Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan data dari BPS pengangguran di Indonesia per Februari 2019

adalah sejumlah 17,2 juta orang, di mana Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK) merupakan penyumbang terbesar. Data ini menunjukkan bahwa

sebagian besar lulusan SMK belum dapat mandiri dan hanya bergantung

kepada pekerjaan yang disediakan oleh pihak lain sehingga menyebabkan

semakin tingginya angka pengangguran di Indonesia.

Education Development Index (EDI), indeks pendidikan yang dirilis

UNESCO menyebutkan bahwa pada saat ini Indonesia memiliki ranking 69

dari 127 negara (indonsiaberkibar. org, 2019). Hal ini semakin memperjelas

bahwa lulusan SMK tidak dapat langsung memiliki pekerjaan, disebabkan

antara lain rendahnya mutu pendidikan di Indoensia khususnya pada jenjang

pendidikan menengah. Dari kedua acuan tersebut membuktikan kualitas

pendidikan di Indonesia masih belum memuaskan.

SMK yang pada awalnya merupakan suatu jenjang pendidikan yang

kelulusannya diharapkan dapat langsung bekerja namun kualitas tingkat

lulusannya hingga saat ini belum seperti yang diharapkan, sehingga hal ini

menyebabkan tingkat kelulusan yang tinggi namun tidak diimbangi dengan

tingkat penyerapan lapangan kerja. Selain itu kualitas pendidikan tingkat

menengah di Indonesia juga masih sangat rendah dari data terakhir yang

1
2

diperoleh dari BPS, pada tahun 2019, disebutkan bahwa rata-rata hasil ujian

pada jenjang Sekolah Menengah Tingkat Atas memiliki kecenderungan nilai

yang semakin rendah dbandingkan dengan tahun sebelumnya, dan sebanyak

601 siswa tidak lulus dari total jumlah 1.106.104 orang peserta ujian

(edukasi.kompas.com, 2019). Berdasarkan data dari kompas tersebut

memperlihatkan mutu pendidikan di Indonesia berdasarkan nilai kelulusan

masih cukup rendah.

Untuk menekan angka pengangguran khususnya yang berasal dari tingkat

pendidikan Sekolah Menengah Tingkat Atas harus dilakukan terus-menerus

pembenahan terhadap kualitas pendidikan yang ada. tujuan akhirnya adalah

meningkatkan kualitas lulusan sehingga mereka dapat mampu bersaing

memperebutkan lapangan pekerjaan. Ketidakmampuan lulusan SMK untuk

dapat terjun langsung dilapangan pekerjaan menjelaskan bahwa amanat

Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional khususnya yang menjelaskan bahwa SMK

merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik untuk

bekerja pada bidang tertentu. Hal yang sama juga dijelaskan pada salah satu

tujuan pendidikan pada jenjang sekolah menengah kejuruan berdasarkan

peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun

2006 adalah untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadianan,

akhlak mulia, serta kompetensi peserta didik agar dapat hidup mandiri dan

dapat mengikuti pendidikan pada jenjang lebih tinggi yang disesuaikan

dengan program kejuruannya. Hal sebagaimana tersebut di atas merupakan

Universitas Kristen Indonesia. 2020


3

salah satu alasan kuat kualitas pendidikan khususnya pada SMK harus

ditinggalkan.

Pendirian SMK di Indonesia, dilandasi pada pemikiran Charles Prosser,

yang menyatakan bahwa terdapat 16 prinsip program dalam menyukseskan

jenjang pendidikan pada tingkat SMK, namun pada kenyataan di lapangan

SMK terkendala dalam hal manajemen pendidikan yang disebabkan tidak

efektif, efisien dan belum maksimalnya pengelolaan manajemen sehingga

menyebabkan permasalahan pengangguran terus bertambah dari tahun ke

tahun.

Peningkatan kualitas pekerja dapat ditingkatkan secara bertahap dengan

didahului peningkatan kualitas mutu pendidikan mulai dari tingkat menengah

hingga tingkat atas (Muhaimin, detik.com, 2013). Ini menjelaskan bahwa

lulusan sekolah menengah kejuruan belum dapat memberikan pengaruh

secara signifikan terhadap pengurangan jumlah angka pengangguran

Indonesia. Munculnya ketimpangan antara jumlah lulusan dengan kebutuhan

tenaga kerja menjadi salah satu penyebabnya. hal ini mendorong pentingnya

setiap jenjang pendidikan memiliki kompetensi dan keahlian khusus pada saat

bekerja di perusahaan atau berwirausaha mandiri.

Sebagaimana telah di singgung pada paragraf sebelumnya, pada siswa

lulusan SMK, menjadi penyebab utama sulitnya lulusan SMK mencari

pekerjaan. Bahwa terdapat kesenjangan yang signifikan antara materi yang

diajarkan dengan paktik di lapangan kerja (edukasi.kompasina.com, 2015).

Hal tersebut memperlihatkan bahwa masih ada gap antara teori dan praktik

Universitas Kristen Indonesia. 2020


4

yang diperoleh pada sekolah dengan implemntasi di dunia kerja. Tujuan

utama dari kegiatan pendidikan sistem ganda, yang saat ini dikenal sebagai

nama praktek kerja industri, untuk mengembangkan profesionalitas serta

kompetensi yang dicapai dan diterapkan pada lingkungan kerja yang

sesungguhnya. Praktek kerja industri memberikan gambaran kepada siswa

bagamana kondisi dunia kerja yang sebenaarnya. Sehingga dalam tujuan

untuk meningkatkan kompetensi diadakan pada kerja industri dengan

menjalin kerjasama antara sekolah dengan industri.

Hal lain yang mempengaruhi peningkatan kompetensi adalah mAsih

kurangnya pelatihan yang bagi siswa SMK. Kantrowitz (2013; 45),

dikemukakan bahwa bahwa pada saat ini sangat jarang dijumpai adanya

pelatihan khusus oleh sekolah karena secara umum SMK memberikan materi

pelatihan ke dalam praktek kerja. artinya, materi di sekolah adalah pelatihan

yang sudah diintegrasikan ke dlam kurikulum, yaiitu pembelajaran praktek

pada jenjang tingkat SMK menengah dengan berbagai macam program sesuai

dengan jenis kejuruan yang dipilih oleh siswa yang bersangkutan. Pembeklan

pelaihan dan kecakapa vokasonal secara spesifik sesuai dengan bakat dan

kompetensi yang dipilih. Dapat disimpulkan bahwa pengalaman pelatihan

merupakan hasil yang diperoleh dari proses pembelajaran praktek di sekolah.

Peran penting kecakapan vokasional terhadap hasil kompetensi antara

lain disumbangkan dari pengalaman pelatihan yang dimiliki oleh siswa saat

menjalani kecakapan vokasional. Dijelaskan lebih lanjut bahwa kecakapan

vokasional yang dimiliki oleh siswa akan berbeda satu dengan yang lainnya

Universitas Kristen Indonesia. 2020


5

sesuai dengan bidang pekerjaan yang mereka pilih (edukasi.kompasiana.com,

2013). Hal ni menguatkan persepsi kecakapan vokasonal yang dimiliki oleh

siswa akan memberikan penting pada hasil kompetensi peserta didik.

Berdasarkan uraian sebagaimana yang tersebut diatas dijelaskan bahwa

kompetens siswa dpengaruhi oleh factor, praktek kerja ndustri, pengalaman

pelatihn, serta kecakapan vokasional yang harus dikuasai sswa, Sehingga

syarat siwa sudah lulus memiliki kompetens keahlan yang dibuthkan dalam

duna keja maupun industr.

Ketiga variabel di atas, praktek kerja industri, pengalaman pengalaman

pelatih, serta kecakapan vokasional, termasuk dalam dasar program yang

dicetuskan oleh Charles Prosser pada butir ke 10, 11, dan 12. Pengtingnya

fakto yang dimiliki siswa dalam pengaruhnya terhadap kompetensi, penelitian

ini bertujuan ingin mengetahui kontribusi dari manajemen workshop, dan

mengetahui seberapa besar pengaruh seberapa besar pengaruh. Serta apakah

masih relevan didirikannya SMK dengan dasar pemikiran Prosser.

SMK Negeri 3 Toraja Utara sebagai salah satu sekolah unggulan yang

berada di Toraja, telah mengimplitasikan kurikulam terbaru yang

menyelaraskan antara pemberian materi secara teori dengan materi praktek.

Kesimbangan tersebut dilakukan untuk menyiapkan peserata didikn untuk

siap pakai dalam lapangan kerja sesunguhya. Diakui bahwa manajemen

workshop yang dilakukan belum sepenuhnya berjalan dengan semprna,

dimana masih terdapat banyak kekurangan.

Universitas Kristen Indonesia. 2020


6

Salah satu permasalahan dalam pelaksanaan workshop adalah masih

belum teraturnya jadwal dalam pelaksanaan, sehingga penyampaian materi

praktek sering tidak dapat sempurna diterima oleh siswa sehingga memberkan

efek pemahaman siswa terhadap materi juga berkurang. Selain tu jadwal yang

tidak teratur tersebut juga dipengaruhi oleh masih kurang lengkapnya sarana

dan prasarana, sehingga guru juga mengalami kendala dalam memberikan

materi ajar. Dari pertanyaan tersebut dapat terlihat bahwa kuranganya

manajemen workhop dapat mengakibatkan keterampilan siswa kurang baik.

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka peneliti tertarik

melakukan penelitian dengan mengambil judul “Pengaruh Manajemen

Workshop Terhadap Keterampilan Siswa SMK Negeri 3 Toraja Utara”.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang permasalahan sebagai mana telah

dikemukakan pada sub bab sebelumnya, permasalahan yang terindentifikasi

adalah:

1. Masih rendahnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan

secara lisan/ teori

2. Guru kesulitan menjelaskan secara teori pembahasan mengenai praktek

kerja

3. Jadwal workshop yang masih kurang teratur, sehingga siswa tidak

memahami dengan penuh materi praktek yang disampaikan.

Universitas Kristen Indonesia. 2020


7

4. Kurangnya lengkapnya sarana dan prasarana penunjang workshop.

Sehingga pembelajaran kurang dapat berjalan dengan optimal.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah sebagai mana telah dipaparkan di atas

maka permasalahan dalam penelitian ini dibatasi kepada manajeman

workshop, dan pengaruhnya terhadap keterampilan siswa.

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan permasalahan yang akan dijadikan fokus pembahasan

permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada pengaruh manajemen

workshop terhadap keterampilan siswa di SMKN 3 Toraja Utara.

E. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap

bidang keilmuan manajemen pendidikan. Khususnya dalam manajemen

workshop dalam pengaruhnya terhadap keterampilan siswa.

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk

pengelolaan workshop pada sekolah, sehingga memberikan dampak yang

signifikan terhadap peningkatan keterampilan yang dimiliki siswa.

Universitas Kristen Indonesia. 2020

Anda mungkin juga menyukai