja dan orientasi nilai yang mendasari aspirasi, motivasi dan kemampuan kerjanya.

4. Kriteria keberhasilannya

Berlainan dengan pendidikan umum, kriteria untuk menentukan keberhasilan suatu lembaga
pendidikan kejuruan pada dasarnya menerapkan 2 kriteria yaitu keberhasilan di sekolah (in school
success) dan out of school succes. Kriteria pertama meliputi aspek keberhasilan siswa dalam memenuhi
persyaratan kurikuler yang sudah diorientasikan ke persyaratan dunia kerja, sedang kriteria yang kedua
diindikasikan oleh keberhasilan atau penampilan lulusan setelah berada di dunia kerja yang sebenarnya.

5. Kepekaannya terhadap perkembangan masyarakat

Karena komitmen yang tinggi untuk selalu berorientasi ke dunia kerja, pendidikan kejuruan mempunya
ciri lain berupa kepekaan atau daya suai yang tinggi terhadap perkembangan masyarakat dan dunia kerja.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pasang surutnya dunia suatu bidang pekerjaan, inovasi
dan penemuan-penemuan baru di bidang produksi barang dan jasa, semuanya itu sangat besar
pengaruhnya terhadap kecenderungan perkembangan pendidikan kejuruan.

6.Perbekalan logistiknya
Ditinjau dari segi peralatan belajar, maka untuk mewujudkan situasi atau pengalaman belajar yang
dapat mencerminkan situasi dunia kerja secara realistis dan edukatif diperlukan banyak perlengkapan,
sarana dan perbekalan logistik yang lain. Bengkel kerja dan laboratorium adalah kelengkapan umum yang
menyertai eksistensi suatu sekolah kejuruan. Hal ini membuat membuat sekolah kejuruan membutuhkan
biaya yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan sekolah umum.

7.Hubungannya dengan masyarakat dunia usaha/ dunia industri.

Hubungan lebih jauh dengan masyarakat yang mencakup daya dukung dan daya serap lingkungan yang
sangat penting perannya bagi hidup dan matinya suatu lembaga pendidikan kejuruan. Perwujudan
hubungan timbal balik yang menunjang ini mencakup adanya dewan penasehat kurikulum kejuruan
(curriculum advisory commitee), kesediaan dunia usaha menampung anak didik sekolah kejuruan dalam
program kerjasama yang memungkinkan kesempatan pengalaman belajar di lapangan.

Dalam implementasinya, ketujuh karekteristik pendidikan kejuruan tersebut di atas, mempunyai


implikasi dan konsekuensi yang luas terhadap proses perencanan kurikulum pendidikan kejuruan itu
sendiri. Meskipun pendidikan kejuruan tidak terpisahkan dari sistim pendidikan secara keseluruhan,
namun sudah barang tentu mempunyai kekhususan atau karakteristik tertentu yang membedakannya
dengan pendidikan yang lain. Perbedaan ini tidak hanya dalam definisi, struktur organisasi dan tujuan
pendidikannya saja, tetapi juga tercermin dalam aspek-aspek lain yang erat kaitannya dengan
perencanaan kurikulum seperti yang dijelaskan diatas.

4. Asumsi-Asumsi Pada Pendidikan Teknologi Kejuruan


Menurut John Thompson (1973) ada tiga asumsi besar yang disampaikan dalam bukunya yang berjudul
“Foundations of Vocational Education” dan bisa kita lihat dibawah ini:

a. Pendidikan vokasi bisa dikatakan efisien secara ekonomi apabila mampu mempersiapkan para
siswanya untuk suatu pekerjaan spesifik dalam masyarakat yang didasarkan pada kebutuhan tenaga
kerja yang riil.

Kata kuncinya adalah "real jobs" atau pekerjaan yang benar-benar ada didalam dunia kerja. Bagaimana
intitusi pendidikan vokasi mampu mengidentifikasi jenis-jenis pekerjaan yang benar-benar ada dan
dibutuhkan dunia industri? Ini adalah pertanyaan yang sulit namun harus bisa dijawab sebelum suatu
program pendidikan dijalankan. Program pendidikan vokasi harus dirancang sesuai kebutuhan pekerjaan
spesifik yang ada di industri. Metode analisis pekerjaan (job analysis) adalah teknik yang sering digunakan
dalam upaya para pendidik untuk mendapatkan gambaran yang pasti tentang kebutuhan pekerjaan di
dunia kerja.

c. Pendidikan vokasi bisa dikatakan efisien secara ekonomi apabila mampu menjamin adanya pasokan
tenaga kerja untuk suatu wilayah.

Ekonomi yang berkembang akan selalu membutuhkan tenaga kerja untuk mendukung
perkembangannya. Pendidikan vokasi dibuat untuk mampu menjadi pemasok (supplier) kebutuhan
tenaga kerja yang dibutuhkan agar ekonomi suatu wilayah bisa berkembang. Pasokan tenaga kerja ini
haruslah stabil dan sesuai kebutuhan. Pasokan yang terlalu banyak atau terlalu sedikit dibanding
kebutuhan adalah hal yang tidak baik, harus sesuai baik dari sisi kuantitas maupun kualitas. Perencanaan
pendidikan vokasi haruslah didasarkan prediksi yang baik atas kebutuhan tenaga kerja suatu daerah.
Pendidikan vokasi harus mampu menjadi mitra sejalan dari pertumbuhan ekonomi.

Sejalan dengan berkembangnya teknologi dan modernisasi industri, maka tenaga kerja pun harus selalu
ditingkatkan kompetensinya. Karena itu Thompson juga menyinggung tentang tanggung jawab
pendidikan vokasi dalam upaya peningkatan kemampuan para pekerja yang telah bekerja didalam dunia
kerja. Upaya ini krusial dalam meningkatkan efisiensi ekonomi suatu wilayah. Tenaga kerja yang tidak
kompeten akan membebani ekonomi.

d. Pendidikan vokasi bisa dikatakan efisien secara ekonomi apabila para lulusannya mendapatkan
pekerjaan sesuai apa yang dilatih.

Berbagai survey dilakukan di Amerika untuk mengukur seberapa efisiensi pendidikan vokasi telah
dijalankan. Hampir semua asumsi yang dikembangkan didasarkan pada seberapa tinggi kesesuaian
penempatan para lulusan di industri dengan apa yang telah mereka pelajari di dunia pendidikan
sebelumnya. ketidakcocokan adalah hal yang harus dihindari semaksimal mungkin karena menyalahi
prinsip efisiensi ekonomi. Jadi apabila dunia pendidikan menghasilkan lulusan yang bekerja di bidang yang
berbeda dari bidang yang dipilih saat sekolah, maka pendidikan dikatakan tidak berhasil dan tidak efisien
secara ekonomi.
Ada juga yang mengemukakan beberapa asumsi tentang pelaksanaan pendidikan teknologi dan kejuruan
yang berbeda dengan pendidikan umum memiliki prinsip dalam penyelenggaraannya antara lain:

1. Pendidikan Teknologi dan Kejuruan dapat mengembangkan tenaga kerja yang marketable
Pendidikan kejuruan bertujuan untuk menyiapkan tenaga kerja yang siap kerja baik bekerja secara mandiri
maupun mengisi lowongan tertentu. PTK yang merupakan salah satu institusi yang menyiapka tenaga
kerja dituntut mampu menghasilkan lulusan sebagaimana yang diharapkan oleh sekolah, masyarakat dan
dunia industri. Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah tenaga kerja yang memiliki kompetensi sesuai
dengan bidangnya, memiliki adaptasi dan daya saing yang tinggi. Untuk dapat mengembangkan tenaga
kerja yang dapat bersaing di pasar industri, maka perlu pengembangan kurikulum yang disesuaikan
dengan kondisi dan kebutuhan industri, yang didukung oleh sarana dan prasarana praktikum yang
memadai.

2. Pendidikan Teknologi dan Kejuruan didesain untuk menguasai keterampilan dasar yang essensial
untuk dapat berkompetensi di DUDI.

Pendidikan sistem ganda (PSG) adalah konsep belajar dan bekerja dimana pelatihan pekerjaan harus
berorientasi pada pengelompokkan qualifikasi dan kompetensi untuk proses yang berhubungan dengan
bekerja. Perusahaan
bersedia bekerja sama dalam program PSG ini dikarenakan ada beberapa alasan dan
keuntungan yaitu dengan memberikan training maka keberadaanya dinyatakan sebagai
lembaga yang mmeberikan pertimbangan untuk penawaran pelatihan yang dapat langsung dinikmati
oleh perusahaan dengan mengajak beberapa praktisi secara langsung dapat memperoleh hasil dari
perusahaan.

3.Tidak ada dualisme antara Pendidikan kejuruan dan pendidikan umum

Dualisme pendidikan kejuruan adalah mengarahkan peserta didik dalam pencapaian kompetensi/ skill
untuk menjadi tenaga kerja siap pakai, dilain pihak menuntut peserta didik dapat menguasai pelajaran
umum untuk dapat melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Hal ini merupakan suatu yang pro kontra.
ada yang menerima dengan baik tetapi tidak sedikit pula yang menentang. Dualisme pendidikan akan
memberikan kebebasan kepada peserta didik dalam menentukan menentukan pilihan, apakah akan
melanjutkan ke pendidikan tinggi ataukah langsung terjun di dunia kerja. Konsekwensinya, penataan
pendidikan di sekolah kejuruan seimbang antara antara pelajaran kejuruan dengan pelajaran umum.
Dalam artian tujuan pendidikan kejuruan tibdaklah focus, Bahkan jam pelajaran umum cenderung lebih
banyak dari jam pelajaran kejuruan. Hal ini dapat membuat orang berasumsi bahwa apa bedanya SMK
dengan SMU yang dibekali dengan muatan local. Oleh karena itu, sebaiknya pendidikan kejuruan lebih
berfokus kepada pendidikan kejuruan yang tujuan utamanya adalah memproduksi peserta didik siswi
yang siap bekerja yang memiliki keahlian khusus di bidang tertentu.

Dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan, baik swasta maupun pemerintah semestinya pendidikan
kejuruan memiliki konsekuensi investasi lebih besar daripada pendidikan umum. Di samping itu, hasil
pendidikan kejuruan seharusnya memiliki peluang tingkat balikan (rate of return) lebih cepat
dibandingkan dengan pendidikan umum. Kondisi tersebut dimungkinkan karena tujuan dan isi pendidikan
kejuruan dirancang sejalan dengan perkembangan masyarakat, baik menyangkut tugas-tugas pekerjaan
maupun pengembangan karir peserta didik.

4. Pendidikan Teknologi dan Kejuruan didesain berbasis masafe konomi oleh kanena itu sangat berperan
dan pertumbuhan ekonomi nasional

Lulusan SMK diharapkan memiliki kemampuan pengetahuan dan keterampilan atau life skill yang dapat
membawanya ke kehidupan yang lebih baik yaitu memperoleh pekerjaan pada industry atau mendirikan
usaha mandiri untuk menghasilkan uang. Tenaga terampil yang dicetak oleh SMK merupakan investasi
besar dalam mengembangkan perekonomian bangsa.
Herdi, 2009, 10th yang lalu ternyata China lebih terpuruk dibanding kondisi di Indonesia pada tahun 90an.
Namun kondisi sekarang jauh lebih baik, dibanding Indonesia. Cukup jauh. Apa gerangan yang
menyebabkannya? Bila dipelajari, salah satu kebijakan pemerintahan China yang mendukung
perkembangan industri di China adalah adanya pengembangan Vocational School yang disupport oleh
pemerintahan untuk menjadi cikal bakal industri-industri rumahan. Vocational School dberikani support
penuh oleh Pemerintah China agar berkembang menjadi sebuah pabrik/industri. Industri-industri yang
ada diminta berpartner dengan Vocational School Industri. SDM nya terdiri dari peserta didik yang dilatih
dengan real praktek (learning by doing) dan dengan tingkat kedisiplinan yang tinggi. Sehingga berjalan
dengan waktu, China yang semula mempunya produk yang dikenal dengan kualitasnya yang kurang baik
(ini dikarenakan merupakan hasil produksi yang baru mulai/tahap belajar) namun kemudian beriring
dengan waktu adanya improvement yang berkelanjutan, akhirnya China dapat membuat produk dengan
kualitas nomor 1. Sekarang China menjadi tempat produksi segala jenis manufaktur/industri produk dari
sebagian besar merk terkenal di dunia, apakah itu produk jepang, jerman, amerika dll dari mulai otomotif
(motor, mobil), it (laptop, pc, dll), dll semua dibuat oleh di china yang notabene merupakan hasil dari
pengembangan vocational school industri yang didukung pemerintah dan industrinya.

5. Pendidikan Teknologi dan Kejuruan seharusnya dievaluasi berdasarkan efisiensi ekonomi, relevansi
dan kecepatan mendapatkan pekerjaan
Hubungan dimensi ekonomi dengan pendidikan kejuruan secara konseptual dapat dijelaskan dari
kerangka investasi dan nilai balikan (value of return) dari hasil pendidikan kejuruan. Dalam
penyelenggaraan pendidikan kejuruan, baik swasta maupun pemerintah semestinya pendidikan kejuruan
memiliki konsekuensi investasi lebih besar daripada pendidikan umum. Di samping itu, hasil pendidikan
kejuruan seharusnya memiliki peluang tingkat balikan (rate of return) lebih cepat dibandingkan dengan
pendidikan umum. Kondisi tersebut dimungkinkan karena tujuan dan isi pendidikan kejuruan dirancang
sejalan dengan perkembangan masyarakat, baik menyangkut tugas-tugas pekerjaan maupun
pengembangan karir peserta didik.
Relevansi sekolah kejuruan adalah seberapa besar lulusannya dibutuhlkan oleh dunia usaha dan dunia
industri. Sekolah kejuruan harus benar-benar dievaluasi seberapa besar kontribusinya terhadap relevansi
lulusan terhadap dunia kerjadan terhadap perkembangan ekonomi. Sekolah kejuruan yang sinergis
dengan dunia industry dapat dilihat dengan lulusannya yang terserap di dunia industri dengan cepat
sesuai dengan bidang keahliannya.

6. Pendidikan Teknologi dan Kejuruan hendaknya diarahkan untuk memenuhi tenaga kerja
dilingkungannya

Untuk memenuhi tenaga kerja dilingkungan/ daerah sendiri, Seharusnya pemerintah daerah dengan
kekuasaan otonominya mengetahui dengan pasti apa keunggulan daerahnya. Berdasarkan produk
keunggulan daerahnya, maka dibangun kompetensi sumber daya manusianya. Misalnya di Bali yang
terkenal dengan pariwisatanya, maka pemerintah daerah fokus pada pembangunan Kompetensi keahlian
yang berbasis pariwisata. Di Jawa Tengah yang terkenal sebagai pusat budaya dan juga kerajinan furniture,
dibangun kompetensi yang berbasis kerajinan furniture. Di Papua yang kaya emas dan juga kayunya,
dibangun komptensi keahlian emas dan kayu. Dengan demikian terbentuk suatu keahlian yang khusus,
unik dan berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya.
Jika selama ini kita masih sibuk menghabiskan anggaran untuk membangun infra struktur, misalnya
gedung, sekolah dan perlengkapannya atau mengundang investor membangun industri di daerah. Maka
sudah saatnya investasi kita arahkan untuk pembangunan sumber daya manusianya dulu. Tanpa
kompetensi. tanpa adanya “link and match” antara pendidikan dan dunia industri, maka segala peralatan,
gedung dan investasi menjadi tidak maksimal dan sia-sia.Berapa banyak gedung sekolah dengan segala
peralatannya yang canggih tidak berfungsi dengan baik, karena tidak ada tenaga ahli yang dapat
menjalankannya. Sudah saatnya kita bekerjasama membangun kompetensi unggulan daerah. Anggaran
pendidikan yang begitu besar seharusnya juga diberikan kepada lembaga pelatihan industri yang sudah
terbukti berhasil, misalnya untuk mendidik tenaga kerja yang trampil dibidang otomotif, tidak perlu
membangun sekolah otomotif sendiri, tapi serahkan dana tersebut misalnya kepada ASTRA group untuk
mengembangkan lembaga pelatihan otomotifnya. Untuk mencetak tenaga ahli elektronik, berikan
anggaran kepada Panasonic Gobel misalnya untuk memperkuat lembaga pelatihan elektronik yang selama
ini hanya untuk melayani kebutuhan internal.
7. Pendidikan Teknologi dan Kejuruan di tingkat pendidikan menegah bertujuan untuk mempersiapkan
tenaga kerja pemula

Pada negara lain yang sudah maju masih terdapat juga masalah “link and Match” antara keluaran dari
pendidikan dengan kebutuhan dunia industri. Bedanya setiap tahun besarnya “gap” itu semakin diperkecil
dengan selalu mengevaluasi dan memperbaiki sistem pendidikannya. Jepang saja sebagai negara industri
yang sangat maju masih ada “mis-match” dalam penempatan tenaga kerjanya.Hal ini diatasi dengan
memberikan kesempatan bagi pencari kerja angkatan muda untuk melaksanakan program magang.
Dengan magang di industri atau di UKM (Usaha Kecil Menengah), dan mendapatkan uang saku yang
memadai, maka ketrampilan bekerja seseorang menjadi meningkat.

8.Pendidikan Teknologi dan Kejuruan adalah system pendidikan untuk menata system perekonomian nasional.

Pendidikan kejuruan merupakan upaya mewujudkan peserta didik menjadi manusia produktif, untuk
mengisi kebutuhan terhadap peran-peran yang berkaitan dengan peningkatan nilai tambah ekonomi
masyarakat. Dalam kerangka ini, dapat dikatakan bahwa lulusan pendidikan kejuruan seharusnya memiliki
nilai ekonomi lebih cepat dibandingkan pendidikan umum. Penyiapan manusia untuk bekerja bukan
berarti menganggap manusia semata mata sebagai factor produksi karena pembangumnan ekonomi
memerlukan kesadaran sebagai warga ne gara yang baik dan bertanggung jawab serta produktif.

Semakin tinggi kwalitas pendidikan dan pelatihan seseorang, akan semakin produktif orang tersebut,
sehingga dapat meningkatkan produktivitas nasional dan meningkatkan daya saing tenaga kerja di pasar
global.

C. MODEL PENYELENGGARAAN PTK BERBASIS KEBUTUHAN

Adapun tujuan dari pada pendidikan kejuruan adalah senantiasa dibentuk oleh kebutuhan masyarakat
yang berubah begitu pesat, sekaligus juga harus berperan aktif dan ikut serta menentukan tingkat dan
arah perubahan masyarakat dalam bidang kejuruannya tersebut. Pendidikan kejuruan berkembang sesuai
dengan perkembangan tuntutan masyarakat, melalui dua institusi sosial. Pertama, institusi sosial yang
berupa struktur pekerjaan dengan organisasi, pembagian peran atau tugas, dan perilaku yang berkaitan
dengan pemilihan, perolehan dan pemantapan karir. Institusi sosial yang kedua, berupa pendidikan
dengan fungsi gandanya sebagai media pelestarian budaya sekaligus sebagai media terjadinya perubahan
sosial.
Model peyelenggaraan pendidikan teknologi dan kejuruan berbasis kebutuhan terhadap masyarakat
kita bisa lihat dari segi kurikulum seperti apa yang diterapkan disetiap daerah dimana proses pendidikan
(sekolah) dilaksanakan. Berikut model kurikulum pendidikan PTK sebagai berikut:

9. Perencanaan kurikulum
 Mengumpulkan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan penyelenggaraan
sisdiknas

 Mengumpulkan data komuditas dan budaya

 Mengumpulkan data yang berkaitan dengan sekolah

 Merumuskan proses pengambilan keputusan

 Merumuskan tujuan dan sasaran kurikulum

 Mengumpul materi dan sarana pembelajaran

10. Penetapan isi kurikulum

 Pemilihan desain kurikulum,

 Pemilihan strategi dan metode pembelajaran,

 Penetapan sasaran kompetensi,

 Penetapan materi dan sarana pembelajaran,

 Menetapan prosedur implementasi,

 Menetapkan prosedur penafsiran hasil tes, pengamatan wawancara dan lain-lain,

 Menetapkan metode evaluasi hasil belajar,

 Penilaian guru (evaluasi diri, evaluasi sejawat).

11. Implementasi kurikulum

 Penerapan strategi belajar. Seperti belajar mandiri, diskusi, kerja proyek, karyawisata, laporan, beljar
terprogram, investasi kelompok, belajar kooperatif, belajar tuntas dan lain-lain.

 Mengadakan tes formatif-sumatif, pengamatan perilaku siswa, studi khusus dan lain-lain

 Membuat annecdotal record siswa

 Identifikasi kebutuhan perubahan materi, metode, sarana dan lain-lain

12. Evaluasi kurikulum


 Menetapkan teknik evaluasi

 Pengumpulan data mengenai implementasi, kurikulum, kecakapan guru, kemajuan siswa, dan revisi
kurikulum. Pendayagunaan potensi sumber daya local, dengan pelaksanaan kurikulum serta kerjasama
dari pemerintah daerah harus seiring sejalan dalam rangka membuka peluang lebar pengembangan SMK
sesuai dengan harapan dan kebutuhan masyarakat dan dunia industri. Untuk mencari solusi dari
tantangan tersebut di atas, SMK sebagai salah satu lembaga penyelenggara pendidikan dan pelatihan
kejuruan harus mampu memberikan layanan pendidikan terbaik kepada peserta didik walaupun kondisi
fasilitasnya sangat beragam. Seperti diketahui, bahwa investasi dan pembiayaan operasional terbesar
yang dilakukan oleh pemerintah dalam pendidikan kejuruan adalah pada sistem SMK. Pembukaan dan
penutupan suatu SMK pada dasarnya sangat tergantung pada tuntutan kebutuhan pengembangan
sumber daya manusia di wilayah atau daerah setempat.

Pembukaan institusi SMK baru sangat dimungkinkan jika terdapat tuntutan kebutuhan sumber daya
manusia yang terkait dengan peran dan fungsi SMK. Sebagaimana yang dikemukakan Djojonegoro (1998),
bahwa : “Secara teoritik pendidikan kejuruan sangat dipentingkan karena lebih dari 80 % tenaga kerja di
lapangan kerja adalah tenaga kerja tingkat menengah ke bawah dan sisanya kurang dari 20 % bekerja
pada lapisan atas. Oleh karena itu, pengembangan pendidikan kejuruan jelas merupakan hal penting”.

pengembangan (pembukaan)
program keahlian SMK harus Link and Match dengan kebutuhan pasar kerja. link and match pada
dasarnya adalah supplay-demand dalam arti luas, yaitu dunia pendidikan sebagai penyiapan SDM, dan
individu, masyarakat, serta dunia kerja sebagai pihak yang membutuhkan. Ada empat aspek kebutuhan
yang perlu diantisipasi oleh pendidikan, yaitu:

 kebutuhan pribdai atau individu

 kebutuhan keluarga,

 kebutuhan masyarakt/bangsa,

 kebutuhan dunia kerja atau dunia usaha.

Untuk menciptakan link and mach antara pendidikan dan dunia kerja (usaha mandiri dan industri),
diperlukan usaha-usaha secara reciprocal antara kedua pihak. Dunia kerja dituntut untuk lebih membuka
diri terhadap pendidikan, baik dalam arti sikap maupun tindakan nyata termasuk menjadi menjadi tempat
magang dan praktek lapangan bagi para peserta didik. Di pihak lain, dunia pendidikan dituntut untuk
melakukan konsolidasi mulai tahap perencanaan sampai implementasi dan evaluasinya sehingga
kebijakan ini mempunyai arti yang maksimal, sesuai dengan tujuannya. Adapun strategi dasar
implementasi untuk Sekolah Kejuruan dalam link and match adalah:

1.Menggiatkan kunjungan lapangan dan praktek lapangan sebagai bagian integral

kurikulum

2. Meningkatkan program magang di dunia usaha/industri

3. Meningkatkan jumlah dan mutu sarana, prasarana, dan tenaga

4. Meningkatkan daya tarik SMK sebagai pilihan yang mempunyai prospek yang

baik untuk masa depan.

Kegiatan kunjungan ke industri akan memberikan informasi mengenai perkembangan industri, tenaga
kerja yang sangat dibutuhkan dan yang kurang dibutuhkan saat ini. Jadi
apabila program keahlian tertentu dibutuhkan oleh industri, maka perlu dibuka
program keahlian baru dan jika lulusan dari program keahlian tersebut sudah tidak dibutuhkan oleh
masyarakat industry maka program keahlian tesebut perlu ditutup dahulu untuk menghemat biaya
operasional, dan jika di suatu saat dibutuhkan lagi oleh masyarakat, maka program keahlian tersebut bisa
dibuka kembali.

tuntutan kebutuhan yang cukup tinggi dari dunia industri atas kompetensi siswa di bidang komputerisasi
dan kewirausahaan. ’Tongkat estafet’ peningkatan mutu lulusan SMK, dilanjutkan Dr. Joko Sutrisno
dengan peningkatan kualitas guru kejuruan yang juga dibidani oleh P4TK (Pusat Pengembangan Penataran
Pendidik dan Tenaga Kependidikan) melalui program pendidikan dan pelatihan yang diadakan rutin lima
tahun sekali dengan jumlah peserta sekitar 4.000 s/d 5.000 orang guru kejuruan.

Joko menuturkan bahwa pelaksanaan diklat selama ini belum mempunyai format yang baku. Untuk
kedepan, ia mengharapkan Direktorat Jenderal PMPTK (Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan) dapat membuat format baku pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan pengembangan dan
peningkatan mutu lulusan SMK. Di sisi lain, Direktorat Dikmenjur juga menuturkan masih kurangnya
pasokan tenaga guru kejuruan dari lulusan pendidikan guru kejuruan. Selama ini pasokan tenaga guru
kejuruan hanya mencapai angka 4.500 pertahun dan masih jauh dari kebutuhan tenaga guru (sebanyak
10.000 orang pertahunnya) di seluruh Indonesia.

Tapi Joko tetap optimis. Direktorat Dikmenjur sedang melakukan penelitian jumlah kebutuhan guru SMK
di seluruh Indonesia yang dipandu oleh Universitas Negeri Semarang. “Targetnya diselesaikan akhir tahun
2007. Data kebutuhannya akan lebih detail. Dan pihak kami akan terus mendorong pemerintah pusat dan
daerah untuk menambah jumlah rekrutmen tenaga guru kejuruan,“ tegas Joko.

Perkembangan mutu lulusan SMK kini dipandu oleh kurikulum baru. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Penerapannya, dibawah bimbingan BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan). Sekolah sudah
bisa improvisasi dalam penyusunan kurikulum. Hal ini mendukung pengembangan bobot jam belajar teori
dan ptraktik. Kini, bobot disamakan menjadi sama rata, dan bukan mengurangi jam belajar teori untuk
kemudian menggelembungkan waktu belajar praktik.

Dalam rangka mendukung upaya peningkatan mutu lulusan SMK, pemerintah mengalokasikan anggaran
khusus untuk peningkatan mutu SMK. Tahun 2007, alokasi dananya naik sebesar 50% dibanding tahun
2006, menjadi sekitar Rp 1,6 triliun. Untuk anggaran peningkatan mutu SMK tahun 2008, sudah ada
kenaikan mencapai 25% hingga dananya meningkat menjadi Rp 1,9 triliun. Jumlah yang sangat
menggembirakan untuk mendukung program peningkatan mutu para lulusannya.

D. KESIMPULAN

Berikut ini disajikan beberapa pemikiran awal untuk pengembangan Pendidikan Teknologi dan Kejuruan,
yaitu, Pertama: pendidikan teknologi dan kejuruan harus memberi ruang cukup untuk memudahkan
learning how to lear dan learning to unlearn. Untuk itu aspek-aspek kecakapan hidup harus built in dalam
mata kuliah. Jadi yang diperlukan adalah reorientasi pelaksanaan pendidikan dari subject mater oriented
menjadi life skill oriented. Pendidikan teknologi kejuruan harus diarahkan untuk mengembangkan
kemampuan berpikir divergen sehingga siswa mampu melihat suatu masalah dari berbagai dimensi dan
akhirnya mampu memecahkannya secara kreatif. Kedua: pendidikan harus mampu menjadi bentuk
quality assurance. Oleh karena itu kurikulum harus menunjuk mahasiswa/siswa atau ujian akhirnya. Yang
dimaksud layanan kepada siswa paling tidak pola pengajaran yang diterima (sebagai layanan)
siswa/mahasiswa. Ketiga: pendidikan harus dapat memandu terbentuknya budaya mutu di sekolah.
Keempat: pendidikan harus memandu hubungan kolaboratif-sinergis antara kampus/sekolah dengan
pelanggan. Pengguna lulusan harus terlibat dalam desain maupun pelaksanaan pendidikan teknologi dan
kejuruan. Kelima: pendidikan harus memberi ruang gerak kepada universitas untuk melakukan
penyesuaian dengan kondisi setempat, sekaligus untuk melakukan inovasi.

Demikian sekilas uraian yang dapat kami sampaikan dalam makalah singkat ini, dengan harapan
semoga dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan pendidikan teknologi
dan kejuruan yang sedang disusun. Apa yang telah ditulis masih merupakan pemikiran awal, tentunya
masih banyak kekurangannya. Namun yang penting kapan lagi kita akan mengembangkan pendidikan
teknologi dan kejuruan ini kalau tidak dimulai dari sekarang.

DAFTAR PUSTAKA

Adriyanto, Mohamad, 2011,”16 Prinsip Pendidikan Vokasional dari Prosser”


http://1ptk.blogspot.com/2011/11/prinsip-pendidikan-vokasional-dari.html

Blog, Ayomy, Octo,2012, “Filsafat Dan Arah Pendidikan Teknologi Kejuruan”,


http://1octo.wordpress.com/2012/07/17/filsafat-dan-arah-pendidikan-teknologi-kejuruan/

Ditjen,Dikmen,2012, “Revisi Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah”,Jakarta

Reksoatmodjo, Narsoyo, Tedjo, 2010,“Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan”,


Bandung, PT Rafika Aditama,

Pardjono,2011,”Peran Industry dalam pengembangan SMK”Makalah

Kusuma, Sunaryo, Wowo,2013,”Filasafat Pendidikan Teknologi, Vokasi, dan Kejuruan”, Bandung,


Alfabeta

KPTK, 2010,“ Sistem Pendidikan Kejuruan Indonesia” http://kptk.weebly.com/indonesia.html

Sudjani,2010,”Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan dalam Menghasilkan Guru


SMK di Era Global dan Otonomi”, http://hipkin.or.id/pengembangan-kurikulum-pendidikan-teknologi-
dan-kejuruan-dalam-menghasilkan-guru-smk-di-era-global-dan-otonomi/

Dasman,Johan,2010,”Pendidikan Teknologi dan Kejuruan”,


http://dasmanjohan.wordpress.com/2010/11/04/pendidikan-teknologi-dan-kejuruan/

Adriyanto, Mohamad, 2011,“Mengukur Keberhasilan Pendidikan


Vokasi” http://1ptk.blogspot.com/2011/11/mengukur-keberhasilan-pendidikan-vokasi.html
Diposkan 20th March 2016 oleh soni taslim
KUALITAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

riringombloh.blogspot.co.id/2011/05/kualitas-pendidikan-sekolah-
menengah.html
by: rinrin rimbani
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tingkat keberhasilan pembangunan nasional Indonesia di segala bidang akan sangat bergantung
pada sumber daya manusia sebagai aset bangsa. Untuk mengoptimalkan dan memaksimalkan
perkembangan seluruh sumber daya manusia yang dimiliki, dilakukan melalui pendidikan, baik melalui
jalur pendidikan formal maupun jalur pendidikan non formal. Perkembangan dunia pendidikan saat ini
sedang memasuki era yang ditandai dengan gencarnya inovasi teknologi, sehingga menuntut adanya
penyesuaian sistem pendidikan yang selaras dengan tuntutan dunia kerja.

Pendidikan harus mencerminkan proses memanusiakan manusia dalam arti mengaktualisasikan


semua potensi yang dimilikinya menjadi kemampuan yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari -
hari di masyarakat luas. Salah satu lembaga pada jalur pendidikan formal yang menyiapkan lulusannya
untuk memiliki keunggulan di dunia kerja, diantaranya melalui jalur pendidikan kejuruan. Sekolah
Menengah Kejuruan ( SMK ) dirancang untuk menyiapkan peserta didik atau lulusan yang siap memasuki
dunia kerja dan mampu mengembangkan sikap profesional di bidangnya. Namun Sekolah Menengah
Kejuruan dituntut bukan hanya sebagai penyedia tenaga kerja yang siap bekerja pada lapangan kerja yang
sesuai dengan kebutuhan dunia usaha / dunia industri, tetapi juga dituntut untuk mengembangkan diri
pada jalur wirausaha, agar dapat maju dalam berwirausaha walaupun dalam kondisi dan situasi apapun.

Saat ini SMK sedang gencar – gencarnya digalakkan oleh pemerintah. Kebijakan ini ditempuh setelah
melihat kenyataan bahwa 65 % penganggur terdidik adalah lulusan pendidikan menengah, yang dapat
diartikan sebagai kurangnya keterampilan lulusan pendidikan menengah untuk masuk lapangan kerja.
SMK kelompok program keahlian pariwisata adalah salah satu program keahlian yang diprediksikan oleh
Dikmenjur akan berkembang pesat untuk jangka waktu yang panjang. Pariwisata sekarang ini merupakan
suatu tuntutan hidup, yakni untuk menghilangkan kejenuhan dari rutinitas pekerjaan. Permintaan orang
untuk melakukan perjalanan wisata, dari tahun ke tahun terus meningkat. Peningkatan permintaan
tersebut dapat dilihat dari angka kunjungan wisata yang semakin bertambah dari tahun ke tahun.

Pendidikan memiliki nilai yang strategis dan urgen dalam pembentukan suatu bangsa. Pendidikan itu
juga berupaya untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa tersebut. Sebab lewat pendidikanlah akan
diwariskan nilai-nilai luhur yang dimiliki oleh bangsa tersebut, karena itu pendidikan tidak hanya berfungsi
untuk how to know, dan how to do, tetapi yang amat penting adalah how to be, bagaimana supaya how
to be, terwujud maka diperlukan transfer budaya dan kultur.
Oleh karena itu pentingnya masalah yang berkenaan dengan pendidikan maka perlu diatur suatu
aturan yang baku mengenai pendidikan tersebut, yang dipayungi dalam system pendidikan nasional.
System pendidikan nasional adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan
pendidikan yang berkaitan satu dengan lainnya untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan
nasional.

1.2 Masalah

Pada makalah ini akan dbahas mengenai masalah kualitas pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan.

1.3 Identifikasi masalah

Pada makalah ini akan di bahas mengenai kualitas Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan.

Antara lain :

1.Faktor yang mempengaruhi kualitas Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan,

2.Bagaimana Kualitas dan Kuantitas pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan,

3.Pencapaian atau prestasi apa saja yang diperoleh,

4.Perbandingan antara Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Menengah Atas.

1.4 Pembatasan Masalah

Dalam makalah ini hanya akan dibahas mengenai kualitas dan kuantitas pendidikan Sekolah
Menengah Kejuruan ,faktor apa saja yang mempengaruhi,pencapaian apa saja yang sudah didapat,serta
per bandingan antara SMK dan SMA.
2

BAB II PEMBAHASAN

Indonesia sangat memerlukan pendidikan kejuruan yang banyak dan bermutu, menyangkut
berbagai cabang profesi. Selain itu lulusan Pendidikan Menengah kejuruan memang tidak langsung
masuk ke Pendidikan Tinggi setelah lulus SMK. Akan tetapi setelah menjalankan pekerjaannya seorang
lulusan SMK yang berminat melanjutkan ke Pendidikan Tinggi dapat melakukan itu dengan memenuhi
syarat yang ditetapkan Pendidikan Tinggi. Sistem pendidikan sekolah harus bersifat terbuka dan
memberikan kemungkinan kepada siapa saja memasuki Pendidikan Tinggi, asalkan memenuhi syarat-
syarat yang ditetapkan. Dalam syarat itu faktor pengalaman bekerja tidak dapat diabaikan dan harus
pula diperhitungkan sebagai faktor yang meningkatkan kemampuan orang tersebut. Di Jerman seorang
yang cukup lama bekerja di pabrik dan menunjukkan prestasi tinggi dalam pekerjaannya, tanpa
mempunyai ijazah Abitur (tanda lulus gymnasium) dapat masuk pendidikan tinggi setelah melewati
beberapa syarat.Maka tidak benar untuk menganggap pendidikan kejuruan lebih rendah dari pendidikan
akademis. Yang benar adalah bahwa setiap pendidikan mempunyai fungsinya sendiri bagi kehidupan
bangsa. Dan jelas bahwa bangsa Indonesia sangat memerlukan pendidikan kejuruan yang luas dan
bermutu agar dapat mengembangkan daya saing tinggi dalam era globalisasi.

SMK merupakan sebutan kumpulan pendidikan bagi aneka ragam kejuruan. Di SMK dapat diadakan
pendidikan untuk kejuruan ekonomi (yang dulu di Sekolah Dagang dan SMEA), teknik (dulu Sek. Teknik),
rumahtangga (dulu SKP), kepariwisataan dan lainnya. Akan tetapi para pengarah pendidikan tidak
memasukkan pendidikan guru dalam SMK, sekalipun dulu ada SGA, SGPD dan lainnya. Mereka
berpendapat bahwa pendidikan guru harus masuk pendidikan tinggi dan bukan pendidikan
menengah.SMK mempunyai fungsi penting untuk mendidik dan membentuk kader tingkat menengah bagi
berbagai kegiatan produksi bangsa. Maka boleh dikatakan bahwa produktivitas Indonesia sangat
tergantung kemampuan SMK membentuk kader itu.Dalam kenyataan hingga belum lama ini SMK kurang
dapat memenuhi tuntutan itu secara memuaskan, kecuali beberapa SMK yang lulusannya dicari dan
diburu oleh banyak perusahaan. Pada umumnya SMK dinilai kurang dapat memberikan kecakapan
kejuruan yang diperlukan dunia industri. Bahkan ada perusahaan yang memilih merekrut lulusan SMA dan
kemudian dilengkapi dengan latihan sendiri dalam perusahaan, ketimbang merekrut lulusan SMK.Kalau
hal ini tidak diperbaiki, maka mayoritas SMK hanya merupakan pemborosan uang dan waktu belaka yang
sangat merugikan masyarakat dan anak didik. Sebab itu sudah sangat jauh waktunya untuk membawa
SMK melaksanakan fungsinya yang sebenarnya. Hasil didiknya harus menjadi tumpuan produktivitas
perusahaan yang dicari oleh banyak perusahaan..Untuk meningkatkan mutu SMK harus ada syarat bahwa
untuk lulus SMK murid itu harus menempuh dan lulus ujian dalam kejuruannya. Ujian ini dilakukan
Asosiasi Profesi bersangkutan (sebagai anggota Kamar Dagang dan Industri, KADIN) bersama Pemerintah
Pusat. Maka ujian ini dapat disamakan dengan Ujian Nasional bagi murid SMA. Hasil lulus ujian itu
memberikan kepada lulusan SMK satu ijazah atau certificate yang dikeluarkan Asosiasi Profesi tersebut.
Dengan ijazah itu lulusan SMK dapat diterima perusahaan yang memerlukan keahliannya di mana saja,
bahkan di luar Indonesia kalau Asosiasi Profesi itu anggota Asosiasi Profesi Internasional atau ASEAN.
4

Semua SMK dengan begitu dimotivasi dan didorong untuk mendidik dan membentuk muridnya
sesuai dengan syarat-syarat yang diletakkan Asosiasi Profesi. Karena memiliki ijazah Asosiasi Profesi
berarti jaminan mendapat pekerjaan yang sesuai dengan kecakapan serta mendapat penghasilan yang
memadai. Makin banyak lulusannya memenuhi tuntutan itu, makin tinggi penilaian umum terhadap SMK
tersebut. Sekarang sudah ada beberapa SMK dengan kemampuan demikian, seperti SMK jurusan teknik
milik kaum Katolik di Solo, SMK yang diselenggarakan PT PAL di Sidoarjo, SMK jurusan pariwisata di Bali.
Tetapi mayoritas SMK masih harus berbenah diri untuk mencapai kondisi itu.Pendidikan SMK yang
bertitikberat pada pembentukan kecakapan kejuruan tidak boleh mengabaikan hal-hal yang pada
umumnya juga diperlukan seorang untuk bekerja baik. Sebab itu pembentukan karakter seperti telah
diuraikan dalam penyelenggaraan SMA, juga berlaku di SMK, yaitu kemampuanb berpikir, berbuat dan
berperasaan. Penguasaan bahasa juga penting bagi lulusan SMK, baik bahasa Indonesia, Inggeris dan asing
lainnya. Kegiatan ekstra-kurikuler juga perlu dikembangkan, sebagaimana di SMA. Meskipun mungkin
cabang kegiatan tidak seperti SMA. Olahraga penting dalam kegiatan ini, mungkin juga kegiatan bahasa.
Namun hal-hal yang bersangkutan dengan profesi harus mendapat perhatian lebih banyak di SMK.

UUSPN No. 20 tahun 2003 pasal 15, menyatakan pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk
menyiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Tujuan tersebut dapat
dijabarkan lagi oleh Dikmenjur (2003) menjadi tujuan umum dan tujuan khusus, sebagai berikut :
Tujuan umum, sebagai bagian dari sistem pendidikan menengah kejuruan SMK bertujuan : (1)
menyiapkan peserta didik agar dapat menjalani kehidupan secara layak, (2) meningkatkan keimanan dan
ketakwaan peserta didik, (3) menyiapkan peserta didik agar menjadi warga negara yang mandiri dan
bertanggung jawab, (4) menyiapkan peserta didik agar memahami dan menghargai keanekaragaman
budaya bangsa Indonesia, dan (5) menyiapkan peserta didik agar menerapkan dan memelihara hidup
sehat, memiliki wawasan lingkungan, pengetahuan dan seni.
Tujuan khusus, SMK bertujuan : (1) menyiapkan peserta didik agar dapat bekerja, baik secara mandiri
atau mengisi lapangan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan industri sebagai tenaga kerja tingkat
menengah, sesuai dengan bidang dan program keahlian yang diminati, (2) membekali peserta didik agar
mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam berkompetensi dan mampu mengembangkan sikap
profesional dalam bidang keahlian yang diminati, dan (3) membekali peserta didik dengan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) agar mampu mengembangkan diri sendiri melalui jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.Kompetensi lulusan pendidikan kejuruan sebagai subsistem dari sistem
pendidikan nasional menurut Depdikbud (2001) adalah : (1) penghasil tamatan yang memiliki
keterampilan dan penguasaan IPTEK dengan bidang dari tingkat keahlian yang sesuai dengan kebutuhan
pembangunan, (2) penghasil tamatan yang memiliki kemampuan produktif, penghasil sendiri, mengubah
status tamatan dari status beban menjadi aset bangsa yang mandiri, (3) penghasil penggerak
perkembangna industri Indonesia yang kompetitif menghadapi pasar global, (4) penghasil tamatan dan
sikap mental yang kuat untuk dapat mengembangkan dirinya secara berkelanjutan. Dikmenjur (2000)
mengatakan bahwa hasil kerja pendidikan harus mampu menjadi pembeda dari segi unjuk kerja,
produktifitas, dan kualitas hasil kerja dibandingkan dengan tenaga kerja tanpa pendidikan kejuruan.
Jadi pendidikan kejuruan adalah suatu lembaga yang melaksanakan proses pembelajaran keahlian
tertentu beserta evaluasi berbasis kompetensi, yang mempersiapkan siswa menjadi tenaga kerja
setingkat teknisi.

5
Peningkatan mutu SMK juga banyak tergantung Pemerintah, Pusat maupun Daerah, karena kurang
ada perhatian yang memadai terhadap SMK, sebagaimana sudah diuraikan di atas. Keadaan itu
menimbulkan suasana seakan-akan SMK adalah pendidikan kelas buntut, karena yang diperhatikan hanya
SMA dan SMP. Padahal untuk keperluan masa depan bangsa SMK mempunyai peran yang amat penting.
Sebab itu di samping harus peningkatan kualitas juga harus lebih banyak SMK dibuka oleh Pemerintah dan
swasta. Ini sangat berpengaruh terhadap produksi nasional dan daya saing Indonesia di dunia
internasional. Karena penyelenggaraan SMK memerlukan investasi dan biaya operasi yang tidak sedikit,
maka dalam kondisi masyarakat Indonesia sekarang tidak dapat diharapkan pihak Swasta membuka SMK
kecuali mereka yang kuat modalnya. Sebab itu Pemerintah, baik Pusat dan Daerah, harus lebih banyak
membuka SMK.

Untuk menentukan kelulusan, siswa SMK diharuskan menempuh ujian kompetensi, yang bertujuan
untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa selama belajar di SMK. Dengan diadakannya ujian
kompetensi pada siswa SMK, yang juga melibatkan dunia industri sebagai penguji eksternal, diharapkan
itu sebagai tes awal terhadap sisa sebelum masuk ke dunia industri. Ujian kompetensi juga bertujuan
meningkatkan kualitas pendidikan itu sendiri dengan cara mendengar masukan dari dunia
industri.Hendaknya pemerintah Indonesia membangun kerjasama yang sinergis dengan dunia industri.
Sehingga kurikulum yang diterapkan di SMK itu sama dengan kebutuhan yang ada di dunia industri,
sehingga lulusan SMK dapat langsung menjadi tenaga yang produktif dan siap pakai. Pemerintah
Indonesia harus fokus pada SMK, bukan hanya gencar membangun dan mendirikan sekolah-sekolah baru,
tapi juga merancang kuriklum yang sesuai dengan kebutuhan dunia industri. SMK sekarang seperti hanya
jadi anak tiri dari pemerintah, mereka hanya fokus pada SMA, padahal banyak lilusan SMA yang jadi
pengangguran karena tidak dapat melanjutkan ke perguruan tinggi.

VISI : Terwujudnya SMK bertaraf internasional, menghasilkan tamatan yang memiliki jati diri bangsa,
mampu mengembangkan keunggulan lokal dan bersaing di pasar global

MISI

 Meningkatkan Profesionalisme dan Good Governance SMK sebagai Pusat Pembudayaan


Kompetensi
 Meningkatkan Mutu Penyelenggaraan Pendidikan (8 SNP)
 Membangun dan memberdayakan SMK Bertaraf Internasional sehingga menghasilkan lulusan
yang memiliki jati diri bangsa dan keunggulan kompetitif di pasar nasional dan global.
 Memberdayakan SMK untuk Mengembangkan Potensi Lokal menjadi Keunggulan Komparatif
 Memberdayakan SMK untuk Mengembangkan Kerjasama dengan Industri, PPPG, LPMP, dan
Berbagai Lembaga Terkait
 Meningkatkan Perluasan dan Pemerataan Akses Pendidikan Kejuruan yang Bermutu

TUJUAN

 Mewujudkan Lembaga Pendidikan Kejuruan yang akuntabel sebagai Pusar Pembudayaan


Kompetensi Berstandar Nasional
 Mendidik Sumber Daya Manusia yang mempunyai etos kerja dan kompetensi berstandar
internasional

6
 Memberikan berbagai layanan Pendidikan Kejuruan yang permeabel dan flesibel secara
terintegrasi antara jalur dan jenjang pendidikan
 Memperluas layanan dan pemerataan mutu pendidikan kejuruan
 Mengangkat keunggulan lokal sebagai modal daya saing bangsa

Pendidikan kejuruan adalah pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk
bekerja dalam bidang tertentu.
Filosofi Pendidikan Kejuruan
Filosofi adalah apa yang diyakini sebagai suatu pandangan hidup yang diianggap benar dan baik. Dalam
pendidikan kejuruan ada dua aliran filosofi yang sesuai dengan keberadaanya, yaitu eksistensialisme dan
esensialisme.
Eksistensialisme berpandangan bahwa pendidikan kejuruan harus mengembangkan eksistensi manusia
untuk bertahan hidup, bukan merampasnya. Sedangkan esensialisme berpandangan bahwa pendidikan
kejuruan harus mengaitkan dirinya dengan sistem-sistem yang lain seperti ekonomi, politik, sosial,
ketenaga kerjaan serta religi dan moral.
B.Tujuan pendidikan kejuruan
Tujuan pendidikan kejuruan di Indonesia masih mendua, di satu sisi menyiapkan peserta didik memasuki
dunia kerja, di sisi lain melanjutkan pendidikan ke tingkat lebih tinggi.
Akibatnya lulusan sekolah menengah kejuruan tidak sepenuhnya memfokuskan perhatian untuk
memasuki dunia kerja. Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang spesifik, demokratis, dapat
melayani berbagai kebutuhan individu.
Program pendidikan kejuruan tidak hanya menyiapkan peserta didik memasuki dunia kerja, tetapi juga
menempatkan lulusannya pada pekerjaan tertentu.
C. Sistem pendidikan kejuruan di Indonesia
Untuk meningkatkan keterampilan dan keahlian sumber daya manusia, perlu perubahan kebijaksanaan
berkenaan dengan pendidikan kejuruan. Upaya-upaya itu antara lain perubahan dari sistem pendidikan
supply-driven atas kebutuhan masyarakat luas ke sistem pendidikan demand-driven yang dipandu oleh
kebutuhan pasar kerja, perubahan dari sistem pendidikan yang berbasis sekolah dengan pemberian
ijazah ke sistem pendidikan yang memberikan kompetensi sesuai dengan standar nasional yang
baku.Salah satu upaya peningkatan keterampilan dan keahlian sumber daya manusia yang
dikembangkan adalah sistem pendidikan kejuruan berdasarkan kompetensi yang dipacu oleh kebutuhan
pasar. Pengembangan sistem ini didasarkan kepada asumsi bahwa sistem pendidikan kejuruan supply-
driven yan diterapkan selama ini tidak dapat memenuhi kebutuhan pelanggan, baik pelanggan masa kini
maupun pelanggan maa depan.Sistem pendidikan berdasarkan kompetensi mengupayakan agar
keluaran dari suatu lembaga pendidikan kejuruan memiliki keterampilan dan keahlian yang relevan
dengan kebutuhan pasar. Upaya ini dilakukan dengan mengembangkan suatu standar kompetensi
dengan masukan dari industri dan badan usaha lain. Standar kompetensi yang dihasilkan selanjutnya
digunakan sebagai pemberian sertifikat kompetensi.
7

Dengan demikian maka sistem pendidikan kejuruan yang dikembangkan mempunyai ciri, di samping
mengacu pada profesi dan keterampilan yang baku, juga dipandu oleh kebutuhan pasar kerja yang
nyata.
Sistem pendidikan yang dikembangkan berfokus tidak hanya pada pendidikan formal. Tetapi juga
meliputi non-formal. Ada tiga jenis siswa yang merupakan sasaran sistem pendidikan kejuruan yang
harus dikembangkan; yaitu siswa sekolah kejuruan formal, para karyawan yang sudah bekerja, dan para
generasi muda calon pekerja. Standar kompetensi digunakan sebagai ukuran untuk menilai tingkat
keterampilan dan profesionalisme ketiga jenis siswa tanpa memandang darimana dan bagaimana
diperoleh, baik melalui lembaga pendidikan formal , pendidikan luar sekolah ( off job training) atau
pelatihan sambil bekerja (on the job training). Setiap individu dapat menempuh ujian di lembaga yang
telah ditentukan dan memperoleh sertifikat kompetensi sesuai dengan keterampilan yang dimiliki,
Untuk lembaga pendidikan kejuruan formal, kepada para lulusan akan diberikan sertifikat kompetensi
sesuai dengan tingkat keterampilan dan keahlian yang dimiliki, disamping Surat Tanda Tamat Belajar
(STTB) yang selama ini diberikan. Sertifikat kompetensi yang telah dimiliki oleh seseorang akan
digunakan sebagai dasar untuk pengembangan kompetensi ke tinkat selanjutnya.
Lembaga pendidikan luar sekolah ( off the job training), atau lembaga pelatihan sambil bekerja ( on the
job training) mengacu pada standar kompetensi yang baku. Sistem juga memberi penghargaan
kemampuan awal sebelum memasuki suatu program pendidikan. Hal ini dilakukan dengan melakukan
transfer kredit. Dengan demikian, untuk memasuki suatu program tertentu seorang siswa hanya perlu
menambah kekurangan keterampilan dan pengetahuannya saja melalui bridging course atau bridging
training. Dengan sistem ini, seorang yang berdasarkan pengalaman dan hasil uji kompetensi yang
dilakukan, telah memiliki keterampilan dan keahlian tertentu dapat memasuki suatu program dengan
tidak harus menempuh pelajaran yang tidak dikuasai.
Untuk menjadi tenaga kerja yang profesional, siswa tidak hanya perlu memiliki pengetahuan dan
keerampilan, tetapi perlu memiliki kiat ( arts). Pengetahuan dan keterampilan dapat dipelajari dan
dilatih di sekolah, akan tetapi unsur kiat hanya dapat dikuasai melalui proses pembiasan dan
internalisasi. Sekolah pada umumnya hanya dapat memberikan berbagai keterampilan dan pengetahuan
dalam bentuk simulasi sehingga tidak mungkin diharapkan untuk menghasilkan tenaga kerja yang
profesional. Oleh karena itu, diperlukan suatu kerjasama yang erat antara sekolah dan industri, baik
dalam perencanaan dan penyelenggaraan, maupun dalam pengolalaan pendidikan.Sehubungan dengan
itu perlu dikembangkan suatu sistem pendidikan kejuruan yang disebut sistem ganda.Pendidikan sistem
ganda adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan keahlian kejuruan yang
memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program program
pengusaan keahlian yang diperoleh melalui bekerja langsung di dunia kerja, dan terarah untuk mencapai
suatu tingkat keahlian profesional tertentu.Dalam PSG, lembaga pendidikan atau lembaga pelatihan
lainnya dan industri secara bersama-sama menyelenggarakan suatu program pendidikan atau program
pelatihan mulai dari perencanaan, penyelenggaraan, dan penilaian, sampai dengan upaya penempatan
lulusan.

Penaturan penyelenggaraan program kapan diselenggarakan di sekolah dan kapan diselenggarakan di


industri dapat mempergunakan hour release, day release, atau block release.Komponen pendidikan
Normatif, Adaftif, dan sub komponen Teori Kejuruan diselenggarakan di sekolah sedangkan
subkomponen Praktek Keahlian Produktif diselenggarakan di industri. Subkomponen Praktek Dasar
Kejuruan dapat dilaksanakan di sekolah atau industri.
Dalam era pasar setiap industri akan mengupayakan nilai tambah terhadap produksinya dan ini akan
dilakukan dengan memanfaatkan teknologi-teknologi tinggi. Sementara itu, teknologi itu sendiri
berkembang secara terus menerus. Para ahli melaporkan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi
berubah 15 % setiap tahun dan perubahan ini akan meningkat menjadi 2 kali lipat dalam lima tahun.
Suatu hal yang perlu difahami bahwa teknologi tinggi tidak dapat memberikan nilai tambah terhadap
upaya manusia.. Hanya manusialah yang dapat menghasilkan nilai tambah dengan memanfaatkan
bantuan teknologi. Oleh karena itu,kepada siswa perlu ditanamkan pemahaman yang mendasar akibat
hakekat teknologi dan rasa ingin mendapatkan nilai tambah terhadap setiap upaya yang dilakukan
dengan bantuan teknologi.Tanpa sikap ini maka akan terbentuk suatu bangsa yang sekaligus tenaga
kerja, yang apatis terhadap perubahan teknologi dan merasa teknologi sebagai milik suatu kelompok
atau bangsa elit tertentu. Pendidikan teknologi merupakan bagian yang sangat penting dalam
membentuk warga negara.Sesungguhnya, penerapan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) di SMK telah
berjalan sejak tahun 1993/1994 hingga sekarang. Sistem ini merupakan implementasi dari konsep mitch
and match. Dengan PSG, perancangan kurikulum, proses pembelajaran, dan penyelenggaraan
evaluasinya didesain dan dilaksanakan bersama-sama antara pihak sekolah dan industri. Diharapkan
nantinya para lulusan SMK akan menjadi para lulusan yang siap kerja. Melalui PSG, siswa belajar di dua
tempat, yaitu sekolah dan industri.Di sekolah, para siswa belajar teori dari para guru atau instruktur
yang kegiatannya yang pada umumnya dibiayai pemerintah. Sedangkan kegiatan belajar yang
diselenggarakan di perusahaan/industri, artinya para siswa ini belajar dan mendapatkan pelatihan
praktik dari para instruktur dari pihak sekolah yang bersangkutan. Pembiayaannya dilakukan oleh
perusahaan terkait.
Dalam konteks ini, bisa dikatakan bahwa sekolah melakukan semacam outsourcing yang dikerjakan oleh
industri dalam bentuk penyediaan alat, instruktur, dan pengalaman praktik di lapangan. Sedangkan
industri melihat sekolah sebagai bagian dari Human Resources Development (HRD) atau sumber daya
manusia perusahaannya yang mencetak tenaga ahli yang andal dan sesuai dengan kebutuhan
perusahaan.
Untuk memuluskan kerjasama antar sekolah dan industri dalam penyelenggaraan PSG, MPKN tingkat
provinsi yang beranggotakan unsur-unsur dari kedua belah pihak, berfungsi menjembataninya. Melalui
kelompok-kelompok bidang keahliannya, MPKN membantu SMK dalam mengembangkan standar
penyelenggaraaan pendidikan dan pelatihan, maupun bahan ajar yang diperlukan.

Pada awalnya bagi para siswa SMK, diberlakukan masa praktik kerja industri selama 3 bulan. Namun
menurut Gatot, hasil dan prosesnya dinilai kurang efisien dan terlalu sebentar. Maka, mulai tahun 1999
hingga sekarang, diterapkan masa praktik kerja industri selama 6 bulan. Malah, sebenarnya waktu 6
bulan ini juga masih dirasa cukup singkat bagi proses praktik kerja industri. Gatot membandingkannya
dengan sistem pendidikan kejuruan yang ada di . Jerman. Dalam sepekan, selama 2 hari anak-anak
mendapatkan teori di kelas, sedangkan tiga hari berikutnya kegiatan pembelajaran berlangsung di
industri. Mungkin, di Indonesia masih perlu berubah setahap demi setahap.
Setelah pemberlakuan masa praktik kerja yang diperpanjang menjadi 6 bulan, proses ini juga
memudahkan para siswa untuk memperoleh peluang praktik kerja ke luar negeri. Kegiatan praktik kerja
di luar negeri ini telah dilakukan sejak tahun 1999. Pada mulanya, Direktorat Pendidikan Menengah dan
Kejuruan (Dikmenjur) mengirimkan 200 kepala sekolah SMK untuk melakukan studi banding ke
Malaysia. Berikutnya, giliran para siswanya yang diberangkatkan magang ke luar negeri. Di tahun yang
sama, sekitar 400 siswa SMK berangkat praktik kerja ke luar negeri. Hingga perkembangannya sampai
dengan tahun 2004, telah ada sekitar 2.000 siswa SMK seluruh Indonesia yang dikirim ke Malaysia. 80%
nya melakukan praktik kerja di bidang perhotelan dan pariwisata.
Negara tujuannya tak hanya sebatas Tanah Melayu Malaysia, melainkan juga ke negara-negara lain
misalnya ke Singapura, Jepang, Inggris, Jerman, Oman, dan Kuwait. Saat itu, Gatot Hari Priowirjanto
berharap, pada tahun 2020 nanti sebanyak 10% dari bisnis hotel dan pariwisata di dunia, tenaga
kerjanya berasal dari Indonesia. “Ini memang sebuah mimpi besar. Dan kita harus menyiapkannya
secara serius,” ucapnya. Selain memfasilitasi para siswa SMK melakukan praktik kerja di luar negeri,
Direktorat Dikmenjur juga mendorong dan memberi kesempatan bagi para guru, kepala sekolah, pejabat
Dinas Pendidikan dan pengajaran di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota untuk ikut memperluas
pengetahuan konsep penyelenggaraan pendidikan kejuruan di luar negeri.
Kini setiap tahun, Direktorat Dikmenjur telah mengirim 100 sampai 200 pejabat terkait dengan
penyelenggaraan pendidikan kejuruan untuk berangkat ke luar negeri. Mereka dikirim dalam beberapa
gelombang, ke negara yang berbeda-beda, dengan biaya yang sebagian ditanggung oleh pemda masing-
masing, sebagian lainnya ditanggung oleh Direktorat Dikmenjur.
Menginjak periode kepemimpinan Dr. Joko Sutrisno, Direktorat Dikmenjur (sejak 2005) lebih
menyempurnakan desain reposisi pendidikan SMK melalui beberapa terobosan. Beberapa hal
diantaranya adalah mengembangkan SMK bertaraf internasional dengan metode bilingual, pencitraan
kredibilitas SMK melalui program sosialisasi, dan memenuhi kebutuhan peralatan produksi secara
mandiri lewat unit produksi di masing-masing SMK.
Termasuk didalamnya, program penguatan pengetahuan eksakta/sains melalui peningkatan bobot jam
belajar hingga 6 jam setiap minggunya bagi SMK jurusan elektronika, automotif dan jurusan eksaskta
lainnya. Diharapkan, ini dapat membuka peluang seluas-luasnya bagi siswanya melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi. Selain itu, Direktorat Dikmenjur juga melakukan sertifikasi kompetensi
untuk para lulusan SMK bidang otomotif, perhotelan, Teknologi Informasi, sekretaris, busana, dan tata
boga.

10

Perkembangan reposisi terakhir, ada pada penguatan potensi lokal. Program Dikmenjur disesuaikan
dengan kebijakan pemerintah. Kini, kebijakan Presiden menganjurkan untuk kembali ke potensi go
green. “Kami beri nama program Agro Industri. Tahun 2008, melalui program ini kami akan
membesarkan 20 SMK di seluruh Indonesia. Mereka akan diberikan program pengembangan untuk
produksi pangan dengan bahan dasar lokal. Misalnya kripik pisang. Bukan roti karena selain bukan
makanan tradisional orang Indonesia, bahan-bahannya juga masih import,” tuturnya.
Selain itu, Direktorat Dikmenjur juga mengarahkan praktek kerja industri untuk lebih memilih ke lokasi
dalam negeri. Pertimbangannya adalah, untuk mendukung program penguatan ekonomi lokal dan
potensi produksi pangan dalam negeri. “Ini juga supaya petani dan peternak di Indonesia memahami
nilai ekonomi produk mereka. Jadi, mereka bersama para lulusan SMK bisa tingkatkan perekonomian di
daerah masing-masing,” ucapnya berharap.
D. Karakteristik Pendidikan Kejuruan
Meskipun pendidikan kejuruan tidak terpisahkan dari sistim pendidikan secara keseluruhan, namun
sudah barang tentu mempunyai kekhususan atau karakteristik tertentu yang membedakannya dengan
pendidikan yang lain. Perbedaan ini tidak hanya dalam definisi, struktur organisasi dan tujuan
pendidikannya saja, tetapi juga tercermin dalam aspek-aspek lain yang erat kaitannya dengan
perencanaan kurikulum, yaitu :
1. Orientasi pendidikannya
Keberhasilan belajar berupa kelulusan dari sekolah kejuruan adalah tujuan terminal, sedangkan
keberhasilan program secara tuntas berorientasi pada penampilan para lulusannya kelak dilapangan
kerja
2. Justifikasi untuk eksistensinya
Untuk mengembangan PTK perlu alasan atau jastifikasi khusus yang ini tidak begitu dirasakan oleh
pendidikan umum. Jastifikasi khusus adalah adanya kebutuhan nyata yang dirasakan di lapangan.
3. Fokus kurikulumnya
Stimuli dan pengalaman belajar yang disajikan melalui pendidikan kejuruan mencakup rangsangan dan
pengalaman belajar yang mengembangkan domain afektif, kognitif dan psikomotor berikut paduan
integralnya yang siap untuk dipadukan baik pada situasi kerja yang tersimulasi lewat proses belajar
mapupun nanti dalam situasi kerja yang sebenarnya. Ini termasuk sikap kerja dan orientasi nilai yang
mendasari aspirasi, motivasi dan kemampuan kerjanya.

11

4. Kriteria keberhasilannya
Berlainan dengan pendidikan umum, kriteria untuk menentukan keberhasilan suatu lembaga pendidikan
kejuruan pada dasarnya menerapkan ukuran ganda yaitu in school succes dan out of school succes.
Kriteria pertama meliputi aspek keberhasilan siswa dalam memenuhi persyaratan kurikuler yang sudah
diorientasikan ke persyaratan dunia kerja, sedang kriteria yang kedua diindikasikan oleh keberhasilan
atau penampilan lulusan setelah berada di dunia kerja yang sebenarnya.
5. Kepekaannya terhadap perkembangan masyarakat
Karena komitmen yang tinggi untuk selalu berorientasi ke dunia kerja, pendidikan kejuruan mempunya
ciri lain berupa kepekaan atau daya suai yang tinggi terhadap perkembangan masyarakat dan dunia
kerja. Perkembangan ilmu dan teknologi pasang surutnya dunia suatu bidang pekerjaan, inovasi dan
penemuan-penemuan baru di bidang produksi barang dan jasa, semuanya itu sangat besar pengaruhnya
terhadap kecenderungan perkembangan pendidikan kejuruan.
6. Perbekalan logistiknya
Dilihat dari segi peralatan belajar, maka untuk mewujudkan situasi atau pengalaman belajar yang dapat
mencerminkan situasi dunia kerja secara realistis dan edukatif diperlukan banyak
perlengkapan, sarana dan perbekalan logistik yang lain. Bengkel dan laboratorium adalah kelengkapan
umum yang menyertai eksistensi suatu sekolah kejuruan.

7.Hubunganya dengan Masyarakat Dunia Usaha.


Hubungan lebih jauh dengan masyarakat yang mencakup daya dukung dan daya serap lingkungan yang
sangat penting perannya bagi hidup dan matinya suatu lembaga pendidikan kejuruan. Perwujudan
hubungan timbal balik yang menunjang ini mencakup adanya dewan penasehat kurikulum kejuruan
(curriculum advisory commite), kesediaan dunia usaha menampung anak didik sekolah kejuruan dalam
program kerjasama yang memungkinkan kesempatan pengalaman belajar dilapangan.
E. Peningkatan mutu lulusan
Kualitas SMK ditentukan setidaknya oleh mutu para lulusannya. Dukungan metode belajar mengajar
juga jadi ujung tombaknya. Melihat latar belakang perkembangan kurikulumnya, tercatat bahwa pada
kurikulum tahun 1994 telah dicantumkan istilah pembelajaran berbasis kompetensi atau competency
based training (CBT). Namun pelaksanaannya belum optimal. Dan pada tahun 1999 Direktorat
Dikmenjur meluncurkan suplemen untuk penyempurnaan pelaksanaan konsep pembelajaran berbasis
kompetensi ini. Konsep CBT merupakan gabungan antara pendidikan kentrampilan, pengetahuan, dan
sikap.

12

Standar kompetensi itu pun disusun setelah berkonsultasi dengan para pengelola industri, pengelola
perusahaan, para pekerja, dan asosiasi profesi. Setiap program keahlian harus memiliki sederet
kompetensi. Ukurannya menyangkut pada dua hal, yaitu presisi dan waktu. Misalnya, seorang tenaga
kerja cleaning service di sebuah hotel dikatakan memiliki kompetensi jika ia bisa membersihkan toilet
dalam waktu 7 menit. Artinya, seseorang dikatakanan kompeten jika ia dapat menyelesaikan pekerjaan
di bidangnya dengan cermat, tepat, dan cepat sesuai standar waktu yang telah ditentukan. Kurikulum
berbasis kompetensi yang mengacu pada CBT, isinya lebih sederhana dibandingkan dengan kurikulum
tahun 1994 yang lalu.
Kurikulum berbasis kompetensi, lebih menekankan pada tujuan (hasil) atau out put nya, dan bukan pada
proses yang terlalu mengacu pada text book (buku panduan pelajaran/buku paket). Dalam
pelaksanaannya, diberikan pula rekomendasi tahapan-tahapan yang harus dicapai. Namun tahapan ini
hanya bersifat acuan saja, dan proses pencapaiannya menjadi tanggung jawab dan kreatifitas sekolah
masing-masing. Selain itu, Direktorat Dikmenjur juga memasukkan pelajaran komputer dan
kewirausahaan sebagai mata pelajaran wajib bagi semua siswa SMK di seluruh Indonesia.
Pertimbangannya adalah tuntutan kebutuhan yang cukup tinggi dari dunia industri atas kompetensi
siswa di bidang komputerisasi dan kewirausahaan. ’Tongkat estafet’ peningkatan mutu lulusan SMK,
dilanjutkan Dr. Joko Sutrisno dengan peningkatan kualitas guru kejuruan yang juga dibidani oleh P4TK
(Pusat Pengembangan Penataran Pendidik dan Tenaga Kependidikan) melalui program pendidikan dan
pelatihan yang diadakan rutin lima tahun sekali dengan jumlah peserta sekitar 4.000 s/d 5.000 orang
guru kejuruan.
Joko menuturkan bahwa pelaksanaan diklat selama ini belum mempunyai format yang baku. Untuk
kedepan, ia mengharapkan Direktorat Jenderal PMPTK (Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan) dapat membuat format baku pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan pengembangan
dan peningkatan mutu lulusan SMK. Di sisi lain, Direktorat Dikmenjur juga menuturkan masih kurangnya
pasokan tenaga guru kejuruan dari lulusan pendidikan guru kejuruan. Selama ini pasokan tenaga guru
kejuruan hanya mencapai angka 4.500 pertahun dan masih jauh dari kebutuhan tenaga guru (sebanyak
10.000 orang pertahunnya) di seluruh Indonesia.
Tapi Joko tetap optimis. Direktorat Dikmenjur sedang melakukan penelitian jumlah kebutuhan guru SMK
di seluruh Indonesia yang dipandu oleh Universitas Negeri Semarang. “Targetnya diselesaikan akhir
tahun 2007. Data kebutuhannya akan lebih detail. Dan pihak kami akan terus mendorong pemerintah
pusat dan daerah untuk menambah jumlah rekrutmen tenaga guru kejuruan,“ tegas Joko.
Perkembangan mutu lulusan SMK kini dipandu oleh kurikulum baru. Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Penerapannya, dibawah bimbingan BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan).
Sekolah sudah bisa improvisasi dalam penyusunan kurikulum. Hal ini mendukung pengembangan bobot
jam belajar teori dan ptraktik. Kini, bobot disamakan menjadi sama rata, dan bukan mengurangi jam
belajar teori untuk kemudian menggelembungkan waktu belajar praktik.

13

Dalam rangka mendukung upaya peningkatan mutu lulusan SMK, pemerintah mengalokasikan anggaran
khusus untuk peningkatan mutu SMK. Tahun 2007, alokasi dananya naik sebesar 50% dibanding tahun
2006, menjadi sekitar Rp 1,6 triliun. Untuk anggaran peningkatan mutu SMK tahun 2008, sudah ada
kenaikan mencapai 25% hingga dananya meningkat menjadi Rp 1,9 triliun. Jumlah yang sangat
menggembirakan untuk mendukung program peningkatan mutu para lulusannya.
Pihak Direktorat Dikmenjur juga sangat optimis terhadap kompetensi lulusan SMK. Joko menjelaskan
bahwa sesungguhnya SMK melahirkan para lulusan yang lebih siap adaptasi dan siap latih. “Kami
melahirkan para lulusan yang bukan hanya siap kerja saja, tetapi juga cerdas dan kreatif,” ujarnya sedikit
berpromosi.
Idealnya pihak dunia usaha, industri, dunia kerja yang lebih berperan menentukan, mendorong, dan
menggerakkan pendidikan kejuruan, karena mereka adalah pihak yang lebih berkepentingan dari sudut
kebutuhan tenaga kerja.
Asosiasi kejuruan di Indonesia merupakan kumpulan lembaga pendidikan kejuruan (SMK, Program
Diploma, Politeknik, FT, FPTK, JPTK, P3G Teknologi dan Kesenian, dan Balai-balai Diklat Industri), serta
kumpulan orang-orang sebagai pendidik (guru, instruktur, dosen, widyaiswara) pada lembaga
pendidikan teknologi dan kejuruan.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 29 Jakarta dikenal dan merupakan sekolah penerbangan dan
tampaknya sekolah di SMK ini tidak hanya mempelajari tentang teori mesin pesawat, namun juga
membuat pesawat terbang.

Foto Pesawat Jabiru J200

Saat ini para siswa SMKN 29 ini sudah mampu membuat sebagian kecil komponen pesawat seperti panel
horizontal, stabilizer dan engine cowling dan juga sudah mampu membuat pesawat meskipun sebagian
besar komponen masih harus diimport.

14

Salah satu hasil karya pesawat buatan siswa SMKN 29 ini telah dipamerkan di Arena Pekan Raya Jakarta,
bernama ” Jabiru:J200”.Salah satu dari 4 siswa SMKN 29 yang membuat dan merakit pesawat terbang
dengan dua tempat duduk ini, nama Jabiru diambil dari nama burung di Australia.

Selain pesawat tersebut, ternyata para siswa tersebut juga sudah membuat dan merakit lima pesawat
terbang lainnya dengan empat tempat duduk dan saat ini disimpan di Lapangan Terbang Pondok Cabe,
Tangerang.
Jabiru:J200 yang bermesin tunggal buatan siswa SMKN 29 ini tidak seperti pesawat lainnya yang selalu
menggunakan bahan bakar avtur, namun pesawat karya para siswa ini menggunakan bahan bakar
pertamax 95 dan memiliki kemampuan terbang selama 8 jam nonstop dengan menghabiskan bahan
bakar 140 liter pertamax 95.

Pesawat Jabiru:J200 hasil buatan para siswa SMKN 29 ini telah diuji terbang oleh para instruktur para
siswa dari FASI sampai ke Riau dan Kuala lumpur (Malaysia).CPS/GO

Kegiatan Belajar Siswa Jurusan Agribisnis Pertanian

Kegiatan praktikum Kultur Jaringan untuk kelas XI Jurusan Agribisnis Pertanian, dilaksanakan di
Laboratorium Kultiur Jaringan SMK Negeri 1 Kuningan. Mata Diklat ini diasuh oleh ibu Hj. Eti Suryati, S.P.

Kegiatan Belajar Siswa Jurusan Produksi Grafika

Siswa kelas XI Jurusan Produksi Grafika SMK Negeri 1 Kuningan, tengah asyik mengikuti praktikum
desain grafis di Laboratorium Komputer Grafis.

15

MGMP Bidang Pertanian se_Kabupaten Kuningan

Salah satu sesi acara Pendidikan dan Pelatihan untuk meningkatkan Kompetensi Guru dalamkegiatan
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bidang Pertanian se-Kabupaten Kuningan adalah presentasi
Penyusunan PTK oleh Bapak Drs. Slamet Mulyana, M.Pd. (dari LPMP). Acara berlangsung dari tanggal 1
September sampai dengan 3 September 2009, di Gedung Bumi Mulya SMK Negeri 1 Kuningan. Kegiatan
ini di hadiri para guru SMK khususnya bidang Pertanian se-Kabupaten Kuningan.

Mengajar dan Berbisnis di SMK

Oleh: Uus Ruswenda *)

Semenjak tahun 1980-an SMK Negeri yang dibina oleh PPPG di lingkungan kejuruan telah merintis
program kewirausahaan melalui unit produksi. Unit Produksi (UP) merupakan suatu badan usaha di
lingkungan sekolah yang diselenggarakan untuk : (1) memberi kesempatan kepada siswa dan guru untuk
mengerjakan pekerjaan praktek yang berorientasi pada kebutuhan pasar, (2) mendorong siswa dan guru
dalam hal pengembangan wawasan ekonomi dan kewiraswataan, (3) memperoleh tambahan dana bagi
penyelenggaraan pendidikan, (4) meningkatkan pendayagunaan sumber daya pendidikan yang ada di
sekolah, (5) meningkatkan kreativitas siswa dan guru, (6) unit produksi sebagai tempat magang bagi
siswa dan guru SMK, sehingga mampu bekerja seperti tenaga industri/dunia usaha (Dikmenjur, 1997).
Untuk mendukung pegembangan sekaligus memacu UP Sekolah, pihak Direktorat Dikmenjur telah
memberikan bantuan ke beberapa SMKN kelompok Teknologi dan Pertanian baik melalui bantuan
Indonesia-Australia Technical and Vocational Education Project (IATVEP A) maupun melalui dana
pinjaman dari Asean Development Bank (ADB) melalui proyek PKT-III.

16

Unit produksi merupakan salah satu bentuk usaha yang bersifat bisnis yang diharapkan dapat
mendatangkan keuntungan ganda (finansial maupun bukan finansial). Bukan finansial
berupapeningkatan keterampilan bagi guru dan siswa serta hubungan antara sekolah dengan
masyarakat (perusahaan/industri). Oleh karenanya, unit produksi perlu dikelola dengan serius dan
profesional sebagaimana usaha bisnis yang berorentasi pada keuntungan (profit oriented). (Guru valah,
2003)

Keberhasilan unit produksi disuatu sekolah tidak lepas dari peran para pengelola mulai dari kepala
sekolah, guru, pegawai dan siswa yang terlibat dalam aktivitas unit produksi. Pengelolaan UP idealnya
dimulai dari membuat komitmen sebagai acuan dan motivasi dalam menjalankan usaha di UP. Para
pengelola UP diharapkan mampu menganalisis peluang, serta menciptakan keunggulan kompetitif dan
komparatif, untuk itu diperlukan diperlukan wawasan yang luas, serta kemampuan menjual untuk
mendapatkan mitra kerja yang potensial, selain itu juga mempunyai komitmen yang kuat terhadap
kemandirian sekolah.
Peran Kepala Sekolah dalam memberdayakan unit produksi sekolah sebagai berikut : a) Kepala Sekolah
dapat menganalisis peluang bisnis yang berkembang dilingkungan sekolah yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat, b) Kepala Sekolah mampu mempromosikan sekolah melalui kegiatan promosi
dengan ikut berpartisipasi pada event-event yang digelar oleh pemerintah maupun kalangan bisnis, c)
Kepala Sekolah mampu melakukan terobosan-terobosan baru yang diiringi oleh kemampuan dan
percaya diri yang tinggi, d) Kepala Sekolah mampu mandiri dalam menuju kemandirian sekolah, langkah
awal dari usaha ini adalah dengan memberdayakan unit produksi. Disamping itu dalam rangka
peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan, Kepala Sekolah selaku manajer
pendidikan harus dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah yang dipimpin tanpa mengabaikan
kebijakan dalam pendidikan seperti konsep : Manajemen Berbasis Sekolah, Pendidikan Berbasis
Masyarakat, Pelaksanaan Kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi dan dilanjutkan dengan KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). (Guru valah, 2003)

Bagi guru, UP dapat dijadikan sebagai sarana untuk menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan sesuai
dengan keahlian masing-masing. Disamping itu usaha yang dilakukan di UP menjadi bahan evaluasi
implementasi antara pembelajaran yang diberikan kepada siswa dengan kenyataan yang terjadi pada
dunia sesungguhnya di lapangan / masyarakat. Guru sebagai motor penggerak jalannya usaha di UP
dituntut untuk lebih menguasai teknis dan proses produksi dari usaha yang dijalankan sesuai dengan
standar pasar. Dengan demikian diharapkan dapat muncul suatu produk-produk unggulan yang benar-
benar dapat memiliki nilai tambah sehingga laku ddijual dan mampu bersaing di pasaran.

Sejak 8 tahun UP di SMK Negeri 1 Kuningan berdiri, kini muncul sosok guru yang berhasil sebagai
wirausahawan. Eman Sulaeman yang akrab disapa rekan-rekannya “Pak Haji” adalah guru Program
Keahlian Budidaya Ternak yang telah membuktikan dan menikmati manfaat dari adanya UP di sekolah.
Berangkat dari Rp.2 juta mengelola dana UP, dengan berbekal kejujuruan, keuletan dan disiplin yang
tinggi Pak Haji bersama anak didiknya mengelola usaha ternak ayam ras pedaging hingga kini berhasil
menjadi salah satu peternak besar di Kabupaten Kuningan.

17

Di usianya yang menginjak kepala 4, Eman Suleman sudah berangkat ke Tanah Suci, memiliki kendaraan
kijang kapsul investasi tanah dan kandang serta kini tengah membiayai 2 anaknya di perguruan
tinggi.Satu sosok lagi, guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes), Drs. AA Suwita sudah 3 tahun
menggeluti usaha produksi jamu dari bahan umbi-umbian. . Berkat ketekunannya sekarang sudah
mengantongi hak cipta dari Deperindag dan Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan. Usaha jamunya yang
dikenal “Jamu Sarimbi” kini menjadi salah satu produk unggulan SMK Negeri 1 Kuningan. Produknya
sudah menyebar ke berbagai daerah, bahkan para pelanggan berdatangan bukan saja dari Kuningan
namun banyak juga pelanggan dari luar Kuningan, seperti Cirebon, Majalengka, Ciamis, Brebes Bandung
dan Jakarta. Bapak Wawan dan Bapak Jajat Asesor akreditasi di sekolah kami, pada bulan awal bulan
September 2007 sempat merasakan dan mengakui kenikmatan dan khasiat jamu Sarimbi, bagaimana
dengan anda….? Kami tunggu …..

Guru-Guru dan pegawai lain pun kini tengah asyik menjalankan usahanya sesuai dengan bidang
keahliannya masing-masing. Kesejahteraan bagi sekolah memang tidak bisa datang begitu saja tanpa
kita berihtiar yang tulus dan doa yang khusyu. Nah bagi rekan para pendidik terutama bagi mereka yang
sudah memiliki UP di sekolahnya mari kita berdayakan UP kita sehingga benar-benar dapat memberikan
manfaat bagi kita, keluarga, sekolah dan masyarakat tentunya. Sambil mengajar, juga mengapa tidak
bisa sambil berbisnis di sekolah ?

SMK Mampu Rakit Laptop Berkualitas

Advan SMK adalah merek yang dipakai untuk laptop hasil rakitan siswa SMK Negeri 4 Bandung.
Walaupun hasil rakitan dari siswa-siswi SMK, laptop ini berani diadu dengan hasil pabrikan.

18

"Kita pernah tes. Dari 15 unit laptop yang kita rakit, kita panteng 10 jam masih kuat. Hanya satu unit saja
yang nge-hang. Itupun karena ada komponen yang kurang kuat dipasangnya,"
laptop tersebut adalah hasil dari program yang digelar oleh Direktorat Pendidikan Sekolah Menengah
Kejuruan (PSMK) dengan Advance. Dari ribuan SMK yang ada di Indonesia, hanya 32 SMK yang dilibatkan
dalam program ini. Di Jabar, SMKN 4 salah satu SMK yang terpilih.
"Ini program Direktorat. Kita, sekolah berusaha untuk sebaik-baiknya melaksanakan program ini. Karena
dana yang diterima juga cukup besar yakni Rp 400 juta.

Dana sebanyak itu, dipergunakan untuk membeli komponen laptop yang kemudian akan dipergunakan
untuk latihan merakit laptop di laboratorium komputer milik sekolah yang beralamat di Jalan Kliningan
ini.
"Dana itu kita belikan komponen ke Advance. Lalu komponen itu kita pakai siswa untuk praktek merakit
mengenai kualitas rakitan siswa tersebut, menegaskan bahwa kualitas produk miliknya dengan yang ada
di pasaran sama. Karena sebelum di
pasarkan, laptop hasil rakitan tersebut dites dan harus melalui uji kelayakan terlebih dahulu.

Sejak Desember, siswa SMK ini mampu merakit 40 unit laptop. Ada 2 jenis yang mereka rakit. Tipe yang
pertama adalah Netbook Vanbook yang dijual Rp 3 juta dan Notebook tipe G2T-65S seharga Rp 5,5 juta.

"Memang kami selisih Rp 50.000 sampai Rp 100.000 dengan tipe yang sama di pasaran. Tapi kan ini
adalah hasil anak-anak kita. Untungnya juga buat kemajuan
mereka.

Perbedaan SMA dan SMK adalah :

SMA SMK
Ditujukan untuk siswa yang Ditujukan untuk siswa yang mau
akan melanjutkan ke bekerja dan melanjutkan ke
Perguruan Tinggi perguruan tinggi

Kurikulum SMA lebih banyak Kurikulum SMK lebih banyak


teori dari pada praktek praktek dari pada teori

Tamatannya tidak siap kerja Tamatannya siap kerja dan


dan tidak mandiri mandiri

Tempat belajar hanya di Tempat belajar di sekolah dan


sekolah dunia kerja

Melihat data perbedaan di atas, jelas terlihat bahwa SMK lebih menjanjikan masa depan dibanding SMA.
Hal ini disebabkan karena

1. Kondisi perekonomian Indonesia yang belum bagus.


Minggu lalu harga BBM naik lagi. Kenaikan harga BBM ini memicu kenaikan harga barang dan jasa yang
lain. Harga kebutuhan pokok melonjak, biaya angkutan juga merangkak naik tetapi pendapatan
masyarakat tetap. Hal ini menyebabkan beban ekonomi masyarakat semakin berat. Kondisi tersebut
menyebabkan biaya untuk pendidikan anak semakin susah untuk dipenuhi. Untuk itu, menyekolahkan
anak dalam jangka waktu yang lama tentu sangat memberatkan orang tua. Solusi untuk mengatasi
keadaan tersebut adalah dengan menyekolahkan anak di sekolah yang lulusannya cepat dapat kerja
tetapi tidak membutuhkan waktu lama. Sekolah tersebut adalah SMK karena hanya butuh waktu 3
tahun untuk dapat bekerja atau berwiramandiri. Sementara jika mengambil sekolah di SMA butuh waktu
8 tahun untuk dapat bekerja yakni 3 tahun di SMA dan 5 tahun di PT.
2. Banyak lulusan SMA yang tidak melanjutkan kuliah di Perguruan Tinggi
Kurang dari 10 % lulusan SMA yang melanjukan kuliah di PT, padahal kurikulum SMA disetting
untuk melanjutkan sekolah di PT. Ini tentu sangat ironis karena hampir 90% tamatan SMA terjun
di dunia kerja padahal kurikulum SMA tidak disiapkan untuk bekerja. Akibatnya banyak lulusan
SMA yang kalah bersaing dalam mencari pekerjaan karena mereka memang tidak siap kerja.
Oleh karena itu, pemerintah mengambil kebijakan untuk menambah jumlah SMK daripada
mengembangkan SMA. Komposisi perbandingan yang dibuat adalah 70% SMK dan 30% SMA. Ini
tentu dengan tujuan untuk menjadikan lulusan sekolah menengah yang siap kerja dan mandiri.
3. Dunia kerja yang semakin kompetitif
Kenaikan BBM menyebabkan banyak perusahaan yang mengurangi jumlah karyawan sehingga
terjadi PHK besar-besaran. Kondisi ini meyebabkan para pencari kerja semakin banyak
sementara lowongan kerja semakin sedikit. Sehingga persaingan dalam memperebutkan
lowongan pekerjaan semakin ketat. Ketatnya persaingan mencari kerja menjadikan tamatan
sekolah menengah harus orang yang kompeten di bidangnya dan siap kerja. SMK sangat piawai
dalam mencetak lulusan yang siap kerja dibanding SMA.

Akhirnya jangan gengsi untuk memilih SMK dan bukan saatnya mengatakan bahwa SMK adalah sekolah
menengah kelas dua. Dengan motto cerdas, siap kerja dan kompetetitif SMK siap mencetak lulusan yang
siap kerja dan mandiri.

SMK DAN PERMASALAHANNYA


SMK merupakan salah satu lembaga pendidikan yang bertanggungjawab untuk menciptakan sumber
daya manusia yang memiliki kemampuan, keterampilan dan keahlian, sehingga lulusannya dapat
mengembangkan kinerja apabila terjun dalam dunia kerja. Pendidikan SMK itu sendiri bertujuan
“meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian, serta menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan
mengembangkan sikap profesional”.

20

Apapun jenis pendidikan pada Sekolah Menengah Kejuruan tidak lain muara dari lulusannya agar
mereka memiliki kemampuan, keterampilan serta ajli di dalam bidang ilmu tertentu.Selanjutnya mampu
dan terampil diaplikasi untuk dunia kerja. Oleh sebab itu, hakiki dari Sekolah Menengah Kejuruan sangat
berbeda dengan SMU/SMA.

Ada dua hal sebenarnya kelebihan dari Pendidikan Menengah Kejuruan ini, pertama lulusan dari institusi
ini dapat mengisi peluang kerja pada dunia usaha/industri, karena terkait dengan satu sertifikasi yang
dimiliki oleh lulusannya melalui Uji Kemampuan Kompetensi. Dengan sertifikasi tersebut mereka
mempunyai peluang untuk bekerja. Kedua, lulusan Pendidikan Menengah Kejuruan dapat untuk
melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi, sepanjang lulusan tersebut memenuhi persyaratan,
baik nilai maupun program studi atau jurusan sesuai dengan kriteria yang dipersyaratkan.

Sekolah Menengah Kejuruan ke depan akan berkembang, sejalan dengan keinginan pemerintah untuk
memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mendirikan sekolah. Karena dengan pola Otonomi
Pendidikan yang diberlakukan seperti sekarang ini, maka masyarakat juga memiliki tanggungjawab
moral untuk memikirkan dan menumbuhkembangkan pendidikan. Sehingga lebih dikenal dengan
Pendidikan Berbasiskan Masyarakat (community based education).
Terlihat dan teramati di lapangan, dengan banyak jumlah Sekolah Menengah Kejuruan yang berdiri, baik
di kota propinsi maupun kabupaten kota, menimbulkan fenomena baru, yakni kekurangan tenaga
pengajar, khususnya untuk bidang ilmu teknologi dan bisnis.

Coba kita bayangkan, kelipatan jumlah SMK Negeri dengan SMK Swasta suatu ketika khususnya di Riau
bisa satu berbanding lima (1:5), artinya satu SMK negeri lima SMK swasta. Sehingga bermunculah SMK-
SMK Swasta dengan berbagai jenis dan program pendidikan, mulai dari program teknologi, bisnis,
pariwisata dan perhotelan, pertanian, perikanan, komputer, tata boga/busana, dan lain sebagainya.

Dari kondisi ini, perlu kita simak, dengan bermunculan begitu banyak SMK-SMK tersebut, apakah sudah
terpikirkan oleh kita, unsur pelaksana lapangan, atau orang yang bertanggungjawab untuk mendidik,
mengajar dan melatih mereka, dalam hal ini “guru”. Karena salah satu persyaratan untuk pendirian
sekolah swasta, tidak terlepas dari persyaratan formal adalah tenaga pengajar.

Tenaga pengajar (guru) merupakan faktor dominan di dalam memberian izin pembukaan sekolah
swasta. Kita menyadari bahwa ke depan SMK Kejuruan merupakan lembaga yang akan diminati oleh
lulusan SLTP, karena dalam persaingan era globalisasi dan pasar bebas, sangat diperlukan siswa yang
memiliki kemampuan dan keterampilan yang siap bina dan siap pakai. SMK Kejuruanlah sebagai salah
satu lembaga yang menelorkan seperti yang diinginkan oleh dunia kerja.

Tapi, tentunya kita jangan melupakan unsur utamanya yakni guru, apakah guru-guru sebagai pelaksana
lapangan sudah dimiliki oleh SMK tersebut ? Kalah kita mau jujur, jumlah guru-guru SMK yang ada
dengan jumlah SMK yang ada tidak seimbang, artinya SMK masih kekurangan banyak tenaga guru di
semua bidang keilmuan.

21

Bila kita menilik ke belakang, artinya lebih di fokuskan kepada LPTK sebagai pencetak tenaga guru,
khususnya pada sekolah kejuruan, sangat, sangat tidak memadai. Oleh sebab itutidak heran bila kita
melihat satu orang guru mengajar untuk tiga atau empat sekolah kejuruan. Selama ini, kita menerima
lulusan LPTK di luar Riau, katakanlah dari Sumatera Barat, Medan, Pulau Jawa, dan sebagainya.

Jujur kita katakan bahwa, hal ini merupakan salah satu kepihatinan dari kepala sekolah, dan ini akan
menjadi pemikiran kita bersama. Bila secara bersama kita mendukung mengapa tidak, kita bisa
membuka program-program studi teknologi, bisnis dan perdagangan, kesejahteraan keluarga, dan
program-program inilah mendesak untuk dipikirkan. Tentunya untuk membuka program studi-program
studi tersebut memiliki persyaratan-persyaratan, dan apa yang menjadi keluhan para kepala sekolah
tersebut akan menjadi pekerjaan rumah yang harus dipikirkan dan diwujudkan.
22

BAB III PENUTUP

1.1 KESIMPULAN

Dari pembahasan makalah diatas dapat disimpulkan bahwa :

1.Kualitas dan kauntitas pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan dapat dikatakan sedikit lebih maju dari
pada Sekolah Menengah Atas,karena SMK selain dapat mencetak lulusan yang siap melanjtkan ke
perguruan tinggi,SMK juga dapat mencetak lulusan yang siap kerja didandingkan dengan SMA.

2.Bedasarkan pembahasan diatas tidak hanya siswa SMA saja yang mamapu berprestasi,tanpa disadari
siswa SMK pun juga bisa,pembuktiannya siswa sma mampu merakit laptop bahkan merakit sekaligus
memebuat pesawat terbang.

3.Lulusan SMK sebagian besar tamatannya siap kerja dan mandiri,berbeda dengan SMA yang
tamatannya belom siap kerja dan belom bisa mandiri,karena siswa SMK lebih banyak belajar
langsung(praktek)dibanding SMA yang lebih banyak teorinya.

4.Peningkatan mutu SMK juga banyak tergantung Pemerintah Pusat maupun Daerah, karena kurang ada
perhatian yang memadai terhadap SMK, sebagaimana sudah diuraikan di atas. Keadaan itu
menimbulkan suasana seakan-akan SMK adalah pendidikan kelas buntut, karena yang diperhatikan
hanya SMA dan SMP.
23

DAFTAR PUSTAKA

http://ftp.lipi.go.id/pub/Buku_Sekolah_Elektronik/SMK/Kelas%20XII/Kelas%20XII_smk_budidaya_ikan_
gusrina.pdf

http://kodokkrawu.wordpress.com/2010/02/12/sekolah-menengah-kejuruan/

http://bataviase.co.id/node/470199

http://www.jogjatrip.com/id/591/smk-negeri-1-pengasih

http://www.ditpsmk.net/?page=news;ODYz

http://www.ditpsmk.net/

http://smk3jakarta.net/

http://smk2bms.wordpress.com/2008/01/07/smk-dan-permasalahannya/

http://desya.webs.com/apps/blog/show/3919393-permasalahan-smk-bertaraf-internasional

http://www.bataviase.co.id/node/
Minggu, 14 Oktober 2012

PRINSIP, KARAKTERISTIK DAN ASUMSI PENDIDIKAN TEKNOLOGI


KEJURUAN

By : Ismail Majid

http://mrismailmajid.blogspot.co.id/2012/10/prinsip-karakteristik-dan-asumsi.html

PRINSIP, KARAKTERISTIK DAN ASUMSI


PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN

A. PENDAHULUAN

Terdapat banyak ragam pengertian tentang pendidikan kejuruan dalam pembicaraan sehari-
hari. Menurut Undang-Undang Pendidikan Nasional (UUSPN) no. 20 tahun 2003 ”pendidikan
kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk dapat bekerja
dalam bidang tertentu dan siap pula melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Berikut
adalah di antara pengertian dan tujuan pendidikan kejuruan dari berbagai sumber dan pakar
pendidikan.
 Pendidikan Kejuruan adalah pendidikan pada jenjang menengah yang mengutamakan
pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu. PP 29 tahun
1990 Pasal 1 ayat 3
 Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang diarahkan untuk mempelajari bidang khusus, agar
para lulusan memiliki keahlian tertentu seperti bisnis, pabrikasi, pertanian, kerumahtanggaan,
otomotif telekomunikasi, listrik, bangunan dan sebagainya (Snedden, 1917:8)
 Pendidikan teknologi dan kejuruan adalah bagian dari pendidikan yang mencatak individu agar
dia dapat bekerja pada kelompok tertentu (Evan, 1978).
 Pendidikan teknologi dan kejuruan adalah suatu program yang berada di bawah organisasi
pendidikan tinggi yang diorganisasikan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki dunia
kerja (Good, 1959).
 United Congres 1976: Vocational education as organized educational program which are directly
related to the preparation of individuals for paid and unpaid employment, or for additional
preparation for a career requiry other than a baccalaureate of advance degree.
Dari berbagai definisii di atas dapat kita kemukakan bahwa pendidikan teknologi dan kejuruan
adalah pendidikan yang diselenggarakan bagi para siswa yang merencanakan dan
mengembangkan karirnya pada bidang keahlian tertentu untuk bekerja secara produktif dan
professional dan juga siap melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
B. PRINSIP, KARAKTERISTIK DAN ASUMSI PTK
1. Prinsip Penyelenggaraan PTK antara lain :
Pelaksanaan pendidikan kejuruan yang berbeda dengan pendidikan umum memiliki prinsip
dalam penyelenggaraannya antara lain :

a) PTK akan efektif jika lingkungan peserta didik dilatih seperti replica di lingkungan kerja.
Untuk menciptakan suatu suasana belajar yang mirip dengan dunia kerja dan dunia industri,
diperlukan banyak perlengkapan, sarana dan prasarana. Ketersediaannya bengkel yang lengkap
dengan alat dan bahannya akan memberikan pengalaman belajar yang hampir sama dengan di
lapangan sehingga ketika peserta didik berinteraksi langsung dengan dunia industri, telah
memiliki kemandirian dan keterampilan kerja sesuai yang diharapkan. Untuk membuat suatu
replica sesuai lingkungan kerja, maka diperlukan biaya yang besar sehingga kami yakin bahwa
tidak semua sekolah kejuruan dapat melakukan hal tersebut karena masalah pendanaan. Oleh
karena itu, kerjasama dengan industri sangat diperlukan untuk mewujudkan hal ini. Misalnya
menerima peserta didik

b) PTK akan efektif Jika diberikan tugas dengan cara, alat dan tempat kerja seperti di dudi.
Sarana Prasarana belajar mengajar dan praktikum di SMK harus berstandar dan selalu
mengikuti perkembangan teknologi sehingga bermafaat bagi peserta didik.Prasarana dan sarana
pendidikan adalah salah satu sumber daya yang menjadi tolok ukur mutu sekolah dan perlu
peningkatan terus menerus seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
cukup canggih. Manajemen prasarana dan sarana sangat diperlukan dalam menunjang tujuan
pendidikan yang sekaligus menunjang pembangunan nasional, oleh karena itu diperlukan
pengetahuan dan pemahaman konseptual yang jelas agar dalam implementasinya tidak salah
arah.

c) PTK efektif jika latihan dapat membentuk kebiasaan kerja dan kebiasaan berfikir dengan
benar.
Menurut Brooks&Broks , 2001 dalam john,2008 dalam dedy: 2010 bahwa dalam pandangan
konstruktivis, guru bukan sekedar memberi informasi ke pikiran anak, akan tertapi guru harus
mendorong anak untuk mengeksplorasi dunia mereka, menemukan pengetahuan, merenung dan
berfikir secara kritis. Dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru merupakan fasilitator serta
harus senantiasa memberi bimbingan motivasi kepada anak untuk selalu menjadi orang yang
baik dalam hal ini mencakup tiga hal pokok yaitu, baik dalam pendidikan yaitu menguasai
pengetahuan, keterampilan(skill), baik dalam kehidupan social yaitu senantiasa berfikir maju,
jujur, berdisiplin tinggi, serta baik terhadap sang maha pencipta yaitu beriman dan bertaqwa
kepada tuhan yang maha esa sehingga segala sesuatu yang ia lakukan senantiasa berlandaskan
pada etika dan dan agama yang akan memlahirkan sutu perbuatan/tindakan/ sikap yang baik dan
benar.
d) PTK akan efektif jika gurunya memiliki pengalaman dalam menerapkan keterampilan dan
pengetahuan pada orasi kerja yang riil
Kualifikasi tenaga pendidikan kejuruan merupakan salah satu hal yang fundamental untuk
memperoleh kualitas sesuai dengan yang diharapkan. Para tenaga pendidik kejuruan harus
menguasai dan memahami konsep Pedagogik Kejuruan). Selain itu, mereka juga harus memiliki
pengalaman mengajar dan pengatahuan tentang dunia kerja serta memiliki keahlian di
bidangnya. Dengan memahami dari konsep Pedagogik Kejuruan para Guru (mampu mendesain
strategi pembelajaran berlandaskan kurikulum yang telah disempurnakan bersama-sama
pemerintah dan industry. Kemampuan Pedagogik bukan hanya suatu konsep yang diterapkan
secara teoritis tetapi juga menggunakan dan mengembangkannya melalui pembelajaran yang
dilakukan di bengkel/ lab. Sehingga para peserta didik tetap dikendalikan dengan konsep
Pedagogik yang benar sesuai dengan semangat dan jiwa dari suatu jenis pekerjaan. Sehingga
dalam proses belajar mengajar, peserta didik seakan merasa bahwa mereka berada dalam
lingkungan industry yang nyata.

e) PTK harus memperhatikan permintaan pasar


Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah bagian dari sistem pendidikan nasional yang
bertujuan mempersiapkan tenaga yang memiliki keterampilan dan pengetahuan sesuai dengan
kebutuhan persyaratan lapangan kerja dan mampu mengembangkan potensi dirinya dalam
mengadopsi dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Dalam proses pendidikan
kejuruan perlu ditanamkan pada peserta didik pentingnya penguasaan pengetahuan dan
teknologi, keterampilan bekerja, sikap mandiri, efektif dan efisien dan pentingnya keinginan
sukses dalam kariernya sepanjang hayat. Oleh karena itu, arah pengembangan pendidikan
kejuruan diorientasikan pada permintaan pasar kerja. Orientasi berdasarkan permintaan pasar
dapat dilakukan dengan pengembangan kurikulum yang mempertimbangan perkembangan
dunia industri.

f) PTK dilaksanakan dengan metode berbasis realitas (work based learning)


Work-Based Learning (WBL) adalah bentuk pembelajaran kontekstual dimana proses
pembelajaran dipusatkan pada tempat kerja dan meliputi program yang terencana dari pelatihan
formal dan mentoring, dan pencarian pengalaman kerja yang mendapatkan gaji. WBL secara
ekspresif menggabungkan antara pengetahuan teori dengan pengetahuan praktik, WBL percaya
bahwa tempat kerja menawarkan kesempatan yang banyak untuk belajar seperti di ruang kelas.
Sistem magang merupakan salah satu bentuk WBL. Dalam sistem ini peserta didik belajar
dengan seorang ahli atau maestro melalui pengamatan dan imitasi perilaku dan cara kerjanya
dengan intens sehingga bisa mendapatkan pengalaman spesifik.

g) PTK akan efektif dengan administrasi dan pengelolaannya fleksibel dan berbasis
kebutuhan
Pembukaan dan penutupan suatu SMK pada dasarnya sangat tergantung pada tuntutan
kebutuhan pengembangan sumber daya manusia di wilayah atau daerah setempat. Pembukaan
institusi SMK baru sangat dimungkinkan jika terdapat tuntutan kebutuhan sumber daya manusia
yang terkait dengan peran dan fungsi SMK. Sebagaimana yang dikemukakan Djojonegoro
(1998), bahwa : “Secara teoritik pendidikan kejuruan sangat dipentingkan karena lebih dari 80 %
tenaga kerja di lapangan kerja adalah tenaga kerja tingkat menengah ke bawah dan sisanya
kurang dari 20 % bekerja pada lapisan atas. Oleh karena itu, pengembangan pendidikan kejuruan
jelas merupakan hal penting”. Jadi
apabila program keahlian tertentu dibutuhkan oleh industri, maka perlu dibuka
program keahlian baru dan jika lulusan dari program keahlian tersebut sudah tidak
dibutuhkan oleh masyarakat industry maka program keahlian tesebut perlu ditutup dahulu untuk
menghemat biaya operasional, dan jika di suatu saat dibutuhkan lagi oleh masyarakat, maka
program keahlian tersebut bisa dibuka kembali.

h) Membutuhkan biaya yang besar tetapi kalau tidak terpenuhi, sebaiknya tidak dipaksakan
Sebesar-besarnya anggaran yang ada tentu tidak dapat memenuhi semua perkembangan
kebutuhan sarana prasarana SMK yang mengikuti pertumbuhan jumlah peserta didik SMKnya.
untuk mempercepat penetrasi pemerataan ke setiap SMK yang muncul, perlu inovasi bagaimana
dapat menciptakan sarana prasaran yang murah. Karena pemerintah belum sepenuhnya mampu
memberikan fasilitas yang lengkap sesuai yang ada di dunia industri, maka kerjasama antara
dunia industri dan dunia SMK menjadi salah satu jawaban, dimana terdapat sharing resources
untuk beberapa keperluan yang selama ini berjalan masing2. Sehingga ada efisiensi biaya
produksi dan pemasaran yang “cukup sangat signifikan sekali”.

Oleh karena itu harus ada kerjasama “seluas-luasnya, kepada semua institusi terkait, Dunia
Usaha dan Dunia Industri untuk bersama-sama menciptakan perekonomian indonesia yang lebih
baik, demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat indonesia melalui Pengembangan Industri
berbasis SMK. Hal ini dapat saling membantu antara pendidikan dengan kebutuhan dunia
industri.

i) PTK akan efektif bila digunakan guru outsourcing yang memiliki pengetahuan dan
pengalaman tertentu
Guru merupakan salah satu pelaku dalam kegiatan sekolah. Oleh karena itu, ia dituntut untuk
mengenal tempat bekerjanya itu. Pemahaman tentang apa yang terjadi sekolah akan banyak
membantu mereka memperlancar tugasnya sebagai pengelola langsung proses belajar
mengajar. Tenaga pendidik dan laboran di SMK harus benar – benar mempunyai keahlian
baik teori maupun praktek serta selalu dapat mengikuti perkembangan
pendidikan serta teknologi dan merupakan tenaga perdidik yang bersertifikat. menggunakan
guru outsourcing yang benar benar menguasai seluk beluk pekerjaan, alat, bahan dan lingkungan
dunia industri akan memberikan pemahaman konsep terhadap peserta didik tentang apa yang
akan mereka lakukan ketika sampai di industri sehingga peserta didik betul betul telah siap
bekerjja. Hal ini akan memberikan penghematan terhadap industri karena dapat mengurangi
biaya dan tenaga dalam melakukan training terhadap tenaga kerja baru.
2. Karakteristik Pendidikan Kejuruan

Substansi dari pendidikan kejuruan harus menampilkan karakteristik pendidikan


kejuruan yang tercermin dalam aspek-aspek yang erat dengan perencanaan kurikulum, yaitu :

a. Orientasi (Orientation)
Kurikulum pendidikan kejuruan telah berorientasi pada proses dan hasil atau lulusan.
Keberhasilan utama kurikulum pendidikan kejuruan tidak hanya diukur dengan keberhasilan
pendidikan peserta didik di sekolah saja, tetapi juga dengan hasil prestasi kerja dalam dunia kerja.
Finch dan Crunkilton (1984 : 12) mengemukakan bahwa : Kurikulum pendidikan kejuruan
berorientasi terhadap proses (pengalaman dan aktivitas dalam lingkungan sekolah) dan hasil
(pengaruh pengalaman dan aktivitas tersebut pada peserta didik).

b. Dasar kebenaran/Justifikasi (Justification)


Pengembangan program pendidikan kejuruan perlu adanya alasan atau justifikasi yang jelas.
Justifikasi untuk program pendidikan kejuruan adalah adanya kebutuhan nyata tenaga kerja di
lapangan kerja atau di dunia usaha dan industri. Dasar kebenaran/justifikasi pendidikan kejuruan
menurut Finch dan Crunkilton (1984 : 12), meluas hingga lingkungan sekolah dan masyarakat.
Ketika kurikulum berorientasi pada peserta didik, maka dukungan bagi kurikulum tersebut berasal
dari peluang kerja yang tersedia bagi para lulusan.

c. Fokus (Focus)
Fokus kurikulum dalam pendidikan kejuruan tidak terlepas pada pengembangan
pengetahuan mengenai suatu bidang tertentu, tetapi harus secara simultan mempersiapkan
peserta didik yang produktif. Finch dan Crunkilton (1984 : 13) mengemukakan bahwa : Kurikulum
pendidikan kejuruan berhubungan langsung dengan membantu siswa untuk mengembangkan
suatu tingkat pengetahuan, keahlian, sikap dan nilai yang luas. Setiap aspek tersebut akhirnya
bertambah dalam beberapa kemampuan kerja lulusan. Lingkungan belajar pendidikan kejuruan
mengupayakan di dalam mengembangkan pengetahuan peserta didik, keahlian meniru, sikap
dan nilai serta penggabungan aspek-aspek tersebut dan aplikasinya bagi lingkkungan kerja yang
sebenarnya. Seluruh kemampuan tersebut di atas, dapat dikuasai oleh peserta didik melalui
pengalaman belajar yang diberikan, yaitu berupa rangsangan yang diaplikasikan baik pada
situasi kerja yang tersimulasi lewat proses belajar mengajar di sekolah maupun situasi kerja yang
sebenarnya pada dunia usaha atau industri (pembelajaran di dunia kerja). Dari hasil belajar atau
kemampuan yang telah dikuasai diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan
diri peserta didik, sehingga mereka mampu bekerja sesuai dengan tuntutan dunia usaha dan
industri.

d. Standar keberhasilan di sekolah (In-school success standards)


Kriteria untuk menentukan keberhasilan suatu lembaga pendidikan kejuruan diukur dari
keberhasilan peserta didik di sekolah, mengenai beberapa aspek yang akan dia masuki.
Penilaian keberhasilan pada peserta didik di sekolah harus pada penilaian sebenarnya atau
kemampuan melakukan suatu pekerjaan. Dengan kata lain bahwa dalam standar keberhasilan
sekolah harus berhubungan erat dengan keberhasilan yang diharapkan dalam pekerjaan, dengan
kriteria yang digunakan oleh guru dengan mengacu pada standar atau prosedur kerja yang telah
ditentukan oleh dunia kerja (dunia usaha dan dunia industri).

e. Standar keberhasilan di luar sekolah (Out-of school success standards)


Penentu keberhasilan tidak terbatas pada apa yang terjadi di lingkungan sekolah. Standar
keberhasilan di luar sekolah berkaitan dengan pekerjaan atau kemampuan kerja yang biasanya
dilakukan oleh dunia usaha atau dunia industri. Menurut Starr (1975), bahwa : Walaupun standar
keberhasilan beragam antar sekolah dan antar Negara, tetapi keberhasilan tersebut seringkali
mengambil bentuk kepuasan pegawai dengan keahlian lulusan, suatu persentase tinggi lulusan
yang mendapatkan pekerjaan di bidang persiapan atau dalam bidang yang berhubungan,
kepuasan kerja lulusan, kemajuan yang dialami lulusan. Sebagai contoh, untuk menentukan
keberhasilan di luar sekolah yang sudah dilakukan pada SMK adalah dengan dilaksanakannya
uji level untuk kelas X dan XI, serta uji kompetensi untuk kelas XII yang dilakukan oleh dunia
usaha atau industri berdasarkan standar kompetensi nasional sesuai bidang keahlian. Standar
kelulusan di luar sekolah (out-of school success standards) dilakukan oleh dunia usaha dan
industri yang mengacu pada standar kompetensi sesuai bidang keahlian atau produk yang
dihasilkan oleh masing-masing industri.

f. Hubungan kerja sama dengan masyarakat (School-community relationships)


Suatu usaha pendidikan harus berhubungan dengan masyarakat, demikian pula dengan
pendidikan kejuruan memiliki tanggung jawab di dalam mempertahankan hubungan yang kuat
dengan berbagai bidang keahlian yang berkembang di masyarakat. Pengertian msyarakat yang
dimakasud adalah dunia usaha dan dunia industri. Penyelenggaraan pendidikan kejuruan harus
relevan dengan tuntutan kerja pada dunia usaha atau industri, maka masalah hubungan antara
lembaga pendidikan dengan dunia usaha atau industri merupakan suatu ciri karakteristik yang
penting bagi pendidikan kejuruan. Perwujudan hubungan timbal balik berupa kesediaan dunia
usaha atau industri, menampung peserta didik untuk mendapat kesempatan pengalaman belajar
di lapangan kerja atau industri, merpakan bentuk kerjasama yang saling menguntungkan.

g. Keterlibatan pemerintah pusat (Federal involvement)


Keterlibatan pemerintah pusat ini berkaitan dengan dana pendidikan yang akan dialokasikan,
karena hal ini akan mempengaruhi kurikulum. Misalnya : Ketentuan jam pengajaran kejuruan
tertentu dan jenis perlengkapan tertentu yang digunakan di bengkel atau laboratorium dapat
membantu perkembangan suatu tingkat kualitas yang lebih tinggi.
h. Kepekaan (Responsivenenss)
Komitmen yang tinggi untuk selalu berorientasi ke dunia kerja, pendidikan kejuruan harus
mempunyai ciri berupa kepekaan atau daya suai terhadap perkembangan masyarakat pada
umumnya, dan dunia kerja pada khususnya. Perkembangan ilmu dan teknologi, inovasi dan
penemuan-penemuan baru di bidang produksi dan jasa, besar pengaruhnya terhadap
perkembangan pendidikan kejuruan. Untuk itulah pendidikan kejuruan harus bersifat responsif
proaktif terhadap perkembangan ilmu dan teknologi, dengan upaya lebih menekankan kepada
sifat adaptabilitas dan fleksibilitas untuk menghadapi prospek karir peserta didik dalam jangka
panjang.

i. Logistik
Kurikulum pendidikan kejuruan dalam implementasi kegiatan pembelajaran perlu didukung
oleh fasilitas beajar yang memadai, karena untuk mewujudkan situasi belajar yang dapat
mencerminkan situasi dunia kerja secara realistis dan edukatif, diperlukan banyak perlengkapan,
sarana dan perbekalan logistik. Bengkel kerja dan laboratorium adalah kelengkapan utama dalam
sekolah kejuruan yang harus ada sebagai fasilitas bagi peserta didik di dalam mengembangkan
kemampuan kerja sesuai dengan tuntutan dunia usaha dan industri. Kebutuhan untuk koordinasi
program kejuruan yang bekerja sama dengan industri di masyarakat, berhubungan erat untuk
menjalin dan mempertahankan pusat kerja bagi peserta didik menunjukkan suatu susunan unit
permasalahan logistik.

j. Pengeluaran (Expense)
Pengeluaran rutin sebagai biaya pendidikan pada pendidikan kejuruan yang menunjang
kegiatan pembelajaran, mencakup biaya listrik, air, pemeliharaan dan penggantian peralatan,
biaya transportasi ke lokasi/industri (tempat praktek kerja/magang) yang jauh dari sekolah. Di
samping itu, peralatan harus diperbaharui secara periodik juga guru berharap untuk memberikan
pengalaman belajar yang sebenarnya bagi peserta didik sebagaimana layaknya di industri, maka
ini bisa menjadi mahal. Yang terakhir yang juga harus menjadi perhatian adalah pembelian bahan
habis sebagai bahan praktikum yang digunakan secara rutin sesuai dengan program keahlian
yang dikembangkan pada SMK masing-masing. Dari uraian mengenai karakteristik pendidikan
kejuruan yang disarikan dari Finch dan Crunkilton (1984) di atas, dapat dijadikan acuan di dalam
pengembangan kurikulum pendidikan kejuruan di Indonesia. Kurikulum pendidikan kejuruan yang
dikembangkan di Indoneisa seyogianya mengacu pada karakteristik sebagai berikut :

 Pendidikan kejuruan diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki lapangan


kerja
 Pendidikan kejuruan didasarkan atas kebutuhan dunia kerja
 Fokus isi pendidikan kejuruan ditekankan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan,
sikap dan nilai-nilai yang dibutuhkan oleh dunia kerja.
 Penilaian yang sesungguhnya terhadap kesuksesan peserta didik harus pada “hands-on”
atau performance dalam dunia kerja
 Hubungan yang erat dengan dunia kerja merupakan kunci keberhasilan pendidikan
kejuruan
 Pendidikan kejuruan yang baik adalah responsif dan antisipatif terhadap kemajuan
teknologi
 Pendidikan kejuruan lebih ditekankan pada “learning by doing”
 Pendidikan kejuruan memerlukan fasilitas yang mutakhir untuk praktek sesuai dengan
tuntutan dunia usaha dan industri

3. Asumsi PTK adalah :

Adapun Asumsi dalam penyelenggaraan PTK antara lain :

a) PTK dapat mengembangkan tenaga kerja yang marketable


Pendidikan kejuruan bertujuan untuk menyiapkan tenaga kerja yang siap kerja baik bekerja
secara mandiri maupun mengisi lowongan tertentu. PTK yang merupakan salah satu institusi
yang menyiapka tenaga kerja dituntut mampu menghasilkan lulusan sebagaimana yang
diharapkan oleh sekolah, masyarakat dan dunia industri. Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah
tenaga kerja yang memiliki kompetensi sesuai dengan bidangnya, memiliki adaptasi dan daya
saing yang tinggi. Untuk dapat mengembangkan tenaga kerja yang dapat bersaing di pasar
industri, maka perlu pengembangan kurikulum yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan
industri, yang didukung oleh sarana dan prasarana praktikum yang memadai.

b) PTK didesain untuk menguasai keterampilan dasar yang essensial untuk dapat
berkompetensi di DUDI.

Pendidikan sistem ganda (PSG) adalah konsep belajar dan bekerja dimana pelatihan
pekerjaan harus berorientasi pada pengelompokkan qualifikasi dan kompetensi untuk proses
yang berhubungan dengan bekerja. Perusahaan
bersedia bekerja sama dalam program PSG ini dikarenakan ada beberapa alasan dan
keuntungan yaitu dengan memberikan training maka keberadaanya dinyatakan sebagai
lembaga yang mmeberikan pertimbangan untuk penawaran pelatihan yang dapat langsung
dinikmati oleh perusahaan dengan mengajak beberapa praktisi secara langsung dapat
memperoleh hasil dari perusahaan.

c) Tidak ada dualisme antara Pendidikan kejuruan dan pendidikan umum


Dualisme pendidikan kejuruan adalah mengarahkan peserta didik dalam pencapaian
kompetensi/ skill untuk menjadi tenaga kerja siap pakai, dilain pihak menuntut peserta didik dapat
menguasai pelajaran umum untuk dapat melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Hal ini
merupakan suatu yang pro kontra. ada yang menerima dengan baik tetapi tidak sedikit pula yang
menentang. Dualisme pendidikan akan memberikan kebebasan kepada peserta didik dalam
menentukan menentukan pilihan, apakah akan melanjutkan ke pendidikan tinggi ataukah
langsung terjun di dunia kerja. Konsekwensinya, penataan pendidikan di sekolah kejuruan
seimbang antara antara pelajaran kejuruan dengan pelajaran umum. Dalam artian tujuan
pendidikan kejuruan tibdaklah focus, Bahkan jam pelajaran umum cenderung lebih banyak dari
jam pelajaran kejuruan. Hal ini dapat membuat orang berasumsi bahwa apa bedanya SMK
dengan SMU yang dibekali dengan muatan local. Oleh karena itu, sebaiknya pendidikan kejuruan
lebih berfokus kepada pendidikan kejuruan yang tujuan utamanya adalah memproduksi peserta
didik siswi yang siap bekerja yang memiliki keahlian khusus di bidang tertentu. Dalam
penyelenggaraan pendidikan kejuruan, baik swasta maupun pemerintah semestinya pendidikan
kejuruan memiliki konsekuensi investasi lebih besar daripada pendidikan umum. Di samping itu,
hasil pendidikan kejuruan seharusnya memiliki peluang tingkat balikan (rate of return) lebih cepat
dibandingkan dengan pendidikan umum. Kondisi tersebut dimungkinkan karena tujuan dan isi
pendidikan kejuruan dirancang sejalan dengan perkembangan masyarakat, baik menyangkut
tugas-tugas pekerjaan maupun pengembangan karir peserta didik.

d) PTK didesain berbasis masafe konomi oleh kanena itu sangat berperan dan
pertumbuhan ekonomi nasional
Lulusan SMK diharapkan memiliki kemampuan pengetahuan dan keterampilan/ life skill yang
dapat membawanya ke kehidupan yang lebih baik yaitu memperoleh pekerjaan pada industry
atau mendirikan usaha mandiri untuk menghasilkan uang. Tenaga terampil yang dicetak oleh
SMK merupakan investasi besar dalam mengembangkan perekonomian bangsa. Herdi, 2009,
10th yang lalu ternyata China lebih terpuruk dibanding kondisi di Indonesia pada tahun 90an.
Namun kondisi sekarang jauh lebih baik, dibanding Indonesia. Cukup jauh. Apa gerangan yang
menyebabkannya? Bila dipelajari, salah satu kebijakan pemerintahan China yang mendukung
perkembangan industri di China adalah adanya pengembangan Vocational School yang
disupport oleh pemerintahan untuk menjadi cikal bakal industri-industri rumahan. Vocational
School dberikani support penuh oleh Pemerintah China agar berkembang menjadi sebuah
pabrik/industri. Industri-industri yang ada diminta berpartner dengan Vocational School Industri.
SDM nya terdiri dari peserta didik2 yang dilatih dengan real praktek (learning by doing) dan
dengan tingkat kedisiplinan yang tinggi. Sehingga berjalan dengan waktu, China yang semula
mempunya produk2 yang dikenal dengan kualitasnya yang kurang baik (ini dikarenakan
merupakan hasil produksi yang baru mulai/tahap belajar) namun kemudian beriring dengan waktu
adanya improvement yang berkelanjutan, akhirnya China dapat membuat produk dengan kualitas
nomor 1. Sekarang China menjadi tempat produksi segala jenis manufaktur/industri produk dari
sebagian besar merk terkenal di dunia, apakah itu produk jepang, jerman, amerika dll dari mulai
otomotif (motor, mobil), it (laptop, pc, dll), dll semua dibuat oleh di china yang notabene
merupakan hasil dari pengembangan vocational school industri yang didukung pemerintah dan
industrinya.

e) PTK seharusnya dievaluasi berdasarkan efisiensi ekonomi, relevansi dan kecepatan


mendapatkan pekerjaan
Hubungan dimensi ekonomi dengan pendidikan kejuruan secara konseptual dapat dijelaskan
dari kerangka investasi dan nilai balikan (value of return) dari hasil pendidikan kejuruan. Dalam
penyelenggaraan pendidikan kejuruan, baik swasta maupun pemerintah semestinya pendidikan
kejuruan memiliki konsekuensi investasi lebih besar daripada pendidikan umum. Di samping itu,
hasil pendidikan kejuruan seharusnya memiliki peluang tingkat balikan (rate of return) lebih cepat
dibandingkan dengan pendidikan umum. Kondisi tersebut dimungkinkan karena tujuan dan isi
pendidikan kejuruan dirancang sejalan dengan perkembangan masyarakat, baik menyangkut
tugas-tugas pekerjaan maupun pengembangan karir peserta didik. Relevansi sekolah kejuruan
adalah seberapa besar lulusannya dibutuhlkan oleh dunia usaha dan dunia industri. Sekolah
kejuruan harus benar – benar dievaluasi seberapa besar kontribusinya terhadap relevansi lulusan
terhadap dunia kerjadan terhadap perkembangan ekonomi. Sekolah kejuruan yang sinergis
dengan dunia industry dapat dilihat dengan lulusannya yang terserap di dunia industri dengan
cepat sesuai dengan bidang keahliannya.

f) PTK hendaknya diarahkan untuk memenuhi tenaga kerja dilingkungannya


Untuk memenuhi tenaga kerja dilingkungan/ daerah sendiri, Seharusnya pemerintah daerah
dengan kekuasaan otonominya mengetahui dengan pasti apa keunggulan daerahnya.
Berdasarkan produk keunggulan daerahnya, maka dibangun kompetensi sumber daya
manusianya. Misalnya di Bali yang terkenal dengan pariwisatanya, maka pemerintah daerah
fokus pada pembangunan Kompetensi keahlian yang berbasis pariwisata. Di Jawa Tengah yang
terkenal sebagai pusat budaya dan juga kerajinan furniture, dibangun kompetensi yang berbasis
kerajinan furniture. Di Papua yang kaya emas dan juga kayunya, dibangun komptensi keahlian
emas dan kayu. Dengan demikian terbentuk suatu keahlian yang khusus, unik dan berbeda
antara satu daerah dengan daerah lainnya. Jika selama ini kita masih sibuk menghabiskan
anggaran untuk membangun infra struktur, misalnya gedung, sekolah dan perlengkapannya atau
mengundang investor membangun industri di daerah. Maka sudah saatnya investasi kita arahkan
untuk pembangunan sumber daya manusianya dulu. Tanpa kompetensi. tanpa adanya “link and
match” antara pendidikan dan dunia industri, maka segala peralatan, gedung dan investasi
menjadi tidak maksimal dan sia-sia.Berapa banyak gedung sekolah dengan segala peralatannya
yang canggih tidak berfungsi dengan baik, karena tidak ada tenaga ahli yang dapat
menjalankannya. Sudah saatnya kita bekerjasama membangun kompetensi unggulan daerah.
Anggaran pendidikan yang begitu besar seharusnya juga diberikan kepada lembaga pelatihan
industri yang sudah terbukti berhasil, misalnya untuk mendidik tenaga kerja yang trampil dibidang
otomotif, tidak perlu membangun sekolah otomotif sendiri, tapi serahkan dana tersebut misalnya
kepada ASTRA group untuk mengembangkan lembaga pelatihan otomotifnya. Untuk mencetak
tenaga ahli elektronik, berikan anggaran kepada Panasonic Gobel misalnya untuk memperkuat
lembaga pelatihan elektronik yang selama ini hanya untuk melayani kebutuhan internal.

g) PTK di tingkat pendidikan menegah bertujuan untuk mempersiapkan tenaga kerja pemula
Pada negara lain yang sudah maju masih terdapat juga masalah “link and Match” antara
keluaran dari pendidikan dengan kebutuhan dunia industri. Bedanya setiap tahun besarnya “gap”
itu semakin diperkecil dengan selalu mengevaluasi dan memperbaiki sistem pendidikannya.
Jepang saja sebagai negara industri yang sangat maju masih ada “mis-match” dalam
penempatan tenaga kerjanya.Hal ini diatasi dengan memberikan kesempatan bagi pencari kerja
angkatan muda untuk melaksanakan program magang. Dengan magang di industri atau di UKM
(Usaha Kecil Menengah), dan mendapatkan uang saku yang memadai, maka ketrampilan bekerja
seseorang menjadi meningkat.

h) PTK adalah system pendidikan untuk menata system perekonomian nasional.


Pendidikan kejuruan merupakan upaya mewujudkan peserta didik menjadi manusia produktif,
untuk mengisi kebutuhan terhadap peran-peran yang berkaitan dengan peningkatan nilai tambah
ekonomi masyarakat. Dalam kerangka ini, dapat dikatakan bahwa lulusan pendidikan kejuruan
seharusnya memiliki nilai ekonomi lebih cepat dibandingkan pendidikan umum. Penyiapan
manusia untuk bekerja bukan berarti menganggap manusia semata mata sebagai factor produksi
karena pembangumnan ekonomi memerlukan kesadaran sebagai warga ne gara yang baik dan
bertanggung jawab serta produktif. Semakin tinggi kwalitas pendidikan dan pelatihan seseorang,
akan semakin produktif orang tersebut, sehingga dapat meningkatkan produktivitas nasional dan
meningkatkan daya saing tenaga kerja di pasar global.

C. MODEL PENYELENGGARAAN PTK BERBASIS KEBUTUHAN

Tujuan dan isi pendidikan kejuruan senantiasa dibentuk oleh kebutuhan masyarakat yang
berubah begitu pesat, sekaligus juga harus berperan aktif dalam ikut serta menentukan tingkat
dan arah perubahan masyarakat dalam bidang kejuruannya tersebut. Pendidikan kejuruan
berkembang sesuai dengan perkembangan tuntutan masyarakat, melalui dua institusi sosial.
Pertama, institusi sosial yang berupa struktur pekerjaan dengan organisasi, pembagian peran
atau tugas, dan perilaku yang berkaitan dengan pemilihan, perolehan dan pemantapan karir.
Institusi sosial yang kedua, berupa pendidikan dengan fungsi gandanya sebagai media
pelestarian budaya sekaligus sebagai media terjadinya perubahan sosial. Mohammad ali, 2009,
mengemukakan bahwa Sekurang- kurangnya ada tiga dimensi pokok yang menjadi tantangan
bagi SMK secara regional maupun nasional yaitu :

1. Implementasi program pendidikan harus berfokus pada pendayagunaan potensi sumber


daya local, dengan mengoptimalkan kerjasama secara intensif dengan institusi pasangan

2. Pelaksanaan kurikulum berdasarkan pendekatan yang fleksibel sesuai dengan


kecenderungan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi agar kompetensi yang diperoleh
peserta didik sebelum dan sesudah mengikuti pendidikan memiliki adaptasi yang tinggi

3. Program pendidikan beljar tuntas dengan melibatkan peran aktif dan partisipatif para
pemangku kepentingan pendidikan, termasuk optimalisasi peran pemerintah daerah untuk
merumuskan pemetaan kompetensi ketenagakerjaan di daerahnya sebagai input bagi SMK
dalam penyelenggaraan diklat berkelanjutan. Pendayagunaan potensi sumber daya local,
dengan pelaksanaan kurikulum serta kerjasama dari pemerintah daerah harus seiring sejalan
dalam rangka membuka peluang lebar pengembangan SMK sesuai dengan harapan dan
kebutuhan masyarakat dan dunia industri. Untuk mencari solusi dari tantangan tersebut di atas,
SMK sebagai salah satu lembaga penyelenggara pendidikan dan pelatihan kejuruan harus
mampu memberikan layanan pendidikan terbaik kepada peserta didik walaupun kondisi
fasilitasnya sangat beragam. Seperti diketahui, bahwa investasi dan pembiayaan operasional
terbesar yang dilakukan oleh pemerintah dalam pendidikan kejuruan adalah pada sistem SMK.
Pembukaan dan penutupan suatu SMK pada dasarnya sangat tergantung pada tuntutan
kebutuhan pengembangan sumber daya manusia di wilayah atau daerah setempat. Pembukaan
institusi SMK baru sangat dimungkinkan jika terdapat tuntutan kebutuhan sumber daya manusia
yang terkait dengan peran dan fungsi SMK. Sebagaimana yang dikemukakan Djojonegoro
(1998), bahwa : “Secara teoritik pendidikan kejuruan sangat dipentingkan karena lebih dari 80 %
tenaga kerja di lapangan kerja adalah tenaga kerja tingkat menengah ke bawah dan sisanya
kurang dari 20 % bekerja pada lapisan atas. Oleh karena itu, pengembangan pendidikan kejuruan
jelas merupakan hal penting”. Penutupan suatu institusi SMK hanya dimungkinkan jika secara
hukum tidak dapat dipertahankan atau karena adanya tuntutan masyarakat yang sama sekali
tidak dapat dipertahankan atau dihindari. Namun pada dasarnya, tidak ada alasan untuk menutup
SMK selama institusi tersebut masih dapat menjalankan peran dan fungsi serta tidak
bertentangan dengan hukum yang berlaku.pengembangan (pembukaan)
program keahlian SMK harus Link and Match dengan kebutuhan pasar kerja. link and
match pada dasarnya adalah supplay-demand dalam arti luas, yaitu dunia pendidikan sebagai
penyiapan SDM, dan individu, masyarakat, serta dunia kerja sebagai pihak yang membutuhkan.
Ada empat aspek kebutuhan yang perlu diantisipasi oleh pendidikan, yaitu (a) kebutuhan pribdai
atau individu, (b) kebutuhan keluarga, (c) kebutuhan masyarakt/bangsa, dan (d) kebutuhan dunia
kerja atau dunia usaha.Untuk menciptakan link and mach antara pendidikan dan dunia kerja/
usaha/industri,diperlukan usaha-usaha secara reciprocal antara kedua pihak. Dunia
kerja/usaha/idustri dituntut untuk lebih membuka diri terhadap pendidikan, baik dalam arti sikap
maupun tindakan nyata termasuk menjadi menjadi tempat magang dan praktek lapangan bagi
para peserta didik. Di pihak lain, dunia pendidikan dituntut untuk melakukan konsolidasi mulai
tahap perencanaan sampai implementasi dan evaluasinya sehingga kebijakan ini mempunyai arti
yang maksimal, sesuai dengan tujuannya. Adapun strategi dasar implementasi untuk Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) dalam link and match adalah :1. Menggiatkan kunjungan lapangan
dan praktek lapangan sebagai bagian integral kurikulum 2. Meningkatkan program magang di
dunia usaha/industri 3. Meningkatkan jumlah dan mutu sarana, prasarana, dan tenaga 4.
Meningkatkan daya tarik SMK sebagai pilihan yang mempunyai prospek yang baik untuk masa
depan. Kegiatan kunjungan ke industri akan memberikan informasi mengenai perkembangan
industri, tenaga kerja yang sangat dibutuhkan dan yang kurang dibutuhkan saat ini. Jadi
apabila program keahlian tertentu dibutuhkan oleh industri, maka perlu dibuka
program keahlian baru dan jika lulusan dari program keahlian tersebut sudah tidak
dibutuhkan oleh masyarakat industry maka program keahlian tesebut perlu ditutup dahulu untuk
menghemat biaya operasional, dan jika di suatu saat dibutuhkan lagi oleh masyarakat, maka
program keahlian tersebut bisa dibuka kembali.

D. KESIMPULAN

Pendidikan teknologi dan kejuruan adalah pendidikan yang diselenggarakan bagi para siswa
yang merencanakan dan mengembangkan karirnya pada bidang keahlian tertentu untuk bekerja
secara produktif dan professional dan juga siap melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih
tinggi.

Pendidikan vokasi melayani sistim ekonomi, sistim sosial, dan politik. Meskipun pendidikan
kejuruan tidak terpisahkan dari sistim pendidikan secara keseluruhan, namun tentu mempunyai
kekhususan atau karakteristik tertentu yang membedakannya dengan pendidikan yang lain.
Perbedaan ini tidak hanya dalam definisi, struktur organisasi dan tujuan pendidikannya saja,
tetapi juga tercermin dalam aspek-aspek lain yang erat kaitannya dengan perencanaan
kurikulum. Oleh Karena itu, prinsip, karakteristik dan asumssi tidak boleh diabaikan pelaksanaan
penyelenggaraan pendidikan kejuruan.

Pendidikan kejuruan berkembang sesuai dengan perkembangan tuntutan masyarakat,


melalui dua institusi sosial. Pertama, institusi sosial yang berupa struktur pekerjaan dengan
organisasi, pembagian peran atau tugas, dan perilaku yang berkaitan dengan pemilihan,
perolehan dan pemantapan karir. Institusi sosial yang kedua, berupa pendidikan dengan fungsi
gandanya sebagai media pelestarian budaya sekaligus sebagai media terjadinya perubahan
sosial.
E. DAFTAR PUSTAKA

Ahmad rizal,dkk.2009. Dari guru konvensional menuju guru professional. 2009.

Deddy W.S 12 Oktober 2010 http://www.smkn2pandeglang.net Oleh: dasmanjohan | November 4, 2010

Depdiknas.2006. Kurikulum SMK edisi 2006.Herdi.2009.


Bangun dunia dari diri kita.http://herdiana.blog.com/2009/01/29/industri-berbasis-smk-harga-
mati-bagi-home-industri-indonesia/

Murniaty, Nasir. Manajemen strategic dalam pemberdayaan SMK. Perdana Publishing.

Mohammad ali, 2009. Pendidikan untuk pembangunan nasional. PT Grasindo.2009

Nurkholis.2003. Manajemen berbasis sekolah, teori model dan aplikasi.

Pardjono.2011. Makalah. Peran Industry dalam pengembangan SMK.

Wardiman Djojonegoro. 1998. Pengembangan Sumber Daya Manusia: Melalui Sekolah


Menengah Kejuruan (SMK). Jakarta: PT. Jayakarta Agung.

Fajar Hendro. Arahan pengembangan sekolah menengah Kejuruan bisnis dan manajemen
berbasis sektor Perdagangan di kabupaten tulungagung. http://digilib.its.ac.id/public/ITS-
Master-10251-Paper.pdf

Ilmu dan aplikasi pendidikan. Tim pengembang ilmu pendidikan FIP UPI. 2007.
Grasindo.http://books.google.co.id/books?id=B35Cf_WXgp4C&pg=PA383&dq=kesuksesan+pe
ndidikan+kejuruan&hl=id&ei=os6HToDNBIvJrAeplZGfBQ&sa=X&oi=book_result&ct=result&res
num=4&ved=0CD4Q6AEwAw#v=onepage&q&f=fals

Chief Editor on February 7th, 2009 .Link and match: Keterkaitan dunia industri dan dunia
pendidikan. http://indosdm.com/link-and-match-keterkaitan-dunia-industri-dan-dunia-pendidikan

Kumpulan Ilmu | Seputar Informasi Terkini © | Template by Blogger Templates Gallery Edit by Kang Nas
Powered by Blogger and Google

Game Terbaru Oktober 2012 | Cheat engine 6.2 | Privacy Policy

http://nrkamri.blogspot.com/
LANDASAN FILOSOFI DAN YURIDIS PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
Posted by ismailmajid ⋅ Oktober 8, 2012 ⋅ Tinggalkan komentar

https://ismailmajid.wordpress.com/2012/10/08/landasan-filosofi-dan-yuridis-pendidikan-teknologi-
kejuruan/

LANDASAN FILOSOFI DAN YURIDIS PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN

1. A. Pendahuluan

1. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Kejuruan

a) Education for employment : (pendidikan untuk pekerjaan) siswa mengikuti


pendidikan ditargetkan untuk menjadi pribadi yang siap kerja, dan untuk mengetahui serta
memahami apa yang terjadi di lingkungannya. Siswa diperkenalkan dengan masalah baru dan
dilatih untuk menyelesaikan. Siswa mampu mengembangkan kemampuan, mencari alternatif
melanjutkan pendidikan atau bekerja, pemecahannya dan berani untuk mengambil keputusan
dalam lingkungan pendidikan sebagai pekerjaannya.

b) Education for employability : (pendidikan untuk kelayakan kerja) siswa mengikuti pendidikan
ditargetkan untuk menjadi tenaga kerja ahli yang profesional, berdedikasi, mengetahui dan
memahami serta merespon dengan cepat apa yang terjadi di lingkungannya. Siswa diperkenalkan
dengan masalah baru dan dilatih untuk menyelesaikan, juga mampu mengembangkan sendiri
kemampuannya, mencari alternatif pekerjaan, serta pemecahannya untuk berani mengambil
keputusan dengan cepat.

c) Education for self-employment : (pendidikan untuk mempekerjakan diri sendiri) siswa


mengikuti pendidikan ditargetkan untuk menjadi usahawan, dan untuk mengetahui, memahami
serta membaca peluang usaha yang ada di lingkungannya. Siswa diperkenalkan dengan jenis
usaha, masalah yang mungkin mucul dilatih untuk menyelesaikannya. Siswa mampu
mengembangkan kemampuan, mencari alternatif melanjutkan mengembangkan usahanya,
pemecahannya dan berani untuk mengambil keputusan

Berikut adalah di antara pengertian dan tujuan pendidikan kejuruan dari berbagai Sumber dan
pakar pendidikan.

1) Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang diarahkan untuk mempelajari bidang khusus,
agar para lulusan memiliki keahlian tertentu seperti bisnis, pabrikasi, pertanian, kerumahtanggaan,
otomotif telekomunikasi, listrik, bangunan dan sebagainya (Snedden, 1917:8)

2) Pendidikan teknologi dan kejuruan adalah bagian dari pendidikan yang mencatak individu agar
dia dapat bekerja pada kelompok tertentu (Evan, 1978).
3) Pendidikan teknologi dan kejuruan adalah suatu program yang berada di bawah organisasi
pendidikan tinggi yang diorganisasikan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki dunia kerja
(Good, 1959)

Dari berbagai definisii di atas dapat kita kemukakan bahwa pendidikan teknologi dan kejuruan
adalah pendidikan yang diselenggarakan bagi para siswa yang merencanakan dan
mengembangkan karirnya pada bidang keahlian tertentu untuk bekerja secara produktif dan
professional dan juga siap melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

1. Fungsi Pendidikan Kejuruan

Pendidikan kejuruan berfungsi menyiapkan siswa menjadi manusia Indonesia seutuhnya yang
mampu meningkatkan kualitas hidup, mampu mengembangkan dirinya, dan memiliki keahlian dan
keberanian membuka peluang meningkatkan penghasilan. Sebagai suatu pendididikan khusus,
pendidikan kejuruan direncanakan untuk mempersiapkan peserta didik untuk memasuki dunia
kerja, sebagai tenaga kerja produktif yang mampu menciptakan produk unggul yang dapat bersaing
di pasar global dan professional yang memiliki kualitas moral di bidang kejuruannya
(keahliannnya). Di samping itu pendidikan kejuruan juga berfungsi mempersiapkan siswa
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)

Fungsi pendidikan kejuruan menyiapkan siswa menjadi tenaga kerja produktif antara lain meliputi:

a) Memenuhi keperluan tenaga kerja dunia usaha dan industri.

b) Menciptakan lapangan kerja bagi dirinya dan bagi orang lain.

c) Merubah status siswa dari ketergantungan menjadi bangsa yang berpenghasilan (produktif).

Sedangkan sebagai tenaga kerja professional siswa mampu mengerjakan tugasnya secara cepat,
tepat dan effisien yang didasarkan pada unsur-unsur berikut:

a) ilmu atau teori yang sistematis,

b) kewenangan professional yang diakui oleh klien,

c) sanksi dan pengakuan masyarakat akan keabsahan kewenangannya dan

d) kode etik yang regulative

Selanjutnya, menyiapkan siswa menguasai IPTEK dimaksudkan agar siswa:

a) Mampu mengikuti, menguasai, dan menyesuaikan diri dengan kemajuan IPTEK

b) Memiliki kemampuan dasar untuk dapat mengembangkan diri secara berkelanjutan


1. B. Filsafat Pendidikan Teknologi Kejuruan Dan Landasan Yuridis Pendidikan Teknologi
Kejuruan

1. 1. Fisafat pendidikan Teknologi Kejuruan

Filsafat adalah apa yang diyakini sebagai suatu pandangan hidup dan landasan berpikir yang
diianggap benar dan baik. Filsafat menurut Jalius Jama: 2010 meliputi hal-hal sebagai berikut:

a) Usaha secara spekulatif untuk menyajikan pandangan yang sistematis dan lengkap
tentang kenyataan.

b) Usaha mendeskripsikan sifat dasar yang terdalam dan sesungguhnya dari kenyataan.

c) Usaha untuk menentukan batas-batas dan lingkup pengetahuan.

d) Penyelidikan secara kritis terhadap hipotesis.

e) Ilmu untuk membantu seseorang untuk memaknai (purposeful meaning) apa yang
dikatakandan apa yang dilihat dan apa yang dilakukan.

Dalam pendidikan kejuruan ada dua aliran filsafat yang sesuai dengan keberadaanya, yaitu
eksistensialisme dan esensialisme. Eksistensialisme berpandangan bahwa pendidikan kejuruan
harus mengembangkan eksistensi manusia untuk bertahan hidup, bukan merampasnya. Sedangkan
esensialisme berpandangan bahwa pendidikan kejuruan harus mengaitkan dirinya dengan sistem-
sistem yang lain seperti ekonomi, politik, sosial, ketenaga kerjaan serta religi dan moral.

Landasan filosofis yang mendasari pendidikan kejuruan, harus mampu menjawab dua pertanyaan
: pertama, Apa yang harus diajarkan? dan kedua, Bagaimana harus mengajarkan? (Calhoun dan
Finch, 1982). Chalhoun dan Finch menegaskan bahwa sumber prinsip-prinsip fundamental
pendidikan kejuruan adalah individu dan perannya dalam suatu masyarakat demokratik, serta
peran pendidikan dalam transmisi standar sosial.

Secara umum juga dikatakan bahwa filsafat pendidikan merupakan rojani atau spiritual sistem
pendidikan nasional. Pendidikan kejuruan yang berkembang telah banyak ditandai dengan
pesatnya perkembangan fasilitas fisik untuk melayani kebutuhan banyak orang dalam lingkup
pendidikan kejuruan yang makin luas.

Filosofi memandang pendidikan kejuruan sebagai pihak yang harus bertanggungjawab atas
penyiapan orang untuk bekerja atau mandiri, maka menuntut adanya jenis pendidikan yang dapat
menyediakan berbagai alternatif pilihan itu, dan untuk hal tersebut yang paling tepat adalah
pendidikan kejuruan itu sendiri. Pernyataan Hornby yang dikutip Soeharto (1988) mengatakan
bahwa filosofi adalah mempelajari berbagai prinsip yang mendasari aksi dan tinggkah laku
manusia. Miller (1986, 3) menyatakan bahwa: phylosphys defined as a conceptual frame work for
synthesis and evaluation that represents a system of values to serve as a basis for making decisions
that projects vocation’s future. Falsafah pendidikan kejuruan adalah cara pandang akan pendidikan
kejuruan itu sendiri. Falsafah akan memberikan arah yang dipelukan untuk pelayanan pendidikan,
selain kerangka kerja dimana tujuan, maksud, dan kegunaaan pendidikan itu dibangun.

Secara khusus filosofi pendidikan kejuruan menurut Miller (1986) mempunyai tiga elemen pokok,
yaitu: nature of reality, truth, and value. Sehingga falsafah pendidikan kejuruan merupakan
artikulasi sebagai dasar asumsi yang meliputi kenyataan, kebenaran dan tata nilai. Pertama,
landasan falsafah meandanga adanya ketentuan-ketentuan yang diperlukan oleh peserta didik dan
strategi apa yang sesuai dengan kebutuhan anak didik. Kedua, asumsi tentang perwujudan atau
kenyataan tentang kebenaran untuk memeberikan tuntunan dalam membentuk kurikulum
pendidikan kejuruan. Ketiga, kemudian dengan materi yang telah diyakini kebenaran sesuai
dengan falsafahnya, lembaga pendidikan mempunyai tanggung jawab untuk melakukan
pengajaran dengan benar, dan falsafah dapat memberikan kepercayaan secara penuh dalam
kebenaran pengetahuan yang diberikan.

Charles Prosser dalam Vocational Education in Democracy (1949) yang dikutip oleh William G.
Camp dan John H. Hillison (1984, 15-16) memberikan 16 butir dalil sebagai falsafah pendidikan
kejuruan yaitu:

1. Pendidikan kejuruan akan efisien apabila disediakan lingkungan yang sesuai dengan kondisi nyata
dimana lulusan akan bekerja.
2. Latihan kejuruan akan efektif apabila diberikan tugas atau program seusai dengan apa yang
dikerjakan kelak. Demikian pula fasilitas atau peralatan beserta proses kerja dan operasionalnya
dibuat sama dengan kondisi nyata nantinya.
3. Pendidikan kejuruan akan efektif bilmana latihan dan tugas yang diberikan secara langsung dan
spesifik (dalam arti mengerjakan benda kerja sesungguhnya, bukan sekedar tiruan).
4. Pendidikan kejuruan akan efektif bilamana dalam latihan kerja atau dalam pengerjaan tugas
sudah dibiasakan pada kondisi nyata nantinya.
5. Pendidikan kejuran akan efektif bilamana program-program yang disediakan adalah banyak dan
bervariasi meliputi semua profesi serta mampu dimanfaatkan atau ditempuh oleh peserta didik.
6. Latihan kejuruan akan efektif apabila diberikan secara berulang kali hingga diperoleh penguasaan
yang memadai bagi peserta didik.
7. Pendidikan kejuruan akan efektif bila para guru dan instrukturnya berpengalaman dan mampu
mentransfer kepada peserta didik.
8. Pendidikan kejuruan akan efektif bilamana mampu memberikan bekal kemampuan minimal yang
dibutuhkan dunia kerja (sebagai standar minimal profesi), sehingga mudah adaptif dan mudah
pengembangannya.
9. Pendidikan kejuruan akan efektif apabila memperhatikan kondisi pasar kerja.
10. Proses pemantapan belajar dan latihan peserta didik dalam pendidikan kejuruan akan efektif
apabila diberikan secara proporsional.
11. Sumber data yang dipergunakan untuk menentukan program pendidikan didasarkan atas
pengalaman nyata pekerjaan di lapangan.
12. Pendidikan kejuruan membeikan program tertentu yang mendasar sebagai dasar kejuruannya
serta program lain sebagai pengayaan atau pengembangannnya.
13. Pendidikan kejuruan akan efisien apabila sebagai lembaga pendidikan yang menyiapkan SDM
untuk memenuhi kebutuhan dunia kerja tertentu dan dalam waktu tertentu.
14. Pendidikan kejuruan dapat dirasakan manfaatnya secara sosial kemasyarakatan termasuk
memperhatikan hubungan kemanusiaan dan hubungan dengan masyarakat luar dunia
pendidikan.
15. Administrasi pendidikan kejuruan akan efisien apabila bersifat fleksibel dan tidak bersifat kaku.
16. Walaupun pendidikan kejuruan telah diusahakan dengan biaya investasi semaksimal mungkin,
nmaun apabila sampai dalam batas minimal tersebut tidak efektif, maka lebih baik
penyelenggaraan pendidikan kejuruan dibatalkan.

Berdasarkan falsafah pendidikan kejuruan yang diuraikan di atas, khususnya dari Charles Prosser
dapat diasumsikan bahwa 16 butir falsafah tersebut juga sekaligus kriteria dasar yang sagat
esensial dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan. Maksudnya dalah pendidikan kejuruan akan
dikatakan dengan klasifikasi baik apabila mampu memenuhi 16 kriteria falsafah pendidikan
kejuruan tersebut. Secara ringkas dari 16 butir falsafah pendidikan kejuruan dapat diringkas ke
dalam 16 butir kriteria ideal pendidikan kejuruan yang harus dipenuhi, yaitu: (1) lingkungan
belajar; (2) program dan fasilitas/peralatan; (3) praktek langsung; (4) budaya kerja; (5) kualitas
input; (6) praktek yang berulangkali; (7) tenaga pendidik yang berpengalaman; (8) kemampuan
minimal lulusan; (9) sesuai pasar kerja; (10) proporsi praktek; (11) sumber data program dari
pengalaman; (12) program dasar kejuruan dan lanjut; (13) kebutuhan tertentu dan waktu tertentu;
(14) hubungan dengan masyarakat; (15) administrasi fleksibel; (16) biaya pendidikan.

Sedangkan Oemar Hamalik (1990) secara tegas memberikan gambaran tentang falsafah
pendidikan kejuruan dapat dirangkum ke dalam enam hal yaitu:

1. Pekerjaan yang dipilih individu harus berdasarkan pada orientasi individu itu sendiri, misalnya
bakat, minat, kemapuan, dan sebagainya.
2. Beberapa pekerjaan yang ditawarkan meliputi semua aspek kehidupan.
3. Setiap individu harus mendapatkan kesepatan untuk memilih jenis pekerjaan yang cocok dengan
orientasi dan kesempatan kerja yang sama.
4. Individu perlu mendapat dorongan membangun masyarakartnya, berdasarkan pengetahuan,
sklill, dan kesempatan kerja yang ada.
5. Sumber-sumber pendidikan harus dapat mengembangkan sumber daya manusia, menjadi
individu yang mampu membantu inidividu lainnya, sebagai pemimpin dan pembangun.
6. Alokasi sumber-sumber harus merefleksi kebutuhan manusia.

1. 2. Landasan Yuridis Pendidikan Teknologi Kejuruan

Landasan yuridis pendidikan Indonesia adalah seperangkat konsep peraturan perundang-


undangan yang menjadi titik tolak sistem pendidikan Indonesia, yang menurut Undang-
Undang Dasar 1945.

1. UUD 1945 mengamanatkan kepada pemerintah melalui usaha penyelenggaraan sistem


pendidikan nasional untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bagnsa yang diatur dengan Undang-Undang.
2. UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 15, menjelaskan bahwa SMK merupakan
“pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama dalam bidang pekerjaan
tertentu”. Dan Pasal 38 yang menyatakan bahwa kerangka dasar dan struktur kurikulum
pendidikan dasar dan menengah ditetapkan pemerintah melalui BSNP.
3. Kepmendikbud No. 323/U/1997 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda di SMK.
4. PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
5. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.
6. Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Kelulusan.
7. Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan No.
23 tentang Standar Isi dan Standar Kelulusan
8. Ketentuan-ketentuan lain yang berhubungan dengan penyeleggaraan pendidikan dan pelatihan
di SMK.

1. 3 MODEL PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN BERDASARKAN SISTEM


PERUNDANG-UNDANGAN REPUBLIK INDONESIA

Model perencanaan dan pengembangan kurikulum pembelajaran pendidikan kejuruan tidak


terlepas dari tujuan pendidikan kejuruan yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003. Tujuan pendidikan kejuruan seara umum adalah untuk
mempersiapkan peserta didik memasuki dunia kerja dengan dibekali kompetensi yang sesuai
dengan bidangnya masing-masing.Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut,
diterjemahkan dalam kurikulum yang dikembangkan sesuai karakteristik pendidikan kejuruan.

Perencanaan dan pengembangan kurikulum pendidikan kejuruan didasarkan pada landasan


konseptual yaitu: landasan filosofis, yuridis, sosiologi, dan psikologi. Dari keempat konsep model
pengembangan kurikulum pembelajaran dan memperhatikan karakteristik pendidikan kejuruan,
maka konsep model pembelajaran pendidikan kejuruan disajikan dalam bagan berikut :

Gambar 1. Model Kurikulum Pembelajaran Berorientasi Tenaga Kerja

Dari bagan tersebut, model pengembangan kurikum pembelajaran vokasi (pendidikan kejuruan)
dapat dijelaskan sebagai berikut (1) untuk merumuskan tujuan umum pendidikan kejuruan yang
memiliki karakteristik kurikulum pendidikan kejuruan bersumber dari Siswa, Masyarakat DU/DI,
dan Keilmuan sesuai dengan bidang yang dikembangkan, (2) Hasil analisis data dari ketiga sumber
tersebut sebagai dasar dalam merumuskan tujuan (goal) dan sasaran (objective) pendidikan
kejuruan, (3) Rumusan tujuan yang telah ditetapkan, untuk selanjutnya disaring berdasarkan
landasan filosofi dan psikologi yang telah dirumuskan yang sesuai dengan pendidikan kejuruan,
(4) Hasil dari penyaringan tujuan umum oleh landasan filosofi danpsikologi, merupakan rumusan
tujuan khusus pembelajaran yang menjadi dasar untuk melakukan pemilihan pengalaman belajar,
organisasi, dan orientasi pembelajaran (tahap implementasi kurikulum), (5) Tahap akhir dari
model tersebut adalah evaluasi proses yang digunakan sebagai balikan dari proses pembelajaran
yang berlangsung dan sebagai evaluasi hasil belajar siswa untuk menentukan masing-masing
bidang, (6) Evaluasi secara keseluruhan terhadap kurikulum yang diimplementasikan diperlukan
untuk mengetahui keberhasilan kurikulum dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan, hal
tersebut dapat diukur dari keberhasilan peserta didik (lulusan) yang diserap oleh dunia kerja
(outcome).

Kebijakan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang dikembangkan


untuk meningkatkan relevansi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah Link and Match, yaitu
relevansi dengan kebutuhan pembangunan umumnya dan kebutuhan dunia kerja, dunia usaha serta
dunia industri khususnya. Beberapa prinsip yang akan dipakai sebagai strategi dalam kebijakan
Link and Match diantaranya adalah model penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda (PSG).

Pembaharuan model penyelenggaraan pendidikan di SMK dimulai sejak dilaksanakan Pendidikan


Sistem Ganda (PSG) tahun 1994, dan dilengkapi dengan sejumlah perangkat pelaksanaannya.
Dalam perkembangan selanjutnnya, pelaksanaan PSG lebih dimantapkan lagi dengan
menggunakan acuan yang lebih mendasar yaitu yang tertulis dalam buku “Keterampilan
Menjelang 2020 untuk Era Global” yang disusun oleh Satuan Tugas Pengembangan Pendidikan
dan Pelatihan Kejuruan di Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1997). Kemudian,
penyelenggaraan PSG dibakukan dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I.
Nomor 323/U/1997 tentang Penyelenggaraan Sistem Ganda pada Sekolah Menengah Kejuruan
tanggal 31 Desember 1997, yang memuat komponen-komponen yang diperlukan dalam
penyelenggaraan PSG. Inti dari PSG ini adalah upaya untuk mendekatkan pendidikan kejuruan ke
dunia usaha/industri.

PSG pada dasarnya merupakan suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional
yang memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program
penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja, terarah
untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu. Pada hakekatnya PSG merupakan
suatu strategi yang mendekatkan peserta didik ke dunia kerja dan ini adalah strategi proaktif yang
menuntut perubahan sikap dan pola pikir serta fungsi pelaku pendidikan di tingkat SMK,
masyarakat dan dunia usaha/industri dalam menyikapi perubahan dinamika tersebut.

Pada PSG program pendidikan direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi bersama secara terpadu
antara sekolah kejuruan dengan institusi pasangannya, sehingga fungsi operasional dilapangan
dilaksanakan bersama antara kepala sekolah, guru, instruktur dan manager terkait, untuk itu perlu
diciptakan adanya keterpaduan peran dan fungsi guru serta instruktur sebagai pelaku pendidikan
yang terlibat langsung dalam pelaksanaa PSG dilapangan secara kondusif.

Dalam upaya merealisasikan kebijakan link and match melalui pelaksanaan PSG, selain diperlukan
guru SMK yang profesional diperlukan instruktur yang mewakili dunia usaha/industri yang
profesional pula. Instruktur dalam PSG memiliki fungsi dan peranan yang sangat penting dan
strategis dalam menentukan keberhasilan peserta PSG. Sehingga salah satu faktor yang dapat
menentukan keberhasilan pelaksanaan PSG adalah guru dan instruktur, oleh sebab itu baik guru
maupun instruktur dituntut memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melaksanakan peran
dan fungsinya masing-masing dalam PSG.

Praktik Kerja Industri yang disingkat dengan “prakerin” merupakan bagian dari program
pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh setiap peserta didik di Dunia Kerja, sebagai wujud
nyata dari pelaksanaan sistim pendidikan di SMK yaitu Pendidikan Sistim Ganda (PSG). Program
prakerin disusun bersama antara sekolah dan dunia kerja dalam rangka memenuhi kebutuhan
peserta didik dan sebagai kontribusi dunia kerja terhadap pengembangan program pendidikan
SMK.

Tujuan Prakerin yaitu :

1) Pemenuhan Kompetensi sesuai tuntutan Kurikulum.

Penguasaan kompetensi dengan pembelajaran di sekolah sangat ditentukan oleh fasilitas


pembelajaran yang tersedia. Jika ketersediaan fasilitas terbatas, sekolah perlu merancang
pembelajaran kompetensi di luar sekolah (dunia kerja mitra). Keterlaksanaan pembelajaran
kompetensi tersebut bukan diserahkan sepenuhnya ke dunia kerja, tetapi sekolah perlu memberi
arahan tentang apa yang seharusnya dibelajarkan kepada peserta didik.

2) Implementasi Kompetensi ke dalam dunia kerja.

Kemampuan-kemampuan yang sudah dimiliki peserta didik, melalui latihan dan praktik di sekolah
perlu diimplementasikan secara nyata sehingga tumbuh kesadaran bahwa apa yang sudah
dimilikinya berguna bagi dirinya dan orang lain. Dengan begitu peserta didik akan lebih percaya
diri karena orang lain dapat memahami apa yang dipahaminya dan pengetahuannya diterima oleh
masyarakat.

3) Penumbuhan etos kerja/Pengalaman kerja.

SMK sebagai lembaga pendidikan yang diharapkan dapat menghantarkan tamatannya ke dunia
kerja perlu memperkenalkan lebih dini lingkungan sosial yang berlaku di dunia kerja. Pengalaman
berinteraksi dengan lingkungan dunia kerja dan terlibat langsung di dalamnya, diharapkan dapat
membangun sikap kerja dan kepribadian yang utuh sebagai pekerja.

1. 4. KESIMPULAN

a) Pendidikan kejuruan berfungsi menyiapkan siswa menjadi manusia Indonesia seutuhnya yang
mampu meningkatkan kualitas hidup, mampu mengembangkan dirinya, dan memiliki keahlian dan
keberanian membuka peluang meningkatkan penghasilan.

b) Dalam pendidikan kejuruan ada dua aliran filsafat yang sesuai dengan keberadaanya, yaitu
eksistensialisme dan esensialisme. Eksistensialisme berpandangan bahwa pendidikan kejuruan
harus mengembangkan eksistensi manusia untuk bertahan hidup, bukan merampasnya. Sedangkan
esensialisme berpandangan bahwa pendidikan kejuruan harus mengaitkan dirinya dengan sistem-
sistem yang lain seperti ekonomi, politik, sosial, ketenaga kerjaan serta religi dan moral.

c) Landasan yuridis pendidikan Teknologi Kejuruan didasari oleh UUD 1945, UU PT,
UU.20.2003, UU Guru & Dosen, Peraturan pemerintah (PP)
d) Perencanaan dan pengembangan kurikulum pendidikan kejuruan didasarkan pada landasan
konseptual yaitu: landasan filosofis, yuridis, sosiologi, dan psikologi. Dari keempat konsep model
pengembangan kurikulum pembelajaran dan memperhatikan karakteristik pendidikan kejuruan

Daftar pustaka

Arifah. (2009). Kurikulum PTTK dan Pengembangannya.


http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_KELUARGA/194608291
975012-ARIFAH/2009__Kurikulum_PTTK_dan_Pengembangannya.pdf . 24 September 2012

http:// dasmanjohan.wordpress.com (tanggal 15 Juni 2012)


Makhun, Johar (2012) diakses mealului website.
http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN/IPA/196803081993031JO

HARMAKNUN/Pend-kejuruan.pdf pada 30 Juni 2012


Hasan, Bachtiar (2012) diakses melalui website.http://file.upi.edu/Direktori/E-
FPTK/JUR.PEND.TEKNIK ELEKTRO/195512041981031-BACHTIAR
HASAN/PENDIDIKAN KEJURUAN DI INDONESIA.pdf pada tanggal 15 Juni 2012
Kurniawan (2012) diakses melalui website www. Pendidikannetwork.comhttp://re-
searchengines.com/0208kurniawan.html pada tanggal 30/10/2012

http://blog.tp.ac.id/pdf/tag/implementasi-filsafat-pendidikan-di-pendidikan-teknologi-
kejuruan.pdf pada tanggal 16 Juni
2012http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_MESIN/195012051979031-
AS’ARI_DJOHAR/MAKALAH/PENDIDIKAN_TEKNOILOGI_DAN_KEJURUAN.pdf pada
tanggal 16 Juni
2012http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_ELEKTRO/195512041981031-
BACHTIAR_HASAN/PENDIDIKAN_KEJURUAN_DI_INDONESIA.pdf pada tanggal 16 Juni
2012

Ahmad rizal,dkk.2009. Dari guru konvensional menuju guru professional. 2009


Muhali, 2009. Pendidikan untuk pembangunan nasional. PT Grasindo.2009
Murniaty, Nasir. Manajemen strategic dalam pemberdayaan SMK. Perdana Publishing.
Nurkholis.2003. Manajemen berbasis sekolah, teori model dan aplikasi.
Pardjono.2011. Makalah.Peran Industry dalam pengembangan SMK.
Rizal Muntansyir dkk, “Filsafat Ilmu”, Pustaka Pelajar, Yogyakarta : 2004
12 November 2011

Pengaturan Pendidikan Teknologi dan Kejuruan di Indonesia

Diposkan oleh Mohamad Adriyanto di 12.11.11

http://1ptk.blogspot.co.id/2011/11/pengaturan-pendidikan-teknologi-dan.html

Indonesia memiliki pengklasifikasian VET (vocational education dan training) yang agak unik dan sedikit
berbeda dengan yang diterapkan di negara lain. Secara keseluruhan, jenis-jenis pendidikan di Indonesia
diatur dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 15. Pasal ini berbunyi:
“Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan
khusus.” Ada 3 jenis pendidikan yang masuk kedalam kategori PTK (pendidikan teknologi dan kejuruan)
yaitu kejuruan, profesi dan vokasi.

Pendidikan Kejuruan didefinisikan sebagai pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik
terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Pendidikan Profesi adalah pendidikan tinggi setelah
program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan
keahlian khusus. Pendidikan Vokasi adalah pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk
memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal setara dengan program sarjana. Berikut
bagan pendidikan vokasi di Indonesia. Lihat juga tulisan lainnya tentang pembagian peran Kemdikbud
dan Kemnakertrans, klik disini.

Klik gambar untuk memperbesar.


Peran Kementerian Pendidikan

Secara organisasional, ruang lingkup operasional dari kesemua jenis pendidikan dibawah Kemdikbud ada
di Dirjen Dikdasmen (Pendidikan Dasar dan Menengah) untuk pendidikan umum & kejuruan. Kemudian
Dirjen Dikti (Pendidikan Tinggi) menangani pendidikan akademik, profesi dan vokasi.

Pendidikan kejuruan mencakup institusi SMK dan MAK, serta ada juga SMK 4 tahun dan community
college. Pendidikan profesi adalah kegiatan yang dijalankan perguruan tinggi dengan organisasi profesi
seperti kedokteran, hukum, akuntan, dll dalam mencetak tenaga profesi berbasis S1. Untuk pendidikan
vokasi dijalankan oleh perguruan tinggi termasuk politeknik pada jenjang D1, D2, D3 dan D4, hingga SP1
dan SP2 (singkatan dari Spesialis yang setara S2 dan S3).

Kemudian dalam UU Sisdiknas disebutkan bahwa pendidikan vokasional juga mencakup pendidikan
nonformal berupa pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja. Lembaga kursus dan lembaga pelatihan
masuk dalam kategori ini dan dibawah pengaturan Kementerian Pendidikan.

Masih dalam UU Sisdiknas, diatur juga mengenai pendidikan kedinasan yang merupakan pendidikan
profesi yang diselenggarakan oleh departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen. Pendidikan
kedinasan berfungsi meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dalam pelaksanaan tugas kedinasan
bagi pegawai dan calon pegawai negeri suatu departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen.
Pendidikan kedinasan ini diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dan nonformal.

Peran Kementerian Tenaga Kerja

Kementerian Tenaga Kerja mengemban amanat UU Ketenagakerjaan tahun 2003 yang mengatur
tentang pelatihan kerja dan pemagangan, dua hal yang sangat erat kaitannya dengan VET. Jadi
Kementerian Pendidikan mengatur masalah "education" dan Kementerian Tenaga Kerja mengatur
masalah "training", kesemuanya bersifat vocational atau berorientasi pada "pekerjaan".

Indonesia telah memiliki PP 31/2006 tentang Pelatihan Tenaga Kerja. Pelatihan kerja diselenggarakan
oleh lembaga pelatihan kerja pemerintah dan/atau lembaga pelatihan kerja swasta. Pelatihan kerja
dapat diselenggarakan di tempat pelatihan atau tempat kerja. Lembaga pelatihan kerja pemerintah
termasuk bidang yang diatur dibawah Kementerian Tenaga Kerja. Lembaga yang menyelenggarakan
pelatihan kerja ini seperti BLK (Balai Latihan Kerja) baik milik pemerintah maupun swasta serta kursus-
kursus yang sebagian bersifat vokasional atau mempersiapkan peserta didik/latih untuk bekerja pada
bidang tertentu.

Kemudian, pelatihan kerja dapat diselenggarakan dengan sistem pemagangan. Dalam UU


Ketenagakerjaan, definisi pemagangan adalah bagian dari sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan
secara terpadu antara pelatihan di lembaga pelatihan dengan bekerja secara langsung di bawah
bimbingan dan pengawasan instruktur atau pekerja/buruh yang lebih berpengalaman, dalam proses
produksi barang dan/atau jasa di perusahaan, dalam rangka menguasai keterampilan atau keahlian
tertentu. Pemagangan dapat dilaksanakan di perusahaan sendiri atau di tempat penyelenggaraan
pelatihan kerja, atau perusahaan lain, baik di dalam maupun di luar wilayah Indonesia.

Yang menarik, pemagangan ini diatur cukup rinci dalam UU Ketenagakerjaan, namun tidak diatur dalam
UU Sisdiknas. Padahal pemagangan adalah metode pembelajaran mutlak yang harus diterapkan dan
diatur sebaik-baiknya dalam VET.

Daerah Abu-Abu (Grey Area)

Walau tampak jelas di tataran perundang-undangan, namun masih banyak hal yang masuk grey area
dalam pengelolaan VET di Indonesia. Ada banyak contoh yang perlu diperhatikan, misalnya dimana
setiap kementerian juga memiliki institusi pendidikan dan pelatihan sendiri. Ini membuat kompleks
persoalan pendidikan dan pelatihan vokasional di negeri kita. Contoh seperti Kemdagri, Kemkeu, TNI, dll
yang memiliki institusi pendidikan dan pelatihan sendiri, baik yang teritegrasi dengan sistem pendidikan
nasional, maupun yang berdiri sendiri. Hal ini diatur oleh UU Sisdiknas, namun turunan peraturannya
diatur lagi oleh masing-masing sektor.

Dalam UU Ketenagakerjaan disebutkan bahwa untuk memberikan saran dan pertimbangan dalam
penetapan kebijakan serta melakukan koordinasi pelatihan kerja dan pemagangan dibentuk lembaga
koordinasi pelatihan kerja nasional. Pembentukan, keanggotaan, dan tata kerja lembaga koordinasi
pelatihan kerja diatur dengan Keputusan Presiden. Namun dimana keterlibatan peran bidang pre-service
(Kementerian Pendidikan) dalam lembaga koordinasi ini?

Potensi masalah berikutnya adalah pada standar kompetensi dan sertifikasi kompetensi. UU Sisdiknas
menyebut tentang standar kompetensi lulusan uji kompetensi dan sertifikasi kompetensi yang diatur
oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi. UU Ketenagakerjaan mengatur
tentang standar kompetensi nasional yang diatur oleh BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi). BNSP
sendiri diatur oleh PP 23/2004. Lalu dimana keterkaitan keduanya? Siapakah yang menentukan standar
kompetensi? Bagaimana prosesnya?

Bagaimana koordinasi semua kegiatan ini? Bagaimana menjamin adanya sinkronisasi terhadap tujuan
nasional dalam pembangunan SDM bangsa? Siapa saja pihak-pihak yang bertanggung jawab?

Masih banyak PR yang harus dikerjakan, ini tugas kita semua.

Update:
Merujuk pada UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia,
Permendikbud Nomor 73 Tahun 2013 tentang Penerapan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Bidang
Pendidikan Tinggi, dan Permendikbud Nomor 154 Tahun 2014 tentang Rumpun Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi serta Gelar Lulusan Perguruan Tinggi, maka didapatkan bagan jalur pendidikan di Indonesia.
Keempat jenis pendidikan yang ada adalah pendidikan umum, kejuruan, akademik, vokasi, profesi, dan
spesialis. Jenis pendidikan dan perbandingan dengan KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia)
diilustrasikan seperti dibawah ini. SMK berada di jalur pendidikan kejuruan dan vokasi, sementara SMA
di pendidikan umum dan akademik.

Update:
Pemerintah mengeluarkan Perpres 8/2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). KKNI
adalah suatu kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan,
dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja
dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai
sektor. KKNI terdiri atas 9 (sembilan) jenjang kualifikasi, dimulai dari jenjang 1 (satu) sebagai jenjang
terendah sampai dengan jenjang 9 (sembilan) sebagai jenjang tertinggi.

Karena Perpres ini hanya "kerangka", maka masih terlalu dini untuk bisa menilai apakah KKNI ini akan
dapat sedikit mengurai benang yang mulai kusut dalam pendidikan dan pelatihan vokasional Indonesia?
Perlu adanya regulasi yang lebih detail untuk dapat dioperasionalkan di lapangan dan mudah
pelaksanaan enforcement kelak.

Berikut skema rancangan KKNI (dari Dikti.org), klik gambar untuk memperbesar.
Berikut skema keterkaitan antara dunia pendidikan dengan KKNI (dari Dikti.org), klik gambar untuk
memperbesar.

Berikut skema pencapaian level KKNI melalui berbagai jalur (dari PII.or.id), klik gambar untuk
memperbesar.
19 November 2011

Mengukur Keberhasilan Pendidikan Vokasi

http://1ptk.blogspot.co.id/2011/11/mengukur-keberhasilan-pendidikan-vokasi.html

Diposkan oleh Mohamad Adriyanto di 19.11.11

Sebagai insan pendidikan, kita harus selalu bertanya ke diri kita sendiri, sudahkah yang kita lakukan itu
"berhasil"? Ini pertanyaan sangat penting agar kita tidak sekedar "terus bekerja" dan mengabaikan
dampak apa yang kita kerjakan bagi masyarakat. Demikian juga dalam pendidikan vokasi atau di
Indonesia sering diterjemahkan sebagai pendidikan kejuruan dan teknik. Berikut sedikit referensi yang
saya kutip dari buku Foundations of Vocational Education yang ditulis oleh John Thompson (1973).
Walau sangat "Amerika" namun dalam banyak hal konsep yang ditawarkan bersifat universal.

Thompson beranggapan bahwa pendidikan vokasi harus diukur dari keberhasilan dan efisiensi ekonomi
yang dihasilkan. Pendidikan vokasi adalah anak dari pembangunan ekonomi suatu bangsa. Pendidikan
vokasi diselenggarakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Karenanya keberhasilan
pendidikan vokasi harus dilihat dari sisi ekonomi. Efisienkah? Konsep pemikiran berbasis ekonomi ini
telah dipakai sejak lama.

Ada 3 kriteria besar yang disampaikan Thompson dalam bukunya dan bisa kita diskusikan disini.

(1) Pendidikan vokasi bisa dikatakan efisien secara ekonomi apabila mampu mempersiapkan para
siswanya untuk suatu pekerjaan spesifik dalam masyarakat yang didasarkan pada kebutuhan tenaga
kerja yang riil.

Kata kuncinya adalah "real jobs" atau pekerjaan yang benar-benar ada didalam dunia kerja. Bagaimana
intitusi pendidikan vokasi mampu mengidentifikasi jenis-jenis pekerjaan yang betul-betul ada dan
dibutuhkan dunia industri? Ini adalah pertanyaan yang sulit namun harus bisa dijawab sebelum suatu
program pendidikan dijalankan. Program pendidikan vokasi harus dirancang sesuai kebutuhan pekerjaan
spesifik yang ada di industri. Metode analisis pekerjaan (job analysis) adalah teknik yang sering
digunakan dalam upaya para pendidik untuk mendapatkan gambaran yang pasti tentang kebutuhan
pekerjaan di dunia kerja.

Pertanyaan berikut adalah sampai seberapa sering institusi pendidikan harus "merubah" program agar
selalu sesuai dengan kebutuhan industri? Ini adalah pertanyaan yang seharusnya tidak perlu ditanyakan
ketika kita memang mendasarkan tolok ukur keberhasilan dari sisi efisiensi ekonomi. Jawabannya jelas,
setiap saat ada perubahan kebutuhan maka institusi pendidikan harus selalu menyesuaikan diri. Karena
salah satu prinsip ekonomi yang harus diikuti adalah "hilangkan waste" alias haram hukumnya
menghasilkan produk yang terkategori limbah (tak terpakai).
(2) Pendidikan vokasi bisa dikatakan efisien secara ekonomi apabila mampu menjamin adanya pasokan
tenaga kerja untuk suatu wilayah.

Ekonomi yang berkembang akan selalu membutuhkan tenaga kerja untuk mendukung
perkembangannya. Pendidikan vokasi dibuat untuk mampu menjadi pemasok (supplier) kebutuhan
tenaga kerja yang dibutuhkan agar ekonomi suatu wilayah bisa berkembang. Pasokan tenaga kerja ini
haruslah stabil dan sesuai kebutuhan. Pasokan yang terlalu banyak atau terlalu sedikit dibanding
kebutuhan adalah hal yang tidak baik, harus sesuai baik dari sisi kuantitas maupun kualitas. Perencanaan
pendidikan vokasi haruslah didasarkan prediksi yang baik atas kebutuhan tenaga kerja suatu daerah.
Pendidikan vokasi harus mampu menjadi mitra sejalan dari pertumbuhan ekonomi.

Contoh yang disampaikan Thompson dalam bukunya adalah keadaan Amerika Serikat ketika masuk ke
era Perang Dunia II. Terjunnya Amerika ke Perang Dunia saat itu tergolong mendadak, ekonomi seluruh
negeri akhir "dibelokkan" kearah upaya maksimal pemenangan perang. Pendidikan vokasi dimobilisasi
untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja industri militer yang digenjot secara besar-besaran untuk
memasok peralatan perang secara cepat. Salah satu kunci kemenangan Amerika di Perang Dunia II saat
itu adalah kemampuan mereka memperkuat militer dalam waktu sangat cepat, hanya beberapa tahun
saja. Dunia pendidikan berperan sangat sentral terutama pendidikan vokasi dalam menyiapkan para
pekerja industri militer secara cepat dan dalam jumlah besar. Bahkan Kantor Pendidikan AS pada saat ini
memiliki slogan "Dalam Masa perang, Dahulukan segala Usaha Mendukung Perang". Ini contoh sangat
baik bagaimana pendidikan harus selalu sejalan dan selaras dengan perkembangan ekonomi.

Sejalan dengan berkembangnya teknologi dan modernisasi industri, maka tenaga kerja pun harus selalu
ditingkatkan kompetensinya. Karena itu Thompson juga menyinggung tentang tanggung jawab
pendidikan vokasi dalam upaya peningkatan kemampuan para pekerja yang telah bekerja didalam dunia
kerja. Upaya ini krusial dalam meningkatkan efisiensi ekonomi suatu wilayah. Tenaga kerja yang tidak
kompeten akan membebani ekonomi.

(3) Pendidikan vokasi bisa dikatakan efisien secara ekonomi apabila para lulusannya mendapatkan
pekerjaan sesuai apa yang dilatih.

Berbagai survey dilakukan di Amerika untuk mengukur seberapa efisienkan pendidikan vokasi telah
dijalankan. Hampir semua indikator yang dikembangkan didasarkan pada seberapa tinggi kesesuaian
penempatan para lulusan di industri dengan apa yang telah mereka pelajari di dunia pendidikan
sebelumnya. ketidakcocokan adalah hal yang harus dihindari semaksimal mungkin karena menyalahi
prinsip efisiensi ekonomi. Jadi apabila dunia pendidikan menghasilkan lulusan yang bekerja di bidang
yang berbeda dari bidang yang dipilih saat sekolah, maka pendidikan dikatakan tidak berhasil dan tidak
efisien secara ekonomi.

Tentu saja ukuran-ukuran diatas tetap bersifat terbuka. Asumsi-asumsi yang mendasari konsep diatas
tetap harus selalu diuji dengan berjalannya waktu. Perkembangan teknologi juga berperan penting
dalam hal ini. Teknologi telah menciptakan tata hubungan baru antara manusia, pendidikan dan
pekerjaan.
Apakah kita di Indonesia bisa menggunakan konsep yang sama? Pertanyaan itu tentu saja harus selalu
diuji setiap saat sesuai filosofi kita sebagai bangsa, asumsi-asumsi yang kita pegang saat ini dan harapan-
harapan masa depan kita.
1. 1. Penelitian Tindakan Kelas “KARAKTERISTIK DAN TUNTUTAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN
KEJURUAN” Disusun Oleh : Hillary Pohan 5215127141 Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro
Program Studi Pend. Teknik Elektro UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2. 2. BAB I PENDAHULUAN Perkembangan dunia pendidikan saat ini sedang memasuki era yang
ditandai dengan gencarnya inovasi teknologi, sehingga menuntut adanya penyesuaian sistem
pendidikan yang selaras dengan tuntutan dunia kerja. Pendidikan harus mencerminkan proses
memanusiakan manusia dalam arti mengaktualisasikan semua potensi yang dimilikinya menjadi
kemampuan yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat luas. Hari
Sudrajat (2003) mengemukakan bahwa : “Muara dari suatu proses pendidikan, apakah itu
pendidikan yang bersifat akademik ataupun pendidikan kejuruan adalah dunia kerja, baik sektor
formal maupun sektor non formal”. Tingkat keberhasilan pembangunan nasional Indonesia di
segala bidang akan sangat bergantung pada sumber daya manusia sebagai aset bangsa dalam
mengoptimalkan dan memaksimalkan perkembangan seluruh sumber daya manusia yang
dimiliki. Upaya tersebut dapat dilakukan dan ditempuh melalui pendidikan, baik melalui jalur
pendidikan formal maupun jalur pendidikan non formal. Salah satu lembaga pada jalur
pendidikan formal yang menyiapkan lulusannya untuk memiliki keunggulan di dunia kerja,
diantaranya melalui jalur pendidikan kejuruan. Pendidikan kejuruan yang dikembangkan di
Indonesia diantaranya adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dirancang untuk menyiapkan
peserta didik atau lulusan yang siap memasuki dunia kerja dan mampu mengembangkan sikap
profesional di bidang kejuruan. Lulusan pendidikan kejuruan, diharapkan menjadi individu yang
produktif yang mampu bekerja menjadi tenaga kerja menengah dan memiliki kesiapan untuk
menghadapi persaingan kerja. Kehadiran SMK sekarang ini semakin didambakan masyarakat;
khususnya masyarakat yang berkecimpung langsung dalam dunia kerja. Dengan catatan, bahwa
lulusan pendidikan kejuruan memang mempunyai kualifikasi sebagai (calon) tenaga kerja yang
memiliki keterampilan vokasional tertentu sesuai dengan bidang keahliannya.
3. 3. Gambaran tentang kualitas lulusan pendidikan kejuruan yang disarikan dari Finch dan
Crunkilton (1979), bahwa : “Kualitas pendidikan kejuruan menerapkan ukuran ganda, yaitu
kualitas menurut ukuran sekolah atau in-school success standards dan kualitas menurut ukuran
masyarakat atau out-of school success standards”. Kriteria pertama meliputi aspek keberhasilan
peserta didik dalam memenuhi tuntutan kurikuler yang telah diorientasikan pada tuntutan
dunia kerja, sedangkan kriteria kedua, meliputi keberhasilan peserta didik yang tertampilkan
pada kemampuan unjuk kerja sesuai dengan standar kompetensi nasional ataupun internasional
setelah mereka berada di lapangan kerja yang sebenarnya. Upaya untuk mencapai kualitas
lulusan pendidikan kejuruan yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja tersebut, perlu didasari
dengan kurikulum yang dirancang dan dikembangkan dengan prinsip kesesuaian dengan
kebutuhan stakeholders. Kurikulum pendidikan kejuruan secara spesifik memiliki karakter yang
mengarah kepada pembentukan kecakapan lulusan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas
pekerjaan tertentu. Kecakapan tersebut telah diakomodasi dalam kurikulum SMK yang meliputi
kelompok Normatif, Adaptif dan kelompok Produktif. Pengembangan kurikulum merupakan
suatu proses yang dimulai dari berpikir mengenai ide kurikulum sampai bagaimana
pelaksanaannya di sekolah. Hasan (1988) mengungkapkan bahwa, aspek-aspek dalam prosedur
pengembangan kurikulum merupakan aspek-aspek kegiatan kurikulum yang terdiri atas empat
dimensi yang saling berhubungan satu terhadap yang lain, yaitu : (1) Kurikulum sebagai suatu
ide atau konsepsi, (2) Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, (3) Kurikulum sebagai suatu
kegiatan (proses) dan (4) Kurikulum sebagai suatu hasil belajar. Kurikulum yang
diimplementasikan di SMK saat ini, khusus untuk kelompok produktif masih menggunakan
kurikulum tahun 2004, sedangkan untuk kelompok normatif dan adaptif sudah menggunakan
model pengelolaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006. Pada tataran
implementasi kurikulum ini menuntut kreativitas guru di dalam memberikan pengalaman belajar
yang dapat meningkatkan kompetensi peserta didik, karena betapapun baiknya kurikulum yang
telah direncanakan pada akhirnya berhasil atau tidaknya sangat tergantung pada sentuhan
aktivitas dan kreativitas guru sebagai ujung tombak implementasi suatu kurikulum.
4. 4. Pendidikan dan pelatihan di SMK; khusnya pada program produktif yang sesuai dengan
bidang keahlian, secara ideal dituntut untuk menerapkan pendekatan pembelajaran yang
mampu memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik di dalam penguasaan
kompetensi atau kemampuan kerja sesuai dengan tuntutan dunia usaha dan industri.
Pendekatan pembelajaran tersebut terdiri dari : Pelatihan Berbasis Kompetensi (Competency
Based Training), Pelatihan Berbasis Produksi (Production Based Training) dan Pelatihan Berbasis
Industri. Dengan menerapkan pendekatan pembelajaran ini diharapkan mampu memberikan
pengalaman belajar kepada peserta didik di dalam penguasaan seluruh kompetensi yang harus
dikuasai sesuai Standar Kompetensi Nasional, sehingga mereka mampu mengikuti uji level pada
setiap akhir semester untuk Kelas X dan XI serta uji kompetensi untuk kelas XII yang
dilaksanakan oleh pihak industri sebagai inatitusi pasangan.
5. 5. BAB II KARAKTERISTIK DAN TUNTUTAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN KEJURUAN A.
Karakteristik Pendidikan Kejuruan Pendidikan kejuruan memiliki karakteristik yang berbeda
dengan satuan pendidikan lainnya. Perbedaan tersebut dapat dikaji dari tujuan pendidikan,
substansi pelajaran, tuntutan pendidikan dan lulusannya. 1. Tujuan pendidikan kejuruan
Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia, serta keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut sesuai dengan program kejuruannya. Dari tujuan pendidikan kejuruan tersebut
mengandung makna bahwa pendidikan kejuruan di samping menyiapkan tenaga kerja yang
profesional juga mempersiapkan peserta didik untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi sesuai dengan program kejuruan atau bidang keahlian. Berdasarkan pada
tujuan pendidikan kejuruan di atas, maka untuk memahami filosofi pendidikan kejuruan perlu
dikaji dari landasan penyelenggaraan pendidikan kejuruan sebagai berikut : a. Asumsi tentang
anak didik Pendidikan kejuruan harus memandang anak didik sebagai individu yang selalu dalam
proses untuk mengembangkan pribadi dan segenap potensi yang dimilikinya. Pengembangan ini
menyangkut proses yang terjadi pada diri anak didik, seperti proses menjadi lebih dewasa,
menjadi lebih pandai, menjadi lebih matang, yang menyangkut proses perubahan akibat
pengaruh eksternal, antara lain berubahnya karir atau pekerjaan akibat perkembangan sosial
ekonomi masyarakat. Pendidikan kejuruan merupakan upaya menyediakan stimulus berupa
pengalaman belajar untuk membantu mereka dalam mengembangkan diri dan potensinya. Oleh
karena itu, keunikan tiap individu dalam berinteraksi dengan dunia luar melalui pengalaman
belajar merupakan upaya terintegrasi guna menunjang proses perkembangan diri anak didik
secara optimal. Kondisi ini tertampilkan dalam prinsip pendidikan kejuruan “learning by doing”,
dengan kurikulum yang berorientasi pada dunia kerja.
6. 6. b. Konteks sosial pendidikan kejuruan Tujuan dan isi pendidikan kejuruan senantiasa dibentuk
oleh kebutuhan masyarakat yang berubah begitu pesat, sekaligus juga harus berperan aktif
dalam ikut serta menentukan tingkat dan arah perubahan masyarakat dalam bidang
kejuruannya tersebut. Pendidikan kejuruan berkembang sesuai dengan perkembangan tuntutan
masyarakat, melalui dua institusi sosial. Pertama, institusi sosial yang berupa struktur pekerjaan
dengan organisasi, pembagian peran atau tugas, dan perilaku yang berkaitan dengan pemilihan,
perolehan dan pemantapan karir. Institusi sosial yang kedua, berupa pendidikan dengan fungsi
gandanya sebagai media pelestarian budaya sekaligus sebagai media terjadinya perubahan
sosial. c. Dimensi ekonomi pendidikan kejuruan Hubungan dimensi ekonomi dengan pendidikan
kejuruan secara konseptual dapat dijelaskan dari kerangka investasi dan nilai balikan (value of
return) dari hasil pendidikan kejuruan. Dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan, baik
swasta maupun pemerintah semestinya pendidikan kejuruan memiliki konsekuensi investasi
lebih besar daripada pendidikan umum. Di samping itu, hasil pendidikan kejuruan seharusnya
memiliki peluang tingkat balikan (rate of return) lebih cepat dibandingkan dengan pendidikan
umum. Kondisi tersebut dimungkinkan karena tujuan dan isi pendidikan kejuruan dirancang
sejalan dengan perkembangan masyarakat, baik menyangkut tugas-tugas pekerjaan maupun
pengembangan karir peserta didik. Pendidikan kejuruan merupakan upaya mewujudkan peserta
didik menjadi manusia produktif, untuk mengisi kebutuhan terhadap peran-peran yang
berkaitan dengan peningkatan nilai tambah ekonomi masyarakat. Dalam kerangka ini, dapat
dikatakan bahwa lulusan pendidikan kejuruan seharusnya memiliki nilai ekonomi lebih cepat
dibandingkan pendidikan umum. d. Konteks Ketenagakerjaan Pendidikan Kejuruan Pendidikan
kejuruan harus lebih memfokuskan usahanya pada komponen pendidikan dan pelatihan yang
mampu mengembangkan potensi manusia secara optimal. Meskipun pada dasarnya hubungan
antara pendidikan kejuruan dan kebijakan ketenagakerjaan adalah hubungan yang didasari oleh
kepentingan
7. 7. ekonomis, tetapi harus selalu diingat bahwa hubungan penyelenggraan pendidikan kejuruan
tidak semata-mata ditentukan oleh kepentingan ekonomi. Dalam konteks ini diartikan bahwa
pendidikan kejuruan, dengan dalih kepentingan ekonomi, tidak seharusnya hanya mendidik
anak didik dengan seperangkat skill atau kemampuan spesifik untuk pekerjaan tertentu saja,
karena keadaan ini tidak memperhatikan anak didik sebagai suatu totalitas. Mengembangkan
kemampuan spesifik secara terpisah dari totalitas pribadi anak didik, berarti memberikan bekal
yang sangat terbatas bagi masa depannya sebagai tenaga kerja. 2. Peserta didik Peserta didik
pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) lebih dikhususkan bagi anak yang berkeinginan
memiliki kemampuan vokatif. Harapan mereka setelah lulus dapat langsung bekerja atau
melanjutkan ke perguruan tinggi dengan mengambil bidang profesional atau bidang akademik.
Usia peserta didik secara umum pada rentang 15/16 – 18/19 tahun, atau peserta didik berada
pada masa remaja. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dengan dewasa.
Pada masa ini biasanya terjadi gejolak atau kemelut yang berkenaan dengan segi afektif, sosial,
intelektual dan moral. Kondisi ini terjadi karena adanya perubahan-perubahan baik fisik maupun
psikis yang sangat cepat yang mengganggu kestabilan kepribadian anak. Oleh karena itu, di
dalam merancang pembelajaran bagi anak yang berusia remaja ini seyogianya memperhatikan
tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan para remaja. Beberapa tugas perkembangan
remaja yang disarikan dari Sukmadinata (2001), yaitu : a. Mampu menjalin hubungan yang lebih
matang dengan sebaya dan jenis kelamin lain. Belajar bekerja dengan orang lain untuk mencapai
tujuan tertentu, bisa melepaskan perasaan pribadi dan mampu memimpin tanpa mendominasi.
b. Mampu melakukan peran-peran sosial sebagai laki-laki dan wanita. Mampu menghargai,
menerima dan melakukan peran-peran sosial sebagai laki-laki dan wanita dewasa. c. Menerima
kondisi jasmaninya dan dapat menggunakannya secara efektif. Remaja dituntut untuk
menyenangi dan menerima dengan wajar kondisi badannya, dapat menghargai atau
menghormati kondisi badan orang lain, dapat memelihara dan menjaga kondisi badannya. d.
Memiliki keberdirisendirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya. Remaja
diharapkan telah lepas dari ketergantungan sebagai kanak-kanak dari orang
8. 8. tuanya, dapat menyayangi orang tua, menghargai orang tua atau orang dewasa lainnya tanpa
tergantung pada mereka. e. Memiliki perasaan mampu berdiri sendiri dalam bidang ekonomi.
Terutama pada anak laki-laki, kemudian berangsur-angsur pula tumbuh pada anak wanita,
perasaan mampu untuk mencari nafkah sendiri. f. Mampu memilih dan mempersiapkan diri
untuk suatu pekerjaan. Anak telah mampu membuat perencanaan karir, memilih pekerjaan
yang cocok dan mampu ia kerjakan, membuat persiapan-persiapan yang sesuai. g. Belajar
mempersiapkan diri untuk perkawinan dan hidup berkeluarga. Memiliki sikap yang positif
terhadap hidup berkeluarga dan punya anak. h. Mengembangkan konsep-konsep dan
keterampilan intelektual untuk hidup bermasyarakat. Mengembangkan konsep-konsep tentang
hukum, pemerintahan, ekonomi, politik, institusi sosial yang cocok bagi kehidupan modern,
mengembangkan keterampilan berpikir dan berbahasa untuk dapat memecahkan problema-
problema masyarakat modern. i. Memiliki perilaku sosial seperti yang diharapkan masyarakat.
Dapat berpartisipasi dengan rasa tanggung jawab bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.
j. Memiliki seperangkat nilai yang menjadi pedoman bagi perbuatannya. Telah memiliki
seperangkat nilai yang bisa diterapkan dalam kehidupan, ada kemauan dan usaha untuk
merealisasikannya. 3. Substansi pendidikan kejuruan Substansi dari pendidikan kejuruan harus
menampilkan karakteristik pendidikan kejuruan yang tercermin dalam aspek-aspek yang erat
dengan perencanaan kurikulum, yaitu : a. Orientasi (Orientation) Kurikulum pendidikan kejuruan
telah berorientasi pada proses dan hasil atau lulusan. Keberhasilan utama kurikulum pendidikan
kejuruan tidak hanya diukur dengan keberhasilan pendidikan peserta didik di sekolah saja, tetapi
juga dengan hasil prestasi kerja dalam dunia kerja. Finch dan Crunkilton (1984 : 12)
mengemukakan bahwa : Kurikulum pendidikan kejuruan berorientasi terhadap proses
(pengalaman dan aktivitas dalam lingkungan sekolah) dan hasil (pengaruh pengalaman dan
aktivitas tersebut pada peserta didik).
9. 9. b. Dasar kebenaran/Justifikasi (Justification) Pengembangan program pendidikan kejuruan
perlu adanya alasan atau justifikasi yang jelas. Justifikasi untuk program pendidikan kejuruan
adalah adanya kebutuhan nyata tenaga kerja di lapangan kerja atau di dunia usaha dan industri.
Dasar kebenaran/justifikasi pendidikan kejuruan menurut Finch dan Crunkilton (1984 : 12),
meluas hingga lingkungan sekolah dan masyarakat. Ketika kurikulum berorientasi pada peserta
didik, maka dukungan bagi kurikulum tersebut berasal dari peluang kerja yang tersedia bagi para
lulusan. c. Fokus (Focus) Fokus kurikulum dalam pendidikan kejuruan tidak terlepas pada
pengembangan pengetahuan mengenai suatu bidang tertentu, tetapi harus secara simultan
mempersiapkan peserta didik yang produktif. Finch dan Crunkilton (1984 : 13) mengemukakan
bahwa : Kurikulum pendidikan kejuruan berhubungan langsung dengan membantu siswa untuk
mengembangkan suatu tingkat pengetahuan, keahlian, sikap dan nilai yang luas. Setiap aspek
tersebut akhirnya bertambah dalam beberapa kemampuan kerja lulusan. Lingkungan belajar
pendidikan kejuruan mengupayakan di dalam mengembangkan pengetahuan peserta didik,
keahlian meniru, sikap dan nilai serta penggabungan aspek-aspek tersebut dan aplikasinya bagi
lingkkungan kerja yang sebenarnya. Seluruh kemampuan tersebut di atas, dapat dikuasai oleh
peserta didik melalui pengalaman belajar yang diberikan, yaitu berupa rangsangan yang
diaplikasikan baik pada situasi kerja yang tersimulasi lewat proses belajar mengajar di sekolah
maupun situasi kerja yang sebenarnya pada dunia usaha atau industri (pembelajaran di dunia
kerja). Dari hasil belajar atau kemampuan yang telah dikuasai diharapkan dapat memberikan
kontribusi pada pengembangan diri peserta didik, sehingga mereka mampu bekerja sesuai
dengan tuntutan dunia usaha dan industri. d. Standar keberhasilan di sekolah (In-school success
standards) Kriteria untuk menentukan keberhasilan suatu lembaga pendidikan kejuruan diukur
dari keberhasilan peserta didik di sekolah, mengenai beberapa aspek yang akan dia masuki.
Penilaian keberhasilan pada peserta didik di sekolah harus pada penilaian sebenarnya atau
kemampuan melakukan suatu pekerjaan. Dengan kata lain bahwa
10. 10. dalam standar keberhasilan sekolah harus berhubungan erat dengan keberhasilan yang
diharapkan dalam pekerjaan, dengan kriteria yang digunakan oleh guru dengan mengacu pada
standar atau prosedur kerja yang telah ditentukan oleh dunia kerja (dunia usaha dan dunia
industri). e. Standar keberhasilan di luar sekolah (Out-of school success standards) Penentu
keberhasilan tidak terbatas pada apa yang terjadi di lingkungan sekolah. Standar keberhasilan di
luar sekolah berkaitan dengan pekerjaan atau kemampuan kerja yang biasanya dilakukan oleh
dunia usaha atau dunia industri. Menurut Starr (1975), bahwa : Walaupun standar keberhasilan
beragam antar sekolah dan antar Negara, tetapi keberhasilan tersebut seringkali mengambil
bentuk kepuasan pegawai dengan keahlian lulusan, suatu persentase tinggi lulusan yang
mendapatkan pekerjaan di bidang persiapan atau dalam bidang yang berhubungan, kepuasan
kerja lulusan, kemajuan yang dialami lulusan. Sebagai contoh, untuk menentukan keberhasilan
di luar sekolah yang sudah dilakukan pada SMK adalah dengan dilaksanakannya uji level untuk
kelas X dan XI, serta uji, kompetensi untuk kelas XII yang dilakukan oleh dunia usaha atau
industri berdasarkan standar kompetensi nasional sesuai bidang keahlian. Standar kelulusan di
luar sekolah (out-of school success standards) dilakukan oleh dunia usaha dan industri yang
mengacu pada standar kompetensi sesuai bidang keahlian atau produk yang dihasilkan oleh
masing-masing industri. f. Hubungan kerja sama dengan masyarakat (School-community
relationships) Suatu usaha pendidikan harus berhubungan dengan masyarakat, demikian pula
dengan pendidikan kejuruan memiliki tanggung jawab di dalam mempertahankan hubungan
yang kuat dengan berbagai bidang keahlian yang berkembang di masyarakat. Pengertian
msyarakat yang dimakasud adalah dunia usaha dan dunia industri. Penyelenggaraan pendidikan
kejuruan harus relevan dengan tuntutan kerja pada dunia usaha atau industri, maka masalah
hubungan antara lembaga pendidikan dengan dunia usaha atau industri merupakan suatu ciri
karakteristik yang penting bagi pendidikan kejuruan. Perwujudan hubungan timbal balik berupa
kesediaan dunia usaha atau industri, menampung peserta didik untuk mendapat kesempatan
pengalaman belajar di lapangan kerja atau industri, merpakan bentuk kerjasama yang saling
menguntungkan.
11. 11. g. Keterlibatan pemerintah pusat (Federal involvement) Keterlibatan pemerintah pusat ini
berkaitan dengan dana pendidikan yang akan dialokasikan, karena hal ini akan mempengaruhi
kurikulum. Misalnya : Ketentuan jam pengajaran kejuruan tertentu dan jenis perlengkapan
tertentu yang digunakan di bengkel atau laboratorium dapat membantu perkembangan suatu
tingkat kualitas yang lebih tinggi. h. Kepekaan (Responsivenenss) Komitmen yang tinggi untuk
selalu berorientasi ke dunia kerja, pendidikan kejuruan harus mempunyai ciri berupa kepekaan
atau daya suai terhadap perkembangan masyarakat pada umumnya, dan dunia kerja pada
khususnya. Perkembangan ilmu dan teknologi, inovasi dan penemuan-penemuan baru di bidang
produksi dan jasa, besar pengaruhnya terhadap perkembangan pendidikan kejuruan. Untuk
itulah pendidikan kejuruan harus bersifat responsif proaktif terhadap perkembangan ilmu dan
teknologi, dengan upaya lebih menekankan kepada sifat adaptabilitas dan fleksibilitas untuk
menghadapi prospek karir peserta didik dalam jangka panjang. i. Logistik Kurikulum pendidikan
kejuruan dalam implementasi kegiatan pembelajaran perlu didukung oleh fasilitas beajar yang
memadai, karena untuk mewujudkan situasi belajar yang dapat mencerminkan situasi dunia
kerja secara realistis dan edukatif, diperlukan banyak perlengkapan, sarana dan perbekalan
logistik. Bengkel kerja dan laboratorium adalah kelengkapan utama dalam sekolah kejuruan
yang harus ada sebagai fasilitas bagi peserta didik di dalam mengembangkan kemampuan kerja
sesuai dengan tuntutan dunia usaha dan industri. Kebutuhan untuk koordinasi program
kejuruan yang bekerja sama dengan industri di masyarakat, berhubungan erat untuk menjalin
dan mempertahankan pusat kerja bagi peserta didik menunjukkan suatu susunan unit
permasalahan logistik. j. Pengeluaran (Expense) Pengeluaran rutin sebagai biaya pendidikan
pada pendidikan kejuruan yang menunjang kegiatan pembelajaran, mencakup biaya listrik, air,
pemeliharaan dan penggantian peralatan, biaya transportasi ke lokasi/industri (tempat praktek
12. 12. kerja/magang) yang jauh dari sekolah. Di samping itu, peralatan harus diperbaharui secara
periodik juga guru berharap untuk memberikan pengalaman belajar yang sebenarnya bagi
peserta didik sebagaimana layaknya di industri, maka ini bisa menjadi mahal. Yang terakhir yang
juga harus menjadi perhatian adalah pembelian bahan habis sebagai bahan praktikum yang
digunakan secara rutin sesuai dengan program keahlian yang dikembangkan pada SMK masing-
masing. Dari uraian mengenai karakteristik pendidikan kejuruan yang disarikan dari Finch dan
Crunkilton (1984) di atas, dapat dijadikan acuan di dalam pengembangan kurikulum pendidikan
kejuruan di Indonesia. Kurikulum pendidikan kejuruan yang dikembangkan di Indoneisa
seyogianya mengacu pada karakteristik sebagai berikut : 1) Pendidikan kejuruan diarahkan
untuk mempersiapkan peserta didik memasuki lapangan kerja. 2) Pendidikan kejuruan
didasarkan atas kebutuhan dunia kerja 3) Fokus isi pendidikan kejuruan ditekankan pada
penguasaan pengetahuan, keterampilan sikap dan nilai-nilai yang dibutuhkan oleh dunia kerja.
4) Penilaian yang sesungguhnya terhadap kesuksesan peserta didik harus pada “hands-on” atau
performance dalam dunia kerja 5) Hubungan yang erat dengan dunia kerja merupakan kunci
keberhasilan pendidikan kejuruan 6) Pendidikan kejuruan yang baik adalah responsif dan
antisipatif terhadap kemajuan teknologi 7) Pendidikan kejuruan lebih ditekankan pada “learning
by doing” 8) Pendidikan kejuruan memerlukan fasilitas yang mutakhir untuk praktek sesuai
dengan tuntutan dunia usaha dan industri B. Tuntutan Perkembangan Pendidikan Kejuruan
Perkembangan teknologi menuntut adanya perkembangan pula pada pendidikan kejuruan,
karena saat ini tatanan kehidupan pada umumnya dan tatanan perekonomian pada khususnya
sedang mengalami pergeseran paradigma ke arah global. Pergeseran ini akan membuka peluang
kerja sama antar Negara semakin terbuka dan di sisi lain, persaingan antar Negara semakin
ketat. Untuk meningkatkan kemampuan persaingan dalam perdagangan bebas, diperlukan
serangkaian kekuatan daya saing yang tangguh, antara lain kemampuan manajemen, teknologi
dan sumber daya manusia. Sumber daya manusia merupakan sumber
13. 13. daya aktif yang dapat menentukan kelangsungan hidup dan kemenangan dalam persaingan
suatu bangsa. Pendidikan memiliki peran yang sangat strategis dalam mewujudkan sumber daya
manusia yang tangguh untuk menghadapi persaingan bebas. Termasuk pendidikan kejuruan
yang menyiapkan peserta didik atau sumber daya manusia yang memiliki kemampuan kerja
sebagai tenaga kerja menengah sesuai dengan tuntutan dunia usaha dan dunia industri. Oleh
karena itu sesuai dengan tuntutan perkembangan pendidikan kejuruan, maka perlu adanya
pembaharuan pendidikan dan pelatihan kejuruan di SMK untuk masa depan. 1) Tuntutan
peserta didik Pendidikan kejuruan memiliki peran untuk menyiapkan peserta didik agar siap
bekerja, baik bekerja secara mandiri (wiraswasta) maupun mengisi lowongan pekerjaan yang
ada. SMK sebagai salah satu institusi yang menyiapkan tenaga kerja, dituntut mampu
menghasilkan lulusan sebagaimana yang diharapkan dunia kerja. Tenaga kerja yang dibutuhkan
adalah sumber daya manusia yang memiliki kompetensi sesuai dengan bidang pekerjaannya,
memiliki daya adaptasi dan daya saing yang tinggi. Atas dasar itu, pengembangan kurikulum
dalam rangka penyempurnaan pendidikan menengah kejuruan harus disesuaikan dengan
kondisi dan kebutuhan dunia kerja. Tuntutan peserta didik dan lulusan yang sesuai dengan
kebutuhan dunia kerja perlu dijadikan sumber pijakan di dalam merumuskan tujuan pendidikan
kejuruan. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai bentuk satuan pendidikan kejuruan
sebagaimana ditegaskan dalam penjelasan Pasal 15 UU SISDIKNAS, merupakan pendidikan
menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu,
yang dirumuskan dalam tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut. Tujuan Umum : a)
Meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Tuhan Yang Maha Esa b)
Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi warga Negara yang berahlak mulia sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab. c) Mengembangkan
potensi peserta didik agar memiliki wawasan kebangsaan, memahami da menghargai
keanekaragaman budaya bangsa Indonesia
14. 14. d) Mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kepedulian terhadap lingkungan
hidup, dengan secara aktif turut memelihara dan melestarikan lingkungan hidup, serta
memanfaatkan sumber daya alam dengan efektif dan efisien. Tujuan Khusus : a) Menyiapkan
peserta didik agar menjadi manusia produktif, maupun bekerja mandiri, mengisi lowongan
pekerjaan yang ada di dunia usaha dan industri sebagai tenaga tingkat kerja menengah, sesuai
dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya. b) Menyiapkan peserta didik agar
mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam berkompetisi, beradaptasi di lingkungan kerja, dan
mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya. c) Membekali
peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, agar mampu mengembangkan diri
di kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi d)
Membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi sesuai dengan program keahlian yang
dipilih. (Disarikan dari Kurikulum SMK Program Keahlian Tata Busana, 2004). 2. Tuntutan
menjawab kebutuhan masyarakat Ditinjau dari perspektif perkembangan kebutuhan
pembelajaran dan aksesibilitas duia usaha/industri, sekurang-kurangnya tiga dimensi pokok
yang menjadi tantangan bagi SMK, baik dalam konteks regional maupun nasional, diantaranya :
a. Implementasi program pendidikan dan pelatihan harus berfokus pada pendayagunaan
potensi sumber daya lokal, sambil mengoptimalkan kerjasama secara intensif dengan institusi
pasangan b. Pelaksanaan kurikulum harus berdasarkan pendekatan yang lebih fleksibel sesuai
dengan trend perkembangan dan kemajuan teknologi agar kompetensi yang diperoleh peserta
didik selama dan sesudah mengikuti program diklat, memiliki daya adaptasi yang tinggi c.
Program pendidikan dan pelatihan sepenuhnya harus berorientasi mastery learning (belajar
tuntas) dengan melibatkan peran aktif – partisipatif para stakeholders pendidikan, termasuk
optimalisasi peran Pemerintah Daerah untuk merumuskan
15. 15. pemetaan kompetensi ketenaga kerjaan di daerahnya sebagai input bagi SMK dalam
penyelenggaraan diklat berkelanjutan. Untuk mencari solusi dari tantangan tersebut di atas,
SMK sebagai salah satu lembaga penyelenggara pendidikan dan pelatihan kejuruan harus
mampu memberikan layanan pendidikan terbaik kepada peserta didik walaupun kondisi
fasilitasnya sangat beragam. Seperti diketahui, bahwa investasi dan pembiayaan operasional
terbesar yang dilakukan oleh pemerintah dalam pendidikan kejuruan adalah pada sistem SMK.
Dengan fenomena ini, apakah SMK masih diperlukan ? Pembukaan dan penutupan suatu SMK
pada dasarnya sangat tergantung pada tuntutan kebutuhan pengembangan sumber daya
manusia di wilayah atau daerah setempat. Pembukaan institusi SMK baru sangat dimungkinkan
jika terdapat tuntutan kebutuhan sumber daya manusia yang terkait dengan peran dan fungsi
SMK. Sebagaimana yang dikemukakan Djojonegoro (1998), bahwa : “Secara teoritik pendidikan
kejuruan sangat dipentingkan karena lebih dari 80 % tenaga kerja di lapangan kerja adalah
tenaga kerja tingkat menengah ke bawah dan sisanya kurang dari 20 % bekerja pada lapisan
atas. Oleh karena itu, pengembangan pendidikan kejuruan jelas merupakan hal penting”.
Penutupan suatu institusi SMK hanya dimungkinkan jika secara hukum tidak dapat
dipertahankan atau karena adanya tuntutan masyarakat yang sama sekali tidak dapat
dipertahankan atau dihindari. Namun pada dasarnya, tidak ada alasan untuk menutup SMK
selama institusi tersebut masih dapat menjalankan peran dan fungsi serta tidak bertentangan
dengan hukum yang berlaku. Upaya untuk mempertahan SMK yang dapat menjawab tuntutan
kebutuhan masyarakat, dalam hal ini SMK harus mampu menjalankan peran dan fungsinya
dengan baik. Dalam menjalankan peran dan fungsinya tersebut, maka pendidikan dan pelatihan
di SMK perlu memperhatikan prinsip-prinsip pendidikan kejuruan yang dikemukakan Prosses
(Djojonegoro, 1998); sebagai berikut : a. Pendidikan kejuruan akan efisien jika lingkungan
dimana siswa dilatih merupakan replika lingkungan dimana nanti ia akan bekerja. b. Pendidikan
kejuruan yang efektif hanya dapat diberikan dimana tugas-tugas latihan dilakukan dengan cara,
alat dan mesin yang sama seperti yang ditetapkan di tempat kerja. c. Pendidikan kejuruan akan
efektif jika dia melatih seseorang dalam kebiasaan berpikir dan bekerja seperti yang diperlukan
dalam pekerjaan itu sendri
16. 16. d. Pendidikan kejuruan akan efektif jika dia dapat memampukan setiap individu memodali
minatnya, pengetahuannya dan keterampilannya pada tingkat yang paling tinggi e. Pendidikan
kejuruan yang efektif untuk setiap profesi, jabatan atau pekerjaan hanya dapat diberikan kepada
seseorang yang memerlukannya, yang menginginkannya dan yang dapat untung darinya f.
Pendidikan kejuruan akan efektif jika pengalaman latihan untuk membentuk kebiasaan kerja
dan kebiasaan berfkir yang benar diulangkan sehingga pas seperti yang diperlukan dalam
pekerjaan nantinya g. Pendidikan kejuruan akan efektif jika gurunya telah mempunyai
pengalaman yang sukses dalam penerapan keterampilan dan pengetahuan pada operasi dan
proses kerja yang akan dilakukan h. Pada setiap jabatan ada kemampuan minimum yang harus
dipunyai oleh seseorang agar dia tetap dapat bekerja pada jabatan tersebut i. Pendidikan
kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar (memperhatikan tanda- tanda pasar kerja) j.
Proses pembinaan kebiasaan yang efektif pada siswa akan tercapai jika pelatihan diberikan pada
pekerjaan yang nyata k. Setiap okupasi mempunyai ciri-ciri isi (body of content) yang berbeda-
beda satu dengan yang lainnya l. Pendidikan kejuruan akan merupakan layanan sosial yang
efisien jika sesuai dengan kebutuhan seseorang yang memang memerlukan dan memang paling
efektif jika dilakukan lewat pengajaran kejuruan m. Pendidikan kejuruan akan efisien jika
metode pengajaran yang digunakan dan hubungan pribadi dengan peserta didik
mempertimbangkan sifat-sifat peserta didik tersebut n. Administrasi pendidikan kejuruan akan
efisien jika dia luwes dan mengalir daripada kaku dan terstandar o. Pendidikan kejuruan
memerlukan biaya tertentu dan jika tidak terpenuhi maka pendidikan kejuruan tidak boleh
dipaksakan beroperasi.
17. 17. 3. Tuntutan pengelolaan pendidikan kejuruan Tuntutan pengelolaan pada pendidikan
kejuruan harus sesuai dengan kebijakan link and match, yaitu perubahan dari pola lama yang
cenderung berbentuk pendidikan demi pendidikan ke suatu yang lebih terang, jelas dan konkrit
menjadi pendidikan kejuruan sebagai program pengembangan sumber daya manusia. Dimensi
pembaharuan yang diturunkan dari kebijakan link and match, yaitu : a. Perubahan dari
pendekatan Supply Driven ke Demand Driven Dengan deman driven ini mengharapkan dunia
usaha dan dunia industri atau dunia kerja lebih berperan di dalam menentukan, mendorong dan
menggerakkan pendidikan kejuruan, karena mereka adalah pihak yang lebih berkepentingan
dari sudut kebutuhan tenaga kerja. Dalam pelaksanaannya, dunia kerja ikut berperan serta
karena proses pendidikan itu sendiri lebih dominan dalam menentukan kualitas tamatannya,
serta dalam evaluasi hasil pendidikan itupun dunia kerja ikut menentukan supaya hasil
pendidikan kejuruan itu terjamin dan terukur dengan ukuran dunia kerja. Sebagai salah satu
bentuk penerapan prinsip demand driven, maka dalam pengembangan kurikulum SMK harus
melakukan sinkronisasi kurikulum yng direalisasikan dalam program Pendidikan Sistem Ganda
(PSG). Dengan melakukan sinkronisasi kurikulum, penyelengaraan pembelajaran di SMK
diupayakan sedekat mungkin dengan kebutuhan dan kondisi dunia kerja/industri, serta memiliki
relevansi dan fleksibilitas tinggi dengan tuntutan lapangan. Melalui sinkronisasi kurikulum ini,
diharapkan sekolah dapat membaca keahlian dan performansi apa yang dibutuhkan dunia usaha
atau industri untuk dapat dimasuki oleh lulusan SMK. b. Perubahan dari pendidikan berbasis
sekolah (School Based Program) ke sistem berbasis ganda (Dual Based Program) Perubahan dari
pendidikan berbasis sekolah, ke pendidikan berbasis ganda sesuai dengan kebijakan link and
match, mengharapkan supaya program pendidikan kejuruan itu dilaksanakan di dua tempat.
Sebagian program pendidikan dilaksanakan di sekolah, yaitu teori dan praktek dasar kejuruan,
dan sebagian lainnya dilaksanakan di dunia kerja, yaitu keterampilan produktif yang diperoleh
melalui prinsip learning by doing. Pendidikan yang dilakukan melalui proses bekerja di dunia
kerja akan memberikan pengetahuan keterampilan dan nilai-nilai dunia kerja yang tidak
mungkin atau sulit didapat di sekolah, antara lain pembentukan wawasan mutu, wawasan
keunggulan, wawasan pasar, wawasan nilai tambah, dan pembentukan etos kerja.
18. 18. c. Perubahan dari model pengajaran yang mengajarkan mata-mata pelajaran ke model
pengajaran berbasis kompetensi Perubahan ke model pengajaran ke berbasis kompetensi,
bermaksud menuntun proses pengajaran secara langsung berorientasi pada kompetensi atau
satuan-satuan kemampuan. Pengajaran berbasis kompetensi ini sekaligus memerlukan
perubahan kemasan kurikulum kejuruan ke dalam kemasan berbentuk paket-paket kompetensi.
d. Perubahan dari program dasar yang sempit (Narrow Based) ke program dasar yang mendasar,
kuat dan luas (Broad Based) Kebijakan link and match menuntut adanya pembaharuan,
mengarah kepada pembentukan dasar yang mendasar, kuat dan lebih luas. Sistem baru yang
berwawasan sumberdaya manusia, berwawasan mutu dan keunggulan menganut prinsip,
bahwa : tidak mungkin membentuk sumberdaya manusia yang berkualitas dan yang memiliki
keunggulan, kalau tidak diawali dengan pembentukan dasar yang kuat. Dalam rangka penguatan
dasar ini, maka peserta didik perlu diberi bekal dasar yang berfungsi untuk membentuk
keunggulan, sekaligus beradaptasi terhadap perkembangan IPTEK, dengan memperkuat
penguasaan matematika, IPA, Bahasa Inggris dan Komputer. Sistem baru ini harus memberi
dasar yang lebih luas tetapi kuat dan mendasar, yang memungkinkan seseorang tamatan SMK
memiliki kemampuan menyesuaikan diri terhadap kemungkinan perubahan pekerjaan. e.
Perubahan dari sistem pendidikan formal yang kaku, ke sistem yang luwes dan menganut prinsip
multy entry, multy exit Dengan adanya perubahan dari supply driven ke demand driven, dari
schools based program ke dual based program, dari model pengajaran mata pelajaran ke
program berbasis kompetensi; diperlukan adanya keluwesan yang memungkinkan pelaksanaan
praktek kerja industri dan pelaksanaan prinsip multy entry multy exit. Prinsip ini memungkinkan
peserta didik SMK yang telah memiliki sejumlah satuan kemampuan tertentu (karena program
pengajarannya berbasis kompetensi), mendapatkan kesempatan kerja di dunia kerja, maka
peserta didik tersebut dimungkinkan meninggalkan sekolah. Dan kalau peserta didik tersebut
ingin masuk
19. 19. sekolah kembali menyelesaikan program SMK nya, maka sekolah harus membuka diri
menerimanya, dan bahkan menghargai dan mengakui keahlian yang diperoleh peserta didik
yang bersangkutan dari pengalaman kerjanya. Di samping itu, sistem program berbasis ganda
juga memerlukan pengaturan praktek kerja di industri sesuai dengan aturan kerja yang berlaku
di industri yang tidak sama dengan aturan kalender belajar di sekolah. f. Perubahan dari sistem
yang tidak mengakui keahlian yang telah diperoleh sebelumnya, ke sistem yang mengakui
keahlian yang diperoleh dari mana dan dengan cara apapun kompetensi itu diperoleh
(Recognition of prior learning) Sistem baru pendidikan kejuruan harus mampu memberikan
pengakuan dan penghargaan terhadap kompetensi yang dimiliki oleh seseorang. Sistem ini akan
memotivasi banyak orang yang sudah memiliki kompetensi tertentu, misalnya dari pengalaman
kerja, berusaha mendapatkan pengakuan sebagai bekal untuk pendidikan dan pelatihan
berkelanjutan. Untuk ini SMK perlu menyiapkan diri sehingga memiliki instrument dan
kemampuan menguji kompetensi seseorang darimana dan dengan cara apapun kompetensi it
didapatkan. g. Perubahan dari pemisahan antara pendidikan dengan pelatihan kejuruan, ke
sistem baru yang mengintegrasikan pendidikan dan pelatihan kejuruan secara terpadu Program
baru pendidikan yang mengemas pendidikannya dalam bentuk paket-paket kompetensi
kejuruan, akan memudahkan pengakuan dan penghargaan terhadap program pelatihan
kejuruan dan program pendidikan kejuruan. Sistem baru ini memerlukan standarisasi
kompetensi, dan kompetensi yang terstandar itu bisa dicapai melalui program pendidikan,
program pelatihan atau bahkan dengan pengalaman kerja yang ditunjang dengan inisiatif belajar
sendiri. h. Perubahan dari sistem terminal ke sistem berkelanjutan Sistem baru tetap
mengharapkan dan mengutamakan tamatan SMK langsung bekerja, agar segera menjadi tenaga
produktif, dapat memberi return atas investasi SMK. Sistem baru juga mengakui banyak
tamatan SMK yang potensial, dan potensi keahlian kejuruannya akan lebih berkembang lagi
setelah bekerja. Terhadap mereka ini diberi peluang untuk melanjutkan pendidikannya ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi (misalnya program Diploma), melalui suatu proses artikulasi
yang mengakui
20. 20. dan menghargai kompetensi yang diperoleh dari SMK dan dari pengalaman kerja
sebelumnya. Untuk mendapatkan sistem artikulasi yang efisien diperlukan “program antara”
(bridging program) guna memantapkan kemampuan dasar tamatan SMK yang suda
berpengalaman kerja, supaya siap melanjutkan ke program pendidikan yang lebih tinggi. i.
Perubahan dari manajemen terpusat ke pola manajemen mandiri (prinsip desentralisasi) Pola
baru manajemen mandiri dimaksudkan memberi peluang kepada propinsi dan bahkan sekolah
untuk menentukan kebijakan operasional, asal tetap mengacu kepada kebijakan nasional.
Kebijakan nasioanl dibatasi pada hal-hal yang bersifat strategis supaya memberi peluang bagi
para pelaksana di lapangan berimprovisasi dan melakukan inovasi. Proses pendewasaan SMK
perlu ditekankan, untuk menumbuhkan rasa percaya diri sekolah melakukan apa yang baik
menurut sekolah, dengan prinsip akuntabilitas (accountability) yang secara taat azas
memberikan penghargaan kepada mereka yang pantas dihargai, dan menindak mereka yang
pantas ditindak. j. Perubahan dari ketergantungan sepenuhnya dari pembiayaan pemerintah
pusat, ke swadana dengan subsidi pemerintah pusat Sejalan dengan prinsip demand driven, dual
based program, pendewasaan manajemen sekolah, dan pengembangan unit produksi sekolah,
sistem baru diharapkan dapat mendorong pertumbuhan swadana pada SMK, dan posisi lokasi
dana dari pemerintah pusat bersifat membantu atau subsidi. Sistem ini juga diharapkan mampu
mendorong SMK berpikir dan berperilaku ekonomis.
21. 21. BAB III KESIMPULAN Dari seluruh kajian yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum
pendidikan kejuruan dapat disimpulkan, bahwa pendidikan kejuruan dikembangkan berdasar
pada tuntutan dunia kerja, yaitu dunia usaha dan dunia industri yang berkembang di
masyarakat. Sebagai realisasi di dalam memenuhi tuntutan dunia kerja tersebut, maka dalam
perancangan kurikulum pendidikan kejuruan mengacu pada karakteristik pendidikan kejuruan
yang seharusnya. Pendidikan menengah kejuruan memiliki peran untuk menyiapkan peserta
didik agar siap bekerja, baik bekerja secara mandiri (wiraswasta) maupun mengisi lowongan
pekerjaan yang ada. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai salah satu institusi yang
menyiapkan tenaga kerja, dituntut mampu menghasilkan lulusan sebagaimana yang diharapkan
dunia kerja. Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah sumber daya mansia yang memiliki
kompetensi sesuai dengan bidang pekerjaannya, memiliki daya adaptasi dan daya saing yang
tinggi. Atas dasar itu, pengembangan kurikulum dalam rangka penyempurnaan pendidikan
menengah kejuruan harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan dunia kerja.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak pada perubahan tuntutan dunia
kerja terhadap sumber daya manusia yang dibutuhkan, oleh karena itu pengembangan
kurikulum pendidikan kejuruan harus bisa mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga mampu memberikan pengalaman belajar kepada
peserta didik sesuai dengan standar kompetensi dan tuntutan dunia usaha dan dunia industri.
Dalam kaitannya dengan implementasi kurikulum SMK program keahlian Tata Busana, guru
sebagai pelaksana kurikulum cenderung sulit di dalam melakukan perubahan. Guru masih
mengandalkan sumber dan rencana pengajaran yang ada tanpa melakukan pengembangan yang
dituntut oleh KTSP SMK dan Standar Kompetensi Nasional Bidang Keahlian. Di samping itu,
teramati bahwa guru belum siap dalam melakukan penilaian secara komprehensif di dalam
menentukan keberhasilan belajar peserta didik pada kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotor. Khusunya dalam menilai proses kerja,guru belum menggunakan alat penilaian yang
baku atau standar. Keberhasilan pendidikan dan pelatihan di SMK ditentukan dari kualitas
lulusannya, dimana mereka harus mencerminkan individu yang berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap kreatif, mandiri dan bertanggung jawab. Lulusan SMK diharapkan mampu
mengembangkan
22. 22. seluruh potensi yang dimilikinya, sehingga mereka memiliki kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotor untuk mampu bekerja sesuai dengan yang dipelajarinya. Lulusan SMK harus mampu
bersaing secara kompetitif, sehingga dapat memasuki dunia kerja baik pada dunia usaha
maupun industri pada tingkat nasional, bahkan tidak menutup kemungkinan pada tingkat
internasional.
23. 23. DAFTAR PUSTAKA Abdulhak, I. dan Sanjaya, W. (1995). Media Pendidikan (Suatu Pengantar).
Bandung : Pusat Pelayanan dan Pengembangan Media Pendidikan IKIP Bandung. Arsyad, A.
(2004). Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Blank, W.E. (1982). Handbook
For Developing Competency Based Training Programs. New Jersey : Prentice-Hall, Inc. Block, J.H.
(1971). Mastery learning : Theory and Practice. New York : Holt. Rinehart and Wiston. Inc.
Calhoun, C.C. dan Finch, A.V. (1982). Vocational Education : Concept and Operations. California :
Wads Worth Publishing Company. Curtis, T.E. dan Bidwell, W.W. (1976). Curriculum and
Instruction for Emerging Adolescents. New York : State University of New York at Albany.
Departemen Pendidikan Nasional. (2004). Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan Program
Keahlian Tata Busana. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal
Pendidikan Menengah Kejuruan (2002). Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia :
Membangun Manusia Produktif. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. ------- (2003).
Standar Kompetensi Nasional Bidang Keahlian Tata Busana. Jakarta : Departemen Pendidikan
Nasional. Djohar, A. (2003). Pengembangan Model Kurikulum Berbasis Kompetensi Sekolah
Menengah Kejuruan. Bandung : Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Djojonegoro, W. (1998). Pengembangan Sumber Daya Manusia : Melalui Sekolah Menengah
Kejuruan. Jakarta. Evarinayanti. (2002). Pelatihan Berbasis Kompetensi (Competency Based
Training). Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Finch, C. dan Crunkilton, J.R. (1984).
Curriculum Development in Vocational and Technical Education : Planning,Content and
Implementation. Boston : Allyn and Bacon, Inc. Gronlund, N.E. (1977). Constructing
Achievement Test. Englewood Ciffs : Prentice-Hall. Inc. Hasan, S.H. (1988). Evaluasi Kurikulum.
Jakarta : PPLPTK. Ibrahim, R. dan Sukmadinata, N.S. (1996). Perencanaan Pengajaran. Jakarta :
Rineka Cipta. Indonesia Australia Partnership for Skills Development Program. (2001).
Competency Based Training. West Java Institutional Development Project.

https://www.slideshare.net/hillapohan/ptk-35720669
1. 1. A. Pendahuluan Kehidupan manusia terus mengalami perubahan sebagai akibat dari
kemajuan ilmupengetahuan dan teknologi. Kemajuan inilah menuntut manusia harus
memperoleh pendidikansehingga dapat harus menyesuaikan dan mengantisipasi setiap
perubahan yang terjadi,terlepas dari kebodohan dan keterbelakangan dan menjadi manusia
yang berkualitas. Upayapemerintah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia telah
dituangkan dalamUndang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003. Untuk
menjawab tantangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dibutuhkan keahlian danketerampilan
sumber daya manusia. Salah satu upaya yaitu dikembangkan suatu pendidikankejuruan
berdasarkan kompetensi yang dipacu oleh kebutuhan pasar. Dalam UU No. 20 tahun2003
Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah
yangmempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang keahlian
tertentu.Pendidikan kejuruan bertujuan mempersiapkan tenaga yang memliki keterampilan
danpengetahuan yang sesuai dengan kebutuhan persyaratan lapangan kerja dan
mampumengembangkan potensi dirinya dalam mengadopsi dan beradaptasi dengan
perkembanganteknologi. Pendidikan kejuruan sebagai salah satu pendidikan vokasional
merupakan pendidikanyang berorientasi kepada pekerjaan, karir atau okupasi. Tuntutan di
dunia kerja berhubunganerat sekali dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang cepat berubahmengharuskan sistem perencanaan yang sistematis, menyeluruh, dan selalu
berorientasifuturistik. Dalam hal ini maka pendidikan kejuruan harus menekankan relevansi
antara duniapendidikan dengan dunia kerja, baik dalam negeri maupun luar negeri agar
dapatmempertahankan dan memantapkan eksistensinya. Melvin L. Barlow dalam artikelnya
Foundation of Vocational Education dalam AmericanVocational Journal (1967), menyampaikan
pokok-pokok pikiran tentang pendidikan vokasi ataukejuruan (vocational education). Ada 7 poin
penting yang dikemukakan, yaitu: 1. Vocational education is a national concern. Pendidikan
vokasi adalah hal penting yang merupakan concern atau kepedulian tingkat nasional. 2.
Vocational education provides the common defense and promotes the general welfare.
Pendidikan vokasi yang efektif akan bermanfaat bagi pertahanan negera (seperti dukungan pada
saat kondisi perang), serta mendukung peningkatan kesejahteraan ekonomi warga negara dan
keluarganya. 3. Vocational preparation of youth and adults is a public school responsibility.
Sekolah publik memainkan peranan penting dalam menyiapkan generasi muda dan juga warga
dewasa untuk mempersiapkan pekerjaan mereka. 4. Vocational education requires a sound
basic education. Pendidikan vokasi memerlukan adanya fondasi dasar yang baik dan kuat dari
jenjang sekolah sebelumnya agar dapat sukses. Hal ini disebabkan makin tingginya teknologi
yang diapakai di berbagai bidang pekerjaan. 5. Vocational Education is planned and conducted
in close cooperation with business and industry. Hal ini adalah fondasi penting keberhasilan
pendidikan vokasi, umumnya
2. 2. melalui komite penasihat (advisory committee) yang terdiri dari kalangan bisnis dan industri.
6. Vocational education provide the skills and knowledge valuable in the labor market. Materi
pembelajaran ditentukan berdasar analisis kebutuhan pasar kerja, dibutuhkan juga studi
penempatan dan tindak lanjut terhadap para lulusan agar diketahui bagaimana hasil program
diterima, dimanfaatkan dan dimodifikasi di pasar kerja. 7. Vocational education provides
continuing education for youth and adults. Pendidikan vokasi tidak hanya ada di sekolah, tetapi
juga harus ada di industri dan berbagai program vokasi untuk orang dewasa, hal ini
berkontribusi nyata meningkatkan tingkat intelegensia (industrial intelligence) tenaga kerja.
Permasalahan dalam pelatihan ulang (retraining) dan pembelajaran sepanjang hayat adalah
elemen penting yang membentuk pendidikan vokasi yang kuat.B. Konsep Ideal Pelaksanaan
Pendidikan Teknologi Kejuruan Tujuan dan isi pendidikan kejuruan senantiasa dibentuk oleh
kebutuhan masyarakat yangberubah begitu pesat, sekaligus juga harus berperan aktif dalam ikut
serta menentukan tingkatdan arah perubahan masyarakat dalam bidang kejuruannya tersebut.
Pendidikan kejuruanberkembang sesuai dengan perkembangan tuntutan masyarakat, melalui
dua institusi sosial.Pertama, institusi sosial yang berupa struktur pekerjaan dengan organisasi,
pembagian peranatau tugas, dan perilaku yang berkaitan dengan pemilihan, perolehan dan
pemantapan karir.Institusi sosial yang kedua, berupa pendidikan dengan fungsi gandanya
sebagai mediapelestarian budaya sekaligus sebagai media terjadinya perubahan sosial.
Mohammad ali, 2009,mengemukakan bahwa Sekurang- kurangnya ada tiga dimensi pokok yang
menjadi tantanganbagi SMK secara regional maupun nasional yaitu : 1. Implementasi program
pendidikan harus berfokus pada pendayagunaan potensi sumber daya local, dengan
mengoptimalkan kerjasama secara intensif dengan institusi pasangan 2. Pelaksanaan kurikulum
berdasarkan pendekatan yang fleksibel sesuai dengan kecenderungan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi agar kompetensi yang diperoleh peserta didik sebelum dan sesudah
mengikuti pendidikan memiliki adaptasi yang tinggi 3. Program pendidikan beljar tuntas dengan
melibatkan peran aktif da n partisipatif para pemangku kepentingan pendidikan, termasuk
optimalisasi peran pemerintah daerah untuk merumuskan pemetaan kompetensi
ketenagakerjaan di daerahnya sebagai input bagi SMK dalam penyelenggaraan diklat
berkelanjutan. Pendayagunaan potensi sumber daya local, dengan pelaksanaan kurikulum
sertakerjasama dari pemerintah daerah harus seiring sejalan dalam rangka membuka peluang
lebarpengembangan SMK sesuai dengan harapan dan kebutuhan masyarakat dan dunia
industri.Untuk mencari solusi dari tantangan tersebut di atas, SMK sebagai salah satu
lembagapenyelenggara pendidikan dan pelatihan kejuruan harus mampu memberikan
layananpendidikan terbaik kepada peserta didik walaupun kondisi fasilitasnya sangat beragam.
Sepertidiketahui, bahwa investasi dan pembiayaan operasional terbesar yang dilakukan
olehpemerintah dalam pendidikan kejuruan adalah pada sistem SMK. Pembukaan dan
penutupansuatu SMK pada dasarnya sangat tergantung pada tuntutan kebutuhan
pengembangan
3. 3. sumber daya manusia di wilayah atau daerah setempat. Pembukaan institusi SMK baru
sangatdimungkinkan jika terdapat tuntutan kebutuhan sumber daya manusia yang terkait
denganperan dan fungsi SMK. Sebagaimana yang dikemukakan Djojonegoro (1998), bahwa :
“Secarateoritik pendidikan kejuruan sangat dipentingkan karena lebih dari 80 % tenaga kerja
dilapangan kerja adalah tenaga kerja tingkat menengah ke bawah dan sisanya kurang dari 20
%bekerja pada lapisan atas. Oleh karena itu, pengembangan pendidikan kejuruan
jelasmerupakan hal penting”. Penutupan suatu institusi SMK hanya dimungkinkan jika secara
hukumtidak dapat dipertahankan atau karena adanya tuntutan masyarakat yang sama sekali
tidakdapat dipertahankan atau dihindari. Namun pada dasarnya, tidak ada alasan untuk
menutupSMK selama institusi tersebut masih dapat menjalankan peran dan fungsi serta
tidakbertentangan dengan hukum yang berlaku. pengembangan (pembukaan) program
keahlianSMK harus Link and Match dengan kebutuhan pasar kerja. link and match pada
dasarnyaadalah supplay-demand dalam arti luas, yaitu dunia pendidikan sebagai penyiapan
SDM, danindividu, masyarakat, serta dunia kerja sebagai pihak yang membutuhkan. Ada empat
aspekkebutuhan yang perlu diantisipasi oleh pendidikan, yaitu (a) kebutuhan pribdai atau
individu, (b)kebutuhan keluarga, (c) kebutuhan masyarakt/bangsa, dan (d) kebutuhan dunia
kerja ataudunia usaha.Untuk menciptakan link and mach antara pendidikan dan dunia
kerja/usaha/industri,diperlukan usaha-usaha secara reciprocal antara kedua pihak.
Duniakerja/usaha/idustri dituntut untuk lebih membuka diri terhadap pendidikan, baik dalam
arti sikapmaupun tindakan nyata termasuk menjadi menjadi tempat magang dan praktek
lapangan bagipara peserta didik. Di pihak lain, dunia pendidikan dituntut untuk melakukan
konsolidasi mulaitahap perencanaan sampai implementasi dan evaluasinya sehingga kebijakan
ini mempunyaiarti yang maksimal, sesuai dengan tujuannya. Adapun strategi dasar
implementasi untukSekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam link and match adalah : 1.
Menggiatkan kunjungan lapangan dan praktek lapangan sebagai bagian integral kurikulum 2.
Meningkatkan program magang di dunia usaha/industry 3. Meningkatkan jumlah dan mutu
sarana, prasarana, dan tenaga 4. Meningkatkan daya tarik SMK sebagai pilihan yang mempunyai
prospek yang baik untuk masa depan. Kegiatan kunjungan ke industri akan memberikan
informasi mengenai perkembanganindustri, tenaga kerja yang sangat dibutuhkan dan yang
kurang dibutuhkan saat ini. Jadiapabila program keahlian tertentu dibutuhkan oleh industri,
maka perlu dibuka programkeahlian baru dan jika lulusan dari program keahlian tersebut sudah
tidak dibutuhkan olehmasyarakat industry maka program keahlian tesebut perlu ditutup dahulu
untuk menghematbiaya operasional, dan jika di suatu saat dibutuhkan lagi oleh masyarakat,
maka programkeahlian tersebut bisa dibuka kembali.C. Pelaksanaan pelaksanaan PTK di lihat
dari Konsep, Program, Operasional SMKN 5 Makassar Kurikulum pada SMKN 5 Makassar
umumnya sudah lengkap. Namun bila kita berbicaratentang kurikulum yang tervalidasi dengan
industry maka satu-satunya jurusan yang tervalidasiDengan industry adalah jurusan teknik
otomotif, program atau rencana sekolah terankum dalam
4. 4. RAPBS (Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah ), RAPBS ini tiap tahun anggran
barudirencanakan dan dilaksanakan dengan melibatkan beberapa unsur diantaranya
pimpinan,komite sekolah, ketua jurusan, tim 9, pendidikan, kurikulum, kesiswaan, sarana
danperasarana, SDM. SMKN 5 Makassar terus meningkatkan kualitas pedidik terutama dalam
bidang Teknikinformasi dengan rutinnya dilaksanakan pelatihan-pelatihan baik internal maupun
external untukmenunjang peroses Proses pembelajaran pada umumnya telah memenuhi
persyaratan dengan memberikanporsi praktikum yang cukup. Dengan laboratorium/ bengkel
yang cukup lengkap dengan dandjurusan otomoti sendiri terdapat mobil Bantuan dari Toyota
untuk digunakan sebgai bahanperaktek bagi siswa(i), jurusan otomotif termasuk jurusan yang
dalam hal peralatan/ bahanpraktek sudah sesuai dengan perkembangan dunia industry,
perkembangan teknologi yangsemakin maju membuat beberapa jurusan agak ketertinggalan
dalam hal memenuhi sarana lab/bengkel yang sesuai dengan industry, seperti dijurusan Listrik
misalnya kontaktor yangdigunakan sebagai bahan peraktek sudah jauh tertinggal dengan
industry. Praktikum tersebuthanya diberikan dalam mata pelajaran keterampilan produktif.
Untuk pelajaran keterampilanintelektual seperti matematik dan sains, tidak terungkap adanya
praktikum berupa belajarpemecahan masalah, belajar berbasis proyek dan sebagainya. Proses
perekrutan penerimaan siswa-siswi baru melalui seleksi tulis dengan kemampuanIPA, bahasa
inggris dan nilai Nem 70 Salah satu program SMK yaitu PSG dinilai belum mendapatkan hasil
maksimal karenaindustry kebanyakan belum sepenuh hati dalam menerima siswa(i) PSG
tersebut dalam halkerja peraktek, kondisi ini mengakibatkan tidak terjadinya kerjasama
pembelajaran diIndustriyang efektif. SMKN 5 Makassar sudah membangun MoU dengan
beberapa Industri namun ini belummenjamin bahwa lulusannya bisa terserap semua dalam
industry, namun Lulusan SMKN 5Makassar mulai sekitar tahun 2007 ada kecenderungan
lulusannya lanjut kuliah di PTN maupunPTS.Bila dibandingkan dengan penelitian oleh Prof.
Yusufhadi Miarso, M.Sc maka terdapatbeberapa persamaan diantaranya SMKN 5 praktikum
hanya diberikan dalam mata pelajaranketerampilan produktif. Untuk pelajaran keterampilan
intelektual seperti matematik dan sains,tidak terungkap adanya praktikum berupa belajar
pemecahan masalah, belajar berbasis proyekdan sebagainya. Yang kedua Kompetensi lulusan
masih berorientasikan pada kebutuhanlapangan kerja masa sekarang atau bahkan masa lalu,
dan belum membuka wawasan ke masamendatang. Perkembangan teknologi, terutama
teknologi informasi dan komunikasi yang telahmemicu globalisasi, baru sekedar diketahui dan
dioperasikan, belum dimanfaatkan untukkeperluan belajar atau untuk mencari informasi yang
berkaitan dengan perkembanganlingkungan kerja. Kemandirian sebagai salah satu kompetensi
yang perlu dikuasai, belumtampak usaha pengem-bangannya. Kemampuan ini sangat diperlukan
dalam menghadapisituasi yang senantiasa berubah. Namun dalam kerjasama dengan industri
SMKN 5 Makassardianggap sudah baik terutama dijurusan teknik Otomotif yang sudah
kerjasama dengan industryotomotif seperti Suzuki, Toyota, bahkan di SMKN 5 Makassar
terdapat Pusat Diklat Suzuki dankurikulum teknik otomotif sudah divalidasi dengan Industri,
5. 5. D. Kesimpulan Untuk menghasilkan lulusan yang siap pakai, mandiri atau mampu
berwirausaha SMKperlu melakukan usaha-usaha baik dibidang pengembangan kurikulum,
tenaga kependidikan,dengan menyertakan DUDI dalam kegiatan sekolah. Pihak DUDI
menyarankan agar SMKmenambah guru yang sesuai dengan bidangnya dan perlu meningkatkan
kompetensi danwawasan agar sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang relevandengan bidang keahlian yang diampunya. Pihak sekolah harus bisa lebih kereatif
dalam mengembangkan kurikulum SMK yang bisasingkron dengan Industri dan bisa melakukan
kerjasama dengan industri dalam hal penyadianbahan/ peralatan indutri Pihak pemerintah/
pengambil kebijakan melakukan intervensi terhadap industry agar pihakindustry bisa lebih
maksimal dalam hal kerjasama dengan sekolah menengah kejuruan
6. 6. E. Daftar PustakaReferensi:Melvin L. Barlow, "Foundation of Vocational Education" in
American Vocational Journal, Vol. 42,No. 3, March 1967, pp. 17-19.Nur
Kamrihttp://www.blogger.com/profile/00119481587173873252Ilmu dan aplikasi pendidikan.
Timpengembang ilmu pendidikan FIP UPI.
2007Grasindo.http://books.google.co.id/books?id=B35Cf_WXgp4C&pg=PA383&dq=kesuksesan
+pendidikan+kejuruan&hl=id&ei=os6HToDNBIvJrAeplZGfBQ&sa=X&oi=book_result&ct=result&r
esnum=4&ved=0CD4Q6AEwAw#v=onepage&q&f=falseChief Editor on February 7th, 2009
.Linkand match: Keterkaitan dunia industri dan dunia pendidikan. http://indosdm.com/link-and-
match-keterkaitan-dunia-industri-dan-dunia-
pendidikanhttp://www.businessballs.com/nvqs_national_vocational_qualifications.htmAhmadri
zal,dkk.2009. Dari guru konvensional menuju guru professional. 2009.Deddy W.S 12
Oktober2010 http://www.smkn2pandeglang.net
/index.php?option=com_content&view=article&id=64:konstruktivisme-di-sekolah-menengah-
kejuruan&catid=34:pendidikan&Itemid=59Depdiknas.2006. Kurikulum SMK edisi
2006.Herdi.2009.Bangun dunia dari diri kita.http://herdiana.blog.com/2009/01/29/industri-
berbasis-smk-harga-mati-bagi-home-industri-indonesia/Murniaty, Nasir. Manajemen strategic
dalam pemberdayaanSMK. Perdana Publishing.Mohammad ali, 2009. Pendidikan untuk
pembangunan nasional. PTGrasindo.2009Nurkholis.2003. Manajemen berbasis sekolah, teori
model danaplikasi.Pardjono.2011. Makalah. Peran Industry dalam pengembangan
SMK.WardimanDjojonegoro. 1998. Pengembangan Sumber Daya Manusia: Melalui Sekolah
MenengahKejuruan (SMK). Jakarta: PT. Jayakarta Agung.Fajar Hendro. Arahan pengembangan
sekolahmenengah Kejuruan bisnis dan manajemen berbasis sektor Perdagangan di
kabupatentulungagung. http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-10251-Paper.pdf

https://www.slideshare.net/mtismailmajid/tugas-4-ptk

Anda mungkin juga menyukai