Anda di halaman 1dari 10

B.

INDONESIA

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN


PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI DI SMKN 1
CANGKRINGAN

Disusun oleh :
Suryadi (1750421048)
Dosen pengampu : Dr.Drs. Sukoco M.Pd.

PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut


pembinaan sumber daya manusia yang berkualitas. Daya saing Indonesia
dalam menghadapi persaingan antar negara maupun perdagangan bebas
ditentukan oleh keluaran sumber daya manusia. Salah satu upaya negara
dalam pemenuhan SDM level menengah yang berkualitas adalah pembinaan
pendidikan kejuruan.

Menurut Rupert Evans (1978), pendidikan kejuruan merupakan


bagian dari seistem pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar mampu
bekerja pada satu fokus pekerjaan atau satu bidang peerjaan daripada
bidang-bidang pekerjaan yang lainnya. Menurut Undang – Undang Nomor
20 Tahun 2003 Pasal 15, pendidikan kejuruan merupakan pendidikan
menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam
bidang tertentu. Pendidikan kejuruan salah satunya yaitu Sekolah Menengah
Kejuruan.

Pertumbuhan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) semakin pesat


di Indonesia. Peminatnya dari tahun ke tahun semakin banyak. Pertumbuhan
ini disebabkan karena banyak orang yang sudah menyadari bahwa
keberadaan SMK itu penting untuk menciptakan tenaga-tenaga yang
terampil dan siap kerja dimulai dari jenjang SMK.

SMK menghasilkan specific human capital daripada general


human capital (Becker,1964). Dalam SMK, siswa diprogram untuk
berkomitmen pada ketrampilan khusus (specific) tertentu sehingga ia dapat
lebih berkonsentrasi pada usaha untuk mengasah dan mengembangkan
ketrampilan itu. Semakin khusus ketrampilan alumni SMK, semakin mudah
ia mengembangkan ketrampilan itu.

Keanekaragaman jalur keahlian dalam SMK, mencerminkan


diferensiasi siswa/lulusan satu terhadap siswa/lulusan lainnya. Diferensiasi
jalur keahlian dalam SMK mengimplikasikan spesifikasi satu lulusan
tertentu terhadap satu lulusan lainnya sehingga para lulusan SMK relatif
“tidak hilang dalam kerumunan” di antara lulusan-lulusan sekolah
menengahlainnya. Pendek kata, SMK membuat lulusannya tidak loosing in
the crowd. Hal ini memberikan menu bagi pasar pekerja untuk mendapatkan
alumni SMK yang spesifik serta match dengan kebutuhannya.

Sekolah menengah Kejuruan lebih memfokuskan untuk


mempersiapkan peserta didik memasuki dunia industri / lapangan pekerjaan
yang didasarkan atas demand driven (kebutuhan dunia kerja). Fokus isi dari
pendidikan yang ada di smk ditekankan pada penguasaan pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang dibutuhkan oleh dunia kerja.

Sinergi antara dunia pendidikan dengan dunia industri serta stakeholders di


masyarakat sangat dibutuhkan. Pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan
di sekolah perlu disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Dengan harapan
pendidikan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat, baik dari sisi pengetahuan
maupun penyelesaian masalah kontektual yang dihadapi sehari-hari.

Selama ini pembelajaran belum bisa memenuhi semua tuntutan masyarakat,


terutama bidang keterampilan hidup sesuai kondisi lokal hidup siswa. Materi
pembelajaran sering tidak sejalan dengan perkembangan dan kebutuhan
masyarakat. Konsekwensinya, setelah lulus sekolah siswa tidak bisa langsung
menerapkan teori yang didapatkan dari sekolah.

Diketahui bersama, pendidikan sangat erat kaitannya dengan transformasi


sosial. Sebab pendidikan juga bagian dari sistem sosial. Relevansi antara dunia
pendidikan dengan dunia riil menjadi kebutuhan mendesak untuk direalisasikan.

Fenomena yang terjadi, antara dunia pendidikan dan perkembangan masyarakat


tidak match dan terjadi kesenjangan cukup signifikan. Kebutuhan masyarakat
belum bisa diwujudkan sepenuhnya oleh lembaga pendidikan. Di antara indikator
masalah ini adalah, lulusan lembaga pendidikan belum siap pakai karena hanya
menguasai teori, miskin keterampilan. Dunia industri pun akhirnya meninggalkan
sekolah karena tidak ada linkage.

Selain itu juga disebabkan materi pembelajaran tidak sesuai potensi daerah
dimana siswa bertempat tinggal. Materi pelajaran dan konteks kehidupan siswa
tidak padu. Sehingga tidak terjadi transfer belajar dalam kehidupan siswa tidak
terjadi. Mengacu pada indikasi tersebut, maka peluang kerja bagi lulusan SMK
pada dasarnya belum begitu menggembirakan.

Jumlah ini memang belum ideal, sehingga perlu diupayakan peningkatan daya
serap lulusan untuk memasuki lapangan kerja maupun menciptakan peluang kerja.
Secara nasional, idealnya 80%-85% lulusan SMK dapat memasuki lapangan kerja,
sementara 15%-20% dimungkinkan dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi. Jika melihat data ini, maka penambahan jumlah SMK, yang salah satu
pertimbangannya karena  52% lulusan SMA yang tidak studi lanjut, tapi yang lebih
utama dan pertama adalah meningkatkan kualitas kinerja penyelenggaraan SMK
sehingga kualitas lulusannya meningkat, baru kemudian meningkatkan jumlah
sehingga mencapai proporsi tertentu sekitar 65 persen penganggur terdidik adalah
lulusan pendidikan menengah (Sakernas, BPS 2004).

Gambaran tentang kualitas lulusan pendidikan kejuruan yang disarikan dari


Finch dan Crunkilton (1984), bahwa : “Kualitas pendidikan kejuruan menerapkan
ukuran ganda, yaitu kualitas menurut ukuran sekolah atau in-school success
standards dan kualitas menurut ukuran masyarakat atau out-of school success
standards”. Kriteria pertama meliputi aspek keberhasilan peserta didik dalam
memenuhi tuntutan kurikulum yang telah diorientasikan pada tuntutan dunia kerja.
Kriteria kedua, kemampuan lulusan untuk berhasil di luar sekolah berkaitan dengan
pekerjaan atau kemampuan kerja yang biasanya dilakukan oleh dunia usaha atau
dunia industri.

Tamatan dari SMK diharapkan mampu dan siap bekerja sebagi tenaga ahli
dibidangnya, dan dapat membuka lapangan pekerjaan, namun pada kenyataanya
angka keterserapan lulusan di dunia kerja dan industri masih jauh dari angka yang
diharapkan, selain faktor ketersediaan lapangan pekerjaan yang masih belum sesuai
dengan jumlah lulusan yang dihasilkan, faktor kualitas lulusan masih menjadi
penyebab banyaknya lulusan yang belum bekerja.

Diharapkan melalui pengembangan SMK, tingkat pengangguran dapat


ditekan. Karena berbeda dengan pendidikan SMA, pendidikan SMK
didasarkan pada kurikulum yang membekali lulusannya dengan
keterampilan tertentu untuk mengisi lapangan kerja atau membuka lapangan
usaha. Selain itu, SMK juga dapat diarahkan untuk mengangkat keunggulan
lokal sebagai modal daya saing bangsa. Kurikulum SMK sangat
memungkinkan untuk dikembangkan sesuai dengan potensi wilayah dan
lapangan pekerjaan/usaha yang timbul akibat aktivitas perekonomian
wilayah.

Gambaran kelulusan yang besar dapat memberikan masukan, bahwa


dalam setiap tahunnya dunia kerja perlunya melakukan penyerapan tenaga
kerja yang besar, apabila ini belum mampu diatasi oleh pemerintah maka
akan timbulnya pengangguran atau makin banyak orang yang mencari
pekerjaan. Sebagai penyelenggara pendidikan pihak sekolah di tuntut untuk
lebih aktif meningkatkan proses belajar mengajar (PBM) yang lebih
mengarahkan peserta didik pada pendidikan yang berbasiskan kecakapan
hidup (life skill). Melalui mata diklat yang diberikan mampu membentuk
siswa mengembangkan potensi diri, sehingga berani menghadapi, mau
mencari pemecahan, dan mampu mengatasi masalah hidup dan kehidupan.

SMKN 1 Cangkringan merupakan lembaga Sekolah Menengah Kejuruan


(SMK) di Yogyakarta yang menyelenggarakan berbagai bidang keahlian,
salah satu bidang tersebut adalah Teknik Kendaraan Ringan. Keunggulan
dari SMKN 1 Cangkringan berdasarkan Visi sekolah adalah “ Terwujudnya
tamatan yang berbudi pekerti luhur, terampil, tangguh, handal dan mandiri
yang dilandasi iman dan taqwa“. Misi yang dibawa oleh SMKN 1
Cangkringan untuk merealisasikan visi yang dibuat adalah sebagai berikut :

1. Mendidik dan membimbing siswa menjadi tamatan yang berkualitas


dan berahlak mulia.
2. Membentuk siswa menjadi tamatan yang terampil, tangguh, handal
dan mandiri.
3. Menyiapkan tamatan yang kompeten untuk memasuki dunia kerja.
4. Menyiapkan tamatan yang mampu mengembangkan diri secara
optimal dilandasi iman dan taqwa.

Menurut data yang diperoleh dari Pusat Penilaian Pendidikan


Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2019 ini SMK N 1
Cangkringan peringkat 55 dari 216 sekolah SMK negri dan swasta yang ada
di yogyakarta. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa siswa di SMK N 1
Cangkringan masih belum bisa dikatakan kompeten. Apalagi syarat siswa
menegah kejuruan dinyatakan lulus adalah jika mereka berhasil
menyelesaikan Ujian Sekolah, Ujian Nasional dan Uji Kompetensi Siswa.

Salah satu aspek penting dalam proses pembelajaran yang ada di SMK N
1 Cangkringan yaitu dari Sumber Daya Manusia (SDM) yang perlu
diperhatikan untuk meningkatkan kualitas / mutu proses belajar mengajar di
kelas adalah kemampuan guru dalam mengajar. Sedangkan keberhasilan
guru dalam mengajar tidak hanya ditentukan oleh hal-hal yang berhubungan
langsung dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Seperti perumusan
tujuan pengajaran dalam pembuatan rencana pembelajaran, pemilihan
materi pelajaran yang sesuai, penguasaan materi pelajaran yang sesuai,
pemilihan metode yang tepat serta lengkapnya sumber-sumber belajar dan
yang memiliki kompetisi yang memadai untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran di kelas.

Keberhasilan pengajaran dalam arti tercapainya tujuan-tujuan pengajaran,


sangat tergantung kepada kemampuan kelas. Kelas yang dapat menciptakan
situasi untuk memungkinkan anak didik dapat belajar dengan baik dengan
suasana yang wajar, tanpa tekanan dan dalam kondisi yang merangsang
untuk belajar. Dalam meningkatkan kualitas pembelajaran maka diperlukan
motivator yang baik.
Dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut, setiap guru akan
menghadapi berbagai masalah yakni masalah yang dapat dikelompokkan
atas masalah pembelajaran dan masalah peranan guru sebagai motivator,
misalnya tujuan pembelajaran tidak jelas, media pembelajaran tidak sesuai.
Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan sosok guru
yang profesional, dimana guru yang profesional adalah guru yang tidak
hanya menguasai prosedur dan metode pengajaran, namun juga sebagai
motivator yang kondusif. Dalam motivasi yang kondusif diharapkan mampu
meningkatkan kualitas pembelajaran.

Meningkatkan kualitas pembelajaran dalam pendidikan merupakan salah


satu upaya yang sedang diprioritaskan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Pada proses kegiatan pembelajaran dimasa lalu banyak yang berjalan secara
searah. Dalam hal ini fungsi dan peranan guru menjadi amat dominan, guru
sangat aktif tetapi sebaliknya siswa menjadi sangat pasif dan tidak kreatif
dan kadang siswa juga dianggap sebagai obyek bukan sebagai subyek.
Sehingga siswa kurang dapat dikembangkan potensinya.

Pada dasarnya guru sebagai pengajar tidak mendominasi kegiatan, tetapi


membantu menciptakan kondisi yang kondusif serta memberikan bimbingan
agar siswa dapat mengembangkan potensi dan kreatifitasnya, melalui
kegiatan belajar. Diharapkan potensi siswa dapat berkembang menjadi
komponen penalaran yang bermoral, manusia-manusia aktif dan kreatif
yang beriman dan bertaqwa.

Guru merupakan tenaga professional yang memahami hal-hal yang


bersifat filosofis dan konseptual dan harus mengetahui hal-hal yang bersifat
teknis terutama hal-hal yang berupa kegiatan mengelola dan melaksanakan
kegiatan belajar mengajar (pembelajaran). Dalam pendidikan guru dikenal
adanya pendidikan guru berdasarkan kompetensi dengan sepuluh
kompetensi guru yang merupakan profil kemampuan dasar bagi seorang
guru yaitu yang meliputi: menguasai bahan, mengelola program belajar
mengajar, mengelola kelas, menggunakan media/sumber, menguasai
landasan pendidikan, mengelola interaksi belajar mengajar, menilai prestasi
siswa untuk kepentingan pengajaran, mengenal fungsi dan program layanan
bimbingan dan penyuluhan, mengenal dan menyelenggarakan administrasi
sekolah serta memahami prinsip-prinsip dan hasil penelitian pendidikan
guna keperluan pengajaran.

Hal tersebut dianggap penting karena untuk meningkatkan kualitas


pembelajaran yang tinggi maka harus melalui motivasi yang baik. Pada saat
pengelolaan proses belajar mengajar disadari atau tidak disadari setiap guru
menggunakan pendekatan dan menerapkan teknik-teknik motivator. Strategi
yang biasa digunakan antara lain: memberikan nasihat, teguran, larangan,
ancaman, teladan, hukuman, perintah dan hadiah. Selain itu ada guru yang
memotivasi siswa dengan cara yang ketat yakni mengandalkan sikap otoriter
tanpa memperhatikan kondisi emosional siswa dan ada pula yang
membiarkan siswa secara penuh berbuat sesuka hati.

Sehubungan dengan penjelasan di atas, bahwa peran guru sebagai


motivator sangat penting dalam peningkatan kualitas pembelajaran.
Terwujudnya tujuan pendidikan tergantung pada motivasi yang dilakukan
oleh guru.

1.2 Identifikasi Masalah


Ada banayak masalah yang mempengaruhi keberhasilan belajar. Tidak
terkecuali prestasi belajar di SMKN 1 Cangkringan Kabupaten Sleman.
Pencapaian prestasi belaar siswa SMKN 1 Cangkringan dipengaruhi oleh
faktor-faktor sebagai berikut :
1. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan lebih mudah dalam mencapai
prestasi belajar yang diinginkan namun yang terjadi masih banyak siswa
yang belum memahami dan memiliki motivasi belajar yang tinggi. Hal
itu terlihat dari masih ada siswa yang malas belajar, tidak konsentrasi
dalam menerima pelajaran, kurang semangat dalam belajar dan lain-lain
padahal motivasi belajar erat hubungannya dengan prestasi belajar siswa.
2. Siswa yang memiliki minat belajar akan lebih memungkinkan mereka
untuk mencapai prestasi belajar yang diinginkan sebaliknya jika siswa
kurang memiliki minat belajar maka siswa akan sulit untuk mencapai
prestasi belajarnya. Sebagian besar siswa kelas VII SMP 3 Limpung
belum memiliki minat belajar yang cukup, hal itu nampak dari perilaku
siswa yang kurang semangat dalam belajar. Padahal minat belajar ada
hubungannya dengan prestasi belajar.
3. Belajar membutuhkan sarana dan prasarana misal buku, peralatan
sekolah, fasilitas sekolah SMP 3 Limpung masih kurang dalam
memenuhi kebutuhan siswa terhadap keberadaan fasilitas sekolah. Misal
jumlah gedung, ruang praktik, komputer dan lain-lain. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kekurangan sarana belajar menghambat pencapaian
prestasi belajar.
4. Sebagian guru telah menggunakan metode belajar yang modern dan
inovativ sedangkan sebagian lainnya masih menggunakan metode
konvensional. Metode mengajar yang inovativ lebih memungkinkan
siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam pelajaran, sehingga prestasi
belajarnya lebih meningkat. Dengan demikian metode mengajar guru ada
hubungannya dengan prestasi belajar.
5. Dalam tes intelegensi diketahui bahwa sebagian besar siswa memiliki
tingkat intelegensi yang normal dan dibawah normal sehingga
pencapaian prestasi belajar siswa tidak begitu menonjol. Dengan
demikian kecerdasan atau intelegensi ada hubungannya dengan prestasi
belajar.

1.3 Pembatasan Masalah


Tidak semua masalah yang teridentifikasi dibahas dalam penelitian ini, hal
ini dilakukan agar pembahasan tidak terlalu luas dan lebih terarah
sebagaimana judul penelitian ini, untuk itu dibuat pembatasan masalah.
Dalam peneltian ini pembatasan masalahnya yaitu prestasi belajar ada
hubungannnya dengan motivasi belajar .
1.4 Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah dalam penelitian ini, maka masalah–
masalah yang dapat dirumuskan adalah apakah ada hubungan positif yang
signifikan antara motivasi belajar dengan Prestasi belajar siswa Kelas XI
SMKN 1 Cangkringan
1.5 Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan yang dilakukan manusia pada umumnya tidak lepas dari
tujuan yang akan dicapai.Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan mendiskripsikan motivasi belajar siswa XI SMK
N 1 Cangkringan
2. Untuk mengetahui danmendiskripsikan prestasi belajar siswa kelas XI
SMK N 1 Cangkringan
3. Untuk mengetahui hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi
belajar siswa kelas XI SMK N 1 Cangkringan
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan ada kegunaannya, baik yang bersifat teoritis
maupun yang bersifat praktis sebagai tindak lanjutnya.
1. Kegunaan yang bersifat teoritis adalah kegunaan bagi ilmu pengetahuan
yaitu memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu bimbingan dan
konseling.
2. Kegunaan yang bersifat praktis adalah :
a. Bagi SMKN 1 Cangkringan, sebagai upaya untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa dengan cara para pendidik agar meningkatkan
perhatiannya terhadap factor-faktor yang dapat mempengaruhi
proses belajar siswa.
b. Bagi siswa agar meningkatkan motivasi belajarnya sehingga prestasi
belajarnya meningkat .
c. Bagi orang tua siswa dapat menjadi acuan dan bahan pertimbangan
dalam membimbing putra-putrinya.

Anda mungkin juga menyukai