Anda di halaman 1dari 21

ARTIKEL

ANALISIS HUBUNGAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH MODEL TRILOGY JURAN DENGAN HASIL UJIAN NASIONAL SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) DI KOTA PADANG

Oleh A. HALIM 07206071

Program Studi Perencanaan Pembangunan Perencanaan Pendidikan

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ANDALAS 2010


Artikel Hasil Penelitian | A. HALIM

A. Pendahuluan Menurut Suparman (2008) salah satu masalah pendidikan di Indonesia saat ini adalah mutu pendidikan. Pendidikan saat ini dihadapkan pada mutu tamatan yang masih rendah, khususnya mutu pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualifikasi guru, penyediaan dan perbaikan sarana/prasarana pendidikan, serta peningkatan mutu manajemen sekolah. Berdasarkan data hasil belajar siswa SMK negeri di Kota Padang, menunjukkan hasil yang kurang maksimal. Tidak saja secara nasional tetapi juga untuk standar propinsi masih kurang dari yang diharapkan. Hasil Ujian Nasional tahun 2005/2006 dari jumlah peserta ujian nasional (UN) sebanyak 4025 yang tidak lulus sebanyak 473 orang atau sebesar 11,752%. Tahun 2006/2007 dari jumlah peserta UN sebanyak 3781 yang tidak lulus sebanyak 750 orang atau sebesar 19,836%, sedangkan tahun 2007/2008 dari jumlah peserta UN sebanyak 3842 yang tidak lulus sebanyak 628 orang atau sebesar 16,346%. Tingginya tingkat ketidakberhasilan siswa SMK di kota Padang dalam tiga tahun terakhir mengikuti ujian nasional menunjukkan masih rendahnya kualitas peserta didik dalam menyerap berbagai pengetahuan dan kompetensi di sekolah. Tabel 1. Data Hasil Ujian Nasional tahun 2007/2008 Siswa gagal Ket No Kabupaten/Kota (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Kabupaten Agam Kabupaten Pasaman Kabupaten Solok Kabupaten Lima Puluh Kota Kabupaten Pesisir Selatan Kabupaten Tanah Datar Kabupaten Sawaluntoh Sijunjung Kabupaten Pasaman Barat Kabupaten Solok Selatan Kabupaten Dharmasraya Bukittinggi Padang Padang Panjang Sawahlunto Solok Payakumbuh Pariaman Kab. Pariaman Kab. Kep. Mentawai 6,306 7,639 0,000 4,138 17,78 6,022 2,422 1,690 20,810 14,410 0,110 8,370 1,180 3,610 1,288 0,588 2,740 *) *)

Peringkat 14

*)Tidak ada data *)Tidak ada data

Sumber: Statistik Hasil Ujian Nasional SMK pada LPMP tahun 2008 Data data hasil UN di atas terlihat bahwa posisi kota Padang berada pada urutan 14 dari 19 kabupaten/kota yang ada di Sumatera Barat. Hal ini mengindikasikan bahwa kualitas dan pembinaan peserta didik masih belum optimal. Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor Dinas Pendidikan Kota Padang dapat diungkapkan bahwa pada pelaksanaan ujian pra ujian nasional
Artikel Hasil Penelitian | A. HALIM

tahun pelajaran 2007/2008 SMK tingkat kelulusan hanya mencapai tingkat 65%. Data Propenas (2007) menunjukkan bahwa 20% (antara 9,93%36,28%) tamatan sekolah kejuruan yang dapat terserap di dunia usaha/dunia industri (DU/DI). Data dari pengguna lulusan (perusahaan) menyatakan bahwa karyawan yang direkrut (berasal dari SMK) ternyata baru sekitar 49,6% yang sesuai dengan bidang keahliannya. Ini berarti, lebih dari 50% karyawan yang direkrut oleh perusahaan yang merupakan tamatan SMK belum sesuai bidang keahlian yang diperolehnya di SMK. Sekitar 27,16% karyawan yang berasal dari SMK memiliki kemampuan yang diharapkan oleh perusahaan. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa tamatan SMK yang sudah diterima pada DU/DI masih perlu mendapat training dan pelatihan khusus sebelum terjun berproduksi dan pelayanan jasa tertentu sesuai tuntutan DU/DI. Hal ini menunjukkan bahwa proses penyiapan tamatan SMK selama di sekolah belum memiliki akurasi dan ketepatan dalam memahami instruksi dan petunjuk kerja yang telah terstandar. Hal ini ditenggarai pula dengan berbagai kebijakan yang kurang berpihak pada peningkatan kualitas tamatan SMK. Kebijakan seperti itu terindikasi dari minimnya pembiayaan dan budgeting pada SMK. Pembiayaan yang didasarkan atas jumlah siswa dan di samakan dengan pembiayaan pada SMA, menunjukkan kebijakan yang kurang memperhatikan karakteristik SMK dengan berbagai persoalan yang ada di dalamnya, termasuk biaya operasional dan perawatan peralatan. Sarana prasarana SMK yang sangat minim guna menunjang kegiatan praktek siswa serta terbatasnya fasilitas perpustakaan sekolah, media pembelajaran yang diperlukan dengan kelengkapan yang mendukung pengembangan minat bakat siswa di SMK yang sangat kurang. MBS model trilogy Juran diharapkan dapat berperan dalam pengelolaan pendidikan kejuruan ke depan. Dasim (2007) menyatakan bahwa dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Ketiga tantangan tersebut antara lain adalah 1) perubahan dan penyesuaian proses pendidikan yang demokratis, 2) memperhatikan keberagaman kebutuhan/keadaan daerah dan peserta didik, dan 3) mendorong peningkatan partisipasi masyarakat. Berdasarkan berbagai fenomena yang diungkapkan di atas, maka dirasakan penting untuk mengungkap MBS model trilogy Juran secara lebih spesifik dalam usaha peningkatan mutu pendidikan pada SMK melalui penelitian ilmiah. Dengan demikian, akan diperoleh data secara akurat dan dapat dipertanggung-jawabkan terkait kualitas tamatan SMK dan implementasi MBS model trilogy Juran pada SMK Negeri di Kota Padang. Masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah MBS model trilogy Juran terimplimentasi pada SMK Negeri di Kota Padang? 2. Apakah MBS model trilogy Juran memiliki hubungan berarti dengan hasil ujian akhir nasional (UAN) pada SMK Negeri di Kota Padang? 3. Apakah upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu SMK Negeri di kota Padang?
Artikel Hasil Penelitian | A. HALIM

Penelitian bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan implementasi MBS model trilogy Juran pada SMK Negeri di kota Padang. 2. Menganalisis hubungan MBS model trilogy Juran dengan hasil UAN pada SMK Negeri di Kota Padang. 3. Mengungkapkan upaya yang dapat dilakukan guna meningkatkan mutu pendidikan pada SMK Negeri di kota Padang. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoretis, maupun secara praktis. Secara teoretis hasil penelitian diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya bidang kajian perencanaan pendidikan. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan masukan bagi: 1. Kepala sekolah dan Ketua program studi dalam meningkatan mutu SMK Negeri di kota Padang dan mengembangkan pola MBS model trilogy Juran dengan merancang dan mendesain sistem manajemen mutu baik dalam pembuatan perencanaan mutu, penjaminan mutu maupun pengawasan mutu pendidikan. 2. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dalam membuat kebijakan terkait dengan implementasi MBS model trilogy Juran pada sekolah Negeri. 3. Bagi para peneliti lain sebagai bahan referensi untuk meneliti lebih mendalam dalam rangka pengembangan keilmuan, khususnya dalam bidang perencanaan pendidikan. B. Kajian pustaka 1. Mutu Pendidikan Pengertian mutu menurut Umaedi (2007) mengandung makna derajat (tingkat keunggulan suatu produk (hasil/kerja) baik berupa barang maupun jasa baik yang tangible maupun intangible. Dalam konteks pendidikan, mutu pendidikan mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Untuk mengetahui hasil/prestasi yang dicapai sekolah, terutama aspek kemampuan akademik dapat dilakukan dengan menggunakan benchmarking. Hardy (2007) mengemukakan bahwa peningkatan mutu pendidikan mencakup aspek input, proses dan output. a. Input Pendidikan, antara lain dilakukan melalui: 1) Pengangkatan guru dan peningkatan kualifikasi, kompetensi tenaga kependidikan dan Sertifikasi Guru; 2) Pemenuhan kebutuhan fasilitas belajar, buku dan alat pembelajaran minimal; 3) Rehabilitasi sekolahsekolah yang tidak layak pakai; dan 4) Penataan dan standarisasi sistem pembiayaan pendidikan minimal. b. Proses pendidikan dilakukan melalui: 1) Peningkatan proses pembelajaran yang efektif (berbasis kompetensi, life skills, belajar tuntas, mendorong kreativitas); 2) Peningkatan efektivitas penilaian
Artikel Hasil Penelitian | A. HALIM

pendidikan di tingkat kelas (classrom-based assesment); dan 3) Pembenahan manajemen dan kepemimpinan sekolah melalui program manajemen berbasis sekolah. c. Output pendidikan mencakup: 1) Pelaksanaan sistem ujian nasional untuk mengukur kompetensi siswa dan sebagai bentuk akuntabilitas publik; 2) Pelaksanaan akreditasi sekolah untuk menentukan tingkat kelayakan suatu lembaga pendidikan; 3) Pelaksanaan kompetisi akademik dan non akademik tingkat lokal, nasional dan internasional. Menurut Juran, mutu adalah kesesuaian untuk penggunaan ( fitness for use), ini berarti bahwa suatu produk atau jasa hendaklah sesuai dengan apa yang diperlukan atau diharapkan oleh pengguna, lebih jauh Juran mengemukakan lima dimensi mutu yaitu: a. Rancangan (design), sebagai spesifikasi produk b. Kesesuaian ( conformance), yakni kesesuaian antara maksud desain dengan penyampaian produk aktual c. Ketersediaan ( availability), mencakup aspek dapat dipercaya, serta ketahanan. Dan produk itu tersedia bagi konsumen untuk digunakan d. Keamanan (safety), aman dan tidak membahayakan konsumen e. Guna praktis (field use), kegunaan praktis yang dapat dimanfaatkan pada penggunaannya oleh konsumen 2. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Model Trilogy Juran Ibtisam (2002) menjelaskan bahwa MBS merupakan upaya pengelolaan struktur penyelenggaraan pendidikan yang terdesentralisasi dengan penempatan sekolah sebagai unit utama peningkatan mutu pendidikan. Pengertian tersebut mengisyaratkan bahwa MBS sebagai upaya memotivasi kepala sekolah untuk lebih bertanggung jawab terhadap mutu peserta didik. Mallen, Ogawa dan Krans dalam Ibtisam (2003:16) menjelaskan bahwa MBS merupakan konsep penyelenggaraan sekolah yang bersifat desentralisasi dengan mengidentifikasi sekolah itu sendiri sebagai unit utama peningkatan serta bertumpu pada redistribusi kewenangan pembuatan keputusan. Quality trilogy yang dimaksud dapat dilihat pada gambar berikut: Peningkatan Mutu (Quality Improvement) Jurans Quality Trilogy

Perencanaan Mutu (Quality Planning)

Penjaminan mutu (Quality Assurance)

Pengawasan mutu (Quality Control)

Sumber: Juran dalam (Imma , 2006) Gambar 1. Pendekatan Quality trilogy dalam Peningkatan Mutu
Artikel Hasil Penelitian | A. HALIM

Struktur organisasi demikian, mengakomodir fungsi manajemen berupa planning, organizing, actuating, dan controlling. Fungsi manajemen tersebut dilengkapi dengan quality trilogy, yang terdiri dari: (a) perencanaan mutu, (b) penjaminan mutu, dan (c) pengawasan mutu. Struktur demikian, menempatkan tim perencana, pengkajian dan pemberi informasi memiliki kebebasan, sehingga mampu berperan dalam memberikan pemikiran untuk pengembangan lembaga. Baik dalam melihat peluang, kekuatan, kelemahan, tantangan maupun ancaman ke depan. a. Perencanaan Mutu Pengertian rencana menurut Iwan (2007) adalah diskripsi produk untuk keperluan pembuatan/pembangunan (diskripsi disebut kualifikasi untuk sumberdaya manusia, spesifikasi untuk sumberdaya selain sumber daya manusia). Rencana juga mengandung isi diskripsi kegiatan untuk keperluan penyelenggaraan, dalam arti, cukup lengkap untuk berlangsung. Dalam pendidikan, rencana yang dimaksud adalah rencana pengembangan sekolah. Rencana yang dibuat menurut Anonim (2000) harus menjelaskan secara detail dan lugas tentang aspek-aspek mutu yang ingin dicapai, kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan, siapa yang harus melaksanakan, kapan dan dimana dilaksanakan, dan berapa biaya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut. Hal ini diperlukan untuk memudahkan sekolah dalam menjelaskan dan memperoleh dukungan dari pemerintah maupun dari orang tua, baik dukungan pemikiran, moral, material maupun finansial untuk melaksanakan rencana peningkatan mutu pendidikan tersebut. Rencana yang dimaksud harus juga memuat rencana anggaran biaya yang diperlukan untuk merealisasikan rencana sekolah. Perencanaan mutu terhadap prioritas seringkali tidak dapat dicapai dalam rangka waktu satu tahun program sekolah, oleh karena itu sekolah harus membuat strategi perencanaan dan pengembangan jangka panjang melalui identifikasi kunci kebijakan dan prioritas. Perencanaan jangka panjang ini dapat dinyatakan sebagai strategi pelaksanaan perencanaan yang harus memenuhi tujuan esensial, yaitu: (a) Mampu mengidentifikasi perubahan pokok di sekolah sebagai hasil dari kontribusi berbagai program sekolah dalam periode satu tahun, dan (b) Keberadaan dan kondisi natural dari strategi perencanaan tersebut harus menyakinkan guru dan staf lain yang berkepentingan (Nurhasan, 2004). Perencanaan mutu adalah upaya sistematis yang menggambarkan penyusunan rangkaian tindakan yang akan dilakukan sekolah sesuai visi dan misi yang ditetapkan. Perencanaan mutu pendidikan ini tercermin dari: a) Tujuan perencanaan mutu, terkait dengan: (1) Input sumber daya: kepala sekolah, rekrutmen guru dan karyawan dan jumlah dan kualitas siswa, input perangkat lunak: struktur organisasi sekolah, peraturan perundang-undangan, deskripsi kerja, rencana kerja, input harapan-harapan: visi, misi, tujuan dan sasaransasaran

Artikel Hasil Penelitian | A. HALIM

(2) Proses terkait dengan proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses belajar mengajar dan proses monitoring dan evaluasi. (3) Output terkait dengan prestasi akademik, prestasi non akademik, olahraga, lomba karya siswa dan kegiatan ekstrakurikuler. b) Prioritas perencanaan mutu mencakup sumber daya, pertanggungjawaban, kurikulum dan personil sekolah. c) Transparansi dalam perencanaan mutu mencakup sosialisasi, melibatkan warga sekolah dan masyarakat. b. Penjaminan Mutu Penjaminan mutu adalah seluruh rencana dan tindakan sistematis yang penting untuk menyediakan kepercayaan, guna untuk memuaskan kebutuhan tertentu dari mutu (Elliot, 1993). Kebutuhan tersebut merupakan refleksi dari kebutuhan pelanggan. Penjaminan mutu biasanya membutuhkan evaluasi secara terus-menerus dan digunakan sebagai alat bagi manajemen. Menurut Gryna (1988), penjaminan mutu merupakan kegiatan untuk memberikan bukti-bukti untuk membangun kepercayaan bahwa mutu dapat berfungsi secara efektif (Pike dan Barnes, 1996). Cartin (1999:312) memberikan definisi penjaminan mutu sebagai berikut: Quality Assurance is all planned and systematic activities implemented within the the quality system that can be demonstrated to provide confidence that a product or service will fulfill requirements for quality. Sistem jaminan mutu pendidikan adalah suatu sistem yang dikembangkan dan diimplementasikan di sekolah untuk menjamin agar mutu pendidikan dapat dipertahankan dan ditingkatkan sesuai dengan yang direncanakan/dijanjikan. Menurut Idris (2007) tujuan jaminan mutu pendidikan adalah sebagai berikut: a. Membantu pencapaian visi dan misi sekolah melalui penjaminan mutu program dan pelayanan pendidikan. b. Menetapkan peran seluruh komponen dalam penjaminan mutu pendidikan. c. Memfasilitasi dan mengoordinasikan perbaikan mutu berkelanjutan di sekolah . d. Menjamin konsistensi dan efektifitas penjaminan mutu pendidikan. Depdiknas (2001) menjelaskan ruang lingkup jaminan mutu di atas dijabarkan lebih lanjut pada berbagai aspek jaminan mutu yang masingmasing ditetapkan standar mutunya (standar mutu pendidikan). Standar mutu pendidikan di sekolah, digunakan sebagai manual dalam proses jaminan mutu pendidikan. Proses tersebut disajikan pada Gambar berikut.
Artikel Hasil Penelitian | A. HALIM

Kualitas & inovasi

INPUT

PROSES

OUTPUT

OUTCOME

Pengelolaan Produktivitas Efisiensi Internal Efisiensi Eksternal Sumber: Depdiknas (2001) Gambar 2. Jaminan Mutu Pendidikan Pada Sekolah Efisiensi dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu efisiensi internal dan efisiensi eksternal. Efisiensi internal menunjuk kepada hubungan antara output pendidikan (pencapaian belajar) dan input (sumberdaya) yang digunakan untuk memroses/menghasilkan output pendidikan (Coombs & Hallak, 1987). Efisiensi internal biasanya diukur dengan biaya-efektivitas. Setiap penilaian biaya-efektivitas selalu memerlukan dua hal, yaitu penilaian ekonomik untuk mengukur biaya masukan (input) dan penilaian hasil pembelajaran (prestasi belajar, lama belajar, angka putus sekolah). Sedang efisiensi eksternal adalah hubungan antara biaya yang digunakan untuk menghasilkan tamatan dan keuntungan kumulatif (individual, sosial, ekonomis, dan non-ekonomis) yang didapat setelah pada kurun waktu yang panjang diluar sekolah. Inovasi adalah proses yang kreatif dalam mengubah input, proses, dan output agar dapat sukses dalam menanggapi dan mengantisipasi perubahanperubahan internal dan eksternal sekolah. Inovasi selalu memberikan nilai tambah terhadap input, proses, maupun output yang ada. Jaminan mutu pendidikan di sekolah menurut Endang (2000) dapat dilaksanakan dengan pendekatan siklus PDCA (Plan Do Check Action) pada proses penyelenggaraan pendidikan. Plan berkaitan dengan perencanaan mutu, meliputi penetapan kebijakan mutu, penetapan tujuan mutu beserta indikator pencapaiannya, serta penetapan prosedur untuk pencapaian tujuan mutu. Pelaksanaan (Do), untuk menjamin mutu pendidikan, maka seluruh proses pendidikan, termasuk pelayanan administrasi pendidikan dilaksanakan sesuai dengan SOP yang telah ditentukan. Ketua program studi bertanggungjawab dalam mengendalikan seluruh proses pembelajaran
Artikel Hasil Penelitian | A. HALIM

Efektivitas

berdasarkan SOP tersebut, termasuk meng-enforce guru, tenaga penunjang dan mahasiswa agar menjalankan peran masing-masing sesuai SOP, memantau pelaksanaannya dan memberikan umpan balik kepada pihak terkait termasuk guru, tenaga administrasi dan siswa, serta memastikan pelaksanaan pemberian reward dan penalty sesuai ketentuan yang berlaku. Anggota Peer Group di tiap program studi memberikan masukan dan bantuan yang diperlukan Ketua Program. Berbagai borang, instrumen pemantauan dan check list disiapkan sesuai dengan SOP yang ditentukan serta harus diisi oleh komponen yang terlibat. Hal tersebut menuntut komitmen seluruh komponen terkait, termasuk siswa, guru, tenaga penunjang dan unsur manajemen pada tugas dan fungsinya masing-masing. Ketersediaan sarana dan prasarana yang diperlukan juga merupakan prasyarat yang harus dipenuhi. Untuk itu keterpaduan program dan penganggaran juga perlu mendapat perhatian. Dalam hal ini penganggaran dan pembiayaan seluruh kegiatan yang berhubungan dengan jaminan mutu pendidikan terintegrasi dalam mekanisme rencana kerja sekolah. Evaluasi (Check) dan Tindak Lanjut (Action) Evaluasi pelaksanaan proses pendidikan dan jaminan mutunya dilaksanakan dengan 3 cara, yaitu evaluasi diri oleh setiap Departemen, internal audit terhadap pelaksanaan proses pendidikan dan hasilnya di program studi, dan evaluasi oleh pihak eksternal, dalam hal ini bisa oleh dunia usaha dan dunia industri (DU/DI) sebagai institusi pasangan. Secara periodik, yaitu setiap akhir tahun akademik, Departemen melakukan evaluasi diri (termasuk mengukur pencapaian indikator kinerja), menyusun rencana perbaikan dan menyusun laporan pelaksanaan program pendidikan kepada wakil kepala sekolah. Dalam lima tahun sekali laporan evaluasi diri dilengkapi dengan hasil tracer study (survei lulusan) dan atau survei pengguna lulusan. Di samping itu Departemen secara teratur merevisi basis data untuk keperluan Akreditasi setiap lima tahun sekali. Adapun diagram jaminan mutu sekolah dapat diikuti alur Gambar 3.
Evaluasi Diri

Pedoman/ Manual Mutu

Internal Audit

Lokakarya Mutu

Laporan Hasil Evaluasi

Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan

Laporam Eksternal Examiner

Rumusan Tindak Lanjut

Sumber: Gaspers (2000)


Artikel Hasil Penelitian | A. HALIM

Gambar 3. Diagram Proses Jaminan Mutu Pendidikan Quality Assurence terdiri dari unsur internal yaitu unsur manajemen sekolah beserta guru-guru, antara lain unsur: (1) wakil kepala sekolah, (2) ketua program keahlian dan (3) guru/instruktor yang ditetapkan oleh Kepala Sekolah. Anggota tim quality assurence hendaknya dipilih dari personal sekolah yang memiliki kesanggupan untuk melaksanakan tugas serta memenuhi ketentuan yang ditetapkan. Dengan demikian, penjaminan mutu merupakan upaya yang dilakukan sekolah dalam memfokuskan diri kepada tanggung jawab individu sekolah dan masyarakat pendukungnya untuk merancang mutu yang diinginkan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya, dan secara terus menerus mnyempurnakan dirinya. Semua upaya dalam pengimplementasian manajemen peningkatan mutu sekolah ini bertujuan untuk peningkatan mutu siswa (lulusan). c. Pengawasan Mutu Sanaky dkk (2008) menyatakan bahwa pengawasan mutu adalah upaya untuk mengamati secara sistematis dan berkesinambungan; merekam; memberi penjelasan, petunjuk, pembinaan dan meluruskan berbagai hal yang kurang tepat, serta memperbaiki kesalahan. Dalam pengawasan mutu perlu adanya tujuan pengawasan yang jelas, pihak yang terlibat dalam pengawasan, strategi pengawasan mutu yang diterapkan dan penggunaan instrumen pengawasan yang sesuai dengan aspek yang diawasi. Pengawasan mutu dilakukan terhadap semua komponen pada satuan waktu tertentu secara periodik berkelanjutan dengan melibatkan unsur-unsur terkait. Strategi pengawasan mutu dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langung. Pengawasan mutu secara langsung artinya dilakukan oleh unsur-unsur terkait langsung di lembaga-lembaga diklat, sedangkan secara tidak langsung dapat berupa laporan atau informasi mengenai pencapaian program. Instrumen Pengawasan mutu didesain sedemikian rupa sehingga dapat digunakan sesuai strategi di atas dan dapat bermanfaat baik untuk keperluan internal (self evaluation) maupun untuk keperluan external (international sertification). Pengawasan mutu pendidikan di sekolah dapat dilakukan dari unsur lembaga diklat, pengguna akhir dari tamatan atau wakil masyarakat. Untuk dapat memperoleh manfaat secara menyeluruh dari kegiatan pengawasan mutu maka kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan selama maupun akhir setiap tahapan program. Berdasarkan kerangka teoretis dan kerangka analisis yang telah disajikan di atas, maka hipotesis penelitian ini diajukan sebagai berikut: Manajemen Berbasis Sekolah Model Trilogy Juran memiliki hubungan berarti dengan hasil UAN SMK Negeri di Kota Padang

Artikel Hasil Penelitian | A. HALIM

C. Metode Penelitian 1. Sumber Data Dan Daerah Penelitian Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah ketua program studi, kepala sekolah, pengawas SMK dan staf bidang SMK dinas pendidikan Kota Padang, yang terpilih sebagai sumber data penelitian. 2. Metode Penarikan Sampel Penelitian ini menggunakan teknik populasi sampling. Artinya seluruh populasi yang merupakan ketua jurusan pada SMK Negeri di kota Padang dijadikan sampel dalam penelitian. Di samping ketua program studi, pengumpulan data dilakukan dengan cross check melalui indeph interview terhadap 2 kepala sekolah. Kedua kepala sekolah merupakan pilihan atas pertimbangan untuk mengeksplorasi keunggulan dan kelemahan masing-masing sekolah, yang menyebabkan mutu kedua SMK berbeda. Selain kepala sekolah, dilibatkan pula pengawas SMK untuk mengetahui bagaimana pandangan dan pengamatan pengawas dalam memberikan pembinaan SMK terkait dengan mutu pendidikan. 3. Metode Analisa Data Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis induktif. 4. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data untuk variabel manajemen berbasis sekolah model trilogi Juran adalah kuesioner. Kuesioner ini berisi sejumlah pertanyaan/pernyataaan yang dapat diisi responden. Kuesioner disusun menggunakan model skala Likert. 5. Hasil Penelitian a. Data Variabel Manajemen Berbasis Sekolah Dari hasil pengumpulan data instrumen variabel MBS diperoleh sebagai berikut. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Skor Variabel MBS
No 1 2 3 4 5 6 7 Skor 3,01 3,20 3,21 3,40 3,41 3,60 3,61 3,80 3,91 4,00 4,01 4,20 4,21 4,60 Jumlah fo 2 5 11 6 8 13 1 46 %fo 4,35 10,87 23,91 13,04 17,39 28,26 2,17 100 fk 2 7 18 24 32 45 46 %fk 4,35 15,22 39,13 52,17 69,57 97,83 100,00

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian (2009) Adapun histogram variabel MBS tersaji pada Gambar berikut.

Artikel Hasil Penelitian | A. HALIM

14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 1 2 3 4 5 6 11 2 3 4 5 6 4 2 5 3

Titik Tengah Frekuensi 7 7 7

Gambar 4. Histogram Skor Manajemen Berbasis Sekolah Adapun skor frekwensi masing-masing indikator variabel MBS secara berturut-turut akan disajikan sebagai berikut: 1) Perencanaan mutu, 2) Penjaminan mutu dan 3) Pengawasan mutu. 1. Perencanaan Mutu Dari data yang diperoleh dapat diungkapkan bahwa skor rata-rata capaian responden untuk perencanaan mutu sebesar sebesar 71,96%, tingkat capaian ini bila dikonsultasikan dengan kriteria pengujian berada pada tingkat cukup baik. Dari tiga sub indikator yang terdapat dalam dimensi perencanaan mutu, sub indikator prioritas perencanaan mutu dan indikator prioritas perencanaan mutu memiliki skor terendah yaitu 71,30%.. Hal ini dapat diartikan bahwa kedua sub indikator tersebut masih belum memuaskan, sehingga ke depan dalam melakukan perencanaan mutu SMK perlu mendapat perhatian yang baik. Sedangkan skor tertinggi terdapat pada sub indikator tujuan perencanaan mutu dengan skor persentase tingkat capaian sebesar 72.87%. 2. Penjaminan Mutu Dari hasil pengumpulan data penjaminan mutu diperoleh skor minimal rata-rata sebesar 3.00 dan skor maksimal rata-rata adalah 4.33. Dari hasil analisis diperoleh skor rata-rata sebesar 3.571, median sebesar 3.560; modus sebesar 3.11 dan simpangan baku 1.413. Selisih skor rata-rata, median dan modus tidak melebihi satu simpangan baku, ini memberikan indikasi bahwa distribusi skor penjaminan mutu MBS model trilogy Juran cenderung berdistribusi normal. Dari sub indikator yang terdapat dalam dimensi penjaminan mutu, sub indikator kinerja penjaminan mutu memiliki skor capaian terendah yaitu sebesar 70.87%. Hal ini dapat diartikan bahwa indikator kinerja penjaminan mutu masih belum memuaskan, sehingga ke depan kinerja penjaminan mutu perlu mendapat perhatian dan pembinaan yang baik. Sedangkan skor tertinggi terdapat pada sub indikator ruang lingkup penjaminan mutu dengan skor ratarata sebesar 72,17%. Hal ini bermakna bahwa ruang lingkup penjaminan mutu pendidikan pada SMK negeri di kota Padang dipersepsikan responden lebih baik. Namun demikian, peningkatkan indikator kinerja penjaminan mutu
Artikel Hasil Penelitian | A. HALIM

pendidikan pada SMK negeri di kota Padang perlu dilakukan dalam upaya meningkatkan kualitas tamatan SMK di masa yang akan datang. 3. Pengawasan Mutu Dari hasil pengumpulan data pengawasan mutu diperoleh skor minimal sebesar 2,83 dan skor maksimal adalah 4,25. Dari sub indikator yang terdapat dalam dimensi pengawasan mutu, sub indikator strategi pengawasan mutu memiliki skor terendah yaitu 68,26% Hal ini dapat diartikan bahwa pelaksanaan pengawasan mutu pendidikan pada SMK negeri di Kota Padang dipersepsikan responden masih belum memiliki strategi yang tepat, sehingga strategi pengawasan mutu pendidikan pada SMK negeri di Kota Padang perlu mendapat perhatian dan pembinaan yang baik. Sedangkan skor tertinggi terdapat pada sub indikator tujuan pengawasan mutu dengan skor rata-rata sebesar 72,28%. Hal ini bermakna bahwa tujuan pengawasan mutu pendidikan pada SMK di kota Padang telah dapat dipahami responden dalam upaya penigkatan mutu pendidikan. b. Pengujian Hipotesis Hipotesis penelitian yang hendak di uji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H0 = Tidak terdapat hubungan yang signifikan manajemen berbasis sekolah model trilogi Juran Terhadap mutu pendidikan pada SMK Negeri di Kota Padang Ha = Terdapat hubungan yang signifikan manajemen berbasis sekolah model trilogi Juran Terhadap mutu pendidikan pada SMK Negeri di Kota Padang. Dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Tolak Ho jika thit > ttab 2. Terima H0 jika thit < ttab Berdasarkan hasil analisis korelesi antara variabel manajemen berbasis sekolah dengan mutu pendidikan pada SMK terlihat pada tabel berikut: Tabel 3.Hasil analisis Korelasi antara variabel X dengan Y Hasil UAN (Y) Manajemen Berbasis Pearson Correlation 0,408 Sekolah Sig. (2-tailed) 0.005 (X1) N 46 Sumber: Hasil Analisis Pengolahan Data Penelitian (2009) Dari hasil analisis korelasi kedua vairbel diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,408 dan signifikansi sebesar 0.005. Hal ini menunjukkan bahwa signifikansi lebih kecil dari taraf kepercayaan ( ) 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel manajemen berbasis sekolah model trilogi Juran memiliki hubungan secara signifikan terhadap hasil UAN. Sehingga H0 ditolak
Artikel Hasil Penelitian | A. HALIM

dan Ha diterima, yang berarti manajemen berbasis sekolah memiliki hubungan (korelasi) secara signifikan dengan hasil UAN siswa SMK di Kota Padang. Hasil analisis di atas memperlihatkan hubungan antara manajemen berbasis sekolah model trilogy Juran dengan hasil UAN siswa SMK Negeri di kota Padang. Adapun besaran koefisien korelasi sebesar 0,408 dan signifikansi sebesar 0,005. Koefisien korelasi dengan signifikansi 0,005 ini menunjukkan hubungan yang berarti, di mana signifikansi sebesar lebih kecil dari taraf kepercayaa (0,05). Hubungan kedua variabel tersebut menunjukkan bahwa indikator perencanaan mutu, penjaminan mutu dan pengawasan mutu yang merupakan bagian dari manajemen berbasis sekolah signifikan. 3. Hasil Analisis Indeph Interview Dalam rangka memperoleh temuan khusus penulisan ini, penulis berusaha mendapatkan informasi yang lebih lengkap, lebih rinci dan lebih mendalam tentang peningkatan mutu pendidkan SMK negeri di Kota Padang, sebagai lanjutan informasi yang diperoleh dari langkah-langkah sebelumnya. Untuk mendapatkan temuan khusus, penulis mempersiapkan pertanyaan penelitian yang dilakukan untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan: a. Bagaimana perencanaan mutu, penjaminan mutu dan pengawasan mutu pendidikan pada SMK Negeri di Kota Padang? b. Faktor-faktor apakah yang melatarbelakangi rendahnya mutu pendidikan SMK saat ini? Untuk mendapatkan berbagai informasi yang dibutuhkan seperti dikemukakan dalam pertanyaan di atas, pada tahap ini penulis melakukan wawancara, observasi dan triangulasi terhadap sejumlah informan yang terdiri dari kepala SMK, Pengawas pendidikan untuk SMK, dan staf kasi SMK pada dinas pendidikan kota Padnag yang penulis anggap mengetahui dan dapat memberikan berbagai informasi tentang mutu pendidikan SMK di kota Padang. Pelaksanaan indeph interview terhadap informan dilakukan pada waktu dan kondisi yang baik serta adanya kesempatan oleh informan dan penulis. Pelaksanaan wawancara dilakukan di SMK dalam jam kerja kepala sekolah, pengawas SMK dan bagi staf dinas pendidikan di sela-sela jam istirahat. a. Perencanaan mutu Perencanaan suatu kergiatan merupakan hal penting dilakukan. Namun, dalam membuat suatu perencanaan seyogyanyalah piha yang terlibat dalam pembuat perencanaan jelas dan paham akan tujuan rencana yang mau dibuat. Berdasarkan observasi, penulis mendapatkan gambaran bahwa perencanaan mutu yang dibuat sekolah cenderung kurang memperhatikan tujuan yang hendak dicapai terutama target-target yang perlu dicapai ketika perencanaan itu diimplementasikan. Perencanaan mutu SMK sangat diperlukan dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan SMK saat ini.

Artikel Hasil Penelitian | A. HALIM

b. Penjaminan Mutu Untuk meningkatkan mutu pendidikan, diperlukan adanya usaha penjaminan mutu. Penjaminan mutu merupakan serangkaian proses penetapan dan pemenuhan standar mutu pengelolaan pendidikan secara konsisten dan berkelanjutan, sehingga seluruh stakeholders memperoleh kepuasan. Namun, dalam implementasi penjaminan mutu pihak sekolah hendaknya memahami tujuan penjaminan mutu, kesesuaian implementasi dengan rencana, ruang lingkup Penjaminan mutu serta indikator kinerja penjaminan Mutu pendidikan. Berdasarkan pengamatan di lapangan, diperoleh gambaran bahwa tentang penjaminan mutu pendidikan yang dilaukan sekolah masih terlalu minim, terutama kesesuaian implementasi dengan rencana, lingkup penjaminan mutu yang masih kabur serta tidak jelasnya indikator kinerja penjaminan mutu. Berdasarkan observasi dan indeph interview yang penulis lakukan di lapangan, dapat diungkapkan faktor-faktor yang turut mempengaruhi lemahnya penjaminan mutu pendidikan di SMK antara lain karena lemahnya pemahaman terhadap tujuan penjaminan mutu pendidikan, ketidak jelasan implementasi penajaminan mutu pendidikan dengan rencana yang sudah dibuat, kurang memahami ruang lingkup penjaminan mutu serta tidak jelasnya sekolah tentang indikator kinerja penjaminan mutu pendidikan. 3. Pengawasan Mutu Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program sekolah dan menjaga kesinambungan perencanaan dengan pelaksanaan program yang dilakukan sekolah, maka pengawasan mutu mutlak diperlukan. Hal ini dimaksudkan sebagai berntuk evaluasi pelaksanan program, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Berdasarkan observasi, penulis mendapatkan gambaran bahwa pengawasan mutu pendidikan di SMK cenderung kurang memperhatikan tujuan pengawasan, pihak yang terlibat dalam pengawasan, strategi pengawasan mutu, dan instrumen yang digunakan dalam pengawasan mutu. Berdasarkan informasi dan pengamatan langsung yang penulis lakukan terhadap pengawasan mutu pendidikan SMK di kota Padang, terkesan adanya kelemahan dalam merepresentasikan tujuan pengawasan, kekurangpahaman sekolah dalam menentukan pihak yang terlibat dalam pengawasan, strategi pengawasan mutu yang tidak jelas, serta belum adanya instrumen yang digunakan dalam pengawasan mutu. Hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan menggambarkan bahwa SMK Negeri di kota Padang, belum optimal melaksanakan pengawasan mutu baik yang dilakukan secara internal maupun dari pihak eksternal. Pengawasan mutu pada SMK hanya dipercayakan kepada tim supervisi yang ditunjuk kepala sekolah dan sesekali dilakukan pengawas dari dinas pendidikan kota. Kehadiran pengawas ke sekolahpun berdasarkan informasi yang diperoleh tidak menyentuh aspek pengawasan mutu pembelajaran. Kecenderungan pengawas SMK melaksanakan tugas
Artikel Hasil Penelitian | A. HALIM

sebatas melaksanakan tugas administrasi ke sekolah. Pengawas lebih banyak menghabiskan waktu di ruang kepala sekolah atau berbincangbincang dengan sahabat-sahabat guru yang dikenalnya. Menurut pengawas yang diwawancarai, tugas fungsional yang diembannya untuk melakukan pembinaan mutu pada SMK terlalu berat. Hal ini disebabkan sebagian pengawas itu sendiri kurang paham aspek mutu yang mau di awasi. Pelaksanaan pengawasan mutu pendidikan pada SMK kurang jelas dilakukan. Karena kapan, siapa dan bagaimana melakukan pengawasan mutu itu dilakukan tidak dapat dijelaskan pihak sekolah. Terlebih lagi ketika ditanya bagaiamana instrumen pengawasan mutu yang digunakan. Kepala sekolah hanya menjelaskan bahwa pengawasan mutu pendidikan pada SMK saat ini lebih terfokus pada supervisi pembelajaran. 4. Implikasi Terhadap Perencanaan Pendidikan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan di atas, dapat dikemukakan bahwa manajemen berbasis sekolah model trilogy Juran memiliki hubungan signifikan dengan hasil UAN siswa SMK Negeri di kota Padang. Hasil pengujian hipotesis penelitian menunjukkan kuatnya hubungan MBS model trologi Juran dengan hasil UAN. Hal ini mengungkapkan bahwa MBS model trilogy Juran dengan indikator perencanaan mutu, penjaminan mutu dan pengawasan mutu secara empiris terbukti memiliki korelasi positif dan signifikan dengan hasil UAN siswa SMK negeri di Kota Padang. Hasil analisis data menunjukkan bahwa perencanaan mutu, penjaminan mutu pengawasan mutu memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap hasil UAN siswa SMK Negeri Padang. Untuk meningkatan mutu pendidikan SMK negeri di kota Padang, berdasarkan hasil penelitian ini diperlukan berbagai kebijakan terkait dengan: a. Peningkatan kualifikasi guru SMK sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen minimal berpendidikan setara D4 atau S1. b. Peningkatan fasilitas dan sarana belajar berupa perpustakaan sekolah dan labor (workshop) pada SMK sesuai standar minimal yang butuhkan dalam peningkatan kompetensi siswa. c. Perbaikan dan rehabilitasi gedung SMK yang terkena musibah bencana gempa sehingga dapat dipergunakan sesuai standar keamanan dan kenyamaan yang dipersyaratkan. d. Menggiatkan pelatihan dan pembinaan manajemen sekolah secara terpadu dengan melibatkan kepala sekolah, guru, dan pegawai dalam rangka optimalisasi pelayanan pendidikan di sekolah. e. Penerapan sistem rekrutmen dan penerimaan siswa SMK berdasarkan minat, bakat dan motivasi kejuruan dengan standar nilai hasil belajar pada jenjang pendidikan sebelumnya minimal rata-rata 7.00 untuk semua mata pelajaran. 3. Program yang dapat dilakukan Untuk peningkatan mutu tamatan SMK negeri di kota Padang di masa depan, berdasarkan hasil penelitian ini diperlukan program pendidikan berikut:
Artikel Hasil Penelitian | A. HALIM

a. Peningkatan kualifikasi guru SMK 1) Program subsidi guru berupa pemberian beasiswa bagi guru untuk melanjutkan pendidikan ke S1 secara bertahap. 2) Program mandiri guru dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. b. Peningkatan fasilitas dan sarana belajar berupa perpustakaan sekolah dan labor (workshop) pada SMK 1) Pengadaan buku-buku pegangan siswa. 2) Pelatihan tenaga pustakawan yang ada. 3) Pengadaan laboratorium komputer bagi SMK, 4) Pemberian Bandwith untuk akses internet di sekolah. c. Perbaikan dan rehabilitasi gedung SMK c. Menggiatkan pelatihan dan pembinaan manajemen sekolah d. Penerapan sistem rekrutmen dan penerimaan siswa SMK E. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada bagian sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. MBS model trilogy Juran terimplementasi pada SMK Negeri di Kota Padang menunjukkan implementasi MBS pada SMK belum berjalan optimal. 2. Manajemen berbasis sekolah model trilogy Juran secara empiris menunjukkan hubungan yang berarti dengan hasil ujian akhir nasional pada SMK Negeri di kota Padang. Kedua variabel berkorelasi sebesar 0,408 dengan signifikansi sebesar 0,005. 3. Dari indikator MBS model trilogy Juran, temuan penelitian menunjukkan: (a) Tujuan perencanaan mutu, (b) Ruang lingkup penjaminan mutu, dan (c) Tujuan pengawasan mutu terimplementasi secara baik. 4. Untuk meningkatkan mutu pendidikan SMK negeri di kota Padang, berdasarkan hasil penelitian ini diperlukan berbagai kebijakan terkait dengan: a. Peningkatan kualifikasi pendidikan guru SMK sesuai dengan standar minimal S1. b. Peningkatan fasilitas dan sarana belajar berupa perpustakaan sekolah dan labor (workshop) pada SMK sesuai standar minimal yang butuhkan dalam peningkatan kompetensi siswa. c. Perbaikan dan rehabilitasi gedung SMK yang terkena musibah bencana gempa sehingga dapat dipergunakan sesuai standar keamanan dan kenyamaan yang dipersyaratkan. d. Menggiatkan pelatihan dan pembinaan manajemen sekolah secara terpadu dengan melibatkan kepala sekolah, guru, dan pegawai dalam rangka optimalisasi pelayanan pendidikan di sekolah.
Artikel Hasil Penelitian | A. HALIM

e. Penerapan sistem rekrutmen dan penerimaan siswa SMK berdasarkan minat, bakat dan motivasi kejuruan dengan standar nilai hasil belajar pada jenjang pendidikan sebelumnya minimal rata-rata 7.00 untuk semua mata pelajaran.

DAFTAR PUSTAKA Akhmad, Sudrajat. (2008). Manajemen Sekolah, Pengertian, Fungsi dan Bidang Manajemen. Jakarta: Depdiknas. Anonim, 2000. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan/Kultur Sekolah, Depdiknas, handout pelatihan calon kepala sekolah, Jakarta: Direktorat Sekolah lanjutan Pertama. Arifin, Anwar. (2003). Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional Dalam Undang-Undang SISDIKNAS. Artikel POKSI VI FPG DPR RI. Jakarta. Arman, Ali. (2006). Efektivitas Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Fungsi Komite Sekolah Terhadap Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. No. 017. Tahun Ke-5. Juni 2006. Bailey, William J. (1991). School-Site Management Applied. Lancaster-Basel: Technomic Publishing Co.Inc. Burhasman, Boer. (2007). Rencana Induk Pembangunan Pendidikan Propinsi Sumatera Barat: Suatu Pengantar. Makalah. Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan di Padang. Dasim, Budimansyah. Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. (diakses: 6 Maret 2008) http://www.depdiknas.go.id/ serba_serbi/dpks/ Kinerja.html. David, Peterson. School-Based Management and Student Performance. (diakses: 2 Februari 2008) http://www.ed.gov/ databases/ERIC_Digests/ ed336845.html Dedi, Dwitagama. (2008). Quality Assurance dan Quality Control SMK DKI Jakarta. Jakarta: Diknas Pendidikan Jakarta. Depdikbud. (1999). Pembangunan Pendidikan dan Kebudayaan Menjelang Era Tinggal Landas. Jakarta: Depdikbud. Depdiknas, 2001. MPMBS, Konsep & Pelaksanaan, Jakarta: Dirjen Dikdasmen. Depdiknas. (2000). Menuju Pengelolaan Pendidikan Berbasis Sekolah. Artikel.(http://www/. depdiknas.go.id). Diakses 27 Mei 2008. Depdiknas. (2003). Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah: Suatu Konsepsi Otonomi Sekolah (paper kerja). Jakarta: Depdiknas. Depdiknas. (2007). Membangun Kualitas Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Direktorat Jenderal Mandikdasmen Depdiknas. Depdiknas. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah (Buku 1). Jakarta : Depdiknas.
Artikel Hasil Penelitian | A. HALIM

Dewan Perwakilan Rakyat. (1999). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta: Dewan Perwakilan Rakyat. Dharma, Agus. (2003). Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Pusdiklat Depdiknas. Direktorat Dikmenum. (2000). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Depdiknas. Djauzak, Ahmad. (2006) Penunjuk Peningkatan Mutu Pendidikan di sekolah Dasar, Jakarta: Depdiknas. Endang. 2000. Teori Perencanaan Pendidikan Berdasarkan Pendidikan Sistem. Yogyakarta: Adi Cita Karya Nusa. Fattah, Nanang. (2000). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. __________. (2003). Konsep Management Berbasis Sekolah dan Dewan Sekolah. Bandung: Pustaka Bani Quraisy. Feibly, Ismail. (2008). Manajemen Berbasis Sekolah: Solusi Peningkatan Kualitas Pendidikan. Artikel. (http://jurnaliqro.wordpress.com/2008/08/12/). Diakses tanggal 5 Februari 2009. Gaspersz, Vincent. 2000. Penerapan Total Management In Education (TQME) Pada Perguruan Tinggi di Indonesia, Jurnal Pendidikan (online), Jilid 6, No. 3 (http://www.ut.ac.id diakses 20 Januari 2001). Gatot Subroto. (2007) Analisis SWOT Tinjauan Awal Pendekatan Manajemen (Sebuah Pengenalan Inovasi Program Pada Sekolah Kejuruan). Jakarta: Balitbang Diknas Hadiyanto. (2004). Mencari Sosok Desentrasilisasi Manajemen Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Hamijoyo, S Santoso. (2002). Kesiapan Masyarakat Dalam Mendukung Impelementasi School Based Management. Makalah. Disajikan dalam konferensi nasional Himpunan Sarjana Administrasi Pendidikan di Jakarta tanggal 8-10 Agustus 2002. Hanafiah, M. Jusuf, dkk, 2004. Pengelolaan Mutu Total Pendidikan Tinggi, Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Handayaningrat. (1992). Antisipasi Pengembangan Pendidikan Dalam Rangka Otonomi Daerah. Bandung. Hardjosoedarmo, Soewarso. 2002. Total Quality Management. Yogyakarta: Andi. Hardy, Rampay. (2007). Kebijakan Pembangunan Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas. Hasbullah. (2006). Otonomi Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Helis, Setiani. (2003). Analisis Implementasi Kebijakan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) di Gugus 03 Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto. Dalam Jurnal Ilmiah Administrasi Publik FIA Unibraw. Vol. 4 No. 1. September 2003.
Artikel Hasil Penelitian | A. HALIM

Hujair AH. Sanaky dan Rina Wahyu Wijayanti. (2008). Efektifitas Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Manajemen Penjaminan Mutu. Jakarta: Rineka Cipta. Ibtisam, Abu Duhou. (2003). Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Proyek Perluasan dan Peningkatan Mutu SMU. Idris, Muhammad. (2007). Manajemen Berbasis Sekolah. Jurnal Iqro. Vol. 3. Edisi Januari Juni 2007. Hal. 13 -26. Imma, Helianti Kusuma. (2006). Manajemen Pendidikan di Era Reformasi. Jurnal Pendidikan Penabur. No. 06 th V. Juni 2006. Indra Djati Sidi. 2001. Sekolah Sebagai Pemegang Otonomi Pengelolaan Pendidikan. Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan, Vol. 3, No. 1/2001. Iwan Apriyadi. (2007)Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan. Artikel. Dalam www. Artikel Pendidikan Pojok Guru\Article Pendidikan Network (English) - Manajenen Berbasis Sekolah_files Karlof, Bengt and Ostblom, Svante. (1994) Benchmarking: A signpost to Excellence in Quality and Productivity. New York: John Wiley and Soons. Kathleen Kubick, School-Based Management, (diakses: 11 April 2008) http://www.ed.gov/databases/ERIC_Digests/ed301969. html. Kathleen Kubick, School-Based Management, (http://www.ed.gov/databases/ ERIC_Digests/ed301969.html). Mulyasa, Enco. (2003). Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi Dan Impelementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nasrullah, Aziz. (2003). Penggunaan SPSS dalam analisis data penelitian. Padang: UNP Press. Ngalim, Purwanto. (2005). Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya. Novi, Erni Linda Novita. (2007). Analisis Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di Madrasah Tsanawiyah Negeri Model Probolinggo. Jurnal Scholar. No. 08 th V. Juni 2007. Nurhasan, 2004. Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia, Kurikulum Untuk Abad 21, Indikator Cara Pengukurandan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Pendidikan, Jakarta: PT. sindo. Rumtini dan Jiyono, Manajemen Berbasis Sekolah:. Konsep dan Kemungkinannya Strategi dan Pelaksanaannya di Indonesia., Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 2009. Slamet, P.H. (2000). Menuju Pengelolaan Pendidikan Berbasis Sekolah. Makalah. Makalah. Tidak dipublikasikan. Jawa Timur: Universitas Panca Marga Probolinggo Sudjana. (1982). Metode statistik. Bandung: Tarsito. Suparlan. (2007). Beberapa Temuan Hasil Penelitian tentang Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Artikel. (dalam www.Suparlan.com. Diakses 20 Januari 2009)
Artikel Hasil Penelitian | A. HALIM

Suprapto. Manajemen Berbasis Sekolah. Artikel. Dalam http://www.fkipunpak.org/suprapto.htm . diakses. 12 Juni 2009. Supriono dan Ahmad. (2001). Manajemen Berbasis Sekolah. Jawa Timur: SIC Syafarudin. 2002., Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Jakarta: Grasindo, Syaiful, Sagala. (2005). Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat: Strategi Memenangkan Persaingan Mutu. Malang: Nimas Multima. Tilaar, H.A.R. (2002). Membenahi Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta. Tjiptono, Fandy & Anastasia Diana. Total Quality Management. Yogyakarta : Andi. Umaedi. (2007). Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah: Sebuah Pendekatan Baru dalam Pengelolaan Sekolah Untuk Peningkatan Mutu. Artikel. (dalam www.Pendidikan.net). Diakses tanggal 15 Januari 2009. Usman, Husaini. Peran Baru Administrasi Pendidikan dari Sistem Sentralistik Menuju Sistem Desentralistik. Jurnal Ilmu Pendidikan, Februari 2001, Jilid 8, Nomor 1

Artikel Hasil Penelitian | A. HALIM

Anda mungkin juga menyukai