Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan data yang dihimpun dari World Economic Forum 2015
dan 2016, ada tren bahwa permintaan kerja untuk tenaga kerja dengan pekerjaan
manual rutin berkurang, dan bergantu dengan pekerjaan yang membutuhkan
skill analitis dan interpersonal
Hasil PISA membuktikan kemampuan belajar siswa pada pendidikan
dasar dan menengah kurang memadai. Pada tahun 2018, sekitar 70% siswa
memiliki kompetensi literasi membaca di bawah minimum. Sama halnya dengan
keterampilan matematika dan sains, 71% siswa berada di bawah kompetensi
minimum untuk matematika dan 60% siswa di bawah kompetensi minimum
untuk keterampilan sains. Skor PISA Indonesia stagnan dalam 10-15 tahun
terakhir. Kondisi ini menyebabkan Indonesia menjadi salah satu negara yang
konsisten dengan peringkat hasil PISA yang terendah.
Menanggapi kondisi tersebut, reformasi asesmen diperlukan guna
mendorong peningkatan kualitas pembelajaran. Pemetaan mutu pendidikan
secara menyeluruh dibutuhkan. Untuk itu pada tahun 2021 mendatang, Asesmen
Nasional (AN) akan resmi diterapkan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan dan Ujian Nasional (UN) sudah tidak lagi diberlakukan. Kebijakan
ini ditetapkan berdasarkan hasil koordinasi Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan dengan sejumlah dinas dan lembaga terkait.
Dalam hal ini, AN diterapkan untuk mengevaluasi kinerja dan mutu
sistem pendidikan. Nantinya, hasil Asesmen Nasional tidak memiliki
konsekuensi apapun pada pencapaian proses belajar siswa namun memberikan
umpan balik untuk tindak lanjut pembelajaran dan kompetensi siswa. Kebijakan
terkait penerapan Asesmen Nasional (AN) ini telah disampaikan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan.
Peningkatan mutu sistem pendidikan tidak hanya berorientasi pada
pencapaian siswa dalam menguasai materi pelajaran dan nilai ujian akhir,
apapun sebutannya. Keberhasilan sistem pendidikan lebih difokuskan pada
pencapaian kompetensi siswa yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan
sikap. Terlebih pada era transformasi pendidikan abad ke-21, dimana arus
perubahan menuntut siswa menguasai berbagai kecakapan hidup yang esensial
untuk menghadapi berbagai tantangan abad ke-21 dimana siswa memiliki
kecakapan belajar dan berinovasi, kecakapan menggunakan teknologi informasi,
kecakapan hidup untuk bekerja dan berkontribusi pada masyarakat.
Asesmen Nasional diberlakukan sebagai alat ukur untuk mengetahui
ketercapaian kompetensi yang harus dikuasai siswa. Asesmen Nasional tidak
hanya memotret hasil belajar kognitif siswa, sebagaimana yang terjadi dalam
Ujian Nasional namun juga memotret hasil belajar sosial emosional. Termasuk
di dalamnya sikap, nilai, keyakinan, serta perilaku yang dapat memprediksi
tindakan dan kinerja siswa di berbagai konteks yang relevan. 

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan yang ada maka dapat dirumuskan
permasalahan yaitu bagaimanakah pelaksanaan kebijakan asesmen kompetensi
minimum di sekolah?

C. Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mendiskripsikan pelaksanaan kebijakan asesmen kompetensi
minimum di sekolah.
2. Untuk mengetahui kendala pelaksanaan kebijakan asesmen kompetensi
minimum di sekolah.
3. Untuk mengetahui alternatif solusi permasalahan pelaksanaan kebijakan
asesmen kompetensi minimum di sekolah
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat memberi masukan dalam pengembangan pendidikan ramah anak
bagi para pemangku kepentingan.
2. Dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk mengembangkan system
pendidikan ramah anak di sekolah.

1
3. Dapat menjadi wacana produktif bagi guru untuk dapat mencari solusi dalam
pengembangan pendidikan ramah anak

2
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
AKM tidak mengukur secara spesifik capaian belajar pada mata
pelajaran, namun pelaporan hasil AKM dapat dimanfaatkan untuk perbaikan
proses pembelajaran mata pelajaran. Dengan memanfatkan informasi hasil
AKM, guru dapat menyusun strategi pembelajaran yang efektif dan berkualitas.
Hasil AKM dapat memberi gambaran kepada guru mengenai takaran yang tepat
untuk setiap “teaching at the right level”. Dengan strategi yang sesuai dengan
kondisi murid, tugas atau pembelajaran yang diberikan juga sesuai dengan
kondisi murid. Dengan demikian antusiasme untuk belajar tetap terjaga. Rasa
bosan karena tantangan atau tugas yang terlalu sederhana atau rasa putus asa
karena tugas yang terlalu sulit, di luar jangkauan murid dapat dihindari.

B. Saran
Pemerintah perlu melakukan sosialisasi terkait pelaksanaan AKM
sehingga apayang menjadi tujuan AKM dapat terlaksana. Pemerintah pusat
dalam hal ini Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan harus melakukan
koordinasi dengan pemerintah daerah sehingga semua guru dan siswa
mengetahui manfaat dari AKM itu sendiri.

3
DAFTAR PUSTAKA

---. 2020. Ini Dia Hasil Survei PISA Tentang Kualitas Pendidikan di Indonesia
Dalam 3 Tahun Terakhir. Di akses 4 Juni 2021 dari
https://ayomenulis.id/artikel/ini-dia-hasil-survei-pisa-tentang-kualitas-
pendidikan-di-indonesia-dalam-3-tahun-terakhir.
Handayu, Anggita Riski. 2020. ANALISIS TERHADAP BUTIR SOAL ASESMEN
KOMPETENSI MINIMUM (AKM) TINGKAT SMP DITINJAU DARI
DOMAIN LITERASI MATEMATIS PISA. (Online).
(http://repository.upi.edu/51392/2/S_MAT_1604231_Chapter%201.pdf,
diakses 15 Juni 2021)
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2020. Guru Belajar Seri Asesmen
Kompetensi Minimum SMP. (Online) https://sim-gurubelajar.simpkb.id
Pusat Asesmen dan Pembelajaran. 2020. AKM dan Implikasinya dalam
Pembelajaran.
Pusat Asesmen dan Pembelajaran. 2020. AKM Lembar Tanya Jawab.
Pusat Asesmen dan Pembelajaran. 2020. (Online).
(https://hasilun.puspendik.kemdikbud.go.id/akm/frontpage#, diakses 15 Juni
2021)
Syafirah, Mushlihatun. 2021. Latar Belakang dan Kebijakan Asesmen Nasional.
(Online). (https://www.msyarifah.my.id/latar-belakang-dan-kebijakan-
asesmen-nasional/, diakses 15 Juni 2021)

Anda mungkin juga menyukai