Anda di halaman 1dari 8

Essay

Kondisi Pembelajaran Matematika pada Sekolah Menengah


Kejuruan di Indonesia

Disusun Oleh

Agusti Eka Dyah Larasati


12313244015

Pendidikan Matematika Internasional 2012


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Yogyakarta

Kondisi Pembelajaran Matematika di SMK

Pendidikan matematika di Indonesia berkembang sejalan dengan perkembangan


pendidikan matematika dunia. Termasuk pendidikan matematika di Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK). Kondisi pembelajaran matematika di SMK tentu berbeda dengan kondisi
pembelajaran matematika di SMA atau sekolah sederajat lainnya. Tulisan ini akan
membahas mengenai kondisi pembelajaran matematika pada SMK di Indonesia. Kondisi
tersebut akan dipaparkan melalui rekapitulasi jumlah SMK di Indonesia, jumlah dan
kualifikasi guru matematika di SMK, tujuan pembelajaran matematika di SMK, sumber
pembelajaran matematika yang digunakan guru di SMK, sarana dan media pembelajaran
matematika yang digunakan oleh guru di SMK, serta evaluasi yang dilakukan oleh guru
dalam pembelajaran matematika di SMK.
Jumlah SMK di Indonesia saat ini lebih banyak dari jumlah SMA, yaitu SMA
sebanyak 12.422 sekolah dan SMK = 12.799 sekolah, sisanya SMLB = 1.632 sekolah.
Namun, dengan rasio tersebut, jumlah siswa SMA masih lebih banyak dibandingkan dengan
jumlah siswa SMK, yaitu SMA sebanyak 3.680.066 Siswa, SMK = 3.555.993 Siswa, dan
SMLB = 7.415 Siswa. Hal tersebut menunjukan bahwa saat ini di Indonesia, SMA masih
lebih diminiati dari SMK. Namun, Pengembangan SMK masih akan dilakukan di setiap
daerah hingga perbandingan antara SMK dan SMA menjadi 70 : 30. Hal ini dilakukan karena
lulusan SMK dianggap lebih memiliki keterampilan khusus yang dapat membuat mereka
dengan mudah masuk dunia kerja.
Menurut UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, SMK
merupakan salah satu jenjang pendidikan menengah di Indonesia, yang bertujuan untuk
menyiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Namun selain
diharapkan dapat memiliki kompetensi dan keterampilan yang baik di bidang tertentu
tersebut, lulusan SMK juga harus menguasai ilmu dasar hitung universal, yaitu matematika.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 22 tahun
2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah disebutkan bahwa
Penguasaan mata pelajaran Matematika bagi peserta didik SMK/MAK juga berfungsi
membentuk kompetensi program keahlian. Dengan adanya pembelajaran Matematika
diharapkan peserta didik dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dan
mengembangkan diri di bidang keahlian dan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi.
Dengan melihat pentingnya pembelajaran matematika pada siswa SMK, maka mata
pelajaran matematika termasuk mata pelajaran wajib dalam susunan kurikulum SMK.
Matematika sebagai mata pelajaran wajib di SMK telah diatur dalam beberapa
peraturan dari pemerintah Indonesia. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia nomor 60 tahun 2014 tentang kurikulum 2013 sekolah menengah

kejuruan/ madrasah aliyah kejuruan menyebutkan bahwa mata pelajaran matematika


termasuk dalam mata pelajaran umum kelompok A yang harus ada di SMK.

Dalam

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 22 tahun 2006 tentang
standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah juga disebutkan bahwa
matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib ada di SMK.
Dari beberapa hal di atas, pembelajaran matematika merupakan hal yang sangat
penting untuk diperhatikan dalam mencapai tujuan SMK. Demi mencapai tujuan SMK,
dibutuhkan peran guru matematika yang kompeten untuk mengembangkan pembelajaran
matematika pada SMK di Indonesia.
Berdasarkan data Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Indonesia
masih kekurangan guru matematika untuk mengajar di SMK. Sebagai sampel provinsi D.I.
Yogyakarta yang memiliki kurang lebih 218 SMK dengan berbagai kompetensi keahlian dan
660 guru produktif seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1, rata-rata satu sekolah
kekurangan 1 guru matematika. Dengan kata lain, dari 660 guru produktif yang ada, masih
dibutuhkan kurang lebih 200 guru untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran matematika di
SMK khususnya di provinsi D.I.Yogyakarta. Hal ini menunjukan bahwa dari segi
ketersediaan guru,

pembelajaran matematika di SMK masih tertinggal dengan

pembelajaran matematika di SMA.

Tabel 1. Jumlah guru matematika SMK se-DIY


Kabupaten/Kota

Jumlah Guru

Kota Yogyakarta

121

Kab. Sleman

148

Kab. Bantul

129

Kab. Gunung Kidul

149

Kab. Kulon Progo

113

Jumlah

660

Selain jumlah yang belum memadahi, masih ada dari 660 guru matematika SMK
produktif di DIY yang belum memenuhi kualifikasi guru.
Standar kualifikasi Akademik guru SMK di Indonesia telah diatur dalam Peraturan
Menteri No 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
Dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa guru pada SMK/MAK* atau bentuk lain yang
sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV)
atau sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu,
dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.

Berdasarkan Tabel 2, Guru yang belum memenuhi kualifikasi di Kota Yogyakarta


sebanyak 2,47%, Kulon Progo sebanyak 1,76%, Sleman sebanyak 1,35%, Gunung Kidul
sebanyak 4,02% dan Bantul sebanyak 3,10%. Secara keseluruhan yang belum memenuhi
kualifikasi sebanyak 2,57% dari total 660 guru matematika SMK di DIY.

Tabel 2. Jumlah guru matematika SMK se-DIY berdasarkan pendidikan terakhir.


Kabupaten/Kota

Pendidikan
D3

D4/S1

S2

Kota Yogyakarta

112

Kab. Sleman

134

12

Kab. Bantul

118

Kab. Gunung Kidul

136

Kab. Kulon Progo

111

Jumlah

17

611

32

Mengetahui hal tersebut, perlu adanya perbaikan dalam hal pemerataan guru
matematika SMK di Indonesia. Pemerataan tersebut adalah dalam hal jumlah maupun
kompetensi atau kualifikasinya. Ini sangat perlu dilakukan mengingat guru adalah sumber
daya yang sangat berperan dalam tercapainya tujuan SMK.
Untuk meningkatkan kompetensi guru, hal yang dilakukan pemerintah Indonesia saat
ini salah satunya adalah dengan meningkatkan kesejahteraan guru. Pemerintah telah
mengatur gaji untuk guru SMK. Seperti gaji guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) 2014 yang
diatur dalam Peraturan Pemerintah RI No. 34 tahun 2014 mengenai Perubahan
Keenambelas atas Peraturan Pemerintah No.7 tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai
Negeri Sipil, mengalami kenaikan 7 persen dibanding dengan Gaji PNS di tahun 2013. Tak
lupa dengan guru bukan PNS. Guru bukan PNS telah diatur kesetaraannya dengan guru
PNS dalam Permendikbud Nomor 28 Tahun 2014. Dalam peraturan tersebut, disebutkan
bahwa pemberian kesetetaran jabatan dan pangkat bagi guru bukan pegawai negeri sipil
yang selanjutnya disebut pemberian kesetaraan adalah pengakuan terhadap kualifikasi
akademik, masa kerja dan sertifikat pendidik yang dimiliki guru bukan pegawai negeri sipil
yang diformulasikan dengan menggunakan angka kredit, dan pangkat yang setara dengan
angka kredit, jabatan, dan pangkat pada jabatan fungsional guru pegawai negeri sipil.
Dari hal tersebut, terlihat bahwa pemerintah memiliki usaha dalam meningkatkan
kompetensi guru SMK di Indonesia. Kemudian, selain harus memenuhi kualifikasi, guru
matematika SMK juga harus memahami tujuan pembelajaran matematika di SMK itu sendiri.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 22 tahun 2006

tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah disebutkan bahwa mata
pelajaran Matematika di SMK bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut :
1. Memahami konsep Matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat,
dalam pemecahan masalah
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancan
model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah
5. Menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu,
perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya
diri dalam pemecahan masalah
6. Menalar secara logis dan kritis serta mengembangkan aktivitas kreatif dalam
memecahkan masalah dan mengkomunikasikan ide. Di samping itu memberi
kemampuan untuk menerapkan Matematika pada setiap program keahlian.
Berbeda pula tujuan pembelajaran matematika dengan kurikulum 2013. Dalam
kurikulum 2013, setiap kompetensi matematika memiliki tujuannya sendiri. Sehingga guru
harus mampu mengembangkan pembelajaran yang cocok untuk pencapaian tujuan-tujuan
tersebut.
Untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran matematika di setiap kurikulum, guru
matematika dituntut untuk menciptakan pembelajaran matematika yang baik. Guru
matematika SMK harus memperhatikan beberapa aspek yang harus dicapai dalam
pembelajaran, tidak hanya aspek kognitif.
Namun, pada kenyataanya, di Indonesia masih terdapat guru matematika yang
hanya mengincar ketercapaian aspek kognitif peserta didiknya. Banyak guru yang hanya
ingin peserta didiknya dapat menerapkan pengetahuan matematikanya untuk mengerjakan
soal ujian. Padahal hakitat pembelajaran matematika di SMK salah satunya adalah untuk
diterapkan di setiap program keahliannya.
Namun, tak sedikit pula guru matematika di SMK yang masih memperhatikan hakikat
pembelajaran matematika di SMK. Hal ini terlihat dari pelaksanaan pembelajaran yang

inovatif. Dalam pembelajaran matematika di SMK, tak jarang dijumpai guru yang
menggunakan media interaktif dan inovatif. Dengan menerapkan pembelajaran yang
inovatif, pembelajaran matematika akan menjadi lebih bermakna. Sehingga peserta didik
dapat dengan mudah menerapkan pengetahuan matematika dalam program keahlian yang
sedang dijalani maupun dalam kehidupannya di dunia kerja.
Dalam menjalankan pembelajaran yang inovatif, guru harus cermat dalam memilih
sumber pembelajaran yang akan dijadikan acuan. Sumber pembelajaran tidak hanya buku
matematika, lingkungan juga dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran. Namun, guru di
Indonesia cenderung hanya menggunakan buku paket sebagai acuan pembelajaran.
Padahal yang dibutuhkan siswa SMK adalah penerapan matematika dalam program
keahliannya.
Pemahaman mendalam mengenai penerapan tersebut dapat dicapai dengan
melaksanakan pembelajaran matematika yang disesuaikan pada konteks lingkungan
peserta didik. Selain pemahaman yang diperoleh akan lebih dalam, peserta didik akan lebih
tertarik pada pembelajaran matematika karena pola pikir siswa SMK yang cenderung
menuju arah praktek dibanding dengan arah teori.
Untuk mengukur keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan, guru SMK
melakukan evaluasi pada hasil belajar peserta didiknya. Evaluasi hasil belajar SMK telah
diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 104 tahun 2014
tentang penilaian hasil belajar oleh pendidik pada pendidikan dasar dan pendidikan
menengah.
Dalam peraturan tersebut, disebutkan bahwa Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik
adalah proses pengumpulan informasi/bukti tentang capaian pembelajaran peserta didik
dalam kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial, kompetensi pengetahuan, dan
kompetensi keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis, selama dan
setelah proses pembelajaran. Penilaian hasil belajar di satuan pendidikan SMK hampir
sama dengan penilaian hasil belajar pada satuan pendidikan lainnya.
Dari beberapa hal di atas, dapat disimpulkan bahwa jumlah guru matematika SMK di
Indonesia masih kurang, sehingga besar peluang untuk menjadi guru matematika SMK di
Indonesia, Provinsi DIY sendiri masih membutuhkan kurang lebih 200 guru matematika
SMK. Kemudian, di Indonesia masih banyak ditemui guru matematika SMK yang belum
memahami tujuan pembelajaran matematika yang seharusnya dicapai. Mayoritas hanya
memperhatikan ketercapaian aspek kognitif, sehingga peserta didik minim pemahaman

mengenai penerapan pengetahuan matematika yang dimiliki dalam kehidupan sehari-hari


mereka.
Dari segi sumber belajar, media, dan sarananya, pembelajaran matematika di SMK
dalam keadaan yang cukup baik. Sudah banyak ditemui buku pembelajaran matematika
khusus untuk SMK. Media dan sarana pembelajaranpun sudah cukup variatif, namun, masih
banyak guru yang belum dapat optimal dalam penggunaanya.
Secara garis besar, kondisi pembelajaran matematika pada SMK di Indonesia saat
ini sudah cukup berkembang, namun, harus ada peningkatan penyediaan guru yang
memenuhi kualifikasi maupun kompetensi keahliannya dan penambahan jumlah guru untuk
memenuhi porsi kebutuhan siswa SMK.

Daftar Referensi
Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 22 tahun 2006
tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 60 tahun
2014 tentang kurikulum 2013 sekolah menengah kejuruan/ madrasah aliyah kejuruan
Peraturan Menteri No 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru
Peraturan Pemerintah RI No. 34 tahun 2014 mengenai Perubahan Keenambelas
atas Peraturan Pemerintah No.7 tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri
Sipil
Permendikbud Nomor 28 Tahun 2014
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 104 tahun 2014 tentang
penilaian hasil belajar oleh pendidik pada pendidikan dasar dan pendidikan
menengah
Situs : http://datapokok.ditpsmk.net/
Larasati, A.E.D dan Shella.A. 2015. Deskripsi Data Guru Matematika Smk Di
Provinsi D.I.Yogyakarta Beserta Kualifikasi Dan Bentuk Kesejahteraan Guru
Menurut Pemerintah. Makalah tugas mata kuliah Study of Mathematics for
Secondary Vocational Schools, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai