Disusun Oleh
Dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 22 tahun 2006 tentang
standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah juga disebutkan bahwa
matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib ada di SMK.
Dari beberapa hal di atas, pembelajaran matematika merupakan hal yang sangat
penting untuk diperhatikan dalam mencapai tujuan SMK. Demi mencapai tujuan SMK,
dibutuhkan peran guru matematika yang kompeten untuk mengembangkan pembelajaran
matematika pada SMK di Indonesia.
Berdasarkan data Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Indonesia
masih kekurangan guru matematika untuk mengajar di SMK. Sebagai sampel provinsi D.I.
Yogyakarta yang memiliki kurang lebih 218 SMK dengan berbagai kompetensi keahlian dan
660 guru produktif seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1, rata-rata satu sekolah
kekurangan 1 guru matematika. Dengan kata lain, dari 660 guru produktif yang ada, masih
dibutuhkan kurang lebih 200 guru untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran matematika di
SMK khususnya di provinsi D.I.Yogyakarta. Hal ini menunjukan bahwa dari segi
ketersediaan guru,
Jumlah Guru
Kota Yogyakarta
121
Kab. Sleman
148
Kab. Bantul
129
149
113
Jumlah
660
Selain jumlah yang belum memadahi, masih ada dari 660 guru matematika SMK
produktif di DIY yang belum memenuhi kualifikasi guru.
Standar kualifikasi Akademik guru SMK di Indonesia telah diatur dalam Peraturan
Menteri No 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
Dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa guru pada SMK/MAK* atau bentuk lain yang
sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV)
atau sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu,
dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.
Pendidikan
D3
D4/S1
S2
Kota Yogyakarta
112
Kab. Sleman
134
12
Kab. Bantul
118
136
111
Jumlah
17
611
32
Mengetahui hal tersebut, perlu adanya perbaikan dalam hal pemerataan guru
matematika SMK di Indonesia. Pemerataan tersebut adalah dalam hal jumlah maupun
kompetensi atau kualifikasinya. Ini sangat perlu dilakukan mengingat guru adalah sumber
daya yang sangat berperan dalam tercapainya tujuan SMK.
Untuk meningkatkan kompetensi guru, hal yang dilakukan pemerintah Indonesia saat
ini salah satunya adalah dengan meningkatkan kesejahteraan guru. Pemerintah telah
mengatur gaji untuk guru SMK. Seperti gaji guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) 2014 yang
diatur dalam Peraturan Pemerintah RI No. 34 tahun 2014 mengenai Perubahan
Keenambelas atas Peraturan Pemerintah No.7 tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai
Negeri Sipil, mengalami kenaikan 7 persen dibanding dengan Gaji PNS di tahun 2013. Tak
lupa dengan guru bukan PNS. Guru bukan PNS telah diatur kesetaraannya dengan guru
PNS dalam Permendikbud Nomor 28 Tahun 2014. Dalam peraturan tersebut, disebutkan
bahwa pemberian kesetetaran jabatan dan pangkat bagi guru bukan pegawai negeri sipil
yang selanjutnya disebut pemberian kesetaraan adalah pengakuan terhadap kualifikasi
akademik, masa kerja dan sertifikat pendidik yang dimiliki guru bukan pegawai negeri sipil
yang diformulasikan dengan menggunakan angka kredit, dan pangkat yang setara dengan
angka kredit, jabatan, dan pangkat pada jabatan fungsional guru pegawai negeri sipil.
Dari hal tersebut, terlihat bahwa pemerintah memiliki usaha dalam meningkatkan
kompetensi guru SMK di Indonesia. Kemudian, selain harus memenuhi kualifikasi, guru
matematika SMK juga harus memahami tujuan pembelajaran matematika di SMK itu sendiri.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 22 tahun 2006
tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah disebutkan bahwa mata
pelajaran Matematika di SMK bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut :
1. Memahami konsep Matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat,
dalam pemecahan masalah
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancan
model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah
5. Menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu,
perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya
diri dalam pemecahan masalah
6. Menalar secara logis dan kritis serta mengembangkan aktivitas kreatif dalam
memecahkan masalah dan mengkomunikasikan ide. Di samping itu memberi
kemampuan untuk menerapkan Matematika pada setiap program keahlian.
Berbeda pula tujuan pembelajaran matematika dengan kurikulum 2013. Dalam
kurikulum 2013, setiap kompetensi matematika memiliki tujuannya sendiri. Sehingga guru
harus mampu mengembangkan pembelajaran yang cocok untuk pencapaian tujuan-tujuan
tersebut.
Untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran matematika di setiap kurikulum, guru
matematika dituntut untuk menciptakan pembelajaran matematika yang baik. Guru
matematika SMK harus memperhatikan beberapa aspek yang harus dicapai dalam
pembelajaran, tidak hanya aspek kognitif.
Namun, pada kenyataanya, di Indonesia masih terdapat guru matematika yang
hanya mengincar ketercapaian aspek kognitif peserta didiknya. Banyak guru yang hanya
ingin peserta didiknya dapat menerapkan pengetahuan matematikanya untuk mengerjakan
soal ujian. Padahal hakitat pembelajaran matematika di SMK salah satunya adalah untuk
diterapkan di setiap program keahliannya.
Namun, tak sedikit pula guru matematika di SMK yang masih memperhatikan hakikat
pembelajaran matematika di SMK. Hal ini terlihat dari pelaksanaan pembelajaran yang
inovatif. Dalam pembelajaran matematika di SMK, tak jarang dijumpai guru yang
menggunakan media interaktif dan inovatif. Dengan menerapkan pembelajaran yang
inovatif, pembelajaran matematika akan menjadi lebih bermakna. Sehingga peserta didik
dapat dengan mudah menerapkan pengetahuan matematika dalam program keahlian yang
sedang dijalani maupun dalam kehidupannya di dunia kerja.
Dalam menjalankan pembelajaran yang inovatif, guru harus cermat dalam memilih
sumber pembelajaran yang akan dijadikan acuan. Sumber pembelajaran tidak hanya buku
matematika, lingkungan juga dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran. Namun, guru di
Indonesia cenderung hanya menggunakan buku paket sebagai acuan pembelajaran.
Padahal yang dibutuhkan siswa SMK adalah penerapan matematika dalam program
keahliannya.
Pemahaman mendalam mengenai penerapan tersebut dapat dicapai dengan
melaksanakan pembelajaran matematika yang disesuaikan pada konteks lingkungan
peserta didik. Selain pemahaman yang diperoleh akan lebih dalam, peserta didik akan lebih
tertarik pada pembelajaran matematika karena pola pikir siswa SMK yang cenderung
menuju arah praktek dibanding dengan arah teori.
Untuk mengukur keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan, guru SMK
melakukan evaluasi pada hasil belajar peserta didiknya. Evaluasi hasil belajar SMK telah
diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 104 tahun 2014
tentang penilaian hasil belajar oleh pendidik pada pendidikan dasar dan pendidikan
menengah.
Dalam peraturan tersebut, disebutkan bahwa Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik
adalah proses pengumpulan informasi/bukti tentang capaian pembelajaran peserta didik
dalam kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial, kompetensi pengetahuan, dan
kompetensi keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis, selama dan
setelah proses pembelajaran. Penilaian hasil belajar di satuan pendidikan SMK hampir
sama dengan penilaian hasil belajar pada satuan pendidikan lainnya.
Dari beberapa hal di atas, dapat disimpulkan bahwa jumlah guru matematika SMK di
Indonesia masih kurang, sehingga besar peluang untuk menjadi guru matematika SMK di
Indonesia, Provinsi DIY sendiri masih membutuhkan kurang lebih 200 guru matematika
SMK. Kemudian, di Indonesia masih banyak ditemui guru matematika SMK yang belum
memahami tujuan pembelajaran matematika yang seharusnya dicapai. Mayoritas hanya
memperhatikan ketercapaian aspek kognitif, sehingga peserta didik minim pemahaman
Daftar Referensi
Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 22 tahun 2006
tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 60 tahun
2014 tentang kurikulum 2013 sekolah menengah kejuruan/ madrasah aliyah kejuruan
Peraturan Menteri No 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru
Peraturan Pemerintah RI No. 34 tahun 2014 mengenai Perubahan Keenambelas
atas Peraturan Pemerintah No.7 tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri
Sipil
Permendikbud Nomor 28 Tahun 2014
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 104 tahun 2014 tentang
penilaian hasil belajar oleh pendidik pada pendidikan dasar dan pendidikan
menengah
Situs : http://datapokok.ditpsmk.net/
Larasati, A.E.D dan Shella.A. 2015. Deskripsi Data Guru Matematika Smk Di
Provinsi D.I.Yogyakarta Beserta Kualifikasi Dan Bentuk Kesejahteraan Guru
Menurut Pemerintah. Makalah tugas mata kuliah Study of Mathematics for
Secondary Vocational Schools, Yogyakarta.